SGD5 - Trend Issue

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah penting

Citation preview

Trend dan Issue Kesehatan Reproduksi12

TREND DAN ISSUE TERKAIT KESEHATAN REPRODUKSICorporate Lactation Program (CLP) Sebagai Upaya Intervensi Dalam Peningkatan Asi Ekslusif Pada Ibu Bekerja

Oleh:SGD V

I Putu Rama Candra

1102105001

Ni Putu Desy Trisnasari

1102105006

Made Wiwin Sumawidayanti

1102105012

Ni Luh Anik Utami

1102105018

Kadek Linda Dwi Savitri

1102105035

A A I Ag Paramita Utami

1102105037

Gusti Ayu Ratih Kurniasari

1102105044

Ni Putu Pande Satya Systa D

1102105058

A A Tri Wulandari Putra

1102105063

I Gusti Ayu Franciska A P

1102105068PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2014BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting bgi tumbuh kembang bayi. Di negara berkembang, pemberian ASI ekslusif berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi per tahun. Atas dasar tersebut WHO merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 4-6 bulan (Depkes, 2002). Namun, pada tahun 2001 melalui konsultasi pakar dan telaah penelitian yang sistematik, WHO merekomendasi pemberian ASI eksklusif sebagai gold standart makanan bayi dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan tanpa tambahan apapun, dilanjutkan dengan penambahan makanan pendamping ASI sempai bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2002). Demikian pula dengan pemerintahan Indonesia yang mengubah rekomendasi lamanya pemberian pada tahun 2003, dari 4 bulan menjadi 6 bulan (SDKI, 2007).

ASI eksklusif terbukti dapat meningkatkan perlindungan terhadap infeksi sampai beberapa tahun setelah penghentian menyusui (Hanson, 2000). ASI membuat anak lebih pandai, tidak tergantung pada latar belakang ekonomi (Mortensen, 2003., Jain, 2002). Studi kohort selama 14 tahun menunjukkan semakin lama bayi menyusui, semakin berkurang gangguan mental pada anak dan remaja (Wendy et al, 2010). Risiko tidak memberikan ASI juga dapat menurunkan kecerdasan kognitif (Smith, 2003). Mereka cenderung menjadi gemuk dan memiliki tekanan darah tinggi di kemudian hari (Lawrence dalam Kosmala, 2006).

Angka ASI eksklusif di dunia sangat bervariasi dan tidak berbanding lurus dengan kemajuan suatu negara. Beberapa negara maju contohnya Jepang memiliki ngka ASI eksklusif terendah (Helda, 2009).Tidak berbeda dangan kondisi di tersebut, pada beberapa daerah di Indonesia pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja juga belum begitu baik. Penelitian Wibowo, Ferbruhartanti, Fahmida dan Roshita di Kota Depok tahun 2008, menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif ibu bekerja (4,8%), jauh lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak bekerja (16,6 %), sehingga prevalensi pemberian ASI eksklusif secara umum di Kota Depok hanya 11,9%.

Dari penjabaran di atas, terlihat gambaran bahwa angka ASI ekslusif masih rendah, dimana salah satu alasannya adalah keadaan ibu yang bekerja. Peningkatan jumlah TPAK perempuan belum diimbangi oleh sebagaian perusahaan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Sebagian besar perusahaan belum menyediakan tempat menyusui bayinya. Pekerja hanya diberi waktu istirahat selama setengah jam setelah 4 jam bekerja terus-menerus. Ini menandakan apabila pasal 79 UU No.13 tahun 2003 tersebut dilaksanakan, pekerja perempuan tidak mempunyai kesempatan memerah maupun menyusui bayinya (Kemenkes, 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membahas mengenai trend dan issue terkait dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu yang bekerja dan mengkaji intervensi yang dapat diterapkan di Indonesia guna mencapai peningkatan pemberian ASI ekslusif bagi bayi.1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana bahasan mengenai penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja?1.2.2 Bagaimanakah kajian legal etik penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja di Indonesia?1.2.3 Bagaimanakah penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja di Indonesia?1.2.4 Apakah keuntungan dan hambatan dari penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja? 1.2.5 Bagaimana implikasi keperawatan dalam penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja?1.3 Tujuan Penulisan1.3.1Tujuan UmumUntuk mengetahui intervensi untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja di Indonesia

1.3.2Tujuan Khusus

1.3.1.1 Untuk mengetahui bahasan mengenai penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja1.3.1.2 Untuk mengetahui kajian legal etik penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja di Indonesia1.3.1.3 Untuk mengetahui penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja di Indonesia1.3.1.4 Untuk mengetahui keuntungan dan hambatan dari penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja 1.3.1.5 Untuk mengetahui implikasi keperawatan dalam penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja.1.4 Manfaat Penulisan

Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain :

1.4.1 PemerintahDengan adanya intervensi Corporate Lactation Program (CLP) ini, mendukung program pemerintah dalam penerapan ASI ekslusif serta meningkatkan status kesehatan bayi.1.4.2 Ilmu Pengetahuan

Menambah perbendaharaan referensi mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif serta intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahannya.

1.4.3 Tenaga KesehatanTenaga kesehatan mengetahui mengenai intervensi dalam penerapan ASI eksklusif dan dapat ikut berperan dalam intervensi tersebut1.4.4 Peneliti Lain

Sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti lain, terutama sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian lanjutan atau melakukan penelitian yang sejenis.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian ASI

ASI (Air susu ibu) merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi karena mengandung nutrisi, hormone, anti alergi serta anti inflamasi yang dihasilkan dari kelenjar payudara ibu berupa cairan putih yang merupakan suatu lemak dan larutan protein. (Hubertin, 2007; Nugroho, 2011; Siregar, 2006).2.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian ASI2.2.1 Tujuan pemberian ASI ekslusif

1. Bagi bayi dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, mengandung antibody , ASI mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian karies dentis, member rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi , ASI meningkatkan kecerdasan bayi , membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara .

2. Bagi ibu sebagai kontrasepsi, aspek kesehatan ibu, aspek penurunan berat badan, aspek psikologi.

2.2.2 Manfaat pemberian ASI bagi bayi Manfaat pemberian ASI antara lain (Hegar, 2008; Saleha, 2009; Suharyono, 1989) :1. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit, mengurangi mencret, sakit telinga dan infeksi saluran pencernaan.

3. Melindungi anak dari serangan alergi.

4. Mengandung asamlemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.

5. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

6. Membantu pembentukan rahang yang bagus.

7. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

8. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.

9. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang lebih baik.

10. Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi 11. Memiliki daya kontrasepsi yang terbatas2.3 Aktivitas Ideal Bagi Ibu yang Menyusui Untuk aktivitas pada ibu yang sedang menyusui tidak ada pembahasan yang spesifik tentang ini, kegiatan-kegiatan apapun dapat dilakukan oleh ibu yang sedang menyusui asalkan bayi mendapatkan ASI yang sesuai dengan anjuran. Untuk para ibu yang berprofesi sebagai wanita karier, disarankan pada saat masih menyusui mengurangi jadwal kegiatan dan lebih memaksimalkan waktu untuk dapat memberikan ASI secara ekslusif kepada sang bayi. (American Academy of Pediatrics)2.4Corporate Lactation Program (CLP)Progam CLP terdiri atas 3 pilihan bagi pekerja yaitu sebagai berikut (Ortiz, McFilligan and Kelly, 2004).2.4.1Kelas edukasi prenatal

Selama masa prenatal, CLC ditawarkan pada setiap pekerja dengan jumlah pertemuan 2 kali 1 jam kelas, biasanya pada waktu makan siang. Namun, jika tidak dapat diberikan pada waktu makan siang, dilakukan pengaturan jadwal ulang dengan tidak melibatkan waktu kerja.

2.4.2Pelayanan konsultasi menyusi tersertifikasi (certified lactation consultant/CLC)

CLC didesain untuk menghindari terganggunya jam kerja produktif melalui penggunaan konsultasi pada waktu istirahat regular dan waktu makan siang. Selama masa prenatal sampai penyapihan, CLC menyediakan edukasi dan konsultasi terkait menyusui dengan pertemuan langsung dan melalui telepon. Ketika subjek mengikuti program, dia dihubungi oleh CLC untuk perkenalan diri dan untuk menentukan kelas menyusi. CLC menghubungi pekerja lagi pada periode kelahiran bayi seharusnya. Subjek penelitian dihubungi tiap minggu pada 1 bulan kelahiran bayi dan bulan pertama ibu kembali bekerja. Selama sisa program, subjek ditelepon tiap bulan oleh pihak CLC untuk memberi dukungan dan menjawab pertanyaan. CLC dapat diakses melelaui telepon selama 7 hari seminggu, 24 jam sehari selama subjek menjadi bagian dari program ini.

2.4.3Ruang khusus di tempat kerja dengan perlengkapan untuk memompa ASI

Perusahaan menyediakan ruang khusus untuk memompa ASI secara efesien dimana progam ini menyediakan alat pemompa dengan perlengkapan yang membuat ASI terpompa secara simultan. Dengan tujuan membuat pekerja nyaman dengan alat proses memompa dan menyimpan ASI sampai pekerja kembali bekerja, masing-masing ibu disediakan pompa untuk 2 minggu sebelum mulai bekerja. Perlengkapan yang dimaksud termasuk sebuah tas dengan ice packs untuk mengirim ASI, botol untuk mengumpulkan dan mengirim ASI dan alat serta tabung pemompa.BAB 3PEMBAHASAN3.1 Bahasan Mengenai Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam Meningkatkan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu BekerjaAdapun bahasan mengenai Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja sesuai dengan jurnal utama yang berjudul Duration of Breast Milk Expression Among Working Mothers Enrolled in an Employer-Sponsored Lactation Progran oleh Joan Ortiz, Kathryn McFilligan dan Patricia Kelly, yang dipublikasikan pada jurnal Pediactric Nursing Volume 30 nomor 2 pada tahun 2004. Ringkasan jurnal dapat dipaparkan sebagai berikut.Berbagai penelitian menunjukkan berbagai dampak positif dalam hal kesehatan terkait dengan menyusui bagi bayi dan ibu. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan kebijakan bahwa menyusui atau pemberian ASI disarankan diberikan selama 6 bulan kelahiran bayi atau yang dikenal dengan ASI ekslusif, dan dari 6 bulan hingga 1 tahun diberikan ASI ditambah dengan makanan padat yang diperkaya zat besi. Berbagai data dalam jurnal ini menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, bayi dalam umur 6 bulan pertama yang mendapatkan ASI ekslusif atau kombinasi ASI dan susu formula masih cukup rendah yaitu sekitar 32,5% pada tahun 2001. Alasan dari penyapihan dini adalah ibu bekerja di luar rumah. Data sensus di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 59% wanita yang telah menikah dan memiliki anak berusia 1 tahun atau lebih muda, kembali ke dunia kerja. Kurangnya dukungan dan pengetahuan dalam manajemen menyusui selama bekerja, lingkungan kerja yang tidak mendukung, dan masalah dalam pemompaan air susu sering menjadi alasan bagi ibu bekerja untuk penyapihan lebih dini.

Hal ini menggambarkan ibu yang bekerja adalah halangan dalam menyusui, oleh karena banyak ibu harus kembali bekerja setelah dia melahirkan anaknya. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini, dilakukan suatu program yang disebut Corporate Lactation Program (CLP) yang mendukung ibu untuk menyusui dengan memfasilitasi dan memberikan waktu yang cukup bagi Ibu dalam memompa air susunya di tempat kerja. Dengan demikian, pekerjaan bukan lagi menjadi halangan dalam memberikan ASI ekslusif bagi bayi.

Penelitian ini diikuti oleh 462 subjek yang merupakan wanita yang bekerja dalam waktu penuh (full time), yang didapat dari 5 perusahaan. Program CLP ini terdiri dari beberapa pilihan yaitu kelas yang memberi pendidikan mengenai keuntungan menyusui, pelayanan oleh konsultan menyusui bersertifikat oleh Limerick, Inc. dan ruang khusus di tempat kerja dengan peralatan untuk memompa ASI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun ibu bekerja full time dapat menyediakan kebutuhan ASI untuk bayinya melalui CLP. Ketiga intervensi pilihan dalam CLP miningkatkan keberhasilan wanita dalam program melalui edukasi prenatal, dukungan berkelanjutan dari CLC dan lingkungan kerja pendukung yang memberikan privasi dan efisiensi pemompaan ASI.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program CLP memberikan kesempatan pada ibu-ibu pekerja untuk menyediakan ASI untuk bayinya. Terkait dengan penerapan CLP dalam meningkatkan pemberian ASI pada ibu bekerja, Jurnal utama ini memiliki beberapa jurnal pendukung diantaranya:

a. Nursing Mothers at Work Corporate and Maternal Strategies to Support Lactation in the Workplace oleh Bar-Yam tahun 2004. Penelitian ini menyatakan dukungan terhadap Corporate Lactation Program atau penyedian ASI pada bayi oleh ibu pekerja demi tercapainya program pemerintah terkait pemberian ASI eksklusif.b. Breast Milk Expression in the Workplace: A Look at Frequency and Time oleh Slusser et al, 2004 menjelaskan bahwa pekerja wanita yang bekerja pada situasi kerja dengan dukungan terhadap proses menyusui meliputi akses pemompa ASI dan area khusus untuk memompa dapat mengatasi halangan dalam pemberian ASI pada kalangan ibu bekerja. c. Profiles of Eight Working Mothers Who Practiced Exclusive Breastfeeding in Depok, Indonesia oleh Februhartanty, Wibowo, Fahmida, dan Roshita, 2010. Jurnal ini berupa laporan kasus yang menyatakan bahwa peningkatan tingkat pengetahuan mengenai menyusui adalah solusi potensial dalam mengatasi permasalahan dalam praktik menyusui, dimana hal ini merupakan salah satu aspek dari CLP yaitu edukasi.3.2 Kajian Legal Etik Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam Meningkatkan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja di IndonesiaDari sisi legal etik, ASI expres itu sendiri belum memiliki undangundang yang mengatur tentang hal tersebut. Namun, di Indonesia sudah ada peraturan terkait fasilitas khusus menyusui atau memerah air susu ibu yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013, tetapi pemerintah kurang menyosialisasikannya di kalangan perusahaan sehingga banyak sekali wanita yang tidak mampu memberikan ASI eksklusif selama bekerja (Depkes RI, 2013)3.3 Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam Meningkatkan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja di IndonesiaDi Indonesia, perusahaan yang menyediakan fasilitas menyusui bagi pekerjanya masih belum berkembang, namun penerapan jasa pengantar asi untuk memenuhi kebutuhan asi pada bayi dengan ibu yang bekerja sudah mulai diterapkan. Di Indonesia sudah ada kebijakan pemerintah untuk perusahaan yang mendirikan jasa pengantar asi, namun perkembangannya belum luas karena ada beberapa factor yang mempengaruhi yaitu masih minimnya perusahaan yang mendirikan usaha tersebut. Serta banyak ibu ibu belum mengetahui informasi terkait dengan pengetahuan ibu bekerja tentang alat-alat pemompa ASl, persiapan yang harus dilakukan sebelum menyimpan ASl, cara penyimpanan ASl, lamanya ASI bisa disimpan (ketahanan ASI yang disimpan), cara menghangatkan ASI yang telah disimpan dan cara pemberian ASI yang telah disimpan pada bayi. Dengan adanya jasa pengantar ASI ini ibu yang bekerja dapat memenuhi kebutuhan bayinya dengan memeras ASI menggunakan pump elektrik, tempat penyimanan asi dengan temperature suhu yang terjaga dan boxes tempat penyimpanan asi yang berkualitas. Sehingga lbu yang sedang bekerja dapat tetap dapat memberikan ASl nya pada bayi dengan jalan menyimpan dan memberikan ASI kepada bayi dengan jasa pengantar asi.3.4 Keuntungan dan Hambatan Dari Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam Meningkatkan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja Keuntungan dalam memberikan ASI bagi ibu pekerja memungkinkan ibu untuk menjaga kesehatan bayinya walaupun bekerja diluar rumah. Terdapat studi yang menemukan bahwa terdapat penurunan frekuensi hospitalisasi bayi dan dapat menghemat $331 sampai $475 per tahun jika bayi diberi ASI eksklusif (Ball & Wright, 1999; Hoey & Ware, 1997). Karena bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki angka jatuh sakit yang lebih rendah dan biaya pemeliharan kesehatan yang lebih rendah, studi ini mengatakan orang tua seharusnya merawat anak mereka yang sedang sakit, yang tentunya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Hambatan yang ditemui selain kurangnya fasilitas perusahaan di Indonesia yang menyediakan tempat khusus menyusui, serta tingkat pendidikan ibu pekerja yang menyusui. Studi dari Census Bureau menemukan bahwa wanita dengan minimal mengenyam 1 tahun pendidikan dari perguruan tinggi lebih mungkin untuk kembali bekerja sambil mengasuh bayi dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah. (Bachu & OConnell, 2001). Selain itu, keharusan memerah susu di suatu ruangan yang asing menurut ibu juga dapat mengganggu kenyamanan sang ibu sehingga memilih untuk memberikan susu formula.

3.5 Implikasi Keperawatan dalam Penerapan Corporate Lactation Program (CLP) dalam Meningkatkan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu BekerjaOrang tua baru membutuhkan pengetahuan dan dukungan dalam memberikan ASI secara eksklusif. Perawat berpengaruh besar dalam program menyusui. Perawat memberikan informasi kepada orang tua terkait tentang menyusui dan memberikan dukungan kepada mereka agar tetap menyusui. Pengetahuan yang diberikan dapat berupa cara penyimpanan ASl, lamanya ASI bisa disimpan (ketahanan ASI yang disimpan), cara menghangatkan ASI yang telah disimpan dan cara pemberian ASI yang telah disimpan pada bayi, dan lain-lain (Ortiz, McFilligan and Kelly, 2004).

BAB 4PENUTUP4.1Simpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

4.1.1Bekerja merupakan salah satu halangan bagi ibu yang bekerja untuk menyusui dan memberi ASI ekslusif. Corporate Lactation Program (CLP) merupakan salah satu intervensi dalam mengatasi hal tersebut. Berbagai jurnal mendukung terhadap intervensi tersebut.

4.1.2Sudah ada peraturan terkait fasilitas khusus menyusui atau memerah air susu ibu ,tetapi pemerintah kurang menyosialisasikannya di perusahaan tempat ibu bekerja4.1.3Di Indonesia, perusahaan yang menyediakan fasilitas menyusui bagi pekerjanya masih belum berkembang, namun penerapan jasa pengantar asi untuk memenuhi kebutuhan asi pada bayi dengan ibu yang bekerja sudah mulai diterapkan4.1.4Terdapat beberapa keuntungan jika CLP ini diterapkan di Indonesia, diantaranya meningkatkan presenatse ASI ekslusif pada ibu bekerja. Namun terdapat beberapa hambatan seperti kurangnya fasilitas dan tingkt pengetahuan ibu bekerja.

4.1.5Implikasi keperawatan dalam CLP ini adalah sebagian besar sebagai educator (pemberi pendidikan kesehatan)4.2 RekomendasiDiharapkan program CLP ini dapat dikembangkan lagi sehingga dapat diterapkan oleh perusahaan-perusahaan tempat ibu bekerja. Hal ini tentu saja harus mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya tenaga kesehatan, pemerintah, perusahaan serta ibu-ibu yang memiliki bayi saat bekerja.DAFTAR PUSTAKABachu, A., & OConnell, M. (2001). Fertility of American women: June 2000, Current Population Reports. Washington, DC: U.S. Census Bureau

Ball, T., & Wright, A. (1999). Health care costs of formula feeding in the first year of life. Pediatric

Bar-Yam, NB. (2004). Nursing Mothers at Work Corporate and Maternal Strategies to Support Lactation in the Workplace. Journal ofthe Association for Research on Mothering. 6(2):127-138Depkes RI.(2005). Pemberian ASI Eksklusif. Diunduh dari : www.gizikia.depkes.go.id/download/Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdfFebruhartanty, J., Wibowo, Y., Fahmida, U., and Roshita, A. (2012). Profiles of Eight Working Mothers Who Practiced Exclusive Breastfeeding in Depok, Indonesia. Breastfeeding Medicine. 7(1):54-59Hegar, badriul et al. (2008).Bedah ASI. DKI Jakarta: Ikatan Dokter Anak. Indonesia

Hubertin, Sri Purwanti. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC : Jakarta

Nugroho, Taufan. (2011). Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: NuhaMedika

Ortiz, J., McGilligan, K., and Kelly, P. (2004). Duration of Breast Milk Expression Among Working Mothers Enrolled in an Employer-Sponsored Lactation Program. Pediatric Nursing. 30 (2):111-119Saleha, S.(2009). Asuhan kebidanan pada Masa Nifas. Makasar :Salemba MedikaSiregar, Arifin .(2006) . Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor yang mempengaruhinya. Diunduh dari : www. Libraryusu.com/htm.

Slusser, WM., et al. (2004). Breast Milk Expression in the Workplace: A Look at Frequency and Time. J Hum Lact. 20(2):164-169Suharyono, (1989).ASI Tinjauan Dari Berbagai Aspek. FKUI: Jakarta