54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, serangga yang mempunyai potensi merusak bahan pertanian dalam simpanan jumlahnya terbatas. Diperkirakan ada 17 famili yang masing- masing diwakili oleh 1-3 jenis. Serangga yang banyak merusak hasil pertanian terutama dari jenis kumbang (Coleoptera) dan ngengat (Lepidoptera). Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan berkembang biak dangan cara bertelur. Siklus hidupnya malampaui beberapa fase kehidupan, mulai dari telur, ulat (larva/jentik), kepompong (pupa), selanjutnya menjadi serangga dewasa. Kumbang dewasa dan bentuk ulat aktif merusak bahan simpanan. Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan di gudang akan memperoleh gangguan dari berbagai hama terutama hama serangga (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)). Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji (pada biji-bijian). Selain produk pertanian, produk olahan yang disimpan dapat juga terserang oleh serangga. Serangga tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan bobot (penyusutan bobot) pada produk. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara serangga menyerang atau merusak (Kartasapoetra Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 1

Serangga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Serangga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, serangga yang mempunyai potensi merusak bahan pertanian

dalam simpanan jumlahnya terbatas. Diperkirakan ada 17 famili yang

masing-masing diwakili oleh 1-3 jenis. Serangga yang banyak merusak hasil

pertanian terutama dari jenis kumbang (Coleoptera) dan ngengat

(Lepidoptera). Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan

berkembang biak dangan cara bertelur. Siklus hidupnya malampaui beberapa

fase kehidupan, mulai dari telur, ulat (larva/jentik), kepompong (pupa),

selanjutnya menjadi serangga dewasa. Kumbang dewasa dan bentuk ulat aktif

merusak bahan simpanan.

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan di gudang akan

memperoleh gangguan dari berbagai hama terutama hama serangga

(Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)). Gangguan tersebut dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji (pada biji-

bijian). Selain produk pertanian, produk olahan yang disimpan dapat juga

terserang oleh serangga. Serangga tersebut juga dapat menyebabkan

kerusakan dan kehilangan bobot (penyusutan bobot) pada produk. Besarnya

kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara serangga menyerang atau

merusak (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)). Masing-masing jenis

serangga umumnya lebih menyukai jenis makanan tertentu, tetapi ada juga

serangga yang menyukai berbagai jenis makanan (polifag).

Kerusakan dan penyusutan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian.

Oleh karena itu, pengetahuan terhadap serangga yang dapat merusak produk

pertanian dan olahan, serta cara pencegahan dan pengendaliannya, dapat

menjadi modal dalam mengurangi kerugian yang ditimbulkan.

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari jenis-jenis serangga

yang menyerang bahan pangan selama penyimpanan, serta cara

pengendaliannya

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 1

Page 2: Serangga

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Serangga

Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil

pertanian baik yang telah dipanen atau lewat masa panen. Akibat dari

gangguan hama pascapanen tersebut yaitu terjadinya kerusakan dan

kehilangan. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang

menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur

gerekan, dan lain-lain. Sedangkan, kehilangan adalah akibat adanya aktifitas

serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang

disimpan (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)).

Contoh kerusakan yang diakibatkan hama terutama serangga dapat terlihat

pada produk biji-bijian yang disimpan dalam keadaan tidak terkontrol.

Kualitas biji-bijian yang terserang hama tersebut dapat berubah. Perubahan

kualitas terjadi secara berangsur-angsur dalam penyimpanan biji adalah hasil

interaksi kompleks dalam sistem ekologi yang kompleks. Perubahan kualitas

ini dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : (1) Kondisi awal biji ketika biji

dikirim ke penyimpanan. (2) Kondisi penyimpanan antara panen dan

prosesing awal. (3) Teknik penanganan dan perlakuan pada sejumlah biji

yang disebut Alur Teknik Penyimpanan. (4) Faktor deteorisasi biologi

terutama oleh adanya cendawan dan hama-hama invertebrata (serangga dan

tungau) (Fleurat – Lessard (2002) dalam Anaf (2009)).

Berikut adalah beberapa jenis serangga yang menyerang bahan pangan

(Imdad dan Nawangsih, 1995) dan produk olahan.

1. Bubuk beras (laser rice weevil)

Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae atau calandra oryzae) juga

biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama

utama pada beras yang disimpan. Serangan kumbang ini ditandai dengan

butir beras berlubang-lubang atau hancur menjadi tepung karena gerekan

kumbang. Akibat hama ini, beras dapat kehilangan berat (susut berat)

mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 2

Page 3: Serangga

Sewaktu masih muda, kumbang bewarna coklat atau coklat kehitaman.

Setelah dewasa, tubuhnya bewarna hitam. Panjang tubuhnya berkisar 2-5

mm (rata-rata 2-3,5 mm), tergantung pada ukuran butir beras atau jagung

yang dimakan. Pada sayap bagian depannya terdapat empat buah bintik

berwarna kuning kemerahan.

Gambar 1. Sitophilus oryzae

Kumbang bubuk beras betina yang akan bertelur menggerek salah satu

sisi butiran beras dengan moncongnya untuk makan dan membuat lubang.

Telur ditempatkan dalam lubang gerekan, setiap lubang ditempati satu

butir telur dan ditutup dengan bekas gerekan. Kumbang betina dapat

bertelur sebanyak 300-400 butir. Setelah beberapa hari, telur akan menetas

menjadi ulat. Lingkungan hidup yang ideal pada suhu 25-30oC dengan

kelembapan 70% dan kadar air bahan 10-15%. Dalam kondisi seperti ini,

siklus hidupnya berlangsung 31-37 hari.

2. Pengerek/bubuk jagung

Kumbang penggerek/ bubuk jagung (Sitophilus zeamais) menyerang

jagung yang disimpan. Gejala serangan hama ini adalah butir jagung

berlubang-lubang sampai hancur membentuk bubuk. Serangga ini juga

menyerang bahan lain, seperti kopra, gandum, beras, sorgum, dan biji-

bijian lain. Pada jagung, serangga ini bersama ngengat beras akan

menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Butir-butir jagung menjadi

kotor dan digandeng-gandengkan satu sama lain dengan air liur ngengat.

Gambar 2. Sitophilus zeamais

Ciri-ciri tubuh dan cara hidup kumbang ini sangat sulit dibedakan

dengan bubuk beras (S. oryzae). Perbedaan keduanya dapat dilihat dari

moncongnya. Penggerek bubuk beras ujung moncongnya berbentuk

tumpul sedangkan pada bubuk jagung ujung moncongnya berbentuk

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 3

Page 4: Serangga

seperti capit kepiting. Ulat kumbang bubuk jagung juga hidup di dalam

butiran jagung yang rusak sehingga menjadi kumbang dewasa.

3. Kumbang padi karatan (rust red grain beetle)

Kumbang padi karatan (Cryptolestes ferrugineus) tidak menyukai

bahan-bahan simpanan yang baru, lebih menyukai bahan-bahan yang

sudah lama disimpan dan telah mengalami kerusakan. Kumbang ini

merusak bahan, seperti gabah, beras, jagung dan biji-bijian lainnya.

Umumnya, hama ini memakan butiran biji atau bekas gerekan yang

keadaannya lembab.

Tubuh kumbang berwarna coklat kemerahan seperti karat, panjang

tubuh antara 2-3 mm, tetapi ada yang menyebutkan bahwa panjangnya

rata-rata hanya 1,5 mm. Pada bagian kepalanya ada sepasang sungut yang

panjangnya kira-kira sama dengan panjang tubuhnya. Ulat berwarna putih

dan aktif bergerak.

Gambar 3. Cryptolestes ferrugineus

Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 200 butir. Telur-

telur diletakkan di antara celah-celah bahan yang disimpan. Ulat yang baru

menetas tidak menyukai bahan-bahan simpanan yang baru, karena itu akan

mencari bagian yang telah rusak (berjamur). Ulat yang mendekati masa

berkepompong menjalin sisa makan busuk dan kotoran menggunakan air

liurnya.

Siklus hidup kumbang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

setempat, pada lingkungan yang bersuhu 21oC dan kelembapan ruang

75%. Siklus hidupnya akan berlangsung selama 69-103 hari. Pada suhu

38oC dengan kelembapan 75%, siklus hidupnya hanya 17-26 hari saja.

Pada kelembapan ruang di bawah 50%, kumbang akan mengalami

kematian. Lingkungan hidup idealnya adalah pada lingkungan yang

bersuhu 33oC dan kelembapan 70%.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 4

Page 5: Serangga

4. Kumbang Khapra (Khapra beetle)

Kumbang Khapra (Trigoderma granarium) banyak merusak biji-bijian

yang berminyak dan beras. Tingkat keganasannya tidak kalah dengan

bubuk beras (S. oryzae). Gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa

lubang bekas gerekan dan mrninggalkan gerekan berupa tepung.

Tubuh kumbang bewarna coklat atau coklat gelap sampai hitam.

Panjang tubuh sekitar 2-3 mm. Panjang kumbang betina dua kali panjang

tubuh kumbang jantan. Bagian punggung dilengkapi dengan bulu-bulu

halus bewarna gelap. Sungut (antena) pendek terdiri atas 3-5 ruas. Ulat

berbentuk pipih, berambut, dan dibagian ekornya rambut tumbuh

memanjang. Ulat muda bewarna putih kekuniangan, panjangnya 1,6 mm.

Setelah tua, ulat berwarna coklat keemasan dan panjangnya mencapai 3

mm.

Gambar 4. Trigoderma granarium

Kumbang ini juga ditemukan di Australia, Myanmar, Malaysia.

Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 120-300 butir. Ulat

yang menetas memiliki daya tahan yang sangat tinggi sehingga dapat

hidup ditempat yang kurang menguntungkan. Tanpa makanan, ulat dapat

bertahan hidup sampai 1 bulan. Lingkungan yang ideal untuk

pertumbuhannya adalah yang bersuhu 35oC dengan kelembapan 73%.

Dalam keadaan lingkungan tersebut, populasi serangga dapat berkembang

dengan pesar dan siklus hidupnya hanya 18 hari saja. Namun, pada

kelembapan rendah dan suhu lingkungan 25oC serangga masih dapat

bertahan hidup.

5. Kumbang penggerak gabah (laser grain borrer)

Kumbang penggerek gabah (Rhizopertha dominica) sebenarnya adalah

hama perusak kayu dan bambu, tatapi di Indonesia ditemukan juga

merusak padi-padian dan gaplek. Kumbang menyerang gabah baik yang

telah dikemas atau belum dikemas (curah). Gejala serangannya ditandai

dengan berlubangnya gabah dan adanya sisa gerekan berupa dedak halus.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 5

Page 6: Serangga

Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat gelap sampai kehitaman dan

panjangnya 1,5-3 mm. Bentuk tubuh ramping dan agak silindris.kepala

terletak di bawah pronotum (tengkuk) sehingga bagian mulut menghadap

ke bawah. Kumbang ini mempunyai sungut 1 pasang yang masing-masing

terdiri dari 10 ruas. Tiga ruas yang paling ujung berbentuk lebih tebal dan

besar. Ulatnya berwarna putih abu-abu dan berambut halus.

Gambar 5. Rhizopertha dominica

Kumbang penggerek gabah merupakan serangga khas di daerah tropik.

Kumbang ini suka hidup secara berkelompok dan berterbangan menuju

sinar. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sabanyak 300-500 butir.

Telur diletakkan satu per satu atau secara berkelompok pada bekas

gerakan. Kumbang dewasa dan fase ulatnya aktif merusak bahan. Fase ulat

akan mengalami 3-5 kali pergantian kulit dan berkembang menjadi

kepompong setelah 17 hari. Mula-mula ulat memakan sisa gerekan yang

ada, kemudian berangsur-angsur menggerek bahan yang utuh dan

memperdalam lubang yang telah ada. Perkembangan ulat terjadi lebih

cepat pada biji dibanding dengan tepung. Kondisi lingkungan yang ideal

untuk perkembangannya adlah pada suhu 34oC dengan kelembapan 70%,

tidak dapt berkembang pada lingkungan yang lembap. Siklus hidupnya

antara 40-60 hari.

6. Kumbang hidung lebar (broad nosed-grain weevil)

Kumbang hidung lebar (Caulophilus oryzae) merusak beras dan

jagung. Bentuk dan ukuran tubuhnya sama dengan Sitophylus spp.

Bedanya bentuk moncong kumbang ini lebih pendek. Sungut terdiri atas 9

ruas.

Gambar 6. Caulophilus oryzae

7. Kumbang tepung merah (red-flour beetle)

Kumbang tepung merah (Tribolium castaneum) dikenal juga dengan

nama ulat tepung. Gejala kerusakan ditandai dengan tepung menjadi bau

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 6

Page 7: Serangga

pengap (apek), kotor, dan memadat (gumpalan). Kumbang juga merusak

biji kakao, kopi, kacang-kacangan dan buah kering.

Kumbang dewasa berwarna coklat merah, panjang tubuhnya antara

2,3-4,4 mm, dan bentuknya agak pipih. Hama ini mempunyai sungut

berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan.

Ulat berwarna coklat muda, panjang antara 5-6 mm, dan mempunyai 3

pasang kaki pada ruas tubuh kedua hingga ke empat. Panjang ulat yang

telah berkembang penuh dapat mencapai 8-11 mm.

Gambar 7. Tribolium castaneum

Kumbang ini hanya sebenarnya memakan tepung atau bahan sisa dari

Sitophylus spp. Dan kumbang penggerek lainnya. Kumbang betina mampu

menghasilkan telur sebanyak 450 butir, tergantung temperatur lingkungan.

Pada temperatur 32,5oC, kumbang dapat bertelur sebanyak 11 butir tiap

harinya.

8. Kumbang tepung (Cadelle beetle)

Kumbang tepung (Tenebroides mauretanucus) merusak berbagai bahan

dalam simpanan, terutama tepung gilingan. Kumbang ini memakan tepung

dan mengotori bahan sehingga aroma dan cita rasa asli bahan semakin

hilang dan berubah menjadi bau pengap.

Kumbang ini merupakan satu-satunya serangga pengganggu tepung

giling yang berukuran paling besar. Tubuhnya berwarna hitam agak

kecoklatan dan panjangnya antara 7-11 mm. Bentuk tubuhnya agak

berbeda dengan bentuk tubuh kumbang pada umumnya. Tubuh dan

protorak dipisahkan oleh bagian tubuh sehingga bentuknya menyerupai

leher. Ulatnya berwarna putih kelabu dengan kepala berwarna hitam dan

seperti bertanduk, panjang tubuhnya dapat mencapai 15 mm.

Gambar 8. Tenebroides mauretanucus

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 7

Page 8: Serangga

Baik kumbang dewasa atau fase ulatnya aktif merusak bahan dalam

simpanan. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1000 butir.

Setelah 7-10 hari, telur akan menetas bercampur dengan bahan. Ulat yang

keluar dari telur segera aktif makan (merusak). Kumbang yang kekurangan

bahan pangan akan menyebar dan bersembunyi di tempat penyimpanan.

Jika tersedia makanan cukup, kumbang dapat hidup hingga waktu 2 tahun.

9. Kumbang penggerek buah jengkol

Sesuai dengan namanya, kumbang penggerek buah jengkol (Tryphetsus

incarnatus) merusak buah jengkol dan sejenisnya. Gejala kerusakannya,

jika bahan dibelah melintang akan terlihat alur-alur bekas gerekan. Alur

tersebut berwarna coklat kehitaman yang kadang tersumbat oleh sisa

gerekan yang membusuk.

Kumbang mempunyai moncong yang panjang. Tubuh kumbang

berwarna merah kecoklatan. Panjang tubuhnya antara 7-10 mm yang

diukur dari ujung moncong hingga perut bagian belakang. Ulat berwarna

putih, tidak mempunyai kaki, dan panjangnya sekitar 5-6 mm.

Di daerah Jawa barat, kumbang banyak ditemukan pada musim panen,

sekitar bulan Juni sampai Agustus. Kondisi yang kering cocok untuk

pertumbuhannya. Kumbang betina meletakkan telur pada satu periode

mencapai 3-8 butir dengan total yang dihasilkan 124 butir. Ulat yang

menetas akan segera menggerek bahan dan membuat lubang yang semakin

dalam. Siklus hidupnya berlangsung kira-kira 1 bulan, tergantung

lingkungan. Kumbang betina bertahan hidup selama 2.5 bulan dalam

keadaan cukup makanan.

10. Kumbang penggerek kopi (coffea bean weevil)

Kumbang penggerek kopi (Araecerus fasciculatus) sebenarnya lebih

dikenal sebagai kumbang pengrusak biji kopi dan biji kakao. Di Indonesia,

kumbang ini merupakan hama utama pada gaplek yang disimpan. Gaplek

yang diserang kumbang membentuk jalur berlubang-lubang dan berwarna

coklat.

Tubuh kumbang agak gemuk, pendek dan berwarna coklat muda.

Panjang tubuhnya 4-5 mm dengan moncong pendek. Bagian sungut

kadang melipat ke belakang melingkari tubuhnya. Bentuk ulat menyerupai

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 8

Page 9: Serangga

uret dan berwarna putih abu-abu. Pada pertumbuhan penuh panjang,

panjang tubuh ulat dapat mencapai 6-8 mm lebih panjang dari ukuran

kumbang dewasa.

Gambar 9. Araecerus fasciculatus

Kumbang betina meletakkan telurnya pada lubang bekas gerekan dan

menutupnya dengan bekas gerekan. Dalam butir jagung, kumbang dapat

bertelur sebanyak 15 butir. Kurang dari 9 hari, ulat akan menetas. Ulat

kemudian aktif menggerek bahan dan membuat lubang yang lebih dalam.

Periode ulat berlangsung selam 20 hari. Menjelang berkepompong, ulat

menggerek bahan lebih dalam lagi dan lebar, lalu menutup ruang

kepompong dengan anyaman benang liurnya. Masa berkepompong

berlabgsung selama 5 hari. Kumbang dewasa akan tinggal di dalam umbi

selama 12 hari, baru keluar ke permukaan bahan.

11. Kumbang kacang-kacangan (bean beetle)

Di Indonesia, kumbang kacang-kacangan (Bruchus chinensis,

Callosbruncus chinensis) ini banyak merusak kacang hijau (Phaselous

radiatus). Pada permukaan biji kacang hijau yang terserang, terlihat ada

bangun cincin putih. Jika cincin putih itu digores maka terlihat adanya

lubang yang dalam dan berisi larva atau kepompong.

Tubuh kumbang berwarna coklat kekuningan (oranye) dengan bagian

sayapnya ada gambaran hitam yang berbaur dengan warna dasar kumbang.

Tubuh berukuran panjang 2-2,5 mm dan berbentuk agak membulat. Ulat

berwarna putih bersih dengan bagian moncong berwarna hitam.

Gambar 10. Callosbruncus chinensis

Kumbang aktif bergerak di siang hari dan menyukai cahaya lampu.

Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 150 butir yang

berwarna putih dan berbentuk oval. Telur diletakkan di atas biji, tanpa

merusak permukaan biji. Tiap biji dapat ditemui lebih dari satu telur. Lima

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 9

Page 10: Serangga

hari kemudian, telur akan menetas menjadi ulat. Ulat tidak akan keluar

dari selubungnya, tetapi membuat lubang tepat di bawahnya pada

permukaan biji. Dengan demikian biji sama sekali tidak ada gejala

kerusakan yang terlihat. Ulat akan terus mengerek daging biji. Jika

gerekan sudah optimal maka akan terlihat bangun cincin putih. Periode

ulat berlangsung kira-kira 2 minggu, kemudian menjadi kepompong 4-6

hari. Siklus hidup kumbang sekitar 26 hari.

12. Kumbang bubuk kopi (coffea berry borer)

Nama ilmiah kumbang bubuk kopi adalah Hypothenemus hampei.

Hama ini menggerek buah kopi yang telah masak hingga ke bagian

bijinya. Jika kulit kopi dikupas maka biji akan berlubang-lubang dan rusak

akibat gerekan.

Tubuh kumbang berwarna hitam, bentuknya gemuk dan pendek. Pada

bagian sayap ada protonum (bagian tengkuk kepala) yang ditumbuhi duri-

duri halus secara merata. Moncong kumbang menghadap ke bawah.

Ukuran tubuh kumbang betina lebih besar dan panjang (2,5 mm)

dibandingkan kumbang jantan (1,6 mm).

Gambar 11. Hypothenemus hampei

Kumbang jantan aktif terbang pada siang hari. Kumbang betina aktif

merusak dan membuat lubang pada kulit buah, kemudian merusak salah

satu biji kopi. Telur kumbang diletakkan pada biji kopi yang masak dan

permukaannya keras. Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari satu butir

telur. Kumbang betina bertelur dalam dua periode dengan jumlah telur 150

butir. Ulat yang menetas langsung menggerek biji kopi. Menjelang akan

berkepompong, ulat menggerek biji lebih dalam dan lebar sebagai tempat

berkepompong. Siklus hidupnya pada temperature ideal berlangsung

selama 20-30 hari.

13. Kumbang kopra

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) merupakan hama penting pada

kopra yang disimpan. Kumbang ini menggerek daging buah kelapa hingga

berlubang-lubang dan bentuknya berkelok-kelok. Tubuh kumbang

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 10

Page 11: Serangga

berwarna hijau dan mengilap atau hijau kebiruan. Tubuhnya berbulu agak

kasar. Di kepala terdapat satu pasang sungut yang bentuknya mirip gada

dan berwarna coklat kekuningan hingga kemerahan. Warna kakinya mirip

dengan warna sungut. Ulat berwarna ungu muda dan kepalanya hitam.

Panjang tubuhnya antara 8-13 mm. jenis lain yang tidak merusak (N.

ruficollis) mempunyai tubuh berwarna biru atau hijau mengilap.

Gambar 12. Necrobia rufipes

Pada cuaca yang hangat, kumbang aktif bergerak siang dan malam

hari. Kumbang ini menyukai kopra yang berkualitas rendah. Kumbang

betina meletakkan telurnya pada celah atau retakan kopra yang terlindung

dan tersembunyi. Ulat aktif m enggerek kopra dan lebih aktif jika berada

di luar liang gerekan. Ulat ini sering memakan sesamanya atau serangga

lain yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Menjelang berkepompong, ulat

menggerek kopra lebih dalam dan lebar (oval) yang kemudian dilapisi

dengan air liur sebagai perlindungan. Siklus hidupnya berlangsung dalam

5 minggu. Jika tersedia makanan yang cukup, kumbang dewasa dapat

bertahan hidup selama 1 tahun.

14. Kumbang gigi gergaji

Kumbang gigi gergaji (Oryzaephilus surinamensis) banyak

diketemukan menyerang kopra bersama dengan kumbang kopra. Gejala

yang ditimbulkan sama dengan krusakan akibat kumbang kopra, tetapi

lubang gerekannya lebih sempit. Kumbang ini juga dapat merusak padi

(gabah).Bagian dada (thorak) kumbang menyerupai gigi gergaji sehingga

dinamakan kumbanng gigi gergaji. Tubuh kumbang dewasa berwarna

coklat gelap dengan panjang antara 2,5-3,5 mm. ulat berwarna putih,

bentuk tubuhnya memanjang dan pipih. Panjangnya dapat mencapai 4-5

mm.

Gambar 13. Oryzaephilus surinamensis

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 11

Page 12: Serangga

Kumbang betina selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak

6-10 butir per hari. Jumlah totalnya mencapai 375 butir. Pada butir padi,

telur diletakkan di dekat lekukan biji, sedangkan pada kopra diletakkan di

celah-celah bahan secara terpisah atau berkelompok. Setelah beberapa

hari, telur akan menetas, ulat yang keluar aktif memakan bahan. Jika ulat

akan berkepompong maka mencari tempat berupa celah atau lekukan

untuk menjadi pupa (kepompong). Kepompong bentuknya tidak sempurna

karena dibuat dari air liur yang terbatas. Lingkungan yang ideal untuk

pertumbuhan larva (ulat) pada suhu 30-35°C dengan kelembapan 70-90%.

Pada suhu 17,5°C dan 37°C dengan kelembapan antara 10-90%

perkembangannya menjadi lambat. Siklus hidupnya berlangsung 1 bulan.

Pada kopra berjamur, stadium ulat berlangsung hanya 9 hari, sedangkan

pada kopra berkualitas no. 1, 80 hari.

15. Kumbang tembakau

Kumbang tembakau (Lasioderma serricorne) merupakan hama utama

pada simpanan tembakau dan cerutu. Bahan yang terserang menjadi

terpotong-potong. Jika menyerang ikatan daun, helaian daun akan

berlubang-lubang. Tubuh kumbang berbentuk pipih, berwarna coklat

terang atau coklat tua menyerupai tembakau. Kepalanya menghadap ke

bawah (bongkok). Tubuhnya mempunyai panjang 2,5-3 mm dan sedikit

berambut. Sungut tersusun atas 11 ruas dan panjangnya sama dengan

panjang tubuhnya. Ulat berambut lebat dan panjangnya dapat mencapai 4

mm.

Gambar 14. Lasioderma serricorne

Kumbang betina meletakkan telur di antara bahan. Setelah 4-6 hari,

telur akan menetas dan keluar ulat. Ulat ini aktif merusak bahan dengan

menggereknya dan kemudian berpindah tempat. Pada bahan yang dipak,

gerekan yang ditimbulkan lebih dalam. Menjelang berkepompong, ulat

menggandeng-gandengkan sisa gerekan dengan liurnya. Lamanya

berkepompong sekitar 5 hari, kemudian tumbuh menjadi kumbang

dewasa. Kondisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 12

Page 13: Serangga

yang bersuhu 30°C dan kelembapan 70%. Dalam kondisi seperti ini, siklus

hidupnya berlangsung selama 26 hari.

16. Kumbang bubuk bambu (Indian ghoone beetle)

Kumbang bubuk bambu (Dinoderus minitus) terkenal merusak

perkakas yang terbuat dari kayu, bambu, dan rotan. Kumbang ini

menggerek bahan hingga berlubang-lubang dan meninggalkan sisa

gerekan berupa butiran halus. Serangan yang berat menyebabkan bahan

menjadi keropos.

Kumbang dewasa berwarna coklat kehitaman atau coklat gelap.

Tubuhnya mempunyai panjang 1,5-3 mm dan ramping, hamper silindris.

Bentuk tubuh, warna dan ukurannya hamper sulit dibedakan dengan

kumbang bubuk Rhizoperta dominica. Bedanya terletak pada bentuk ujung

sayap dan hiasan di pronotumnya. Pada R. dominica, ujung sayap

meruncing dan pronotumnya polos, tidak ada hiasan. Pada D. minitus,

ujung sayap melengkung halus (tidak menonjol), pronotumnya dihiasi oleh

dua buah tonjolan kecil.

Gambar 15. Dinoderus minitus

Cara hidup kumbang ini menyerupai kumbang R. dominica, kadang

kedua jenis kumbang ini terdapat bersama-sama pada simpanan gaplek.

17. Kumbang biskuit (biscuit beetle)

Kumbang biskuit (Stegobium paniceum) merusak biji ketumbar dan

jinten. Kumbang ini menyebabkan bahan yang diserangnya menjadi

berlubang dan keropos. Kumbang dewasa berwarna coklat terang hingga

coklat tua dan mempunyai panjang 1,5-2 mm. Bentuknya mirip dengan

kumbang tembakau. Ulat berambut halus dengan panjanng sekitar 4 mm.

Gambar 16. Stegobium paniceum

Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 75 butir. Telur

diletakkan di liang biji atau bahan yang digerak. Kondisi ideal untuk

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 13

Page 14: Serangga

pertumbuhannya pada suhu 300C dengan kelembapan 60-90%. Siklus

hidupnya 40 hari. Kumbang dewasa hanya berumur 13-65 hari, tergantung

keadaan lingkungan.

18. Kumbang buah kering (dried fruit beetle)

Kumbang buah kering (Carpophilus spp. ) merusak berbagai bahan

dalam simpanan. Kumbang ini jenisnya banyk, contohnya C. dimidiatus

sebagai perusak buah-buahan kering, C.bifestralis dan C. flafives yang di

Sumatera Utara dikenal sebagai bubuk kopi dan di Sulawesi sebagai

perusak jagung dan kopra. Carpophilus hemipterus ditemukan di Ujung

Pandang. Di pulau Jawa ditemukan C. Foveicollis yang merusak kopra.

Kumbang-kumbang tersebut menggerek bahan dan meninggalkan bekas

berupa lubang dan butiran bahan sisa gerekan.

Kumbang umumnya berbentuk pipih, oval, dan berwarna coklat

kehitaman. Di bagian bahu dan ujung sayap C. Hemipterus ada tambahan

warna kuning. Sungut berbentuk seperti gada atau pemukul gong. Ulat

berwarna abu-abu atau kuning pucat, berambut jarang, dan dilengkapi

dengan 3 pasang kaki.

Gambar 17. Carpophilus spp.

Kumbang dewasa dapat terbang sampai jarak 3 km. Kumbang betina

dapat menghasilkan telur rata-rata 1000 butir. Telur diletakkan di atas

bahan secara terpisah atau berkelompok. Setelah 2-3 hari, telur akan

menetas. Ulat aktif merusak bahan dalam simpanan. Stadium ulat

berlangsung selama 6-14 hari, tergantung temperatur lingkungan. Siklus

hidupnya pada suhu 18,50C dengan kelembapan 70% adalah 42 hari,

sedangkan pada suhu 320C dengan kelembapan 70% hanya 12 hari.

Kumbang dewasa umumnya hidup sampai 3 bulan, tetapi ada juga yang

sampai 2 bulan.

19. Kumbang penggerak ubi jalar (sweet potato weevil)

Nama ilmiah kumbang penggerak ubi jalar adalah Cylas formicarius.

Adanya serangan kumbang ini ditandai dengan timbulnya alur gerakan

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 14

Page 15: Serangga

yang panjang pada bagian daging buah. Bekas gerekan dan alur gerekan

lambat laun akan berubah warna menjadi coklat kehitaman.

Kumbang dewasa tubuhnya berwarna biru agak kehitaman, bagian

kepala dan sayap luar berwarna biru, sedangkan bagian leher dan kaki

berwarna kemerahan. Panjang tubuh berkisar 5-6,5 mm. Tubuh bentuknya

langsing atau kurus. Ulatnya berwarna putih, tidak berkaki, dan pada

pertumbuhan penuh mencapai panjang 6-8 mm.

Gambar 18. Cylas formicarius

Serangga aktif merusak pada malam hari. Kumbang betina dapat

menghasilkan telur sebanyak 150-210 butir dengan kemampuan bertelur

rata-rata 2 butir per hari. Setelah 7 hari, ulat akan menetas dan segera

menggerek umbi lebih dalam. Ulat dan kepompong selamanya hidup di

dalam umbi. Menjelang berkepompong, ulat membuat lubang yang

ukurannya lebih besar.

20. Ngengat ara (fig moth)

Ngengat ara (Ephestia cautella) banyak menyerang kakao. Di samping

itu, juga dapat merusak bahan lain seperti, kacang tanah, kopra, dan

jagung. Akibat serangannya, biji kakao menjadi berlubang-lubang. Sisa

gerakan berupa bahan yang lebih luas berbentuk tepung (bubuk). Ngengat

dewasa berwarna coklat abu-abu. Rentang sayapnya mencapai 11-20 mm.

Jika ngengat dalam posisi istirahat (sayap menutup), pada kedua ujung

sayapnya terlihat ada rambut-rambut halus yang menonjol. Larva

berwarna coklat kekuningan dengan bintik-bitik hitam, panjang 10 mm.

Gambar 19. Ephestia cautella

Ngengat ara berkembang biak dengan cara bertelur. Ngengat betina

mengeluarkan telurnya di permukaan material. Jumlah telur yang dapat

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 15

Page 16: Serangga

dihasilkan sebanyak 340 butir dalam waktu 31-47 hari. Pada suhu 300C,

telur akan menetas setelah 3 hari. Larva yang muncul bersama induknya

akan merusak bahan simpanan. Siklus hidup dari telur hingga ngengat

dewasa pada lingkungan ideal (suhu 32,50C, dan kelembapan 70%)

memerlukan waktu 29-31 hari. Pada kelembapan rendah (20%) atau tinggi

(90%) perkembangan terhambat.

21. Ngengat beras (rice moth)

Ngengat beras (Corcyra cephalonica) umunya menyerang beras giling.

Namun, di Indonesia ngengat beras juga merusak kopra, kacang-kacangan,

tepung, dan bungkil. Gejala kerusakan tergantung pada jenis bahan yang

diserang. Pada prinsipnya, bahan menjadi rusak, kotor, dan berbau karena

digerek. Jagung yang diserangnya menjadi bergandeng-gandengan karena

air liurnya. Ngengat beras bersama dengan serangga S. Zeamays

menyebabkan kerusakan bahan menjadi lebih parah.

Ngengat dewasa (kupu-kupu) mempunyai dua pasang sayap berwarna

coklat kotor atau coklat kelabu agak pucat. Panjang tubuhnya kurang lebih

11-12 mm. Jika sayap direntangkan, panjangnya mencapai 12-15 mm. Ulat

(larva) berwarna putih kelabu, berbulu jarang, dan berkaki.

Gambar 20. Corcyra cephalonica

Ngengat ini tersebar di seluruh dunia. Ngengat aktif terbang pada sore

atau malam hari. Ukuran tubuh ngengat betina lebih pendek (kira-kira 10

mm) dibandingkan ngengat jantan. Ngengat betina akan mati setelah

bertelur. Jumlah telur yang dapat dihasilkan rata-rata 150-400 butir. Telur

berwarna putih keruh dengan garis tengah sekitar 0,5 mm. Ulat yang telah

menetas aktif makan dan merusak bahan. Jika akan berkepompong, ulat

akan naik ke permukaan material atau kemasan. Suhu ideal untuk

perkembangan ulat 30-32,50C dengan kelembapan 70%. Periode ulat

berlangsung selama 28-35 hari, sedangkan periode kepompong 5-8 hari.

Jadi, siklus hidupnya berlangsung selama 37-51 hari.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 16

Page 17: Serangga

22. Ngengat beras hijau (green rice moth)

Ngengat beras hijau (Doloesa viridis) kebanyakan merusak beras

giling yang disimpan di lumbung. Selain itu ngengat ini juga merusak

jagung, kacang-kacangan, kopra, dan bungkil. Gejala serangannya ditandai

dengan bahan menjadi rusak berlubang-lubang, kotor karena adanya

anyaman dari sisa gerekan dengan air liur ngengat. Tubuh ngengat

berwarna hijau. Jika sayap direntangkan, panjangnya dapat mencapai 22

mm. Sayap bagian depan berwarna khas yaitu hijau dan dilengkapi dengan

bintik (botol) yang letaknya tidak beraturan. Ulat berwarna putih

kekuningan dan panjang tubuhnya 11 mm. Pada fase pertumbuhan penuh,

ulat berukuran 16 mm, berwarna merah kecoklatan, dan berbulu jarang.

Ngengat dewasa aktif terbang di malam hari. Ngengat betina dapat

menghasilkan telur sebanyak 52-250 butir. Telur diletakkan di atas bahan.

Setelah 5-6 hari, telur akan menetas. Ulat yang keluar segera memakan

bahan yang ada di dekatnya. Ulat tersebut suka bersembunyi, tempat

persembunyiannya dibuat dengan cara menggandeng-gandengkan material

sisa gerekan air liurnya. Menjelang berkepompong, ulat naik ke

permukaan bahan untuk mempermudah kehidupan serangga dewasanya.

Siklus hidupnya berlangsung selama 5 minggu.

23. Ngengat gabah (anguomois grain moth)

Ngengat gabah (Sitotroga cereallela) merupakan hama utama pada

gabah yang disimpan. Selain menyerang gabah, hama ini juga menyerang

jagung. Gelaja kerusakannya berupa lubang-lubang gerekan dan adanya

sisa gerekan berupa tepung (seresah halus). Ngengat ini bersama dengan

R. Dominica menyebabkan kerusakan berat pada gabah dalam simpanan.

Ngengat dewasa tubuhnya berwarna kekuningan hingga merah muda yang

mengilap. Tubuhnya ramping dengan panjang 3-4 mm, tetapi ada ahli lain

yang menetapkan 5,5-7 mm. Panjang rentang sayapnya 11-15 mm. Ulat

berwarna putih kekuning-kuningan dengan bagian kepala berwarna coklat

gelap. Tubuhnya beruas-ruas dan pada ruas ke 1-3 dilengkapi dengan kaki.

Tubuh bagian depan ukurannya lebih besar dibanding bagian belakang.

Pada pertumbuhan penuh, panjang tubuh dapat mencapai 6 mm.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 17

Page 18: Serangga

Fase ulatnya aktif merusak bahan simpanan, sedangkan fase

ngengatnya tidak merusak. Ngengat betina meletakkan telur di permukaan

gabah dekat lembaga. Dalam tempo 5-10 hari, ngengat betina dapat

menghasilkan telur sebanyak 200-369 butir. Setelah 3-4 hari, telur akan

menetas. Ulat tinggal dalam gabah, satu butir gabah hanya ditempati satu

ekor lalat saja. Menjelang berkepompong, ulat sangat agresif dan membuat

gerekan semakin dalam. Ruang bekas gerekan dijadikan tempat

persembunyian dan lubang ditutup dengan sisa gerekan. Pada suhu

lingkungan 300C dengan kelembapab 80%, ulat akan berubah menjadi

ngengat dewasa hanya dalam waktu 19 hari. Siklus hidup ngengat pada

siklus hidup ideal berlangsung paling sedikit 25-28 hari. Pada suhu rendah,

perkembangan ngengat akan terhambat.

Gambar 21. Sitotroga cereallela

24. Ngengat pyralis abu-abu (grey pyralid-moth)

Ngengat pyralis abu-abu (Pyralis manihotalis) banyak merusak bahan-

bahan seperti biji kopi, kacang hijau, jagung, ketumbar, jinten, kentang,

dan buah kering. Akibat serangannya, akan timbul lubang-lubang pada

bahan dan terbentuk sisa gerekan berupa tepung. Serangannya pada bahan

tepung akan mencemari bahan dan merusak cita rasa (aroma) khas bahan.

Gambar 22. Pyralis manihotalis

Tubuh ngengat berwarna abu-abu hingga kecoklatan dengan bentuk

dan ukuran yang lebih kecil dibanding dengan ngengat beras, begitu juga

warna ulat dan kepompongnya abu-abu. Cara hidup ngengat ini belum

banyak diketahui, tetapi ada kemiripan dengan ngengat beras.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 18

Page 19: Serangga

25. Ngengat tepung india (indian meal moth)

Ngengat tepung india (Plodia interpunctella) merusak bahan seperti

gabah, kacang, buah kering, kakao, dan biji-bijian kering lainnya. Bahan

tepung diserang ngengat ini menjadi kotor dan berbau serta dapat

menghilangkan aroma khas bahan. Ngengat yang menyerang bahan yang

dikemas akan melingkupi permukaan kemasan dengan mateerial kotor

yang dijalin dengan air liurnya dan bergelantungan mengotori permukaan

kemasan. Ngengat dewasa tubuhnya berwarna putih abu-abu, warna

sayapnya bermacam-macam. Pada saat sedang istirahat, sayap di bagian

tengah terlihat berwarna coklat kemerahan dan ada bintik hitam yang

beraturan. Rentang sayap dapat mencapai 14-18 mm. Jumlah sayap 2

pasang. Ulat berwarna putih kotor. Panjang ulat dewasa kira-kira 13 mm.

Gambar 23. Plodia interpunctella

Ngengat betina dapat menghasilkan telur sebanyak 400 butir. Telur

diletakkan pada bahan secara terpencar-pencar atau berkelompok. Pada

lingkungan yang ideal (suhu 300C dan kelembapan 70%), telur akan

menetas setelah 4 hari. Ulat aktif bergerak. Selama hidupnya, ulat akan

mengalami ganti kulit sebanyak 4-7 kali. Setelah 7 hari berkepompong,

ngengat dewasa akan muncul dari kokon. Pada suhu 150C, pertumbuhan

ngengat akan terhambat. Siklus hidup ngengat ini berlangsung selama 52

hari.

26. Ngengat umbi kentang (potato tuber moth)

Ngengat umbi kentang (Phitorimae operculella) selain menyerang

kentang, juga dikenal sebagai hama pengorok pada daun tembakau.

Erusakan yang ditimbulkannya berupa bekas gerekan yang dalam dan

berliku-liku, kemudian bekas gerekan akan berubah menjadi busuk hitam.

Tubuh ngengat umbi kentang berukuran lebih kecil dibanding ngengat

beras. Tubuhnya berwarna coklat kelabu dan memiliki 3 pasang sungut.

Kaki bagian belakang panjangnya hampir sama dengan panjang tubuhnya.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 19

Page 20: Serangga

Sayap bagian depan warnanya lebih gelap dibanding sayap belakang. Ulat

berwarna putih kelabu dan dihiasi bintik berwarna merah muda.

Ngengat ini hidupnya tersebar di pulau Jawa dan sulawesi. Ngengat

aktif bergerak pada waktu malam hari. Telur ngengat diletakkan dia atas

umbi. Ulat yang baru menetas akan segera menggerek umbi mulai dari

permukaan bahan. Menjelang masa berkepompong, ulat keluar dari umbi

dan segera bercampur dengan tanah atau kotoran yang ada di sekitar bahan

untuk berlindung. Di dataran rendah, siklus hidupnya berlangsung selama

25 hari, sedangkan di dataran tinggi lebih lamban, yaitu sekitar 45 hari.

Gambar 24. Phitorimae operculella

27. Meal worm

Meal worm (Tenebrio molitor L.) berwarna kuning, dan Tenebrio

obcurus berwarna gelap adalah bagian terbesar dari kumbang yang

menyerang bahan yang disimpan dengan panjang 1,25 cm (Cotton and St.

George,1929). Keberadaan serangga ini banyak terdapat pada serealia

yang telah rusak di tempat gelap daan kondisi yang lembab, tetapi

kumbang ini menyerang semua bahan pangan yang disimpan. Kumbang

betina dapat bertelur sebanyak 100 telur dan hidup beberapa bulan. Ulat

dapat bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan dan dapt

tersebar sangat jauh dari tempat menetasnya. Kumbang dewasa suka

terbang dan mendekati arah datangnya cahaya.

Gambar 25. Tenebrio obcurus

28. Spider beetles

Spider beetles (Ptinidae) dewasa berukuran kecil (0,08-0,5 cm) dengan

kaki yang panjang dan kepaka yang sering tidak terlihat dari atas sehingga

mirip dengan laba-laba. Mereka memakan berbagai jenis bahan pangan,

seprti serealia, biji-bijian, buah kering dan sayuran, dan bangkai hewan.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 20

Page 21: Serangga

Serangga ini menyerang pada bahan yang telah lama disimpan dan dekat

dengan sumber kelembapan. Telur biasa diletakkan diluar sak

pembungkus dan pada tepung bekas gerekan. Ulatnya dapat membuat

lubang pada kayu, serangga dewasa dapat hidup selama 1-6 bulan dan

dapat berlelut lebih dari 100 butir.

Gambar 26. Ptinidae

29. Acarus siro Linneaus

Hama ini tergolong Filum : Arthropoda, Kelas : Arachnida, Ordo :

Acarina, Famili : Acaridae (Kalshoven, 1981). Tungau A. siro dikenal

sebagai “Grain mite”, tersebar luas di dunia dan menyerang berbagai

produk-produk terutama jika kadar air tinggi dan telah diserang oleh

cendawan. Tungau ini ditemukan pada tepung, keju dan pada banyak

produk-produk lainnya (Kalshoven, 1981).

Gambar 27. Acarus siro Linneaus

Telur paling sedikit 100 butir per betina. Stadia telur dapat

berlangsung beberapa bulan pada suhu 0oC. Tubuh berwarna putih

kekuningan agak oval dimana bagian tungkai dan mulut berwarna agak

coklat kemerah-merahan. Tungau biji dapat hidup pada lahan-lahan

pertanian, gudang, biji-bijian, tepung atau produk pangan lain yang

mengandung cukup kadar air. Tungau ini berkembang sangat cepat dan

menyebabkan kerusakan pada embrio biji. Keberadaannya dicirikan

dengan adanya bau yang agak menyengat.

Perkembangan A. siro secara sempurna berada pada temperatur

diantara 5°C dan 32°C, pada RH 60-90%. Jumlah maksimum tingkat

pengembangan, suatu tingkat hakiki peningkatan 7,04, terjadi pada sekitar

25°C dan RH 90%. Pada temperatur 20°C dan RH 80%, kawin dan

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 21

Page 22: Serangga

meletakkan telur tetapi pada peletakan telur kelembaban dan temperatur

yang lebih rendah semakin tertunda untuk 1 hari atau lebih. Betina harus

lebih dulu kawin berulang-kali untuk menjangkau produksi telur

maksimum. Jumlah telur maksimum rata-rata per betina mencapai 435 di

mana kondisinya adalah 15°C dan RH 90%. Inang utama dari tungau ini

adalah rumput, produk yang disimpan, tepung terigu (Griffiths (1964)

dalam Anaf (2009)).

30. Ahasverus advena Waltl.

Hama ini tergolong Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo :

Coleoptera, Famili: Silvanidae (Kalshoven, 1981). Spesies ini merupakan

hama kosmopolitan dan dikenal sebagai “Foreign grain beetle”.

Kemungkinan spesies ini berasal dari Amerika dan tersebar pada daerah

tropik dan daerah yang beriklim sedang. Ditemukan pada berbagai

komoditi termasuk pada biji-bijian serealia, biji kakao, biji kelapa, kopra,

kacang tanah, terutama pada komoditi yang lembab dan berjamur. (Dobie

et al., 1991).

Warna kumbang ini yaitu coklat kemerah-merahan. Panjang kumbang

2 – 3 mm. kedua tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi.

Antena terdiri dari 11 ruas dengan bentuk menggada dan tarsi 5 ruas.

Spesies ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kondisi penyimpanan

lembab (Dobie et al., 1991). Larvanya berwarna putih mempunyai kaki

torakal sehingga dapat bergerak aktif, ukuran panjang tubuhnya sekitar 4 –

5 mm, pupanya berwarna putih dengan ukuran panjang sekitar 2 mm

(Kartasapoetra1991 dalam Anaf (2009)).

Gambar 28. Ahasverus advena Waltl

Kalshoven (1981), mengemukakan bahwa siklus hidupnya sejak

peletakan telur sampai menjadi kumbang dewasa sangat cepat,

berlangsung sekitar 17 - 23 hari.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 22

Page 23: Serangga

31. Tribolium confusum (Jack du val)

Kumbang T. confusum tergolong dalam ordo Coleoptera, famili

Tenebrionidae. Dikenal sebagai “Confused flour beetle”. Kumbang ini

dikenal berasal dari Ethiopia dan dapat menyerang biji kakao, kacang

tanah, buncis, ercis dan biji kopi (Dobie et al., 1991). Kumbang ini dapat

menyerang beras, kopra, dedak, bungkil, biji pala dan wijen. Kumbang ini

merusak material-material yang sudah hancur (Secondary pest). Kalshoven

(1981), menyatakan bahwa kumbang ini dapat bersifat kanibalis terhadap

pupa dan telur.

Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerah-merahan, bentuk

tubuhnya pipih dengan panjang berkisar antara 3 - 4 mm (Rees, dalam

Subramanyam dan Hagstrum, 1995). Tipe antena kumbang ini adalah

menggada. Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan telur 450

butir sepanjang siklus hidupnya, telur diletakkan dalam tepung atau pada

bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan-pecahan kecil.

Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki torakal. Larva-larva

ini selama perkembangannya mengalami pergantian kulit antara 6 - 11

kali, tetapi tidak jarang pula hanya 6 - 7 kali, ukuran larva yang telah

dewasa antara 8 – 11 mm. Menjelang masa berkepompong larva ini akan

muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago selanjutnya

masuk kembali ke dalam material. Siklus hidupnya sekitar 35 - 45 hari.

Gambar 29. Tribolium confusum (Jack du val)

32. Cryptolestes ferrugineus (Stephens)

Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda,

Ordo : Coleoptera, Famili : Cucujidae (Dobie et al.. 1991). Kumbang C.

ferrugineus dikenal sebagai “Rusty grain beetle”. Kumbang ini adalah

hama kosmopolit tersebar dari daerah beriklim tropik sampai ke daerah

beriklim subtropik. Berstatus sebagai hama sekunder dimana menyerang

biji-bijian, kacang-kacangan dan produk lain di penyimpanan. Kumbang

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 23

Page 24: Serangga

ini berukuran 1,5 – 2 mm, berwarna coklat terang. Bentuk antena seperti

benang dan panjang (Dobie et al., 1991).

Gambar 30. Cryptolestes ferrugineus (Stephens)

Kumbang betina meletakkan telur kira-kira 200 butir, diletakkan pada

permukaan komoditi (Subramanyam dan Hagstrum, 1995). Setelah

beberapa hari menjelang terjadinya penetasan telur yang pada mulanya

berwarna putih berubah menjadi agak buram (Kartasapoetra (1991) dalam

Anaf (2009)). Larva ini tidak dapat langsung masuk ke dalam biji tetapi

dapat masuk jika kulit biji mengalami kerusakan (pecah) akibat

penanganan pascapanen. Siklus hidup kumbang ini tergantung suhu dan

kelambaban. Kumbang C. ferrugineus pada kondisi suhu 330C

kelembaban relatif 70% siklus hidupnya 23 hari. Kelembaban relatif 80%

siklus hidupnya 27 - 30 hari (Dobie et al., 1991).

33. Ephestia cautella (Walker)

Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo :

Lepidoptera, Famili : Pyralidae (Kalshoven, 1981). Serangga ini dikenal

sebagai “The dried current moth”. Ngengat ini selain menyerang produk

biji-bijian juga menyerang kacang-kacangan, biji kakao, buah-buah yang

dikeringkan (Dobie et al., 1991).

Gambar 31. Ephestia cautella (Walker)

Hama ini merupakan hama utama pada daerah tropik dan daerah

beriklim panas. Buah-buah yang dikeringkan lebih disukai tetapi serangga

ini juga menyerang produk-produk yang disimpan termasuk tepung, biji-

bijian, biji kakao, kurma, kacang-kacangan dan biji-bijian lain

(Subramanyam dan Hagstrum, 1995).

Ngengat berwarna abu-abu dengan panjang tubuh sekitar 6 mm. Bila

kedua sayap direntangkan panjangnya mencapai 17 mm, sisi atas sayap

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 24

Page 25: Serangga

depan mempunyai semacam pita. Larva berwarna coklat agak kotor atau

coklat merah dengan bitik-bintik agak gelap. Kepompong mempunyai

ukuran panjang 7,5 mm dan kokonnya berwarna putih (Kartasapoetra,

(1991) dalam Anaf (2009)).

Menurut Kalshoven (1981) ngengat ini dapat memproduksi telur

sekitar 30 butir selama siklus hidupnya, siklus hidup sekitar 31 - 42 hari.

Pada suhu 300C stadia telur 3 hari, larva mengalami 5 instar. Dalam

kondisi optimum (320 C dan kelembaban relatif 70%) stadia larva 22 hari.

Sebelum menjadi pupa, larva instar terakhir membentuk kokon. Stadia

pupa kira-kira 7 hari. Dalam kondisi yang optimum perkembangan dari

telur sampai imago kira-kira 29 - 31 hari (Dobie et al., 1991).

34. Lalat

Lalat perusak yang termasuk lalat pemakan zat-zat organik yang

membusuk dan sering menimbulkan kerusakan pada proses pengolahan

ikan tradisional adalah lalat hijau (Chrysoma megacephala) (Olley et al.,

1988 yang dikutip dalam Solihin, 1997), dan lalat rumah (Musa domestica

L.) (Suparno dan Heruwati, 1990).

Gambar 32. Chrysoma megacephala

Lalat hijau merupakan lalat dari famili Calliphoridae, ditemukan

praktis dimana-mana. Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat-zat

organik yang membusuk, larva hidup dalam bangkai, dan materi-materi

yang serupa. Sedangkan lalat rumah merupakan lalat dari famili

Muscidaei, berkembang biak dalam kotoran dari semua jenis dan

seringkali sangat berbahaya (Borrow et al., 1992).

Gambar 33. Musa domestica L.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 25

Page 26: Serangga

Lalat banyak menginfestasi dalam proses pengeringan ikan. Pada

proses pengeringan ikan, lalat akan hinggap dan meletakkan telurnya,

kemudian telur tersebut akan menetas menjadi belatung pada hari

berikutnya. Akibatnya, ikan tersebut menjadi busuk. Lalat juga dapat

menimbulkan kerusakan secara tidak langsung, karena setiap ekor lalat

hijau mengandung 102-107 bakteri, diantaranya adalah Staphylococcus,

Bacillus, Corynebacterium, Acinetobacter, Enterobacter, dan

Vibrionaceae. Sedangkan lalat rumah setiap ekornya mengandung bakteri

sebanyak 103-109 bakteri yang terutama terdiri dari Enterobacter,

Vibrionacea, dan Corynebacterium (Indriati, 1985 yang dikutip oleh

Suparno dan Heruwati, 1990).

35. Semut

Semut diklasifikasikan ke dalam ordo Hymenoptera dan family

Formicidae. Menurut Brian (1977) yang dikutip oleh Kurniawan (2003),

semut merupakan predator sederhana yang menggunakan karbohidrat dari

tanaman sebagai energi dan menyimpan makanan kaya protein.

Semut hidup secara berkelompok dan hidup dalam koloni secara

teratur. Semut betina yang tidak bersayap disebut semut pekerja. Semut

betina tersebut tidak dapat menghasilkan telur. Semut betina yang dapat

menghasilkan telur menjadi ratu koloni. Semut ratu mempunyai sayap.

Semut pekerja bertugas mengumpulkan makanan, menjaga semut muda,

dan mempertahankan koloni (Smith, 2002).

Berbagai jenis semut telah diketahui diantaranya adalah semut

pavement (Tertamorium caespitum) dan semut pharaoh (Monomorium

pharoanis). Semut pavement (Tertamorium caespitum) membuat sarang di

sekitar pondasi, di bawah batu, di retakan jalan, atau di jalan raya.

Berukuran 1/10 sampai 1/16 inchi dengan tubuh gelap, warna kaki dan

antena yang pucat, serta sebuah lekukan di wajah. Makanan semut ini

berbagai macam, termasuk lemak, daging, biji-bijian yang kecil, dan

makanan yang manis (Cranshaw, 2003), sehingga semut jenis ini dapat

menjadi penyebab kerusakan atau kehilangan bahan-bahan yang termasuk

sumber makanannya tersebut.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 26

Page 27: Serangga

Gambar 34. Tertamorium caespitum

Semut pharaoh (Monomorium pharoanis) berukuran kecil (kurang dari

1/8 inchi) dan berwarna kuning atau berwarna pucat merah kecoklatan.

Tidak seperti semut yang lainnya, semut jenis ini beradaptasi dengan baik

untuk membuat sarang di dalam rumah. Koloni semut ini menyebar di

dalam rumah atau gedung dan segera membentuk koloni kecil jika

diganggu. Makanannya berbagai macam, termasuk sirup, jelli, lemak,

cake, dan makanan ternak. Semut jenis pharaoh tersebut menjadi

penyebab paling besar kehilangan dan kerusakan makanan dalam rumah

atau gedung tempat produksi makanan terutama makanan yang manis atau

menggunakan gula sebagai ingrediennya.

Gambar 35. Monomorium pharoanis

B. Cara Pengendalian

Menurut (Kartasapoetra, 1991). Secara umum, faktor yang mempengaruhi

perkembangan dari hama pascapanen dibagi ke dalam 2 faktor :

1. Faktor luar (Eksternal) : terdiri dari iklim, makanan, musuh alami, dan

manusia.

2. Faktor dalam (Internal); lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik

hama itu sendiri.

Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil

dibandingkan lingkungan alami dan ketersediaan pangan yang melimpah.

Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun

adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di

penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah

teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena: habitat

penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 27

Page 28: Serangga

terhadap faktor fisik di penyimpanan, keragaman perilaku makan pada

berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi, kemampuan yang tinggi

dalam menemukan lokasi sumber makanan, kemampuan bertahan hidup dalam

kondisi tanpa pangan, adaptasi morfologi yaitu ukuran kecil, bentuk pipih, dan

gerakan cepat.

Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan

dengan dua cara yakni secara alami dan kimiawi (Anonim, 2009).

Tahap Pencegahan

 1. Menjaga kebersihan gudang

Hama gudang menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan karena

ukurannya yang kecil, secara sekilas sering tidak terlihat. Oleh karena itu

pengusaha atau produsen beras hendaknya senantiasa menjaga kebersihan

gudang mulai dari sejak di gudang penggilingan hingga gudang

penyimpanan.

Untuk menjaga kebersihan gudang dapat dilakukan hal berikut:

-    Memasang lantai keramik

-    Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel

-    Pintu gudang harus selalu tertutup

-    Petugas gudang harus melepas alas kaki saat masuk

2. Menjaga suhu dan kelembaban gudang

Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum termasuk dalam hal ini

hama gudang baik jenis Sitophilus sp maupun Tribolium sp.  Suhu

optimum pertumbuhan hama gudang adalah 25-37.5˚C.  Ketahanan hidup

akan turun drastis di luar kisaran tersebut. Disamping itu, kelembaban

udara di gudang penyimpanan juga harus dijaga.

 3. Kemasan kedap udara

Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk

aktivitas pernafasan. Oleh karena itu salah satu yang dapat dilakukan

adalah dengan mendesain kemasan beras yang kedap udara.

4. Sistem Pengendalian Atmosfer

Sistem ini dilakukan dengan mengubah komposisi udara dalam ruang

penyimpanan. Konsentrasi oksigen dalam ruang penyimpanan

dikondisikan serendah mungkin dan digantikan dengan gas lain dari luar

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 28

Page 29: Serangga

seperti CO2 dan N2. Sistem ini sangat aman karena tidak menggunakan

pestisida yang berbahaya bagi manusia. Apabila keadaan atmosfer dijaga

pada kondisi oksigen rendah (kurang dari 2%, lebih disukai sekitar 0,5%)

atau kadar CO2 yang tinggi (lebih besar dari 40%, lebih disukai pada

60%), biji-bijian aman disimpan dalam waktu lama dengan mutu yang

tetap baik.  

5. Menurunkan tingkat kadar air

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup.  Kadar air

meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga

ketahanan hidupnya pun meningkat.  Sebaliknya, ketahanan hidup hama

pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.  Beras dengan kadar air

kurang dari 14 persen akan lebih aman disimpan, sedangkan beras dengan

kadar air lebih dari 14 persen akan menyebabkan perkembangbiakan

mikroba dan serangga bertambah cepat

 6. Meningkatkan derajat sosoh

Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam

bekatul karena banyak mengandung lemak, protein, dan vitamin. Itu

sebabnya beras dengan derajat sosoh rendah (masih banyak mengandung

lapisan bekatul) mudah diserang hama gudang.

 7. Mencegah kutu datang

Pencegahan kutu datang juga dapat dilakukan dengan cara

menggantungkan kantong-kantong berisi cabe merah kering atau daun

jeruk purut.

 Tahap Pengendalian

1. Fumigasi

Fumigasi adalah suatu cara membunuh serangga hama gudang dengan

mengunakan senyawa kima (Fumigan). Fumigan berbentuk gas yang

dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh hama. Fumigasi dapat

membunuh hama melalui sistem pernafasan. Daya bunuhnya tergantung

pada aktivitas pernafasan sehingga paling efektif pada serangga dengan

aktivitas pernafasan tinggi. Setelah gas hilang (fumigasi selesai), tidak ada

residu yang dapat mencegah serangan hama. Fumigasi dapat dilakukan

pada bahan pangan yang ditutup rapat dengan lembaran plastik fumigasi

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 29

Page 30: Serangga

(stack fumigation). Cara lain adalah fumigasi pada penyimpanan yang

kedap udara. Dengan demikian, fumigasi perlu dilakukan secara kontinyu.

Tabel 1. Dosis Fumigan yang diperlukan untuk fumigasi tumpukan

komoditas pangan dengan penutup plastik (suhu 20oC-25oC)

Komoditas FumiganDosis/ton

(g)Waktu eksposa minimum (hari)

Gandum, beras, kacang-kacangan, dan buah-buahan yang dikeringkan

Metil bromida 38 1

Jagung, sorgum, millet

Metil bromida 48 1

Tepung Metil bromida 48 1Semua komoditas pangan

Fosfin 3-4 3-4

Sumber: WFP (1983) dalam Syarif dan Halid (1993)

2. Penyemprotan Insektisida

Tindakan ini biasanya dilakukan pada bahan pangan yang telah

difumigasi. Penyemprotan insektisida dilakukan sebagai tindakan yang

bersifat kuratif yaitu dengan menyemprotkan insektisida pada dinding

gudang dan langit-langit gudang. Cara yang hampir sama dengan

penyemprotan insektisida adalah pengkabutan (fogging) dengan mengubah

insektisida cair menjadi kabut sehingga dapat membunuh serangga yang

berterbangan di gudang.

Tabel 2. Rekomendasi dosis insektisida untuk pengendalian hama gudang

Insektisida

Pencampuran langsung pada biji-

bijian (ppm)

Penyemprotan permukaan

Penyemprotan ruang gudang

(mg/m3)Dinding Karung

Pirirmifos metil 4-10 0.5 0.5 50-100Fenitrothion 4-12 0.5 0.5-1 50-100Chloropyrifos metil

4-10 0.5-1 0.5-1 -

Dichlorovos 2-20 0.5 0.5 35-70Metacrifos 5-15 0.2-0.4 - 50-150Tetrachorfinfos - 1-2 1-2 -Permethrin 2 0.05-0.1 0.05-0.1 -Carbaryl 5-10 1-2 - -

Sumber: WFP (1983) dalam Syarif dan Halid (1993)

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 30

Page 31: Serangga

3. Penyampuran Insektisida secara Langsung pada Bahan Pangan

Pada penyimpanan skala besar cara penyampuran insektisida ini hanya

dapat dilaksanakan pada sistem penyinpanan curah (bulk storage).

4. Penggunaan Bahan Alami dan Cara Biologi

Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa

menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati,

seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Selain menggunakan

ekstrak alami tanaman (ekstrak tanaman minyak nabati), dapat juga

menggunakan abu, mineral, dan bahan lainnya (silica gel). Memang diakui

bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi

jika kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka

pestisida nabati ini bisa menjadi alternatif. Memang perlu ada penelitian

lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini penelitian-penelitian

tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang

masih skala laboratorium.

Tabel 3. Jenis bahan alami untuk pengendalian hama

Jenis bahan Komoditas pangan Jenis seranggaNem (Azadirachta indica)

Jagung, terigu dan biji-bijian lainnya

Trogoderma granarium, Sitophylus oryzae, Rhyzopertha dominica, Callosobruchus chinensis

Ekaliptus Beras sosoh S. oryzaeKayu manis Beras sosoh S. oryzaeDerris (Derris elliptica) Sorgum, padi Oryzaephilus surinamensisTembakau (Nicotiana tabacum)

Kacang merah Caryedon serratus

Lada hitam (Piper ningrum)

Kacang kuning Acanthoscelides obtectus

Minyak nabati (Kelapa, sawit, jagung, sesame, bunga matahari, bawang putih)

Biji-bijian, kacang merah

Callosobruchus chinensis, T. granarium, C. maculatus, S. zeamais

Sekam padi Padi S. oryzaeKaolin Biji-bijian Berbagai jenis serangga

Sumber: Syarif dan Halid (1993)

Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika

dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu, sebaiknya semua cara diatas

dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang optimal.  

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 31

Page 32: Serangga

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beberapa serangga dapat menyebabkan kerusakan atau kehilangan

terhadap bahan pangan dan produk olahan pangan. Serangga yang dapat

menyebabkan kerusakan atau kehilangan terhadap bahan pangan, didominasi

oleh serangga dari kelompok ngengat dan kumbang. Serangga-serangga

tersebut umumnya menyerang serealia dan turunannya seperti beras, jagung,

dan tepung-tepungan, serta beberapa kacang-kacangan. Serangga yang

umumnya menyebabkan kerusakan atau kehilangan terhadap produk olahan

yaitu lalat (pada produk pengeringan ikan) dan semut (produk olahan yang

manis). Kerusakan yang terjadi berhubungan dengan kondisi produk yang

menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur

gerekan, dan lain-lain. Sedangkan, kehilangan yang terjadi akan mengurangi

jumlah bahan pangan atau produk olahan tersebut.

Pencegahan terhadap kerusakan atau kehilangan oleh serangga dapat

dilakukan melalui menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban

gudang, menggunakan kemasan kedap udara, mengaplikasikan sistem

pengendalian atmosfer, menurunkan tingkat kadar air produk atau bahan

pangan, meningkatkan derajat sosoh, dan mencegah kutu datang.

Pengendalian serangga yang umum dilakukan untuk menghindari

kerusakan lebih jauh oleh serangga adalah fumigasi, penyemprotan

Insektisida, penyampuran Insektisida secara langsung pada bahan pangan, dan

penggunaan bahan alami dan cara biologi.

B. Saran

Setiap industri atau pelaku usaha pengolahan pangan lebih memperhatikan

penyimpanan bahan baku dan produknya. Pengaturan suhu dan kelembapan

dilakukan pada tempat penyimpanan. Pemilihan kemasan juga diperhatikan.

Hal tersebut penting dilakukan untuk mencegahan kerusakan dan kehilangan

oleh serangga yang dapat menimbulkan kerugian.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 32

Page 33: Serangga

DAFTAR PUSTAKA

Anaf. 2009. Kerusakan oleh Hama Pasca Panen. Di dalam http://anaf.bloger.com/kerusakan-oleh-hama-pascapanen/ [23 November 2009].

Anonim 2009. Mengatasi Hama gudang. Di dalam http://Med_nure.bloger.com /mengetasi_hama_gudang/ [23 November 2009].

Borrow, D.J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F. 1992. An Introduction to the Insect. Terjemahan oleh Partosoedjono, S. Dan Brotowidjoyo, M.D. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Cranshaw, W.S. 2003. Home and Garden-Ants in the home. Colorado State University, Fort Collins, Colorado.

Imdad, H. P., dan Nawangsih A. A. 1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kalsshoven, L.G.E. 1981. Pest of crops in Indonesia. P. A. Van der laan, university of Amsterdam,. PT Ichtiar Baru-van hoeve, Jakarta.

Kurniawan, D.A. 2003. Mempelajari perilaku semut pada berbagai produk makanan di PT. Tropicana Slim Indonesia, Ciawi-Bogor. Laporan Magang. Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Smith, Richard. 2002. The Ultimate Guide to Keeping Insects. Inspectpets.co.uk. United Kingdom.

Subramanyam, B. Dan Hagstrum, D. W. 1995. Sampling. In “integrated Management of insect in Storage product”, vol.1995, pp. 135-193. Dekker, New York.

Suparno dan Heruwati, E.S. 1990. Penanggulangan organisme dalam pengolahan ikan secara tradisional. Di Dalam Pawiroesoemardjo, S., Sudarmadji, D., Harsono, dan Basuki, I.S. (eds.). Perlindungan Tanaman Menunjang Terwujudnya Pertanian Tangguh dan Kelestarian Lingkungan. PT. Agricon, Bogor.

Solihin, I. 1997. Kajian penggunaan biji buah atung (Parinarium glaberrium Hassk.) untuk mencegah infestasi lalat selama pengeringan ikan jambal roti. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Syarief R. Dan Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Archan, Jakarta.

Serangga pada Penyimpanan Pangan dan Produk Olahan 33