Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
P a g e | 1
I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam ekonomi modern manusia sering mengabaikan aspek aspek syariah
dalam berbisnis dimana manusia di era globalisasi lebih mengedepankan system
ekonomi yang cenderung ke arah riba karna banyak sekali ke untngan yang di
tawarkanya seperti bunga yang besar dalam deposito dan ini jauh dari namanya
hukum ekonomi syariah melenceng dari ajaran dagang islam dimana memakan
uang riba haram hukumnya. Belakangan ini bisnis berbasis islam banyak diminati
dan digeluti oleh masyarakat luas. Khusunya di indonesia, tidak hanya kaum
muslim saja namun kaum nonmuslim pun banyak yang berminat dlam bisnis yang
berbasis syariah ini. Karena dinilai menguntungkan karena banyaknya kaum
muslimin.
Dalam masyarakat riba tidak ada punggutan zakat, tidak ada unsur
membantu orang lemah.Variable riba memiliki korelasi negative terhadap zakat,
perdangangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat, sering kali orang yang
terdesak tidak peduli dengan bunga yang besar padahal bunga yang besar itu
sangat merugikan apabila tidak bisa mengembalikan dengan tepat waktu dan amat
merugikan.
Dalam bisnis sering kali mngabaikan nilai nilai islami karena dalam
berbisnis kita menjumpai banyak clien, partner dan costumer dan mereka punya
pedoma sendiri dalam berbisnis, maka dari itu kita sebagai orang islam harus
memegang teguh nilai nilai islam dalam hal apapun agar mendapat barokah dari
apa yang dilakukan.
1 | P a g e
P a g e | 2
Kita sebagai umat muslim dengan melihat realita ekonomi nasional dan
inter nasionalyang mulai ke arah system ekonomi liberal yang terapkan bangsa
barat yang tidak sesuai dengan kaidah islam maka dari itu pentingnya
mengembalikan system ekonomi yang benar dan mensosialisasi kan untungnya
berbisnis secara syariah. Manusia tidak terlepas dari yang namanya bisnis maka
perlu sekali mengerti bisnis yang benar yang tidak merugikan salah satu pihak dan
mengandung unsur unsure yang mensejahterakan masyarakat baik secara
langsung ataupun tidak langsung simbiosis mutualisme dalam berbisnis harus ada
unsure syariahnya
1.2. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang merupakan tujuan bisnis syariah ?
2. Apa pebedaan dari masing-masing tipologi bisnis syariah ?
3. Bagaimana perdagangan dalam bisnis syariah ?
4. Bagaimana produksi dan promosi dalam bisnis syariah ?
5. Bagaimana perilaku pelaku bisnis syariah ?
1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan tujauan bisnis syariah
2. Membedakan dan menyebutkan tipologi bisnis syariah
3. Menjelaskan perdagangan dalam bisnis syariah
4. Menjelaskan produksi dan promosidalam bisnis syariah
5. Mengidentifikasi perilaku pelaku bisnis syariah
2 | P a g e
P a g e | 3
II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN BISNIS SYARI’AH
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Manusia senatiasa berusaha berusaha untuk dapat memperoleh harta kekayaan itu.
salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk dapat memperolehnya adalah dengan
bekerja. Sedangkan salah satu dari bentuk kerja adalah berusaha atau berbisnis.
Kegiatan penting dalam bemuamalah yang paling banyak dilakukan oleh manusia
setiap saat adalah kegiatan bisnis.
Bisnis adalah sebuah kata yang cukup dikenal oleh masyarkat dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap harinya secara sadar maupun tidak jutaan manusia di
dunia melakukan kegiatan bisnis, baik sebagia produsen, perantara maupun
sebagai konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain yang bergerak dalam
kegiatan bisnis berhasuil membuat keuntungan dan memperbesar nilai
keuntungannya yang makim lama makin meningkat. Dalam zaman modern
sekarang ini dunia bisnis semakin kompleks, dan membutuhkan banyak waktu
bagi mereka yang iongin mempelajarinya serta mempraktekan sampai berhasil.
Bisnis dapat didefinisikan sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang
saling menguntungkan atau memberi manfaat. Ada yang mengartikan, bisnis
sebagai suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan distribusi atau
penjualan barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
memperoleh profit (keuntugan).
Pengertian bisnis menurut Hughes dan Kapoor ialah Business is the
organized effot of individuals to producenand sell for a profit, the goods and
services that satisfy society’s needs. The general term business refers to all such
3 | P a g e
P a g e | 4
efforts within a society or within an industry. Maksudnya bisnis ialah suatu
kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual
barang dan jasa guna mendapatkan kenutngan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan ada dalam industry. Definisi lain diberikan oleh Brown dan
Petrello (1976): Business is an institution which produces goods and services
demanded by people. [1]
Jadi bisnis merupakan suatu lembaga menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini termasuk jasa dari pihak pemerintah
dan swasta yang disediakan untuk melayani anggota masyarakat.[2]
Belakangan ini bisnis berbasis islam banyak diminati dan digeluti oleh
masyarakat luas. Khusunya di indonesia, tidak hanya kaum muslim saja namun
kaum nonmuslim pun banyak yang berminat dlam bisnis yang berbasis syariah
ini. Karena dinilai menguntungkan karena banyaknya kaum muslimin.
Islam menganjurkan setiapm umatnya untk mencari rezeki, islam sangat
menekankan atau mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun
pendayagunaanya (pengolahannya dan pembelanjaaanya).
Bisnis islam dapat diartika sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi dalam cara perolehan
dan pendayagunaan hartanya (ada atuaran halal dan haram). Dalam arti,
pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariat (aturan-aturan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist). Dengan kata lain, syariat merupakan nilai utama
yang menjadi payung strategis maupun taktis bagi pelaku kegiatan ekonomi
(bisnis).[3]
4 | P a g e
P a g e | 5
Dengan kendali syariat, bisnis dalam islam bertujuan untuk mencapai
empat hal utama, yaitu sebgai berikut.
2.1.1 TARGET HASIL, PROFIT MATERI DAN BENEFIT NON
MATERI
Tujuan bisnis tidak selalu untuk profit (qimah maddiyah atau nilai materi),
tetapi harus dapat memperoleh dan memeberikan benefit (keuntungan atau
manfaat) nonmateri, baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan
yang luas, seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan
sebagainnya. Disamping untuk mencari qimah maddiyah, juga ada dua orientasi
lainnya yaitu nilai-nilai ahklak mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul
dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami, baik
antara majikan dengan buruh, maupun antara penjual dan pembeli (bukan hanya
sekedar hubungan fungsional maupun professional semata).
Qimah ruhiyyah berarti, perbuatan tersebut dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Dengn kata lain, ketika melakukan suatu aktivitas
bisnis, maka harus disertai dengan kesadaran hubungannya dengan Allah. Amal
perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan hubungannya dengan
Allah ketika berbisnis dinamakan ruhnya.
Tabel 1. Data ilustrasi pembayaran untuk pembiayaan modal kerja iB oleh pengusaha
Tahap penerimaan dan pembayaran
Pembayaran dari pemerintahan
Pengembalian pokok kepada bank syari'ah
Bagi hasil untuk bank syari'ah
1. Termin I Rp. 200 juta Rp. 100 juta Rp. 34,3 juta (1/7 x 60 % x Rp. 400 juta)2. Termin II Rp. 400 juta Rp. 200 juta Rp. 68,6 juta (2/7 x 60% x Rp 400 juta)3. Termin III Rp. 800 juta Rp. 300 juta Rp. 137,1 juta (4/7 x 60% x Rp 400 juta)
5 | P a g e
P a g e | 6
Profit untuk pengusaha
Rp. 1400 juta - (Rp 400+Rp 600 juta+Rp 240 juta = Rp. 160 juta
(modal Rp. 400 juta)
2.1.2 PERTUMBUHAN
Jika profit dan benefit nonmateri telah diraih, maka diupayakan
pertumbuhan atau kenaikan akan terus-menerus meningkat setiap tahunya dari
profit dan benefit tersebut. Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariat.
Misalnya, dalam meningkatkan jumlah produksi, seiring dengan perluasan pasar
dan peningkatan inovasi agar bisa mengahasilkan produk baru dan sebagainya.
2.1.3 KEBERLANGSUNGAN
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus diupayakan
keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga
keberlangsungan itu dalam koridor syariah islam.
2.1.4 KEBERKAHAN
Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho Allah, merupaka puncak
kebahagian hidup muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi
keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis
selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah.[4]
2.2. TIPOLOGI BISNIS SYARI’AH
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan
berdasarkan tipe atau jenis.
Berbicara mengenai tipologi bisnis syariah berbicara juga mengenai
lembaga keuangan islam. Lembaga keuangan ini di khususkan pada lembaga
keuangan islam di indonesia.
6 | P a g e
P a g e | 7
Bila kita ingin berbicara mengenai lembaga keuangan syariah di indonesia
(LKS), maka kita melihat UU No. 7 1992 tentang perbankan, yang antara lain
menyebutkan di mungkinkannya berdiri bank dengan sistem bagi hasil. UU itu
menjadi dasar berdirinya Bank Muamalat Indonesia. kemudian UU itu di perbaiki
dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang memberi peluang di
terapkan dual banking sistem dalam perbankan nasional. Dengan cepat UU ini
telah mendorong di bukanya divisi syariah di sejumlah bank konvensional.
2.2.1 PERKEMBANGAN LKS
Hinga desember 2005, telah beroprasi 3 bank umum syariah (BUS) dan 19
unit usaha syariah (UUS). Penambahan jumlah pemain ini di ikuti dengan
penyebaran jaringan kantor yang semakin terdistribusi ke seluruh wilayah
indonesia. Penyebaran jaringan itu umumnya mengarah ke kawasan yang aktuf,
sehingga memang mendapatkan lahan yang subur untuk berkembang.
Akan tetapi, pangsa pasar perbankan syariah di bandingkan perbankan
nasional (konvensional) masih sangat kecil. Berdasarkan data dari direktorat
perbankan syariah bank indonesia, pada desember 2005 total asset dari seluruh
bank syariah nasional (ini belum termasuk BPRS) sebesar Rp 20,9 triliun atau
1,42 % dari total aset seluruh perbankan nasional, dan dana pihak ke 3 (DPK)
yang di himpun seluruh sistem perbankan, dan pembiyayaan yang di salurkan
perbankan syariah sebesar Rp 15,2 triliun atau kira-kira 2,19 % dari jumlah
penyaluran pembiyayaan/kredit seluruh sistem perbankan. [5]
Gambar 1. Perkembangan total aset dan piutang pembayaransyari’ah tahun 2009-2013
7 | P a g e
P a g e | 8
2.2.2 PERBANKAN
Berkembangnya bank-bank dengan landasan syariah islam di berbagai
negara pada dekade 1970 an, berpengaruh pula dengan indonesia. Namun perkara
lebih khusus untuk mendirikan bank islam baru dilakukan pada 1990. Majelis
ulama indonesia (MUI) setelah melalui satu lokakarya, akhirnya membentuk satu
kelompok kerja yang di sebut Tim Perbankan MUI. Tim ini bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua terkait. Hasil tim kerja tersebut akhirnya
melahirkan Bank Muamalat Indonesia.
Ada sejumlah perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bank
konvensional. Perbedaan itu menyangkut:
a. Aspek legalitas
Di perbankan syariah, akad yang dialukan memiliki dimensi duniawi
ukhrawi karena berlandaskan hukum islam. Setiap akad dalam perbankan syariah,
baik dalam hal barang, pelaku transaksi maupun ketentuan lainya harus memenuhi
syarat akad seprti:
- Rukun: adanya penjual, pembeli, barang, harga dan ijab Kabul
8 | P a g e
P a g e | 9
- Syarat: barang dan jasa harus halal, harga harus jelas, tempat penyerahan
harus jelas, barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan
b. Lembaga penyelesai sengketa
Berbeda dengan bang konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat
perselisihan, penyelesaiannya tidak dilakukan di pengadilan negeri melainkan
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hokum materi
berdasarkan prinsip syariah dikenal dengan nama Badan Arbiterasi Muamalah
Indonesia atau BAMUI.
c. Struktur organisasi
Secara garis besar struktur organisasi bank syariah dan bank konvensional
adalah sama. Yakni ada komisaris dan direksi beserta perangkat pendukung di
bawahnya. Tetapi di bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah
(DPS) di bank syariah. DPS bertugas mengawasi operasional bank dan produk-
produknya agar tidak menyimpang dari garis-garis syariah.
d. Pembiyaan
Perbedaan pokok antara perbankan syariah dan konvensional dalam
pembiayaan adalah adanya larangan riba (bunga) pada perbankan syariah. Prinsip
utama yang dianut bank-bank islam adalah (arifin, 1999):
- Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi
- Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada memperoleh
keuntungan yang sah secara syariah
- Memberikan zakat
9 | P a g e
P a g e | 10
Sebagai penganti mekanisme bunga, sebagian ulama meyakini bahwa dalam
pembiayaan proyek-proyek, instrument yang paling baik adalah bagi hasil.
Gambar 2. Grafik profitabilitas perbankan syari’ah
2.2.3 ASURANSI
Asuransi syariah di indonesia di pelopori oleh PT Asuransi Tafakul
Indonesia yang berdiri pada tahun 1994. Sebagian kalangan beranggapan bahwa
asuransi sama dengan menentang qodha dan qadar atau bertentangan dengan
takdir. Padahal tidak demikian, karena pada dasarnya islam mengakui bahwa
kecelakaan, kemalangan, dan kematian merupakan takdir allah yang tidak dapat di
tolak. Hanya saja sebagian manusia di perintahkan membuat perencanaan untuk
menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-hasyr ayat 18:
“hai orang-orang beriman, bertaqwalah pada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Jelas sekali dari ayat ini kita di perintahkan untuk merencanakan apa yang
akan kita perbuat untuk masa depan.[6]
Dalam QS surat yusuf ayat 43 – 49, Allah menggambarkan contoh usaha
manusia untuk membentuk sistem proteksi dalam menghadapi kemungkinan
10 | P a g e
P a g e | 11
buruk di masa depan. Sangat jelas dalam ayat ini manusia di anjurkan untuk
berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan
terjadinya kondisi yang buruk. Dari sini dapat di simpulkan bahwa berasuransi
tidak bertentanga dalam takdir bahwa allah menganjurkan adnya upaya-upaya
menuju kepada perencanaan masa depan dengan system proteksi yang di kenal
dengan mekanisme asuransi.
- Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Perbedan utama tertetak pada prinsip dasarnya. Asuransi syarian
menggunakan konsep takaful bertumpu pada sikap saling tolong menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan dan tentu saja memberikan perlindungan.
Sedangkan pada asuransi konvensioanal dasar kesepakatanya adalah jual
beli. Perbedaan yang nyata juga terdapat pada investasi dananya. Pada takaful,
investasi dana di dasarkan pada sistem bagi hasil (mudharabah), sedangkan pada
asuransi konvensional tentu saja atas dasar bunga atau riba (Advertorial takaful,
Republika, 22 juli 2002). [7]
Untuk dana premi yang terkumpul dari peserta. Pada sistem konvensional
dana itu menjadi milik perusahan asuransi. Tentu saja perusahaan itu bebas
menginvestasikannya. Adapun pada asuransi takaful dana itu tetap milik peserta.
Perusahaan hanya mendapat amanah untuk mengelolanya. Konsep ini
menghasilkan perbedaan perlakuan terhadap keuntungan. Pada takaful
keuntungan di bagi antara perusahaan asuransi dengan peserta, sedang dalam
konvensional keuntungan menjadi milik perusahan.
Satu hal yang di tekankandalam takaful adalah meniadakan tiga unsur
yang di pertanyakan, yakni ketidakpastian, untung-untungan, dan bunga alias riba.
11 | P a g e
P a g e | 12
Tentu saja perusahaan yang bergerak dalam sistem takaful ini tidak melupakan
keuntungan yang bisa di peroleh nasabah.
Tabel 2. Data perbedaan asuransi konvensional dan asuransi syari’ah
prinsip Asuransi konvensional Asuransi syari’ahakad Jual beli ( akad
mu’awaddah)Akad tabarru’ dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dll)
Jaminan/risk Transfer risk Sharing of riskKepemilikan dana Milik perusahaan Memiliki peserta, asuransi
syari’ah hanya sebagai pemegang amanah
Sumber hukum Merupakan pemikiran manusia dan kebudayaan
Al-quran dan hadist, ijthad
DPS Tidak ada Ada, berfungsi sebagai pelaksana operasional perusahaan agar berjalan sesuai dengan prinsip syari’ah
Unsur premi Terdiri dari tabel mortalitas, bunga dan biaya asuransi
Terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan
investasi Tidak ada batasan Ada batasan sesuai prinsip syari’ah
2.2.4 PEGADAIAN
Dua bank umum syariah yang ada di Indonesia, yaitu Bank Muamalat dan
Bank Mandiri Syariah rupanya menunjukan minat serous untuk mengarap gadai
syariah. Bukan tanpa alasan mereka tertarik untuk mengarap gadai syariah ini.
Selain Karena alasan rasional, bahwa gadai ini memeiliki potensi yang besar,
system pembiyaan ini memeang memiliki landasan syariah. Apalagi terbukti, di
negar-negar dengan mayoritas penduduk muslim, seperti Timur Tengan dan
Malaysia, pegadaian syariah telah berkemabng pesat.
Landasan syariah dari pegadaian syariah ini adalah kisah di masa
Rasulullah, ketika itu ada seseorang yang mnggadaikan kambingnya. Ketika itu
12 | P a g e
P a g e | 13
rasulullah ditanya bolehkah kambingnnya diperah. Nabi kemudian mengizinkan,
sekedar untuk menutup biaya pemeliharaan. Artinya, nabi mengizinkan kitaboleh
mengambil keuntungan dari barang yang digadaikna sekedar menutup biaya
pemeliharaan.
Muhammad Syafi’I Antonia dalam bukunya, Bank Syariah: Dari Teori ke
Praktik, bahwa pengertian gadai atau ar-rahn, mengutip pandangan Sayyid Sabiq,
adalah menyimpan sementara harta milik si peminjam sebagai jaminan yang
diberikan oleh si piutang. Berarti barang yang dititipkan pada si pitang dapat
diambil kembali dalam jangka waktu tertentu. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 283
disebutkan : “jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalat tidak secra tunai)
sedang kamu tidaak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang) …”. Secara eksplisist
menyebutkan barang yang dipegang oleh yang berpiutang. Dalam dunia finansial,
barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan (kolateral) atau objek gadai.[8]
Perbedaan gadai syariah dan konvensional adalah dalam hal pengenaan
bunga. Pegadaian syariah menerapkan beberapa sistem pembiayaan, antara lain
qardhul hasan (pinjaman kebaikan), mudarabah (bagi hasil), muqayadah (jual
beli).
2.3. PERDAGANGAN DALAM BISNIS SYARI’AH
Jika tinjau pekerjaan dagang sebagai suatu bagian dari bisnis, maka
pekerjaan dagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran agama. Nabi
Muhammad SAW pernah ditanya:
13 | P a g e
P a g e | 14
Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah ? jawab beliau:
ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
bersih (HR. Al Bazzar).[9]
Dalal Al-Qur’an menegaskan bawasannya Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-baqarah: 275)
Dalam surat Al-Baqarah tersebut, Allah SAW mendampingkan dua
kegiatan yang berlawanan, yang bersifat dekotomi, yang satu halal yang satu
haram. Ayat ini memberikan ketegasan kepada kita, bahwa jual beli tidak sama
dengan riba, seprti yang dinyatakan oleh kaum kafir pemakan riba.
Dalam masyarakat riba tidak ada punggutan zakat, tidak ada unsur
membantu orang lemah. Variable riba memiliki korelasi negatif terhadap zakat,
perdangangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenapa dalam masyarakat
riba tidak berkembang, perdagangan dan proyek investasi lain ? karena dalam
kegiatan riba, terkandung unsur bunga tinggi. Orang yang mau pinjam uang
dengan bunga tinggi adlah orang yang terdesak akan kebutuhan hidup. Jika tidak
terdesak, taka da orang yang mau pinjam uang. Pinjaman riba selalu mencari
korban dan tidak mungkin ada investasi, karena tidak akan menguntungkan
menggunakan modal riba.
Konsep teori ini dapat dilihat pada kebijakan moneter pemerintah. Apabila
pemerintah ingin menumbuhkan gairah investasi, perdagangan dan kegiatan
proyek ekonomi lainnya, maka bunga pinjaman bank diturunkan. Dengan
turunnya tingkat bunga maka banyak orang yang mengajukan permohonan untuk
mendapatkan kredit bank yang mereka gunakan untuk investasi dana membeli
barang-barang modal atau digunakan dalam perdagangan. Bila pemerintah ingin
14 | P a g e
P a g e | 15
menarik uang dari peredaran agar tidak digunkan untuk spekulasi, atau ingin
mengurangi gejala inflasi, maka pemerintah menaikan tingkat bunga, akibatnya
investasi dan kegiatan perdagangan akan menurun. Bila perdagangan
berkembang, diharapkan pedagang-pedangang yang taqwa akan meningkatkan
zakat perdangangannya. Jelas ini akan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Kegiatan perdagangan akan menyerap banyak tenaga kerja kira-kira 85%
dari tenaga kerja, diserap oleh lapangan bisnis. Dan pengaruh terhadap
penghasilan masyarakat juga sangat besar.
Kemuadian satu variable utama lainnya lagi adalah zakat, merupakan
kontrol atas keberadaan harta pada tangan seseorang. Kontrol ini akan
menyadarkan pemilik harta, bahwa dalam hartanya itu yang merupakan titipan
Allah SWT, terkandung hak orang lain, yaitu hak fakir miskin, yang harus ia
keluarkan. Kemuadian harta itu jangan disimpan-simpan saja tapi usahakanlah,
putarlah harta itu dalam bentuk perdagangan. Hal ini dijelaskan dalam sunah
Rasul :
“barang siapa yang mengurus anak yatim, mempunyai harta, maka
hendaklah ia memperdagangkan harta itu untuknya, jangan biarkan harta itu habis
termakan sedekah atau (zakat)” (HR. Tirmidzi)
Kita sudah banyak mengetahui bahwa orang yang kerjanya menyimpah
harta misalnya dalm bentuk emas dan perak, maka nanti di akhirat Allah SWT
akan menjadikan harta itu menjadi api yang membakar badaannya. Sebagimana
Allah berfirman dalam Al-Qur’annya :
15 | P a g e
P a g e | 16
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-
orang alim yahudi dan rahib-rahib nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan bathil dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan orang-
orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah maka beritahukanlah kepad mereka, (bahwa mereka akan mendaptkan) azab
yang pedih.”
2.4. PRODUKSI DAN PROMOSI DALAM BISNIS SYARI’AH
2.4.1 PRODUKSI DALAM PERDAGANGAN
Prinsip dasar ekonomi islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai
rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci
umat islam, dalam ayat :
“dan dia menundukan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di
bumi semuannya, (sebagai rahmat) daripada-Nya sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berpikir.” (QS al-jatsiyyah: 13)
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah rabb
semesta alam, maka konsep produksi dalam ekonomi islam tidak semata-mata
bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai
maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat Al-Qashash mengingatkan
manusia untuk mencapai kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia.
Artinya urusan dunia merupakan sarana memperoleh kesejahteraan akhirat. Orang
bisa berkompetisi dalam kebaikan untuk urusan dunia, tetapi sejatinya mereka
sedang berlomba-lomba mencapai kebaikan di akhirat.
16 | P a g e
P a g e | 17
Islam pun sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola
pikir ekonomi konvensional tadi. Hanya bedanya, lebih jauh islam juga
menjelaskan nilai-nilai moral disamaping utilitas ekonomi. Bahkan sebelum itu,
islam menjelaskan mengapa produksi harus dilakukan. Menurut ajaran islam,
manusia adalah kholifatullah atau wakil Allah dimuka bumi dan berkewajiaban
untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam surat Al-
An’am ayat 165 :
“dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di muka bumi dan
dia meninggalkan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu
amat cepat siksanya dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha
penyayang.”
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang
banyak bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
Bagi islam memproduksi suatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri
atau jual dipasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada
fungsi ekonomi. Islam secra khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi
harus pula mewujudkan fungsi sosial ini tercermin dalam surat Al-Hadiid ayat 7 :
“berimanlah kamu kepada Allah dan rasulnya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.”
Kita harus melakukan hal itu karena memang dalam sebagian harta kita
melekat hak orang miskin, baik yang meminta maupun yang tidak meminta. Agar
17 | P a g e
P a g e | 18
mampu mengembangkan fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi
harus melampaui surplus untuk mencukupi konsumtif dan merah keuntungan
finasial, sehingga bisa berkonstribusi pada kehidupan social.
Melalui konsep inilah, kegiatan produksi harus bergerak diatas dua garis
optimalisasi. Tingkat optimal pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumber
daya insani kearah pencapaian kondisi full omploymen, dimana setiap orang
bekerja dan menghasilkan sesuatu karya kecuali mereka yang “udzur syar’I”
seperti sakit dan lumpuh. Optimalisasi (daruriyyat), lalu kebutuhan sekundert dan
kebutuhan tersier secara propesional. Tentu saja islam harus memastikan hanya
memproduksi sesuatu yang halal dan bermanfaat bagi masyarakat. Target yang
harus dicapai secara bertahap adalah kecukupan setiap individu, swasembada
ekonomi umat dan konstribusi untuk mencukupi umat dan bangsa ini ‘pribadi dan
masyarakat muslim itu produktif dan kontributif bagin kesejahteraan dan keadaan
umat manusia. Tidak ada ajaran selain islam yang menguduskan kerja produksi
seperti ini,’ kata Al-Qardhawi dalam memandang tenaga kerja, islam berada pada
posisi yang moderat. Faktor tenaga kerja, bekerja dan berusaha itu adalah penting,
namun bekerja dan berusaha di jalan yang halal dan bekerja perlu tetap dijaga
harkat dan martabatnya dan tidak bisa hanya dipandang sebagai factor produksi
saja.[10]
Pada prinsip islam juga lebih menekankan berproduksi demi mencapai
kebutuhan orang banyak, bukan sekedar memenuhi segelintir orang kaya sehingga
memiliki daya beli yang lebih baik. Karena itu bagi islam, produksi yang
surplusdan berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tidak dengan
sendirinya mengidentifikasi kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah artinya
18 | P a g e
P a g e | 19
produk yang menggunung jika hanya bisa di distribusikan untuk segelintir orang
yang memiliki uang banyak.
2.4.2 PROMOSI DALAM PERDAGANGAN
Promosi ialah suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh seorang pelaku
bisnis untuk meningkatkan jumlah penjualan. Biasanya dalam proses promosi
pemilik barang akan berusaha memuji dan mengemukakan segala keunggulan
barang yang ditawarkannya atau yang dijualnya. Akan tetapi satu hal yang tidak
baik adalah apanila penjual berlebihan memuji-muji barang yang dijualnya
padahal mutunya tidak sebaik yang ia katakan. Secara umum, promosi dapat
dilkaukakan dengan lima cara :
1. Personal selling, yaitu melaluli para penjual, yang dikenal dengan sebutan
pramuniaga, wiraniaga atau selles yang mendatangi calon pembeli ke rumah-
rumah, yang berhadapan langsung dan mempengaruhi calon pembeli dengan
segala cara berkomunikasi.
2. Advertising, yaitu memasang reklame, iklan, brosur, leaflet dan berbagai bentuk
lainnya. Dalam istilah sehari-hari orang menyebutnya reklame. Reklame berasal
dari dua suku kata yaitu re dan clamo. Re artinya berulang-ulang dan clamo
artinya berseru. Jadi intinya berseru berulang-ulang, seperti yang kita dengar
lewat radio, kita nonton melalui layar televise ataupun kit abaca lewat surat kabar
dan reklame dipinggir jalan dalam bentuk billboard, ataupun spanduk yang
direntang panjang jalan, semuanya berusaha menyeru kita secara berulang-ulang.
Tujuannya ialah menarik calon pembeli dengan menunjukan kelebihan dan
keistimewaan barang yang dijualanya. Dia selalu menekankan plus point, berupa
kelebihan dan keistimewaan barang dagangannya. Akan tetapi dalam ilmu
19 | P a g e
P a g e | 20
marketing adasuatu prinsip yang harus dijaga tidak boleh diabaikan yaitu truth in
advertising, artinya iklan, reklame, pujian terhadap barang sendiri, tidak boleh
berlebihan dan membodohi calon pembeli. Jika iklan mengandung unsur
kebohongan apalagi menipu orang, akhirnya akan menimbulkan adversitng
impact yang negatif. Inilah yang disebut dalam agama dengan istilah najasy atau
dapat diistilahkan dengan reklame palsu (Hamzah, 1984: 155).[11]
Dulunya pada zaman jahiliyah praktek najasy ini sering dilakukan oleh
para pedangan dengan maksud melariskan barang dagangannya.
Selaian itu banyak pedagang yang bersumpah atas nama Allah SWT,
bahwa mereka tidak memiliki untung atas barang dan harga yang ditawarkannya,
atau harga belinya jauh lebih mahal dari harga yang ditawarkan itu dan bentuk
sumpah lainnya dengan tujuan agar barang tersebut laku. Rasulullah SAW
melarang banyak sumpah dalam jual beli :
“Jauhilah banyak sumpah dalam jual beli, karena sesungguhnya hal itu
betul melariskan dagangan, akan tetapi menghapuskan keberkahan. Rasulullah
SAW sangat tidak menyenangi perkara yang banyak menggunakan sumpah ini
karena mereka bersumpah, setelah itu mereka banyak berbuat dosa, mereka
bersumpah setelah itu mereka berbohong.” (HR. Muslim)
Apabila seorang pedagang bersumpah atau dengan usaha lainnya yang
dilarang, maka mungkin saja ia dapat membohongi konsumennya, namun sekali
itu ia dapat membohonginya lain kali mereka akan bertindak sangat hati-hati.
Nama baik ia dan perusahaanya akan terancam. Anda mungkin dapat menipu
seseorang satu kali, anda dapat menipu banyak satu kali, tetapi anda tidak dapat
menipu semua ornag secara terus-menerus.
20 | P a g e
P a g e | 21
Jika praktek ketidakjujuran ini seringkali dilakukana oleh produsen maka
akaan muncul gejala konsumerisme, yang berarti gerakan protes konsumen
terhadap produsen atau pedagang yang suka menipu mereka. Para konsumen
melalui bergabgai saluran resmi, seperti lembaga pemeerintahan, yayasan
lembaga konsumen, atau kelompok ormas, organisasi politik akan mengadakan
praktek penipuan yang pernah mereka alami.
3. Publicity, yaitu berupa pemuatan berita di surat kabar, radio atau televise.
Berita ini dimuat oleh para wartawan media tersebut, dan dapat dipungut bayaran.
Biasanya para pengusaha mengadakan temu wicara, atau press release dengan
para wartawan kemudian beritanya dimuat di media masa.
4. Sales promotion, artinya usaha promosi yang dilakukan dengan harapan
meningkatkan penjualan dalam jangka pendek. Misalnya seorang pengusaha,
mengadakan kegiatan jual obral, atau memberi discount khusus, agar calon
konsumen tertarik untuk membeli. Jadi teknik sales promotion ini dapat berbentuk
berbagai kegiatan, seperti :
a. Banting harga, jual obral (special sales), korting besar, cuci gudang dan
sebgainya, terutama dalam menghadapi hari lebaran atau hari-hari lainnya.
b. Memberikan hadiah, baik hadiah langsung, maupun hadiah berupa undian
c. Mengadakan pertunjukan guna menarik calon pembeli
d. Mengadakan fair, pasar malam, festival, bazar dan sebgainya
5. Public relation, yaitu usaha menjaga hubungan baik dengan masyarakat,
dengan selalu menginformasika apa yang telah dilakukan oleh lembaga, dan
rencana apa yang akan dilaksanakan pada masa mendaatang. Dengan adanya
informasi ini maka masyarakat akan menaruh perhatian terhadap organisasi.
21 | P a g e
P a g e | 22
2.5 PERILAKU PELAKU BISNIS SYARI’AH
Perilaku pelaku bisnis syariah adalah perlakuan atau etika pelaku bisnis
tersebut dalam menjalankan bisnisnya.
2.5.1 PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of
conduct) yang memimpin indiviidu dalam membuat keputusan. Etika ialah suatu
studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral yang dilakukan
oleh seseorang, keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku
standar etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika manajemen ialah
menerapkan standar moral kedalah kegiatan bisnis. W. F. Scoell (1993: 46)
mengatakan some filosophers say that behaviour is ethical if it follows the will of
GOD.
Jadi sebenarnya perilaku yang etis itu ialah perilaku yang mengikuti
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangannya. Dalam islam etika
bisnis sudah banyak dibahas dlam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah
Al-Qur’an dan Hadis.
Definisi lain menyatakan business ethics is about building of trust between
people and organizations, and absolutely essential ingredient to conduction
business successfully espencially in the long term. (Linda Klebe Trevino 995:
290).[12]
Definisi etika adalah model perilaku yang diikuti untuk mengharmoniskan
hubungan antar manusia meminimalkan penyimpangan dan berfungsi untuk
kesejahteraan masyarakat (Taha Jabir, 2005). Hal-hal yang termasuk kedalah
bidang sensitive dalam etika bisnis ialah:
22 | P a g e
P a g e | 23
a. Dasar kebenaran dan kejujuran
b. Hubungan saling percaya sesama rekan bisnis
c. Adil dalam hubungan dengan pelanggan
d. Etika dan tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaan
e. Bertanggugng jawab dalam menggunakan sumber daya dan asset perusahaan
f. Keamanan dan kualitas produk
g. Keamanandan kesejahteraan di tempat kerja
h. Perilaku suap-menyuap
i. Pelestarian lingkungan
j. Penghematan dalam menggunakan biaya tidak ada mark up dan pemborosan
k. Praktek dalam penjualan, promosi dan pemasaran pada umumnya (Taha Jabir,
2005).
2.5.2 ETIKA BISNIS PROTESTAN DAN ETIKA BISNIS SYARI’AH
Sangat popular konsep yang diungkapkan oleh Max weber tentang
protestant ethics yang membawa kemajuan pesat dalam pembangunan di Eropa.
Nurcholis Majid menjelaskan dalam sebuah tulisannya diharian Republika tanggal
29 Oktober tahun 2000, bahwa tesis Max Waber tentang eetika protestan
mengatakan kemajuan ekonomi eropa barat adalah berkat ajaran Asketisme dalam
ajaran Calvin. Kaum calvinis mnerima panggilan ilahi untuk bekerja keras dan
tetap berhemat terhadap harta yang berhhasil dikumpulkan karena hidup mewah
bukanlah tujuan. Dengan cara hidup hemat maka terjadilah akumulasi modal
menuju kapitalisme.
Kritik yang dapt diajukan kepad weber ialah ia sangat mengagunng-
agungkan paham protestan ini. Weber telah mempelajari berbagai agama lain,
23 | P a g e
P a g e | 24
tetapi islam ia pelajari minim sekali dengan tujuan untuk membenarkan tesisnya
bahwa agama protestan ini lebih unggul. Di lapangan beberapa Negara lain yang
buka protestan, tetapi katolik misalnya, juga mengalami kemajuan seperti
dijumpai pada Negara perancis, Itali, juga bangsa yang menganut Shinto-buddhis,
seperti Jepang, Korea mengalami kemajuan pesat. Kemajuan Jepang sekarang ini
disusul oleh kemajuan Negara lain yang menganut konfusianisme.
Pada hakikatnya islam sebagai suatu Negara besar telah mengajarkan
tentang konsep-konsep unggul lebih dulu dari protestan, akan tetapi para
penganjur dan para pengikut kurang memperhatikan dan tidak melaksanakan
ajaran-ajaran islam sebagaimana mestinya. Tantangan bagi bangsa Indonesia yang
sebagian besar beragama islam agar kita berhasil ialah menggali inner dynamics
system etika yang berakar dalam pola keyakinan dan dominan. Berikut ini akan
diuungkapkan nilai-nilai etika islam yang dapat mendorong bertumbuhnya dan
suksesnya bisnis yaitu :
a. Konsep Ihsan
Ihsan adalah usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja, tanpa kenal
menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada optimalisasi, sehingga
memperoleh hasil maksismal, ini tidak sama dengan perveksionisme, melainkan
optimalisme.
b. Konsep Itqan
Itqan artinya membuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa
menjaga kualitas produk yang dihasilkan, adakan penelitian dan pengawasan
kualitas sehingga hasil masksimal.
c. Konsep Hemat
24 | P a g e
P a g e | 25
Apa yang diunggulkan oleh protestant ethics-nya Weber, sebenarnya
konsep islam, yang sejak 14 abad yang lalu telah diajarkan oleh Rasulullah kepada
umatnya. Kita harus hemat, jangan boros, pekerjaan memboros-boroskan harta
adalah teman syaitan. Kita harus hemat dengan harta, akan tetapi tidak boleh kikir
dan tidak menggunakannya kecuali untuk sesuatu yang benar-benar bermanfaat.
d. Konsep Kejujuran dan Keadilan
Ini adalah konsep yang membuat ketenagan hati bagi orang yang
melaksanakannya. Kejujuran yang ada pada diri seseorang membuat orang lain
senang berteman dan berhurbungan dengan dia. Didalam bisnis pemupukan relasi
sangat mutlak diperlukan, sebab relasi ini akan sangat membantu kemajuan bisnis
dalam jangka panjang. Sedangkan keadilan perlu diterapkan, misalnya terhadap
para karyawan ada aturan yang jelas dan pemberian upah, dengan prinsip keadilan
itu, tidak membeda-bedakan manusia yang stu dengan yang lain.
e. Konsep Kerja keras
Rasulullah SAW sangat terkenal dalam pelaksanaan konsep ini. Rasulullah
SAW masa kecilnya telah mulai bekerja keras mengembala domba orang-orang
Mekkah, dan beliau menerima upah dari gembalaan itu.
Demikian beberapa konsep etika bisnis yang ada dalam agama kita, yang
jika kita coba melaksanakannya secara istiqomah, maka Insya Allah kemajuan
dalam bisnis dapat dicapai.
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
25 | P a g e
P a g e | 26
1. Tujuan bisnis syariah adalah target hasil, profit materi dan benefit nonmeteri
pertumbuhan, keberlangsungan, keberlakuan
2. Tipologi bisnis syariah dibedakan atas, perkembangan LKS, perbankan
syariah, asuransi dan pegadaian syariah
3. Perdagangan dalam islam harus selain bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan atau laba harus juga memiliki tujuan untuk mencapai ridho Allah
SWT
4. Produksi dan promosi harus dilakukan secerdas mungkin untuk menarik
perhatian konsumen namun dengan cara-cara yang sepantasnya dilakukan, tidak
dengan penipuan dan lain sebagainya
5. Perilaku pelaku bisnis syariah ialah etika pelaku bisnis dalam menjalankan
bisnisnya, yakni dengan memperhatikan segala macam syariat islam yang
berhubungan dngan perdagangan
3.2 SARAN
1. Bisnis syariah adalah bisnis yang mudah dilakukan dan bisnis yang dapat
merah banyak keuntungan baik dunia maupun akhirat
DAFTAR PUSTAKA
26 | P a g e
P a g e | 27
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.
Jakarta: Kencana
Alma, bukhari dan Priansa, Juni Donni. 2009. Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung: Alfabeta
Rivai, Veithzal, dkk. 2012. Islamic Business and Economic Ethics. Jakarta: PT
Bumi Aksara
27 | P a g e