46
SIMTOMATOLOGI I.EMOSI Suatu keadaan alam perasaan yg kompleks dgn komponen tingkah laku, psikik dan somatik yg berhubungan dgn afek dan mood. A. AFEK Ekspresi emosi yg bisa diobservasi. Afek ini bisa (mungkin) tdk konsisten dgn gambaran emosi pasien. 1. Afek Inappropriate : Ketidakharmonisan antara nada perasaan emosional dgn ide, pikiran atau pembicaraan yg menyertainya.

Simtomatologi (I)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FK unsoed

Citation preview

Page 1: Simtomatologi (I)

SIMTOMATOLOGII.EMOSI

Suatu keadaan alam perasaan yg kompleks dgn komponen tingkah laku, psikik dan somatik yg berhubungan dgn afek dan mood.

A. AFEKEkspresi emosi yg bisa diobservasi.

Afek ini bisa (mungkin) tdk konsisten dgn gambaran emosi pasien.

1. Afek Inappropriate : Ketidakharmonisan antara nada perasaan emosional dgn ide, pikiran atau pembicaraan yg menyertainya.

Page 2: Simtomatologi (I)

2. Afek Tumpul : Gangguan afek yg dimanifestasikan dgn pengurangan / penurunan yg parah dlm intensitas nada perasaan yg dieksternalisasikan.

3. Afek Datar : Tidak adanya atau hampir tidak adanya sesuatu tanda ekspresi afektif disertai dgn suara yg monoton dan immobilitas wajah.

4. Afek Labil : Perubahan cepat dan tiba-tiba dari nada perasaan emosional dan tidak berhubungan dgn rangsang dari luar.

Page 3: Simtomatologi (I)

B. MOODSuatu emosi yg merasuk dan

menopang dlm diri seseorang yg dialami dan dilaporkan secara subjektif oleh pasien dan dapat diobservasi oleh orang lain.

1. Dysphoric Mood : Suatu mood yang tidak menyenangkan.

2. Irritable Mood : Mudah tergoda dan terprovokasi oleh kemarahan.

3. Labile Mood ( Mood Swing ) : Adanya perubahan .

Page 4: Simtomatologi (I)

4. Elevated Mood : Suasana kepercayaan diri dan yg menyenangkan. Ini suatu mood yg lebih suka cita dari biasa.

5. Euphoria : Suatu elasi yang mendalam (merasuk) dengan disertai perasaan-perasaan kebesaran.

6. Ecstasy : Perasaan kegiuran yang mendalam.

7. Depresi : Perasaan kesedihan yang bersifat psikopatologis.

Page 5: Simtomatologi (I)

8. Anhedonia : Kehilangan minat dan interest disertai dgn penarikan diri dari semua aktifitas yg biasa dan yg dapat menyenangkan serta selalu disertai dgn depresi.

9. Alexithymia : Ketidaksanggupan atau kesukaran dlm menggambarkan atau menyadari dan memahami emosi atau mood seseorang.

Page 6: Simtomatologi (I)

C. EMOSI LAINNYA :

1. Ansietas : Perasaan kecemasan yang disebabkan oleh adanya antisipasi thdp bahaya yg bisa berasal secara internal maupun eksternal.

2. Free-floating Anxiety : Suatu perasaan takut yang merasuk, tidak terfokus dan tidak terikat pd suatu ide.

3. Fear : Perasaan ansietas yg disebabkan oleh bahaya yg realistik, dikenal dan secara sadar.

Page 7: Simtomatologi (I)

4. Agitasi : Ansietas yg berat yg berhub. dengan kegelisahan (=restlessness) motorik.

5. Tension : aktifitas motorik dan psikologik yg tdk menyenangkan.

6. Panik : Serangan ansietas yg mendalam, akut dan berepisodik sehubungan dgn perasaan takut yg berlebih-lebihan dan berlangsung secara automoik.

7. Apati : Nada emosi yang suram.

Page 8: Simtomatologi (I)

8. Ambivalensi : Adanya secara bersama-sama (=co.existence) dua impuls yg berlawanan menuju sesuatu yg sama pd org yg sama pd waktu yg sama.

9. Abreaction : Pelepasan emosional sesudah mengalami kembali pengalaman yg menyakitkan.

Page 9: Simtomatologi (I)

II.TINGKAH LAKU MOTORIK (KONASI)Aspek dari psikis yang meliputi : impuls, motivasi, keinginan, pengendalian, instink, kerinduan, sebagaimana terekspresi oleh tingkah laku atau aktifitas motorik seseorang.

1. Echopraksia : Peniruan patologis dari gerakan seseorang oleh orang lain.

2. Katatonia : Anomali gerakan pd ggn non-organik.

a). Katalepsi : Istilah umum utk posisi tdk bergerak yg dipertahankan secara konstan.

Page 10: Simtomatologi (I)

b). Catatonic Excitement : Aktifitas motorik yg agitatif dan tidak bertujuan serta tdk dipengaruhi oleh stimulus luar.

c). Catatonic Stuper: Aktifitas motorik yg lambat secara nyata disertai selalu tertuju pd satu arah / titik immobilitas dan kelihatannya tdk menyadari sekitarnya.

d). Catatonic Rigidity : Suatu keadaan tubuh yg kaku yg bersifat volunter dan tetap melawannya bila ada usaha dari luar utk menggerakkannya.

Page 11: Simtomatologi (I)

e). Catatonic Posturing: Sikap tubuh yg bizarre atau tidak sesuai yang bersifat volunter dan umumnya dipertahankan utk waktu yang lama.

f). Cerea Fleksibilitas (Waxy Flexibility) : Seseorang posisi tubuhnya dpt dibentuk dlm suatu posisi yg kemudian dipertahankan.

Page 12: Simtomatologi (I)

3. Negativisme : Melakukan usaha atau gerakan yg berlawanan thdp semua usaha utk menggerakkannya atau yang diinstruksikan pdnya.

4. Cataplexy : Kehilangan dan kelemahan tonus otot secara sementara yg dipresipitasikan oleh suatu keadaan emosional.

5. Stereotipy : Suatu aktifitas fisik atau suara (pembicaraan) yg terpaku dan berulang.

6. Mannerism : Gerakan atau aktifitas yg involuntary bersifat stereotipik dan yg khas (spesifik) pd org tersebut.

Page 13: Simtomatologi (I)

7. Automatism : Penampilan automatik dari suatu aktifitas yg merupakan gambaran secara umum dari aktifitas simbolik tak sadar (unconscios).

8. Command Automatism (Automatic Abedience) : Mengikuti segesti yg automatik.

9. Mutism : Keadaan diam (tak bersuara) tanpa adanya abnormalitas struktural.

10. Overactivity :

a). Agitasi psikomotor : Aktifitas kognitif dan motorik yg berlebih-lebihan yang umumnya tidak produktif dan tidak memberikan respons thdp tekanan dari dalam.

Page 14: Simtomatologi (I)

b). Hyperactivity (Hyperkinesis): Suatu aktivitas yg destruktif agresif dan tak berhenti, yg selalu dikaitkan dgn bbrp patologi dari bgn otak yg mendasarinya.

c). Tic : Gerakan motorik yg spasmodik (seperti kekejangan) yg involuntary.

d). Sleepwalking (Somnabulisme) : Aktifitas motorik selama waktu tidur.

e). Akhathisia : Perasaan ketegangan otot yg subjektif yg sekunder thdp pemakaian obat anti psikotik atau obat lain yg dpt menyebabkan restlessness (ketidaktenangan) disertai sikap berdiri dan duduk berulang-ulang.

Page 15: Simtomatologi (I)

f). Kompulsi: Impuls yang tak terkontrol utk mengerjakan satu aktifitas yang berulang-ulang.

1). Dipsomania : Kompulsi utk minum alkohol.

2). Kleptomania : Kompulsi utk mencuri.

3). Nymphomania : Keinginan yang kompulsif dan berlebih-lebihan utk coitus pd wanita.

4). Satyriasis : Keinginan yang kompulsif dan berlebih-lebihan utk coitus pd pria.

5). Trichotillomania : Kompulsif utk mencabut rambut .

Page 16: Simtomatologi (I)

6). Ritual : Aktifitas automatik yg sifatnya kompulsif yg berasal utk mengurangi ansietas.

g). Ataxia : Kegagalan kordinasi otot dgn gerakan otot yg tak teratur.

h). Polyphagia : Makan berlebihan secara patologis.

11. Hypoaktivitas (Hypokinesis) : Aktifitas motorik dan kognitif yg menurun, seperti: reterdasi psikomotor, perlambatan pikiran, pembicaraan dan gerakan yg bisa dilihat.

Page 17: Simtomatologi (I)

12. Mimicry : Aktifitas motorik yg imitatif, sederhana dari masa kanak-kanak.

13. Agresi : Aktifitas yg mengarah pd tujuan dgn penuh kekuatan yg bisa verbal atau fisikal atau berupa perlawanan motorik thdp kemarahan atau sikap bermusuhan.

14. Acting Out : Ekspresi langsung dari keinginan yang tidak disadari (unconscious).

15. Abulia : Impuls yg menurun thdp tindakan dan pikiran, oleh karena tidak bisa lagi membedakan tentang konsekwensi dari aksi tersebut.

Page 18: Simtomatologi (I)
Page 19: Simtomatologi (I)

III. KESADARAN (CONSCIOUSNESS)

Keadaan fungsionil dari individu untuk mengadakan relasi dan limitasi terhadap dunia sekitarnya.

Dalam arti sempit kadang-kadang disebut SENSORIUM yaitu : keadaan fungsi kognitif dari panca indra.

Page 20: Simtomatologi (I)

3. Stupor : Kehilangan reaksi terhadap sekitarnya atau tidak menyadari sekitarnya.

4. Coma : Derajad yang paling rendah dari ketidaksadaran.

5. Somnolence : Mengantuk yang abnormal.

2. Kesadaran Berkabut : Gangguan kesadaran dengan persepsi sensori yang tak jelas.

1. Disorientasi : Gangguan orientasi dalam hal waktu, tempat atau diri.

Page 21: Simtomatologi (I)

IV. MEMORY

Suatu fungsi dengan mana informasi yang telah disampaikan di otak kemudian di recall ke alam sadar.

Daya kemampuan mengingat ini ada tiga proses : Registrasi Retensi Recall

Page 22: Simtomatologi (I)

Daya ingatan individu itu tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

1. Besarnya perhatian yang dicurahkan individu sewaktu peristiwa tersebut berlangsung.

2. Kuatnya asosiasi peristiwa tersebut dengan peristiwa lain yang terjadi sebelumnya dan yang mudah diingat kembali.

3. Kuatnya tergerak hidup emosi individu tersebut sewaktu peristiwa tersebut berlangsung.

4. Keadaan pasca indera.

5. Kemauan (motivasi).

Page 23: Simtomatologi (I)

LEVEL MEMORY

1. Immediate Memory : Recall terhadap materi yang diterimanya dalam beberapa detik/menit.

2. Recent Memory : Recall terhadap peristiwa yang telah berlangsung beberapa hari.

3. Rescent Past Memory : Recall terhadap peristiwa yang telah berlangsung dalam beberapa bulan.

4. Remote Memory : Recall terhadap peristiwa yang telah berlangsung lama atau jauh sebelumnya.

Page 24: Simtomatologi (I)

GANGGUAN MEMORY1). Amnesia : Ketidaksanggupan secara total atau

sebagian untuk merecall pengalaman-pengalaman terdahulu.

Berdasarkan etiologinya amnesia terdiri dari :

a. Amnesia Organik.b. Amnesia Psikologik.

Amnesia Organik terdiri dari :

1. Amnesia Anterograde : Terhadap peristiwa beberapa saat sesudah trauma.

2. Amnesia Retrograde : Terhadap peristiwa beberapa saat sebelum trauma.

Page 25: Simtomatologi (I)

2). Paramnesia : Pemalsuan memory oleh adanya distorsi recall.

2.1. Confabulasi : Pengisian kesenjangan dalam memory yang bersifat unconscious oleh pengalaman-pengalaman yang tidak benar atau yang tidak difantasikan dan diyakini pasien, tetapi hal tersebut tidak realistis.

2.2. Deja Vu : Sesuatu yang belum pernah dilihatnya tetapi seperti sudah pernah dilihatnya.

Page 26: Simtomatologi (I)

2.3. Jamais Vu : Sesuatu yang sudah pernah dilihatnya tetapi seperti belum pernah dilihatnya.

3). Hypermnesia : Retensi dan Recall ingatan yang berlebihan baiknya yang biasanya terbatas pada keadaan tertentu saja, dimana individu tersebut mengalami emosi yang hebat.

Page 27: Simtomatologi (I)

V. PROSES PIKIR

Adalah arus ide, simbol dan asosiasi yang mengarah pada tujuan yang bermula dengan satu problem atau satu tugas serta menuju pada satu konklusi yang berorientasi pada realitas.

A. GANGGUAN BENTUK PIKIRAN UMUM:

1. Dereisme : Aktifitas mental yang tidak sesuai dengan logika dan pengalaman.

2. Autisme : Preokupasi dengan dunia dalamnya atau hal-hal yang difantasikannya .

Page 28: Simtomatologi (I)

B. GANGGUAN BENTUK PIKIRAN KHUSUS (SPESIFIK):1. Neologisme : Penciptaan kata-kata baru oleh

pasien.

2. Word Salad : Campuran kata-kata dan kalimat yang tidak koheren.

3. Circumstantiality : Pembicaraan yang berbelit-belit, mendetail, tidak langsung dan ditunda untuk mencapai tujuannya. Namun akhirnya sampai juga pada tujuan yang diinginkan.

4. Tangentiality : Ketidaksanggupan untuk mendapatkan asosiasi pikiran yang terarah pada tujuan. Dan pasien tidak pernah sampai pada tujuan yang ingin disampaikan.

Page 29: Simtomatologi (I)

5. Inkoherentia : Gangguan pikiran yang umumnya tidak bisa dimengerti karena dalam menyampaikan idenya tidak ada hubungan satu kata dengan kata lain atau tidak berdasarkan hukum tata bahasa, tidak logis dan disorganisasi.

6. Perseverasi : Respons yang menetap terhadap suatu stimulus yang mula-mula, sesudah satu stimulus baru disampaikan.

7. Verbigerasi : Pengulangan yang tidak berarti dari kata-kata atau kalimat yang spesifik .

8. Echolalia : Pengulangan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh orang lain.

Page 30: Simtomatologi (I)

9. Dereilment : Penyimpangan yang tiba-tiba atau bertahap dari arus pikiran tanpa ada blocking.

10. Flight of Ideas : Verbalisasi atau permainan kata-kata yang terus-menerus dan cepat yang menghasilkan peralihan yang konstant dari satu ide kepada ide lainnya. Namun ide-ide tersebut cendrung untuk dihubungkan.

11. Clang Association : Asosiasi kata-kata yang bersamaan dalam bunyi (suara) tetapi tidak sama dalam pengertian.

Page 31: Simtomatologi (I)

12. Blocking : Interupsi yang tiba-tiba dari arus pikiran sebelum satu pikiran atau ide selesai.Sesudah satu pause yang singkat orang tersebut menunjukkan tidak ada pengulangan kembali terhadap apa-apa yang diucapkannya itu.Sinonimnya : Thought Deprivation

Page 32: Simtomatologi (I)
Page 33: Simtomatologi (I)

C. GANGGUAN ISI PIKIRAN :

1. KEMISKINAN ISI PIKIRAN : Pikiran yang disampaikannya mengandung sedikit informasi karena kalimatnya kabur dengan pengulangan-pengulangan yang kosong atau tak berarti.

2. OVER VALUED IDEA : Suatu anggapan (keyakinan) yang palsu yang menopang pikirannya dan tidak beralasan, namun dipertahankannya tidaklah sekuat waham.

Page 34: Simtomatologi (I)

3. WAHAM (DELUSI) : Suatu keyakinan yang salah (palsu) yang didasarkan pada kesimpulan yang tidak benar tentang kenyataan dari luar, yang tidak konsisten dengan latar belakang kultural dan intelegensia pasien, yang tidak dapat dikoreksi dengan cara memberikan alasan.Berdasarkan isinya ada beberapa jenis waham yaitu :

a. Waham Bizarre : Suatu anggapan yang salah, tidak masuk akal dan bersifat asing.Misalnya : Seorang pasien mengatakan “Penyerang dari ruang angkasa telah menanamkan elektroda dalam otak pasien”.

Page 35: Simtomatologi (I)

b. Waham Serasi Mood : Suatu waham yang isinya sesuai dengan mood yang dialaminya.Misalnya : “Seorang pasien depresi beranggapan bahwa dia bertanggung jawab terhadap kehancuran dunia ini”.

c. Waham Tidak Sesuai Mood : Waham yang isinya tidak mempunyai asosiasi dengan moodnya atau moodnya netral.Misalnya : Seorang pasien depresi mempunyai waham berupa pikirannya dikontrol atau pikirannya disebarluaskan”.

Page 36: Simtomatologi (I)

d. Waham Nihilistik : Suatu anggapan (perasaan) yang salahterhadap dirinya, atau orang lain atau beranggapan bahwa dunia ini tidak ada atau sudah lenyap.

e. Waham Kemiskinan : Suatu anggapan yang salah bahwa seseorang telah dirampok atau dihilangkan semua hak miliknya.

f. Waham Somatik : Suatu anggapan yang salah yang melibatkan fungsi dari alat tubuh seseorang.Misalnya : Seseorang beranggapan bahwa otaknya telah membusuk atau otaknya sedang mencair.

Page 37: Simtomatologi (I)

g. Waham Paranoid (paling banyak terjadi): Termasuk disini : waham persecutory (waham kejar), delusion of reference, waham kontrol, dan waham kebesaran.Waham paranoid dibedakan dengan ide paranoid dimana pada ide paranoid ini kecurigaanya tidaklah melebihi proporsi delusi.

1)Waham Kejar (Delusion of Persecution) : Suatu anggapan yang salah, dimana pasien berkeyakinan bahwa dia telah diganggu, ditipu atau dikejar.

Page 38: Simtomatologi (I)

2)Waham Kebesaran : Suatu anggapan yang salah, dimana pasien mempunyai konsepsi yang berlebih-lebihan dalam hal : kepentingan, kekuasaan atau identitasnya.

3)Delusion of Reference : Suatu anggapan yang salah, dimana pasien berkeyakinan bahwa tingkah laku orang lain ditujukan pada dirinya. Atau kejadian-kejadian, objek, atau orang lain mempunyai suatu arti yang khusus dan tidak biasa (biasanya hal-hal yang bersifat negatif) pada dirinya.

Page 39: Simtomatologi (I)

h. Waham Tuduhan Pada Diri Sendiri (Delusion of Self Accusation) : Suatu anggapan yang salah berupa kekesalan terhadap diri sendiri atau rasa bersalah.

i. Waham Kontrol : Suatu anggapan yang salah dimana pasien beranggapan bahwa kemauan, pikiran atau perasaannya sedang dikontrol oleh kekuatan dari luar.Waham ini ada beberapa jenis, yaitu :

1) Thought Withdrawal : Pasien beranggapan bahwa pikirannya telah dipindahkan dari jiwanya oleh orang / kekuatan lain .

Page 40: Simtomatologi (I)

2) Thought Insertion : Pasien beranggapan bahwa pikiran-pikiran orang lain ditanamkan didalam jiwanya oleh orang lain / kekuatan dari luar .

3) Thought Broadcasting : Pasien beranggapan bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain begitu pikiran tersebut disebarluaskan melalui udara .

4) Thought Control : Pasien beranggapan bahwa pikiran pasien sedang dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar .

Page 41: Simtomatologi (I)

4. EGOMANIA : Preokupasi pada dirinya sendiri secara patologis.

5. MONOMANIA : Preokupasi terhadap satu objek tunggal.

6. HYPOKHONDRIASIS : Memasygulkan secara berlebihan terhadap kesehatan dirinya yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi berdasarkan interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda-tanda fisik atau sensasi fisik yang seperti abnormal.

7. OBSESI : Menetapnya secara patologis suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat dihalangi dan tidak dapat dihapuskan dari kesadaran oleh usaha-usaha yang logis, yang mana hal ini berkaitan dengan ansietas.

Page 42: Simtomatologi (I)

8. COPROLALIA : Pengucapan kata-kata kotor (cabul) yang bersifat kompulsif.

9. FOBIA : Suatu ketakutan yang patologis, persisten, irrational, berlebih-lebihan dan tidak bervariasi terhadap beberapa tipe spesifik dari stimulus atau situasi. Biasanya hal ini menghasilkan suatu pemaksaan keinginan untuk menghindari stimulus yang menakutkan tersebut.

a. Social Phobia : Takut terhadap penghinaan publik, misal : berbicara didepan umum, penampilan didepan umum atau makan didepan orang banyak.

b. Acropobia : Takut berada ditempat yang tinggi.

Page 43: Simtomatologi (I)

c. Agoraphobia : Takut berada ditempat terbuka.

d. Claustrophobia : Takut berada ditempat tertutup.

e. Dll.

Page 44: Simtomatologi (I)

GANGGUAN PERSEPSI:

Persepsi : Suatu proses mengamati, mengetahui dan mengartikan segala sesuatu serta hubungan diantaranya setelah panca indera mendapat rangsang.

Gangguan persepsi antara lain :

1. HALUSINASI : Penginderaan yang salah tanpa adanya rangsang apapun pada organ panca indera.Jenis-jenisnya : Halusinasi Pendengaran Halusinasi Penglihatan Halusinasi Penciuman Halusiansi Perabaan

Page 45: Simtomatologi (I)

Halusinasi Pengecapan Halusinasi Hipnagogik Halusinasi Hipnopomatik Halusiansi Kinestesis

2. ILUSI : Suatu persepsi panca indera yang disebabkan oleh adanya rangsang panca indera yang ditafsirkan salah.

3. DYSMEGALOPSIA (Distorsi Penglihatan) : Distorsi bayangan pada retina, dapat disebabkan: kelainan pada retina, dan kelainan pada otak (lobus temporalis post & occipital).Distorsi ini bisa berupa :

Mikropsia Makropsia

Page 46: Simtomatologi (I)