Seminar Cad

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PadaTn. A dengan Coronary Artery Disease

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 2

Arifin ChanDoni BEdwardiFurqan RiantoM. ArifTinoYulianaPembimbing :Soni Hendra S S.Kep, NsFera Rahmawati S.Kep, Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas seminar dan agar pembaca dapat memperluas Ilmunya khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan CAD yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Atas terselesaikannya makalah ini, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :1. Tuhan Yang Maha Esa, kerena dengan kehendak-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini2. Ketua STIKES atau yang mewakili3. Ketua prodi Profesi Ners, Zakiah Rahmah S. Kep, Ns4. Soni Hendra S S.Kep, Ns selaku pembimbing akademik5. Fera Rahmawati S. Kep, Ns selaku pembimbing klinik6. Orang tua penulis yang memberikan bantuan moril dan materil7. Seluruh rekan prodi profesi nersSemoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Dan kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas, sehingga penyusun mohon kritik, saran, dan komentar yang membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini dan lebih maju pada masa yang akan datang.

Penyusun berharap, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Penyusun juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Tanjungpinang, Desember 2013

Penyusun

BAB IKONSEP MEDIK

A. PENGERTIANPenyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).B. ETIOLOGIPenyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria). Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita). Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.4. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.5. Merokok. Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.6. Tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.7. Kegemukan (obesitas). Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.8. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.9. Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.C. ANATOMI FISIOLOGI1. ANATOMI JANTUNGJantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri kosta V dan VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelican untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Dan terdapat arteri koronaria yang bertugas membawa darah bernutrisi pada jantung itu sendiri.Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja jantung dan nervus para simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncung yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.

Gambar : struktur jantung Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :a. Periode kontriksi (periode systole)b. Periode dilatasi (periode diastole)c. Periode istirahatDidalam janutng terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.a. Valvula trikuspidalis, terdapat diantara atrium deksta dengan ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katupb. Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup.c. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan arteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju paru-parud. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.2. FISIOLOGI JANTUNGJantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama, yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsanagan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi hingga serat ini bekerja sebagai suatu system pencetus rangsangan bagi jantung.

D. PATOFISIOLOGIAterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.

E. GAMBARAN KLINISAda beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:1. Nyeri.Jikaotottidak mendapatkan cukupdarah(suatu keadaan yang disebut iskemi), makaoksigenyang tidak memadai dan hasilmetabolismeyang berlebihan menyebabkan kram ataukejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebutsilent ischemia).2. Sesak napasmerupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara diparu-paru(kongesti pulmoner atau edema pulmoner).3. Kelelahan atau kepenatan.Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.4. Palpitasi(jantung berdebar-debar).5. Pusing & pingsan.Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing danpingsan.F. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK1. ECGmenunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung:CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.3. Elektrolit:ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.4. Whole Blood Cell:leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.5. Analisa Gas Darah:Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut.6. Kolesterol atau Trigliseid:mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.7. Chest X-Ray:mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.8. Echocardiogram:Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.9. Exercise Stress Test:Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.G. PENGOBATANPengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.1. Perubahan Gaya Hidup. Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner. Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.3. Terapi Medis. Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate). Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.4. Intervensi Jantung Perkutan. Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan. Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.5. Operasi.a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG). CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen. Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.b. Operasi Robotik. Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada. Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.c. Revaskularisasi Transmiokardia. Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.

BAB IIKONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIANPengkajian klien dengan CAD meliputi kesadaran klien, tanda-tanda vital, kondisi klien dan pengkajian menggunakan 11 pola Gordon, antara lain:1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatanMeliputi genogram, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, riwayat penyakit terdahulu, apakah klien sudah pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau tidak. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Klien dengan resiko tinggi seperti perokok, penderita DM, obesitas, hipertensi, memiliki gaya hidup yang buruk, sering mengalami stress, dan berusia lebih dari 45 tahun bagi pria dan 55 tahun bagi wanita. 2. Pola nutrisi metabolicPada klien dengan CAD umumnya akan mengalami gangguan seperti mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.3. Pola eliminasiKlien dengan CAD umumnya tidak memiliki gangguan dalam eliminasi urine, tetapi bising usus mungkin meningkat atau juga normal.4. Pola aktivitas dan latihanKlien dengan CAD umum jika mengalami kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas). Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku. Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.5. Pola tidur dan istirahatKlien dengan CAD dapat mengalami gangguan pola tidur maupun insomnia, hal ini dapat disebabkan karena nyeri yang diderita dan sesak napas.6. Pola persepsi kognitifTimbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.Klien juga dapat mengalami nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.7. Pola persepsi dan konsep diriPasien dengan kasus penyakit CAD seringkali terganggu integritas egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.8. Pola peran dan hubunganStress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

9. Pola reproduksi seksualitasPada pasien CAD terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi pada kemampuan seksualnya, kelemahan yang diderita oleh pasien tidak mengizinkan klien untuk berhubungan intim akibat dari intoleransi aktifitas.10. Pola mekanisme koping dan toleransi stressKlien dengan CAD mengalami peningkatan stres karena memikirkan pengobatan dan penyakit yang dideritanya menyebabkan klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, bisa terlihat dari perubahan tingkah laku dan kegelisahan klien. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien menghadapi masalah yang dialami. Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk mengurangi stresnya.11. Pola nilai dan kepercayaanPasien CAD mengalami gangguan dalam hal keyakinan, seperti gangguan dalam beribadah shalat, klien tidak bisa melaksanakannya, karena keterbatasan kemampuan klien. Perawat juga perlu mengkaji apakah ada pantangan dalam agama klien untuk proses pengobatan.B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.2. Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan 3. Ansietas b.d prognosis dan kurang pengetahuan4. Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN1. Dx 1 : Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan perfusi dengan kriteria hasil: adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, peningkatan perilaku yang meningkatkan perfusi jaringan.

IntervensiRasional

Observasi warna kulit bagian yang sakit.Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis, kulit dingin. Selama perubahan warna, bagian yang sakit menjadi dingin kemudian berdenyut dan sensasi kesemutan.

Catat penurunan nadi, perubahan trafik kulit(tak berwarna, mengkilat/tegang).Perubahan ini menunjukkan kemajuan atau proses kronis.

Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area gangren.Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan/kehilangan jaringan serius.

Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat, perlu untuk penyembuhan.

Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari gangguan perfusi.

Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.Untuk melancarkan sirkulasi.

2. Dx 2 : Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil pasien menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol, pasien tidak tampak meringis, mendemonstrasikan teknik relaksasi.

IntervensiRasional

Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik (menangis, kesakitan, meringis, tidak bisa istirahat, irama pernafasan, tekanan darah dan perubahan heat rate).Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.

Kaji adanya gambaran nyeri yang dialami pasien meliputi: skala, tempatnya, intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya.Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan digambarkaan sendiri oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat.

Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung.Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang dan daya kerja jantung tidak terlalu keras.

Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang.Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami.

Identifikasi atau tingkatkan posisi nyaman menggunakan alat bantu bila perlu.Bantal atau gulungan selimut berguna untuk menurunkan tegangan otot atau meningkatkan kenyamanan.

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik.Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi.

14

3. Dx 3 : Ansietas b.d prognosis dan kurang pengetahuanSetelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil pasien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, menyatakan cemas berkurang.

IntervensiRasional

Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.Untuk mengetahui intensitas nyeri.

Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.Untuk mengurangi tingkat ansietas

Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.Untuk mendorong dan menambah semangat pasien.

Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperi sebelumnya.Meyakinkan pasien bahwa peran dan kerja tidak berubah.

Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan atau membatasi serangan akan dating dan meningkatkan stabilitas jantung.Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala, untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.

Kolaborasi pemberian sedative, tranquilizer, sesuai indikasi.Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.

4. Dx 6 : Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.Setelah diberikan asuhan keperawaan diharapkan pasien menyaakan pemahaman penyakinya, rencana pengobaan, tujuan pengobatan dan efek samping pengobatan.Kriteria hasil : pasien menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat mampu mengidentifikasi perubahan pola hidup yang perlu.

IntervensiRasional

Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efek penyakitnya pada pembuluh darah, ginjal dan mata ( pada organ tubuh lainnya ).Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman tentang penyakitnya memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika masih sehat.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat di ubah, misal : Obesitas, merokok, pola hidup monoton.Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang timbulnya arteriosklorosis.

Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor di atas.Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku yang biasa atau memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan, dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan masalah ini.

Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi sendiri terhadap aktivitas, laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.

BAB IVTINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIANUnit/ ruangan: DahliaKamar/ No. TT: 7/ 1Tgl masuk RS: 26 November 2013Tanggal pengkajian: 2 Desember 20131. Identifikasia. Nama Klien: Tn. Sb. TTL/ umur: 55 Tahunc. Jenis Kelamin: Laki-lakid. Status Perkawinan: Kawine. Agama/ Suku: Islamf. Warga Negara: Indonesiag. Bahasa yg Digunakan: Indonesiah. Pekerjaan: Satpami. Alamat Rumah: Jl. Senggarang No. 102. Penanggunag JawabNama: Ny. JAlamat: Jl. SenggarangHubungan Dengan Klien: Istri3. Data MedikDikirim oleh: UGDDignosa medis: Saat pengkajian: CAD, Hipertensi, Dyspepsia Saat masuk: CAD4. Keadaan Umuma. Keadaan Sakit: SedangAlasan: klien tampak berbaring, sesekali dudukb. Kesadaran: Kualitatf: Compos mentisKuantitatif: Respon Motorik: 6 Respon Bicara: 5 Respon Membuka Mata: 4 Total: 15Kesimpulan: Klien tidak mengalami gangguan kesadaranc. Tanda-tanda Vital:1) Tekanan Darah: 130/90 mmHgMAP: 103 mmHgKesimpulan: perfusi jaringan memadai2) Denyut Nadi:88x/i3) Pernafasan: Frekuensi: 24x/i Irama: teratur Jenis: Dada4) Suhu: Axillar: 36C5. Genogram

6. Pengkajian Pola Kesehatana. Pola Persepsi Kesehatan Pemeliharaan KesehatanRiwayat Penyakit yang Pernah dialamiKapan:Catatan

Penyakit jantung2 bulan yang laluKlien mengatakan ia pernah dirawat selama 4 hari di ICU

Penyakit Jantung, sesak napas2 tahun yang lalu(2011)Klien mengatakan ia dirawat sekitar seminggu lalu pulang sekitar seminggu, kemudian dirawat lagi selama sekitar seminggu

1) Data Subjektifa) Keadaan Sebelum Sakit:Klien mengatakan ia sudah merokok sejak usia 18 tahun, klien mengatakan rokoknya surya, klien mengatakan dapat menghabiskan 1 bungkus rokok setiap harinya bersama temannya dan sekitar 1 bungkus untuk 2 hari jika sendirian. Saat mulai sakit klien mengatakan mulai mengurangi rokok tetapi tetap tidak bisa berhenti merokok, sampai saat ini klien mengatakan masih merokok sekitar 1 batang sehari, klien mengatakan sulit untuk menahan rokok setelah makan malam. klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi. Klien mengatakan ibunya juga memiliki riwayat penyakit jantung.b) Keadaan Sejak Sakit:Klien mengatakan ia belum bisa berhenti merokok, tetapi saat ini berhenti karena dirawat.

2) Data ObjektifKlien telah berusia 55 tahun, klien memiliki riwayat hipertensiObservasi :Kebersihan Rambut: Bersih.Kulit kepala: Bersih Kebersihan Kulit: Bersih Hygiene Rongga mulut: BersihTanda/ Scar Vaksinasi: tidak tampakb. Pola Nutrisi Metabolik1) Data Subjektifa) Sebelum SakitKlien mengatakan ia makan tidak teratur, kapan merasa lapar ia makan, klien mengatakan makan 2-3 x/hari, klien juga mengatakan suka gorengan.b) Setelah SakitSejak sakit klien mengatakan makan makanan yang disediakan rumah sakit, klien juga mengatakan suka membeli makanan dari luar jika masih lapar, klien mengatakan sesekali merasa mual tetapi tidak pernah muntah2) Data Objektifa) Observasi :Klien tampak menghabiskan makan malam, klien tampak makan ayam penyet.b) Pemeriksaan Fisik : Keadaan rambut: bersih, beruban Hidrasi kulit: baik Conjungtiva: ananemi Hidung:tidak terdapat peradangan/ TAK Gigi palsu:tidak ada Lidah: tidak ada radang maupun sariawan Tonsil: tidak ada pembesaran Faring: tidak ada peradangan Kel. Getah bening: tidak ada pembesaran Kel. Parotis: tidak ada pembesaran Kelenjar Thyroid: tidak ada pembesaran Kelenjar limfe inguinal: tidak terdapat pembesaran

c) Terapi NOTERAPI/ OBATDOSISCARAPEMBERIANINDIKASI

1Lansoprazole 30 mg2X1oralTukak usus, lambung, duodenum

2.Ranitidine 150 mg2x1oralTukak Lambung, duodenum

c. Pola Eliminasi1) Data Subjektifa) Keadaan sebelum sakit :Klien mengatakan sebelum sakit BAB dan BAKnya lancar dan tidak ada masalah dengan frekuensi BAB 1x/hari, dan BAK 4-5 kali/ hari.b) Keadaan setelah sakit :Klien mengatakan ia BAK 4-6 hari sekali, klien mengatakan beberapa hari yang lalu ia kesulitan BAB, tetapi saat ini klien mengatakan sudah rutin BAB setiap pagi, klien mengatakan BABnya masih keras.

2) Data Objektifa) Observasi :Klien tampak buang air secara mandiri.b) Pemeriksaan penunjangNOPemeriksaanHasilNilai normal

1.BUN/ Urea43 mg/dl20-40 mg/dl

2. Creatinin1,6 mg/dl0,6-14 mg/dl

c) Terapi NOTERAPI/ OBATDOSISCARAPEMBERIANINDIKASI

1Laxadine Sirup1x 1(3cc)OralKonstipasi

d. Pola Aktivitas dan Latihan1) Data Subjektif :a) Keadaan sebelum sakit :Klien mengatakan ia bekerja sebagai satpam di SMAN 4, klien mengatakan aktifitasnya hanya bekerja, setelah bekerja klien mengatakan tidak ada aktifitas fisik lain.b) Keadaan setelah sakit :Sejak sakit klien mengatakan hanya berbaring atau duduk saja ditempat tidur, klien mengatakan merasa lemah, klien mengtakan ia sesekali merasakan sesak dan nyeri pada dadanya saat beraktifitas2) Data Objektif :a) Observasi Aktivitas Harian: klien tampak melakukan kegiatan harian secara mandiri. Aktifitas klien hanya sesuai kebutuhan.

b) Pemeriksaan fisik Thoraks dan pernapasan : Inspeksi : bentuk dada: normal, tidak ada cyanosis Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan Jantung: Inspeksi: tidak tampak alat pacu jantung Auskultasi: S1 S2 tidak terdapat suara jantung tambahan Lengan dan tungkai: Rentang gerak: rentang gerak klien luas dan mudah bergerak Uji kekuatan otot: pada ekstremitas atas dan bawah, klien tidak memiliki masalah kekuatan otot, Tidak terdapat reflek patologis, atrofi otot Columna Vertebralis: Inspeksi: klien tampak tegap Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan maupun kaku kudukc) Pemeriksaan penunjangNOPemeriksaanHasil Hasil Normal

1.EKG Kemungkinan perbesaran atrium kiri Hipertrofi ventrikel kiri dengan repolarisasi abnormal Sinus rhythm normal

2.Asam Urat8,5 mg/dl< 7,0mg/dl

d) Terapi NOTERAPI/ OBATDOSISCARAPEMBERIANINDIKASI

1Aspilet 1x1OralNyeri

2Digoxine2x1/2 tabletOralPayah jantung

3KSR2x1OralPencegahan Hipokalemia

4.Allupurinol2x1OralPenanggulanga asam urat

5Captopril 25 mg3x1OralHipertensi

6Isosorbide Dinitrate 5mg3x1oralPencegahan Angina

7Farsix 40 mg2x1oralEdema, hipertensi ringan-sedang

e. Pola Tidur dan Istirahat1) Data Subjektifa) Keadaan sebelum sakit :Klien mengatakan sebelumnya tidak mengalami gangguan tidur, ia biasa tidur paling lambat pukul 00.00 dan akan bangun pukul 05.00 dini hari, klien juga mengatakan ia biasa tidur setelah pulang kerja.b) Keadaan setelah sakit :Klien mengatakan beberapa hari sejak sakit ia sulit tidur, tetapi saat dikaji klien mengatakan sudah dapat tidur meski sedikit. 2) Data ObjektifKlien tampak lemah, klien tidak menguapf. Pola Persepsi Kognitif1) Data Subjektifa) Keadaan sebelum sakit :Klien mengatakan tidak ada gangguan pada pendengaran, penglihatannya tidak kaburt, dan tidak ada gangguan indera lainnya.b) Keadaan sejak sakit :Klien mengatakan dapat melihat jelas lingkungan sekitarc) Pengkajian Nyeri1. Provocative/ Palliativea. Apa penyebabnyaPenurunan suplai oksigen ke jantung___________b. Hal-hal yang memperbaiki keadaanIstirahat__________________________________2. Qualitya. Bagaimana dirasakanSeperti diremas____________________________3. RegionDisekitar dada______________________________4. Severity Ya_______________________________________5. Time Saat beraktifitas____________________________

2) Data Objektif a) ObservasiKlien tidak menggunakan alat bantu apapun, dapat berbicara dengan baik dan mendengarkan dengan baik.b) Pemeriksaan fisik Penglihatan Pupil: kontriksi saat terkena rangsang cahaya Lensa mata: keruh TIO: tidak ada gangguan Pendengaran Pina: simetris, bersih Canalis: bersih Membrane tymphani: tidak ada robekan Tes pendengaran: klien dapat mendengar pertanyan penkaji dengan baik Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai : klien dapat mengenali rasa posisi yang dikaji oleh perawatg. Pola Persepsi dan Konsep Diri1) Data Objektifa) Observasi Kontak mata: klien memandang pengkaji Rentang perhatian: perhatian klien baik dan focus Suara dan cara berbicara: suara klien terdengar lemah, dan sopan saat bicarah. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama1) Data objektifTampak keluarga klien bergantian menjaga klien.

i. Pola Reproduksi Seksualitas1) Data subjektif :a) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan telah memiliki 3 orang anak

j. Analisa data Nama klien: Tn. AUmur: 55 tahunRuangan/ no. bed : 7/ 1Diagnose medis: CAD

ANALISA DATANoDataEtiologiMasalah

1DS : Klien mengatakan hanya berbaring dan sesekali duduk Klien mengatakan merasa lemah Klien mengeluh merasakan sesak sesekali setelah beraktifitas Klien mengatakan sesekali nyeri dada timbul saat aktifitas

DO : Kondisi umum klien tampak sedang Klien beraktivitas secara mandiri sesuai kebutuhan Kesadaran CM Hasil EKG abnormalketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhanIntoleransi aktivitas

2DS: Klien mengeluh sesak nafas sesekali saat aktifitasDO : RR 24x/menit Klien tampak hanya berbaring lemah sesekali dudukPenurunan energy/ kelelahanResiko pola nafas tidak efektif

3DS : -DO : Gambaran EKG : Kemungkinan perbesaran atrium kiri Hipertrofi ventrikel kiri dengan repolarisasi abnormal Sinus rhythm normalTD : 130/90RR : 24 x/menitSuhu : 36CHR : 88 x/menitpenurunan curah jantungResiko gangguan perfusi jaringan

4.DO: Klien dirawat dengan penyakit jantung untuk yang ketiga kalinyaDS : Klien mengatakan ia pernah dirawat selama 4 hari di ICU karena penyakit jantung 2 bulan yang lalu Klien mengatakan ia dirawat sekitar seminggu lalu pulang sekitar seminggu, kemudian dirawat lagi selama sekitar seminggu 4 bulan yang lalu karena penyakit jantung dan sesak napas Klien mengatakan masih merokok 1 batang sehari Klien mengatakan suka makan gorengan Klien mengatakan saat ini berhenti merokok karena dirawatDefisit support/ motivasi

Manejemen regimen terapeutik tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/ kelelahan3. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung 4. Manejemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan defisit support/ motivasi