Upload
romi-novriadi
View
520
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH PENELITIAN
Citation preview
SISTEM BIOFILTER KOMBINASI LUMPUR AKTIF DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI SARANA PERBAIKAN
PASOKAN AIR PADA BAK PEMELIHARAAN IKAN
M A K A L A H
Oleh :
ROMI NOVRIADI (PHPI Pelaksana Lanjutan) ANTIN SRI LESTARI (Calon Perekayasa)
MUH KADARI (Perekayasa Madya)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM 2010
KOMBINASI BIOFILTER LUMPUR AKTIF DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI SARANA PERBAIKAN PASOKAN AIR PADA BAK PEMELIHARAAN IKAN
Oleh :
Romi Novriadi, Antin Sri Lestari dan Muh Kadari Balai Budidaya Laut Batam
Jl. Barelang Raya Jembatan III, Pulau Setokok-Batam PO BOX 60 Sekupang, Batam – 29422
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan pengelolaan kualitas air secara biologis adalah untuk menurunkan komponen terlarut, khususnya senyawa organik sampai pada batas yang aman terhadap lingkungan dengan memanfaatkan mikroba dan/atau tanaman. Dalam rangka menyisihkan bahan organik yang terlarut, mikroorganisme yang ada akan menggunakan bahan organik sebagai nutrien bagi pertumbuhannya menjadi sel-sel baru dan karbondioksida. Proses biotransformasi terjadi dalam berbagai macam cara sesuai dengan mikroorganisme yang berperan didalamnya, misalnya jenis mikroba autotrof atau heterotrof.
Salah satu teknik biofiltrasi yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
kualitas air optimal bagi media pemeliharaan ikan adalah dengan melakukan kombinasi antara Lumpur aktif dan Rumput Laut. Penggunaan Lumpur aktif karena kemampuan mikroba yang hidup pada media substrat lumpur dapat menguraikan unsur-unsur organik khususnya yang bersifat toksik seperti NH3 dan NO2. sementara penggunaan Rumput laut karena memiliki sifat absorben, dan juga dapat mengubah karbondioksida menjadi oksigen terlarut dalam air, sehingga diharapkan selain menghasilkan air yang jernih juga memiliki kesegaran tersendiri bagi ikan.
Hasil percobaan yang dilakukan berdasarkan dana DIPA Tahun 2009
ini menunjukkan bahwa Sistem Biofiltrasi Kombinasi Lumpur aktif dan Rumput laut ini cukup efektif dalam menghasilkan kualitas air yang optimal bagi media hidup ikan. Konsentrasi NH3 dapat direduksi hingga 80%, dan NO2 dapat direduksi hingga 20-60%. Untuk parameter Kekeruhan dan TDS, dengan sistem Biofilter kombinasi ini dapat mereduksi tingkat kekeruhan air hingga 75-98% serta mengurangi Jumlah Padatan terlarut total sebanyak 15-73%. Sementara rumput laut memiliki peranan cukup efektif dalam meningkatkan kadar oksigen terlarut hingga 24%. Kata Kunci : Biofilter Kombinasi, Lumpur Aktif, Rumput Laut, Kualitas Air
THE COMBINATION OF SEAWEED AND ACTIVE SLUDGE BIOFILTER AS A WATER TREATMENT SUPPLY FACILITIES ON THE FISH REARING
TANK
By: Romi Novriadi, Antin Sri Lestari and Muh Kadari
Mariculture Centre Development of Batam Jl. Raya Barelang, 3rd Bridges, Setokok-Batam Island
PO BOX 60 Sekupang, Batam - 29422 E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Biologically, the objectives of Water quality management are to reduce the soluble components, particularly organic compounds until the safety limits of the environment by utilizing microorganisms and / or plants. In order to set aside the dissolved organic matter, the microorganisms will use the organic materials as nutrients for growth into new cells and carbon dioxide. Biotransformation process occurs in a variety of ways according to the microorganisms involved in it, for example the autotrof or heterotrophic microbes type.
One of the biofiltration techniques that can be done to produce the
optimal water quality for fish rearing media is by doing a combination of active sludge and Seaweed as a biofilter. The usage of activated sludge because of the ability of microbes that live on the sludge substrates can decomposed organic elements, particularly the toxic as NH3 and NO2. while the usage of seaweed because of its absorbent properties, and also can change the carbon dioxide into dissolved oxygen in water, so it is expected other than to produce clear water also has its own freshness for fish.
Results of the experiments conducted by the Year 2009 funds shows
that the Combination of this biofiltration system Seaweed and active sludge is quite effective to produce the optimal water quality for fish rearing media. NH3 concentration can be reduced up to 80%, and NO2 can be reduced up to 20-60%. For the parameters of turbidity and TDS, with this combination Biofilter systems can reduce water turbidity levels up to 75-98% and reduce the amount of total dissolved solids as much as 15-73%. While seaweed has a role to be effective in increasing dissolved oxygen levels up to 24%. Keywords: Biofilter Combination, Sludge, Sea Grass, Water Quality
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Peningkatan penggunaan daerah pesisir laut sebagai lahan budidaya perikanan diduga kuat menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan bagi penyediaan air yang berkualitas bagi habitat hidup ikan budidaya. Penebangan hutan-hutan mangrove untuk lahan budidaya ikan dalam karamba jaring apung maupun tancap secara tidak bijak juga dapat menstimulir terjadinya pencemaran ini, karena sistem Buffer pada perairan pesisir menjadi terganggu. Keadaan ini juga diperparah dengan managemen penggunaan jenis pakan ikan dan cara pemberian yang tidak tepat. apalagi jika dalam praktek budidaya yang diterapkan terdapat penggunaan zat-zat kimia maupun zat-zat aktif yang terkandung dalam obat-obatan, misalnya untuk pengendalian hama dan penyakit ikan. Didalam penyediaan air yang berkualitas, tata letak dan lahan juga perlu diperhatikan. Menurut Romi.N, (2008) hal ini berkaitan dengan limbah organik yang dihasilkan memiliki hubungan komplementer dengan jumlah bakteri di perairan. Jika air limbah ini digunakan kembali untuk media pemeliharaan tanpa melalui sistem filterisasi, maka akan menjadi hambatan tersendiri bagi pertumbuhan ikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 2009, Keberadaan bakteri di media pemeliharaan tidak jauh berbeda dengan keberadaan bakteri di perairan yang ada disekitar tempat pengambilan air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan proses penyaringan untuk perbaikan kualitas air media pemeliharaan. Menurut Anonim. 2002, proses pengolahan air limbah budidaya perikanan dapat dilakukan secara biologias aerobik, dimana pengolahan air limbah secara biologis aerobik adalah dengan memanfaatkan aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah hasil budidaya ikan, menjadi zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan disekitarnya. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dan dapat diperoleh dengan sangat mudah. Pengolahan air limbah perikanan juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alami, dimana salah satunya adalah Rumput laut, karena menurut Dedi sofian, 2006, Rumput laut mampu menetralisir air yang mengandung limbah perikanan. Sebab secara alami rumput laut berfungsi sebagai penyaring karbon dioksida, yang diserap dan berubah menjadi oksigen. Sehingga dengan banyaknya oksigen yang terkandung di bawah air, maka akan memberikan kesegaran bagi ikan dan biota laut lainnya Oleh karena itu, pada perekayasaan ini penulis mencoba untuk membuat sebuah sistem penyaringan air yang sederhana, ekonomis, aplikatif namun cukup efektif untuk menghasilkan kualitas air yang optimal bagi media pemeliharaan ikan, melalui sebuah sistem filterisasi kombinasi lumpur aktif dan rumput laut. Sistem yang sederhana ini dapat diaplikasikan oleh para pembudidaya ikan.
I.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka beberapa permasalahan yang diambil pada perekayasaan ini adalah : 1. Berapa persen efektifitas Biofilter kombinasi lumpur aktif dan rumput laut
ini dalam mereduksi unsur-unsur toksik seperti NH3 dan NO2 ? 2. Berapa persen efektifitas Biofilter kombinasi lumpur aktif dan rumput laut
ini dalam mereduksi kekeruhan dan jumlah total padatan terlarut ? 3. Bagaimana relevansi fungsi Lumpur aktif sebagai penyaring karbon
dioksida, yang diserap dan diubah menjadi oksigen dengan konsentrasi Oksigen terlarut dalam media air pemeliharaan ikan?
I.3 Hipotesis Diduga bahwa akumulasi kegiatan budidaya perikanan telah menyebabkan degradasi kualitas lingkungan perairan sehingga diperlukan sebuah sistem filterisasi untuk meningkatkan dan mempertahankan optimalisasi kualitas perairan. I.4 Tujuan Perekayasaan ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan Rumput laut ini
sebagai sarana pasokan air berkualitas bagi media pemeliharaan ikan. 2. Mengetahui pengaruh Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan Rumput laut ini
dalam mereduksi unsur-unsur toksik seperti Ammonia dan Nitrit serta mengurangi tingkat kekeruhan dan jumlah padatan terlarut dalam air
3. Menghasilkan teknologi aplikatif yang efektif dan ekonomis bagi masyarakat pembudidaya ikan.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat
Perekayasaan dengan judul : Sistem Biofilter Kombinasi Lumpur Aktif dan Rumput laut Sebagai Sarana Pasokan Air Pada Bak Pemeliharaan Ikan ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Batam, dimulai dari tanggal 1 November 2009 s/d 31 Desember 2009.
III.2 Alat dan bahan III.2.1Alat Bak Pemeliharaan Ikan (2 Buah) Drat luar dan dalam 2” Bak Kultur Lumpur Aktif Statif dan Klem Bak Sedimentasi dan Media hidup Lumpur Aktif
Beaker glass
DO meter model Oxyguard Erlenmeyer HACH DR/890 Kolorimeter Cawan Petri HANNA C203 Ion Spektrometer Oven Nephelometer Turbidity Unit Inkubator HANNA TDS Meter Jarum Ose Lampu UV Hot plate COD meter Corong Elbow 2” Botol sampel Stop kran 2” Peralatan pemeliharaan Ikan III.2.2Bahan Bakteri pengurai pH Buffer 7.00 Lumpur Aktif (MLSS) pH Buffer 4.00 Rumput laut pH Buffer 10.00 Batu karang Posphat Low Range Molase Free chlorine reagen for HANNA Ikan Uji Kakap Putih (Lates calcarifer) NaOH 0,1 N Sponge HCl 0,1 N Ammonia salycilate reagen KCl 0,2 N Ammonia cyanurate reagen CH3COOH 0,5 N NitraVer reagen Indikator Phenolphtalein NitriVer reagen Indikator Metil Orange Free chlorine reagen H2SO4 4 N PCA (Plate Count Agar) HNO3 4 N
III.2.3 Prosedur Percobaan a. Tahapan Pembuatan Bak Biofilter
Pemotongan bahan yang digunakan: pada tahapan ini Pipa PVC yang digunakan dipotong sesuai dengan kebutuhan sistem biofilter.
(a) (b) (c) Gambar 1. Pemotongan bahan. (a) penyiapan tabung oksigen yang diperuntukkan untuk bak lumpur aktif, (b) Sistem air dan aerasi yang disiapkan, dan (c) pemotongan bak untuk lumpur aktif. Pemasangan : Bak kultur bakteri dengan substrat karang dan lumpur
aktif dipasang pada Drum yang diposisikan bersebelahan dengan drum bak pertama dari sistem biofilter, bak Pertama merupakan bak sedimentasi yang berisikan Rumput laut, dan bak kedua dan ketiga merupakan bak media pemeliharaan ikan uji.
Bak sedimentasi +rumput laut
Drum Lumpur aktif + Batu Karang
Bak Ikan Uji
Bak Ikan Uji
Rancangan Sistem Biofilter Kombinasi diilustrasikan sebagai berikut :
b. Inokulasi bakteri Sumber bakteri pengurai dapat diperoleh dari alam. Bakteri ini tersedia dalam jumlah cukup banyak di tempat-tempat terjadinya proses penguraian unsur-unsur buangan. Antara lain Keramba Jaring Apung (KJA). Busukan sisa-sisa pakan diurai oleh bakteri yang terdapat pada lumpur dasar KJA. Bakteri diambil dengan mengangkat 1 Kg lumpur dari dasar KJA kemudian diencerkan dengan 1 liter air laut. Bakteri ini kemudian ditambahkan kedalam masing-masing kompartemen drum biofilter. Penambahan lumpur ini dilakukan sambil air terus mengalir, sehingga jenis bakteri terseleksi secara alami. Proses ini dibiarkan terus berjalan hingga filter dapat dinyatakan siap untuk digunakan (Set up). Pada tiap 3 hari inokulasi dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah bakteri yang dihasilkan. c. Penyiapan Lumpur aktif
Drum yang diperuntukkan untuk lumpur aktif, kemudian diisikan kedalamnya lumpur sebagai substrat dan bakteri inokulais yang telah dinyatakan siap untuk digunakan. Pertumbuhan mikroorganisme akan berjalan baik apabila tersedia nutrisi yang cukup, yaitu nitrogen dan phosphor yang berperan dalam sintesa sel sebanding dengan bahan organik yang biodegrable yang terdapat dalam air buangan. Sebagai makanan disediakan substrat buatan
terdiri dari glukosa (gula), dalam hal ini dilakukan dengan pemberian molase. Pekerjaan ini dimulai dengan memberikan air limbah dalam jumlah
yang kecil, dan apabila mikroorganisme telah tumbuh, secara bertahap, jumlah air limbah diperbesar perbandingannya terhadap substrat buatan, sampai pada akhirnya hanya tinggal semata-mata air limbah. Untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan mikroorganisme ini, dilakukan dengan pengamatan oksigen terlarutnya (DO). Pada saat pemberian air limbah, DO akan turun. Setelah beberapa waktu diaerasi, DO akan berangsur-angsur naik, dan suatu saat akan kembali seperti DO semula menandai proses asimilasi telah selesai dan mikroorganisme telah tumbuh.
Bak Sedimentasi + Rumput Laut
Bak Ikan Uji Bak Ikan Uji
d. Penyiapan bak Rumput Laut Jenis rumput laut yang digunakan adalah E. Cottoni dan dimasukkan kedalam bak pertama yang sekaligus merupakan bak sedimentasi pada proses pengeluaran air supernatan pada pngolahan lumpur aktif. Pemasangan rumput laut dilakukan secara long line mengelilingi bak dengan panjang tali 150 cm. e. Pemasangan lampu UV Pemasangan lampu UV bertujuan untuk mereduksi bakteri yang masuk ke media pemeliharaan setelah melalui proses lumpur aktif yang banyak melibatkan mikroorganisme aktif sebagai komponen utamanya. Pemasangan lumpur aktif dilakukan tepat pada saluran dimana air masuk ke media pemeliharaan. f. Penyiapan Ikan Uji
Pemeliharaan Ikan uji pada perbandingan sistem dilakukan dengan menggunakan sistem air mengalir langsung (flow through) sebagai kontrol dan sistem dengan menggunakan air hasil penyaringan Biofilter kombinasi, untuk melihat dan mengevaluasi kinerja sistem Biofilter kombinasi lumpur aktif dan rumput laut bila dibandingkan dengan tanpa melewati sistem filterisasi .
Pakan komersial untuk ikan uji diberikan sebanyak 3 kali sehari, pagi
siang dan sore secara adlibithum. Untuk membuang sisa kotoran larva, pakan dan kotoran lain didasar bak dilakukan penyifonan setiap sore hari setelah selesai pemberian pakan. Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 30 hari. g. Uji efektivitas filter Untuk mengetahui kemampuan sistem biofilter kombinasi antara lumpur aktif dan rumput laut ini dilakukan uji efektivitas sistem filtrasi. Air yang digunakan adalah air yang diperuntukkan untuk media pemeliharaan ikan. Pengamatan kemudian dilakukan dengan membandingkan kualitas air yang dihasilkan antara air yang melewati sistem biofilter kombinasi ini dengan air kontrol. Parameter yang diamati antara lain : NH3, NO2, NO3, kekeruhan, BOD dan COD. Pengamatan dilakukan selama satu bulan dari tanggal 25 November 2009 hingga 28 Desember 2009.
Grafik Pertumbuhan Bakteri Inokulasi
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4
Sampling Ke-
Jum
lah
Bak
teri
(TB
U)
Grafik PertumbuhanBakteri Inokulasi
Grafik Perbandingan Analisa Kekeruhan
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
8-Nov 15-Nov
22-Nov
29-Nov
05Des
11Des
16Des
22Des
Tanggal Sampling
Kon
sent
rasi
Kek
eruh
an (N
TU)
Air SistemAir Kontrol
Grafik Perbandingan Total Dissolved Solid
0
5
10
15
20
25
30
35
8-Nov 15-Nov
22-Nov
29-Nov
05Des
11Des
16Des
22Des
Tanggal Sampling
Kon
sent
rasi
TD
S (m
g/l)
TDS air sistemTDS air kontrol
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil 1. Grafik Pertumbuhan Inokulasi Bakteri (Disertai penambahan molase) Catatan : Jumlah Bakteri dikalikan dengan 102 sel CFU/ml 2. Hasil Analisa Kekeruhan dan TDS
HASIL UJI TEST RESULT
Setelah Filter Air Kontrol
TANGGAL ANALISA
Kekeruhan (NTU)
TDS (mg/l)
Kekeruhan (NTU)
TDS (mg/l)
08 November 0,49 31.2 0.49 31,5 15 November 0,15 27,9 0,42 32,3 22 November 0,02 8,4 0.38 31,4 29 November 0,01 8.4 0,51 30,2 05 Desember 0,02 9,1 0,56 30,3 11 Desember 0,02 8,7 0,59 30,6 16 Desember 0,01 8,3 0,54 32,8 22 Desember 0,02 8,4 0,43 32,1
Grafik Perbandingan Konsentrasi Ammonia
00.020.040.060.08
0.10.120.140.16
8 -No v
1 5 -N o v
2 2 -N o v
2 9 -N o v
0 5 D e s
1 1 D e s
1 6 D e s
2 2 D e s
Tanggal Sampling
Kon
sent
rasi
NH
3 (m
g/l)
Air melalui sistemAir Kontrol
Grafik Perbandingan Nitrit
00.010.020.030.040.050.060.070.08
8-N
ov15
-Nov
22-N
ov29
-Nov
05 D
es11
Des
16 D
es22
Des
Tanggal Sampling
Kons
entra
si N
itrit
(mg/
l)
Air sistemAir kontrol
Grafik Perbandingan Oksigen Terlarut
012345678
8-N
ov15
-Nov
22-N
ov29
-Nov
05 D
es11
Des
16 D
es22
Des
Tanggal Sampling
Kon
sent
rasi
Oks
igen
Te
rlar
ut (m
g/l)
Air melaluisistemKontrol
Hasil Analisa Kadar Ammonia dan Nitrit pada air input media pemeliharaan
HASIL UJI TEST RESULT
Setelah Filter Air Kontrol
TANGGAL ANALISA
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
NH3 (mg/l)
NO2 (mg/l)
08 November 0.13 0,07 0,13 0,07 15 November 0.08 0,06 0,11 0,06 22 November 0,01 0,06 0,11 0,06 29 November -- 0,05 0,09 0,06 05 Desember 0,01 0,04 0,11 0,05 11 Desember -- 0,01 0,14 0,06 16 Desember -- 0,01 0,09 0,07 22 Desember -- 0,01 0,12 0,07
Hasil Analisa Konsentrasi Oksigen Terlarut pada media pemeliharaan ikan
Hasil Analisa Oksigen Terlarut
(mg/l)
Tanggal Analisa
Melalui sistem
Kontrol
10 November 5,0 5,1 14 November 5,7 4,9 23 November 6,4 5,4 27 November 6,9 5,0 04 Desember 6,5 5,2 10 Desember 6,7 5,3 18 Desember 6,9 4,7 24 Desember 6,8 4,9
Hasil Analisa Perbandingan Jumlah Total Bakteri Umum sebelum melewati UV dan sesudah melewati UV (media pemeliharaan).
Perbandingan TBU sebelum dan sesudah UV
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sampling Ke-
Jum
lah
TBU
(x10
0)
TBU Sebelum UVTBU setelah UV
IV.2 Pembahasan Dari hasil percobaan diketahui bahwa bakteri yang diinokulasikan dalam media substrat lumpur aktif terus mengalami perkembangan. Pada sampling hari keempat, jumlah bakteri total yang dihasilkan adalah 9,7x106 CFU/ml. Jumlah ini sementara dapat digunakan sebagai indikator bahwa kondisi filter siap digunakan. Keadaan ini juga berkorelasi dengan adanya pengurangan pada konsentrasi NH3 dan NO2 yang dianalisa. Konsentrasi unsur NH3 yang dihasilkan pada air hasil sistem filterisasi berada pada rentang : 0,01 – 0,13 mg/l, sementara pada air kontrol, konsentrasi NH3 adalah :0,09 – 0,14 mg/l. Hal ini berarti terjadi pengurangan hingga 80%. Turunnya kadar ammonia hingga sepertiganya ini, kemungkinan disebabkan oleh terjadinya pemecahan unsur amonia menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas yang tumbuh pada media lumpur pada sistem filtrasi.
Sementara untuk NO2, konsentrasi yang dihasilkan pada air dengan sistem filterisasi ini juga turun walaupun hanya sedikit, yakni berada pada rentang : 0,01 – 0,07 mg/l, dibandingkan dengan air kontrol, yang memiliki konsentrasi NO2 0,05 - 0,07 mg/l. Nitrit dalam sistem penyaringan biologis akan diubah oleh bakteri Nitrobacter menjadi Nitrat, selanjutnya dalam kondisi anaerob akan diubah menjadi Nitrogen (Coklin dan Chang, 1983). Untuk parameter kekeruhan dan Total Dissolved Solid pada air yang dihasilkan terjadi reduksi yang cukup signifikan. Hal ini kemungkinan karena kombinasi Biofilter antara sistem lumpur aktif dengan rumput laut yang digunakan. Konsentrasi kekeruhan pada air dengan sistem Biofilter kombinasi yang dihasilkan adalah : 0,01 – 0,15 mg/l, sementara pada air kontrol konsentrasi kekeruhan yang dimiliki adalah :0,38-0,59 mg/l. Hal ini berarti
terjadi reduksi antara 75 – 98%. Dan Jumlah TDS pada air dengan sistem biofilter kombinasi adalah 8,3 – 27,9 mg/l sementara pada air kontrol : 30,2 – 32,8 mg/l. Reduksi nilai TDS yang dihasilkan adalah sebanyak 15-73%.
Berkaitan dengan keberadaan rumput laut sebagai bahan filter dalam bak sedimentasi, dimana Rumput laut secara alami berfungsi sebagai penyaring karbon dioksida, yang diserap dan diubah menjadi oksigen. Maka dilakukan pengukuran Konsentrasi Oksigen terlarut pada media pemeliharaan dengan sistem kombinasi Biofilter yang dibandingkan dengan media pemeliharaan ikan kontrol. Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik untuk optimalisasi kualitas air media pemeliharaan, dimana kadar DO yang ada pada bak ikan uji dengan sistem filterisasi adalah 5,0 – 6,9 mg/l, sementara pada media ikan kontrol konsentrasi DO yang dihasilkan adalah : 4,7 – 5,3 mg/l. Filter dengan kombinasi lumpur aktif dan rumput laut ini dapat dioperasionalkan selama 6 (enam) bulan. Dan setelah itu bahan-bahan filter yang digunakan sebaiknya dibersihkan. Beberapa keuntungan penggunaan sistem Biofilter kombinasi ini antara lain adalah : 1. Menjamin diperolehnya kualitas air yang baik untuk media pemeliharaan
ikan. 2. Ekonomis, Efisien dan Efektif dalam menghasilkan air yang berkualitas. 3. Mudah diaplikasikan oleh para pembudidaya ikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan 1. Sistem Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan rumput laut ini cukup efektif
dalam mereduksi unsur-unsur toksik seperti NH3 dan NO2, dimana kadar ammonia berkurang hingga 80% , sementara untuk kadar NO2 terjadi pengurangan hingga 20-60%.
2. Sistem Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan rumput laut ini cukup efektif dalam meningkatkan kejernihan air, karena dapat mereduksi tingkat kekeruhan hingga 75 – 98%., dan mengurangi jumlah padatan terlarut total sebanyak 15-73%.
3. Rumput laut sebagai filter yang ditempatkan di bak sedimentasi melalui fungsinya dapat berperan aktif dalam meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut hingga 24%.
4. Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan rumput laut cukup ekonomis, efisien, efektif dan dapat diterapkan langsung oleh para pembudidaya ikan.
V.2 Saran 1. Perlu dilakukan kajian lanjutan tentang efektivitas rumput laut dalam
mengabsorpsi kandungan logam berat terlarut dalam air. 2. Pengamatan tentang efektivitas Biofilter kombinasi Lumpur aktif dan
Rumput laut ini perlu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. Agar dapat diketahui dampak dan manfaat yang pasti dari sistem ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Limbah. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Anonim.Pencemaran.http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTA
N/info_5_1_0604/isi_5.htm Anonim, 2008, Laporan Bulanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai
Budidaya Laut Batam, Kepulauan Riau. Anonim. 2008. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).http://www.lenn-
biz.com/?q=ipal Anonim. 2002. Membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah.
http://www.korantempo.com/news/ Bapedal 1995. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri
Penyamakan Kulit.. Jakarta. Bishalf, W. 1993. Abwasser Technik. B. G. Teuber, Stuttgart. Koesoebiono.
1984. Industri Tapioka Penanganan Limbah Cair dan Padat. Makalah pada Lokakarya Pemanfaatan Limbah Industri Tapioka, Bogor, 19-20 Juli 1984.
Gaudy, A.Fand Gaudy, E. T, Microbiology for Environmental Scientist and Engineers, Mc. Graw Hill,1980.
Hutagalung, Michael. 2007. Teknologi Pengolahan Sampah. http://www.majarikanayakan.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah
Loehr, R.C. 1974. Agricultural Waste Management. Academic Press, New York
Metcalf and Eddy. 1991. Waste Water Engineering. P ed. McGraw-Mll, Inc. New York
Novriadi, R, 2009, Optimalisasi Kualitas Air Melalui Sistem Filterisasi Cartridge Anion Kation dan Lampu UV Terintegrasi, Balai Budidaya Laut Batam, Kepulauan Riau.
Nathanson, J. A. 1997. Basic Environmental Technology 2nd ed. Prentica Hall, Ohio.
Rydin,S. 1996. Research Needs for the European Lether Industry. European Workshop on Environmental Technology. Copenhagen, 13-15 November 1996.
Subagyo, Ir, MSc. 2008. Biological Unit Process. Materi Kuliah Pengolahan Air Limbah Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press, Jakarta. Sudrajat Y, dan Gunawan B, 2002, Sistem Bakteriofiltrasi Sebagai Sarana
Pasokan Air Pada Penampungan Ikan Hidup, Buletin Teknik Pertanian, Volume VII, Jakarta
Webster, T.S, ad Devinny, J.S. 1996. Biofiltrasi of Odors, Toxic and Volatile Organic Compounds from Publicity Owned Treatment Works, Env. Progress, Vol. 15, No. 3, P. 141-147.
Wenas, R.I.F, Sunaryo, dan Styasmi, S. 2002. Comperative Study on Characteristics of Tannery, "Kerupuk Kulit", "Tahu-Tempe" and Tapioca Waste Water and the Altemative of Treatment. Environmental Technology. Ad. Manag. Seminar, Bandung, January 9-10, 2003 p. Pos 5-1 - pos 5-8.