Shalat serta Manfaat dalam kesehatan

  • Upload
    nyazzz

  • View
    73

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai tentang Shalat beserta dengan manfaat nya di dalam bidang kesehatan

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.

Sering sekali manusia yang memeluk agama Islam melupakan kewajiban utama mereka, yaitu Shalat. Padahal shalat merupakan salah satu tiang bangunan Islam, yang memiliki pengertian penting dalam Islam, sehingga tidak boleh ditinggalkan. Ada juga yang tetap melaksanakan tanpa meninggalkannya, tetapi orang tersebut tidak mengerti terhadap apa yang dilakukannya, apakah yang dikerjakannya sesuai dengan apa yang telah Islam ajarkan atau tidak. Salah satu faktor seseorang menjadi bingung akan melaksanakan shalat ialah juga banyaknya pendapat yang disampaikan oleh berbagai ulama yang terdapat di Indonesia, selain itu juga muncul nya aliran-aliran Islam yang sebenarnya tidak memiliki kebenaran dalam ajarannya atau dapat disebut dengan bidah.Shalat juga selain sebagai suatu kegiatan ibadah, memiliki khasiat dalam bidang kesehatan.Oleh karena itu saya akan mencoba untuk menkaji mengenai shalat, cara melaksanakannya sesuai dengan yang Nabi Muhammad SAW ajarkan, dan manfaat shalat dalam bidang kesehatannya.

1.2Perumusan Masalah1. Pengertian shalat.2. Macam- macam shalat. 3. Syarat syah shalat.4. Cara melaksanakan shalat sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.5. Manfaat shalat dalam bidang kesehatan.

1.3Tujuan Penulisan1. Arti shalat dan macam-macamnya. 2. Bagaimana cara melaksanakan shalat sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.3. Mengetahui manfaat shalat dalam bidang kesehatan.1.4Manfaat 1. Mengetahui pengertian shalat dan macam-macamnya sesuai dengan al hadits.2. Mengetahui manfaat shalat dalam bidang kesehatan.

1.5Kerangka Teori1 Bab I Pendahuluan: Latar belakang Perumusan masalah Tujuan penulis Manfaat Kerangka teori Metode penulisan2 Bab II Landasan Teori: Pengertian Ssalat Macam-macam shalat; shalat wajib atau fardhu, shalat sunnah Syarat syah shalat Cara melaksanakan shalat sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Manfaat shalat dalam bidang kesehatan.3 Bab III Penutup Kesimpulan Daftar pustaka

1.6MetodePenulis mempergunakan metode kepustakaan dengan cara studi pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian ShalatShalat secara bahasa berarti doa[footnoteRef:1]. Pendapat tersebut dikarenakan dalam rangkaian proses shalat tiada lain adalah rangkaian dari doa-doa dan sebuah ibadah yang dilakukan dengan perkataan dan perbuatan yang dikerjakan secara sistematis dengan menghadirkan hati secara ihtisab[footnoteRef:2], ikhlas, sabar, dan khusyu[footnoteRef:3], dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. [1: Q.S. At-Taubah ayat 103.] [2: Menjalankannya berdasarkan kemauan dalam hati bukan suatu beban untuknya.] [3: Lahir maupun bathin dengan jasad, akal dan ruhnya menegakkan kearah Allah, tidak memikirkan hal lain selain Allah SWT (Mohammad Izzuddin Taufiq, Tuntunan Khusyu Ketika Shalat, Pustaka Ibnu Umar, 2013, hlm.3. ]

Shalat juga ialah salah satu perkara dari perkara yang paling besar yang beliau (Nabi Muhammad SAW) jelaskan kepada manusia, baik melalui sabda maupun prakteknya, sampai-sampai beliau pada suatu ketika melakukan shalat diatas mimbar, beliau berdiri dan ruku dia atas mimbar tersebut, kemudian bersabda, saya melakukan hal ini agar kalian dapat mencontohkan dan mempelajari cara shalatku[footnoteRef:4]. [4: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. ]

Beliau juga telah mewajibkan kita untuk mengikuti beliau dalam shalat, beliau bersabda, shalatlah kamu sekalian, sebagaimana kalian melihatku shalat[footnoteRef:5]. Berdasarkan penjelasan ini maka gerakan shalat yang harus kita ikuti adalah gerakan shalat sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW. [5: Diriwayatkan oleh al-bukhori, Muslim, dan Ahmad. Hadist ini telah ditakhrij dalam ilwa ul ghalil (no.213). ]

Shalat dikatakan sebagai tiang agama[footnoteRef:6], karena memiliki peran yang sangat penting dalam agama Islam, sebuah ibadah yang wajib[footnoteRef:7] dijalankan oleh setiap umat manusia berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam al-quran, bahwa manusia harus mendirikkan shalat dan menjalankan ibadah shalat agar terhindar dari perbuatan buruk yang ada di dunia ini[footnoteRef:8], karena itu baik buruknya amal seseorang akan sangat ditentukan oleh shalatnya. Sebanyak apapun amal seorang muslim kalau ia tidak shalat, maka akan sisa-sia, shalat juga merupakan amal yang paling pertama dihisab Allah pada hari Kiamat, sebagaimana dalam hadits H.R. Thabrani: [6: shalat adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakkan shalat maka dia telah menegakkan agama, dan barangsiapa yang meninggalkannya, maka dia telah merobohkan agama. HR. Baihaqi dari Umar.] [7: Q.S. An-Nisa ayat 103] [8: Q.S. Al-Baqarah ayat 43, Q.S. A-Ankabut ayat 45]

hal yang pertama akan dihisab/ dipertanggunjawabkan atas hamba manusia saat hari kiamat adalah shalat, jika baik shalatnya maka baik pula seluruh amalnya, jika rusak shalatnya maka rusaklah seluruh amalnya

2.2Macam-macam ShalatShalat terbagi menjadi dua, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. 2.2.1Shalat Wajib atau Fardhu Shalat wajib ialah shalat yang wajib dikerjakan oleh Mukallaf[footnoteRef:9] dalam waktu yang telah ditentukan, yaitu lima waktu[footnoteRef:10]. [9: Orang yang telah baligh, sadar dan berakal sehat.] [10: Bukhari dalam Mawaaqit Ash Shalat (560).]

1. Dzuhur, shalat yang dikerjakan oleh Nabi SAW di tengah hari yang terik. dimana matahari tergelincir (menuju arah tenggelamnya) dan bayang-bayang seseorang sama dengan tinggi nya selama belum datang ashar[footnoteRef:11]. Dikerjakan sebanyak empat rakaat. [11: H.R. Muslim no. 612]

2. Ashar, secara bahasa diartikan sebagai waktu sore hingga matahari memerah yaitu akhir dari dalam sehari. waktu shalat ashar diawali dengan selama matahari belum menguning[footnoteRef:12]. Dikerjakan sebanyak empat rakaat. [12: H.R. Muslim Loc.Cit]

3. Maghrib, dilaksanakan ketika matahari tenggelam atau selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam[footnoteRef:13]. Dikerjakan sebanyak tiga rakaat. [13: HR. Nasai No. 526, hadits ini dinilai shahih oleh Al Albanirohimahullahdalam Al Irwa hal. 270/I. dan H.R Muslim no. 612]

4. Isya, dilaksanakan setelah shalat maghrib dimana langit telah gelap atau hilang nya sinar merah.5. Shubuh atau shalat fajar, dilaksanakan oleh Nabi SAW ketika keadaan masih gelap, dimana dimulai sejak terbitnya fajar kedua/ fajar shodiq[footnoteRef:14]. Dan akhir waktu shalat ini dimulai sejak terbitnya matahari. [14: Merupakan cahaya putih yang memanjang di arah ufuk, cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga terbit matahari.]

2.2.2Shalat Sunnah ialah shalat yang apabila dikerjakan akan menambah pahala namun apabila tidak dikerjakan tidak akan berdosa orang tersebut. 1. Shalat Rawatibialah shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan terikat oleh waktu, yaitu setiap sebelum dan sehabis shalat fardhu, dan tidak shah jika dikerjakan diluat waktu tersebut. Jika dikerjakan sebelum shalat fardhu, dinamakan Qobliyah, dan jika dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan Badiyah.a. Rawatib shubuh dikerjakan sebelum shalat shubuh, jumlahnya dua rakaat. Diantara sekian shalat sunah rawatib hanya satu-satunya yang tidak pernah dinggalkan Rasulullah SAW meskipun beliau sedang dalam keadaan safar. Rasulullah menerangkan bahwa shalat ini lebih baik dan lebih dicintai daripada dunia beserta isinya.[footnoteRef:15] [15: HR.Muslimno.1193.]

b. Rawatib dzuhur, memiliki jumlah empat rakaat, dan dikerjakan dengan dua cara, yaitu dua rakaat sebelum (qobliyah) dan dua rakaat sesudah (badiyah)c. Rawatib maghrib,dikerjakan dua rakaat sesudah shalat maghrib (bada)[footnoteRef:16] [16: HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasai no. 1794]

d. Rawatib isya, dikerjakan sama dengan rawatib maghrib, yaitu dua rakaat setelah shalat isya. 2. Shalat Tahajud dan Witira. Shalat tahajud artinya adalah shalat malam dilaksanakan pada tengah malam, namun boleh juga lebih awal sebelum tengah malam atau lebih akhir dari itu, yaitu ketika hampir waktu shubuh. Shalat yang tidak pernah di lepas oleh Rasulullah SAW, karena shalat tahajud memiliki keutamaan yang begitu besar, salah satunya adalah mengangkat derajat orang beriman ke tempat yang terpuji[footnoteRef:17], akan masuk surga[footnoteRef:18] dan dapat terkabul nya doa-doa yang kita panjatkan[footnoteRef:19]. [17: Q.S. Al-Isra ayat 79] [18: Q.S. Adz-Dzariyat ayat 15-18] [19: abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW telah bersanda: Tuhan kita Azza Wajalla setiap malam turun ke langit dunia pada saat sepertiga malam yang terakhir, lalu ia berfirman: barangsiapa yang berdoa kepada-Ku pasti aku kabulkan, barangsiapa yang memohon kepada-Ku pasti aku beri dan barangsiapa yang minta ampun kepada-Ku pasti aku ampuni (H.R. Jamaah) ]

b. Shalat witir artinya adalah shalat ganjil, yaitu shalat sunnah dengan jumlah rakaat ganjil mulai dari 1,3,5,7,9 rakaat dan seterusnya yang berhubungan dengan shalat tahajud atau sebagai pengiring shalat tahajud. c. Ketentuan shalat tahajud dan witir.Shalat tahajud dan witir boleh dikerjakan bermacam-macam, diantara nya:a) Shalat tahajud sua rakaat- dua rakaat sebanyak 4 kali = 8 rakaat, kemudian di tambah witir tiga rakaat, sehingga jumlah nya 11 rakaat.b) Shalat tahajud dua rakaat sebanyak 6 kali = 12 rakaat, kemudian witir satu rakaat, sehingga jumlahnya 13 rakaat.3. Shalat DhuhaShalat dhuha adalah shalat waktu naiknya matahari; kira-kira pukul 08.00 atau 09.00 pagi, dilakukan sebanyak dua rakaat, bisa empat rakaat atau delapan rakaat, semuanya satu kali salam.[footnoteRef:20] [20: H.R. Muslim no.720, no. 1007, HR Ahmad 5: 354, Syarh Shahih Muslim, 5: 234.]

4. Shalat IstiqoAdalah shalat yang dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT secara khusus agar diberi hujan.5. Shalat Kusuf dan KhusufKusuf adalah shalat gerhana matahari, sedangkan khusuf adalah shalat gerhana bulan. Shalat yang berjumlah dua rakaat sama halnya seperti shalat shubuh, tetapi pada tiap-tiap rakaat ada dua kali ruku dan dua kali baca al-fatihah dan surat, yaitu pada rakaat pertama maupun kedua ketika sampai pada ruku, kemudian bangkit dan mengucapkan sami Allahhuliman hamidah, maka harus berdiri tegak kembali dan membaca al-fatihah dan surat lagi, kemudian ruku dan langsung sujud.6. Shalat IedShalat ied adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada Hari Raya, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha, diawali dengan pujian-pujian atau takbir dan setelah shalat diadakan khutbah. Selain itu ada beberapa amalan-amalan yang dicontohkan Rasulullah SAW dan sebaiknya diikuti, seperti amalan sebelum shalat ied, waktu shalat ied, tempat shalat ied, dan kaifat shalat ied.2.3Syarat Syah Shalat1. BersuciApabila hendak melakukan shalat, seorang muslim diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu dari hadast kecil dan hadast besar. Hadast besar dapat dihilangkan demham melakukan mandi jinabat, sedangkan hadast kecil akan hilang dengan melakukan wudhu. Hendaklah ia menyempurnakan wudhu nya sebagaimana wudhu Nabi Muhammad SAW. Apabila tidak bersuci terlebih dahulu maka Allah tidak akan menerima shalat seseorang[footnoteRef:21]. [21: H.R. Bukhari dan Muslim]

Apabila pakaian yang sedang dipakai juga terkena najis atau semacamnya, maka harus terlebih dahulu di bersihkan.[footnoteRef:22] [22: Q.S Al-Muddassir ayat 4]

2. Menutup AuratAurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut, aurat peremouan seluruh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan.[footnoteRef:23] [23: Q.S Al- Araf ayat 31]

3. Mengetahui masuknya waktu shalat[footnoteRef:24] [24: Q.S An-nisa ayat 103 ]

Diantara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu salat sudah tiba. Keterangan nya telah tersebut dalam pasal yang menerangkan waktu shalat.4. Menghadap ke kiblat (kabah)Shalat yang dilaksanakan harus menghadap arah kiblat, yaitu arah kabah yang berada di Masjidil Haram Makkah, sebagaimana yang telah Allah perintahkan, Maka hadapkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya.5. Melaksanakan seluruh kaifiat shalat sesuai dengan tuntunan al-Quran dan sunnah.Syarat sahnya shalat salah satunya ditentukan oleh tatacara/ kaifiat shalat yang dilaksanakan harus sesuai dengan tuntunan al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, yaitu cocok waktunya, cocok caranya, cocok bacaannya dan seluruh kaitan dengan shalat harus mengikuti rangkaian ibadah yang dicontohkan Rasulullah SAW contohkan.[footnoteRef:25] [25: Bab pengertian Shalat]

2.4Cara melaksanakan shalat sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.1. Sutrah (Penghalang/Pembatas)Nabi SAW memulai dengan menjadikan sesuatu sebagai sutrah (penghalang/pembatas) dimana beliau shalat dengan pembatas tersebut.[footnoteRef:26] Hal ini dilakukan apabila beliau menjadi imam atau shalat sendirian (tinggi sutrah minimal 46,2 cm, lihat al kitab al-Qaulul Mubin). [26: H.R. Al-Bukhari ]

2. Meluruskan Shaff/ BarisanKemudian apabila menjadi imam, hendaklah ia menoleh ke kanan seraya berkata, istawuu[footnoteRef:27] (lurus), dan menoleh ke kiri seraya mengucapkan istawuu (luruskan). [27: Silsilah ash-shahiihah-Mukhtasharah (no. 3955) ]

3. Berdiri dan Niat di dalam hatiKemudian beliau menghadapkan seluruh badannya ke kiblat dan niat dengan hatinya untuk mengerjakan shalat yang ia kehendaki.Jangan menggunakan atau melafalkan niatnya dengan ucapanUshollii fardlolsh shubhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an (imaaman/ma'muuman) lillaahi ta'aalaa dan sebagainya, diucapkan maupun di dalam hati, karena sesungguhnya ketika seseorang ingin melakukan shalat berarti itu sudah merupakan sebuah niat dalam hatinya. Karena sungguh Allah maha pendengar dan Maha Mengetahui apa yang ada di dalam pikiran hamba nya mau itu disadari ataupun tidak. Selain itu bacaan tersebut merupakan pengada-adaan dalam urusan agama.4. Takbiratul IhramKemudian melakukan Takbiratul ihram, yaitu mengucapkan;

Kedua tanga diangkat dengan merapatkan jari-jemari dan dibentangkan (tidak mengepal). Kedua telapak tangannya dihadapkan ke kiblat, dan diangkat setinggi bahu atau sejajar kedua daun telinganyaNabi senang mengeraskan bacaan takbiratul ihramnya hingga didengar oleh orang yang berada di belakangnya.[footnoteRef:28] Dan ketika tegak berdiri, pandangan matanya beliau arahkan ke tempat sujudnya. [28: Syaikh Abdullah B.Abdirrahman Al-jibrin, Sifat Shalat Nabi Shallallaahu Alaihi Wassalam, 2012, Bogor: Pustaka Ibnu Umar, hlm., 13.]

5. Membaca Doa iftitahKemudian beliau dia sejenak lalu membaca doa iftitah. Diantara doa iftitah yang diriwayatkan dari beliau ialah:

Ya Allah, jauhkanlah anatara aku dan dosa-dosa ku sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari dosa-dosa ku sebagaimana baju putih yang dibersihkan dari kotoran-kotoran. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan es.[footnoteRef:29] [29: H.R. Al-Bukhari]

6. Istiaadzah (Mohon Perlindungan)Kemudian membaca istiadzah (mohon perlindungan) kepada Allah dari syaitan yang terkutuk, dengan ucapan: 7. Membaca BismillahKemudian membaca bismillah dengan mengucapkan:

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha PenyayangNabi mensirrkan (tidak mengeraskan) bacaan bismillahnya,[footnoteRef:30] dan tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau terus-menerus mengeraskan bismillahnya. Akan tetapi beliau terkadang memperdengarkan kepada makmum dengan bacaan sir, yaitu tidak terlalu mengeraskannya, sehingga bacaan bismillah beliau tidak akan terdengar kecuali oleh orang yang dekat saja. [30: Muttafaq alaih]

8. Membaca Surat Al-FaatihahKemudian membaca surat Al-fatihah. Nabi SAW berhenti pada setiap akhir ayat,[footnoteRef:31] tidak menyambungkan bacaan ayat yang satu dengan ayat berikutnya. [31: HR. Abu Dawud (no.4001). Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil, awwalul Kitaab.]

9. Mengucapkan AamiinSetelah membaca al-fatihah, Nabi SAW mengucapkan Aamiin dengan keras pada shalat jahriyyah, diikuti oleh makmum hingga masjid bergema.10. Membaca salah satu surat atau ayat dari al-QuranKemudian beliau membaca sebagian dari al-Quran. Terkadang beliau membaca satu surat secara lengkap dalam setiap rakaat, dan inilah yang umumnya beliau lakukan. Terkadang beliau membaca satu surat saja yang diselesaikan dalam dua rakaat. Dan kadang-kadang beliau hanya membaca sebagian saja dari satu surat dalam al-Quran. Beliau membaca surat tersebut dengan cara berhenti pada setiap akhir ayat, tidak menyambungkan suatu ayat dengan ayat berikutnya.11. Melakukan RukuKemudian beliau mulai ruku, diawali dengan membaca takbir sambil mengangkat kedua tangan setinggi bahu atau ujung kedua daun telinganya (seperti pada takbiratul ihram). Dalam rukunya, beliau membungkukkan punggungnya dengan meratakkannya. Kepalanya juga rata dengan punggungnya (tidak mendongak, tidak juga terlalu membungkuk). Seandainya wadah berisi air diletakkan di punggungnya, wadah itu akan terdiam (tidak tumpah). Kedua tangan beliau diletakkan pada kedua lututnya, dengan bertumpu pada keduanya, sedangkan jari-jemarinya dibentangkan (tidak di kepalkan). Beliau menjauhkan (merenggangkan) kedua tangannya dari pinggangnya. Terkadang beliau melamakan rukunya. Beliau melarang orang yangb ruku nya atau sujudnya seperti burung gagak yang mematuk makanan, (karena saking gerakan shalatnya terlalu cepat, tidak thuma-ninah.[footnoteRef:32]) [32: Diam sejenak]

Nabi memerintahkan untuk mengagungkan Rabb pada ruku, dan beliau mensyariatkan tasbih padanya, dengan membaca:

Mahasuci Rabb-ku Yang Mahaagung[footnoteRef:33], Dibaca sebanyak 3 kali atau lebih. Atau membaca: [33: HR. Ahmad, ibnu Majah, Abu Dawud, dan ad-Daraquthni. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Misykaatul Mashaabiih (no.881 [14]).]

Mahasuci Engkau ya Allah, Rabb kami. Dan dengan memuji-Mu. Ya Allah ampunillah aku[footnoteRef:34] Dibaca hanya satu kali [34: H.R Muslim]

12. Mengangkat kepala dari rukuKemudian beliau mengangkat kepalanya dari ruku, seraya mengangkat kedua tangannya, sejajar kedua bahu, atau daun telinganya, sambil membaca:

Allah Maha Mendengar orang yang memuji-NyaKemudian berdiri tegak dengan sempurna, beliau membaca:

Wahai Rabb kami, hanya bagi-Mu-lah segala puji.Kemudian mengulurkan tangan ke bawah.Rasulullah SAW suka melamakan rukun ini, dan beliau menuruh thumaninah pada rukun ini, dan memerintahkan agar tidak tergesa-gesa. Beliau melarang makmum untuk mendahului imam dalam mengangkat kepala (dari ruku). Rasulullah mengancam orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam dengan ancaman bahwa Allah akan mengubah wajahnya dengan wajah keledai.

13. Membaca Takbir dan Turun SujudKemudian membaca takbir dan turun sujud. Mengangkat tangan ketika akan turun sujud tidak diriwayatkan dari Nabi SAW. Bahkan Ibnuj Umar berkata, Nabi tidak melakukan yang demikian itu (mengangkat tangan) ketika akan sujud. Padahal biasa saja beliau melakukannya sekali atau dua kali untuk menjelaskan kebolehan mengangkat tangan ketika akan sujud, (namun tidak ada riwayat yang menerangkan bahwa beliau melakukannya.)[footnoteRef:35] [35: Syaikh al-Albani dalam Shifaatu Shalaatin Nabi SAW menyebutkan dalil bahwa NAbi SAW pernah melakukannya.]

Ketika turun sujud, Nabi SAW mendahulukan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Lalu beliau sujud dengan tujuh anggota badannya, yaitu wajahnya, kedua tangannya, kedua lututnya, dan ujung-ujung jari kedua telapak kakinya. Beliau memantapkan dahi dan hidungnya ke bumi (tempat sujud).[footnoteRef:36] [36: H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia menshahihkannya.]

Beliau mengangkat kedua hastanya menjauh dari lantai. Beliau pun merenggangkan kedua lengan atasnya dari lambungnya,[footnoteRef:37] dan menjauhkan perutnya dari kedua pahanya. Nabi SAW pun tidak merapatkan kedua paha dengan kedua betisnya. [37: H.R. Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shifaatu Shalaatin Nabi SAW.]

Nabi menegakkan kedua telapak kakinya seraya bertumpu pada keduanya.lalu jari-jemari kedua kakinya itu beliau hadapkan kea rah kiblat, dengan menempelkan bagian dalam jari-jemari kakinya ke bumi.Beliau bertumpu pada kedua telapak tangan yang dibentangkan di atas lantai (tidak dikepalkan), dan jari-jemari tangannya itu beliau hadapkan kea rah kiblat. Beliau letakkan keduanya di atas bumi sejajar kedua bahunya, atau setengtang dahinya, atau sejajar dengan kedua daun telinganya. Ketiga cara ini termasuk sunnah Rasul.Nabi melarang orang yang membentangkan kedua hastanya menempel di bumi (tempat sujud), seperti yang biasa dilakukan oleh anjing.Ketika sujud hendak membaca: Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi. Sebanyak tiga kali atau lebih.Atau membaca : Mahasuci Engkau ya Allah, Rabb kami. Dan dengan memuji-Mu. Ya Allah ampunillah akuNabi memberikan motivasi agar memperbanyak doa ketika sujud.[footnoteRef:38] Namun beliau melarang membaca al-Quran pada ruku dan sujud. Beliau pun memerintahkan agar thumaninah padanya[footnoteRef:39] [38: H.R Muslim] [39: H.R Abu Yala. Dalam Shifaatu Shalaatin Nabi SAW, al-Albani mengatakan bahwa hadist ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah.]

14. Duduk Antara Dua SujudKemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertakbir, lalu duduk di antara dua sujud. Dan terkadang Nabi mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir tersebut. Nabi duduk iftirasy, yaitu dengan membentangkan kaki yang kiri, dan beliau duduk diatasnya. Sementara telapak kaki kananya beliau tegakkan(seperti posisi telapak kaki ketika sujud), adapun kedua tangannya beliau letakkan di kedua pahanya, seraya membentangkan jari-jemarianya (tidak dikepalkan). Terkadang Nabi duduk Iqaa, yaitu dengan menegakkan kedua tumit dan punggung kedua telapak kakinya, (lalu beliau duduk diatas kedua tumit tersebut). Tidak diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau berisyarat dengan telunjuknya ketika duduk ini. padahal bisa saja Nabi melakukannya sekali atau dua kali, jika memang hal ini dibolehkan.Pada duduk di antara dua sujud ini beliau membaca: Wahai Rabb ku, ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekurangan ku, angkatlah (derajat) ku, tunjukilah aku (dunia akhirat), dan berilah aku rizki.Dalam rukun ini tidak ada thumaninah.15. Sujud untuk Kedua KalinyaKemudian beliau sujud untuk kedua kalinya seraya bertakbir. Beliau melakukan sujud kedua ini sebagaimana yang beliau lakukan pada sujud yang pertama.16. Bangkit Seraya BertakbirKemudian beliau bangkit seraya sambil bertumpu pada kedua lututnya, bukan bertumpu pada lantai.[footnoteRef:40] Kemudian beliau melakukan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama, hanya saja tanpa takbiratul ihram, tanpa doa iftitah dan tanpa membaca taawwudz. [40: H.R Syaikh Al-Albani dalam Syifaatu Shalaatin Nabi SAW menyebutkan dalil bahwa Nabi SAW melakukannya sambil bertumpu pada lantai. ]

17. Duduk untuk Tasyahhud awalSetelah raakt kedua selesai, beliau duduk tasyahud awal. Beliau melakukan jika shalat yang dikerjakan adalah shalat yang memiliki tasyahhud, seperti Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Pada tasyahhud awal beliau duduk iftirasy seperti pada duduk diantara dua sujud. Kemudian beliau membaca tasyahhud awal, yaitu :

segala ucapan penghormatan hanya milik Allah, dan (demikian pula) segala shalat dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpah kepadamu wahai Nabi, juga rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurah pula kepada kami dan segenap hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan untusannya.[footnoteRef:41] [41: Syaikh al-Albani menjelaskan dalam Syifaatu Shalaatin Nabi bahwa disyariatkan juga membaca shalawat kepada Nabi SAW pada tasyahhud awal ]

Nabi SAW membentangkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya, dan beliau mengepalkan seluruh jari-jemari tangan kanannya. Nabi SAW melarang duduk seperti anjing, dengan melekatkan pantat ke lantai, sementara kedua betis ditegakkan, dan kedua tangannya diletakkan di lantai.Rasulullah meringankan duduk tasyahhud awal, seakan-akan beliau duduk di atas batu yang panas (tidak berlama-lama).

18. Bangkit untuk Rakaat Ketiga dan KeempatKemudian beliau bangkit untuk rakaat ketiga seraya bertakbir. Dalam bangkitnya, beliau bertumpu pada lututnya, tidak pada lantai.Kemudian pada rakaat ketiga atau keempat beliau hanya membaca surat al-Fatihah saja, dan tidak membaca ayat apa pun setelahnya.19. Tasyahhud AkhirSetelah melakukan rakaat keempat (pada shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya), atau setelah rakaat ketiga pada shalat maghrib dan setelah rakaat kedua (seperti pada shalat shubuh, jumat dan shalat dua hari raya), maka Nabi SAW duduk untuk tasyahhud terakhir. Pada tasyahhud akhir Nabi SAW membaca bacaan pada tasyahhud awal kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat kepada Nabi SAW, yaitu:

Ya Allah, curahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah anugerahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dam keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah menganugerahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

20. Diakhiri dengan SalamNabi mengakhiri shalatnya dengan salam. Maka Nabi SAW memalingkan wajahnya ke kanan seraya mengucapkan:

kesejahteraan dan rahmat Allah semoga tercurah atas kalian.Setelah itu memalingkan wajahnya ke kiri dengan mengucapkan salam yang sama.

2.5Manfaat shalat dalam bidang kesehatan.Ditinjau dari perspektif ilmu kesehatan Cina, tiap-tiap gerakan, sikap, serta setiap perubahan gerak dan sikap tubuh, akan memberikan efek pada kesehatan jasmani secara keseluruhan. Oleh karenanya, gerakan dan sikap tubuh dalam shalat, yang dilakukan Muslim secara rutin, pastilah juga memberikan efek pada kesehatan. Umat muslim tentulah meyakini bahwa segala hal yang diperintahkan Allah merupakan kebaikan. Demikian pula shalat, tidak mungkin membawa efek yang merugikan jasmani, seandainya dilaksanakan dengan benar. Bahkan, praktek shalat adalah cara yang paling sempurna untuk memelihara kondisi kesehatan tubuh kita.Menurut Prof. Dr. Von Schreber, Gerakan-gerakan dalam shalat menurut agama Islam adalah suatu cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti kata dan pengertian yang luas sekali. Gerakan ini mencakup semua gerakan dengan tujuan mempertinggi daya prestasi tubuh. Dalam agama Islam setiap hari lima kali dilaksanakan tata cara shalat yang mengandung gerakan tubuh yang menghasilkan bentuk tubuh yang bagus sekaligus menjadi lembut dan lincah di samping mudah bergerak sserta menambah kekuatan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Dan menurut Prof. Dr. Andry, Gerakan shalat yang dilaksanakan setiap hari akan menurunkan dan mengurangi penyakit kegemukan (obesitas), rematik, penyakit gula (diabetes), batu empedu, sembelit, dan sebagainya. Gerakan shalat juga mengandung gerakan yang berdampak pada tulang belulang, otot. Pergelangan, persendian, dan paru-paru..Saya akan mencoba menjelaskan dimulai dengan: 1. WudhuWudhu mengajarkan kepada kita untuk selalu hidup bersih, sebagaimana dalam pengertian arti dari wudhu. Kulit adalah alat tubuh yang terbesar dan lapisan terluar dari tubuh manusia. Bagian inilah yang sepanjang hari mengalami kontak langsung dengan dunia luat, dan karenanya juga sangat rentan terhadap kotoran. Dengan berwudhu seseorang telah membersihkan bagian-bagian yang selalu bersentuhan dengan kotoran. Lingkungan mengandung banyak debu, bakteri, dan lain-lain yang merugikan kesehatan. Semua kotoran ini menempel dan menimbulkan kerak yang menghambat pori-pori kulit sehingga mengganggu sirkulasi dengan hawa sekitarnya. Oleh karena itu, sangat penting dalam menjaga kulit agar tetap bersih dan lentur. 2. Shalat mengajarkan umat Muslim untuk selalu hidup sehat. Tubuh manusia memiliki suatu system yang sangat sempurna; apabila ada satu bagian yang mengalami kelainan, bagian yang lain akan merasakan akibatnya. Ini dikarenakan adanya jutaan saraf yang menyebar di tiap-tiap bagian tubuh kita. Bagian yang terbanyak adalah otot-otot jaringan penggerak, yang menggerakkan setiap persendian dan orga internal kita tanpa kita sadari, yang semuanya terkontrol oleh pusat system saraf otak.Dengan melakukan gerakan-gerakan shalat sama saja dengan seseorang telah melakukan aktivitas olahraga ringan yang dapat meningkatkan kelenturan otot jaringan, secara tidak langsung pun seseorang telah membantu system akrif saraf dari seluruh bagian jaringan organ yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, memahami filosofi gerakan shalat dari takbiratul ihram sampai sujud merupakan hal yang mengundang rasa takjub dan kecintaan kepada Allah yang Maha Memiliki shalat yang sempurna. Bersujud, misalnya, melambangkan ketidakmampuan manusia di hadapan Tuhannya. Wajah yang dikagumi setiap bercermin sebagai symbol kemuliaan harus pasrah disatukan dengan tanah, perlambangan kehinaan karena letaknya di bawah kaki. Kemudia Saudara Madyo Wratsongko mengembangkannya dalam kajian senam ergonomic melalui pengalaman empiris,[footnoteRef:42] ternyata gerakan submission atau penyerahan diri seperti membungkuk menunduk, dan menekuk mampu menyembuhkan penyakit mulai dari migraine, insomnia, diabetes, stroke, jantung hingga kanker. [42: Dalam bukunya Shalat Jadi Obat hlm. 74]

3. Waktu shalatWaktu shalat mengajarkan kepada kita untuk selalu menghargai waktu dan hidup sesuai dengan siklus alam semesta. waktu-waktu shalat yang telah ditentukan sesuai dengan kaidah dan ketentuan system terapi dalam ilmu kesehatan Cina. Dalam ilmu kesehatan Cina dijelaskan bahwa ada hubungan kosmis antara tubuh manusia dan alam sekitarnya, termasuk hubungan medan magnetis antara bumi, manusia, dan langit.a. Shalat subuh: terapai paru-paruShalat shubuh dilakukan di pagi hari. Manfaat nya berhubungan dengan paru-paru. Saat subuh, kita mnghirup udara bersih, oksigen yang masih segar. Dari paru-paru, darah mengambil bahan bakar yang masih baru dan bersih. Akhirnya, keseluruhan organ menerima pasokan nutrisi yang bersih. Selanjutnya, tubuh menjadi segar kembali, otak menjadi jernih karena menerima pasokan darah yang membawa oksigen yang masih segar. b. Shalat Dzuhur: Terapi JantungShalat dzuhur dilaksanakan pada saat udara sudah panas, sehingga meningkatkan emosi seseorang. Ini karena pada saat itu kerja jantung mencapai puncaknya. Dengan shalat, dan dipadukan dengan basuhan air dingin saat wudhu, kita menurunkan hawa panas jantung sehingga kembali stabil. Sehingga hal ini memengaruhi system lainnya, karena fungsi jantung yang merupakan penguasa pembuluh-pembuluh. Jantung memompa darah agar selalu mengalir untuk membawa sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh organ-organ lainnya.

c. Shalat Ashar: Terapi Kandung KemihShalat ini dilakukan pada sore hari, waktu yang menjadi pembatas siklus hawa udara dari panas menuju dingin. Bagi organ manusia, ini adalah masa untuk membuang sisa proses kimiawi di dalam tubuh kita yang berlangsung selama aktivitas sepanjang siang. Stabilitas tingkat energy jantung sehingga proses istirahat tubuh menjadi sempurna.Berdasarkan diatas, tampaklah bahwa dengan melakukan shalat lima waktu secara rutin, sesungguhnya kita hidup selaras dengan siklus alamiah tubuh dan alam. Dengan meninjau secara lengkap ketiga unsur ibadah shalat, terlihat bahwa dalam satu rangkaian yang mudah dikerjakan, kita dituntun untuk hidup sehat, menjaga kebersihan, menghargai waktu, dan hidup sesuai dengan siklus alam semesta.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanSetelah apa yang telah saya bahas, cukup jelas bahwa shalat adalah wajib dan walaupun begitu banyaknya ajaran tentang bagaimana shalat dan apa saja shalat, setiap umat harus berpegangan teguh dengan ajaran yang telah disampaikan oleh al-Quran dan sunnah Rasulullah ataupun sunnah yang shahih. Sehingga apabila ada sebuah ajaran yang baru tentang shalat janganlah langsung mengikuti ajaran tersebut, melainkan lihatlah terlebih dahulu apakah ajaran tersebut mengikuti apa yang telah diajarakan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dan apabila di masukkan sebuah hadits di dalam ajaran tersebut juga harus di lihat, apakah hadits tersebut merupakan hadits shahih (benar) atau tidak. Selain shalat menjadi sebuah ibadah namun shalat juga memiliki keutamaan dalam bidang kesehatan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan dan sungguh menjadi sebuah pengobatan terapi yang mujarab.Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

2006.Buku Perguruan Islam Darussalam-Fiqih untuk Kelas VII SMP. Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin. 2010. Sifat Shalat Nabi Saw. Solo: At-Tibyan. Hlm. 46-49.Al-Hakim, al-Quran dan terjemahnya. Semarang: Asy-Syifa. Al-jibrin, Syaikh Abdullah B. Abdirrahman. 2012. Sifat Shalat Nabi Saw. Bogor: Pustaka Ibnu Umar.Al-Maqdisi, Syaikh Abdul Ghani. 2005. Umdatul Ahkam Hadits Bukhari Muslim Pilihan. Media Hidayah.Dornato & Roudlatun. 2006. Tuntunan Shalat Praktis Dilengkapi Dalil, Zikir, dan Doa. Tanggerang: PT AgroMedia Pustaka. Saktiawan, Lukman Hakim. 2007. Keajaiban Shalat Menurut Ilmy Kesehatan Cina.Bandung: Penerbit Mizania, PT Mizan Pustaka. Taufiq, Mohammad Izzuddin. 2013. Tuntunan Khusyu Ketika Shalat. Bogor: Pustaka Ibnu Umar. Wratsongko, Madto. 2010. Shalat jadi Obat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Page 5