12
Contagion : Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health 2(2)(2020) ISSN : http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion Page64 Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa di Dusun Sido Waras Desa Kwala Begumit Sensitivity and Specificity of RLPTB Cutpoint as Predictors of Hypertension in Adults in Sido Waras Hamlet, Kwala Begumit Village Nofi Susanti 1, Reinfal Fahlefi 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara Email corespondensi :[email protected] Track Record Article Diterima : 26 April 2020 Dipublikasi: 11 Desember 2020 Abstrak Pendahuluan: Who menyatakan pada tahun 2015 sekitar 1,13 miliar orang didunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2 %). Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari seluruh penduduk di Sumatera Utara. Yang menjadi salah satu faktor penyebab hipertensi tersebut yaitu obesitas yang dimulai pada usia 18 tahun keatas. Obesitas menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang perlu diwaspadai. Status obesitas dapat diketahui dengan melakukan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) sedangkan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran LP (Lingkar Pinggang) dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif dan uji diagnostik menggunakan tabel 2x2. Serta desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling didapatkan sampel sebanyak 80 responden dari total populasi 387. Penelitian dilakukan pada 23 Juni s/d 15 Juli 2019. Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Desa Kwala begumit kecamatan Stabat dan di lakukan dalam satu dusun yaitu dusun Sido waras. Hasil: hasil yang didapat pada kelompok umur 38-47 paling banyak penderita hipertensi sebanyak 15 responden dan jenis kelamin perempuan paling banyak menderita hipertensi. Didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa sebesar 87% dan nilai spesifisitas sebesar 60%. Serta didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 sebagai predictor kejadian hipertensi pada perempuan dewasa sebesar 96% dan nilai spesifisitas sebesar 54%. Kesimpulan: nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi hal ini bahwa titik potong RLPTB 0.40 dan 0.50 cukup mumpuni dijadikan sebagai alat deteksi dini. Kata kunci: Sensitivitas, Spesifisitas, Prediktor, Hipertensi. Abstract Introduction: Who stated that in 2015 around 1.13 billion people worldwide suffer from hypertension. Prevalence of hypertension based on the results of measurements in the 18-year-old population of 34.1%. Hypertension occurs in the age group 31-44 years (31.6%), age 45-54 years (45.3%), age 55-64 years (55.2%). Prevalence of hypertension in North Sumatra Province 6.7% of the entire population in North Sumatra. Which is one causing hypertension is obesity that starts at the age of 18 years and over. Obesity is a risk factor for hypertension that needs to be watched out for. Obesity status can be known by measuring BMI while for central obesity it can be known through measurement of LP and RLPTB. Method: This research is a quantitative study with descriptive analysis and diagnostic tests using a 2x2 table. The design of this study used a cross-sectional design. Sampling was carried out by simple random sampling, a sample of 80 respondents from a total population of 387 was obtained. The study was conducted on June 23 through July 15, 2019. The location of the study was Kwala village as complex as Stabat sub- district and carried out in one hamlet namely Sido waras hamlet . Results: the results obtained in the age group of 38-47 most hypertension sufferers as many as 15 respondents and the most female sex suffer from hypertension. Obtained a sensitivity value of the cut point 0.47 as a

Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

Contagion : Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health 2(2)(2020) ISSN : http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion

Page

64

Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai Prediktor

Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa di Dusun Sido Waras Desa

Kwala Begumit

Sensitivity and Specificity of RLPTB Cutpoint as Predictors of

Hypertension in Adults in Sido Waras Hamlet, Kwala Begumit Village

Nofi Susanti1, Reinfal Fahlefi2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara

Email corespondensi :[email protected]

Track

Record

Article Diterima : 26 April

2020

Dipublikasi: 11 Desember 2020

Abstrak

Pendahuluan: Who menyatakan pada tahun 2015 sekitar 1,13 miliar orang didunia menderita

hipertensi. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun

sebesar 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2 %). Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai

6.7% dari seluruh penduduk di Sumatera Utara. Yang menjadi salah satu faktor penyebab

hipertensi tersebut yaitu obesitas yang dimulai pada usia 18 tahun keatas. Obesitas menjadi salah

satu faktor risiko hipertensi yang perlu diwaspadai. Status obesitas dapat diketahui dengan

melakukan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) sedangkan untuk obesitas sentral dapat

diketahui melalui pengukuran LP (Lingkar Pinggang) dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang

Tinggi Badan). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif

dan uji diagnostik menggunakan tabel 2x2. Serta desain penelitian ini menggunakan desain cross

sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling didapatkan sampel

sebanyak 80 responden dari total populasi 387. Penelitian dilakukan pada 23 Juni s/d 15 Juli

2019. Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Desa Kwala begumit kecamatan Stabat dan di lakukan dalam satu dusun yaitu dusun Sido waras. Hasil: hasil yang didapat pada kelompok umur

38-47 paling banyak penderita hipertensi sebanyak 15 responden dan jenis kelamin perempuan

paling banyak menderita hipertensi. Didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa sebesar 87% dan nilai spesifisitas sebesar

60%. Serta didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 sebagai predictor kejadian

hipertensi pada perempuan dewasa sebesar 96% dan nilai spesifisitas sebesar 54%. Kesimpulan:

nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi hal ini bahwa titik potong RLPTB 0.40 dan 0.50 cukup

mumpuni dijadikan sebagai alat deteksi dini.

Kata kunci: Sensitivitas, Spesifisitas, Prediktor, Hipertensi.

Abstract

Introduction: Who stated that in 2015 around 1.13 billion people worldwide suffer from

hypertension. Prevalence of hypertension based on the results of measurements in the 18-year-old

population of 34.1%. Hypertension occurs in the age group 31-44 years (31.6%), age 45-54 years

(45.3%), age 55-64 years (55.2%). Prevalence of hypertension in North Sumatra Province 6.7%

of the entire population in North Sumatra. Which is one causing hypertension is obesity that

starts at the age of 18 years and over. Obesity is a risk factor for hypertension that needs to be

watched out for. Obesity status can be known by measuring BMI while for central obesity it can

be known through measurement of LP and RLPTB. Method: This research is a quantitative study

with descriptive analysis and diagnostic tests using a 2x2 table. The design of this study used a cross-sectional design. Sampling was carried out by simple random sampling, a sample of 80

respondents from a total population of 387 was obtained. The study was conducted on June 23

through July 15, 2019. The location of the study was Kwala village as complex as Stabat sub-

district and carried out in one hamlet namely Sido waras hamlet . Results: the results obtained in

the age group of 38-47 most hypertension sufferers as many as 15 respondents and the most

female sex suffer from hypertension. Obtained a sensitivity value of the cut point 0.47 as a

Page 2: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

65 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

65

1. Pendahuluan

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan

utama di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi menjadi penyebab kematian

nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang

mengalami peningkatan terus menerus. Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg (WHO, 2020) .

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua kalangan

masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan

terpadu (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penyakit hipertensi menimbulkan angka

morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang

dimiliki seseorang (Oktaviarini E, 2019).

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017, meyebutkan bahwa dari

53,3 juta kematian didunia, 33,1% disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, 16,7% oleh

kanker, 6% disebabkan oleh diabetes melitus (DM) dan gangguan endokrin dan 4,8%

disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah (IMHE, 2017). IMHE juga menyebutkan bahwa

dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan

kematian adalah tekanan darah (hipertensi) sebesar 23,7%, hiperglikemia sebesar 18,4%,

merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7% (IMHE, 2017).

Data Riskesdas tahun 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan

(44.1%), dan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-

44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Pra lansia

merupakan seseorang yang berusia antara 45-59 tahun yang mulai memasuki masa akan

terjadi penurunan secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti

dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan

anatomis, fisiologis dan biomekanik dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel

predictor of the incidence of hypertension in adult men by 87% and a specificity value of 60%.

And the sensitivity value of the cutoff point of 0.50 was obtained as a predictor of the incidence of

hypertension in adult women by 96% and a specificity value of 54%. Conclusion: the high

sensitivity and specificity value are that the cut off point of RLPTB of 0.40 and 0.50 is sufficient to

be used as an early detection tool.

Keywords: Sensitivity, Specificity, Predictors, Hypertension.

Page 3: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

66 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

66

jaringan dan organ tubuh. Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar

8,8% terdiagnosa hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosa hipertensi tidak minum obat

serta 32,3% penderita hipertensi tidak rutin minum obat (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan prevalensi hipertensi di

Propinsi Sumatera Utara mencapai 6,7% dari seluruh penduduk di Sumatera Utara. Ini berarti

bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara yang menderita hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa

tersebar di beberapa Kabupaten. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya status

hipertensi, salah satu faktor penyebab hipertensi tersebut yaitu status obesitas yang dimulai

dari usia 18 tahun ke atas (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2019).

Obesitas menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang perlu diwaspadai. Hal ini

disebabkan berat badan yang bertambah beberapa kilogram akan membuat jantung bekerja

lebih keras serta lemak yang berlebih di atas pinggul (lemak viseral) menjadi risiko yang

tinggi terhadap kejadian hipertensi (Susanti, 2020). Menurut Adinda (2020) bahwa konsumsi

makanan akan berkaitan dengan status gizi dan penyakit yang diderita seseorang. Hasil

penelitian Sugiarto (2019) dan Fatimah (2020) menunjukkan bahwa konsumsi makanan akan

memiliki kaitan yang erat dengan kejadian penyakit yang dialami oleh seorang individu.

Penelitian Pamelia (2015) dan Siregar (2020) menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan makan makanan cepat saji dengan kejadian hipertensi.

Status obesitas dapat diketahui dengan melakukan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh)

sedangkan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran LP (Lingkar Pinggang)

dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan). Selain untuk mengukur status obesitas

dan obesitas sentral, IMT, LP dan RLPTB juga dapat digunakan sebagai alat skrining dari

hipertensi. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) merupakan nilai dari ukuran

Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan (Meilani, 2012). Berdasarkan penelitian oleh

Ashwell (2012) pada titik potong RLPTB 0,47 sebagai prediktor terbaik deteksi hipertensi

pada laki-laki dewasa sedangkan titik potong 0,50 adalah sebagai prediktor terbaik deteksi

hipertensi pada perempuan dewasa.

RLPTB lebih unggul dari pada IMT dan LP. Karena RLPTB lebih sensitive sebagai

peringatan awal dari resiko penyakit obesitas dan sindrom metabolik, lebih sensitif pada

populasi yang memiliki tinggi berbeda-beda karena terdapat hubungan negative antara tinggi

badan dengan faktor resiko metabolik, dan RLPTB juga dianggap lebih murah daripada harga

timbangan berat badan. RLPTB merupakan indeks antropometri yang baik untuk

Page 4: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

67 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

67

mengidentifikasi risiko penyakit kardio-metabolik pada orang dewasa normal maupun

overweight.

Suatu jenis metode agar dapat digunakan sebagai predictor suatu penyakit harus di ukur

validitasnya. Validitas meliputi sensitivitas dan spesifisitas alat tersebut. Saat ini penelitian

yang mempelajari mengenai sensitivitas dan spesifisitas RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang

Tinggi Badan) dari titik potong 0,47 dan 0,50 sebagai prediktor hipertensi, masih terbatas.

Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai RLPTB (Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan) dengan kejadian hipertensi di Dusun Sido Waras Desa Kwala

Begumit tahun 2019.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif. Desain

penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan

dengan mengukur tingkat tekanan darah, lingkar pinggang, tinggi badan dan berat badan

untuk melihat karakteristik responden dan melihat sensitivitas dan spesifisitas titik potong

RLPTB (Rasio lingkar pinggang Tinggi Badan) sebagai prediktor kejadian hipertensi pada

kelompok orang dewasa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2019 sampai dengan

15 Juli 2019. Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Desa Kwala begumit kecamatan

Stabat, Sumatera Utara dan di lakukan dalam satu dusun yaitu dusun Sido waras. Dengan

total populasi sebanyak 387 dan dilakukan perhitungan sampel secara simple random

sampling didapatkan total sampel sebanyak 80. Kriteria Inklusi penelitian ini yaitu: Berada di

tempat pada saat penelitian dilaksanakan, berusia >18 tahun sesuai dengan titik potong

predictor hipertensi pada usia dewasa, bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi

penelitian ini yaitu: Wanita hamil dan berusia <18 tahun.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan data primer dengan

melakukan pengukuran langsung kepada responden yang terdiri atas pengukuran tekanan

darah sistolik dan diastolic menggunakan sphygmomanometer aneroid, pengukuran lingkar

pinggang menggunakan pita meter, dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise.

Analisis univariat dilakukan untuk melihat bagaimana karakteristik responden berdasarkan

umur, jenis kelamin, tinggi badan, lingkar pinggang, RLPTB serta hasil pengukuran tekanan

darah responden. Analisis uji diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji tabel

2x2. Uji tabel 2x2 dilakukan untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas dari

beberapa nilai titik potong RLPTB.

Page 5: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

68 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

68

Hasil uji tabel 2x2 tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai titik potong RLPTB yang

memiliki nilai sensitivitas serta spesifisitas paling baik sebagai prediktor dari kejadian

hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia tahun 2013. Setelah nilai RLPTB diketahui,

maka hasil ukur tersebut dikategorikan ke dalam kode 1 dan 2, dimana kode 1 merupakan

kategori untuk responden yang memiliki nilai RLPTB ≥ nilai titik potong yang diuji (titik

potong 0,47 dan 0,50) dan kode 2 untuk responden yang memiliki nilai RLPTB < nilai titik

potong yang diuji (titik potong 0,47 dan 0,50).

3. Hasil

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

No Kelompok Umur

Jumlah Status Hipertensi RLPTB

Laki-Laki Normal Hipertensi ≥0.47 <0.47

1 18-27 5 4 0 3 2

2 28-37 3 0 3 2 1

3 38-47 8 2 7 8 0

4 48-57 4 3 1 2 2

5 58-67 4 0 4 4 0

6 68-77 0 0 0 0 0

7 ≥78 2 1 1 1 1

Perempuan ≥0.50 <0.50

8 18-27 14 13 0 3 9

9 28-37 8 3 5 9 0

10 38-47 14 6 8 13 1

11 48-57 8 3 5 8 0

12 58-67 6 1 6 7 0

13 68-77 1 0 2 2 0

14 ≥78 3 0 2 2 0

Total 80 36 44 64 16

Pada tabel 1 didapatkan bahwa Jumlah Responden laki-laki sebanyak 26 responden dan

responden perempuan sebesar 54 responden, dilihat dari kelompok umur diketahui bahwa

kelompok umur dengan tingkat hipertensi tertinggi adalah pada kelompok umur 38-47

dengan total penderita hipertensi sebanyak 15 responden.

Tabel 2. Status Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Normal Hipertensi Total

Laki-laki 10 16 26

Perempuan 26 28 54

Total 36 44 80

Page 6: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

69 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

69

Pada tabel 2 didapatkan bahwa dari total responden laki-laki 26 responden ditemukan 16

orang dengan hipertensi dan pada jenis kelamin perempuan dari total responden 54 didapat

total menderita hipertensi adalah sebanyak 28 orang. Berdasarkan status hipertensi, tersebut

diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki.

Tabel 3. Nilai Sensitivitas 0.47 Pada laki-laki

RLPTB Status Hipertensi

Total Normal Hipertensi

≥0.47 14 6 20

<0.47 2 4 6

Total 16 10 26 Sensitivitas: a/(a+c) × 100% didapatkan nilai: 87%

Pada tabel 3 didapatkan nilai sensitivitas titik potong RLPTB 0.47 untuk laki-laki dalam

mendeteksi hipertensi adalah sebesar 87% yang menujukan bahwa titik potong RLPTB 0.47

menyatakan bahwa laki-laki dewasa dengan RLPTB sebesar ≥0.47 benar-benar hipertensi

adalah sebesar 87% sebagai titik potong optimal untuk predictor hipertensi.

Tabel 4. Spesifisitas 0.47 Pada laki-laki

RLPTB Status Hipertensi Total

Normal Hipertensi

≥0.47 14 6 20

<0.47 2 4 6

Total 16 10 26

Spesifisitas: d/(b+d) × 100% didapatkan nilai: 60%

Pada tabel 4 untuk nilai spesifisitas titik potong 0.47 RLPTB sebagai predictor

hipertensi didapatkan nilai sebesar 60%, yang artinya titik potong <4.75 yang benar-benar

tidak hipertensi dapat mendeteksi sebesar 60%. 0,47 memiliki nilai sensitivitas yang lebih

baik begitu juga spesifisitasnya walaupun tidak terlalu tinggi tetapi memprediksi kejadian

hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia titik potong RLPTB 0.47 cukup efektif dimana

mengingat tujuan dari dilakukannya uji diagnostik pada penelitian ini adalah untuk keperluan

skrining, maka nilai sensitivitas yang dihasilkan harus sangat tinggi meskipun spesifisitasnya

sedikit rendah. Skrining yang dilakukan bertujuan untuk mencari penyakit pada subjek yang

asimptomatik, untuk kemudian dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar diagnosis dini

dapat ditegakkan .

Page 7: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

70 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

70

Tabel 5. Nilai Sensitivitas 0.50 Pada Perempuan

RLPTB Status Hipertensi Total

Normal Hipertensi

≥0.50 27 14 41

<0.50 1 12 13

Total 28 26 54

Sensitivitas: a/(a+c) × 100% didapatkan nilai: 96%

Pada tabel 5 didapatkan nilai titik potong 0.50 RLPTB sebagai predictor kejadian

hipertensi pada perempuan dewasa didapatkan nilai sensitivitas yang sangat tinggi yaitu

sebesar 96%. Nilai sensitivitas 96% dari titik potong 0,50 RLPTB menunjukkan bahwa titik

potong 0,50 dari RLPTB dapat menyaring 90% responden perempuan yang benar-benar

berstatus hipertensi. Berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan dari uji

tabel 2x2 pada titik potong 0,50 RLPTB pada perempuan dewasa di dusun sido waras desa

kwala begumit, peneliti berpendapat bahwa titik potong 0,50 merupakan titik potong RLPTB

yang paling baik untuk digunakan sebagai alat skrining hipertensi pada perempuan dewasa.

Hal ini dikarenakan titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas yang tinggi yaitu

96% meskipun nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 lebih rendah.

Tabel 6. Spesifisitas 0.50 Pada Perempuan

RLPTB Status Hipertensi Total

Normal Hipertensi

≥0.50 27 14 41

<0.50 1 12 13

Total 28 26 54

Spesifisitas: d/(b+d) didapatkan nilai: 54%

Pada tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa didapatkan nilai titik potong 0.50 sebagai

predictor hipertensi pada perempuan dewasa menghasilkan nilai spesifisitas sebesar 54%,

yang artinya nilai titik potong RLPTB 0.50 dapat menyaring mereka yang tidak hipertensi

adalah sebesar 54%. walaupun nilai spesifisitas ini tidak terlalu tinggi tapi nilai sensitivitas

dari titik potong 0.50 ini cukup tinggi dimana menurut peneliti nilai titik potong RLPTB 0.50

cukup baik sebagai predictor hipertensi di kalangan perempuan dewasa.

Page 8: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

71 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

71

4. Pembahasan

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, status hipertensi di desa Kwala Begumit paling banyak

pada perempuan dan pada kelompok umur 38-47. Menurut Putra (2016) meningkatnya risiko

hipertensi sejalan dengan peningkatan usia seseorang, dimana seseorang yang berusia lanjut

memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena hipertensi. Namun, tekanan darah sistolik pada

orang yang berusia lanjut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah

diastoliknya, hal ini dapat terjadi akibat dari proses penuaan, akumulasi kolagen, kalsium

serta degradasi elastin pada arteri. Pada saat seseorang berusia lanjut, maka terjadi kekakuan

aorta yang akan meningkatkan tekanan darah sistolik dan pengurangan volume aorta yang

pada akhirnya mengakibatkan penurunan tekanan darah diastolik(Kementerian Kesehatan RI,

2016).

Penderita hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada

usia 40-55 tahun perempuan akan lebih rentan dan berisiko untuk terkena penyakit yang

disebabkan oleh bertambahnya usia serta terjadinya premenopause yang mengakibatkan

perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini

dikarenakan penurunan kadar hormon estrogen yang dapat melindungi perempuan dari

penyakit kardiovaskular karena produksi hormon estrogen yang menurun dapat

meningkatkan tekanan darah (Caasey, 2012).

Nilai RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) untuk responden laki-laki adalah

0,47 dan 0,50 untuk responden perempuan. Perbedaan yang cukup jauh antara nilai RLPTB

ini dikarenakan adanya perbedaan nilai lingkar pinggang dan tinggi badan antara responden

laki–laki dan perempuan. Responden perempuan memiliki ukuran tinggi badan yang lebih

pendek yaitu rata-rata 151,60 cm dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai tinggi

badan rata-rata 162,40 cm. Namun, responden perempuan memiliki ukuran lingkar pinggang

yang lebih besar yaitu 78,10 cm dibandingkan dengan responden laki–laki yang memiliki

ukuran lingkar pinggang 77,00 cm. Oleh karena itu, responden perempuan memiliki nilai

rata-rata RLPTB yang lebih besar dibandingkan dengan responden laki-laki.

Laki-laki dewasa memiliki tubuh yang kurus dan massa otot yang lebih besar serta masa

lemak yang lebih rendah daripada perempuan setelah menyesuaikan perbedaan tinggi badan.

Umumnya tingkat jaringan adiposa pada perempuan lebih besar, yaitu 20-30% dibandingkan

dengan laki-laki yang hanya 12-20. Perbedaan keseluruhan tubuh dipengaruhi oleh

Page 9: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

72 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

72

banyaknya perbedaan distribusi jaringan tubuh. Laki-laki memiliki massa otot yang besar,

tulang yang lebih kuat dan besar serta berkurangnya lemak pada tungkai. Sementara itu,

perempuan memiliki lebih banyak distribusi lemak di sekeliling tubuh pada usia dewasa

muda (Sartik, 2017). Hasil penelitian (Siregar, 2020b) menunjukkan bahwa mayoritas

responden yang mengalami hipertensi adalah usia dewasa (25-59 tahun) (31,8%) dan

memiliki IMT lebih (38,9%).

Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB pada Laki-Laki dan Perempuan

Pada tabel 3 dan 4 didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB 0,47

sebagai prediktor hipertensi pada laki-laki dewasa di dusun sido waras desa kwala begumit

adalah sebesar 87% untuk sensitivitas dan 60% untuk spesifisitas. Hal ini menunjukkan

bahwa titik potong 0,47 dapat menyaring orang dengan hipertensi sebesar 80% dan kelompok

orang yang tidak hipertensi adalah sebesar 60%. Studi yang dilakukan oleh Veientlena (2018)

juga menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada perempuan (51.2%) lebih tinggi

daripada laki-laki (48.6%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2016) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan hipertensi. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Falah (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dan kejadian hipertensi dengan OR = 0.407 yang artinya jenis

kelamin perempuan memiliki faktor risiko lebih rendah terhadap hipertensi. Penelitian ini

juga tidak sesuai dengan penelitian Yodang (2019) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian hipertensi. Sebuah studi di India

juga menunjukkan bahwa perempuan lebih kecil kemungkinannya mengalami hipertensi

daripada laki-laki (Ghosh, 2016) .

Ashwell (2012) dan Browning (2010) menyatakan bahwa titik potong 0,50 merupakan

alat skrining terbaik untuk hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP pada laki-laki dan

perempuan mulai dari usia >15 tahun. Namun pada responden laki-laki dewasa rekomendasi

titik potong 0,50 kurang cocok untuk digunakan sebagai alat skrining guna memprediksi

kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia. Karena berdasarkan hasil penelitian

juga diketahui bahwa pada responden laki-laki dewasa di setiap kelompok umur memiliki

nilai rata-rata RLPTB <0,50.

Adapun hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang menghasilkan titik

potong 0,47 sebagai titik potong optimal RLPTB untuk 53 laki-laki di Indonesia sebagaimana

yang telah dikemukakan oleh Meilani (2012) bahwa penentuan titik potong RLPTB untuk

memprediksi status hipertensi memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sebagai alat screening

Page 10: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

73 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

73

bagi orang dewasa berjenis kelamin laki-laki. Menurut Ayukhaliza (2020) bahwa pemerintah

harus melaksanakan skrining status gizi melalui pemantauan Indeks Massa Tubuh (IMT)

masyarakat secara berkala dan skrining stres secara berkala untuk mendeteksi tingkat stres

yang dialami masyarakat. Skrining ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi potensi

resiko terjadinya hipertensi pada masyarakat.

Pada tabel 5 dan 6 didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB 0.50

sebagai predictor hipertensi pada perempuan dewasa dusun sido waras desa kwala begumit

adalah sebesar 96% untuk sensitivitas dan 54% untuk spesifisitas. Hal ini menunjukkan

bahwa titik potong 0.50 dapat menyaring kelompok orang dengan hipertensi sebesar 96% dan

kelompok orang yang tidak hipertensi adalah sebesar 54%. Berdasarkan nilai sensitivitas dan

spesifisitas yang dihasilkan dari uji tabel 2x2 pada titik potong 0,50 RLPTB pada perempuan

dewasa di dusun sido waras desa kwala begumit, peneliti berpendapat bahwa titik potong

0,50 merupakan titik potong RLPTB yang paling baik untuk digunakan sebagai alat skrining

hipertensi pada perempuan dewasa. Hal ini dikarenakan titik potong 0,50 RLPTB memiliki

nilai sensitivitas yang tinggi yaitu 96% meskipun nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 lebih

rendah.

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2014) uji diagnostik yang akan digunakan untuk

keperluan skrining harus memiliki nilai sensitivitas yang sangat tinggi meskipun nilai

spesifisitas sedikit rendah. Ashwell (2012) serta Browning dkk (2010) juga

merekomendasikan nilai titik potong 0,50 dari RLPTB sebagai alat skrining hipertensi terbaik

yang dapat digunakan secara global dibandingkan dengan IMT dan LP berdasarkan nilai

AUC 0,704.

5. Kesimpulan dan Saran

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin penderita hipertensi di dusun sido waras

desa kwala begumit tingkat hipertensi tertinggi adalah pada kelompok umur 38-47 dengan

total penderita hipertensi sebanyak 15 responden dan jenis kelamin perempuan paling banyak

menderita hipertensi. Diketahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 sebagai prediktor

kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa dusun sido waras desa kwala begumit tinggi sebesar

87% Diketahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 sebagai prediktor kejadian hipertensi

pada laki-laki dewasa di Dusun Sido Waras Desa Kwala Begumit tinggi sebesar 60%.

Diketahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada

perempuan dewasa dusun sido waras desa kwala begumit tinggi sebesar 96% Diketahui nilai

Page 11: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

74 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

74

spesifisitas dari titik potong 0.50 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan

dewasa di Dusun Sido Waras Desa Kwala Begumit tinggi sebesar 54%.

Adapun saran dari penelitian ini adalah:

Prediktor titik potong RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) 0.47 pada laki-

laki dan perempuan 0.50 cukup sensitif untuk memprediksi hipertensi pada sesorang,

sehingga dengan menjaga lingkar pinggang agar tidak mencapai setengah tinggi badan atau

menjaga lingkar pinggang agar kurang dari setengah tinggi badan untuk pencegahan

hipertensi dapat dilakukan.

Daftar Pustaka

Adinda, D. (2020). Kebiasaan Makan, Body Image dan Status Gizi Remaja Putri. Jurnal

Contagion, 2(1), 39–50.

Ashwell. (2012). Waist-To-Height Ratio Is A Better Screening Tool Than Waist

Circumference And Bmi For Adult Cardiometabolic Risk Factors: Systematic Review

And Meta-Analysis. Obesity Reviews, 13(13), 275.–286. https://doi.org/10.1111/j.1467-

789X.2011.00952

Ayukhaliza, D. A. (2020). Faktor Risiko Hipertensi Di Wilayah Pesisir (Studi Pada Wilayah

Kerja Uptd Puskesmas Tanjung Tiram). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Browning. (2010). A Systematic Review of Waist-to-height Ratio As A Screening Tool For

The Prediction of Cardiovaskular Disease and Diabetes: 0,5 Could Be A Suitable Global

Boundary Value. Nutrition Research Reviews, 23(1), 247–269.

https://doi.org/10.1017/S0954422410000144

Caasey, A. R. (2012). Menurunkan Tekanan Darah (Pertama). Bhuana Ilmu Populer.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara tahun 2018. http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/download.html

Falah, M. (2019). Hubungan Jenis Kelamin dengan Angka Kejadian Hipertensi pada

Masyarakat di Kelurahan Tamansari Kota Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan &

Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya, 3(1), 85–94.

Fatimah, P. S. (2020). Konsumsi Buah, Sayur Dan Ikan Berdasarkan Sosio Demografi

Masyarakat Pesisir Provinsi Sumatera Utara. Uin Sumatera Utara. Contagion : Scientific

Periodical of Public Health and Coastal Health, 2(1), 51–63.

Ghosh, S. (2016). Sex Differences In The Risk Profile Of Hypertension. BMJ Open, 6(6), 1–

10. https://doi.org/doi:10.1136/bmjopen-2015010085

IMHE. (2017). The Global Burden of Disease Study. Institute for Health Metrics and

Evaluation.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Teknis Dan Tatalaksana Hipertensi.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Meilani, M. (2012). Pendekatan Indeks Antropometri Sebagai Alat Skreening Hipertensi

Pada Orang Dewasa Di Daerah Urban (Analisis Riskesdas 2007). Universitas

Indonesia.

Oktaviarini E. (2019). Faktor Yang Berisiko Terhadap Hipertensi Pada Pegawai Di Wilayah

Perimeter Pelabuhan (Studi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang). Jurnal

Epidemiologi Kesehatan, 4(1), 35–44.

Pamelia, I. (2015). Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja dan Dampaknya

Page 12: Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai

75 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75

Page

75

Bagi Kesehatan. Jurnal IKESMA, 14(2), 114–153.

Putra, E. (2016). Penelitian Uji Diacnostic dan Skrining. Universitas Udayana.

Sari, Y. K., & Susanti, E. T. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi

pada Lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar (The correlation of Sexes and

Hypertention of Elderly in Nglegok Public Health Centre Kabupaten Blitar). Jurnal Ners

Dan Kebidanan, 3(3), 262–265. https://doi.org/DOI:10.26699/jnk.ART.p262-265

Sartik, R. (2017). Faktor – Faktor Risiko Dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk

Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.

https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3

Siregar, P. A. (2020a). Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian Hipertensi

Masyarakat Pesisir Kota Medan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 1–8.

Siregar, P. A. (2020b). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota

Medan (Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir). Jurnal Pembangunan Perkotaan,

8(1), 1–8.

Sugiarto. (2019). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Contagion, 1(1), 47–57.

Susanti, N. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi

Sosio Demografi dan Konsumsi Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43–52.

Veientlena. (2018). Prevalence of Hypertension and Determination of Its Risk Factors in

Korangrapady, Udupy District, Coastal Karnataka, India. Asian Journal of

Pharmaceutical and Clinical Research, 11(6), 517–521.

WHO. (2020). Situation Report WHO (Issue August).

Yodang. (2019). Prevalence and Determinants of Hypertension in Coastal and Estuarine

Communities. International Journal of Medical Reviews Systematic Review, 6(4), 128–

134. https://doi.org/10.30491/IJMR.2019.100909