1
[JAKARTA] Pansus RUU Anti Terorisme masih membahas daftar inventari- sasi masalah (DIM). Dengan dinamika yang te- rus berkembang, khususnya pascabom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta, Pansus berkomitmen segera mempercepat proses pem- bahasan agar UU bisa sege- ra disahkan. DPR sampai saat ini sejalan dengan pe- mikiran Presiden bahwa perlu penguatan pencegah- an terorisme. Ketua Pansus RUU Antiterorisme, Muhammad Syafii menyatakan DPR akan membahas RUU seca- ra profesional demi kepen- tingan nasional. Hal itu di- ungkapkan Syafii menja- wab keraguan banyak pihak tentang dirinya. Anggota Pansus dari Fraksi PKS, Nasir Djamil mengatakan, fraksinya ber- pendapat bahwa inti revisi adalah bagaimana meme- perkuat peran preventif atau pencegahan terorisme. Dalam konteks itu, TNI yang tiap unitnya memiliki satuan antiteror, bisa dilibat- kan. Khususnya keterlibat- an itu dalam ranah intelijen sehingga tiap potensi teror bisa dilacak secara dini. "Kita tinggal bicarakan bagaimana pola sinergitas- nya di antara mereka," kata Nasir. "Dijadwalkan selesai sebelum November 2017. Kami ingin UU ini disele- saikan sehingga bisa mem- perkuat upaya deteksi dini dan pencegahan aksi tero- ris, tapi juga tetap tidak me- langgar HAM," kata Anggota Pansus, Bobby Rizaldi dari Fraksi Golkar, Senin (29/5). Diakuinya, dari struktur, sinkronisasi, dan harmoni- sasinya, ada beberapa ma- salah teknis di RUU itu yang perlu disempurnakan. Contohnya, definisi teroris- me yang sebelumnya tidak ada serta studi yang me- nunjukkan bahwa definisi masing-masing negara di dunia berbeda-beda. Pokok bahasan menyangkut defi- nisi ini adalah siapa atau institusi mana yang akan menetapkan bahwa suatu organisasi adalah organisasi teroris. “Juga siapa yang mene- tapkan korban teroris itu si- apa, agar bisa ditanggung negara. Jadi turunan dari konsekuensi perubahan pa- sal-pasal yang diajukan pe- merintah itu, berkembang. Tidak sesederhana hanya menyetujui perubahan-per- ubahan pasalnya menjadi ya atau tidak," bebernya. Selain itu, pasal menge- nai penahanan preventif da- ri tujuh menjadi 30 hari ju- ga bakal menjadi pemba- hasan alot karena ada yang berpendapat penahanan se- lama itu melanggar HAM. “Lantas bila anak-anak terlibat teroris apakah me- refer ke UU Sistem Peradilan Anak 2012 atau lex specialist," kata Bobby. Sedangkan terkait ko- ordinasi antarlembaga, ke dalam RUU ini belum di- masukkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kewenang- an Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Untuk semua hal itu, kata Bobby, fraksi-frak- si di DPR masih memerlu- kan kajian referensi, dan masukan dari para pengam- pu kepentingan. "Sehingga kita yakinkan UU ini bisa efektif tanpa mengurangi rasa keadilan dan tetap terlindungi HAM," katanya. Di sisi lain, fraksi-fraksi juga belum satu suara terka- it berbagai DIM di RUU yang dibahas. Walau demi- kian, Pansus berencana me- nyelesaikan secara cepat. Langkah yang diambil ada- lah menggelar berbagai ka- jian, mengunjungi semua gugus tugas penindakan te- roris, masing-masing fraksi mempelajari dan memberi- kan posisi politiknya dalam DIM. Wakil Ketua Pansus RUU Antiterorisme, Mayjen TNI (Purn) Supiadin AS mengakui bah- wa tak mudah untuk bisa menyelesaikan RUU itu de- ngan cepat. Sejauh ini, Pansus baru menyelesaikan 25 dari 47 pasal revisi di UU itu. Diakuinya, untuk menyamakan persepsi dian- tara 10 fraksi yang ada di Pansus tak mudah sebab masing-masing fraksi pu- nya pandangan masing-ma- sing. “Tentu kami akan ber- usaha lobi semua fraksi ba- gaimana memenuhi kei- nginan Presiden Jokowi," kata Supiadin. Ditambahkan, Presiden Jokowi menginginkan diku- atkannya unsur pencegahan teror. Pansus pun berpikir- an demikian. Sebagai con- toh pencegahan yang diatur adalah seperti mendeteksi latihan-latihan militer tanpa senjata namun mengarah pada aksi terorisme, pence- gahan terhadap rapat gelap terkait terorisme, penyebar- an ujaran dan video latihan perang yang beredar di in- ternet. "Jadi apa yang diingin- kan Presiden Jokowi terkait pencegahan tindak pidana terorisme, sudah ada dalam konsep RUU Anti- terorisme," katanya. Ketua Fraksi PAN yang juga Anggota Pansus, Mulfahri Harahap mene- gaskan, pihaknya seirama dengan Presiden yang ingin revisi UU itu segera disele- saikan. "Sebab kita me- mang butuh aturan kompre- hensif soal soal itu," kata- nya. Fraksi PAN sendiri mendorong agar substansi utama RUU adalah mence- gah terjadinya teror. Bahkan memang bila dibutuhkan, Fraksi PAN mendukung un- tuk diberikannya akses ter- hadap TNI terlibat dalam pencegahan teror. Menurut dia, kehadiran TNI bisa membantu pena- nganan terorisme, khusus- nya di upaya awal yang ber- sifat pencegahan. TNI bisa terlibat dalam bertukar in- formasi di bidang intelijen. Walau demikian, PAN me- milih agar leading sector antiteror tetap di tangan Kepolisian RI. " Leading sector tetap Kepolisian. Begini, teroris- me itu persoalan bersama dan persoalan bangsa. Jadi semua kekuatan harus diop- timalkan memerangi teror- isme, termasuk TNI. Dimana kerja sama itu? Ya di bidang intelijen," kata Mulfahri. Nasir Djamil menyata- kan praktik di sejumlah ne- gara menunjukkan bahwa militernya dilibatkan dalam penanganan terorisme bila dibutuhkan. Namun, keku- atan militer seperti TNI di Indonesia, tidak menjadi yang utama. Terkecuali pendekatan menghadapi te- rorisme diubah menjadi pendekatan perang. Nasir mencontohkan, di Amerika Serikat, pendekat- an terhadap terorisme ada- lah pendekatan perang. Sehingga Militer AS menja- di leading sector mena- ngani isu terorisme. Berbeda dengan Indonesia, yang menghadapi terorisme dengan penegakan hukum. Hal itu sudah terbukti dalam proses pengejaran te- roris di Sulawesi Tengah, di mana Polri meminta bantu- an TNI dan bisa bekerja sa- ma. Diakuinya, isu itu me- mang menjadi salah satu yang belum selesai dibahas di Pansus. [MJS/H-14] 3 Suara Pembaruan Selasa, 30 Mei 2017 Utama Revisi UU Antiterorisme DPR Sejalan dengan Presiden ANTARA/PUSPA PERWITASARI Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) menyampaikan arahan saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (29/5). Dalam Sidang Kabinet Paripurna yang mengagendakan pembahasan per- siapan menghadapi Idulfitri 1438 Hijriah tersebut, Presiden juga menekankan perlu segera diselesaikannya RUU Antiterorisme.

Selasa, 30 Mei 2017 Utama Revisi UU Antiterorisme DPR ... filemasukkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kewenang-an Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Untuk semua hal

Embed Size (px)

Citation preview

[JAKARTA] Pansus RUU Anti Terorisme masih membahas daftar inventari-s a s i masa l ah (DIM) . Dengan dinamika yang te-rus berkembang, khususnya pascabom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta, Pansus berkomitmen segera mempercepat proses pem-bahasan agar UU bisa sege-ra disahkan. DPR sampai saat ini sejalan dengan pe-mikiran Presiden bahwa perlu penguatan pencegah-an terorisme.

Ketua Pansus RUU Antiterorisme, Muhammad Syafii menyatakan DPR akan membahas RUU seca-ra profesional demi kepen-tingan nasional. Hal itu di-ungkapkan Syafii menja-wab keraguan banyak pihak tentang dirinya.

Anggota Pansus dari Fraksi PKS, Nasir Djamil mengatakan, fraksinya ber-pendapat bahwa inti revisi adalah bagaimana meme-perkuat peran preventif atau pencegahan terorisme. Dalam konteks itu, TNI yang tiap unitnya memiliki satuan antiteror, bisa dilibat-kan. Khususnya keterlibat-an itu dalam ranah intelijen sehingga tiap potensi teror bisa dilacak secara dini.

"Kita tinggal bicarakan bagaimana pola sinergitas-nya di antara mereka," kata Nasir.

"Dijadwalkan selesai sebelum November 2017. Kami ingin UU ini disele-saikan sehingga bisa mem-perkuat upaya deteksi dini dan pencegahan aksi tero-ris, tapi juga tetap tidak me-l a n g g a r H A M , " k a t a Anggota Pansus, Bobby Rizaldi dari Fraksi Golkar, Senin (29/5).

Diakuinya, dari struktur, sinkronisasi, dan harmoni-sasinya, ada beberapa ma-salah teknis di RUU itu yang perlu disempurnakan. Contohnya, definisi teroris-me yang sebelumnya tidak ada serta studi yang me-nunjukkan bahwa definisi masing-masing negara di dunia berbeda-beda. Pokok bahasan menyangkut defi-nisi ini adalah siapa atau institusi mana yang akan menetapkan bahwa suatu organisasi adalah organisasi teroris.

“Juga siapa yang mene-tapkan korban teroris itu si-apa, agar bisa ditanggung negara. Jadi turunan dari konsekuensi perubahan pa-sal-pasal yang diajukan pe-merintah itu, berkembang. Tidak sesederhana hanya menyetujui perubahan-per-ubahan pasalnya menjadi ya atau tidak," bebernya.

Selain itu, pasal menge-

nai penahanan preventif da-ri tujuh menjadi 30 hari ju-ga bakal menjadi pemba-hasan alot karena ada yang berpendapat penahanan se-lama itu melanggar HAM.

“Lantas bila anak-anak terlibat teroris apakah me-r e f e r k e U U S i s t e m Peradilan Anak 2012 atau lex specialist," kata Bobby.

Sedangkan terkait ko-ordinasi antarlembaga, ke dalam RUU ini belum di-masukkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kewenang-a n B a d a n N a s i o n a l Penanggulangan Terorisme (BNPT). Untuk semua hal itu, kata Bobby, fraksi-frak-si di DPR masih memerlu-kan kajian referensi, dan masukan dari para pengam-pu kepentingan.

"Sehingga kita yakinkan UU ini bisa efektif tanpa mengurangi rasa keadilan dan te tap te r l indungi HAM," katanya.

Di sisi lain, fraksi-fraksi juga belum satu suara terka-it berbagai DIM di RUU yang dibahas. Walau demi-kian, Pansus berencana me-nyelesaikan secara cepat. Langkah yang diambil ada-lah menggelar berbagai ka-jian, mengunjungi semua gugus tugas penindakan te-roris, masing-masing fraksi mempelajari dan memberi-kan posisi politiknya dalam DIM.

Wakil Ketua Pansus R U U A n t i t e r o r i s m e , M a y j e n T N I ( P u r n ) Supiadin AS mengakui bah-wa tak mudah untuk bisa menyelesaikan RUU itu de-ngan cepat. Sejauh ini, Pansus baru menyelesaikan 25 dari 47 pasal revisi di UU itu. Diakuinya, untuk menyamakan persepsi dian-

tara 10 fraksi yang ada di Pansus tak mudah sebab masing-masing fraksi pu-nya pandangan masing-ma-sing. “Tentu kami akan ber-usaha lobi semua fraksi ba-gaimana memenuhi kei-nginan Presiden Jokowi," kata Supiadin.

Ditambahkan, Presiden Jokowi menginginkan diku-atkannya unsur pencegahan teror. Pansus pun berpikir-an demikian. Sebagai con-toh pencegahan yang diatur adalah seperti mendeteksi latihan-latihan militer tanpa senjata namun mengarah pada aksi terorisme, pence-gahan terhadap rapat gelap terkait terorisme, penyebar-an ujaran dan video latihan perang yang beredar di in-ternet.

"Jadi apa yang diingin-kan Presiden Jokowi terkait pencegahan tindak pidana terorisme, sudah ada dalam k o n s e p R U U A n t i -terorisme," katanya.

Ketua Fraksi PAN yang juga Anggota Pansus, Mulfahri Harahap mene-gaskan, pihaknya seirama dengan Presiden yang ingin revisi UU itu segera disele-saikan. "Sebab kita me-mang butuh aturan kompre-hensif soal soal itu," kata-nya.

Fraksi PAN sendiri mendorong agar substansi utama RUU adalah mence-gah terjadinya teror. Bahkan memang bila dibutuhkan, Fraksi PAN mendukung un-tuk diberikannya akses ter-hadap TNI terlibat dalam pencegahan teror.

Menurut dia, kehadiran TNI bisa membantu pena-nganan terorisme, khusus-nya di upaya awal yang ber-sifat pencegahan. TNI bisa

terlibat dalam bertukar in-formasi di bidang intelijen. Walau demikian, PAN me-milih agar leading sector antiteror tetap di tangan Kepolisian RI.

"Leading sector tetap Kepolisian. Begini, teroris-me itu persoalan bersama dan persoalan bangsa. Jadi semua kekuatan harus diop-timalkan memerangi teror-

i sme , t e rmasuk TNI . Dimana kerja sama itu? Ya di bidang intelijen," kata Mulfahri.

Nasir Djamil menyata-kan praktik di sejumlah ne-gara menunjukkan bahwa militernya dilibatkan dalam penanganan terorisme bila dibutuhkan. Namun, keku-atan militer seperti TNI di Indonesia, tidak menjadi yang utama. Terkecuali pendekatan menghadapi te-rorisme diubah menjadi pendekatan perang.

Nasir mencontohkan, di Amerika Serikat, pendekat-an terhadap terorisme ada-lah pendekatan perang. Sehingga Militer AS menja-di leading sector mena-n g a n i i s u t e r o r i s m e . Berbeda dengan Indonesia, yang menghadapi terorisme dengan penegakan hukum.

Hal itu sudah terbukti dalam proses pengejaran te-roris di Sulawesi Tengah, di mana Polri meminta bantu-an TNI dan bisa bekerja sa-ma. Diakuinya, isu itu me-mang menjadi salah satu yang belum selesai dibahas di Pansus. [MJS/H-14]

3Sua ra Pem ba ru an Selasa, 30 Mei 2017 Utama

Revisi UU Antiterorisme

DPR Sejalan dengan Presiden

ANTARA/PUSPA PERWITASARI

Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) menyampaikan arahan saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (29/5). Dalam Sidang Kabinet Paripurna yang mengagendakan pembahasan per-siapan menghadapi Idulfitri 1438 Hijriah tersebut, Presiden juga menekankan perlu segera diselesaikannya RUU Antiterorisme.