Upload
lethuy
View
244
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pertemuan ke 2
Sifat-sifat Materials
Pendahuluan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materiaL
1. Sifat2 materialnya dapat sesuai dengan kondisi operasinya
2. Mechanical karakteristiknya
a. Strength
b. Rigidity
c. Resistance to fracture
d. Kemampuan thp vibration
e. Kemampuan terhadap impak
3. Physical karakteristik
a. Berat
b. Elektrikal properties
c. Penampilan (bentuk)-nya
4. Services environment
a. Kemampunnya beroperasi pada kondisi temperature extreme
b. Kemampunnya menahan korosi
Klasifikasi paling umum dari material engineering adalah
1. Metalic
Common metallic materials,
a. Iron
b. Copper
c. Alumunium
d. Magnesium
e. Nikel
f. Titanium
g. Lead
h. Tin
i. Zinc
Paduan metallic materials,
j. Steel
k. Brass
l. Bronze
Sifat2nya
m. relative ductile
n. High thermal conductivity
o. High electrical conductivity
2
p. Beberapa bersifat magnetic
2. Non Metalic
Common non Metalic materials,
a. Wood
b. Brick
c. Concrete
d. Glass
e. Rubber
f. plastics
sifat2nya secara umum,
a. kurang ductile
b. lemah
c. poor electrical conductivity
d. poor thermal conductivity
Physical and Mechanical properties
Physical properties
a. density
b. melting point
c. optical properties (transparency, opaqueness, or color)
d. thermal properties of specific heat
e. coefisient of thermal expansion
f. thermal conductivity
g. electrical conductivity
h. magnetic properties
Mechanical properties
a. tarik
b. compression
c. impak
d. fatik, dll.
3
Stress and strain
In materials science, the strength of a material is its ability to withstand an applied
stress without failure. The applied stress may be tensile, compressive, or shear.
Strength of materials is a subject which deals with loads, deformations and the forces
acting on the material. A load applied to a mechanical member will induce internal
forces within the member called stresses. Those stresses acting on the material cause
deformations of the material. Deformation of the material is called strain, while the
intensity of the internal forces are called stress. The strength of any material relies on
three different type of analytical method: strength, stiffness and stability, where
strength refers to the load carrying capacity, stiffness refers to the deformation or
elongation, and stability means refers to the ability to maintain its initial
configuration. Material yield strength refers to the point on the engineering stress-
strain curve (as opposed to true stress-strain curve) beyond which the material
experiences deformations that will not be completely reversed upon removal of the
loading. The ultimate strength refers to the point on the engineering stress-strain curve
corresponding to the stress that produces fracture.
A material's strength is dependent on its microstructure. The engineering processes to
which a material is subjected can alter this microstructure. The variety of
strengthening mechanisms that alter the strength of a material includes work
hardening, solid solution strengthening, precipitation hardening and grain boundary
strengthening and can be quantified and qualitatively explained. However,
strengthening mechanisms are accompanied by the caveat that some mechanical
properties of the material may degenerate in an attempt to make the material stronger.
For example, in grain boundary strengthening, although yield strength is maximized
with decreasing grain size, ultimately, very small grain sizes make the material brittle.
In general, the yield strength of a material is an adequate indicator of the material's
mechanical strength. Considered in tandem with the fact that the yield strength is the
parameter that predicts plastic deformation in the material, one can make informed
decisions on how to increase the strength of a material depending its microstructural
properties and the desired end effect. Strength is considered in terms of compressive
strength, tensile strength, and shear strength, namely the limit states of compressive
stress, tensile stress and shear stress, respectively. The effects of dynamic loading are
probably the most important practical part of the strength of materials, especially the
problem of fatigue. Repeated loading often initiates brittle cracks, which grow slowly
until failure occurs.
However, the term strength of materials most often refers to various methods of
calculating stresses in structural members, such as beams, columns and shafts. The
methods that can be employed to predict the response of a structure under loading and
its susceptibility to various failure modes may take into account various properties of
the materials other than material (yield or ultimate) strength. For example failure in
buckling is dependent on material stiffness (Young's Modulus).
4
STATIC PROPERTIES
Bila gaya yang bekerja pada material adalah konstan atau mendekati konstan maka hal ini
dikatakan static. Pembebanan static banyak diamati pada fenomena aplikasi engineering.
Sifat static suatu material dapat di tentukan dengan menggunakan pengujian2 :
g. Tensile Test
h. Compression test
i. Hardness test
Tensile Test
Uniaxial tensile test
The Results of tensile tests biasanya digunakan untuk selecting materials for engineering
applications.
Kurva hasil uji tarik material steel dapat dilihat seperti gambar 1 berikut.
Gambar.1 Stress–strain curve showing typical yield behavior for nonferrous alloys. Stress (σ) is
shown as a function of strain (ε)
5
1: True elastic limit
2: Proportionality limit
3: Elastic limit
4: Offset yield strength
Ductility and Britleness
Ductile materials
Low carbon steel umumnya memiliki hubungan yang linier hingga mencapai yield point
(Gambar.2). Bagian linear dari kurva ini merupakan elastic region dan gradiennya
merupakan modulus of elasticity atau Young's Modulus. Setelah yield point, bentuk curve
menurun mendadak karena dislocations dari Cottrell atmospheres. Deformation kemudian
meningkat kembali, peristiwa ini terjadi karena strain hardening hingga mencapai ultimate
strength. Sampai titik ini, luasan cross-sectional spesimen berkurang karena kontraksi poisson
(akibat dari poisson ratio). (Noted :The actual rupture point is in the same vertical line as the
visual rupture point.).
Neck terbentuk ketika pengurangan luas penampang terjadi secara cepat. Seperti ditunjukkan
dalam gambar.2, Pada engineering stress–strain curve kondisi ini ditunjukkan dengan
pengurangan apparent stress. Tetapi pada kurva true stress dan true strain, stress akan terus
berlanjut naik hingga failure. Ductile materials seperti aluminum dan medium hingga high
carbon steels tidak memiliki yield point. Pada material ini, yield strength ditentukan dengan
"offset yield method", Dimana penentuan yield point dilakukan dengan menggambar garis
pararel dengan bagian linier elastic dari kurca, dan berpotongan dengan absis pada 0.2%
(0.1%) Elastic region merupakan bagian dari kurva dimana material akan kembali ke bentuk
asalnya jika beban di hilangkan. Plastic region adalah bagian dimana deformasi permanen
akan terjadi jika beban dihilangkan.
Gambar 2. A stress–strain curve typical of structural steel
6
1. Ultimate Strength
2. Yield Strength
3. Rupture
4. Strain hardening region
5. Necking region.
A: Apparent stress (F/A0)
B: Actual stress (F/A)
Brittle materials
Gambar.3 Stress–strain curve untuk brittle materials.
Brittle materials seperti concrete dan carbon fiber tidak mempunyai yield point, dan dan tidak
mengalami strain-harden. Sehingga the ultimate strength dan breaking strength adalah sama.
Seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beberapa material brittle seperti glass tidak menunjukkan
plastic deformation dan fail ketika deformation masih elastic. Salah satu karakteristik dari
kegagalan brittle adalah hasil patahan bisa disambung lagi untuk menghasilkan bentuk yang
sama seperti sebelum patah. Bentuk stress strain curve untuk brittle material akan linear.
Glass fibers memiliki tensile strength lebih kuat dibandingkan steel, tetapi tidak untuk bulk
glass. Hal ini karena stress intensity factor berhubungan dengan defects dalam material.
Umumya tensile strength dari a rope biasanya selalu lebih kecil dibandingkan dengan
penjumlahan dari tensile strength tiap-tiap individual fibers penyusunnya.
– Toughness berkaitan dengan impact or shock loading
– Damping Capacity kapasitas absorbed vibration eg crankshaft
– Compression testing
7
Hardness testing
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Mengapa diperlukan pengujian kekerasan? Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu. Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni : 1. Brinnel (HB / BHN) Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :
Gambar 1 Pengujian Brinnel
8
Gambar 2. Perumusan untuk pengujian Brinnel
2. Rockwell (HR / RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
Gambar 3 Pengujian Rockwell
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada Gambar 4. Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang akan di uji, jenis-jenisnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Gambar 4 Prinsip kerja metode pengukuran kekerasan
Rockwell
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan metode Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
9
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala dan range uji dalam skala Rockwell.
Tabel 1 Rockwell Hardness Scales
Scale Indentor F0
(kgf)
F1
(kgf)
F
(kgf) E
Jenis Material Uji
A Diamond cone
10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen carbides, dll
B 1/16" steel
ball
10 90 100 130 Medium hard materials, low dan
medium carbon steels,
kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone
10 140 150 100 Hardened steels, hardened and tempered alloys
D Diamond
cone
10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball
10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel
ball
10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball
10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel
ball
10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti
timah
K 1/8" steel
ball
10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball
10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel
ball
10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball
10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel
ball
10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball
10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel
ball
10 140 150 130 Sama dengan H scale
10
3. Vikers (HV / VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram. Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136°/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan metode vikers yaitu :
Gambar 3 Pengujian Vikers
Gambar 4 Bentuk indentor Vickers (Callister,
2001)
…………………………………………………………(1)
………………….………………………………………(2)
…………………………………………………………(3)
Dimana, HV = Angka kekerasan Vickers
F = Beban (kgf)
d = diagonal (mm)
11
4. Micro Hardness (knoop hardness)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.
Gambar 5 Bentuk indentor Knoop ( Callister, 2001)
Dimana, HK = Angka kekerasan Knoop F = Beban (kgf) l = Panjang dari indentor (mm)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini : a. Permukaan material b. Jenis dan dimensi material c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
Dynamic properties
Dynamic loading
Contoh Macam2nya
1. Impak
2. Pembebanan (loading) dan pelepasan beban (unloading) yang berulang
3. Mode pembebanan yang berubah secara teratur dari tension ke compression atau
kebalikannya
Impact Test
Contoh : Metal Charpy Impact Testing Machine
12
Impact Testing Machine mainly used to determine the anti-impact capability of ferrous metal materials
with high toughness, especially for steel and iron material and their alloy, under dynamic load
impacting.
This machine can be operated semi-automatically. The pendulum of the machine can be raised or
released automatically by button pressed. They are essential testing instruments for quality testing
section, university and college, research institution and industrial and mining enterprise. The machine
can do the test according to ASTM E23 and ISO 148 or other equal standards.
The below picture is as principle of Metal Charpy Impact Testing Machine:
Testing Specimen Material:
Cupper, Iron, Steel, Aluminum, Alloy and other metals
13
– Fatigue and Endurance Limit
– Temperature effect
– The test data used in design and engieering decision, that simulate these of actual
services.
– Contohnya pada konstruksi pesawat, space vehicles, gas turbin, and nuklear power
plant, are required operated under temp. as low as -130 C or as high as 1250 C
– Elevated Temp. usefull in modify the strength and ductility of materials. Fig. 2-29
– Machineability, Formability,and weldability
– Fracture toughness and Fracture mechanics approach
Tugas: (usahakan tiap mahasiswa punya topic yang berbeda)
1. Cari satu type pengujian yang saudara ketahui? Jelaskan tentang apa material yang di uji,
bagaimana prosedurnya, apa standart pengujiannya, jelaskan dan analisis hasil pengujian
tersebut, serta apa kesimpulan yang saudara dapatkan dari hasil pengujian tersebut.
Refference
Degarmo Paul E. dkk, Materials and Processes in Manufacturing
http://en.wikipedia.org/wiki/Strength_of_materials
http://okasatria.blogspot.com/2007/11/pengujian-kekerasan-oleh-okasatria.html http://www.gordonengland.co.uk/hardness/brinell.htm http://blog.unsri.ac.id/amir/32 http://fariedkurosaki.blogspot.com/2010/01/pengujian-kekerasan.html