3
THE SEARCH FOR EXTRATERRESTRIAL INTELEGENCE (https://www.youtube.com/watch?v=MGecptPVQrU) Se arch for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) adalah lembaga dari sekelompok usaha terorganisir untuk mendeteksi jumlah peradaban yang mungkin ada dalam galaksi Bima Sakti, salah satunya kehidupan ekstraterestrial. Badan ini terbentuk berdasarkan pandangan para saintis angkasa bahwa tidak mungkin hanya planet Bumi yang memiliki penghuni makhluk hidup dalam galaksi Bima Sakti. Frank Drake adalah saintis pertama yang pada 1961 menyusun sebuah persamaan matematis untuk menghitung jumlah peradaban cerdas yang mungkin ada dalam Bima Sakti. Pendekatan umum yang dilakukan adalah dengan mensurvei angkasa untuk mendeteksi keberadaan komunikasi antar bintang dari sebuah peradaban. SETI berasumsi bahwa jika di angkasa luar ada peradaban cerdas, peradaban ini akan memancarkan gelombang radio dan sinyal elektronik lain ke luar angkasa. Pada pertemuan SETI pertama pada tahun 1961, John lilly bersama Doyle dan McCowan melakukan penelitian dengan mempelajari bahasa dolphin dan manusia bayi dan dewasa untuk membantu dalam mempelajari lebih banyak tentang sinyal peradaban cerdas dari luar bumi. Mereka menganalisis urutan panjang vokalisasi dari keduanya. Kemudian membuat plot antara frekuensi sinyal yang berbeda dengan tingkat seberapa sering sinyal terjadi. Plot antara sinyal bayi dolphin Plot antara sinyal dolphin dewasa Dapat dilihat bahwa sinyal suara antara bayi dolphin dan manusia memiliki tingkat sinyal tidak beda signifikan bahkan hampir sama, dimana sinyal suara yang dihasilkan terjadi cukup merata dan acak

SETI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SETI

Citation preview

THE SEARCH FOR EXTRATERRESTRIAL INTELEGENCE (https://www.youtube.com/watch?v=MGecptPVQrU)Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) adalah lembaga dari sekelompok usaha terorganisir untuk mendeteksi jumlah peradaban yang mungkin ada dalam galaksi Bima Sakti, salah satunya kehidupan ekstraterestrial. Badan ini terbentuk berdasarkan pandangan para saintis angkasa bahwa tidak mungkin hanya planet Bumi yang memiliki penghuni makhluk hidup dalam galaksi Bima Sakti. Frank Drake adalah saintis pertama yang pada 1961 menyusun sebuah persamaan matematis untuk menghitung jumlah peradaban cerdas yang mungkin ada dalam Bima Sakti. Pendekatan umum yang dilakukan adalah dengan mensurveiangkasauntuk mendeteksi keberadaankomunikasiantar bintangdari sebuah peradaban. SETI berasumsi bahwa jika di angkasa luar ada peradaban cerdas, peradaban ini akan memancarkan gelombang radio dan sinyal elektronik lain ke luar angkasa. Pada pertemuan SETI pertama pada tahun 1961, John lilly bersama Doyle dan McCowan melakukan penelitian dengan mempelajari bahasa dolphin dan manusia bayi dan dewasa untuk membantu dalam mempelajari lebih banyak tentang sinyal peradaban cerdas dari luar bumi. Mereka menganalisis urutan panjang vokalisasi dari keduanya. Kemudian membuat plot antara frekuensi sinyal yang berbeda dengan tingkat seberapa sering sinyal terjadi. Plot antara sinyal bayi dolphinPlot antara sinyal dolphin dewasaDapat dilihat bahwa sinyal suara antara bayi dolphin dan manusia memiliki tingkat sinyal tidak beda signifikan bahkan hampir sama, dimana sinyal suara yang dihasilkan terjadi cukup merata dan acak (Plot 1). Oleh karena itu dilakukan pula pada pola sinyal dewasanya, dimana Plot (2) menunjukan kemiringan grafik yang cukup signifikan sehingga membentuk sudut 45 derajat yang dikenal sebagai Degree angle. Hal yang menarik adalah kemiringan yang sama muncul dalam sinyal bahasa manusia yang berbeda, dan tampaknya menjadi pola semua manusia, selain itu yang lebih mengejutkan adalah bahwa pola ini juga muncul ketika Doyle dan Mc Cowan menganalisis komunikasi bukan manusia. Mereka menemukan bahwa sinyal suara yang dihasilan oleh bayi dolphin didistribusikan dalam pola yang mirip dengan bayi manusia selama fase belajar berbicara. Pada awalnya sinyal dolphin kurang terstruktur. Namun saat telah dewasa, grafik meyatu pada kemiringan sekitar selisih -1 dengan manusia, dengan kata lain hampir sangat serupa polanya. Selain itu D dan Mc pun mengukur perbedaan entropinya terhadap kedalaman. Dimana entropi dapat dianggap sebagai nomor dari ya atau tidak yang diperlukan untuk menebak kata berikutnya. Jika prediktabilitas meningkat, maka entropi infomasi menurun. Sehingga kata-kata tunggal adalah urutan pertama, kelompok dari dua kata adalah urutan kedua, kelompok tiga kata adalah urutan ketiga, dan seterusnya. Kemudian mereka merencanakan nilai informasi entropi terhadap kedalaman. Pada manusia dewasa ditemukan bahwa entropi informasi menurun dengan meningkatnya kedalaman. Kemudian dilakukan pula hal yang sama dengan dolphin, dan menemukan pola yang sama. System komunikasi dolphin menampilkan penurunan entropi informasi seperti yang dapat dilihat pada urutan sinyal suara. Hal Ini dapat disimpulkan bahwa dalam system komukasi dolphin, terdapat suatu struktur pola yang sama, sehingga memungkinkan dolphin dapat menyelesaikan suatu kalimat lain seperti halnya manusia. Berdasarkan grafik ini pula dapat diluhat tidak ada ketergantungan bersyarat antara masing-masing symbol, karena pola ini muncul dikeduanya yakni manusia dan system komunikasi non-manusia (dolphin). Sehingga dapat disimpulkan bahwa makhluk lain diluar bumi pun memiliki pola yang tidak berbeda signifikan dengan manusia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk memastikan kemungkinan besar adanya makhluk lain di luar bumi.