2
Seksio Sesarea European Collaborative Study Group (1994) melaporkan bahwa seksio sesarea elektif dapat mengurangi risiko penularan vertikal sekitar 50 %. Apabila dianalisis berdasarkan terapi ARV, tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam angka penularan pada wanita yang mendapat zidovudin dan menjalani seksio sesarea versus per vaginam. Internasional Perinatal HIV Group (1999) baru-baru ini melaporkan penularan HIV vertikal secara bermakna menurun menjadi kurang dari separuh apabia saksio sesarea dibandingkan dengan cara pelahiran lain. Apabila pada masa prenatal, intrapartum, dan neonatal juga diberikan terapi ARV dan dilakukan seksio sesarea, kemungkinan penularan vertikal akan berkurang sebesar 87 % disbanding dengan cara pelahiran lain dan tanpa terapi ARV. Berdasarkan temuan ini, American College of Obstetricians and Gynecologists (2000) menyimpulkan bahwa seksio sesarea terencana harus dianjurkan bagi wanita terinfeksi HIV dengan jumlah RNA HIV-1 lebih dari 1000 salinan/ml. Hal ini dilakukan tanpa memandang apakah pasien sedang atau belum mendapat terapi ARV. Persalinan terencana dapat dilakukan sebelum 38 minggu untuk mengurangi kemungkinan pecahnya selaput ketuban. Penulis-penulis lain mengungkapkan kekhawatiran morbiditas mungkin meningkat secara bermakna pada wanita terinfeksi HIV yang menjalani seksio sesarea. Mereka menyimpulkan bahwa terapi ARV kombinasi dapat menurunkan resiko penularan vertikal sampai serendah 2 %. Morris,dkk tidak melaporkan adanya penularan perinatal pada 76 wanita

Seksio Sesarea HIV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HIV

Citation preview

Page 1: Seksio Sesarea HIV

Seksio Sesarea

European Collaborative Study Group (1994) melaporkan bahwa seksio sesarea elektif

dapat mengurangi risiko penularan vertikal sekitar 50 %. Apabila dianalisis berdasarkan

terapi ARV, tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam angka penularan pada wanita

yang mendapat zidovudin dan menjalani seksio sesarea versus per vaginam.

Internasional Perinatal HIV Group (1999) baru-baru ini melaporkan penularan HIV

vertikal secara bermakna menurun menjadi kurang dari separuh apabia saksio sesarea

dibandingkan dengan cara pelahiran lain. Apabila pada masa prenatal, intrapartum, dan

neonatal juga diberikan terapi ARV dan dilakukan seksio sesarea, kemungkinan penularan

vertikal akan berkurang sebesar 87 % disbanding dengan cara pelahiran lain dan tanpa terapi

ARV.

Berdasarkan temuan ini, American College of Obstetricians and Gynecologists (2000)

menyimpulkan bahwa seksio sesarea terencana harus dianjurkan bagi wanita terinfeksi HIV

dengan jumlah RNA HIV-1 lebih dari 1000 salinan/ml. Hal ini dilakukan tanpa memandang

apakah pasien sedang atau belum mendapat terapi ARV. Persalinan terencana dapat

dilakukan sebelum 38 minggu untuk mengurangi kemungkinan pecahnya selaput ketuban.

Penulis-penulis lain mengungkapkan kekhawatiran morbiditas mungkin meningkat

secara bermakna pada wanita terinfeksi HIV yang menjalani seksio sesarea. Mereka

menyimpulkan bahwa terapi ARV kombinasi dapat menurunkan resiko penularan vertikal

sampai serendah 2 %. Morris,dkk tidak melaporkan adanya penularan perinatal pada 76

wanita yang mendapat terapi ARV sangat aktif (High active antiretroviral therapy, HAART).