Upload
edy-artana
View
1.155
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nyalah
maka kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi yang
berjudul “Sistem Akuntansi Produksi dan Gudang”.
Tugas ini merupakan rangkaian tugas yang harus kami selesaikan dalam
mengikuti mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi.
Dalam penulisan laporan ini dapat disadari bahwa sepenuhnya apa yang
dipaparkan dalam tugas ini masih belum sempurna, mengingat keterbatasan,
kemampuan, dan pengetahuan serta pengalaman penulisan saat ini. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan berharap semoga
penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan, serta kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat dijadikan bahan
masukan dan perbaikan untuk masa yang akan datang.
Akhir kata kami mengharapkan semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, Agustus 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PRODUKSI DAN GUDANG..............................................................................2
2.1. Jenis-jenis Proses Produksi..........................................................................2
2.2. Persediaan Bahan Baku................................................................................4
2.3 Arti Penting Persediaan Produk Jadi............................................................6
2.4 Sistem Gudang.............................................................................................6
2.5 Administrasi Gudang...................................................................................8
2.6 Data Pemesanan Barang..............................................................................9
2.7 Sistem Penerimaan Gudang.......................................................................10
2.8 Bagian-bagian yang terkait........................................................................11
2.9 Sistem Produksi dan Gudang.....................................................................11
2.10 Dokumen yang digunakan.........................................................................15
2.11 Operasional dalam Gudang........................................................................17
BAB III METODE PENETAPAN HARGA POKO PERSEDIAAN.........................18
3.1 Metode FIFO (First In First Out)...............................................................18
3.2 Metode LIFO (Last In First Out)...............................................................19
3.3 Metode Harga Poko Rata-rata....................................................................20
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Akuntansi produksi terdiri dari jaringan prosedur untuk mengawasi order
produksi yang dikeluarkan agar terjadi koordinasi antara kegiatan penjualan, penyediaan
bahan baku oleh bagian gudang, fasilitas yang dikeluarkan agar terjadi koordinasi antara
kegiatan penjualan, fasilitas pabrik dan penyediaan tenaga kerja guna memenuhi order
tersebut.
Pada siklus produksi, masalah persediaan, proses produksi mulai dari bahan setengah
jadi hingga ke barang jadi merupakan hal yang perlu dikoordinir oleh bagian akuntansi agar
pelaksanaan dan penyebaran dana produksi yang dianggarkan dapat menjangkau untuk
seluruh kegiatan produksi yang telah terencana sebelumnya. Siklus produksi yang diterapkan
dalam perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan pesanan dari pembeli terdiri
dari dua transaksi yaitu transaksi manufaktur dan aktivitas penghitungan fisik sediaan.
Untuk jaringan prosedur yang membentuk transaksi manufaktur terdiri dari prosedur order
produksi, prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang, prosedur pengembalian
barang gudang, prosedur pencatatan biaya tenaga kerja langsung, prosedur pencatatan
pembebanan biaya overhead pabrik dan kos produk selesai, prosedur pencatatan biaya
overhead pabrik sesungguhnya, biaya pemasaran, dan biaya administrasi umum.
Jaringan prosedur yang membentuk aktivitas penghitungan fisik sediaan terdiri dari prosedur
penghitungan fisik, prosedur kompilasi, prosedur penentuan kos sediaan, dan prosedur
adjustment (penyesuaian) kos sediaan.
1
BAB II
PRODUKSI DAN GUDANG
Sistem Akuntansi Produksi ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan order produksi
yang dikeluarkan oleh fungsi produksi. Dalam Perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan, order produksi erat hubungannya dengan order yang diterima oleh bagian penjualan.
Sistem Akuntansi Gudang tugasnya adalah mencatat masukanya barang (akibat
pembelian bahan baku dan menerima barang yang baru selesai diproduksi) serta mencatat
keluarnya barang (akibat penjualan barang dan pengiriman bahan baku untuk proses
produksi). Selain itu juga meminta kepada bagian pembelian atas kebutuhan bahan baku.
Adapun sebelumnya pengertian dari produksi adalah Proses diartikan sebagai suatu cara,
metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan
dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu
dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah kegunaan
(Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara,
metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
2.1 Jenis-Jenis Proses Produksi
2
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses
produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk,
proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari,
2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk
akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan
proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).
Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan
terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir.
Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan
baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari, 2002).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume atau jumlah
produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan, (3) peralatan yang
tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai faktor-
faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi
produksi. Macam tipe proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut
(Yamit, 2002):
1. Proses produksi terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas
dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan
disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini
adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah
besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat
standar.
2. Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-
menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini
biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau
3
menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan
barang dalam proses.
3. Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan
kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas
secara penuh.
2.2 Persediaan Bahan Baku
1. Pengertian Fungsi dan Jenis-Jenis Persediaan
Pengendalian persedian merupakan fungsi manajerial yang sangat penting
karena persediaan fisik banyak melibatkan investasi rupiah terbesar. Menurut
Handoko (2000), bila perusahaan menamankan terlalu banyak dananya dalam
persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin
mempunyai “Opportunity Cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih
menguntungkan”. Sebaliknya, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
cukup dapat mengakibatkan biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Istilah persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan
segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam
antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumberdaya internal ataupun
eksternal ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau
produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain
yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
2. Fungsi-fungsi persediaan antara lain :
1. Fungsi Decoupling
Fungsi persediaan ini operasi-operasi perusahaan secara internal dan
ekstrenal sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan langanan tanpa
tergantung pada supplier. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari langganan. Persediaan yang diadakan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut Fluctuation Stock.
4
2. Fungsi Economis Lot Sizing
Persediaan berfungsi untuk mengurangi biaya-biaya per unit saat
produksi dan membeli sumberdaya-sumberdaya. Persediaan ini perlu
mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya
pengangkutan lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko
kerusakan).
3. Fungsi Antisipasi
Persediaan berfungsi sebagai pengaman bagi perusahaan yang sering
menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan
barang-barang. Persediaan ini penting agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.
Persediaan ada berbagai jenis. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara
pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas :
1. Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud
mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para
Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi
selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-
barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain,
dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.
3. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang
yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang
yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
5. Persedian barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim
kepada pelanggan.
5
2.3 Arti Penting Persediaan Produk Jadi
Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan
tingkat persediaan produk jadi. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk
meredam fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi
kekurangan pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang disimpan
perusahaan. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang ditetapkan manajemen
perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan pemasokan
produk ke pelanggan (Kusuma, 1999).
Fluktuasi permintaan dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada
saat sepi, dan persediaan tersebut digunakan pada saat permintaan ramai. Biaya
persediaan mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai
persediaan dan produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya
sebagai akibat pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan (Kusuma, 1999).
2.4 Sistem Gudang
Secara ringkas sistem gudang mengandung pemahaman : pengelolaan dari aktifitas
yang saling terkait dalam aktifitas penyimpanan barang sementara. Apa saja aktifitas
penyimpanan barang itu? Penerimaan dari pemasok, handling barang, pengeluaran barang
ke tujuan adalah garis besar dari aktifitas penyimpanan.
Saat ini gudang memiliki arti luas dan lebih dari sekedar tempat penyimpanan saja.
Gudang itu sendiri tidak menambah nilai barang secara langsung, tidak ada perubahan
citarasa, bentuk, kemasan, dll. Intinya tidak ada kegiatan proses operasi pada barang,
yang ada adalah aktifitas transportasi barang dari satu tempat ke tempat lainnya, itu secara
umum kegiatan di Gudang.
Beberapa aktifitas di dalam gudang secara sederhana :
1. Administrasi.
2. .Penerimaan barang.
3. Penyimpanan barang.
4. Pengepakan barang ke tempat yang dituju.
5. Pengeluaran barang.
6
Aktifitas ini saling terkait, dan secara personalia harus dikepalai oleh satu orang, semisal
Kepala bagian, Supervisor atau semacamnya. Tiap kepala bagian diharuskan menguasai
pengendalian pada bagiannya, pengendalian yang harus dilakukan :
1. Pengendalian Operasional
2. Pengendalian Biaya
3. Pengendalian Personalia
Operasional, Biaya dan Personalia saling berkaitan. Menurut saya penguasaan
mendalam dan kontrol ketat pada ketiga bagian itu akan melahirkan kondisi yang sehat
bagi gudang, ketiga bagian ini perlu terus dikembangkan. Misalnya Pengendalian
Personalia, jangan hanya puas dengan kondisi saat ini, jika dapat upgrade lah kemampuan
anak buah dengan berbagai hal kreatif. Kepala bagian juga secara rutin berkomunikasi
dalam satu forum besar, semisal briefing pagi, atau briefing target2 dan kesalahan-
kesalahan yang masih ada. Menurut saya juga tidak ada satu sistem kerja yang sempurna,
selalu ada yang lebih baik.
Setiap bagian dalam gudang akan saya bahas pada kesempatan berikut. Meninjau secara
umum sistem manajemen gudang sangat menarik bagi orang yang berkecimpung di
dalamnya,Paling tidak ada beberapa alasan :
1. Dalam lingkup gudang SDM yang dihadapi level pekerja kasar dan sulit diatur,
sehingga diperlukan sebuah pendekatan yang personal dan unik dibandingkan
kantoran.
2. Variabel yang ada sulit dikendalikan, sehingga kapasitas perlu diperbesar setiap
hari dalam menangani masalah.
3. Gudang sebagai pusat logistik namun tidak memberi nilai tambah secara
langsung, sehingga prestasi kerja tidak begitu Nampak. Jadi sesempurnanya
sebuah gudang, memang begitulah seharusnya dan bukan sebuah prestasi. Misal,
biaya gudang harus di bawah 5%, sangat sulit, tetapi ketika kita mencapainya
tidak ada prestasi tersendiri, lumrah. Beda dengan Sales yang bisa sekreatif
mungkin memainkan angka-angka.
4. Barang rusak dan hilang nilainya tinggi jika tidak ada pengendalian-pengendalian
yang di manaje secara professional.
7
Sampai saat ini bergerak di bidang logistik, merupakan hal menarik. Lebih kepada behind
the scene namun sangat vital dalam sebuah perusahaan yang memiliki Gudang. Secara
tidak langsung distribusi logistik pemilu kacau disebabkan belum ada penguasaan
mendalam, oleh sebab itu Manajemen Logistik perlu di angkat dan dipelajari dari suatu
hal yang sederhana dan kecil sampai suatu sistem yang kompleks dan rumit. Sumber
pembelajaran terdapat banyak di situs luar negeri, namun tentunya adopsi yang sesuai
dengan karakteristik perusahaan merupakan hal paling baik untuk mencapai produktifitas.
2.5 Administrasi Gudang
Administrasi menurut saya merupakan sutradara dibalik segala operasional Gudang.
Administrasi mengurus data-data gudang seperti data pemesanan barang, data persediaan,
data pengeluaran barang, data permintaan, bahkan sampai peramalan permintaan. Oleh
karena itu, ibarat sebuah film maka Administrasi adalah penulis skenario yang
menentukan jalan ceritanya. Mengingat sistem begitu kompleks, diperlukan software
yang menangani semuanya secara terintegrasi. Jika pada lingkup administrasi tidak
ditangani dengan baik, maka yang kena getahnya adalah operasional di lapangan.
Software yang mengatur transaksi gudang ini lebih baik bisa dieksekusi dalam
keadaan real time, jadi seperti sistem informasi Bank. Semisal ambil uang Rp 200.000 di
ATM, maka Bank langsung secara real time mengurangi saldo. Nah, kira-kira seperti itu
yang software yang dibutuhkan di gudang. Tetapi saya sendiri gak begitu menguasai
tentang software seperti ini, yang saya paham hanya sedikit alur administrasi gudang.
2.6 Data pemesanan barang
Sebuah gudang menyimpan barang-barang tertentu dan mengeluarkan dalam jumlah
tertentu. Misalkan pengeluaran adalah x maka penyimpanan bisa saja x atau x + y ,
dimana y adalah buffer stock, Tingkat buffer diperlukan di Indonesia, mengingat
kontinuitas suplai yang tidak terjamin oleh pemasok, padahal teori mengatakan zero stock
adalah hal yang baik, tetapi itu beresiko tinggi terhadap potential loss sales dari
perusahaan.
Pemesanan dilakukan administrasi berdasarkan kebutuhan pengeluaran.
Kebutuhan pengeluaran diramalkan terlebih dahulu melalui data historis ataupun
8
diestimasi. Pemesanan dilakukan kepada pemasok dengan perjanjian waktu bayar (term
of payment(TOP)), dimana TOP nantinya diusahakan angkanya lebih besar daripada DSI
(Day Sales Inventory) atau waktu barang tersimpan dampai menjadi uang. Misalkan jika
perusahaan berhasil menjual dalam waktu 3 hari dan TOP adalah 6 hari, maka perusahan
untung, karena sudah berhasil menjual 2 kali tetapi baru membayar sebanyak 1 kali.
Administrasi banyak berkaitan dengan pemasok. Perjanjian produk yang returnable
juga menguntungkan perusahaan dibandingkan sistem beli putus. Perjanijian ini bahkan
bisa sebegitu ketat, semisal satu peritel luar negeri yang tersangkut kasus di KPPU, salah
satunya karena diduga mengadakan perjanjian pada pemasok supaya harga yang masuk
ke ritel tersebut harus lebih murah dibanding ritel mana saja yang memesan barang sama
dengan pemasok.
Ini merupakan bentuk praktek monopoli. Hubungan erat pihak administrasi juga
dijalankan dalam rangka menjalin supplier relationship management. Banyak faktor yang
mempengaruhi supplier relationship management dan itu banyak menyangkut etika
bisnis.
Data Inventory Administrasi menjadi ujung tombak seluruh pencatatan arus keluar masuk
barang, sehingga pengendalian operasional lebih dimudahkan dengan adanya akurasi
data. Bukti pencatatan barang keluar masuk akan mempengaruhi beberapa hal berikut :
1. Jumlah stok barang.
2. Klaim pembayaran barang masuk dan keluar.
3. Dasar memesan barang.
4. Mempelajari trend sales.Data persediaan ini menuntut akurasi data secara
real time dan dapat dipertanggungjawabkan.
Administrasi yang kuat perlu dibangun melalui integrasi antara komputerisasi dan sumber
daya yang menjalankannya. Sistem informasi yang berkaitan dengan database
memerlukan orang-orang yang akrab dengan database.
2.7 Sistem Penerimaan Gudang
Penerimaan barang merupakan segala awal arus barang yang bergerak di gudang.
Penerimaan barang dari pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah, namun bila hal
9
ini tidak memiliki sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan akan mengganggu
produktifitas. Berikut adalah hal-hal penting dalam penerimaan barang:
1. Bukti pesanan barang dari Gudang (untuk memastikan pesanan barang dalam
spesifikasi tepat)
2. Bukti Tanda Barang diterima (untuk penagihan)
3. Cek Bukti Pemesanan dengan Fisik Barang
4. Cek Expired Date dan Kondisi Barang
5. Memasukkan Barang ke Penyimpanan
2.8 Bagian-bagian yang terkait dengan kegiatan produksi dan gudang, meliputi :
1. Bagian Penjualan
Bertanggung jawab atas penerimaan order dari pelganggan dan meneruskan order
tersebut ke bagian produksi, jika perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan.
2. Bagian Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Merupakan Staff yang membantu bagian dalam merencanakan dan mengawasi
kegiatan produksi.
3. Bagian Produksi
Betranggung jawab atas pembuatan perintah produksi bagi bagian-bagian yang ada di
bawahnya yang akan terkait dalam pelaksanaan proses produksi guna memenuhi
permintaan produksi dari bagian penjualan.
4. Bagian Gudang
Bertanggung jawab atas pelayanan permintaan bahan baku, bahan penolong, dan
barang lain yang digunakan. Selain itu bertanggung jawab untuk menerima produksi
jadi yang diserahkan oleh bagian produksi.
5. Bagian Akuntansi
Bertanggung jawab untuk mencatat konsumsi berbagai sumber daya yang digunakan
untuk memproduksi pesanan.
2.9 Sistem Produksi dan Gudang Meliputi :
10
1. Prosedur Order dan Produksi
Dalam Prosedur ini surat order produksi dikeluarkan untuk mengkoordinasi
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Surat order produksi ini dikeluarkan
oleh bagian produksi berdasarkan order dari pembeli yang diterima dari bagian
penjualan, atau berdasarkan permintaan dari bagian gudang.
2. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Prosedur ini digunakan oleh bagian produksi untuk meminta bahan baku dari bagian
gudang. Jika perusahaan menyediakan persediaan bahan baku diguang untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku bagi suatu order produksi, diperlukan prosedur
untuk meminta dan mengeluarkan barang dari gudang. Permintaan bahan baku untuk
memenuhi order pembelian didasarkan pada daftar kebutuhan bahan baku yang dibuat
oleh bagian perencanaan dan pengawasan produksi.
11
Berikut ini adalah Flowchart Prosedur Permintaan Dan Pengeluaran Barang Gudang:
12
Gambar 1. Flowchart Penerimaan dan Pengeluaran
Barang
1. Bagian Produksi membuat surat permintaan bahan baku sesuai kebutuhan rangkap 2.
Lembar pertama dikirim ke Bagian Gudang dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
2. Bagian Gudang menerima surat permintaan bahan baku dari bagian produksi.
3. Berdasarkan Surat Permintaan Bahan Baku, Bagian Gudang membuat Surat
Pengiriman Bahan Baku rangkap 2. Lembar 1 dikirim ke Bagian Produksi beserta
bahan baku yang diminta dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
4. Berdasarkan Surat Pengiriman Bahan Baku, Bagian Gudang membuat bukti
permintaan dan pengeluaran bahan baku gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim
ke Bagian Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Berdasarkan bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku, Bagian Gudang membuat
laporan persediaan bahan baku rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Bagian
Akuntansi, lembar kedua disimpan sebagai arsip.
6. Bagian Produksi menerima Surat Pengiriman Bahan Baku beserta bahan baku dari
Bagian Gudang.
7. Bagian Produksi memproduksi bahan baku menjadi barang jadi, kemudian mengirim
barang jadi ke Bagian Gudang.
8. Berdasarkan barang jadi, Bagian Gudang membuat laporan barang jadi rangkap 2.
Lembar 1 dikirim ke Bagian Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
9. Berdasarkan laporan persediaan bahan baku, bukti permintaan dan pengeluaran bahan
baku gudang dan laporan barang jadi, Bagian Akuntansi membuat laporan permintaan
dan pengeluaran barang gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Manajer dan
lembar 2 disimpan sebagai arsip.
Uraian Kegiatan (Operating List) untuk Transaksi Permintan dan Pengeluaran Barang
Gudang :
1. Bagian Produksi :
1. Membuat Surat Permintaan Bahan Baku rangkap 2. Lembar 1 dikirim
ke Bagian Gudang dan lembar 2 disimpan sebagai arsip.
2. Menerima Surat Pengiriman Bahan Baku beserta Bahan Baku dari
Bagian Gudang.
3. Memproduksi bahan baku menjadi barang jadi
2. Bagian Gudang :
1. Menerima surat permintaan bahan baku dari bagian produksi.
13
2. Membuat Surat Pengiriman Bahan Baku rangkap 2. Lembar 1 dikirim
ke Bagian Produksi beserta bahan baku dan lembar kedua disimpan
sebagai arsip.
3. Membuat bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku gudang.
4. Membuat laporan persediaan bahan baku rangkap 2. Lembar pertama
dikirim ke Bagian Akuntansi, lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Membuat Laporan Barang Jadi rangkap 2. Lembar 1 dikirim ke Bagian
Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
3. Bagian Akuntansi :
1. Menerima Bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku dari Bagian
Gudang.
2. Menerima Laporan Persediaan dari Bagian Gudang.
3. Menerima Laporan Barang Jadi dari Bagian Gudang.
4. Membuat Laporan permintaan dan pengeluaran barang gudang
rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke manajer dan lembar 2 disimpan
sebagai arsip.
4. Manajer :
1. Menerima Laporan permintaan dan pengeluaran barang gudang dari
Bagian Akuntansi.
2. Membuat keputusan-keputusan dalam perusahaan/organisasi.
3. Prosedur Pencatatan Jam Tenaga Kerja
Surat order produksi yang dikeluarkan oleh bagian produksi biasanya dilampiri
dengan daftar kebutuhan bahan baku dan daftar kegiatan produksi (operation list).
Daftar kegiatan produksi ini berisi kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi
sejumlah produk seperti, yang tercantum dalam surat order produksi, yang meliputi
urutan proses pengolahan, mesin yang digunakan, dan taksiran waktu kerja
karyawandan mesin. Pelaksanaan kegiatan seperti yang tercantum dalam daftar
kegiatan produksi tersebut memerlukan prosedur pencatatan jam tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi dalam pengolahan order produksi yang bersangkutan.
4. Prosedur Produk Selesai
14
Order produksi yang telah selesai dikerjakan, perlu diserahkan dari bagian produksi
ke bagian gudang. Prosedur produk selesai merupakan prosedur penyerahan produk
selesai dari bagian produksi ke bagian gudang.
2.10 Dokumen Yang digunakan Dalam Kegiatan Produksi
1. Surat Order Produksi
Merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh bagian produksi, yang ditunjukan
pada bagian-bagian terkait dengan proses pengolahan, produk untuk memproduksi
sejumlah produk dengan spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi dan jangka
waktu seperti yang tercantum dalam surat order produksi tersebut.
2. Daftar Kebutuhan Bahan
Merupakan Daftar Jenis dan kuantitas kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan
untuk memproduksi barang seperti yang tercantum dalam surat order Produksi.
3. Daftar Kegiatan Produksi
Merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk
memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi.
4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
Merupakan formulir yang digunakan oleh bagian produksi untuk meminta bahan baku
dan bahan penolong untuk memproduksi barang yang tercantum dalam surat order
produksi. Dokumen ini sekaligus juga berfungsi sebagai bukti pengeluaran barang
dari gudang.
5. Bukti Pengembalian Barang Gudang
Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk mengembalikan
bahan baku dan bahan penolong ke bagian gudang. Pengembalian bahan ini umumnya
disebebkan karena adanya sisa bahan baku dan bahan penolong yang tidak dipakai
dalam proses produksi.
6. Kartu Jam Kerja
Merupakan kartu untuk mencatat jam kerja langsung yang dikonsumsi untuk
memproduksi yang tercantum dalam surat order produksi.
7. Laporan Produk Selesai
Laporan Produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk memberitahukan selesainya
produksi pesanan tertentu pada bagian perencanaan dan pengawasan produksi, bagian
gudang, bagian penjualan, danbagian akuntansi.
15
8. Kartu Persediaan
Setiap Masuknya atau keluarnya barang harus dicatat dalam bentuk kartu persediaan
dimana kartu persediaan ini dicatat berdasarkan jenis barang. Adapun conth dari akrtu
persediaan, adalah :
2.11 Operasional dalam Gudang
Aktifitas operasional adalah bongkar barang, cek expired, cek kesesuaian pesanan serta
memasukkan barang ke penyimpanan. Aktifitas operasional ini merupakan salah satu critical
point, Berikut beberapa alasan yaitu,
1. Bongkar muat barang yang dilakukan oleh kuli bongkar rawan membuat rusak barang
atau resiko kehilangan barang karena dicuri.
2. Cek kesesuaian barang dengan Surat Order dan Expired date barang dilakukan oleh
staff penerimaan barang yang biasanya memiliki sejumlah alasan untuk tidak
16
Gambar 2. Contoh Kartu Persediaan Barang
melakukan aktifitas ini dengan sejumlah alasan seperti : supaya cepat, sudah kenal
dengan pemasok, disiplin melakukan sistem, dll. Intinya di poin 1 dan 2 kritis
dikarenakan Faktor Sumber Daya Manusia.
Penerimaan Barang di gudang ‘rawan’ permainan dengan pihak supplier. Staff penerimaan
tanpa diketahui oleh pemesan dapat melakukan deal-deal khusus yang merugikan pemesan
dan menguntungkan pemasok. Jadi kontrol yang ketat terhadap personil penerimaan cukup
penting, hal seperti melakukan rotasi pekerjaan rutin serta bekerja dalam jumlah kecil serta
pembatasan wewenang adalah hal-hal praktis yang bisa dilakukan.
BAB III
METODE PENETAPAN
HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
3.1. Metode FIFO ( First In First Out )
Asumsi Dasar : Harga pokok Barang Dagangan harus dibebankan pada pendapatan
sesuai dengan urutan pembelian Barang Dagangan tersebut. Jadi persediaan barang
dagangan yang masih ada dianggap berasal dari pembelian barang dagangan terakhir.
17
Tgl. Keterangan Kuantitas HargaJumlah
(Rp.)
01/01/0
5Persediaan 200 unit 9.000 1.800.000
10/03/0
5Pembelian 300 unit 10.000 3.000.000
21/09/0
5Pembelian 400 unit 11.000 4.400.000
18/11/0
5Pembelian 100 unit 12.000 1.200.000
BD tersedia untuk dijual dalam setahun 1000 unit 10.400.000
Dan perhitungan fisik per 31 Desember 2005 persediaan barang degangan yang tersisa
berjumlah 300 unit. Berdasarkan anggapan bahwa persediaan tersebut berasal dari
pembelian BD yang paling akhir, maka Harga Pokok 300 unit BD tersebut adalah
sebagai berikut :
Tgl. Keterangan Kuantitas Harga Jumlah (Rp.)
18/11/05Harga Pokok paling
akhir100 unit 12.000 1.200.000
21/09/05Harga Pokok paling
akhir berikutnya200 unit 11.000 2.200.000
31/12/05 Persediaan BD terakhir 300 unit - 3.400.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :
Barang Dagang siap untuk dijual Rp.10.400.000
18
Persedian BD akhir Rp.3.400.000
Harga Pokok Penjualan Rp.7.000.000
3.2 Metode LIFO ( Last In First Out )
Asumsi dasar : Harga pokok Barang Dagangan dari pembelian terakhir harus
dibebankan ke pendapatan. Jadi, Persediaan Barang Dagangan yang masih ada dianggap
berasal dari pembelian BD paling awal.
Dari perhitungan fisik per 31 Desember 2005 Persediaan Barang Dagangan yang
tersisa berjumlah 300 unit. Berdasarkan anggaran bahwa persediaan tersebut berasal dari
pembelian yang paling awal, maka Harga Pokok 300 unit BD tersebut adalah sebagai
berikut :
Tgl. Keterangan Kuantitas Harga Jumlah (Rp.)
01/01/0
5Harga Pokok paling awal 200 unit 9.000 1.800.000
10/03/0
5
Harga Pokok paling awal
berikutnya100 unit 10.000 1.000.000
31/12/0
5Persediaan BD akhir 300 unit 2.800.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :
Barang Dagang siap untuk dijual Rp.10.400.000
Persediaan BD terakhir Rp.2.800.000
Harga Penjualan Rp.7.600.000
19
3.3 Metode Harga Poko Rata-rata
Asumsi dasar : Harga pokok Barang Dagangan harus dibebankan ke pendapatan
menurut harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yang dijual. Harga pokok rata-
rata tertimbang per unit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokok BD tersedia
untuk dijual dalam satu periode tertentu dengan jumlah unitnya.
Dari perhitungan fisik per 31 Desember 2005 Persediaan Barang Dagangan yang
tersisa berjumlah 300 unit. Berdasarkan anggapan tersebut di atas, maka Harga Pokok
300 unit BD tersebut adalah sbb:
Persediaan BD akhir (31 Desember 2004) = 300 unit x Rp. 10.400,- =
Rp. 3.120.000,-Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut :
Barang Dagang siap untuk dijual Rp. 10.400.000
Persediaan BD akhir Rp. 3.120.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 7.280.000
20
Harga pokok rata-rata per unit = Harga Pokok BD tersedia untuk dijual Jumlah BD unit tersedia untuk dijual
Harga pokok rata-rata per unit = Rp. 10.400.00,- = Rp. 10.400,- 1.000 unit
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan system akuntansi maka kami dapat mengambil kesimpulan
adalah hubungan yang terjalin antara sistem akuntansi pembelian barang dengan kelancaran
proses produksi, adanya saling keterkaitan yang diperlukan guna mencapai tujuan
perusahaan. Dan Jaringan prosedur untuk mengawasi order produksi yang dikeluarkan agar
terjadi koordinasi antara penjualan, penyediaan bahan baku oleh bagian gudang, fasilitas
yang dikeluarkan agar terjadi koordinasi antara kegiatan penjualan, fasilitas pabrik dan
penyediaan tenaga kerja guna memenuhi order.
21
DAFTAR PUSTAKA
thesis.binus.ac.id/Doc/a/LHM2003-0002.pdf
digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=22091
http://bq3monica.wordpress.com/2012/04/28/flowchart-prosedur-permintaan-dan-
pengeluaran-barang-gudang/
http://elqorni.wordpress.com/2009/11/11/sistem-manajemen-gudang/
http://www.computesta.com/blog/2012/01/sistem-gudang-pada-pt-admolindo-karya-
bersama/#.UB4aKaCQL1U
http://romailprincipe.wordpress.com/2011/11/27/sistem-manajemen-gudang-wms/
http://stanza-firstaccounting.blogspot.com/2012/03/contoh-kartu-persediaan.html
http://haikalhaiwildan.blogspot.com/2011/12/siklus-produksi.html
22