2
621 | NOVEMBER - DESEMBER 2010 Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo inilah tempat Tun Kurniasih Bastaman mengabdi selama 22 tahun, dan sam- pai saat ini beliau masih dibutuhkan di Perhimpunan Dokter Spesialis Ke- sehatan Jiwa walaupun sudah berusia 64 tahun. Tun Bastaman adalah sosok dokter yang sangat sederhana; orangtuanya guru SD Negeri. Beliau tertarik ke du- nia kedokteran awalnya karena sering membaca buku karangan Dr. Abu Ha- nifah, dan melihat kehidupan Dr. Abu Hanifah yang ketika itu berjuang untuk menolong sesama; maka ketika tamat SMA Tasikmalaya tahun 1964, beliau tetap teguh memilih FKUI, walaupun ketika itu beliau juga diterima di ITB dan IPB, dan lulus tahun 1970 bersam- aan dengan Prof. DR. Dr. Farid Moe- loek, SpOG (mantan Menteri Keseha- tan RI), Prof. DR. Dr. Azrul Azwar, MPH (mantan Ketua Umum IDI). Setelah lulus, beliau ditugaskan oleh pemerintah untuk mengabdi di dae- rah sesuai dengan pekerjaan suaminya yaitu di Puskesmas Kecamatan Jatine- gara Jakarta Timur. Setelah mengabdi selama 7 tahun (1971 - 1978), beliau berniat menerus- PROFIL Profil : Dr. Tun Kurniasih Bastaman, Sp.KJ “Semua Dokter (hendaknya) Ingat Sumpah Hipocrates” Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 621 Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 621 10/27/2010 2:42:22 PM 10/27/2010 2:42:22 PM

“Semua Dokter (hendaknya) Ingat Sumpah Hipocrates” Profil dr tun kurniasih.pdf · 622 | NOVEMBER - DESEMBER 2010 kan pendidikannya ke spesialis; ilmu kedokteran jiwa dipilih karena

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: “Semua Dokter (hendaknya) Ingat Sumpah Hipocrates” Profil dr tun kurniasih.pdf · 622 | NOVEMBER - DESEMBER 2010 kan pendidikannya ke spesialis; ilmu kedokteran jiwa dipilih karena

621| NOVEMBER - DESEMBER 2010

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo inilah tempat Tun Kurniasih Bastaman mengabdi selama 22 tahun, dan sam-pai saat ini beliau masih dibutuhkan di Perhimpunan Dokter Spesialis Ke-sehatan Jiwa walaupun sudah berusia 64 tahun.

Tun Bastaman adalah sosok dokter yang sangat sederhana; orangtuanya guru SD Negeri. Beliau tertarik ke du-

nia kedokteran awalnya karena sering membaca buku karangan Dr. Abu Ha-nifah, dan melihat kehidupan Dr. Abu Hanifah yang ketika itu berjuang untuk menolong sesama; maka ketika tamat SMA Tasikmalaya tahun 1964, beliau tetap teguh memilih FKUI, walaupun ketika itu beliau juga diterima di ITB dan IPB, dan lulus tahun 1970 bersam-aan dengan Prof. DR. Dr. Farid Moe-loek, SpOG (mantan Menteri Keseha-

tan RI), Prof. DR. Dr. Azrul Azwar, MPH (mantan Ketua Umum IDI).

Setelah lulus, beliau ditugaskan oleh pemerintah untuk mengabdi di dae-rah sesuai dengan pekerjaan suaminya yaitu di Puskesmas Kecamatan Jatine-gara Jakarta Timur.

Setelah mengabdi selama 7 tahun (1971 - 1978), beliau berniat menerus-

PROFIL

Profi l : Dr. Tun Kurniasih Bastaman, Sp.KJ

“Semua Dokter (hendaknya) Ingat Sumpah Hipocrates”

Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 621Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 621 10/27/2010 2:42:22 PM10/27/2010 2:42:22 PM

Page 2: “Semua Dokter (hendaknya) Ingat Sumpah Hipocrates” Profil dr tun kurniasih.pdf · 622 | NOVEMBER - DESEMBER 2010 kan pendidikannya ke spesialis; ilmu kedokteran jiwa dipilih karena

622 | NOVEMBER - DESEMBER 2010

kan pendidikannya ke spesialis; ilmu kedokteran jiwa dipilih karena saat itu pilihan kedokteran lain begitu banyak peminatnya. Pendidikan spesialisasi kesehatan jiwa di Fakultas Kedokteran Indonesia dijalaninya dari tahun 1979 sampai lulus tahun 1983.

Selama pendidikan, Tun juga ditugas-kan ke RS Jiwa Bogor dari tahun 1978 sampai 1987; setelah lulus dipercaya sebagai staf pengajar di Departemen Psikiatri FKUI dari tahun 1987 sam-pai 2000; pengabdiannya dilanjutkan sebagai Ketua Departemen Psikiatri FKUI/RSCM sampai 2005.

Beliau juga diberi kepercayaan oleh Prof DR. Dr. Kusumanto, SpKJ (K) se-bagai staf medik di Sanatorium Dar-mawangsa, Kebayoran Baru sejak ta-hun 1983 sampai sekarang. “Puncak tertinggi saya, saya dipercaya menja-di Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) sampai sekarang,” ujar Tun. Selain itu beliau juga pernah seba-gai Ketua Medik Sanatorium Darma-wangsa tahun 1995 - 1997 dan sebagai Konsultan ke Aceh (Lhokseumawe) untuk pemeriksaan kesehatan jiwa pe-gawai beberapa perusahaan di sana.

Dokter yang dikaruniai satu anak dan satu cucu ini mengatur waktu dengan cara tidak menunda-nunda. “Saya termasuk pekerja cepat dan disiplin waktu,” ujar Tun. Beliau berangkat

pk 06.30, sampai di RSCM sekitar jam 08.00. Kemudian setelah pk.14.00 be-rangkat ke klinik Darmawangsa untuk praktek pk. 15.00- 18.00; sampai di ru-mah pk. 1900 - 20.00 WIB.

Dokter yang hobinya merajut dan me-masak ini juga sering diundang seba-gai pembicara di berbagai daerah di Indonesia, terutama untuk penyuluhan psikiatri.

Suka duka menjadi dokter itu pasti ada, juga dialami oleh Tun saat masih dokter umum di puskesmas, “ada pa-sien tetanus akut dengan gejala sulit membuka mulut, saya pikir radang tenggorokan sehingga saya sarankan dioperasi, kemudian dirujuk ke dok-ter spesialis THT. Tindakan operasi hasilnya tidak memuaskan, ternyata tidak lama kemudian, pasien tersebut meninggal,” ujar Tun. “Saya merasa berdosa, walaupun secara tidak lang-sung,” tuturnya lagi.

Di bidang psikiatri penyulitnya justru banyak di masalah kepribadian, se-perti masalah keluarga, suami istri, remaja, dll.. “Itu menurut saya lebih menantang dibandingkan penyakit jiwa kronis seperti skizofrenia dan sejenisnya yang sudah ada standar pengobatannya, sehingga juga sudah diprediksi cara penanganannya,”tutur Tun.“Sedangkan masalah kepribadian itu penyulitnya seperti depresi, cemas, ansietas, dll perlu pengobatan yang

tepat, dan masalahnya harus disele-saikan segera.”

Masalah kedokteran saat ini, menurut beliau karena dunia kedokteran seka-rang ini sangat berbeda, terutama ba-nyaknya pergeseran dalam hal pribadi dokternya, dulu dokter menolong pasien dengan tulus, tetapi sekarang banyak yang materialistis. Dulu dokter menghormati benar etika kedokteran, tetapi sekarang banyak yang melang-garnya. Disarankan agar semua dokter harus mematuhi sumpah dokternya.

Dalam kesehatan jiwa saat ini di-harapkan agar pelayanan keseha-tan jiwa sesuai dengan kebutuhan masyarakat; sampai saat ini keseha-tan dasar gangguan jiwa ringan yang banyak di masyarakat belum terlayani, karena prioritas penanganannya pada gangguan jiwa berat, yang sebe-narnya hanya 0,46 % saja; sedangkan gangguan jiwa ringan seperti cemas, depresi mencapai 11,46% (2007). Pa-dahal dampak gangguan jiwa ringan bisa menurunkan produktivitas akibat absen kerja karena keluhan fi siknya.

Mengingat jumlah dokter ahli psikiatri di Indonesia belum mencukupi, dokter umum dapat dilatih untuk deteksi dini di puskesmas, seperti sudah dilaku-kan oleh Kementrian Kesehatan, agar bisa mendeteksi gangguan jiwa pada pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan fi sik. (REDAKSI)

PROFIL

Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 622Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 622 10/27/2010 2:42:25 PM10/27/2010 2:42:25 PM