Upload
anizatun-nuskiyati
View
253
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
1/39
LBM 4 PAINFUL SWALLOWING
STEP 1
Detritus : hasil eksudat yang berisi leukosit, bakteri, dan epitel yangterlepas di kanal berwarna bercak kuning.
Kripte : muara saluran limfoid yang dapat terlihat pada tonsil
STEP 2
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi faring dan tonsil?2. Mengapa pasien merasakan seperti sensasi terbakar dan nyeri telan pada
tenggorokan?3. Mengapa pasien demam dan mengalami penurunan nafsu makan?4. Apa interpretasi dari pemeriksaan orofaringeal : tonsil : T4/T4, mukosa
hiperemis, kripte melebar +/+, detritus +/+ dan pada faring ditemukanmukosa hiperemis dan terdapat granul di posterior?
5. Causa detritus dan kripte (definisi, patofis)?6. Obat warung apa yang kira-kira sudah dikonsumsi untuk mengurangi
gejala?7. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis?8. Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?9. DD?10. Komplikasi yang dapat timbul dari diagnosis?
STEP 3
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi faring dan tonsil?
ANATOMI
Anatomi Tenggorokan
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
2/39
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring danlaring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan danminuman yang lewat dan menuju esophagus.
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di depanbatas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi terutama disusun
oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis. Vermilion berwarnamerah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan diantara mukosa pipi bagian dalam dan gigiadalah vestibulum oris.
Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan berasal prosesusnasalismedia, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk olehgabungan dariprosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah belakang tetapi dapat terjadikearah maksila depan.
Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depanterutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus lingualis dengan cabangkordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf
glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang. Otot lidah berasal dari miotomposbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke leher. Kelenjar liur tumbuh sebagai kantongdari epitel mulut yang terletak dekat sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularisdilalui oleh saraf lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring adalah suatu kantongfibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah.Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggivertebra servikalis keenam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan denganrongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui adituslaring dan kebawah berhubungan dengan esophagus.Panjang dinding posterior faring pada orangdewasa kurang lebih empat belas centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding faring yangterpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dansebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring (hipofaring).
Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior, kemudianbagiandepan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depanhidung melalui koana posterior. Superior, adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping,muara tuba eustachius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otottensor velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba eustachius masukke faring melalui ruangan ini.
Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal dalamkapsulnyaterletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arcus faring anterior disusunoleh otot palatoglossus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus,otot-otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksusfaringeus.Vaskularisasi.
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama berasaldaricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabang palatine superior.Persarafan
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
3/39
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksusini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus dan serabut simpatis. Cabang faringdari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faringkecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glossofaringeus.Kelenjar Getah Bening
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran yaitu superior,media dan inferior.Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening servikaldalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening jugulodigastrik dan kelenjar getahbening servikal dalam atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikaldalam bawah.
Berdasarkan letak, faring dibagi atas:Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid padadinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang
merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faringdiatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervusglosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagianpetrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.
Gambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnyaOrofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya adalahtepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal.Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsilserta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
a. Dinding Posterior Faring Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguann.vagus. b. Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalahm.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suaturuang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanyamerupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
4/39
merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar- benarnya bukan merupakankapsul yang sebena-benarnya.c. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengankriptus didalamnya.
Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yangketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanyadisebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celahintratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat padadasar lidah.
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebutkriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptusbiasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil.Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsila.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika.Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yangterbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktustiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid)atau kista duktus tiroglosus.
Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluaskeatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.Laringofaring (hipofaring)
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotisberfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolustersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan) dan keesofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring.Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalahlaring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke bawahlagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.
Bila laringo faring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsungatau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk olehligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekuladisebut juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pilakan tersangkut disitu.
Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega danperkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) initetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnyasehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsijuga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
5/39
tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Nervus laring superior berjalan dibawah dasarsinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesialokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.
1.2.b Fisiologi Tenggorokan
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untukartikulasi.
Proses menelan Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke faringsecara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga, jalannya bolusmelalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahanmakanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong
bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat darilidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu
oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitusesofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi.Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk kelambung.
Proses Berbicara Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring.Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring danm.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior.Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas
belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan(fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu
pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) olehkontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak padawaktu bersamaan.
1.3. Anatomi Dan Fisiologi Tonsil 1.3.a Anatomi Tonsil Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan
jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal(adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
6/39
A) Tonsil Palatina Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudutorofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yangmeluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosongdiatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
a. Lateral muskulus konstriktor faring superior
b. Anterior muskulus palatoglosus
c. Posterior muskulus palatofaringeusd. Superior palatum mole
e. Inferior tonsil lingual (Wanri A, 2007)
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kriptitonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus.Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonodulimerupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalurpembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal(Anggraini D, 2001).
Fosa Tonsil Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batasposterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktorfaring superior (Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luardinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
7/39
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
8/39
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akanmencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi (Hermani B, 2004).
C) Tonsil Lingual Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis
tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentukoleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tonsila Palatina
Tonsila palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pillar anterior dan pillar
posterior . (Kornblut AD . 1991 ). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 20 25
mm, dengan lebar 15- 20 mm, dimana masing masing tonsil mempunyai 8 20
kripta yang terdiri dari jaringan connective tissue seperti jaringan limpoid dan
berisi sel limpoid . Tonsila palatina kaya akan pembuluh darah yang berasal dari
cabang arteri karotis eksterna. Pendarahan utama tonsil berakhir pada bagian
lateral tonsil, sedangkan arteri karotis interna berada kira kira 2 cm
posterolateral tonsil. Pendarahan lain pada bagian anterior tonsil yang
merupakan cabang dari arteri lingualis dorsal, sedangkan bagian inferior tonsil
merupakan cabang dari arteri fasialis dan bagian superior tonsil berasal dari
arteri palatina desenden. ( Paparela.1991)
Sistem pendarahan vena pada tonsil melalui vena para tonsillar, vena vena ini
melalui pleksus faringeal atau vena fasial setelah bercabang pada otot
konstriktor superior . ( Brodsky L, 2006)
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
9/39
Kripta Tonsil
Kripta tonsil berbentuk saluran yang tidak sama panjang dan masuk kebagian
dalam jaringan tonsil, terdiri dari 8 20 buah kripta, biasanya tubular dan hampir
selalu memanjang dari dalam tonsil sampai ke kapsultonsil pada permukaanluarnya. Permukaan kripta ditutupi oleh epitel yang sama dengan epitel
permukaan medial. Saluran kripta kearah luar biasanya bertambah luas. Secara
klinis terlihat bahwa kripta merupakan sumber infeksi baik secara lokal maupun
umum karena dapat berisi sisa makanan, epitel yang terlepas dan juga bakteri. (
Ballenger JJ. 1994)
Kapsul Tonsil
Merupakan suatu selubung fibros berwarna putih terdiri dari jaringan ikat(
fibrosa ) yang disebut fasia faringeal yang menutupi 4/5 tonsil. Kapsul tonsil
mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam daerah parenkim. Trabekula ini
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
10/39
mengandung pembuluh darah, saraf saraf dan pembuluh darah limfe eferen.
Pembuluh darah eferen tidak dijumpai. ( Ballenger JJ 1994 )
Fossa Tonsilaris
Fossa tonsilaris atau sinus tonsilaris terletak diantara 2 buah plika yaitu plika
anterior dan posterior. Plika anterior dibentuk oleh otot palatoglosus, sedang
plika posterior di bentuk oleh otot palatofaringeus. Bagian luar tonsil dilindungi
oleh kapsul yang dibentuk oleh fasia faringobasilaris dan dilateral oleh fasia
bukofaringeal. (Beasley. P 1997. Balasubramanian T, 2009) Otot palatoglosus
mempunyai origo berbentuk kipas dipermukaan otot palatum molle dan berakhir
pada sisi lateral lidah. Dimana otot ini merupakan otot yang tersusun vertikaldan diatasnya melekat pada palatum durum, tuba eustachius dan pada dasar
tengkorak. Kedua plika ini akan bertemu diatas untuk bergabung dengan
palatum molle, serta kebagian bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal
lidah dan dinding lateral faring. Dinding luar fossa tonsil terdiri dari M.
konstriktor faringeus superior. sedang M. tonsilofaringeus melekat pada kapsul
tonsil pada pertemuan lobus atas dan bawah. ( Ballanger JJ .1994)
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
11/39
Sistem Limfatik Faring dan Tonsil
Sistim pembuluh limpatik dari tonsil menembus fasia bukofaringeal dan melalui
bagian atas kelenjar servikal . (Beasley. P 1997)
Persarafan Faring dan Tonsil
Sistem persarafan tonsil berasal dari saraf palatina , yang diteruskan ke ganglion
sfenopalatina, untuk rangsangan sensori terutama dibentuk oleh cabang
cabang saraf glosofaringeus ( Paparella, 1991 )
SUMBER : JURNAL UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
12/39
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
13/39
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
14/39
IMUNOLOGI TONSIL
Tonsil palatina merupakan penghasil utama dari sitokin yang dihasilkan
oleh makrofag - makrofag dan partikel netrofil didalam tubuh yang merupakan
mekanisme pertahanan tubuh. Interleukin (IL) seperti IL-1 , IL-6 . dan tumor
necrosis factor- juga berperan dalam pertahanan tubuh pada fase akut. ( Unal
, Ozturk 2002). Secara sistemik proses imunologi
dari tonsil terbagi 3 yaitu;
1) Respon imun tahap 1.
2) Respon imun tahap 2.
3) Migrasi limfosit.
Pada respon imun tahap 1 terjadi ketika antigen memasuki orofaring
mengenai epitel kripta yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai
barrier imunologi. Sel M tidak hanya berperan untuk mentransport antigen
melalui barrier tetapi juga membentuk kompartemen intraepitel spesifik yang
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
15/39
membawa material asing dalam konsentrasi yang tinggi secara bersamaan. Respon
imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen melalui epitel kripta
dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid, sel plasma tonsil juga
menghasilkan lima jenis Ig ( Ig G 65 %, Ig A 30%, Ig M, Ig d, Ig E) yang membantu
melawan dan mencegah infeksi. Respon imun berikutnya berupa migrasi limfosit.
Dari penelitian didapat bahwa migrasi limposit berlanjut terus menerus dari
darah ke tonsil dan kembali ke sirkulasi melalui pembuluh limfe Amirudin , 2006
)
SUMBER : JURNAL UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
FISIOLOGI LARYNX
SUMBER : Iimu Penyakit telinga Kidung Tenggorok, penerbit EGC
FISIOLOGI :
0 Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan,resonansi suara, dan untuk artikulasi.
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
16/39
0 Didepan tonsila, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglotus, dandibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus.
0 Otot otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semuadipersarafi oleh pleksus faringeus.
Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Di palatum mole ada 5 pasang otot :
M. levator veli palatine menyempitkan isthmus faring, melebarkan tubaeusthacii. Dipersarafi n X
M. tensor veli palatine mengencangkan anterior palatum mole danmenyempitkan tuba eusthacii
M. palatoglossus menyempitkan isthmus faring M. palatofaring M. azigos uvula memperpendek dan menaikkan uvula
FISIOLOGI
NEUROFISIOLOGI MENELAN
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.
FASE ORAL
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi,lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengankonsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari.
FASE FARINGEAL
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleksmenelan segera timbul.
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
17/39
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
18/39
Soepardi A Efianty. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Acara ilmiah penglepasan purnatugas Prof Dr. Bambang.2002
2. Mengapa pasien merasakan seperti sensasi terbakar dan nyeri telan padatenggorokan?
3. Mengapa pasien demam dan mengalami penurunan nafsu makan?
Demam
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
19/39
i. panas tersebut timbul akibat terjadinya infeksi yang disebabkanoleh bakteri dimana bakteri tersebut terdapat banyak protein, hasilpemecahan protein dan zat tertentu lain terutama toksinliposakarida yang dilepaskan oleh bakteri dapat menyebabkanpeningkatan set- point thermostat hipotalamus. Zat ygmengandung efek seperti ini disebut pirogen.
ii. Pirogen dilepaskan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskandari degenerasi jaringan tubuh dapat sebabkan demam selamakeadaan sakit
Fisiologi kedokteran Guyton & Hall edisi 9
Nafsu makan menurun
Karena disfagia (menekan esofagus), dan sindroma vena kava superior (menekan vena kava superior) penurunan nafsu makan penurunan BB (Amin M, Alsagaff
H. Pengantar Ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga University Press; 1989).
Panas Terjadinya demam perangsangan zat pirogen eksogen yang dapat berasal darimikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidakberdasarkan suatu infeksi pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit (Benneth, etal, 1996; Gelfand, et al, 1998). Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan
dan hormonal, misalnya progesterone.
Pirogen eksogen bekerja pada fagosit-->menghasilkan IL-1, suatupolipetida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen . IL-1 mempunyai efek luasdalam tubuh Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area preoptikahipotalamus Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakhidonat
peningkatan sintesis PGE-2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia/demam (Lukmanto, 1990; Gelfand, et al, 1998).
Tingkatan suhu tubuh manusia dibagi atas :
1. Hipotermia : suhu tubuh di bawah 36 O C2. Normotermi : 36-37O C
3. Subfebris : 37-37,8O C4. Demam(Febris) : di atas 37,8 O C
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
20/39
Dikutip dari Gelfand JA, Dinarello CA: Alteration in Body Temperature,
4. Apa interpretasi dari pemeriksaan orofaringeal : tonsil : T4/T4, mukosahiperemis, kripte melebar +/+, detritus +/+ dan pada faring ditemukanmukosa hiperemis dan terdapat granul di posterior?
Hiperemis mukosa ada peradangan, dilatasi pemb darah Detritus adanya peradangan tonsil penumpukan leukosit,
bakteri mati, epitel mati. Terlihat bercak kuning Kriptus muara sal limfoid terisi detritus lama kelamaan tjd
pengerutan Granula pembengkakan organ limfoid faring
Ada bakteri/virus menginvasi mukosa faring, tjd inflamasi local,kuman /bakteri mengikis epitel, jar. Limfoid bereaksi pembendungan infiltrate leukosit PMNStadium awal : hiperemi, edema, sekresi banyak. Awal eksudatserosa, menebal, kering menempel di dinding faring
Derajat tonsil
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
21/39
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi T1 : ukuran yang normal ada T 2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah Add 3. Klasifikasi tonsilitis (etiologi, gejala, diagnosis, penatalaksanaan)
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogenyaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terusmasuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan
3. Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsilapalatina yang menetap lebih dari 3 bulan.
Etiologi penyakit ini dapatdisebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakanpermanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidaksempurna 7.
Tonsilitis Kronis dapat juga terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehinggapenyakit pasien menjadi Kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain:
terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yangrendah sehingga terapi medikamentosa kurang optimal, dan jenis kuman yag tidak sama
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
22/39
antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitisakut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman gram negative. Jenis kumanyang sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapatStreptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan
virus Herpes 7.
Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yanglama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderitamengalami penurunan. Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu
tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi saranginfeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuhmisalnya pada saat keadaan imun tubuh menurun . Karena proses radang berulang yang
timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada prosespenyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi olehdetritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnyamenimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses inidisertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula 2,9. Pada tonsilitis kronis telah
terjadi penurunan fungsi imunitas dari tonsil. Penurunan fungsi tonsil ditunjukkanmelalui peningkatan deposit antigen persisten pada jaringan tonsil sehingga terjadipeningkatan regulasi sel-sel imunokompeten berakibat peningkatan insiden sel yangmengekspresikan IL-1, TNF-, IL-6, IL- 8, IL-2, INF-, IL-10, dan IL-4 12. Secarasistematik proses imunologis di tonsil
terbagi menjadi 3 kejadian yaitu :
1) respon imun tahap I,
2) respon imun tahap II, dan
3) migrasi limfosit.
Pada respon imun tahap I terjadi ketika antigen memasuki orofaring mengenai epitelkripte yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai barier imunologis. Sel M
tidak hanya berperan mentranspor antigen melalui barier epitel tapi juga membentukkomparten mikro intraepitel spesifik yang membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi
material asing, limfosit dan APC seperti makrofag dan sel dendritik. Respons imun tonsila palatina tahap II terjadi setelah
antigen melalui epitel kripte dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid. Adapun respon imun berikutnya berupa migrasi limfosit. Perjalanan limfosit daripenelitian didapat bahwa migrasi limfosit berlangsung terus menerus dari darah ke
tonsil melaui HEV dan kembali ke sirkulasi melaui limfe. Tonsil berperan tidak hanyasebagai pintu masuk tapi juga keluar limfosit, beberapa molekul adesi (ICAM-1 dan L-
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
23/39
selectin), kemokin, dan sitokin. Kemokin yang dihasilkan kripte akan menarik sel Buntuk berperan didalam kripte. Sitokin dan kemokin inilah yang merupakan mediator-mediator inflamasi terjadinya tonsilitis kronik 13,14.
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang
terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yangdisebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara padapermukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta.
Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudatyang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihatsebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritussendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel
tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitisfolikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanaldisebut tonsilitis lakunaris.
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yangmenutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akutdidiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitisdifteri, dan scarlet fever.
Dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut ataupunradang kronis faring, abss retrofarng, serta gangguan oto2 di bagian tersebut.Gangguan otot posterior faring bersama2 dengan otot palatum moleberhubungan dengan n. vagus
Hiperemis karena adanya peradangan pada dinding posterior faring(rubor, tumor, kalor , dolor) dapat disebabkan karena virus, bakteri, alergi,
trauma, toksin dan lain lain
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
24/39
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
25/39
8. Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?Penatalaksanaan MedisSebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlahyang cukup, serta makan makanan yang berisi namun tidak terlalupadat dan merangsang tenggorokan. Analgetik diberikan untukmenurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaranbanyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikandengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harusdiberikan. Obat pilihan adalah penisilin. Kadang kadang jugadigunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuaidengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalahStreptokokus beta hemolitkus grup A, terapi antibiotik harusdigenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritisdan penyakit jantung rematik. Kadang kadang dibutuhkan suntikanbenzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakanpengobatan orang tidak adekuat. Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau
obat isap. Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari. Antipiretik. Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila aler gi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atauklindamigin.
a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui
mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisadiberikan dalam bentuk suntikan.b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika : Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurunwaktu 2 tahun.
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
26/39
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurunwaktu 3 tahun. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberianantibiotik. HemoragiMerupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasienmemuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah ataudengan warna merah terang pada interval yang sering, atau bilafrekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segeraberitahu dokter bedah. Siapkan alat yang digunakan untukmemeriksa tempat operasi terhadap pendarahan : sumber cahaya,cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin pembuang. Kadang, akanberguna jika dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yangberdarah. Jika tidak terjadi pendarahan lebih lanjut , beri pasien esdan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk tidak banyak bicara danbatuk karena dapat menyebabkan nyeri tenggorok.Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangat mengatasi lendirkental yang mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masihdipertanyakan keefektivitasannya).
Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalhmakanan yang dapat diberikan . Makanan yang harus dihindariadalah makanan pedas, dingin, panas, asam, atau mentah. Makananyang dibatasi adalah makanan yang cenderung meningkatkan mukusyang terbentuk misanya susu dan produk lunak (es krim).Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalahtentang tanda dan gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejalamuncul 12-24 jam pertama. Paien diinstruksikan untuk melapor
setiap pendarahan yang terjadi.c) Pasca operasi Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pascaoperasi segera Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
27/39
Kepala dimiringkan kesamping memungkinkan drainase darimulut dan faring memberi kenyamanan posisi Napas oral dilepaskan jika menunjukkan reflek menelan Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisudisiapkanekspectorasi darah dan lendird) Analgetike) Antipiretik
TONSILEKTOMI
Tonsila yang sehat dapat membantu proses imunitas tubuh. Akan tetapi, pada tonsila yangpatologis akan berkurang fungsinya dalam proses imunitas. Tonsila yang patologis berkaitan
dengan berkurangnya transpor antigen, produksi antibody, serta infeksi kronis bakterial.
Tonsilektomi dilakukan jika terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan sertacuriga adanya keganasan.
Indikasi tonsilektomi secara umum:
1. Sumbatan
hyperplasia tonsil dengan sumbatan jalan nafas
sleep apnea
gangguan menalan
gangguan bicara
2. Infeksi
infeksi telinga tengah berulang
rhinitis dan sinusitis yang kronis
peritonsiler abses
abses kelenjar limfe leher berulang
tonsilitis kronis dengan nafas bau
tonsil sebagai fokal infeksi dari organ lain
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
28/39
tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok berulang
3. Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas
The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-HNS) menjabarkanindikasi-indikasi klinis untuk prosedur tonsilektomi sebagai berikut :
Indikasi Absolut
1. Pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran pernafasan bagian atas, disfagiaberat, gangguan tidur, atau komplikasi kardiopulmonal.
2. Abses peritonsilar yang tidak responsif terhadap medikamentosa dan prosedur drainase,kecuali prosedur dilakukan saat fase akut.
3. Tonslitis yang menyebabkan kejang demam.
4. Tonsil yang harus dibiopsi untuk melihat patologi jaringannya.
Indikasi Relatif
1. 3 atau lebih episode infeksi dalam 1 tahun walaupun dengan terapi yang adekuat.
2. Nafas berbau atau rasa tidak enak pada mulut yang persisten akibat tonsilitis kronis yangtidak responsif terhadap terapi.
3. Tonsilitis kronis atau rekuren pada karier streptococus yang tidak responsif terhadapterapi.
4. Hipertrofi tonsil unilateral yang memiliki kemungkinan keganasan.
Kontraindikasi Tonsilektomi
1. Infeksi pernafasan bagian atas yang berulang
2. Infeksi sistemik atau kronis
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
29/39
5. Rhinitis alergika
6. Asma
7. Diskrasia darah
8. Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh
9. Tonus otot yang lemah
10. Sinusititis
9. DD?Tonsillitis
Patofisiologi
a. Tonsilitis bakterial
i. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil reaksi radang
keluarnya leukosit PMN detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang
mati dan epitel yang terlepas) mengisi kriptus bercak kuning
ii. Detritus jelas Tonsilitis folikularis
iii. Detritus bergabung membentuk alur Tonsilitis lakunaris
iv. Atau mungin detritus menyebar membentuk pseudomembran
b. Tonsilitis kronik
Proses radang yang berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut
pengerutan kripte melebar diisi detritus menembus kapsul tonsil
perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris pada anak +
pembesaran kelenjar submandibula
Penatalaksanaan
a. Tonsilitis akut
1. Viral
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
30/39
a. Istirahat
b. Simtomatis
c. Minum cukup
d. Analgetika
e. Antivirus (jika gejala sangat berat)
2. Bakterial
a. Jika ditemukan bakteri Streptokokus Hemolyticus Grup A
penisilin atau eritromisin selama 10 hari
b. Antipiretik
c. Obat kumur mengandung desinfektan
b. Tonsilitis kronik1. Terapi lokal higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap
2. Jika infeksi berulang dan kronik tonsilektomi, indikasinya:
a. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat
b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial
c. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengansumbatan jalan nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan
berbicara dan cor pulmonate
d. Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil dihilangkan dengan pengobatan
e. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
1. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup
A Streptococcus - hemalyticus
2. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
3. OME/OMSK
Komplikasi
a. Tonsilitis akut bakterial
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
31/39
i. OMA
ii. Bernafas lewat mulut
iii. Tidur ngorok
iv. Gangguan tidur Sleep apnea Obstructive Sleep Apnea Syndrome
(OSAS)
v. Abses peritonsil
vi. Abses parafaring
vii. Bronkitis
viii. Miokarditis
ix. Glomerulonefritis akut
x. Artritisxi. Septikemia karena infeksi V. Jugularis Interna (sindrom Lemierre)
b. Tonsilitis kronik
i. Rinitis kronik
ii. Sinusitis
iii. OM
iv. Komplikasi jauh: (hematogen dan limfogen)
1. Endokarditis2. Artritis
3. Nefritis
SUMBER : TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER FK
UI
Hipertrofi adenoid
Etiologi
1. Hiperplasia adenoid mulai pada usia muda dan berlanjut hingga usia 10-12
tahun, biasanya tidak berkembang lagi dan akan involusi
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
32/39
2. Adenoid secara tidak penting pada usia di atas 10-12 tahun
3. Bila terjadi ISPA terjadi hipertrofi adenoid
Patofisiologi
a. Terjadi tahanan udara meningkat bernafas melalui mulut, terutama pada
malam hari
Mulut terbuka dan bibir atas yang terangkat untuk menambah aliran
udara pernafasan
b. Sumbatan tuba eustachius ketulian berulang
Retraksi membran timpani tidak sembuh OME fungsi tuba
eustachius yang burukc. Obstruksi pada saluran nafas atas hipoventilasi alveoli dan hipertensi A.
Pulmonalis kor pulmonale, tanda: hiperkapnia.
Dasar diagnosis
a. Rhinoskopi anterior melihat tertahannya gerakan velum palatum molle
pada waktu fonasi
b. Rhinoskopi posteriorc. Pemeriksaan digital meraba adanya adenoid
d. Pemeriksaan radiologi (foto lateral kepala)
Penatalaksanaan kuretase dengan adenoidektomi, Indikasinya:
a. Sumbatan
i. Sumbatan hidung yang menyebabkan bernafas melalui mulut
ii. Sleep apnea
iii. Gangguan menelan
iv. Gangguan berbicara
v. Kelainan bentuk wajah, muka dan gigi (adenoid face)
b. Infeksi
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
33/39
i. Adenoiditis berulang/kronik
ii. Otitis media efusi berulang/kronik
iii. Otitis media akut berulang
c. Kecurigaan neoplasma jinak/ganas
Komplikasi akibat adenoidektomi
a. Perdarahan bila pengerokan adenoid kurang bersih
b. Kerusakan dinding belakang faring jika terlalu dalam
menguretnya
c. Terlalu ke lateral torus tubarius rusak oklusi tuba
eustachius CHL
FUNGSI KELENJAR LIMFE
1. Pematangan limfosit
2. Menyaring cairan limfe
3. Membasmi bibit penyakit
4. Menerima kotoran darah
Cairan yang disaring dari kapiler arteri mengalir di antara sel-sel
direabsorbsi kembali ke ujung vena kapiler darah dan sebagian kecil memasuki
kapiler limfatik kembali ke darah melalui sistem limfatik
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
34/39
Cairan limfe dari bawah tubuh duktus torasikus sistem vena pada
permukaan antara V. Jugularis interna kiri dan V. Subclavia
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian daerah thoraks
ALIRAN LIMFE DI DAERAH TENGGOROKKAN
K.L jugularis interna superior, dari:
o Daerah palatum molle, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus
piriformis dan supraglotik laring
o K.L retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superfisial dan
submandibula
K.L jugularis interna media, dari:o Subglotik laring, inferior daerah krikoid posterior
o K.L jugularis interna superior dan retrofaring bagian bawah
K.L jugularis interna inferior, dari:
o Glandula tiroid, trakea, esofagus bagian servikal
o K.L jugularis interna superior dan media dan paratrakea
MEKANISME PENJALARAN PEMBESARAN KELENJAR LIMFE
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
35/39
Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification, lima daerah
penyebaran kelompok kelenjar, yaitu:
1. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula2. Kelenjar di 1/3 atas dan termasuk K.L jugular superior, kelenjar digastrik
dan kelenjar servikal posterior superior
3. K.L jugularis di antara bifurcatio karotis dan persilangan M. Omohyoid
dengan M. Sternocleidomastoideus dan batas posterior M.
Sternocleidomastoideus
4. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula
5. Kelenjar yang ada di segitiga posterior servikal
Metastasis tumor servikal:
Karsinoma sel skuamosa K.L jugularis interna superior
tumor ganas rongga mulut, orofaring posterior, nasofaring, dasar lidah
atau laring K.L jugularis interna superior
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
36/39
tumor pada laring, hipofaring atau tiroid K.L jugularis media
tumor di subglotis, laring tiroid atau esofagus bagian servikal K.L
jugularis inferior
tumor di infraklavikula, esofagus bagian servikal, tumor tiroid massa
tumor di supraklavikula
SUMBER : TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER FK
UI
FARINGITIS
Penatalaksanaan
a. Faringitis akut
i. Faringitis viral
1. Istirahat & minum cukup
2. Kumur dengan air hangat
3. Analgetika
4. Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) pada infeksi Herpes
Simpleks
a. Dewasa : 60-100 mg/KgBB dibagi 4-6 kali/hari
b. < 5 tahun : 50 mg/KgBB dibagi 4-6 kali/hari
ii. Faringitis bakterial
1. Antibiotik
a. Penicillin G Banzatin 50.000 U/KgBB, IM dosis tunggal
b. Amoksisilin 50 mg/KgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10
hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg/hari
2. Kortikosteroid Deksamethasone
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
37/39
a. Dewasa : 8-16 mg IM
b. Anak : 0,08 0,3 mg/KgBB IM
3. Analgetika
4. Kumur dengan air hangat atau antiseptik
iii. Faringitis fungal
1. Nystasin 100.000-400.000 2 kali/hari
2. Analgetika
b. Faringitis kronik
i. Kronik hiperplasi
1. Kaustik faring dengan larutan nitras argenti atau listrik
2. Obat kumur atau tablet hisap 3. Jika perlu obat batuk antitusif atau ekspetoran
4. Mengobati penyakit di hidung atau sinus paranasal
ii. Kronik atrofi
1. Mengobati rinitis atrofi
2. Obat kumur dan menjaga kebersihan mulut
SUMBER : TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN
LEHER FK UI
Terapi yang dapat diberikan berupa terapi local ditunjukkan pada hygiene
mulut dengan berkumur atau obat isap.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada radang kronik tonsil dapat
menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis
atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara
hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis,
nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.
Indikasi tonsilektomi. Menurut The American Academy of
Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun
1995 menetapkan :
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
38/39
a. Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat.
b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasia.
c. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan
jalan nafas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan
cor pulmonale.
d. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang
tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
e. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
f. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri group Astreptococcus beta hemoliticus.
g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
h. Otitis media efusa/otitis media supuratif.
SUMBER : TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER FK
UI
10. Komplikasi yang dapat timbul dari diagnosis?
Otitis media akut.Abses parafaring.Abses peritonsil.Bronkitis,Nefritis akut, artritis, miokarditis.Dermatitis.Pruritis.Furunkulosis.
8/12/2019 Sella Lbm 4 Painful Swallowing Sgd 19
39/39
11. Batasan operasi pada anak2?