Upload
others
View
40
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
SINTESIS ZEOLIT ZSM-5 DARI KALENG ALUMINIUM BEKAS DAN
SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS TRANSESTERIFIKASI
MINYAK BIJI KARET MENJADI BIODIESEL
(Skripsi)
Oleh
Ganjar Andhulangi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
SINTESIS ZEOLIT ZSM-5 DARI KALENG ALUMINIUM BEKAS DAN
SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS TRANSESTERIFIKASI
MINYAK BIJI KARET MENJADI BIODIESEL
Oleh
Ganjar Andhulangi
Pada penelitian ini, zeolit ZSM-5 disintesis dengan rasio molar Si/Al 10 dari
kaleng aluminium bekas dan silika sekam padi menggunakan metode hidrotermal.
Kristalisasi dilakukan dengan variasi waktu 24, 48, 72, dan 96 jam, dilanjutkan
dengan kalsinasi pada suhu 550 °C, dan diujicobakan sebagai katalis
transesterifikasi terhadap minyak biji karet. Pengaruh konversi sampel menjadi
H-ZSM-5 pada aktivitas katalitik juga dipelajari. Katalis dikarakterisasi
menggunakan beberapa teknik untuk mengungkapkan beberapa karakteristik fisik
dari sampel. Karakterisasi menggunakan XRD mengindikasikan adanya fasa
amorf yang mendominasi, oleh karena itu sampel dispesifikasikan sebagai
prekursor ZSM-5. Keberadaan sampel sebagai material amorf didukung juga
melalui hasil analisis SEM yang mengungkapkan heterogenitas permukaan
ditunjukkan oleh berbagai ukuran dan bentuk partikel yang tersebar secara acak
pada permukaan. Prekursor ZSM-5 diuji aktivitasnya sebagai katalis
transesterifikasi terhadap minyak biji karet untuk mengetahui kemampuan
katalitiknya dalam mengkonversi asam lemak minyak biji karet menjadi metil
ester yang dapat diidentifikasi menggunakan metode GC-MS. Aktivitas katalitik
ini dikaitkan dengan keberadaan situs asam Lewis dan Bronsted Lowry yang
ditunjukkan oleh hasil FTIR.
Kata kunci : zeolit ZSM-5, kaleng aluminium bekas, silika sekam padi, biji karet,
metode transesterifikasi, biodiesel
ABSTRACT
SYNTHESIS OF ZSM-5 ZEOLITES FROM WASTE ALUMINIUM CAN
AND RICE HUSK SILICA AS TRANSESTERIFICATION CATALYST OF
RUBBER SEED OIL INTO BIODIESEL
By
Ganjar Andhulangi
In this study, hydrothermal method was applied to synthesize ZSM-5 zeolites with
the molar ratio of Si to Al (Si/Al) of 10 from waste aluminium can and rice husk
silica. Crystallization was carried out at different times of 24, 48, 72, and 96
hours, followed by calcination treatment at 550 °C, and then tested as catalyst for
transesterification of rubber seed oil. The effect of conversion of the sample into
H-form (HZSM-5) on catalytic activity was also investigated. The catalysts were
characterized using several techniques to reveal some physical characteristics of
the samples. Characterization using XRD indicates the domination of amorphous
phase, therefore the samples are specified as ZSM-5 precursor. The existence of
the samples as amorphous material is also supported by the results of SEM
analysis which reveals the heterogeneity of the surface as displayed by different
sizes and shapes of the particle spread randomly on the surface. Activity test of
the ZSM-5 precursor as catalyst for transesterification of rubber seed oil
demonstrated the ability of the precursor to catalyze the conversion of fatty acids
in rubber seed oil into their corresponding methylesters, as detected using GC-MS
method. This catalytic activity is associated with the presence of Lewis and
Bronsted Lowry acid sites as indicated by the FTIR results.
Key words : ZSM-5 zeolites, waste aluminium can, rice husk silica, rubber seed
oil, transesterification method, biodiesel
SINTESIS ZEOLIT ZSM-5 DARI KALENG ALUMINIUM BEKAS DAN
SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS TRANSESTERIFIKASI
MINYAK BIJI KARET MENJADI BIODIESEL
Oleh
Ganjar Andhulangi
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ganjar Andhulangi, lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 20 Mei 1996 merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri
Ayahanda Budi Sasono dan Ibunda Tri Hastuti Lestari. Penulis
sekarang tinggal di Wisma Mutia Utari Jln. Bumi Manti No.4, Kelurahan
Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung.
Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak Al-Azhar 10
Jati Baru, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun
2003. SD Negeri 2 Serdang, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung
Selatan lulus pada tahun 2008. SMP Negeri 1 Tanjung Bintang, Kabupaten
Lampung Selatan lulus pada tahun 2011. SMA Negeri 13 Bandar Lampung lulus
pada tahun 2014 dengan predikat lulusan terbaik program IPA. Mulai tahun 2014
hingga penulisan skripsi ini, penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi di Jurusan
S1 Kimia FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN 2014 dan sebagai
penerima beasiswa bidikmisi.
Selain belajar di bangku kuliah, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi.
Organisasi yang pernah penulis ikuti adalah Himpunan Mahasiswa Kimia
(Himaki) FMIPA Unila mulai sebagai kader muda pada tahun 2014/2015, hingga
sebagai anggota bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) pada tahun
2015/2016. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi lain sebagai staf
Departemen Pengembangan Sains dan Lingkungan Hidup (PSLH) BEM FMIPA
Unila, anggota Biro Akademik Rois FMIPA Unila, dan staf ahli Kementerian
Hukum Advokasi dan Perundang-undangan (HAN) BEM-U KBM Unila pada
tahun 2015/2016. Pada tahun selanjutnya, penulis diamanahkan sebagai kepala
Biro Akademik Rois FMIPA Unila pada tahun 2016, dan penulis juga
diamanahkan sebagai presiden UKM-U Sains dan Teknologi (UKM-U
SAINTEK) pada tahun 2017.
Pada tahun 2016 penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar
untuk mahasiswa Fakultas Pertanian Unila. Pada tahun 2017 penulis menjadi
asisten praktikum Kimia Fisik untuk mahasiswa Kimia FMIPA Unila. Selama
kuliah penulis alhamdulillah memiliki prestasi di bidang akademik mulai sebagai
finalis OSN Pertamina tingkat regional ASEAN pada tahun 2015, Finalis tingkat
nasional dan juara 1 tingkat regional sumbagsel (kopertis 2) Olimpiade Nasional
(ON-MIPA PT) pada tahun 2016 dan 2017, juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah
Nasional (LKTIN) tingkat nasional di Universitas Mulawarman, Samarinda,
Kalimantan Timur pada tahun 2017, juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
(LKTIN) tingkat nasional di Universitas Jambi, Jambi pada tahun 2017, juara 3
Musabaqoh Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (MKTIA) tingkat internal Unila pra-
seleksi nasional MTQMN pada tahun 2017, juara 1 mahasiswa berprestasi pada
tahun 2016 dan 2017 tingkat jurusan Kimia FMIPA Unila, terbaik kedua dalam
ajang Pilmapres pada tahun 2017, penerima hibah PKM-P pada tahun 2017,
penerima Dean Award 3 kategori pada tahun 2017, penerima dana intensif
Universitas Lampung sebagai mahasiswa berprestasi pada tahun 2018, dan
beberapa sebagai pembicara/ pemateri dalam agenda pelatihan karya tulis ilmiah
dari tahun 2016 dan 2018. Saat ini penulis telah bekerja sebagai karyawan (staf
akademik cabang) di bimbel hafara Bandar Lampung sejak 1 September 2018.
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia-Nya, kupersembahkan karya ini sebagai wujud bakti dan
tanggung jawabku kepada :
Kedua orang tuaku, Ayahanda Budi Sasono dan Ibu Tri Hastuti Lestari yang
telah mengajarkanku, mendidikku, membimbingku dengan cinta kasih sayang, memberikan dukungan, motivasi, dan
selalu mendo’akanku.
Adik-adikku Abi Noga Magsaysae dan Rayngga Adi Wimahatri
Pembimbing penelitianku, Ibu Dr. Kamisah D. Pandiangan,
M.Si. dan Bapak Prof. Wasinton Simanjuntak, Ph.D.
Orang terdekat, sahabat, kerabat, dan teman
Almamater tercinta Universitas Lampung
MOTTO
Sesungguhnya tiada beban tanggung jawab yang kami pikul, kecuali Allah SWT yang menguatkan dan menyanggupkan
(Ganjar Andhulangi)
Berpeganglah pada dua ambang batas kebaikan untuk selalu hidup bahagia dan penuh keberkahan yaitu bersyukur dan
bersabar, karena dua-duanya sama-sama kebaikan (Ganjar Andhulangi)
Learn | Pray | Helpful | Inspire
(Ganjar Andhulangi)
Life is full of surprises and serendipity. Being open to unexpected turns in the road is an important part of success. If you try to plan every step, you may miss those wonderful twists and turns. Just find your next adventure do it well, enjoy it, and then, not now, think about what comes next.
(Condoleeza Rice)
If anyone travels on a road in search of khowledge, Allah will cause him to travel on one of the roads of Paradise
(Prophet Muhammad SAW)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S Al-Insyirah (94) : 6)
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, karunia
serta keberkahan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “SINTESIS ZEOLIT ZSM-5 DARI KALENG
ALUMINIUM BEKAS DAN SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS
TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KARET MENJADI BIODIESEL”.
Shalawat serta salam yang selalu tercurahkan kepada Rasulullah nabi Muhammad
SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya yang semoga
senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Semoga di yaumil akhir nanti mendapatkan
syafa’atnya. Aamiin. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia FMIPA Unila. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua dan adik-adik penulis yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dukungan, dan selalu medo’akan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Kamisah D. Pandiangan, M.Si. selaku pembimbing pertama penelitian
atas segala bimbingan, nasihat, motivasi, bantuan, saran, kesabaran, edukasi
dan segala kebaikkannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Wasinton Simanjuntak, Ph.D. selaku pembimbing kedua
penelitian, atas bimbingan, nasihat, motivasi, bantuan, saran, kesabaran,
edukasi, dan segala kebaikkannya yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesainya penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ilim, M.S. selaku pembahas/penguji penelitian atas segala saran,
kritik, motivasi, bantuan, inspirasi, dan kesabaran dalam memberikan
masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Supriyanto, M.S. selaku pembimbing akademik atas segala saran,
kesempatan berdiskusi, edukasi, dan motivasinya kepada penulis selama
menjalani masa-masa perkuliahan hingga selesai.
6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono., M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Lampung.
7. Bapak Dr. Mulyono, Ph.D selaku sekretaris Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung atas segala
bimbingan, edukasi dan dedikasinya baik dalam perkuliahan maupun
pembinaan lomba ON-MIPA yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis.
9. Segenap staf dan karyawan khususnya Jurusan Kimia dan FMIPA Universitas
Lampung pada umumnya.
10. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., Bapak Prof. Sutopo Hadi, S.Si.
M,Sc, Ibu Dian Kurniasari, S.Si., M.Sc., dan Bapak Drs. Suratman Umar,
M.Sc. selaku dekan, wakil dekan bidang akademik dan kerjasama, wakil
dekan bidang umum dan keuangan, dan wakil dekan bidang kemahasiswaan
dan alumni FMIPA Universitas Lampung atas segala fasilitasnya,
kesempatannya baik diskusi maupun nasihat, bantuannya, motivasinya, dan
edukasinya selama penulis menjalani perkuliahan dan mengikuti kegiatan
perlombaan.
11. Tim partner penelitianku Herliana dan Khasandra atas segala kesabaran
kalian, saling mensupport, membantu, mendukung, memotivasi, merasakan
susah dan senang, canda dan tawa bersama selama penelitian bersama penulis.
Semoga Allah selalu memberikan kebaikan dan keberkahan hidup kepada
kalian.
12. Partner penelitian dan pejuang skripsi bersama di laboratorium kimia polimer,
dan kimia anorganik-fisik Mahliani Erianti, Tika Dwi Febrianti, Liana
Hariyanti, Michael Alberto Sihombing, Rizky Nurfitriyani, Lucia Arum, Devi,
Rica, Bayu, Ainun, Widia, Dira, Deni, Aniza, dan kimia 2014 umumnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas support dan
kebersamaannya.
13. Keluarga laboratorium polimer mba Agus, mba Gesa, mba Gege, mba
Faradilla Syani, Ahmad Gilang Arinanda, Ponco Prasetyo, Nico Hanafi,
Faulia Riyanti, Sandi Firdaus, Rizky Gilang gumelar, Dira Avista, Diska
Indah A, Tiara May Rosita, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu terimakasih atas segala bantuannya dalam menemani selama
penulis melakukan penelitian.
14. Teman-teman seperjuangan keluarga Kimia 2014, Biologi 2014, Fisika 2014,
Matematika 2014, Ilkom 2014, dan MI 2014 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu terimakasih yang pernah berproses bersama, dan tetap semangat untuk
semuanya.
15. Sahabat-sahabat sejak mahasiswa baru Firza, Fikri, Hafid, Fendi, Hamidin,
Dira, dan Chemboys 14 squad yang tidak dapat disebutkan satu persatu
terimakasih banyak atas kebersamaannya.
16. Teman-teman kosan Wisma Muthia Utari Azis, Dira, Wisnu, Niko, Saka,
Wigas, Iprudin, Mas Ari, Mas Yuri, Reza, Anis, Rangga, Nasta dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas segala bantuannya
dan kebersamaannya.
17. Keluarga Himaki 2015-2016, BEM-FMIPA 2015-2016, BEM-Unila 2015-
2016, Rois FMIPA Unila 2016, dan UKM-U Saintek 2017 terimakasih atas
kebersamaannya dalam mengemban amanah yang sama.
18. Teman-teman keluarga KKN PPM Sumur Kumbang Kalianda terimakasih
atas kebersamaannya dan memberikan kenangan yang selalu teringat.
19. Senior dan junior saya di jurusan Kimia Fmipa Unila : angkatan 2011, 2012,
2013, 2015, 2016, 2017, dan 2018.
20. Keluarga bimbel hafara Lampung terimakasih banyak yang telah memberikan
kesempatan untuk pengalaman pertama saya dalam bekerja, belajar dan
mengabdi.
21. Keluarga besar dan kerabat saudara terimakasih banyak yang telah
memberikan kesempatan untuk memberikan tempat tinggal selama penulis
mengenyam pendidikan SMA di Bandar Lampung.
22. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat dituliskan dan
disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga Allah SWT melimpahkan buah pahala kebaikan atas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat
kekurangan, namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya. Aamiin.
Bandar Lampung, 3 Desember 2018
Penulis,
Ganjar Andhulangi
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
A. Zeolit .................................................................................................. 7
B. Unit Pembangun Struktur Zeolit ........................................................ 8
1. Unit Pembangun Primer (PBUs) ................................................... 8
2. Unit Pembangun Sekunder (SBUs) ............................................... 9
3. Unit Pembangun Kerangka (CBUs) .............................................. 10
4. Unit Pembangun Rantai ................................................................ 11
5. Unit Pembangun Lapisan .............................................................. 11
C. Komposisi Zeolit ................................................................................ 12
1. Komposisi Kerangka ..................................................................... 12
ii
2. Distribusi dan Posisi Kation dalam Zeolit..................................... 13
3. Cetakan Organik ............................................................................ 13
D. Macam-macam Zeolit ........................................................................ 14
1. Zeolit Alam ................................................................................... 15
2. Zeolit Sintetik ................................................................................ 15
E. Zeolit ZSM-5 ..................................................................................... 17
F. Bahan Baku Sintesis Zeolit ZSM-5 ................................................... 21
1. Kaleng Aluminium Bekas ............................................................. 21
2. Silika Sekam Padi.......................................................................... 22
G. Katalis ................................................................................................ 24
H. Metode Transesterifikasi .................................................................... 25
I. Bahan Baku Biodiesel ........................................................................ 26
1. Biji Karet ....................................................................................... 26
2. Metode Ekstraksi Minyak Biji Karet ............................................ 28
3. Komposisi Minyak Biji Karet ....................................................... 29
J. Biodiesel ............................................................................................ 30
K. Analisis Biodiesel .............................................................................. 31
1. Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) ................. 32
2. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel .............................. 33
L. Karakterisasi Katalis Zeolit ZSM-5 ................................................... 34
1. X-Ray Diffraction (XRD) .............................................................. 34
2. Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray
Spectroscopy (SEM-EDX) ............................................................ 37
3. Fourier Transform Infra Red (FTIR) ............................................ 37
iii
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 40
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 40
1. Alat-alat yang digunakan .............................................................. 40
2. Bahan-bahan yang digunakan ....................................................... 41
C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 41
1. Preparasi dan Ekstraksi Silika Sekam Padi ................................... 41
2. Preparasi Kaleng Aluminium Bekas ............................................. 42
3. Sintesis Zeolit ZSM-5 ................................................................... 42
4. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10)................................................. 43
a. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Pertukaran
Ion ............................................................................................. 44
b. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Kalsinasi
800 °C ....................................................................................... 44
5. Preparasi Minyak Biji Karet .......................................................... 44
6. Uji Aktivitas Zeolit ZSM-5 sebagai Katalis Transesterifikasi ...... 44
a. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Variasi Waktu
Kristalisasi terhadap Minyak Biji Karet ................................... 45
b. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) terhadap Minyak Kelapa
dan Zeolit H-ZSM-5 (10) terhadap Ko-reaktan ........................ 45
c. Uji Aktivitas Zeolit Sebelum dan Setelah Modifikasi
terhadap Minyak Biji Karet ...................................................... 46
d. Uji Aktivitas Zeolit Terpilih terhadap Minyak Biji Karet :
Metanol dengan Variasi Rasio Reaktan ................................... 46
7. Karakterisasi Biodiesel .................................................................. 47
a. Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) ............. 47
b. Uji Kualitas Biodiesel............................................................... 48
iv
Titik Nyala (Flash Point) ..................................................... 48
Densitas ................................................................................ 49
8. Karakterisasi Katalis Zeolit ZSM-5 .............................................. 49
a. X-Ray Diffraction (XRD) ......................................................... 50
b. Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray
Spectroscopy (SEM-EDX) ....................................................... 50
c. Fourier Transform Infra Red (FTIR) ....................................... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 53
A. Pengantar............................................................................................ 53
B. Preparasi dan Ekstraksi Silika Sekam Padi ........................................ 53
C. Preparasi Kaleng Aluminium Bekas .................................................. 55
D. Sintesis Zeolit ZSM-5 ........................................................................ 56
E. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) ..................................................... 60
1. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Pertukaran
Ion ............................................................................................. 60
2. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Kalsinasi
800 °C ............................................................................................ 62
F. Preparasi Minyak Biji Karet .............................................................. 63
G. Uji Aktivitas Zeolit ZSM-5 sebagai Katalis Transesterifikasi ........... 65
1. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan variasi waktu
kristalisasi terhadap Minyak Biji Karet ......................................... 68
2. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) terhadap Minyak Kelapa
dan Zeolit H-ZSM-5 (10) terhadap Ko-reaktan ............................ 69
3. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) yang dimodifikasi dengan
Pertukaran Ion dan Kalsinasi suhu 800 °C terhadap Minyak
Biji Karet ....................................................................................... 70
4. Pengaruh Variasi Rasio Minyak : Metanol terhadap Hasil
Biodiesel Minyak Biji Karet ......................................................... 71
v
H. Karakteriasi Biodiesel ........................................................................ 73
1. Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) ................. 73
2. Uji Kualitas Biodiesel ................................................................... 76
I. Karakteriasi Katalis Zeolit ZSM-5..................................................... 77
1. X-Ray Diffraction (XRD) .............................................................. 77
2. Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray
Spectroscopy (SEM-EDX) ............................................................ 80
3. Fourier Transform Infra Red (FTIR) ............................................ 83
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 87
A. Simpulan ............................................................................................ 87
B. Saran .................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................... 97
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sifat fisik dan kimia tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH) ............ 14
2. Contoh zeolit alam ..................................................................................... 15
3. Contoh zeolit sintetik ................................................................................. 16
4. Data zeolit tipe kerangka MFI dan ZSM-5 ................................................ 17
5. Kandungan logam dalam kaleng minuman ringan bekas .......................... 22
6. Komposisi sekam padi ............................................................................... 23
7. Komposisi mineral sekam padi .................................................................. 24
8. Rangkuman kondisi reaksi transesterifikasi .............................................. 26
9. Kandungan biji karet.................................................................................. 27
10. Hasil ekstraksi minyak biji karet menggunakan alat press hidrolik .......... 28
11. Kandungan minyak biji karet..................................................................... 29
12. Bahan baku biodiesel ................................................................................. 31
13. Rangkuman analisis GC-MS dari biodiesel minyak biji karet .................. 32
14. Senyawa kimia dalam biodiesel minyak biji karet .................................... 33
15. Karakteristik sifat fisik dan kimia biodiesel .............................................. 33
16. Hasil EDX dari ZSM-5 dengan variasi waktu kristalisasi ......................... 37
17. Karakteristik gugus fungsi dan daerah serapan zeolit ZSM-5 ................... 39
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur kimia zeolit (a) struktur TO4 (b) struktur TO4 yang saling
terhubung ................................................................................................... 9
2. Unit pembangun sekunder (SBUs) ............................................................ 10
3. Beberapa jenis kerangka yang ditemukan dalam zeolit ............................. 11
4. Jenis rantai dalam struktur zeolit (a) rantai zig-zag ganda (b) rantai gigi
gergaji ganda (c) rantai poros ganda (d) rantai narsasukit (e) rantai
pentasil ....................................................................................................... 11
5. Contoh lapisan MFI ................................................................................... 12
6. Struktur ikatan dari zeolit .......................................................................... 13
7. Struktur tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH) ............................... 14
8. Mekanisme pembentukan struktur zeolit ZSM-5 ...................................... 18
9. Reaksi transesterifikasi .............................................................................. 26
10. Bagian-bagian biji karet ............................................................................. 27
11. Spektra serapan piridin dari situs asam zeolit ZSM-5 ............................... 33
12. Hasil pretreatment leaching dengan HNO3 10 % dan ekstraksi silika
sekam padi ................................................................................................. 55
13. Hasil preparasi kaleng aluminium bekas sebagai sumber alumina ........... 56
14. Hasil sintesis gel zeolit Na-ZSM-5 (10) .................................................... 57
15. Hasil sintesis zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan variasi waktu kristalisasi
24, 48, 72, dan 96 jam............................................................................... 59
16. Hasil modifikasi pertukaran ion terhadap zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 jam
menjadi H-ZSM-5 (10) .............................................................................. 62
17. Hasil modifikasi zeolit Na-ZSM-5 (10) 96 jam sebelum dan setelah
kalsinasi 800 °C ......................................................................................... 63
viii
18. Hasil preparasi minyak biji karet ............................................................... 64
19. Hasil proses transesterifikasi ..................................................................... 66
20. Hasil uji aktivitas zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan variasi waktu
kristalisasi terhadap minyak biji karet ....................................................... 68
21. Hasil uji aktivitas zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 jam terhadap minyak biji
karet dan minyak kelapa, serta zeolit H-ZSM-5 (10) terhadap minyak
biji karet dan ko-reaktan ............................................................................ 69
22. Hasil uji aktivitas zeolit sebelum dan setelah modifikasi .......................... 71
23. Hasil uji aktivitas zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 dan 96 jam terhadap minyak
biji karet : metanol dengan variasi rasio reaktan 1 : 2, 1 : 3, dan 1 : 4 ...... 72
24. Perbandingan kromatogram biodiesel minyak kelapa dan minyak biji
karet .......................................................................................................... 74
25. Uji nyala (a) tanpa biodiesel (b) biodiesel minyak biji karet..................... 77
26. Difraktogram zeolit Na-ZSM-5 (10) kristalisasi 24 dan 96 jam ................ 78
27. Difraktogram zeolit Na-ZSM-5 (10) 96 jam sebelum modifikasi dan
setelah modifikasi dengan kalsinasi 800 °C .............................................. 79
28. Pola morfologi zeolit Na-ZSM-5 (10) 96 jam kalsinasi 800 °C ................ 81
29. Hasil analisis EDX zeolit Na-ZSM-5 (10) 96 jam kalsinasi 800 °C ......... 82
30. Spektra FTIR zeolit (a) Na-ZSM-5 (10) 24 jam, (b) H-ZSM-5 (10) ......... 84
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan utama dalam sektor energi di Indonesia adalah cadangan
minyak bumi yang terus menurun dan pemanfaatan sumber daya minyak nabati
sebagai bahan baku alternatif biodiesel yang masih terbatas, menjadi salah satu
tantangan dalam menangani krisis energi yang terjadi saat ini. Kementerian
ESDM, (2017) melaporkan dari sisi cadangan minyak bumi yang menunjukkan
bahwa cadangan minyak bumi terus mengalami penurunan dari 7549,80 juta
Cadangan Tank Barrel (MMSTB) pada tahun 2013 menjadi 7534,90 juta
Cadangan Tank Barrel (MMSTB) pada tahun 2017. Namun, tidak diimbangi
dengan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) per sektor yang terus meningkat
dari 857,88 juta Setara Barrel Minyak (SBM) pada tahun 2011 menjadi 1015,10
juta Setara Barrel Minyak (SBM) pada tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata
3,99 % per tahun, baik dalam sektor industri, transportasi, rumah tangga, dan
komersial (BPPT, 2016). Oleh karena itu, inovasi bahan bakar alternatif
diperlukan dengan memanfaatkan sumber daya minyak nabati non pangan yang
murah dan berkelanjutan.
Kementerian Pertanian, (2015) melaporkan dari sisi sumber daya alam yang
menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan komoditas
2
utama pertanian dan perkebunan. Luas areal perkebunan karet di Indonesia
mencapai 3,6 juta hektar pada tahun 2014. Pengembangan energi berbasis bahan
alam non pangan dan limbah menjadi salah satu alternatif yang dapat
dimanfaatkan. Strategi dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan memanfaatkan salah satu sumber daya alam non pangan seperti biji karet
untuk bahan baku produksi biodiesel yang dapat digunakan sebagai energi
alternatif (Roschat et al., 2017).
Biji karet memiliki kandungan yang terdiri dari minyak (40,00 %), abu (2,88 %),
air (3,30 %), protein (22,17 %), karbohidrat (24,21 %), dan bahan lain (7,44 %)
(Gimbun et al., 2013; Luftinor, 2014; Abdulkadir et al., 2015; Pandiangan et al.,
2017b). Berdasarkan data tersebut, minyak biji karet memiliki potensi untuk
dikembangkan komoditasnya sebagai sumber bahan baku energi alternatif,
sehingga memiliki nilai tambah yang ekonomis selain dalam sisi produksi karet
atau latex, dan kayunya.
Pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) khususnya biodiesel telah dilakukan
dengan membangun pabrik biodiesel kapasitas 3 ton/ hari di kawasan Puspitek
Serpong, Tanggerang Selatan sejak 2007. Saat ini telah didukung dan ditetapkan
melalui program mandatori kepmen ESDM nomor 26 tahun 2016 bahwa
campuran biodiesel minimal sebesar 20 % dalam minyak solar dengan harga jual
biodiesel yaitu Rp 3500 - 6000 per liter (BPPT, 2016). Kementerian ESDM,
(2016) melaporkan bahwa konsumsi biodiesel di Indonesia mencapai 3,0 miliar
liter dan produksi biodiesel mencapai 3,6 miliar liter pada tahun 2016 (BPPT,
2016). Konsumsi biodiesel Internasional seperti di Amerika mencapai 44 juta ton,
3
Eropa 6,1 juta ton, dan Inggris 265 juta liter (Khazaai et al., 2017). Oleh karena
itu, pengembangan biodiesel berbasis minyak nabati sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah digunakan minyak kelapa (Prasad, 2017;
Pandiangan et al., 2016a); dan minyak kelapa sawit (Noiroj et al., 2009;
Pandiangan et al., 2017a) sebagai bahan baku biodiesel. Namun dalam
pengembangannya, minyak nabati tersebut berkompetisi dengan bahan pangan,
sehingga pengembangan minyak nabati non pangan menjadi alternatif yang dapat
digunakan seperti minyak jarak (Pandiangan et al., 2016a; Okullo and Tibasiima,
2017); minyak biji bunga matahari (Jimenez et al., 2011); minyak biji kapuk (Li
and Dong, 2016); dan minyak biji karet (Widayat and Suherman, 2012;
Pandiangan et al., 2016b; Pandiangan et al., 2017b; Roschat et al., 2017; dan
Khazaai et al., 2017).
Biodiesel dapat dikembangkan sebagai energi alternatif karena biodiesel memiliki
beberapa keuntungan seperti ramah lingkungan, renewable energy,
biodagradable, tidak beracun, dan rendah emisi gas buang ketika digunakan
dalam pembakaran (Roschat et al., 2017). Metode yang dapat digunakan dalam
pembuatan biodiesel dari minyak biji karet yaitu metode instrumen ultrasonik
(Musadhaz et al., 2012); katalis homogen asam (Furukawa et al., 2010);
enzimatik (Sotoft et al., 2010); dan transesterifikasi (Ong et al., 2014; Abdulkadir
et al., 2015; Pandiangan et al., 2016b; dan Pandiangan et al., 2017b).
Pada penelitian ini digunakan metode transesterifikasi berkatalis untuk
pengolahan minyak biji karet menjadi biodiesel. Keuntungan produksi biodiesel
4
dari minyak biji karet menggunakan metode transesterifikasi yaitu peralatan yang
digunakan lebih sederhana, mudah dioperasikan, kondisi operasi seperti suhu
berkisar 60-100 ºC dan tekanan relatif rendah atau normal yaitu 1 atm. Namun,
kerugian menggunakan metode transesterifikasi ini adalah penggunaan metanol
yang relatif tinggi sebagai reaktan untuk mengkonversi minyak biji karet menjadi
biodiesel (Gimbun et al., 2013).
Pengembangan katalis berbasis zeolit sintetik dengan nisbah Si/Al yang berbeda
telah banyak diaplikasikan sebagai katalis untuk pembuatan biodiesel dengan
metode transesterifikasi (Karnjanakom et al., 2016; dan Pandiangan et al., 2017a).
Pada penelitian ini, zeolit ZSM-5 digunakan sebagai katalis transesterifikasi,
karena zeolit ZSM-5 memiliki fleksibilitas dalam lingkungan asam kuat,
selektivitas bentuk jaringan strukturnya yang berpori, memiliki keasaman padat,
memiliki kemampuan dalam pertukaran ion, ukuran partikel yang relatif kecil, dan
memiliki stabilitas termal (Xu et al., 2007), sehingga zeolit ZSM-5 banyak
digunakan sebagai katalis maupun adsorben di industri petroleum dan petrokimia
(Roschat et al., 2017). Selain itu, zeolit ZSM-5 dapat disintesis dengan variasi
rasio Si/Al untuk mengetahui aktivitasnya sebagai katalis (Shirazi et al., 2008;
Widayat and Annisa, 2017) dengan bahan baku silika sekam padi dan aluminium
dari kaleng bekas.
Pada penelitian yang dilaporkan oleh Pandiangan et al., (2017a) telah dilakukan
sintesis zeolit-X dari silika sekam padi dan logam aluminium. Namun, sebagai
bentuk inovasi dalam perkembangan penelitian, zeolit ZSM-5 dapat disintesis
dengan bahan baku kaleng aluminium bekas dan silika sekam padi. Kandungan
5
aluminium dalam variasi kaleng minuman ringan bekas yaitu 95 % (Adans et al.,
2016); 96,37 – 98,72 % (Begum, 2013). Berdasarkan data tersebut, kaleng
aluminium bekas dapat digunakan sebagai sumber aluminium atau alumina
dengan perpaduan silika sekam padi untuk sintesis zeolit ZSM-5. Selain itu,
sekam padi dihasilkan sekitar 20 % sebagai limbah pertanian (Le et al., 2013).
Sekam padi mengandung 15 – 20 % komponen anorganik massa, dengan silika
adalah unsur utama dengan kuantitas 93-99 % (Agung et al., 2013; Simanjuntak et
al., 2016); 94,79 % (Ghorbani et al., 2015); dan 99,08 % (Le et al., 2013). Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari mengenai pengaruh variasi waktu
kristalisasi dan modifikasi dari zeolit ZSM-5 dengan rasio Si/Al 10 sebagai katalis
transesterifikasi minyak biji karet menjadi biodiesel.
B. Tujuan Penelitian
Berdasakan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mensintesis zeolit ZSM-5 dari kaleng aluminium bekas dan silika sekam padi
menggunakan metode hidrotermal.
2. Menguji aktivitas zeolit ZSM-5 sebagai katalis transesterifikasi minyak biji
karet menjadi biodiesel.
3. Memodifikasi zeolit ZSM-5 untuk mengetahui uji aktivitasnya sebagai katalis
transesterifikasi terhadap minyak biji karet.
4. Menguji aktivitas zeolit ZSM-5 sebagai katalis transesterifikasi terhadap
modifikasi reaktan seperti minyak kelapa, ko-reaktan minyak biji karet :
6
minyak kelapa (4:1), dan minyak biji karet : metanol dengan variasi rasio
reaktan 1:3 dan 1:4.
5. Mengkarakterisasi biodiesel seperti titik nyala (flash point), dan densitas, serta
analisis komposisi senyawa menggunakan Gas Chromatrhography-Mass
Spectroscopy (GC-MS).
6. Mengkarakterisasi katalis zeolit ZSM-5 menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD), Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray Spectroscopy
(SEM-EDX), dan Fouirer Transform Infra Red (FTIR).
C. Manfaat Penelitian
Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan ilmiah, manfaat penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan pemanfaatan kaleng aluminium bekas dan silika sekam padi
sebagai bahan baku alternatif yang ramah lingkungan untuk sintesis katalis
zeolit ZSM-5.
2. Memberikan infomasi ilmiah mengenai sintesis zeolit ZSM-5 dengan metode
hidrotermal.
3. Meningkakan pemanfaatan minyak biji karet sebagai bahan baku biodiesel
dengan metode transesterifikasi yang dapat memberikan nilai tambah secara
ekonomis.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Zeolit
Istilah “zeolit” didefinisikan oleh ahli mineral Swedia yaitu Axel Fredrik
Cronstedt melalui penemuannya ketika memanaskan mineral stilbite dan
dihasilkan uap dari air yang terserap oleh mineral tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, A.F Cronstedt memberi nama “zeolit” berasal dari bahasa Yunani “zeo”
dan “lithos” artinya batu yang mendidih. Berdasarkan ilmu kimia, zeolit adalah
material kristalin berpori berbasis aluminosilikat dengan Al2O3 dan SiO2 yang
saling terhubung melalui sudut-sudut struktur kerangka tiga dimensi tetrahedral
(Xu et al., 2007).
The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC)
mengkategorikan material berpori menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran pori
yaitu mikropori (lebih kecil dari 2 nm), mesopori (2-50 nm), dan makropori (lebih
besar dari 50 nm). Selain itu berdasarkan sistem pori menggunakan jumlah
tetrahedral TO4, zeolit dapat dikategorikan sebagai pori kecil (dibatasi 8 TO4),
pori sedang (10 TO4), pori besar (12 TO4), dan pori sangat besar (lebih dari 12
TO4) (Xu et al., 2007). Zeolit adalah salah satu material berpori, sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai adsorben (Wirawan et al., 2015), katalis (Widayat and
Annisa, 2017), dan purifikasi gas (Macala et al., 2017).
8
B. Unit Pembangun Struktur Zeolit
Berdasarkan The International Zeolite Association (IZA) telah diidentifikasi
sekitar 231 jenis zeolit. Struktur zeolit umumnya dijelaskan dalam database
struktur zeolit IZA dengan istilah unit pembangun primer (PBUs), unit
pembangun sekunder (SBUs), unit pembangun kerangka (CBUs), rantai, dan
lapisan (Xu et al., 2007).
1. Unit Pembangun Primer (PBUs)
Unit penyusun kristalografi dasar zeolit adalah TO4 (T, tetrahedron) dengan atom
T dapat berupa Si atau Al sedangkan O adalah atom oksigen yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Unsur kimia yang diidentifikasi dalam zeolit awalnya adalah Al
dan Si. Namun seiring dengan perkembangan dalam penelitian, unsur-unsur
penyusun zeolit mencakup atom B, P, Ti, V, Mn, Fe, Co, Ni, Zn, Ga, dan Ge.
Tetrahedral TO4 terhubung dengan tetrahedral TO4 lain yang berdekatan melalui
ikatan dengan pembagian sudut menghasilkan kerangka tiga dimensi zeolit.
Selain itu, penggantian Si4+
dengan Al3+
dalam zeolit menghasilkan muatan
negatif dalam kerangka tiga dimensi zeolit tersebut. Kation anorganik seperti
Na+, Li
+, dan K
+ serta kation organik seperti TPA
+ (kation tetrapropilammonium)
atau campuran keduanya dapat disubtitusikan ke dalam saluran atau rongga zeolit
untuk menyeimbangkan muatan negatif dari kerangka tiga dimensi zeolit tersebut,
sehingga muatan total dari keseluruhan struktur zeolit netral (Baerlocher et al.,
2007).
9
Gambar 1. Struktur kimia zeolit (a) struktur TO4 (b) struktur TO4 yang saling
terhubung (sumber : Baerlocher et al., 2007).
2. Unit Pembangun Sekunder (SBUs)
Kerangka zeolit tersusun dari unit komponen terbatas dan unit komponen tidak
terbatas seperti rantai dan lapisan. Konsep dari unit pembangun sekunder (SBUs)
diperkenalkan oleh Meirer dan Smith. Unit pembangun sekunder (SBUs) harus
memenuhi persyaratan berikut:
a. Keseluruhan kerangka zeolit harus dibangun berdasarkan satu unit tunggal.
b. Jumlah SBUs dalam satuan sel harus berupa bilangan bulat.
c. Nomor atom T maksimum dalam satu SBUs adalah 16.
Unit pembangun sekunder (SBUs) sangat penting untuk melihat struktur zeolit
dari unit pembangun sekunder (SBUs) yang sama dengan koneksi yang berbeda ,
sehingga menghasilkan berbagai struktur zeolit. Misalnya kerangka struktur MFI
yang dibangun dengan SBUs 5-1 menghasilkan struktur zeolit ZSM-5, AZ-1,
Boralit, monoklinik H-ZSM-5, silikat dan sebagainya. Contoh unit pembangun
sekunder ditunjukkan pada Gambar 2.
a b O
Si atau Al
10
Gambar 2. Unit pembangun sekunder (SBUs) (sumber : Xu et al., 2007).
Namun unit pembangun sekunder (SBUs) hanya digunakan untuk menjelaskan
struktur, sehingga untuk menjelaskan kerangka penyusun zeolit digunakan unit
pembangun kerangka (CBUs) (Xu et al., 2007).
3. Unit Pembangun Kerangka (CBUs)
Sebuah zeolit dapat dibangun lebih dari satu unit pembangun kerangka (CBUs)
dalam kerangka struktur zeolit. Kerangka adalah definisi umum dengan simbol n-
cincin. Misalnya zeolit ZSM-5 dibangun dengan struktur 12-cincin (Xu et al.,
2007). Beberapa jenis kerangka dari unit pembangun kerangka (CBUs)
ditunjukkan pada Gambar 3.
11
mor cas mel mfi
Gambar 3. Beberapa jenis kerangka yang ditemukan dalam zeolit (sumber :
Baerlocher et al., 2007).
4. Unit Pembangun Rantai
Beberapa struktur zeolit mengandung rantai. Ada lima jenis rantai pada struktur
zeolit yaitu rantai zig-zag ganda, rantai gigi gergaji ganda, poros ganda
periodisitas, rantai narsasukit, dan rantai pentasil. Hal ini digunakan untuk
mengetahui karakteristik melalui periodisitas dalam menentukan struktur zeolit.
Misalnya struktur zeolit ZSM-5 dibangun dengan rantai pentasil (Xu et al., 2007).
Jenis rantai dalam zeolit ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Jenis rantai dalam struktur zeolit (a) rantai zig-zag ganda (b) rantai
gigi gergaji ganda (c) rantai poros ganda (d) rantai narsasukit
(e) rantai pentasil (sumber : Xu et al., 2007).
5. Unit Pembangun Lapisan
Beberapa zeolit dapat dibangun dari lapisan tunggal. Lapisan satu dengan lapisan
lainnya terhubung untuk menyeimbangkan berbagai struktur zeolit dari lapisan
a b c d e
12
dasar yang sama (Xu et al., 2007). Contoh lapisan MFI yang dapat ditulis dengan
konfigurasi sistem pori 5.5.5.102.5
2.6 ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Contoh lapisan MFI (sumber : Xu et al., 2007).
C. Komposisi Zeolit
Komposisi struktur zeolit terdiri dari komposisi kerangka, distribusi dan posisi
kation dalam struktur zeolit, dan cetakan organik (Xu et al., 2007).
1. Komposisi Kerangka
Komposisi kerangka zeolit disusun oleh tetrahedral SiO4 dan AlO4. Kriteria
susunan dalam struktur zeolit dijelaskan oleh aturan Löwenstein’s bahwa satu
atom Al hanya dapat berikatan dengan empat atom Si. Secara umum atom Si dan
Al dalam struktur zeolit disimbolkan dengan T (Xu et al., 2007). Contoh struktur
ikatan dari zeolit ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur ikatan dari zeolit (sumber : Xu et al., 2007).
13
2. Distribusi dan Posisi Kation dalam Zeolit
Muatan positif maupun muatan negatif terdapat pada rongga dan kerangka dari
struktur zeolit. Muatan positif atau muatan negatif pada struktur zeolit
memberikan pengaruh sifat dan karakteristik dari zeolit tersebut. Distribusi dan
posisi kation dijelaskan oleh Takaishi menggunakan struktur FAU sebagai model
contoh. Penentuan struktur kimia zeolit melalui distribusi kation dipengaruhi oleh
faktor lain seperti ukuran kerangka, distribusi medan listrik statis, jari-jari kation,
bentuk hidrat dan dehidrat dari zeolit (Xu et al., 2007).
3. Cetakan Organik
Sintesis zeolit memiliki beberapa senyawa organik yang dapat digunakan sebagai
cetakan atau agen pembentuk struktur langsung dari zeolit. Kamil et al., (2015)
mempelajari pengaruh penambahan cetakan organik terhadap zeolit sintetik untuk
meningkatkan porositas sekunder baik mesopori maupun makropori. Sintesis
zeolit dengan mesopori maupun makropori dapat digunakan metode penambahan
cetakan maupun tanpa cetakan (Rilyanti et al., 2016). Rilyanti et al., (2016)
melaporkan juga bahwa metode cetakan dapat digunakan cetakan sedang, cetakan
keras seperti cetakan karbon, cetakan polimer, cetakan anorganik, dan cetakan
organik, sedangkan metode tanpa cetakan dapat digunakan desilikasi, zeolitisasi
pembentuk padat, dan silanisasi.
Dalam penelitian ini digunakan cetakan organik seperti tetrapropilammonium
hidroksida (TPAOH). Struktur tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH)
ditunjukkan pada Gambar 7.
14
Gambar 7. Struktur tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH) (sumber :
Abbasian and Taghizadeh, 2014).
Abbasian and Taghizadeh (2014) melaporkan tetrapropilammonium hidroksida
(TPAOH) digunakan sebagai cetakan untuk sintesis zeolit ZSM-5. Namun, kation
TPA+ memiliki pengaruh terhadap lingkungan karena dapat mencemari air dan
udara melalui dekomposisi termal. Selain itu, permasalahan dengan
menggunakan cetakan tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH) adalah
biayanya yang mahal. Sifat fisik dan kimia dari TPAOH berdasarkan data
Material Safety Data Sheets (MSDS) dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Sifat fisik dan kimia tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH)
Bentuk Cair
Warna Tidak berwarna
Aroma Tidak berbau
pH 7 (Netral)
Densitas 1 g/ cm-3
pada 20 ºC
Titik didih 100 - 102 ºC
Titik nyala 102 ºC
Berat molekul 203,36 g/ mol
Kelarutan Larut dalam air, dan metanol
Kestabilan Stabil
Penyimpanan Di bawah suhu 30 ºC
D. Macam-macam Zeolit
Berdasarkan asalnya zeolit dibagi menjadi dua yaitu zeolit alam dan zeolit
sintetik.
15
1. Zeolit Alam
Zeolit alam adalah material alam yang terbentuk karena adanya proses kimia dan
fisika yang kompleks dari batu-batuan melalui berbagai macam perubahan alam
seperti yang tercantum dalam Tabel 2. Para ahli geokimia dan mineralogi
memperkirakan bahwa zeolit adalah produk gunung berapi yang membeku
menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen, dan batuan metamorfosa yang
selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas dan dingin
sehingga terbentuk mineral-mineral zeolit. Jenis zeolit alam dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu zeolit yang terdapat di antara lapisan batuan zeolit dan zeolit
berupa batuan (Lestari, 2010).
Tabel 2. Contoh zeolit alam
Jenis Zeolit Alam Contoh Zeolit Alam
Zeolit di antara lapisan batuan
kalsit, kwarsa, renit, klorit, fluorit,
dan mineral sulfida.
Zeolit berupa batuan klipnotilotit, analsim, laumontit,
modenit, filipsit, erionit, kabasit, dan
heulandit.
(Sumber : Lestari, 2010)
Zeolit alam biasanya dapat ditambang secara langsung dari alam. Namun zeolit
alam memiliki beberapa kelemahan seperti mengandung pengotor Na, K, Ca, Mg,
dan Fe serta kristalinitasnya kurang baik, sehingga untuk meningkatkan
aktivitasnya sebagai katalis, adsorben, atau aplikasinya lainnya perlu dilakukan
aktivasi dan modifikasi baik secara kimiawi maupun fisika (Jha and Singh, 2012).
2. Zeolit Sintetik
Zeolit sintetik adalah zeolit yang disintesis secara rekayasa sedemikian rupa
sehingga didapatkan karakteristik yang diinginkan seperti struktur kristal, ukuran
16
pori dan kerangka dari struktur zeolit tersebut (Jha and Singh, 2012). Prinsip
dasar sintesis zeolit sintetik adalah kombinasi komponen antara silika dan alumina
yang dapat di sintesis menggunakan metode hidrotermal (Hu et al., 2017),
solvotermal (Xu et al., 2007), dan sol-gel (Widayat and Annisa, 2017).
Perkembangan penelitian saat ini, modifikasi zeolit sintetik dapat dilakukan untuk
memperoleh karakteristik yang lebih unggul dalam aplikasinya dengan beberapa
metode seperti kalsinasi temperatur tinggi (Widayat and Annisa, 2017),
penambahan cetakan organik (Abbasian and Taghizadeh, 2014), pertukaran ion
(Wang et al., 2014 ), dealuminasi (Silaghi et al., 2016), substitusi heteroatom (Dai
et al., 2017), dan modifikasi kerangka permukaan zeolit (Xu et al., 2007). Contoh
zeolit sintetik dirangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Contoh zeolit sintetik
Kelas Zeolit Rasio
molar
Si/Al
Zeolit Sintetik Metode Referensi
Silika rendah ≤ 2 Analkim (ANA),
Pertukaran
ion
Lestari, 2010
Na-X (FAU) dan Na-A, Hidrotermal Hu et al., 2017
Klinoptilolit(HEU) Pertukaran
ion
Wang and Peng,
2010
Silika sedang 2-5 Mordenit (MOR)
Pertukaran
ion
Wang and
Peng., 2010
Na-Y (FAU) Hidrotermal Subagjo et al.,
2015
Silika tinggi > 5 ZSM-5 (MFI)
Sol-gel
Widayat and
Annisa, 2017
Zeolit β Pertukaran
ion
Wang et al.,
2014
17
E. Zeolit ZSM-5
Zeolit ZSM-5 merupakan salah satu jenis zeolit sintetik dengan tipe kerangka MFI
yang memiliki rumus kimia [Nan (H2O)16 AlnSi96-nO192]-MFI, n < 27, dan dapat
disintesis dengan variasi rasio Si/Al 10-100. Secara umum dapat ditulis sebagai
zeolit ZSM-5, namun secara spesifik dapat di tulis sebagai Na-ZSM-5, NH4-ZSM-
5, TPA-ZSM-5, H-ZSM-5 atau logam lainnya untuk menunjukkan situs aktif
asamnya (Dai et al., 2017; Yang et al., 2017). Berdasarkan International Zeolite
Assosiassion (IZA), data tentang zeolit tipe MFI dan ZSM-5 ditunjukkan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Data zeolit tipe kerangka MFI dan ZSM-5
MFI
Unit sel Ortorombik
a = 20,1 Å, b = 19,7 Å, c = 13,1 Å
Simetri Pnma
Sistem pori 12 TO4
Unit Pembangun Sekunder (SBUs) 5-1
Unit Pembangun Kerangka (CBUs)
mor cas mel mfi
Material dengan tipe kerangka MFI ZSM-5, [As-Si-O]-MFI, [Fe-Si-O]-MFI,
[Ga-Si-O]-MFI, AMS-1 B, AZ-1, bor-C,
boralit-C, ensilit, FZ-1, LZ-105, monoklinik
H-ZSM-5, mutinait, NU-4, silikat, TS-1,
TSZ, TSZ-III, TZ-01, USC-4, USI-108,
ZBH, ZKQ-1 B, ZMQ-TB, ZSM-5 bebas
organik
ZSM-5
Unit sel Ortorombik
a = 20,07 Å, b = 19,92 Å, c = 13,42 Å
Simetri Pnma
Densitas Kerangka 17,9 T/ 1000 Å3
Tipe pori (Channels) {[100] 10 5,1 × 5,5 ↔ [010] 10 5,3 ×
5,6}***
18
10 cincin dilihat dari [100]
10 cincin dilihat dari [010]
(Sumber : Xu et al., 2007)
Zeolit ZSM-5 dibangun oleh unit [58] dengan simetri D2d yang saling terhubung
membentuk rantai pentasil. Rantai pentasil saling terhubung dengan yang lainnya
melalui ikatan oksigen membentuk lembaran dengan 10 cincin. Lembar rantai
pentasil yang berdekatan saling terhubung melalui ikatan oksigen membentuk
kerangka tiga dimensi (Xu et al., 2007). Mekanisme pembentukan struktur zeolit
ZSM-5 ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Mekanisme pembentukan struktur zeolit ZSM-5 (sumber : Xu et al.,
2007).
Fouad et al., (2006) memperlajari pengaruh perbedaan cetakan untuk sintesis
zeolit ZSM-5. Cetakan yang digunakan tetrametilammonium hidroksida
19
(TMAOH), tetraetilammonium hidroksida (TEAOH), tetrapropilammonium
hidroksida (TPAOH), dan tetrabutilammonium hidroksida (TBAOH). Variasi
cetakan memberikan pengaruh kristalinitas dari zeolit ZSM-5 yang meningkat
dengan urutan pengaruh cetakan yaitu TMAOH<TEAOH<TBAOH<TPAOH,
area permukaan berturut-turut 230 m2/g, 285 m
2/g, 292 m
2/g, dan 358,21 m
2/g,
ukuran rata-rata kristal berturut-berturut 180 nm, 130,2 nm, 123,1 nm, dan 55,8
nm dengan membentuk fasa ZSM-5 seluruhnya.
Xue et al., (2012) melaporkan bahwa sintesis zeolit ZSM-5 mesopori
menggunakan TPAOH sebagai cetakan tunggal dengan metode hidrotermal pada
suhu 100 ºC selama 24 jam menghasilkan nukleus dan volume pori sekunder pada
kristal zeolit dengan ukuran volume mesopori pada kristal zeolit ZSM-5 adalah
0,2 cm3 g
-1.
Proscanu et al., (2013) melakukan sintesis zeolit ZSM-5 menggunakan natrium
silikat dan aluminium nitrat yang dicampurkan dengan rasio SiO2/ Al2O3 90 pada
pH 7,0-7,5 dengan metode presipitasi. Kemudian ditambahkan cetakan organik
TPAOH menggunakan metode hidrotermal dengan autoclave yang diatur pada
kondisi suhu 443 K, tekanan 6 bar, dan waktu 48 jam. Hasil sintesis zeolit ZSM-5
dikarakterisasi menggunakan XRD, FTIR, dan SEM diperoleh zeolit ZSM-5
dengan kerangka MFI, karakteristik ikatan 5 cincin struktur pentasil pada 540,90
cm-1
, dan morfologi kristal seperti bunga kol.
Rilyanti et al., (2016) melakukan sintesis ZSM-5 dengan mengurangi jumlah mol
TPABr sebagai Organic Structure Directing Agent (OSDA) variasi 1/5 dan 1/20
dari 0,24 mol TPA+ menggunakan metode Steam Assisted Crystallization (SAC).
20
Hasil yang diperoleh dengan pengurangan jumlah mol 1/5 dan 1/20 dari 0,24 mol
TPA+ yang dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM, dan BET menunjukkan
bahwa persen kristalinitas berturut-turut yaitu 80 % dan 100 % dengan puncak 2θ
23,05°, struktur morfologi menunjukkan tipe moffin, dan ukuran luas permukaan
luar 50 dan 6 m2/g.
Widayat and Annisa, (2017) mempelajari pengaruh variasi suhu dan waktu
kalsinasi terhadap sintesis dan karakterisasi zeolit ZSM-5 sebagai katalis. Zeolit
ZSM-5 disintesis menggunakan metode sol-gel, dikalsinasi pada variasi suhu 500,
600, 700, dan 800 ºC, serta waktu 5 dan 7 jam. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sebelum dikalsinasi zeolit ZSM-5 memiliki kristalinitas rata-
rata 37,73 %. Namun, setelah dikalsinasi kristanilitas katalis zeolit ZSM-5
meningkat berturut turut 39,19; 44,09; 42,94; dan 44,88 % berdasarkan analisis
SEM. Selain itu, pengaruh waktu kalsinasi meningkatkan kekerasan kristal zeolit
ZSM-5 berdasarkan analisis XRD dengan meningkatnya intensitas pada 2θ yaitu
23º.
Hartati et al., (2017) melakukan sintesis zeolit ZSM-5 tanpa cetakan organik
dengan desilikasi menggunakan metode hidrotermal dengan bahan baku natrium
aluminat dan tetraetilortosilikat (TEOS) melalui dua tahap. Tahap pertama
menghasilkan zeolit ZSM-5 mikropori dengan autoclave stainless steel pada suhu
175 ºC, variasi waktu 24, 36, 48, dan 72 jam. Tahap kedua menggunakan
desilikasi dengan mencampurkan 0,176 gr zeolit ZSM-5 mikropori, 20 mL
akuades, 10 mL etanol, dan ditambahkan perlahan 20 mL NaOH 0,125 M yang
dimasukkan ke dalam botol polipropilen pada kondisi suhu 100 ºC selama 24 jam.
21
Hasil analisis sintesis zeolit ZSM-5 diperoleh area permukaan mesopori, volume
pori, dan diameter pori yaitu 42,752 m2/g, 0,186 cc/g, dan 3,810 nm.
F. Bahan Baku Sintesis Zeolit ZSM-5
Zeolit ZSM-5 umumnya dapat disintesis dengan perpaduan antara silika dan
alumina. Sumber silika dapat digunakan natrium silikat (Proscanu et al., 2013),
silika kolodial (Xue et al., 2012), tetraetilortosilikat (TEOS), ludox (Xianliang and
Zhengbao, 2011; Rilyanti et al., 2016), silika hidrogel (Shirazi et al., 2008), dan
silika sekam padi (Johan et al., 2016). Sumber alumina dapat digunakan
aluminium nitrat (Proscanu et al., 2013), aluminium sulfat (Xianliang and
Zhengbao, 2011), natrium alumina (Wang et al., 2016), aluminium isoproksida
(AlP) (Hartati et al., 2017) dan bahan lain yang mengandung aluminium seperti
pada penelitian ini menggunakan kaleng aluminium bekas.
Cetakan yang umum digunakan sebagai pembentuk struktur kerangka MFI pada
zeolit ZSM-5 dapat digunakan tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH) (Xue
et al., 2012), tetrapropilammonium bromida (Rilyanti et al., 2016), atau surfaktan
setiltrimetilammonium bromida (CTAB) (Hartati et al., 2017).
1. Kaleng Aluminium Bekas
Kaleng aluminium bekas dapat didaur ulang mencapai 95 % (Adans et al., 2016).
Pengolahan kaleng aluminium sebagai sumber alumina dapat digunakan metode
presipitasi (Adans et al., 2016; Matori et al., 2012), ekstraksi menggunakan asam
(Ahmedzeki et al., 2017), dan pelelehan (Abdulsada, 2013).
22
Adans et al., (2016) mempelajari kandungan logam aluminium dalam kaleng
minuman ringan bekas menggunakan metode presipitasi. Abdulsada, (2013) dan
Begum, (2013) mempelajari kandungan logam penyusun kaleng minuman ringan
bekas menggunakan metode pelelehan. Persentase kadar aluminium dan logam
lain tercantum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan logam dalam kaleng minuman ringan bekas
Logam Kandungan (%) Referensi
Aluminium (Al) 95 Adans et al., 2016
96,37 – 98,72 Begum, 2013
Magnesium (Mg) 4
Mangan (Mn) 0,74
Abdulsada, 2013
Besi (Fe) 0,64
Vanadium (V) 0,4
Tembaga (Cu) 0,13
Zink (Zn) 0,08
Kromium (Cr) 0,18
2. Silika Sekam Padi
Pada umumnya, beras diproduksi sekitar 600 juta ton setiap tahunnya. Rata-rata
sekitar 20 % adalah sekam padi sebagai limbah pertanian (Le et al., 2013). Silika
banyak diaplikasikan sebagai material bioteknologi, komponen ramah lingkungan,
industri semen, material komposit (Nandiyanto et al., 2014), keramik, katalis,
silika gel kromatografi, dan elektronik (Simanjuntak et al., 2016).
Sekam padi dapat digunakan sebagai sumber silika dengan beberapa metode
seperti presipitasi (Ghorbani et al., 2015; Pandiangan et al., 2017a), pembakaran
dalam Furnace (Bogeshwaran et al., 2014), sol-gel (Le et al., 2013), ekstraksi
alkali dan atau sol gel (Nandiyanto et al., 2016; Simanjuntak et al., 2016).
23
Simanjuntak et al., (2016) melakukan ekstraksi silika sekam padi dengan metode
alkali dan mempelajari perbandingan pengubahan sol menjadi gel silika
menggunakan asap cair dan HNO3 10 %. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada
Tabel 6 dan 7. Bogeshwaran et al., (2014) dan memperlajari komposisi sekam
padi menggunakan metode analisis XRF. Komposisi sekam padi tercantum dalam
Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi sekam padi
Komponen Kandungan (%) Referensi
Lignin 22,34 Bogeshwaran et al., 2014
70 Ghorbani et al., 2015; Simanjuntak et al.,
2016 Abu mineral
anorganik
20
Selulosa 31,12
Bogeswaran et al., 2014
Hemi-selulosa 22,48
Air 7,86
Abu mineral
anorganik
13,87
Bahan lain
2,33
10 Ghorbani et al., 2015; Simanjuntak et al.,
2016
Ghorbani et al., (2015) mempelajari pengaruh perlakuan awal pencucian terhadap
sekam padi menggunakan asam seperti HNO3, HCl, dan H2SO4 sebelum ekstraksi
silika sekam padi. Le et al., (2013) melakukan ekstraksi silika sekam padi
menggunakan metode sol-gel dan analisis komposisi abu sekam padi
menggunakan AAS. Komposisi mineral dalam sekam padi tercantum dalam
Tabel 7.
24
Tabel 7. Komposisi mineral sekam padi
Mineral Komposisi (%)
Referensi Perlakuan SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O Oksida
lain
Tanpa
perlakuan
85,15 0,29 0,19 1,31 0,92 4,95 7,19 Ghorbani
et al., 2015;
Simanjuntak
et al., 2016 HNO3 94,79 0,06 0,02 0,49 0,11 0,11 4,42
AAS 99,08 0,06 0,04 0,04 0,06 0,01 0,71 Le et al.,
2013
G. Katalis
Katalis diperkenalkan oleh Baron J. J. Berzelius sebagai suatu zat atau substansi
yang dapat mempercepat dan menurunkan energi aktivasi dalam reaksi kimia
tanpa mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi.
Secara garis besar, katalis mempunyai tiga fungsi yaitu : (1) aktivitas untuk
memacu laju reaksi (2) selektivitas untuk mengarahkan suatu reaksi menghasilkan
produk tertentu (3) stabilitas untuk menahan hal-hal yang dapat mengakibatkan
terjadinya deaktivasi katalis (Deutschmann et al., 2009).
Secara umum, katalis dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu katalis
homogen dan heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa
sama (umumnya cair) dengan reaktan dan produk, sehingga sulit dilakukan
pemisahan dan memiliki efek tidak ramah lingkungan karena bersifat korosif.
Katalis heterogen adalah katalis yang memiliki fasa berbeda (umumnya padat)
dengan reaktan, sehingga dapat dilakukan pemisahan untuk digunakan kembali
(Deutschmann et al., 2009).
25
Losch et al., (2017) mempelajari zeolit ZSM-5 mesopori sebagai katalis heterogen
asam dengan metode desilikasi yang diaplikasikan sebagai katalis reaksi siklisasi
Diels-Alder antara isoprena dan metilakrilat, reaksi konversi metanol menjadi
olefin, reaksi alkilasi Friedel-Crafts dari anisol, dan reaksi klorinasi dari
iodobenzena dengan asam trikloroisosianurat (TCCA). Zeolit ZSM-5 memiliki
sifat-sifat ideal sebagai katalis heterogen asam yaitu : (1) memiliki kation yang
dapat dipertukarkan sebagai situs aktif pada struktur kerangka zeolit ZSM-5. (2)
memiliki situs aktif asam yang besar apabila dipertukarkan oleh kation H+. (3)
memiliki diameter pori yang relatif kecil sehingga keselektifan terhadap reaktan
dan produk tertentu tinggi.
H. Metode Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk memproduksi
biodiesel sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan dan tidak beracun dari
minyak tumbuhan atau hewan. Dalam reaksi ini metanol direaksikan dengan
trigliserida untuk menghasilkan metil ester (biodiesel) dan gliserol (Khazaai et al.,
2017). Reaksi transesterifikasi diikuti esterifikasi adalah metode sederhana untuk
mengkonversi lemak atau minyak menjadi biodiesel. Dalam reaksi
transesterifikasi, molekul trigliserida dalam bentuk minyak bereaksi dengan rantai
pendek metil dari metanol dalam suasana katalis membentuk metil ester dan
gliserol. Kemudian tahap demi tahap diikuti dengan reaksi esterifikasi secara
stokiometri, setiap mol metanol bereaksi dengan asam lemak bebas untuk
menghasikan metil ester dan air (Khazaai et al., 2017). Secara sederhana reaksi
transesterifikasi ditunjukkan pada Gambar 9.
26
Trigliserida Metanol Gliserol Biodiesel
Gambar 9. Reaksi transesterifikasi (sumber : Khazaai et al., 2017).
Reaksi transesterifikasi dapat digunakan katalis homogen atau katalis heterogen
untuk mengkatalisis reaksi tersebut melalui situs aktif asam atau basa pada katalis
(Morshed et al., 2011). Rangkuman kondisi metode reaksi transesterifikasi
tercantum dalam Tabel 8.
Tabel 8. Rangkuman kondisi reaksi transesterifikasi
Katalis
Kondisi reaksi Konversi (C)
atau Produk
(Y) (%) Referensi Suhu
(ºC)
MeOH :
Minyak
Berat
Katalis (%)
Waktu
(Jam)
CaO/SiO2 70 2 : 1 10 6 C = 92 Pandiangan
et al., 2016b
CaO-
MgO/SiO2
70 2 : 1 10 6 Y = 90 Pandiangan
et al., 2017b
MCM-41 153 16 : 1 5,06 2 Y = 95,5 Karnjanakom
et al., 2016
Karbon/
KOH
55 15 : 1 3,5 1 Y = 89,81 Dhawane
et al., 2016
CuO/ C 65 10 : 1 8 6 C = 95 Ong et al.,
2014
I. Bahan Baku Biodiesel
1. Biji Karet
Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) dapat menghasilkan sekitar 150 kg biji karet
(kernel) per hektar di India (Yusup et al., 2010), sekitar 0,532 juta ton per tahun di
Thailand (Roschat et al., 2017), sekitar 100-1200 kg per hektar di Indonesia
Katalis
27
(Widayat and Suherman, 2012). Biji karet mengandung sekitar 40-50 % kernel
dan 50-60 % kulit cangkang (Kittigowittana et al., 2013). Komposisi kernel biji
karet terdiri dari minyak 40-50 % dalam keadaan kering (Gimbun et al., 2013;
Pandiangan et al., 2017b), abu 2,71 %, air 3,71 %, protein 22,17 %, dan
karbohidrat 24,21 % (Luftinor, 2014; Abdulkadir et al., (2015). Bagian-bagian
biji karet ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Bagian-bagian biji karet (Kittigowittana et al., 2013).
Pandiangan et al., (2017b) melaporkan bahwa kandungan minyak biji karet
mencapai 40-50 % dengan asam lemak bebas 35,57 %. Gimbun et al., 2013;
Luftinor, 2014; dan Abdulkadir et al., (2015) melakukan karakterisasi biji karet
menggunakan metode Association of Official Analytical Chemists (AOAC) untuk
menentukan kandungan komponen dalam biji karet. Kandungan biji karet
tercantum dalam Tabel 9.
Tabel 9. Kandungan biji karet
Komposisi Biji Karet
Protein Abu Minyak Karbohidrat Air Bahan lain
Kandungan (%) 22,17 2,88 40,00 24,21 3,30 7,44
(Sumber : Gimbun et al., 2013; Luftinor, 2014; dan Abdulkadir et al., 2015; dan
Pandiangan et al., 2017b)
Kulit buah biji karet
Kulit biji karet Kernel
28
2. Metode Ekstraksi Minyak Biji Karet
Minyak biji karet dapat diekstraksi dari kernel biji karet kering melalui dua
metode yaitu metode mekanik menggunakan alat press hidrolik (Sabarish et al.,
2016; Pandiangan et al., 2017b) dan metode ekstraksi pelarut (Roschat et al.,
2017).
Morshed et al., (2011) melaporkan hasil rendemen minyak biji karet yang
diperoleh yaitu 5,35 % menggunakan alat press hidrolik dalam skala laboratorium,
namun dikombinasikan dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana
untuk meningkatkan hasil rendemen minyak biji karet mencapai 49 %.
Sabarish et al., (2016) melakukan ekstraksi minyak biji karet menggunakan alat
press hidrolik dengan variabel suhu pengeringan, tekanan, waktu pengeringan,
dan waktu pengepresan. Penentuan persen rendemen minyak digunakan metode
ANOVA. Hasil ekstraksi minyak biji karet menggunakan alat press hidrolik
tercantum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Hasil ekstraksi minyak biji karet menggunakan alat press hidrolik
Perlakuan Suhu
pengeringan
(ºC)
Tekanan
(Kpa)
Waktu
pengeringan
(jam)
Waktu
pengepresan
(menit)
Hasil (%)
1 55 25 1 15 6
2 65 25 1 15 7,33
3 55 35 1 15 10
4 65 35 1 15 10
5 55 25 3 15 6,67
6 65 25 3 15 7,33
7 55 35 3 15 11,67
8 65 35 3 15 11,67
(Sumber : Sabarish et al., 2016)
29
3. Komposisi Minyak Biji Karet
Minyak biji karet mengandung 55,9 - 58,5 % asam lemak poli-tidak jenuh seperti
asam linoleat dan asam linolenat, 20,1 - 24,6 % asam lemak mono-tidak jenuh
seperti asam oleat, dan 18,9 % asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan asam
stearat (Roschat et al., 2017). Dominasi asam lemak poli-tidak jenuh pada
minyak biji karet dapat meningkatkan kekentalan dan angka setana (Silitonga et
al., 2016). Minyak biji karet merupakan minyak bukan konsumsi karena terdapat
senyawa beracun sianogenik glikosida dengan kandungan asam prussic yang
dapat bereaksi dengan enzim (Salimon et al., 2012). Minyak biji karet selama ini
telah digunakan sebagai bahan baku pelumas, tinta percetakan, biodiesel, cat, dan
resin (binder) (Kittigowittana et al., 2013). Kandungan minyak biji karet
tercantum dalam Tabel 11.
Tabel 11. Kandungan minyak biji karet
Kandungan Asam
lemak
Komposisi (%)
Roschat et al.,
2017
Gimbun et al., 2013 Pandiangan et al.,
2017b
Asam palmitat
C 16:0
9,1 10,29 11,83
Asam stearat
C 18:0
5,6 8,68 13,27
Asam oleat
C 18:1
24,0 20,7 60,80
Asam linoleat
C 18:2
46,2 58,5 11,77
Asam linolenat
C 18:3
14,2 0,8 -
Asam lemak
lainnya
0,9 1,03 2,33
30
J. Biodiesel
Berdasarkan ilmu kimia, biodiesel adalah metil ester sebagai bahan bakar diesel
yang diperoleh dari rekasi antara trigliserida dengan metanol berbasis katalis pada
kondisi suhu dan waktu tertentu. Biodiesel sebagai salah satu energi alternatif
yang terus dikembangkan saat ini karena ramah lingkungan. Beberapa
keuntungan dari biodiesel yaitu rendah biaya, rendah gas emisi CO, tidak beracun,
pelumas mesin yang baik, rendah emisi sulfur, dan mudah terurai (Moser, 2016;
Roschat et al., 2017). Biodiesel dapat diproduksi secara langsung dari minyak
nabati atau lemak hewan melalui trigliserida yang direaksikan dengan metanol
berbasis katalis melalui metode transesterifikasi (Omidvarborna et al., 2015;
Zhang et al., 2016). Produksi biodiesel menggunakan bahan baku minyak kelapa
sawit (Petchmala et al., 2010), minyak kedelai (Xie et al., 2012), dan minyak biji
matahari (Jimenez et al., 2011) memiliki kelemahan yaitu biaya produksi yang
relatif tinggi sekitar 70 % dari biaya produksi total biodiesel hanya untuk
preparasi bahan baku tersebut (Ong et al., 2014). Selain itu penggunaan bahan
baku tersebut untuk produksi biodiesel skala industri, saling berkompetisi untuk
kebutuhan esensial minyak pangan dalam jangka panjang (Sanchez et al., 2015).
Oleh karena itu, penggunaan bahan baku minyak nabati non pangan menjadi
alternatif untuk produksi biodiesel seperti minyak biji jarak pagar, minyak biji
karet, minyak biji kapuk, dan minyak biji kelor (Moringa Oleifera) (Ong et al.,
2014; Pandiangan et al., 2016a) yang ditunjukkan dalam Tabel 12.
31
Tabel 12. Bahan Baku Biodiesel
Bahan Baku Suhu
(ºC)
Waktu
(Jam)
Rasio
Metanol :
Minyak
Berat
Katalis (%
Berat)
% Konversi
Biodiesel
Referensi
Minyak Biji
Jarak
150 4 9,88 : 1 7,61 90,32 Yee et al.,
2011
Minyak Biji
Matahari
200 6 12 : 1 14,6 91,5 Jimenez et
al., 2011
Minyak Biji
Kapuk
220 4,5 16,8 : 1 0,2 94,8 Shu et al.,
2010
Minyak Biji
Kedelai
180 5 24 : 1 5 94,6 Xie et al.,
2012
Minyak Biji
Kelor
150 2,5 19,5 : 1 3 84 Kafuku et
al., 2010
Minyak
Kelapa
Sawit
65 4 12 : 1 4,02 95,5 Sulaiman et
al., 2017
Minyak Biji
Karet
70 6 2 : 1 10 90 Pandiangan
et al., 2017b
Ong et al. (2014) melaporkan transesterifikasi minyak biji karet menggunakan
katalis heterogen CuO/C pada suhu 65 ºC selama 6 jam dengan perbandingan
metanol : minyak yaitu 10:1 menghasilkan persen konversi sekitar 95 %.
Roschat et al. (2017) melakukan transesterifikasi minyak biji karet menggunakan
variasi katalis heterogen yaitu natrium metasilikat dan CaO-AR ukuran partikel
0,3-1 mm dan > 1 µm dengan perbandingan metanol : minyak adalah 9 :1 dan 15 :
1 pada suhu 65 ºC selama 40 dan 180 menit menghasilkan persen konversi
biodiesel sekitar 97-98 %.
K. Analisis Biodiesel
GC-MS digunakan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa-senyawa dalam
biodiesel berdasarkan kromatogram pada GC dan intepretasi fragmentasi senyawa
pada MS.
32
1. Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS)
Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia dalam campuran suatu sampel
berdasarkan pemisahan komponen dalam campuran sampel pada GC dan
berdasarkan hasil fragmentasi senyawa-senyawa pada MS yang berasal dari
pemisahan di GC.
Widayat and Suherman (2012) melakukan identifikasi senyawa-senyawa dalam
biodiesel minyak biji karet menggunakan metode GC-MS. Hasil kromatogram
biodiesel minyak biji karet menunjukkan adanya 5 puncak. Intepretasi 5 puncak
pada kromatogram tersebut dijelaskan dalam MS untuk menentukan jenis
senyawa. Rangkuman identifikasi kandungan senyawa-senyawa dari biodiesel
minyak biji karet tercantum dalam Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman analisis GC-MS dari biodiesel minyak biji karet
No Waktu retensi (menit) Persentase (%) Metil ester (Biodiesel)
1 18,726 4,92 Metil palmitat
2 20,711 89,04 Metil linoleat
3 21,864 0,68 Metil dekanoat
4 23,411 6,01 Metil oleat
5 23,580 2,11 Metil dekanoat
(Sumber : Widayat and Suherman 2012)
Pandiangan et al., 2017b melakukan transesterifikasi minyak biji karet menjadi
biodiesel dengan katalis CaO-MgO/ SiO2 dan dianalisis menggunakan GC-MS.
Hasil kromatogram menunjukkan 4 puncak. Intepretasi 4 puncak dijelaskan untuk
menentukan jenis senyawa yang ditunjukkan dalam Tabel 14.
33
Tabel 14. Senyawa kimia dalam biodiesel minyak biji karet
No Waktu retensi (menit) Persentase relatif (%) Nama senyawa
1 36,1 11,83 Metil palmitat
2 39,5 11,77 Metil linoleat
3 39,6 60,80 Metil oleat
4 40,1 13,27 Metil stearat
(Sumber : Pandiangan et al., 2017b)
2. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel
Karakteristik sifat fisik dan kimia biodiesel dari minyak biji karet diuji
menggunakan standar ASTM D 6751-02, DIN V51606 (Yang et al., 2011), dan
SNI 04-7182-2015 yang ditunjukkan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik sifat fisik dan kimia biodiesel
Parameter ASTM D 6751-02 DIN V51606 SNI-7182-2015
Densitas (20 ºC) /
g cm-3
0,870-0,890 (15 ºC) 0,875-0,900 (15 ºC) 0,850-0,890
Viskositas (40ºC) /
mm2 s
-1
1,9-6,0 3,5-5,0 2,3-6,0
Titik Nyala/ ºC > 130 > 110 > 100
Angka Asam / mg
KOH g-1
< 0,8 < 0,5 < 0,5
Kandungan Sulfur /
Wt %
< 0,0015 < 0,01 < 50 mg/kg
Angka Setana > 47 > 49 > 51
(Sumber : Yang et al., 2011)
Yang et al. (2011) melaporkan bahwa sifat fisik dari biodiesel minyak biji karet
menunjukkan densitas 0,881 g cm-3
, viskositas 4,059 mm2 s
-1 pada 40 ºC, titik
nyala 150 ºC, angka asam 0,22 mg KOH g-1
, kandungan sulfur dan angka setana
sesuai spesifikasi dari ASTM D 6751-02. DIN V51606, dan SNI-7182-2015. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa biodiesel minyak biji karet dapat digunakan sebagai
bahan bakar diesel.
34
Roschat et al. (2017) melakukan uji karakteristik sifat biodiesel minyak biji karet
menggunakan standar ASTM dan EN 14214 menunjukkan densitas 880 kg m-3
,
viskositas 4,84 mm2 s
-1 pada 40 ºC, titik nyala 184 ºC, angka asam 0,35 mg KOH
g-1
, kandungan air 0,023 %w/w minyak, dan kandungan metil ester 97,74 %.
L. Karakterisasi Katalis Zeolit ZSM-5
Fasa kristal dan amorf secara kualitatif maupun kuantitatif, persen kristalinitas,
dan struktur kristal dapat ditentukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD).
Topografi, morfologi, informasi kristalografi, dan komposisi penyusun pada
permukaan katalis zeolit ZSM-5 dapat ditentukan menggunakan Scanning
Electron Microscopy- Energi Dispersif X-Ray Spectroscopy (SEM-EDX).
Karakteriasasi menggunakan Fourier Transform-Infra Red (FTIR) digunakan
untuk menentukan jumlah dan jenis situs asam, jenis ikatan kimia, dan gugus
fungsi.
1. X-Ray Diffraction (XRD)
Zeolit ZSM-5 dianalisis menggunakan XRD bertujuan untuk mengetahui fasa
kristal dan amorf secara kualitatif maupun kuantitatif, persen kristalinitas, dan
struktur kristal. Hartanto et al., (2016) melakukan analisis zeolit ZSM-5 dengan
variasi waktu kristalisasi 12, 24, 48, dan 72 jam dan dibandingkan dengan kaolin
serta silicalite menggunakan XRD. Hasil difraktogram zeolit ZSM-5 dengan
variasi waktu kristalisasi menunjukkan bahwa pengaruh variasi waktu kristalisasi
dari zeolit ZSM-5 terhadap intensitas puncak-puncak 2θ 7º, 8º, dan 23º sangat
signifikan. Hasil yang dilaporkan bahwa sampel zeolit ZSM-5/12 memiliki
intensitas rendah pada 2θ 7,9º; 8,7º; dan 23,13º yang mengindikasikan bahwa
35
kristal mulai terbentuk atau terjadinya proses nukleusasi. Refleksi karakteristik 2θ
dari zeolit ZSM-5 mulai muncul pada sampel zeolit ZSM-5/24, ZSM-5/48, dan
ZSM-5/72. Refleksi ini muncul pada 2θ 7,85º; 8,78º; 22,99º; 23,21º; 23,61º;
23,81º; dan 24,29º. Selain itu munculnya refleksi pada 2θ tersebut
mengindikasikan bahwa terbentuknya struktur MFI sebagai kerangka struktur dari
zeolit ZSM-5.
Widayat and Annisa, (2017) melakukan modifikasi zeolit ZSM-5 dengan variasi
suhu kalsinasi 500, 600, 700, dan 800 °C selama 5 jam. Hasil variasi suhu
kalsinasi tersebut menunjukkan bahwa secara umum memberikan refleksi 2θ yang
sama pada difraktogram yaitu 13°, 23°, dan 45°. Namun memberikan tingkat
kristalinitas yang berbeda yaitu 39,2 % pada suhu 500 °C, 44,1 % pada suhu 600
°C, 42,9 % pada suhu 700 °C, dan 44,9 % pada suhu 800 °C.
Secara umum persen kristalinitas suatu material padat dapat ditentukan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan matematis dengan beberapa metode yang
telah digunakan dan diperbarui oleh (Ahvenainen et al., 2016). Persen
kristalinitas ditentukan menggunakan persamaan matematis berikut :
1. Metode Segal
% Kristalinitas = I023 - Iam s
(I023 )r×100 %
Keterangan :
2θ = 22,00-23,00° (rentang intensitas kristalin)
2θ = 18,00-19,00° (rentang intensitas amorf)
(I023)s = Intensitas kristalin hasil analisis sampel
Iam = Intensitas amorf hasil analisis sampel
(I023)r = Intensitas kristalin referensi
36
2. Metode Gaussian peaks
% Kristalinitas = Acr
Acr + Aam ×100 %
Keterangan :
2θ = 13,00-25,00° (rentang luas area kristalin)
2θ = 18,00-22,00° (rentang luas area amorf)
Acr = Luas area kristalin hasil analisis sampel
Aam = Luas area amorf hasil analisis sampel
2. Metode Gaussian + Linier
% Kristalinitas = Acr
Acr + Aam ×100 %
Keterangan :
2θ = 13,00-50,00° (rentang luas area kristalin)
2θ = 10,00-22,50° (rentang luas area amorf)
Acr = Luas area kristalin hasil analisis sampel
Aam = Luas area amorf hasil analisis sampel
3. Metode amorphous subtraction
% Kristalinitas = 1 - Aam
Acr + Aam ×100 %
Keterangan :
2θ = 13,50-49,50° (rentang luas area kristalin dan amorf)
Acr = Luas area kristalin hasil analisis sampel
Aam = Luas area amorf hasil analisis sampel
4. Metode Gaussian peaks amorphous fitting
% Kristalinitas = 1 - Aam
Acr + Aam ×100 %
Keterangan :
2θ = 13,00-50,00° (rentang luas area kristalin dan amorf)
Acr = Luas area kristalin hasil analisis sampel
Aam = Luas area amorf hasil analisis sampel
37
2. Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray Spectroscopy (SEM-
EDX)
Analisis zeolit ZSM-5 menggunakan (SEM-EDX) bertujuan untuk mengetahui
topografi, morfologi kristal atau amorf, informasi kristalografi melalui
susunannya, dan komposisi elementer penyusunnya. Shirazi et al., (2008)
melakukan analisis terhadap zeolit ZSM-5 dengan variasi rasio Si/Al 10, 20, 25,
30, 40, dan 50 menggunakan SEM. Hasil karakterisasi diperoleh adanya variasi
morfologi kristal ellipsoidal dan kuboidal dengan ukuran kristal 1 - 10 µm.
Hartanto et al., (2016) melakukan karakterisasi terhadap zeolit ZSM-5 dengan
variasi waktu kristalisasi 12, 24, 48, dan 72 jam menggunakan SEM-EDX. Hasil
karakterisasi SEM-EDX diperoleh morfologi permukaan kristal dengan bentuk
heksagonal dari ZSM-5, dan hasil komposisi penyusun kristal dari EDX
ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil EDX dari ZSM-5 dengan variasi waktu kristalisasi
Waktu kristalisasi
(jam)
Kandungan (%)
Si Al Na O Si/Al
12 12,90 1,55 2,35 67,89 8,32
24 18,69 1,97 2,77 71,82 9,49
24 13,26 1,52 2,15 68,83 8,72
48 18,89 3,24 3,53 68,89 5,83
48 11,93 1,43 1,92 64,00 8,34
72 19,57 3,41 3,76 69,70 5,74
72 11,13 1,39 1,89 61,27 8,01
(Sumber : Hartanto et al., 2016)
3. Fourier Transform-Infra Red (FTIR)
Zeolit ZSM-5 dianalisis menggunakan FTIR bertujuan untuk mengetahui jenis
situs asam, jenis ikatan kimia, dan gugus fungsi yang mengadsorpsi basa piridin.
Jenis situs asam pada zeolit dibagi menjadi dua yaitu situs asam Brönsted Lowry
38
dan Lewis. Situs asam Brönsted Lowry dapat berperan sebagai jembatan pada
gugus silanol Si-O(H)-Al antara atom Si dan Al dari struktur kerangka dalam
zeolit ZSM-5. Jumlah situs asam Brönsted Lowry dapat ditentukan melalui
jumlah kerangka [MO4]- yang terhubung dengan silikat dalam zeolit ZSM-5.
Kekuatan situs asam Brönsted Lowry dipengaruhi oleh (1) struktur zeolit (2) rasio
Si/ Al dan (3) sifat dari ion logam trivalen seperti Al3+
. Situs asam lewis adalah
spesi kimia penerima elektron yang dapat terhubung melalui ikatan kimia T-O-T
pada struktur kerangka zeolit ZSM-5 seperti Na+, K
+, TPA
+, dan kation logam
lainnya.
Gambar 11. Spektra serapan piridin dari situs asam zeolit ZSM-5 (sumber :
Yang et al., 2017).
Yang et al., (2017) melaporkan hasil karakterisasi zeolit ZSM-5 menggunakan
metode FTIR. Jenis situs asam zeolit ZSM-5 dapat diintepretasikan pada daerah
serapan teradsorpsi piridin 1400-1600 cm-1
. Daerah serapan pada 1540 cm-1
menunjukkan adanya situs asam Bronsted Lowry, sedangkan pada daerah serapan
1450 cm-1
menunjukkan adanya situs asam Lewis. Daerah serapan pada bilangan
39
gelombang 1490 cm-1
menunjukkan adanya kedua situs asam Bronsted Lowry dan
Lewis yang mengadsorpsi piridin.
Tanabe, 1981 dan Hartanto et al., 2016 melaporkan spesifikasi daerah serapan
pada bilangan gelombang lain untuk kedua situs asam tersebut. Situs asam
Bronsted Lowry ditunjukkan pada bilangan gelombang 1485 - 1500, ~1620, dan
~1640 cm-1
. Situs asam Lewis diperoleh pada bilangan gelombang 1447 – 1460,
1488 – 1503, ~1580, dan 1600 – 1633 cm-1
.
Hartanto et al., (2016) melakukan analisis zeolit ZSM-5 dengan variasi waktu
kristalisasi 12, 24, 28, dan 72 jam menggunakan FTIR pada daerah serapan 1400
– 400 cm-1
. Hasil yang dilaporkan menunjukkan pada pita serapan 450 cm-1
dan
542 cm-1
memiliki karakteristik struktur kristalin MFI dari ZSM-5. Pita serapan
1229 cm-1
menunjukkan adanya cincin pentasil tiga dimensi dari bentuk pori yang
tidak dimiliki oleh zeolit lain. Shirazi et al., (2008) merangkum karakteristik
gugus fungsi dan daerah serapannya yang ditunjukkan dalam Tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik gugus fungsi dan daerah serapan zeolit ZSM-5
Jenis gugus fungsi Daerah serapan (cm-1
)
Unit SiO4 tetrahedral Pita serapan dekat : 788, 1084, dan
1218
Vibrasi internal SiO2, AlO4 tetrahedral,
silika, dan qartz
1000 – 1200
Vibrasi ulur asimetri 543, 1218, dan 1084 (hanya ZSM-5)
Struktur cincin pentasil 1218
Vibrasi ulur asimetri Si-O-T 1084
Vibrasi ulur simetri Si-O-T eksternal 788
Vibrasi kisi cincin pentasil ganda eksternal 543 (kristal ZSM-5)
Vibrasi tekuk T-O dari SiO4 dan AlO4 450 (kristal ZSM-5)
(Sumber : Shirazi et al., 2008)
40
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dari bulan Maret hingga September 2018
dengan kegiatan meliputi preparasi sampel, sintesis, kalsinasi, modifikasi, uji
aktivitas transesterifikasi zeolit ZSM-5, hingga analisis titik nyala (flash point),
dan densitas biodiesel di Laboratorium Kimia Polimer dan Kimia Anorganik-
Fisik, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Analisis GC-MS terhadap
sampel biodiesel dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Biokimia,
FMIPA Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Analisis XRD dilakukan di Badan
Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta. Analisis SEM-EDX dilakukan di UPT
Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung,
Bandar Lampung. Analisis FTIR dilakukan di Laboratorium Terpadu FMIPA
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : teflon, hot plate stirrer,
peralatan plastik polipropilen, neraca analitik, timbangan massa, saringan 200
mesh, mesin press hidrolik, corong plastik dan gelas, botol polipropilen, spatula
stainless, oven, lumpang dan alu, labu bundar, aerator, penangas air, magnetic
41
stirrer, refluks, statif, corong pisah, peralatan gelas, termometer, furnace, cawan,
dan piknometer.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kaleng aluminium
bekas, sekam padi, tetrapropilammonium hidroksida (TPAOH), larutan NaOH 1,5
%, larutan HNO3 10%, larutan NH4NO3 2 M, akuades, kertas saring, metanol,
indikator universal, dan biji karet.
C. Prosedur Penelitian
1. Preparasi dan Ekstraksi Silika Sekam Padi
Preparasi dan ekstraksi silika sekam padi mengadopsi metode yang dilaporkan
oleh (Ghorbani et al., 2015; Simanjuntak et al., 2016). Sekam padi dibersihkan
dari pengotor, dicuci berulang dengan air panas, disaring dan dibuang yang
mengapung, sedangkan sekam padi yang tenggelam dikumpulkan, direndam
dengan larutan HNO3 10 % selama 12 jam, dibilas dengan air bersih, dan
dikeringkan untuk digunakan sebagai sampel ekstraksi silika.
Ekstraksi silika sekam padi digunakan sekam 200 g padi yang dipanaskan dalam
2000 mL larutan NaOH 1,5 % hingga mendidih selama 30 menit. Hasil ekstraksi
sekam padi dikumpulkan, didinginkan pada suhu kamar, didiamkan selama 12
jam, dan disaring untuk memperoleh filtrat yang mengandung silika (sol silika).
Filtrat (sol silika) dikumpulkan, dan ditambahkan larutan HNO3 10% secara
bertahap hingga sol silika terbentuk menjadi gel silika pada pH netral (7,0) yang
diukur menggunakan indikator universal. Gel silika yang terbentuk didiamkan
42
pada suhu kamar, dicuci dengan air panas sambil disaring menggunakan saringan
200 mesh hingga bersih dan putih. Hasil silika dikeringkan dalam oven pada suhu
80 ºC hingga kering dan dihaluskan.
2. Preparasi Kaleng Aluminium Bekas
Preparasi kaleng aluminium bekas digunakan metode dari (Adans et al., 2016)
dengan cara kaleng aluminium bekas disiapkan, diamplas, dicuci dengan air sabun
hingga bersih dari pengotor, dikeringkan dan digunting menjadi berukuran kecil
untuk digunakan sebagai bahan baku alumina.
3. Sintesis Zeolit ZSM-5
Sintesis zeolit ZSM-5 dilakukan dengan mengadopsi metode (Kim et al., 2004;
Yang et al., 2017). Zeolit ZSM-5 pada penelitian ini disintesis dengan rasio Si/Al
10 yang disebut sebagai Na-ZSM-5 (10) melalui perbandingan molar 0,14 Na2O :
0,05 Al2O3 : 1 SiO2 : 25 H2O. Tahap pertama yaitu membuat larutan A dengan
cara melarutkan 11,2 g NaOH dalam 450 mL akuades, ditambahkan 2,5 mL
larutan TPAOH dan diaduk perlahan-lahan hingga homogen. Larutan A tersebut
dibagi menjadi dua bagian yaitu 200 mL dan 250 mL yang digunakan untuk
melarutkan kaleng aluminium dan silika sekam padi. Pada tahap kedua yaitu
pembuatan larutan alumina dengan cara melarutkan 2,7 g kaleng aluminium yang
telah digunting-gunting tersebut ke dalam 200 mL larutan A secara perlahan-lahan
hingga semua larut yang diperoleh sebagai larutan B. Pada tahap ketiga yaitu
pembuatan larutan silika dengan cara melarutkan 60 g silika sekam padi ke dalam
250 mL larutan A hingga larut yang diperoleh sebagai larutan C. Kedua larutan
tersebut yaitu larutan B dan larutan C dicampur hingga homogen.
43
Campuran larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol polipropilen dan
dikristalisasi menggunakan oven pada suhu 100 ºC selama 24, 48, 72, dan 96 jam.
Hasil gel zeolit Na-ZSM-5 (10) dicuci dengan akuades, dan dikeringakan pada
suhu 80 ºC hingga kering. Produk padatan kristal diperoleh secara spesifik
sebagai zeolit Na-ZSM-5 (10) yang dihaluskan dan disaring menggunakan
saringan 200 mesh.
Zeolit Na-ZSM-5 (10) dikalsinasi menggunakan furnace pada suhu 550 ºC selama
5 jam dengan metode penelitian sesuai yang dilaporkan oleh (Yang et al., 2017).
Langkah-langkah menggunakan furnace adalah sebagai berikut :
1. Sampel disiapkan.
2. Sampel dimasukkan dalam tungku pemanas (furnace), kemudian ditutup.
3. Alat furnace dihubungkan dengan sumber tegangan, kemudian diatur dalam
keadaan hidup atau ON.
4. Alat furnace diatur suhunya sesuai dengan perlakuan sampel.
5. Alat furnace dimatikan ketika proses telah selesai.
6. Sampel dikeluarkan dari tungku pemanas furnace setelah dalam keadaan
dingin.
4. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10)
Zeolit Na-ZSM-5 (10) dipilih dan dimodifikasi berdasarkan hasil uji aktivitas
transesterifikasi yang terbaik melalui parameter persen konversi. Pada penelitian
ini, modifikasi dilakukan dengan pertukaran ion menggunakan larutan NH4NO3 2
M berdasarkan metode yang dilaporkan oleh (Yang et al., 2017) dan modifikasi
44
kalsinasi pada suhu 800 °C selama 5 jam berdasarkan metode yang digunakan
oleh (Widayat and Annisa, 2017).
a. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Pertukaran Ion
Modifikasi melalui pertukaran ion digunakan 20 g zeolit Na-ZSM-5 (10) yang
dilarutkan dalam larutan NH4NO3 2 M selama 6 jam pada suhu 80 ºC dengan rasio
zeolit/larutan yaitu 1/10 mL untuk memperoleh zeolit NH4+-ZSM-5 (10). Hasil
zeolit NH4+-ZSM-5 (10) dicuci menggunakan akuades, disaring, dan dikeringkan
pada suhu 80 ºC. Zeolit NH4+-ZSM-5 (10) dikalsinasi pada suhu 550 ºC selama 5
jam untuk memperoleh zeolit H-ZSM-5 (10).
b. Modifikasi Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Metode Kalsinasi 800 °C
Zeolit Na-ZSM-5 (10) sebanyak 20 g dimodifikasi dengan kalsinasi pada suhu
800 °C selama 5 jam menggunakan furnace. Hasil zeolit Na-ZSM-5 (10)
kalsinasi 800 °C dihaluskan dan di saring menggunakan saringan 200 mesh.
5. Preparasi Minyak Biji Karet
Preparasi minyak biji karet digunakan metode yang dilaporkan oleh (Sabarish et
al., 2016; Pandiangan et al., 2017b). Biji karet disiapkan, dikupas dari
cangkangnya, dipotong-potong, dikeringkan dengan sinar matahari, dan dipress
menggunakan alat press hidrolik untuk memperoleh minyak biji karet.
6. Uji Aktivitas Zeolit ZSM-5 sebagai Katalis Transesterifikasi
Uji aktivitas transesterifikasi mengadopsi penelitian yang digunakan oleh
Pandiangan et al., (2017b) menggunakan perangkat refluks sebagai reaktor
transesterifikasi. Pada penelitian ini, dilakukan beberapa prosedur uji aktivitas
45
yaitu : (a) zeolit yang telah disintesis dengan variasi waktu kristalisasi diuji
aktivitasnya terhadap minyak biji karet, (b) zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 jam diuji
aktivitasnya terhadap minyak kelapa sebagai uji pendahuluan, dan zeolit H-ZSM-
5 (10) diuji aktivitasnya terhadap ko-reaktan (4:1), (c) zeolit sebelum dan setelah
modifikasi diuji aktivitasnya terhadap minyak biji karet, dan (d) zeolit terpilih
diuji aktivitasnya terhadap reaktan minyak biji karet : metanol dengan variasi
rasio 1:3 dan 1:4.
a. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) dengan Variasi Waktu Kristalisasi
terhadap Minyak Biji Karet
Uji aktivitas zeolit Na-ZSM-5 (10) variasi waktu kristalisasi digunakan 25 mL
minyak biji karet, 50 mL metanol, dan 2,5 g zeolit tersebut, dimasukkan dan
dicampur dalam labu bundar 500 mL bersama dengan pengaduk magnet.
Campuran dalam reaktan tersebut direfluks dengan kecepatan pengadukan 600
rpm pada suhu 70 ºC selama 6 jam. Hasil refluks disaring menggunakan corong
pisah dan didiamkan selama 12 jam hingga membentuk 2 fasa yaitu fasa minyak
biodiesel dan fasa sisa minyak. Hasil biodiesel dan sisa minyak diukur
volumenya dan ditentukan persen konversi menggunakan persamaan yang
tercantum dalam Lampiran 5.
b. Uji Aktivitas Zeolit Na-ZSM-5 (10) terhadap Minyak Kelapa dan Zeolit
H-ZSM-5 (10) terhadap Ko-reaktan
Uji aktivitas dari zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 jam digunakan 25 mL minyak kelapa,
dan uji aktivitas zeolit H-ZSM-5 digunakan 25 mL ko-reaktan dengan rasio
minyak biji karet : minyak kelapa (4:1). Masing masing uji aktivitas tersebut
ditambahkan 50 mL metanol, dan 2,5 g dari masing-masing zeolit tersebut,
46
dimasukkan dan dicampur dalam labu bundar 500 mL bersama dengan pengaduk
magnet. Campuran reaktan tersebut dioperasikan pada kondisi yang sama sesuai
dengan prosedur uji transesterifikasi sebelumnya. Hasil biodiesel dan sisa minyak
diukur volumenya dan ditentukan persen konversi menggunakan persamaan yang
tercantum dalam Lampiran 5.
c. Uji Aktivitas Zeolit Sebelum dan Setelah Modifikasi terhadap Minyak Biji
Karet
Uji aktivitas zeolit sebelum dan setelah dimodifikasi dengan metode pertukaran
ion dan kalsinasi 800 °C digunakan 25 mL minyak biji karet, 50 mL metanol, dan
2,5 g dari masing-masing zeolit tersebut, dimasukkan dan dicampur dalam labu
bundar 500 mL bersama dengan pengaduk magnet. Campuran reaktan tersebut
dioperasikan pada kondisi yang sama sesuai dengan prosedur uji transesterifikasi
sebelumnya. Hasil biodiesel dan sisa minyak diukur volumenya dan ditentukan
persen konversi menggunakan persamaan yang tercantum dalam Lampiran 5.
d. Uji Aktivitas Zeolit Terpilih terhadap Minyak Biji Karet : Metanol
dengan Variasi Rasio Reaktan
Berdasarkan uji aktivitas transesterifikasi sebelumnya, zeolit terbaik dipilih untuk
diuji aktivitasnya menggunakan reaktan yang dimodifikasi yaitu dengan variasi
rasio 1:3 dengan komposisi 25 mL minyak biji karet : 75 mL metanol, dan rasio
1:4 dengan komposisi 25 mL minyak biji karet : 100 mL metanol, dimasukkan 2,5
g zeolit terpilih ke dalam masing-masing rasio reaktan tersebut dalam labu bundar
500 mL bersama dengan pengaduk magnet. Campuran reaktan tersebut
dioperasikan pada kondisi yang sama sesuai dengan prosedur uji transesterifikasi
47
sebelumnya. Hasil biodiesel dan sisa minyak diukur volumenya dan ditentukan
persen konversi menggunakan persamaan yang tercantum dalam Lampiran 5.
7. Karakterisasi Biodiesel
Karakteriasi biodiesel dilakukan menggunakan GC-MS GC2010 MSQP 2010S
Shimadzu dan uji kualitas biodiesel meliputi titik nyala (flash point), dan densitas.
a. Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS)
Analisis terhadap biodiesel menggunakan Gas Chromathography-Mass
Spectroscopy (GC-MS) mengadopsi penelitian yang dilaporkan oleh (Widayat dan
Suherman, 2012) untuk jumlah dan jenis komposisi senyawa dalam biodiesel.
Adapun analisis dengan GC-MS dilakukan dengan langkah – langkah berikut:
1. GC-MS dinyalakan dan diatur seluruh komponennya yang terkait pada power
berturut-turut ion gauge (I.G.), MS, GC, dan gas He dialirkan. Kemudian
komputer, monitor, dan printer dihidupkan hingga sampel sebanyak 1 µL siap
diinjeksikan dan dijalankan.
2. Tampilan analisis diatur dengan memilih menu Class-5000, vacuum control
diklik, dan auto start up dijalankan.
3. Data sampel diisikan atau sample login ditekan sambil menunggu GC-MS pada
monitor dalam kondisi siap. Suhu injector, kolom, dan detector diatur dan
ditunggu hingga tekanan vakum mencapai kurang dari 5 kPa.
4. Tombol tuning diaktifkan. Auto tune, load method, start diklik, dan ditunggu
beberapa saat hingga hasilnya dapat diprint-out. Kemudian close tuning diklik.
5. Development method diaktifkan, parameter GC dan parameter MS diatur. Save
method yang telah dideskripsikan, kemudian diklik exit.
48
6. Real Time Analysis diaktifkan, parameter single sample dipilih, dan diisi
dengan deskripsi yang diinginkan.
7. Send Parameter ditunggu sampai GC dan MS siap. Sampel diinjeksikan
sebanyak 1 µL ke dalam autoinjector tipe MSQP 2010S Shimadzu.
8. Analisis ditunggu hingga selesai.
9. Post Run Analysis diaktifkan, dan dipilih Browser untuk analisis sampel secara
kualitatif.
10. Pengaturan peak top comment dan Load file dilakukan reintegrasi. Display
spectrum search dipilih pada peak tertentu dan dilakukan report pada bagian
yang diinginkan.
11. Suhu injektor, kolom, dan detektor pada monitor GC-MS didinginkan hingga
mencapai suhu ruangan (30 oC) sebelum diakhiri. Vakum control diklik dan
dilakukan auto shut down apabila analisis sudah tercapai. Perangkat alat
dimatikan dengan urutan komputer, Gas Chromatrography (GC), Mass
Spectrometry (MS), IG, dan gas He .
b. Uji Kualitas Biodiesel
Uji kualitas biodiesel dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter seperti titik
nyala (flash point), dan densitas berdasarkan SNI-7182-2015 sebagai bahan bakar.
Titik Nyala (flash point)
Prosedur untuk menentukan titik nyala (flash point) biodiesel menggunakan alat
hot plate stirer closed-cup adalah sebagai berikut:
1. Sampel dimasukkan ke dalam mangkuk uji yang sudah bersih dan kering
hingga tanda batas, kemudian dipasang tutupnya.
49
2. Mangkuk uji diletakkan pada alat pemanas, dan dipasangkan termometer.
3. Alat pemanas dan pengaduk dihidupkan, serta di atur kecepatan pemanasan
dan pengadukan dengan kenaikan suhu 5 - 6 ºC per menit dan kecepatan
pengadukan 90 – 120 rpm.
4. Pengadukan dihentikan jika suhu sampel mencapai (25 ± 5) ºC di bawah titik
nyala sampel, dan dilakukan segera pengujian dengan mendekatkan api
penyala ke atas permukaan sampel selama satu detik.
5. Pengujian penyalaan diulangi setiap kenaikan suhu 2 ºC sampai tercapai titik
nyala sampel biodiesel.
6. Catat temperatur titik nyala.
Densitas
Prosedur untuk menentukan densitas biodiesel adalah sebagai berikut :
1. Piknometer kosong dicuci dengan metanol, dikeringkan menggunakan oven,
ditimbang setelah kering, dan dicatat beratnya.
2. Sampel biodiesel dimasukkan ke dalam piknometer yang telah ditimbang
sebelumnya, ditimbang ulang, dan dicatat beratnya.
3. Densitas sampel biodiesel dihitung menggunakan persamaan yang tercantum
dalam Lampiran 6.
8. Karaterisasi Katalis Zeolit ZSM-5
Karakterisasi katalis zeolit ZSM-5 dilakukan menggunakan XRD PANalytical
tipe Empyrean, SEM-EDX Zeiss EVO ® MA 10, dan FTIR Nicolet Avatar 360.
50
a. X-Ray Diffraction (XRD)
Analisis XRD mengadopsi prosedur dari (Rigaku, 2016) dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Sampel disiapkan dan diletakkan pada kaca, lalu dipasangkan pada tempatnya
(sampel holder) dengan bantuan lilin perekat.
2. Sampel yang telah dilekatkan pada sampel holder, dilekatkan pada sampel
stand di bagian goniometer.
3. Parameter pengukuran dimasukkan pada software melalui komputer pengontrol
seperti scan mode, penentuan rentang sudut, kecepatan scan sampel, memberi
nama sampel, dan memberi nomor urut file data.
4. Alat difraktometer dioperasikan dengan perintah start pada menu komputer,
dimana sinar-X meradiasi sampel yang terpancar dari target Cu dengan panjang
gelombang 1,5406 Å.
5. Hasil difraksi dapat dilihat pada komputer dan intensitas difraksi pada sudut 2θ
tertentu dapat dicetak oleh mesin printer.
6. Sampel dari sampel holder diambil setelah pengukuran selesai.
b. Scanning Electron Microscopy-Energi Dispersif X-Ray Spectroscopy (SEM-
EDX)
Analisis SEM-EDX mengadopsi prosedur dari (Robbins, 2015) dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Sampel disiapkan dan direkatkan pada speciment holder (dolite, double sticy
tape).
2. Sampel yang telah direkatkan, lalu dibersihkan dengan hand blower.
51
3. Sampel dimasukkan ke dalam mesin coating untuk diberi lapisan tipis berupa
gold-paladium selama 4 menit dengan ketebalan 200 – 400 Å.
4. Sampel dimasukkan ke dalam speciment chamber.
5. Pembesaran diatur sesuai keinginan untuk pengambilan gambar dan
pengamatan pada layer SEM-EDX.
6. Penentuan spot untuk analisis pada layer SEM-EDX.
7. Pemotretan gambar SEM-EDX dilakukan hingga selesai.
c. Fourier Transforms Infra Red (FTIR)
Analisis FTIR terhadap zeolit ZSM-5 mengadopsi prosedur dari (Chester and
Derouane, 2009) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sampel disiapkan, dan komputer dihidupkan, lalu login menggunakan NetID
dan password.
2. Alat FTIR dihidupkan, kemudian software IRSolution diklik start.
3. Market data dan autoadjust required yang memiliki pesan perintah dihilangkan
dengan klik yes.
4. Menuju ke toolbar atas, measurement diklik, easyscan dipilih, pilihan rentang
bilangan gelombang (cm-1
) diatur, dan measurement background dipilih, dan
diklik yes.
5. Sampel diletakkan dan didekatkan pada cermin (beam) menggunakan sampel
holder. Sampel holder diletakkan ke dalam chamber, dan ditutup, lalu klik ok.
6. Analisis dioperasikan, dan hasil file XPS disimpan.
7. File data tersebut di export dengan menuju ke menu file, pilih export, save as
(ASCII) dengan ekstensi .txt file.
52
8. Spektrum yang dihasilkan dapat dipertajam dengan mengolah sumbu Y-axis
untuk mengubah absorbansi menjadi % transmitan dengan cara klik Graph,
mode Y-Axis, dan pilih Tra or Abs.
9. Keluar dari software setelah selesai, sampel pada alat dihilangkan, dan alat
dimatikan.
87
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil uji aktivitas transesterifikasi terbaik terhadap minyak biji karet
ditunjukkan pada zeolit H-ZSM-5 (10), Na-ZSM-5 (10) 24 dan 96 jam
dengan persen konversi yang sama 44 %.
2. Hasil uji aktivitas transesterifikasi pendahuluan zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 jam
sebagai sampel terhadap minyak kelapa diperoleh persen konversi 100 %,
dan pada zeolit H-ZSM-5 (10) terhadap ko-reaktan minyak biji karet : minyak
kelapa (4:1) diperoleh persen konversi 36 %.
3. Hasil uji aktivitas transesterifikasi zeolit Na-ZSM-5 (10) 24 dan 96 jam
terhadap reaktan minyak biji karet : metanol dengan variasi rasio 1:3 dan 1:4
diperoleh persen konversi 52 % dan 56 %.
4. Hasil analisis biodiesel menggunakan GC-MS terhadap biodiesel minyak
kelapa didapatkan senyawa metil laurat (43,97 %) dan pada biodiesel minyak
biji karet diperoleh metil linoleat (43,72 %) sebagai komposisi senyawa
tertinggi.
5. Hasil karakterisasi biodiesel diperoleh densitas sesuai standar, namun titik
nyala belum memenuhi standar SNI 7182 : 2015.
88
6. Hasil karakterisasi zeolit Na-ZSM-5 (10) 24, 96 jam, dan modifikasi 96 jam
kalsinasi 800 °C menggunakan XRD diperoleh prekursor ZSM-5 yang
ditunjukkan dengan dominasi fasa amorf dari ZSM-5 dan TPA-ZSM-5 pada
2θ 20,73 – 48,22° dengan persen kristalinitas 40,36 – 56,15 %.
7. Hasil karakterisasi menggunakan SEM-EDX terhadap zeolit Na-ZSM-5 (10)
96 jam 800 °C diperoleh kristal monoklinik heterogen dengan variasi ukuran
dari fasa Na-ZSM-5 yang mengandung unsur Na, Al, Si, dan O yang sesuai
dengan parameter standar ZSM-5.
8. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR terhadap zeolit Na-ZSM-5 (10) 24
jam diperoleh jenis situs asam Lewis dan Bronsted Lowry, serta pada zeolit
H-ZSM-5 (10) diperoleh situs asam Bronsted Lowry dengan ikatan kimia dan
gugus fungsi sesuai dengan standar serapan bilangan gelombang ZSM-5.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang perlu dilakukan untuk
perkembangan penelitian selanjutnya yaitu :
1. Mensintesis zeolit ZSM-5 dengan variasi suhu kalsinasi dan diuji aktivitasnya
terhadap minyak biji karet.
2. Melakukan kristalisasi terhadap gel zeolit ZSM-5 pada suhu lebih dari 100 °C
dan memperlajari waktu kristalisasi optimumnya.
3. Mempelajari kondisi operasi dan modifikasi terhadap uji aktivitas
transesterifikasi minyak biji karet menggunakan katalis zeolit ZSM-5.
4. Melakukan karakterisasi fisik terhadap biodiesel minyak biji karet dengan
parameter minimal sesuai standar SNI 7182-2015.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abbasian, S., and Taghizadeh, M. 2014. Preparation of H-ZSM-5 Nano-Zeolite
Using Mixed Template Method and Activity Evaluation for Methanol to
DME Reaction. International Journal Nanoscience and Nanotechnology.
10 (3) : 171-180.
Abdulsada, S.A. 2013. Preparation of Aluminum Alloy from Recycling Cans
Waste. International Journal of Current Engineering and Technology.
3 (4) : 1348-1350.
Abdulkadir, B.A., Uemura, Y., Ramli, A., Osman, N.B., Kusakabe, K., and Kai,
T. 2015. Production of Biodiesel from Rubber Seeds (Hevea Brasiliensis)
by In Situ Transesterification Method. Journal of Japan Institute of Energy.
94 (2015) : 763-768.
Adans, Y.F., Martins, A.R., Coelho, R.E., Virgens, C. F., Ballarini, A.D., and
Carvalho, L.S. 2016. A Simple Way to Produce γ-Alumina from
Aluminum Cans by Precipitation Reactions. Materials Research. 19 (5) :
977-982.
Agung, M.G.F., Hanafie, M.R., dan Mardina, P. 2013. Ekstraksi Silika dari Abu
Sekam Padi dengan Pelarut KOH. Konversi. 2 (1) : 28-31.
Ahmedzeki, N.S., Hussein, S, and Abdulnabi, W.A. 2017. Recycling Waste Cans
to Nano Gamma Alumina : Effect of The Calcination Temperature and pH.
International Journal of Current Engineering and Technology. 7 (1) :
81-88.
Ahvenainen P., Kontro I., and Svedstrom K. 2016. Comparison of Sample
Crystallinity Determination Methods by X-ray Diffraction for Challenging
Cellulose I Materials. PACS. 61 (5) : 1-13.
Baerlocher, C., McCusker, L.B., Olson, D.H. 2007. Atlas of Zeolite Framework
Types Sixth Revised Edition. Elsevier. Amsterdam.
Begum, S. 2013. Recycling of Aluminium from Aluminium Cans. Journal of
The Chemistry Society of Pakistan. 35 (6) : 1490-1493.
90
Bogeshwaran, K., Kalaivani, R., Ashraf, S., Manikandan, G.N., and Prabhu, G.E.
2014. Production of Silica from Rice Husk. International Journal of
Chemistry Technology Research. 6 (9) : 4337-4345.
BPPT, 2016. Outlook Energi Indonesia 2016, Pengembangan Energi Untuk
Mendukung Industri Hijau. PTSEIK BPPT. Jakarta. ISBN 978-602-
747020-0.
Chester, A.W., and Derouane, E.G. 2009. Zeolite Characterization and
Catalysis. Springer Dordrecht Heidelberg. London.
Dai, C., Li, J., Zhang, A., Nie, C., Song, C., and Guo, X. 2017. Precise Control
of The Size of Zeolite B-ZSM-5 Based on Seed Surface Crystallization.
Royal Society of Chemistry Advances. 7 (2017) : 37915-37922.
Deutschmann, O., Knozinger, H., Kochloefl, K., Schwarzenbergstr, and Turek, T.
2009. Heterogeneous Catalysis and Solid Catalysis. Wiley-VCH Verlag.
Germany.
Dhawane, S.H., Kumar, T., and Halder, G. 2016. Biodiesel Synthesis from
Hevea Brasiliensis Oil Employing Carbon Supported Heterogeneous
Catalyst : Optimization by Taguchi Method. Renewable Energy. 89
(2016) : 506–514.
Fouad, O.A., Mohamed, R.M., Hassan, M.S., and Ibrahim, I.A. 2006. Effect of
Template Type and Template/ Silica Mole Ratio on The Crystallinity of
Synthesized Nanosized ZSM-5. Catalyst Today. 116 (2006) :82–87.
Furukawa, S., Uehara, Y., and Yamasaki, H. 2010. Variables Affecting The
Reactivity of Acid Catalyzed Transesterification of Vegetable Oil with
Methanol. Bioresource Technology. 101 (2010) : 3325-3332.
Ghorbani, F., Sanati, A.M., Maleki, M. 2015. Production of Silica Nanoparticles
from Rice Husk as Agricultural Waste by Environmental Friendly
Tecnique. Environmental Studies of Persian Gulf. 2 (1) : 56-65.
Gimbun, J., Ali, S., Kanwal, C.C.S., Shah, L.A., Hidayah, N., Ghazali, M., Cheng,
C.K., and Nurdin, S. 2013. Biodiesel Production from Rubber Seed Oil
Using Activated Cement Clinker as Catalyst. Procedia Engineering. 53
(2013) : 13-19.
Hartanto, D., Saputro, O., Utomo, W.P., Rosyidah, A., Sugiarso, D., Ersam, T.,
Nur, H., and Prasetyoko, D. 2016. Synthesis of ZSM-5 Directly from
Kaolin without Organic Template : Part-1 Effect of Crystallization Time.
Asian Journal of Chemistry. 28 (1) : 211-215.
91
Hartati, Widati, A.A., Kristanti, A.N., Purwaningsih, A., and Alfiani. 2017.
Organic Template Free Synthesis of ZSM-5 from Calcinated Indonesian
Kaolin. AIP Publishing. 1888 (2017) : 1-6.
Hu, T., Gao, W., Liu, X., Zhang, Y., and Meng, C. 2017. Synthesis of Zeolites
Na-A and Na-X from Tablet Compressed and Calcinated Coal Fly Ash.
Royal Society Open Science. 4 (2017) : 1-11.
International Zeolite Association. 2018. Collection of Simulated XRD Powder
Patterns for Zeolites. http://asia.iza-structure.org/IZA-SC/ diakses pada 30
September 2018.
Jha, B., and Singh, D.N. 2012. Zeolitization Characteristics of a Fly Ash from
Wet and Dry Disposal System. Acta Geotechnica Slovenica. 2 (2012) :
63-71.
Jimenez, Morales I., Santamaria, Gonzalez J., and Maireles, Torres. 2011.
Calcined Zirconium Sulfate Supported on MCM-41 Silica as Acid Catalyst
for Ethanolysis of Sunflower oil. Applied Catalysis Environmental. 103
(2011) : 91-108.
Johan, E., Ogami, K., Matsue, N., Itagaki, Y., and Aono, H. 2016. Fabrication of
High Purity Silica from Rice Husk and Its Conversion into ZSM-5. ARPN
Journal of Engineering and Applied Science. 11 (6) : 4006-4010.
Kafuku, G., Lam, M.K., Kansedo, J., and Lee K. 2010. Heterogeneous Catalyzed
Biodiesel Production from Moringa Oleifera Oil. Fuel Processing
Technology. 91 (152) : 5-9.
Khazaai, S.N.M., Maniam, G.P., Rahim, M.H., Yusoff, M.M., and Matsumura, Y.
2017. Review on Methyl Ester Production from Inedible Rubber Seed Oil
Under Various Catalyst. Industrial Crops and Products. 97 (2017) : 191-
195.
Kamil, M.S.M., Manikandan, K., Elangovan, S.P., Ogura, M., and Cheralathan,
K.K. 2015. Crystallization of Amorphous Silica to Silicate-1 : Effect of
Nature of Silica Sources and Tetrapropylammonium Hydroxide
Concentration. Indian Journal of Chemistry. 54 (2015) : 469-477.
Karnjanakom, S., Kongparakul, S., Chaiya, C., Reubroycharoen, P., Guan, G., and
Samart, C. 2016. Biodiesel Production from Hevea Brasiliensis Oil Using
SO3H-MCM-41 Catalyst. Journal of Environment Chemistry and
Engineering. 4 (1) : 47–55.
Kementerian ESDM. 2017. Cadangan Minyak Bumi dan Gas 2013-2017.
http://www.migas.esdm.go.id./ di akses pada 30 September 2018.
92
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Kittigowittana, K., Wongsakul, S., Krisdaphong, P., Jimtaisong, A., and Saewan
N. 2013. Fatty Acid Composition and Biological Activities of Seed Oil
from Rubber (Hevea Brasiliensis) Cultivar RRIM 600. International
Journal of applied Research in Natural Product. 6 (2) : 1-7.
Kim, S.D., Noh, S.H., Seong, K.H., and Kim, W.J. 2004. Compositional and
Kinetic Study on The Rapid Crystallization of ZSM-5 in The Absence of
Organic Template Under Stirring. Microporous and Mesoporous Materials.
72 (2004) : 185-192.
Lestari, D. Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari
Berbagai Negara. Jurnal Pendidikan Kimia UNY. Yogyakarta, 30 Oktober
2010.
Losch, P., Hoff, T.C., Kolb, J.F., Bernardon, C, Tessonnier, J.P., and Louis, B.
2017. Mesoporous ZSM-5 Zeolites in Acid Catalyst : Top Down vs
Bottom Up Approach. Catalyst. 7 (225) : 1-19.
Luftinor. 2014. The Use of Wax from Rubber Seed Oil for The Manufacture of
Batik Fabric. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 25 (2) : 125-132.
Le, V. H., Thuc, C.N.H., and Thuc, H.H. 2013. Synthesis of Silica Nanoparticles
from Vietnamese Rice Husk by Sol-Gel Method. Nanoscale Research
Letters. 8 (58) : 1-10.
Li, Y.X., and Dong, B.X. 2016. Optimization of Lipase-Catalyzed
Transesterification of Cotton Seed Oil for Biodiesel Production Using
Response Surface Methodology. Biological and Applied Science. 59
(2016) : 1-7.
Macala, J., Pandova, I., and Panda, A. 2017. Zeolite as a Prospective Material for
The Purification of Automobile Exhaust Gases. Mineral Resources
Management. 33 (1) : 125-138.
Musadhaz, S., Setyaningsih, D., dan Hendra, D. 2012. Pembuatan Biodiesel Biji
Karet dan Biodiesel Sawit Dengan Instrumen Ultrasonik Serta Karakteristik
Campurannya. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 22 (3) : 180-188.
Matori, K.A., Wah, L.C., Hashim, M., Ismail, I., and Zaid, M.H.M. 2012. Phase
Transformations of α-Alumina Made From Waste Aluminum Via a
Precipitation Tecnique. International Journal of Molecular Science. 13
(2012) : 16812-16821.
93
Morshed, M., Ferdous, K., Khan, M.R., Mazumder, M.S.I., Islam, M.A., and
Uddin, M.T. 2011. Rubber Seed Oil as a Potential Source for Biodiesel
Production in Bangladesh. Fuel. 90 (2011) : 2981-2986.
Moser, B.R. 2016. Fuel Property Enhancement of Biodiesel Fuels from Common
and Alternative Feedstocks Via Complementary Blending. Renewable
Energy . 85 (2016) : 819-825.
Nandiyanto, A.B.D., Rahman, T., Fadhlullah, M.A., Abdullah, A.G., Hamidah, I.,
and Mulyanti, B. 2016. Synthesis of Silica Particles from Rice Straw
Waste Using a Simple Extraction Method. Materials Science and
Engineering. 128 (2016) : 1-8.
Noiroj, K., Intarapong, P., Apanee, L., and Jai-In, S. 2009. A Comparative Study
of KOH/ Al2O3 and KOH/ NaY Catalysts for Biodiesel Production via
Transesterification from Palm Oil. Renewable Energy, 34 (4), 1145-1150.
Ong, H.R., Khan, M.R., Chowdhury, M.N.K., Yousuf, A., and Cheng, C.K. 2014.
Synthesis and Characterization of CuO/C Catalyst for The Esterification
Free Fatty Acid in Rubber Seed Oil. Fuel. 120 (2014). 195-201.
Okullo, A., and Tibasiima, N. 2017. Process Simulation of Biodiesel Production
from Jatropha Curcas Seed Oil. American Journal of Chemical
Engineering. 5 (4) : 56-63.
Omidvarborna, H., Kumar, A., and Kim, D.S. 2015. NOx Emissions from Low
Temperature Combustion of Biodiesel Made of Various Feedstocks and
Blends. Fuel Processing Technolology. 140 (2015) : 113-118.
Prasad, V.V., 2017. Performance of 4 Stroke Diesel Engine Using Coconut Oil
as Biofuel Material. Materials Today : Proceedings. 4 (2017) : 5312-
5319.
Pandiangan, K.D., Jamarun, N., Arief, S., and Simanjuntak, W. 2016a.
Transesterification of Castor Oil Using MgO/SiO2 Catalyst and Coconut Oil
as Co-reactant. Oriental Journal of Chemistry. 32 (1) : 385-390.
Pandiangan, K.D., Jamarun, N., Arief., S, Simanjuntak, W., and Rilyanti, M.
2016b. The Effect of Calcination Temperatures on The Activity of CaO and
CaO/SiO2 Heterogeneous Catalyst for Transesterification of Rubber Seed
Oil In the Presence of Coconut Oil as a Co-reactant. Oriental Journal of
Chemistry. 32 (6) : 3021-3026.
Pandiangan, K.D., Arief, S., Jamarun, N., and Simanjuntak, W. 2017a. Synthesis
of Zeolite-X From Rice Husk Silica and Aluminium Metal as a Catalyst for
Transesterification of Palm Oil. Journal of Materials and Environmental
Scienece. 8 (5) : 1797-1802.
94
Pandiangan, K.D., Simanjuntak, W., Rilyanti, M., Jamarun, N., and Arief, S.
2017b. Influence of Kinetic Variables on Rubber Seed Oil
Transesterification Using Bifunctional Catalyst CaO-MgO/SiO2. Oriental
Journal of Chemistry. 33 (6) : 2891-2898.
Petchmala, A., Laosiripojana, N., Jongsomjit, B., Goto, M., and Panpranot, J.M.O.
2010. Transesterification of Palm Oil and Esterification of Palm Fatty Acid
in Near- and Super-Critical Methanol with SO4-ZrO Catalysts. Fuel. 89
(2010) : 2387–3239.
Proscanu, R., Ganea, R., Matei, V., and Cursaru, D. 2013. Synthesis and
Characterization of ZSM-5 Zeolite from Amorphous Sodium
Aluminosilicate Dry-Gel. Rev. CHIM. (Burcharest). 64 (2) : 202-204.
Rigaku. 2016. Standard Operating Procedure Rigaku Smartlab XRD. West
Campus Materials Characterization Core. Yale.
Rilyanti, M., Mukti, R.R., Kadja, Ogura, M., Nur, H., Eng-Poh, Ng., Ismunandar.
2016. On The Drastic Reduction of Organic Structure Directing Agent in
The Steam-Assisted Crystallization of Zeolite With Hierarchical Porosity.
Microporous and Mesoporous Materials. 038 (2016) : 1-9.
Robbins, R. 2015. Scanning Electron Microscope Operation Zeiss Supra-40.
Erik Jonsson School of Engineering. Texas.
Roschat, W., Siritanon, T., Yoosuk, B., Sudyoadsuk, T., and Promarak, V. 2017.
Rubber Seed Oil as Potential Non-edible Feedstock for Biodiesel Production
Using Heterogeneous Catalyst in Thailand. Renewable Energy. 101 (2017)
: 937-944.
Sabarish, C.S., Sebastian, J., and Muraleedharan, C. 2016. Extraction of Oil from
Rubber Seed Through Hydraulic Press and Kinetic Study of Acid
Esterification of Rubber Seed Oil. Procedia Technology. 25 (2016) :
1006-1013.
Salimon, J., Abdullah, M.B., and Nadia, S., 2012. Rubber (Hevea Brasiliensis)
Seed Oil Toxicity Effect and Linamarin Compound Analysis. Lipids Health
Dis. 11 (74) : 1-8.
Sanchez, Arreola E., Martin, Torres G., Lozada, Ramirez J.D., Hernandez, L.R.,
Bandala, Gonzalez E.R., and Bach, H. 2015. Biodiesel Production and De-
Oiled Seed Cake Nutritional Values of a Mexican Edible Jatropha Curcas.
Renewable Energy. 76 (2015) : 143-147.
Shirazi, L., Jamshidi, E., and Ghasemi, M.R. 2008. The Effect of Si/Al ratio of
ZSM-5 Zeolite on Its Morphology, Acidity, and Crystal Size. Cryst. Res.
Technol. 42 (12) : 1300-1306.
95
Shu, Q., Gao, J., Nawaz, Z., Liao, Y., and Wang, D.W.J. 2010. Synthesis of
Biodiesel from Waste Vegetable Oil with Large Amounts of Free Fatty
Acids Using a Carbon-based Solid Acid Catalyst. Applied of Energy. 87
(25) : 89-96.
Silaghi, M.C., Zhizallet, C., Sauer, J., and Raybaud, P. 2016. Dealumination
Mechanims of Zeolites and Extra-framework Aluminum Confinement.
Journal of Catalyst. 339 (2016) : 242-255.
Silitonga, A.S., Masjuki, H.H., Ong, H.C., Yusaf, T., Kusumo, F., and Mahlia,
T.M.I. 2016. Synthesis and Optimization of Hevea Brasiliensis and
Ricinus Communis as Feedstock for Biodiesel Production: a Comparative
Study. Industrial Crops and Products. 85 (2016) : 274-286.
Simanjuntak, W., Sembiring, S., Pandiangan, K.D., Syani, F., and Situmeang,
R.T.M. 2016. The Use of Liquid Smoke as a Substitute for Nitric Acid
for Extraction of Amorphous Silica from Rice Husk Through Sol-Gel
Route. Oriental Journal of Chemistry. 32 (4) : 2079-2085.
Sotoft, L.F., Rong, B., Christensen. K.V., and Norddahl, B. 2010. Process
Simulation and Economical Evaluation of Enzimatic Biodiesel Production
Plant. Bioresource Technology. 101 (2010) : 5266-5274.
SNI. 2015. Standar Nasional Indonesia 7182-2015 Biodiesel. BSN. Jakarta.
Sulaiman, S., Shah, B., and Jamal, P. 2017. Production of Biodiesel from Palm
Oil Using Chemically Treated Fish Bone Catalyst. Chemical Engineering
Transactions. 56 (2017) : 1525-1530.
Subagjo, Rahayu, E.S., Samadhi, T.W., and Gunawan, M.L. 2015. Synthesis of
Na-Y Zeolite Using Mixed Calcined Kaolins. Journal of Engineering
Technology and Science. 47 (6) : 633-639.
Wang, S., and Peng, Y. 2010. Natural Zeolites as Effective Adsorbents in Water
and Wastewater Treatment. Chemical Engineering Journal. 156 (2010) :
11-24.
Wang, Y.Y., Wang, H.H., Chuang, T.l., Chen, B.H., and Lee, D.J. 2014.
Biodiesel Produced from Catalyzed Transesterification of Triglyserides
Using Ion-Exchanged Zeolite Beta and MCM-22. Energy Procedia. 61
(2014) : 933-936.
Wirawan, S.K., Sudibyo, H., Setiaji, M.F., Warmada, I.W., and Wahyuni, E.T.
2015. Development of Natural Zeolites Adsorbent : Chemical Analysis and
Preliminary TPD Adsorption Study. Journal of Engineering Science
Technology. 4 (2015) : 87-95.
96
Widayat, W., and Annisa, A. N. 2017. Synthesis and Characterization of ZSM-5
Catalyst at Different Temperat ures. Material Science and Engineering.
214 (2017) : 012-032.
Widayat, W., and Suherman, S. 2012. Biodiesel Production from Rubber Seed
Oil Via Esterification Process. International Journal of Renewable Energy
Development. 1 (2) : 57-60.
Xianliang, H., and Zhengbao, W. 2011. Synthesis of Zeolite ZSM-5 Small
Particle Aggregates by a Two Step Method in The Absence of an Organic
Template. Chinese Journal of Catalysis. 32 (2011) : 1702-1711.
Xie, W., Wang, H., and Li, H. 2012. Silica-Supported Tin Oxides as
Heterogeneous Acid Catalysts for Transesterification of Soybean Oil with
Methanol. Ind. Engineering Chemistry Resources. 51 (2012) : 225-231.
Xu, R., Pang, W., Yu, J., Huo, Q., and Chen, J. 2007. Chemistry of Zeolites and
Related Porous Materials : Synthesis and Structure. John Wiley and Sons
(Asia) Pte Ltd. Singapure.
Xue, T., Chen, L., Wang, Y.M., and He, M.Y. 2012. Seed-Induced Synthesis of
Mesoporous ZSM-5 Aggregates Using Tetrapropylammonium Hydroxide as
Single Template. Microporous and Mesoporous Materials. 156 (2012) :
97-105.
Yang, Ru., Su, M., Zhang, J., Jin, F., Zha, C., Li, M., and Hao, X. 2011.
Biodiesel Production from Rubber Seed Oil Using Poly (Sodium Acrylate)
Supporting NaOH as a Water-Resistant Catalyst. Bioresource Technology.
102 (2011) : 2665-2671.
Yang, L., Liu, Z., Liu, Zhi., Peng, W., Liu, Y., Liu, C. 2017. Correlation
Between H-ZSM-5 Crystal Size and Catalytic Performance in The Methanol
to Aromatics Reaction. Chinese Journal of Catalysis. 38 (2017) : 683-690.
Yee, K.F., Lee, K.T., and Ceccato, R.A.A. 2011. Production of Biodiesel from
Jatropha Curcas L. Oil Catalyzed by SO42-
/ ZrO2 Catalyst: Effect of
Interaction Between Process Variables. Bioresources Technology. 102
(42) : 85-92.
Yusup, S., and Khan, M.A. 2010. Base-catalyzed Transesterification of Acid
Treated Vegetable Oil Blend for Biodiesel Production. Biomass
Bioenergy. 34 (10) : 1500–1504.
Zhang, P., Liu, Y., Fan, M., and Jiang, P. 2016. Catalytic Performance of a Novel
Amphiphilic Alkaline Ionic Liquid for Biodiesel Production : Influence of
Basicity and Conductivity. Renewable Energy. 86 (2016) : 99-105.