8
SISTEM LIMFOID DAN SEL-SEL SISTEM LIMFOID Organ-organ yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh disebut dengan organ limfoid. Organ limfoid berperan dalam pembentukan, perkembangan, dan pelepasan limfosit. Pembuluh darah dan pembuluh getah bening merupakan bagian penting dari organ limfoid karena fungsinya yang membawa limfosit ke dan dari berbagai daerah di tubuh. Sel-sel limfosit dihasilkan oleh organ limfoid primer yang pada gilirannya akan menuju ke organ limfoid sekunder. Pada organ limfoid sekunder sel-sel limfosit dijaga untuk tetap hidup dan pada organ limfoid sekunder pula sel-sel limfosit mengalami adaptasi akibat adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh. Baik limfosit B maupun limfosit T berasal dari sumsum tulang, namun hanya limfosit B yang mengalami pemasakan pada sumsum tulang. Limfosit T melakukan migrasi dari sumsum tulang menuju organ timus sebelum masak dan mengalami pemasakan pada organ ini. Limfosit tersebut disebut limposit B dan T, karena berturut-turut mengalami proses pemasakan pada bone marrow (sumsum tulang) dan thymus (timus). Limfosit yang telah mengalami pemasakan pada organ limfoid primer segera memasuki peredaran darah untuk menuju organ limfoid sekunder. Organ limfoid secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama disebut sentral atau organ limfoid primer dan kedua disebut periferal atau organ limfoid sekunder. Yang termasuk organ limfoid primer adalah sumsum tulang dan timus,

Sistem Limfoid Dan Sel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paper tentang sistem imun / sistem limfoid

Citation preview

Page 1: Sistem Limfoid Dan Sel

SISTEM LIMFOID DAN SEL-SEL SISTEM LIMFOID

Organ-organ yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh disebut dengan organ

limfoid. Organ limfoid berperan dalam pembentukan, perkembangan, dan pelepasan limfosit.

Pembuluh darah dan pembuluh getah bening merupakan bagian penting dari organ limfoid

karena fungsinya yang membawa limfosit ke dan dari berbagai daerah di tubuh. 

Sel-sel limfosit dihasilkan oleh organ limfoid primer yang pada gilirannya akan

menuju ke organ limfoid sekunder. Pada organ limfoid sekunder sel-sel limfosit dijaga untuk

tetap hidup dan pada organ limfoid sekunder pula sel-sel limfosit mengalami adaptasi akibat

adanya antigen yang masuk ke dalam tubuh.

Baik limfosit B maupun limfosit T berasal dari sumsum tulang, namun hanya limfosit

B yang mengalami pemasakan pada sumsum tulang. Limfosit T melakukan migrasi dari

sumsum tulang menuju organ timus sebelum masak dan mengalami pemasakan pada organ

ini. Limfosit tersebut disebut limposit B dan T, karena berturut-turut mengalami proses

pemasakan pada bone marrow (sumsum tulang) dan thymus (timus). Limfosit yang telah

mengalami pemasakan pada organ limfoid primer segera memasuki peredaran darah untuk

menuju organ limfoid sekunder.

Organ limfoid secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama disebut

sentral atau organ limfoid primer dan kedua disebut periferal atau organ limfoid sekunder.

Yang termasuk organ limfoid primer adalah sumsum tulang dan timus, sedangkan yang

termasuk organ limfoid sekunder di antaranya adalah spleen, lymph node, Peyer’s patch,

appendix, adenoid, dan tonsil.

1. Organ limfoid primer

Organ limfoid primer atau sentral terdiri atas sumsum tulang dan timus.

Sumsum tulang merupakan jaringan kompleks termpat hematopoiesis. Organ

limfoid primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan

B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Karena itu organ

tersebut berisikan limfosit dalam berbagai fase diferensiasi. Sel hematopoietik

yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk

ke dalam sirkulasi (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Page 2: Sistem Limfoid Dan Sel

Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan

mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan.

akan tetapi masih  berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah.

Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk

segitiga, gepeng dan kemerahan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

2. Organ limfoid sekunder

Yang termasuk organ limfoid sekunder di antaranya adalah spleen, lymph

node, Peyer’s patch, appendix, adenoid, dan tonsil.

Jaringan limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif disebut MALT

(Mucosal Associated Lymphoid Tissue) yang ditemukan di berbagai tempat di

tubuh. MALT meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang berhubungan dengan

mukosa di berbagai lokasi, seperti SALT (Skin Associated Lymphoid Tissue) di

kulit, BALT (Bronchus Associated Lymphoid Tissue) di bronkus, GALT (Gut

Associated Lymphoid Tissue) di saluran cerna (meliputi Plak Peyer di usus kecil,

apendiks, berbagai folikel limfoid dalam lamina propria usus), mukosa hidung,

tonsil, mame, serviks uterus, membran mukosa saluran napas atas, bronkus dan

saluran kemih (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritik mempresentasikan

antigen yang ditangkapnya di bagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk

proliferasi dan diferensiasi limfosit (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

a. Limpa

Spleen terletak di belakang lambung. Organ ini bertugas

mengumpulkan antigen dari darah dan juga mengumpulkan dan

menghancurkan darah merah yang telah kehilangan fungsi. Sebagian besar

organ spleen terdiri dari daerah yang disebut pulpa merah. Pada pulpa

merah, darah merah yang telah tua dihancurkan. Pada spleen terdapat

daerah yang disebut pulpa putih. Pulpa putih adalah tempat berkumpulnya

sel B yang berasal dari arteri di sekitarnya. Pada pulpa putih terdapat

daerah tertentu tempat berkumpulnya sel T yaitu daerah yang disebut

periarteriolar lymphoid sheath (PALS) (Baratawidjaja dan Rengganis,

2009).

Page 3: Sistem Limfoid Dan Sel

Limpa terdiri atas zona sel T (senter germinal) dan zona sel B (zona

folikel). Arteriol berakhir dalam sinusoid vaskular yang mengandung

sejumlah eritrosit, makrofag, sel dendritik, limfosit dan sel plasma.

Antigen dibawa APC masuk ke dalam limpa melalui sinusoid vaskular.

Limpa merupakan tempat respons imun utama yang merupakan saringan

terhadap antigen dan sel darah (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Mikroba dalam darah dibersihkan makrofag dalam limpa. Limpa

merupakan tempat utama fagosit memakan mikroba yang diikat antibodi

(opsonisasi). Individu tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap infeksi

bakteri berkapsul, oleh karena mikroba tersebut biasanya hanya

disingkirkan melalui opsonisasi dan fungsi fagositosis akan terganggu bila

limpa tidak ada (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

b. Kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening adalah agregat nodular jaringan limfoid yang

terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritk membawa

antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening

yang akhirnya dikonsentrasikan di kelenjar getah bening. Dalam kelenjar

getah bening ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat

proliferasi limfosit sebagai respons terhadap antigen (Baratawidjaja dan

Rengganis, 2009).

c. Skin-Associated Lymphoid Tissue (SALT)

SALT merupakan alat tubuh terluas yang berperan dalam sawar fisik

terhadap lingkungan. Kulit juga berpartisipasi dalam pertahanan host,

dalam reaksi imun dan inflamasi lokal. Banyak antigen asing masuk tubuh

melalui kulit dan banyak respons imun sudah diawali di kulit

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

d. Mucosal Associated Lymphoid Tissue- Sistem imun sekretori

Imunitas khusus di saluran napas dan saluran cerna disebut MALT

yang merupakan imunitas lokal. MALT merupakan agregat jaringan

limfoid atau limfosit dekat permukaan mukosa. Baik antibodi lokal (IgA

sekretori) maupun sel limfosit berperan dalam respons imun spesifik. IgA

Page 4: Sistem Limfoid Dan Sel

sekretori yg diproduksi di saluran cerna dapat bereaksi dengan makanan

atau alergen lain yang dicerna. Lapisan epitel mukosa yang terpajan

langsung dengan antigen berperan sebagai sawar mekanis (Baratawidjaja

dan Rengganis, 2009).

e. Bronchial Associated Lymphoid Tissue (BALT)

Struktur berupa cincin banyak ditemukan di berbagai tempat, berisikan

nodul yang terletak sekitar bronkus dan berhubungan dengan epitel seperti

plak sel limfoid. Sel plasma ditemukan di bawah epitel. Sel-sel BALT

berperan dalam respons terhadap antigen kuman yang terhirup

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

f. Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT)

GALT tersebar di mukosa saluran cerna. Luasnya permukaan saluran

cerna sering terpajan dengan berbagai mikroba dan makanan yang

mungkin dapat menerangkan mengapa 2/3 seluruh sistem ada di saluran

cerna (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

g. Tonsil dan plak Peyer

Jaringan limfoid seperti tonsil faring dan folikel limfoid yang

terisolasi, plak Peyer di usus kecil berperan pada fase induksi respons

imun. Di sekitar tenggorok ditemukan 3 golongan tonsil yaitu tonsil

palatina, tonsil lingual dan tonsil faringeal atau adenoid yang merupakan

cincin jaringan limfoid sekitar faring yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil

faring juga merupakan tonsil limfoid mukosa yang analog dengan plak

Peyer. Induksi respons imun terhadap antigen tertentu di saluran cerna,

dapat menyebarkan limfosit ke jaringan mukosa lain seperti saluran napas

atas dan bawah, saluran kelenjar mame atau saluran genital untuk

selanjutnya memberikan respons terhadap antigen setempat (Baratawidjaja

dan Rengganis, 2009).

Regio sentral plak Peyer diisi sel B. Seperti halnya dengan folikel

limfoid di limpa dan kelenjar getah bening, plak Peyer juga mengandung

sel CD4+. Beberapa sel epitel yang menutupi plak Peyer mengandung sel

M yang khusus. Plak Peyer merupakan agregat folikel limfoid di mukosa

Page 5: Sistem Limfoid Dan Sel

gastrointestinal yang ditemukan di seluruh jejenum dan ileum (terbanyak

di ileum terminal). Plak Peyer merupakan tempat sel B prekursor yang

dapat mengalihkan produksi IgA. Sel T naif juga terpajan dengan alergen

di plak Peyer dan berkembang menjadi sel T memori yang kemudian

bermigrasi ke mukosa lebih distal dan tempat-tempat nonmukosal

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Limfosit B dan T di plak Peyer yng antigen reaktif, keluar melalui

eferen limfatik dan bermigrasi ke kelenjar getah bening mesentrik, lalu ke

duktus torasikus dan akhirnya ke pembuluh darah. Selanjutnya sel-sel

tersebut mencari tempat-tempat tertentu (homing) di berbagai tempat

terutama di lamina propria berbagai jaringan mukosa saluran cerna

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

REFERENSI:

Baratawidjaja KG dan Iris Rengganis. 2009. Imunologi Dasar Edisi Ke-8. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.