Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Contagion : Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health 2(2)(2020) ISSN : http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion
Page
64
Sensitivitas Dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB Sebagai Prediktor
Kejadian Hipertensi Pada Orang Dewasa di Dusun Sido Waras Desa
Kwala Begumit
Sensitivity and Specificity of RLPTB Cutpoint as Predictors of
Hypertension in Adults in Sido Waras Hamlet, Kwala Begumit Village
Nofi Susanti1, Reinfal Fahlefi2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara
Email corespondensi :[email protected]
Track
Record
Article Diterima : 26 April
2020
Dipublikasi: 11 Desember 2020
Abstrak
Pendahuluan: Who menyatakan pada tahun 2015 sekitar 1,13 miliar orang didunia menderita
hipertensi. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun
sebesar 34,1%. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2 %). Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara mencapai
6.7% dari seluruh penduduk di Sumatera Utara. Yang menjadi salah satu faktor penyebab
hipertensi tersebut yaitu obesitas yang dimulai pada usia 18 tahun keatas. Obesitas menjadi salah
satu faktor risiko hipertensi yang perlu diwaspadai. Status obesitas dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) sedangkan untuk obesitas sentral dapat
diketahui melalui pengukuran LP (Lingkar Pinggang) dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang
Tinggi Badan). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif
dan uji diagnostik menggunakan tabel 2x2. Serta desain penelitian ini menggunakan desain cross
sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling didapatkan sampel
sebanyak 80 responden dari total populasi 387. Penelitian dilakukan pada 23 Juni s/d 15 Juli
2019. Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Desa Kwala begumit kecamatan Stabat dan di lakukan dalam satu dusun yaitu dusun Sido waras. Hasil: hasil yang didapat pada kelompok umur
38-47 paling banyak penderita hipertensi sebanyak 15 responden dan jenis kelamin perempuan
paling banyak menderita hipertensi. Didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 sebagai
prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa sebesar 87% dan nilai spesifisitas sebesar
60%. Serta didapatkan nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 sebagai predictor kejadian
hipertensi pada perempuan dewasa sebesar 96% dan nilai spesifisitas sebesar 54%. Kesimpulan:
nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi hal ini bahwa titik potong RLPTB 0.40 dan 0.50 cukup
mumpuni dijadikan sebagai alat deteksi dini.
Kata kunci: Sensitivitas, Spesifisitas, Prediktor, Hipertensi.
Abstract
Introduction: Who stated that in 2015 around 1.13 billion people worldwide suffer from
hypertension. Prevalence of hypertension based on the results of measurements in the 18-year-old
population of 34.1%. Hypertension occurs in the age group 31-44 years (31.6%), age 45-54 years
(45.3%), age 55-64 years (55.2%). Prevalence of hypertension in North Sumatra Province 6.7%
of the entire population in North Sumatra. Which is one causing hypertension is obesity that
starts at the age of 18 years and over. Obesity is a risk factor for hypertension that needs to be
watched out for. Obesity status can be known by measuring BMI while for central obesity it can
be known through measurement of LP and RLPTB. Method: This research is a quantitative study
with descriptive analysis and diagnostic tests using a 2x2 table. The design of this study used a cross-sectional design. Sampling was carried out by simple random sampling, a sample of 80
respondents from a total population of 387 was obtained. The study was conducted on June 23
through July 15, 2019. The location of the study was Kwala village as complex as Stabat sub-
district and carried out in one hamlet namely Sido waras hamlet . Results: the results obtained in
the age group of 38-47 most hypertension sufferers as many as 15 respondents and the most
female sex suffer from hypertension. Obtained a sensitivity value of the cut point 0.47 as a
65 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
65
1. Pendahuluan
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan
utama di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi menjadi penyebab kematian
nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang
mengalami peningkatan terus menerus. Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg (WHO, 2020) .
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan
terpadu (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penyakit hipertensi menimbulkan angka
morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang
dimiliki seseorang (Oktaviarini E, 2019).
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017, meyebutkan bahwa dari
53,3 juta kematian didunia, 33,1% disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, 16,7% oleh
kanker, 6% disebabkan oleh diabetes melitus (DM) dan gangguan endokrin dan 4,8%
disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah (IMHE, 2017). IMHE juga menyebutkan bahwa
dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan
kematian adalah tekanan darah (hipertensi) sebesar 23,7%, hiperglikemia sebesar 18,4%,
merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7% (IMHE, 2017).
Data Riskesdas tahun 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44.1%), dan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-
44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Pra lansia
merupakan seseorang yang berusia antara 45-59 tahun yang mulai memasuki masa akan
terjadi penurunan secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti
dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan
anatomis, fisiologis dan biomekanik dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel
predictor of the incidence of hypertension in adult men by 87% and a specificity value of 60%.
And the sensitivity value of the cutoff point of 0.50 was obtained as a predictor of the incidence of
hypertension in adult women by 96% and a specificity value of 54%. Conclusion: the high
sensitivity and specificity value are that the cut off point of RLPTB of 0.40 and 0.50 is sufficient to
be used as an early detection tool.
Keywords: Sensitivity, Specificity, Predictors, Hypertension.
66 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
66
jaringan dan organ tubuh. Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar
8,8% terdiagnosa hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosa hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% penderita hipertensi tidak rutin minum obat (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan prevalensi hipertensi di
Propinsi Sumatera Utara mencapai 6,7% dari seluruh penduduk di Sumatera Utara. Ini berarti
bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara yang menderita hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa
tersebar di beberapa Kabupaten. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya status
hipertensi, salah satu faktor penyebab hipertensi tersebut yaitu status obesitas yang dimulai
dari usia 18 tahun ke atas (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2019).
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang perlu diwaspadai. Hal ini
disebabkan berat badan yang bertambah beberapa kilogram akan membuat jantung bekerja
lebih keras serta lemak yang berlebih di atas pinggul (lemak viseral) menjadi risiko yang
tinggi terhadap kejadian hipertensi (Susanti, 2020). Menurut Adinda (2020) bahwa konsumsi
makanan akan berkaitan dengan status gizi dan penyakit yang diderita seseorang. Hasil
penelitian Sugiarto (2019) dan Fatimah (2020) menunjukkan bahwa konsumsi makanan akan
memiliki kaitan yang erat dengan kejadian penyakit yang dialami oleh seorang individu.
Penelitian Pamelia (2015) dan Siregar (2020) menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan makan makanan cepat saji dengan kejadian hipertensi.
Status obesitas dapat diketahui dengan melakukan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh)
sedangkan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran LP (Lingkar Pinggang)
dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan). Selain untuk mengukur status obesitas
dan obesitas sentral, IMT, LP dan RLPTB juga dapat digunakan sebagai alat skrining dari
hipertensi. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) merupakan nilai dari ukuran
Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan (Meilani, 2012). Berdasarkan penelitian oleh
Ashwell (2012) pada titik potong RLPTB 0,47 sebagai prediktor terbaik deteksi hipertensi
pada laki-laki dewasa sedangkan titik potong 0,50 adalah sebagai prediktor terbaik deteksi
hipertensi pada perempuan dewasa.
RLPTB lebih unggul dari pada IMT dan LP. Karena RLPTB lebih sensitive sebagai
peringatan awal dari resiko penyakit obesitas dan sindrom metabolik, lebih sensitif pada
populasi yang memiliki tinggi berbeda-beda karena terdapat hubungan negative antara tinggi
badan dengan faktor resiko metabolik, dan RLPTB juga dianggap lebih murah daripada harga
timbangan berat badan. RLPTB merupakan indeks antropometri yang baik untuk
67 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
67
mengidentifikasi risiko penyakit kardio-metabolik pada orang dewasa normal maupun
overweight.
Suatu jenis metode agar dapat digunakan sebagai predictor suatu penyakit harus di ukur
validitasnya. Validitas meliputi sensitivitas dan spesifisitas alat tersebut. Saat ini penelitian
yang mempelajari mengenai sensitivitas dan spesifisitas RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang
Tinggi Badan) dari titik potong 0,47 dan 0,50 sebagai prediktor hipertensi, masih terbatas.
Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai RLPTB (Rasio Lingkar
Pinggang Tinggi Badan) dengan kejadian hipertensi di Dusun Sido Waras Desa Kwala
Begumit tahun 2019.
2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif. Desain
penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan
dengan mengukur tingkat tekanan darah, lingkar pinggang, tinggi badan dan berat badan
untuk melihat karakteristik responden dan melihat sensitivitas dan spesifisitas titik potong
RLPTB (Rasio lingkar pinggang Tinggi Badan) sebagai prediktor kejadian hipertensi pada
kelompok orang dewasa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2019 sampai dengan
15 Juli 2019. Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Desa Kwala begumit kecamatan
Stabat, Sumatera Utara dan di lakukan dalam satu dusun yaitu dusun Sido waras. Dengan
total populasi sebanyak 387 dan dilakukan perhitungan sampel secara simple random
sampling didapatkan total sampel sebanyak 80. Kriteria Inklusi penelitian ini yaitu: Berada di
tempat pada saat penelitian dilaksanakan, berusia >18 tahun sesuai dengan titik potong
predictor hipertensi pada usia dewasa, bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi
penelitian ini yaitu: Wanita hamil dan berusia <18 tahun.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan data primer dengan
melakukan pengukuran langsung kepada responden yang terdiri atas pengukuran tekanan
darah sistolik dan diastolic menggunakan sphygmomanometer aneroid, pengukuran lingkar
pinggang menggunakan pita meter, dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise.
Analisis univariat dilakukan untuk melihat bagaimana karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, tinggi badan, lingkar pinggang, RLPTB serta hasil pengukuran tekanan
darah responden. Analisis uji diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji tabel
2x2. Uji tabel 2x2 dilakukan untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas dari
beberapa nilai titik potong RLPTB.
68 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
68
Hasil uji tabel 2x2 tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai titik potong RLPTB yang
memiliki nilai sensitivitas serta spesifisitas paling baik sebagai prediktor dari kejadian
hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia tahun 2013. Setelah nilai RLPTB diketahui,
maka hasil ukur tersebut dikategorikan ke dalam kode 1 dan 2, dimana kode 1 merupakan
kategori untuk responden yang memiliki nilai RLPTB ≥ nilai titik potong yang diuji (titik
potong 0,47 dan 0,50) dan kode 2 untuk responden yang memiliki nilai RLPTB < nilai titik
potong yang diuji (titik potong 0,47 dan 0,50).
3. Hasil
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
No Kelompok Umur
Jumlah Status Hipertensi RLPTB
Laki-Laki Normal Hipertensi ≥0.47 <0.47
1 18-27 5 4 0 3 2
2 28-37 3 0 3 2 1
3 38-47 8 2 7 8 0
4 48-57 4 3 1 2 2
5 58-67 4 0 4 4 0
6 68-77 0 0 0 0 0
7 ≥78 2 1 1 1 1
Perempuan ≥0.50 <0.50
8 18-27 14 13 0 3 9
9 28-37 8 3 5 9 0
10 38-47 14 6 8 13 1
11 48-57 8 3 5 8 0
12 58-67 6 1 6 7 0
13 68-77 1 0 2 2 0
14 ≥78 3 0 2 2 0
Total 80 36 44 64 16
Pada tabel 1 didapatkan bahwa Jumlah Responden laki-laki sebanyak 26 responden dan
responden perempuan sebesar 54 responden, dilihat dari kelompok umur diketahui bahwa
kelompok umur dengan tingkat hipertensi tertinggi adalah pada kelompok umur 38-47
dengan total penderita hipertensi sebanyak 15 responden.
Tabel 2. Status Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Normal Hipertensi Total
Laki-laki 10 16 26
Perempuan 26 28 54
Total 36 44 80
69 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
69
Pada tabel 2 didapatkan bahwa dari total responden laki-laki 26 responden ditemukan 16
orang dengan hipertensi dan pada jenis kelamin perempuan dari total responden 54 didapat
total menderita hipertensi adalah sebanyak 28 orang. Berdasarkan status hipertensi, tersebut
diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki.
Tabel 3. Nilai Sensitivitas 0.47 Pada laki-laki
RLPTB Status Hipertensi
Total Normal Hipertensi
≥0.47 14 6 20
<0.47 2 4 6
Total 16 10 26 Sensitivitas: a/(a+c) × 100% didapatkan nilai: 87%
Pada tabel 3 didapatkan nilai sensitivitas titik potong RLPTB 0.47 untuk laki-laki dalam
mendeteksi hipertensi adalah sebesar 87% yang menujukan bahwa titik potong RLPTB 0.47
menyatakan bahwa laki-laki dewasa dengan RLPTB sebesar ≥0.47 benar-benar hipertensi
adalah sebesar 87% sebagai titik potong optimal untuk predictor hipertensi.
Tabel 4. Spesifisitas 0.47 Pada laki-laki
RLPTB Status Hipertensi Total
Normal Hipertensi
≥0.47 14 6 20
<0.47 2 4 6
Total 16 10 26
Spesifisitas: d/(b+d) × 100% didapatkan nilai: 60%
Pada tabel 4 untuk nilai spesifisitas titik potong 0.47 RLPTB sebagai predictor
hipertensi didapatkan nilai sebesar 60%, yang artinya titik potong <4.75 yang benar-benar
tidak hipertensi dapat mendeteksi sebesar 60%. 0,47 memiliki nilai sensitivitas yang lebih
baik begitu juga spesifisitasnya walaupun tidak terlalu tinggi tetapi memprediksi kejadian
hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia titik potong RLPTB 0.47 cukup efektif dimana
mengingat tujuan dari dilakukannya uji diagnostik pada penelitian ini adalah untuk keperluan
skrining, maka nilai sensitivitas yang dihasilkan harus sangat tinggi meskipun spesifisitasnya
sedikit rendah. Skrining yang dilakukan bertujuan untuk mencari penyakit pada subjek yang
asimptomatik, untuk kemudian dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar diagnosis dini
dapat ditegakkan .
70 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
70
Tabel 5. Nilai Sensitivitas 0.50 Pada Perempuan
RLPTB Status Hipertensi Total
Normal Hipertensi
≥0.50 27 14 41
<0.50 1 12 13
Total 28 26 54
Sensitivitas: a/(a+c) × 100% didapatkan nilai: 96%
Pada tabel 5 didapatkan nilai titik potong 0.50 RLPTB sebagai predictor kejadian
hipertensi pada perempuan dewasa didapatkan nilai sensitivitas yang sangat tinggi yaitu
sebesar 96%. Nilai sensitivitas 96% dari titik potong 0,50 RLPTB menunjukkan bahwa titik
potong 0,50 dari RLPTB dapat menyaring 90% responden perempuan yang benar-benar
berstatus hipertensi. Berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan dari uji
tabel 2x2 pada titik potong 0,50 RLPTB pada perempuan dewasa di dusun sido waras desa
kwala begumit, peneliti berpendapat bahwa titik potong 0,50 merupakan titik potong RLPTB
yang paling baik untuk digunakan sebagai alat skrining hipertensi pada perempuan dewasa.
Hal ini dikarenakan titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas yang tinggi yaitu
96% meskipun nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 lebih rendah.
Tabel 6. Spesifisitas 0.50 Pada Perempuan
RLPTB Status Hipertensi Total
Normal Hipertensi
≥0.50 27 14 41
<0.50 1 12 13
Total 28 26 54
Spesifisitas: d/(b+d) didapatkan nilai: 54%
Pada tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa didapatkan nilai titik potong 0.50 sebagai
predictor hipertensi pada perempuan dewasa menghasilkan nilai spesifisitas sebesar 54%,
yang artinya nilai titik potong RLPTB 0.50 dapat menyaring mereka yang tidak hipertensi
adalah sebesar 54%. walaupun nilai spesifisitas ini tidak terlalu tinggi tapi nilai sensitivitas
dari titik potong 0.50 ini cukup tinggi dimana menurut peneliti nilai titik potong RLPTB 0.50
cukup baik sebagai predictor hipertensi di kalangan perempuan dewasa.
71 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
71
4. Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, status hipertensi di desa Kwala Begumit paling banyak
pada perempuan dan pada kelompok umur 38-47. Menurut Putra (2016) meningkatnya risiko
hipertensi sejalan dengan peningkatan usia seseorang, dimana seseorang yang berusia lanjut
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena hipertensi. Namun, tekanan darah sistolik pada
orang yang berusia lanjut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah
diastoliknya, hal ini dapat terjadi akibat dari proses penuaan, akumulasi kolagen, kalsium
serta degradasi elastin pada arteri. Pada saat seseorang berusia lanjut, maka terjadi kekakuan
aorta yang akan meningkatkan tekanan darah sistolik dan pengurangan volume aorta yang
pada akhirnya mengakibatkan penurunan tekanan darah diastolik(Kementerian Kesehatan RI,
2016).
Penderita hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada
usia 40-55 tahun perempuan akan lebih rentan dan berisiko untuk terkena penyakit yang
disebabkan oleh bertambahnya usia serta terjadinya premenopause yang mengakibatkan
perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini
dikarenakan penurunan kadar hormon estrogen yang dapat melindungi perempuan dari
penyakit kardiovaskular karena produksi hormon estrogen yang menurun dapat
meningkatkan tekanan darah (Caasey, 2012).
Nilai RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) untuk responden laki-laki adalah
0,47 dan 0,50 untuk responden perempuan. Perbedaan yang cukup jauh antara nilai RLPTB
ini dikarenakan adanya perbedaan nilai lingkar pinggang dan tinggi badan antara responden
laki–laki dan perempuan. Responden perempuan memiliki ukuran tinggi badan yang lebih
pendek yaitu rata-rata 151,60 cm dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai tinggi
badan rata-rata 162,40 cm. Namun, responden perempuan memiliki ukuran lingkar pinggang
yang lebih besar yaitu 78,10 cm dibandingkan dengan responden laki–laki yang memiliki
ukuran lingkar pinggang 77,00 cm. Oleh karena itu, responden perempuan memiliki nilai
rata-rata RLPTB yang lebih besar dibandingkan dengan responden laki-laki.
Laki-laki dewasa memiliki tubuh yang kurus dan massa otot yang lebih besar serta masa
lemak yang lebih rendah daripada perempuan setelah menyesuaikan perbedaan tinggi badan.
Umumnya tingkat jaringan adiposa pada perempuan lebih besar, yaitu 20-30% dibandingkan
dengan laki-laki yang hanya 12-20. Perbedaan keseluruhan tubuh dipengaruhi oleh
72 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
72
banyaknya perbedaan distribusi jaringan tubuh. Laki-laki memiliki massa otot yang besar,
tulang yang lebih kuat dan besar serta berkurangnya lemak pada tungkai. Sementara itu,
perempuan memiliki lebih banyak distribusi lemak di sekeliling tubuh pada usia dewasa
muda (Sartik, 2017). Hasil penelitian (Siregar, 2020b) menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang mengalami hipertensi adalah usia dewasa (25-59 tahun) (31,8%) dan
memiliki IMT lebih (38,9%).
Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong RLPTB pada Laki-Laki dan Perempuan
Pada tabel 3 dan 4 didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB 0,47
sebagai prediktor hipertensi pada laki-laki dewasa di dusun sido waras desa kwala begumit
adalah sebesar 87% untuk sensitivitas dan 60% untuk spesifisitas. Hal ini menunjukkan
bahwa titik potong 0,47 dapat menyaring orang dengan hipertensi sebesar 80% dan kelompok
orang yang tidak hipertensi adalah sebesar 60%. Studi yang dilakukan oleh Veientlena (2018)
juga menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada perempuan (51.2%) lebih tinggi
daripada laki-laki (48.6%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2016) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan hipertensi. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Falah (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dan kejadian hipertensi dengan OR = 0.407 yang artinya jenis
kelamin perempuan memiliki faktor risiko lebih rendah terhadap hipertensi. Penelitian ini
juga tidak sesuai dengan penelitian Yodang (2019) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian hipertensi. Sebuah studi di India
juga menunjukkan bahwa perempuan lebih kecil kemungkinannya mengalami hipertensi
daripada laki-laki (Ghosh, 2016) .
Ashwell (2012) dan Browning (2010) menyatakan bahwa titik potong 0,50 merupakan
alat skrining terbaik untuk hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP pada laki-laki dan
perempuan mulai dari usia >15 tahun. Namun pada responden laki-laki dewasa rekomendasi
titik potong 0,50 kurang cocok untuk digunakan sebagai alat skrining guna memprediksi
kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia. Karena berdasarkan hasil penelitian
juga diketahui bahwa pada responden laki-laki dewasa di setiap kelompok umur memiliki
nilai rata-rata RLPTB <0,50.
Adapun hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang menghasilkan titik
potong 0,47 sebagai titik potong optimal RLPTB untuk 53 laki-laki di Indonesia sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Meilani (2012) bahwa penentuan titik potong RLPTB untuk
memprediksi status hipertensi memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sebagai alat screening
73 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
73
bagi orang dewasa berjenis kelamin laki-laki. Menurut Ayukhaliza (2020) bahwa pemerintah
harus melaksanakan skrining status gizi melalui pemantauan Indeks Massa Tubuh (IMT)
masyarakat secara berkala dan skrining stres secara berkala untuk mendeteksi tingkat stres
yang dialami masyarakat. Skrining ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi potensi
resiko terjadinya hipertensi pada masyarakat.
Pada tabel 5 dan 6 didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB 0.50
sebagai predictor hipertensi pada perempuan dewasa dusun sido waras desa kwala begumit
adalah sebesar 96% untuk sensitivitas dan 54% untuk spesifisitas. Hal ini menunjukkan
bahwa titik potong 0.50 dapat menyaring kelompok orang dengan hipertensi sebesar 96% dan
kelompok orang yang tidak hipertensi adalah sebesar 54%. Berdasarkan nilai sensitivitas dan
spesifisitas yang dihasilkan dari uji tabel 2x2 pada titik potong 0,50 RLPTB pada perempuan
dewasa di dusun sido waras desa kwala begumit, peneliti berpendapat bahwa titik potong
0,50 merupakan titik potong RLPTB yang paling baik untuk digunakan sebagai alat skrining
hipertensi pada perempuan dewasa. Hal ini dikarenakan titik potong 0,50 RLPTB memiliki
nilai sensitivitas yang tinggi yaitu 96% meskipun nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 lebih
rendah.
Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2014) uji diagnostik yang akan digunakan untuk
keperluan skrining harus memiliki nilai sensitivitas yang sangat tinggi meskipun nilai
spesifisitas sedikit rendah. Ashwell (2012) serta Browning dkk (2010) juga
merekomendasikan nilai titik potong 0,50 dari RLPTB sebagai alat skrining hipertensi terbaik
yang dapat digunakan secara global dibandingkan dengan IMT dan LP berdasarkan nilai
AUC 0,704.
5. Kesimpulan dan Saran
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin penderita hipertensi di dusun sido waras
desa kwala begumit tingkat hipertensi tertinggi adalah pada kelompok umur 38-47 dengan
total penderita hipertensi sebanyak 15 responden dan jenis kelamin perempuan paling banyak
menderita hipertensi. Diketahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 sebagai prediktor
kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa dusun sido waras desa kwala begumit tinggi sebesar
87% Diketahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 sebagai prediktor kejadian hipertensi
pada laki-laki dewasa di Dusun Sido Waras Desa Kwala Begumit tinggi sebesar 60%.
Diketahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada
perempuan dewasa dusun sido waras desa kwala begumit tinggi sebesar 96% Diketahui nilai
74 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
74
spesifisitas dari titik potong 0.50 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan
dewasa di Dusun Sido Waras Desa Kwala Begumit tinggi sebesar 54%.
Adapun saran dari penelitian ini adalah:
Prediktor titik potong RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) 0.47 pada laki-
laki dan perempuan 0.50 cukup sensitif untuk memprediksi hipertensi pada sesorang,
sehingga dengan menjaga lingkar pinggang agar tidak mencapai setengah tinggi badan atau
menjaga lingkar pinggang agar kurang dari setengah tinggi badan untuk pencegahan
hipertensi dapat dilakukan.
Daftar Pustaka
Adinda, D. (2020). Kebiasaan Makan, Body Image dan Status Gizi Remaja Putri. Jurnal
Contagion, 2(1), 39–50.
Ashwell. (2012). Waist-To-Height Ratio Is A Better Screening Tool Than Waist
Circumference And Bmi For Adult Cardiometabolic Risk Factors: Systematic Review
And Meta-Analysis. Obesity Reviews, 13(13), 275.–286. https://doi.org/10.1111/j.1467-
789X.2011.00952
Ayukhaliza, D. A. (2020). Faktor Risiko Hipertensi Di Wilayah Pesisir (Studi Pada Wilayah
Kerja Uptd Puskesmas Tanjung Tiram). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Browning. (2010). A Systematic Review of Waist-to-height Ratio As A Screening Tool For
The Prediction of Cardiovaskular Disease and Diabetes: 0,5 Could Be A Suitable Global
Boundary Value. Nutrition Research Reviews, 23(1), 247–269.
https://doi.org/10.1017/S0954422410000144
Caasey, A. R. (2012). Menurunkan Tekanan Darah (Pertama). Bhuana Ilmu Populer.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2018. http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/download.html
Falah, M. (2019). Hubungan Jenis Kelamin dengan Angka Kejadian Hipertensi pada
Masyarakat di Kelurahan Tamansari Kota Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan &
Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya, 3(1), 85–94.
Fatimah, P. S. (2020). Konsumsi Buah, Sayur Dan Ikan Berdasarkan Sosio Demografi
Masyarakat Pesisir Provinsi Sumatera Utara. Uin Sumatera Utara. Contagion : Scientific
Periodical of Public Health and Coastal Health, 2(1), 51–63.
Ghosh, S. (2016). Sex Differences In The Risk Profile Of Hypertension. BMJ Open, 6(6), 1–
10. https://doi.org/doi:10.1136/bmjopen-2015010085
IMHE. (2017). The Global Burden of Disease Study. Institute for Health Metrics and
Evaluation.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Teknis Dan Tatalaksana Hipertensi.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Meilani, M. (2012). Pendekatan Indeks Antropometri Sebagai Alat Skreening Hipertensi
Pada Orang Dewasa Di Daerah Urban (Analisis Riskesdas 2007). Universitas
Indonesia.
Oktaviarini E. (2019). Faktor Yang Berisiko Terhadap Hipertensi Pada Pegawai Di Wilayah
Perimeter Pelabuhan (Studi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang). Jurnal
Epidemiologi Kesehatan, 4(1), 35–44.
Pamelia, I. (2015). Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja dan Dampaknya
75 Nofi Susanti, Reinfal Fahlefi / Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 64-75
Page
75
Bagi Kesehatan. Jurnal IKESMA, 14(2), 114–153.
Putra, E. (2016). Penelitian Uji Diacnostic dan Skrining. Universitas Udayana.
Sari, Y. K., & Susanti, E. T. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar (The correlation of Sexes and
Hypertention of Elderly in Nglegok Public Health Centre Kabupaten Blitar). Jurnal Ners
Dan Kebidanan, 3(3), 262–265. https://doi.org/DOI:10.26699/jnk.ART.p262-265
Sartik, R. (2017). Faktor – Faktor Risiko Dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3
Siregar, P. A. (2020a). Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Asin dan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Kota Medan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 1–8.
Siregar, P. A. (2020b). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Kota
Medan (Aspek Sosial Budaya Masyarakat Pesisir). Jurnal Pembangunan Perkotaan,
8(1), 1–8.
Sugiarto. (2019). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Contagion, 1(1), 47–57.
Susanti, N. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi
Sosio Demografi dan Konsumsi Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43–52.
Veientlena. (2018). Prevalence of Hypertension and Determination of Its Risk Factors in
Korangrapady, Udupy District, Coastal Karnataka, India. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, 11(6), 517–521.
WHO. (2020). Situation Report WHO (Issue August).
Yodang. (2019). Prevalence and Determinants of Hypertension in Coastal and Estuarine
Communities. International Journal of Medical Reviews Systematic Review, 6(4), 128–
134. https://doi.org/10.30491/IJMR.2019.100909