Upload
vuongquynh
View
228
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
SISTEM PENGUKURAN VISUAL SECARA 3 DIMENSI
Oleh : Budhy Basuki, DjuhanaPusHt KIM-LIPI Kompleks Puspiptek Serpong 15314
ABSTRAK
ISSN 1693-3346
Kapabilitas pengukuran pandangan mesin menawarkan kekuatan (robustness) and
tleksibilitas yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan metrolog yang
konvensional. Hal ini mengarah pad a penggunaan teknik ini di berbagai industri untuk
pemeriksaan secara waktu nyata dan off line. Sejumlah kemampuan ditawarkan termasuk
pengukuran ukuran dan perpindahan, warna dan· tekstur. Banyak Aplikasi melibatkan
pengolahan lebih lanjut untuk mengidentifikasikan bentuk dan partikel seperti sifat
lainnya. Tulisan ini memusatkan perhatian pada pengukuran perpindahan dan mampu
ulang mesin dan membahas perluasan teknik dua dimensi ke tiga dimensi.
ABSTRACT
The measurement capabil ities of machine vision offer robustness and flexibility, which is
superior to many conventional metrology tehniques. This has led to its adaption in many
disparate industries for real time and off line inspection tasks. A wide range of capabilities
exists including measurement of size and displacement, color, and texture. Many
applications involve further processing to identify shapes and particles. as well as other
properties. This paper concentrates on the measurement of displacement and machine
repeatability, and discusses the extension of simple two-dimensional techniques into three
dimensions.
263
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
1. PENDAHULUAN
ISSN 1693-3346
Banyak teknik metrologi yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai
permasalahan pengukuran. Beberapa teknik tersebut kurang memiliki sifat kekuatan
(robustness) dan tleksibilitas walaupun diterapkan di laboratorium, namun beberapa
teknik yang lain menawarkan kekuatan dan tleksibilitas sehingga digunakan secara luas
di industri seperti yang dilakukan dalam penelitian.
Oalam melakukan tugas pemeriksaan mesin produksi, pengukuran posisi dan
sikap merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Beberapa teknik telah
dikembangkan untuk melakukan tugas seperti itu contohnya Co-Ordinate Measuring
Machines (CMM), teodolit laser dan photogrammetry.
Kemajuan teknologi kamera dan televisi dalam aspek optik, akusisi citra dan
elektronika pengolahan citra memungkinkan penyamplingan dilakukan dengan cepat
dan pengolahan citra secara canggih serta dengan biaya yang relatif rendah.
Penggunaan teknologi dengan pengolahan citra sebagai solusi masalah
pengukuran memiliki beberapa keuntungan yaitu penyamplingan yang cepat, kalibrasi
dan pengukuran dilakukan dengan perangkat lunak, prosedur yang relatif murah dan
membutuhkan waktu yang relatif pendek.
Penelitian sebelumnya yang mempelajari alur produksi yang dilakukan robot
secara otomatis menunjukkan bahwa masalah utama dalam mengurangi waktu adalah
kesalahan posisi. Kegagalan ini mengarah pada kesalahan yang dapat dikompensasi
dan dikoreksi. Instrumentasi konvensional seperti probe pengukuran perpindahan tidak
cocok digunakan karena penggunaan beberapa transduser membutuhkan biaya yang
relatif tinggi.
Suatu solusi pengukuran telah dikembangkan berdasarkan pada analisa citra
video yang diperoleh pada jarak yang relatif jauh dibandingkan metode konvensional
dan secara luas telah dicoba di industri. Untuk tujuan percobaan metode ini dilakukan
dengan menggunakan satu kamera dan satu derajat tunggal kebebasan. Metode ini
digunakan untuk mengembangkan sistem pengukuran secara optik lebih lanjut untuk
digitasi non kontak dan evaluasi kesalahan untuk aplikasi umum. Teknik terse but
diarahkan pada strategi koreksi kesalahan untuk robot-robot industri.
264
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN PENGUKURAN
ISSN 1693-3346
Robot-robot industri telah digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi, sebagai
contoh yaitu untuk pengelasan, penanganan komponen, pemasangan dan aplikasi seal.
Untuk aplikasi demikian performasi robot tergantung pada kemampuan untuk
mencapai mampu ulang (repeatability) yang tinggi dalam hal posisi dan postur. Untuk
beberapa aplikasi, robot diperlukan untuk mencapai lintasan mampu ulang yang tinggi.
Standar BS228: 1991 telah mengidentifikasi beberapa parameter yang penting untuk
robot yang digunakan dalam berbagai aplikasi dan menganjurkan penggunaan metode
kalibrasi yang mungkin untuk diterapkan [I}. Banyak metode demikian yang telah
diturunkan dari teknik-teknik yang dikembangkan di laboratorium namun beberapa
metode mungkin akan sulit untuk diterapkan dalam lingkungan indutri.
Mampu ulang atau akurasi yang buruk akan menghasilkan kesalahan posisi yang
ditunjukkan oleh kerja yang tertinggal, pemrograman ulang yang tak terjadwal,
tabrakan, dan kesalahan berurut. Deteksi kecenderungan kegagalan berikutnya sulit
dilakukan di tempat kerja karena beberapa masalah yang berhubungan dengan robot
pengukuran. Teknik monitoring kondisi yang dikembangkan seperti vibrasi, termal dan
analisa pelumas (lubricant) untuk mesin konvensional (terutama yang berotasi) [2]
tidak cocok digunakan untuk robot karena sifat operasi dan konfigurasi robot, yaitu [3]:
• Mesin tersebut tidak beroperasi secara kontinu sehingga sulit untuk memperoleh
sinyal sampel yang konsisten-.
• Kegagalan tidak dibatasi dengan sedikit komponen yang diketahui.
• Mesin tersebut dianggap bergerak ketika beroperasi dan instrumentasi apakah on
atau off dengan robot, tidak boleh menghalangi pergerakan robot.
• Mesin tersebut memiliki banyak sumbu yang membutuhkan instrumentasi
tersendiri untuk teknik monitoring tertentu sebagai contoh transduser vibrasi harus
diletakkan dekat bearing yang diamati.
Metode monitoring kondisi yang dikembangkan tidak ditujukan untuk kelompok utama
kegagalan. Pengukuran kesalahan posisijuga memiliki beberapa maslah praktis. Robot
dijaga untuk menghindari bahaya terhadap manusiayang mengarah pada timbulnya
kesulitan untuk mengakses. Hal lain yang juga penting adalah bahwa pengukuran tidak
265
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
menginterupsi produksi. Instrumentasi industri yang konvensional untuk pengukuran
perpindahan membutuhkan probe pengukuran yang diletakkan sangat dekat atau
hampir bersentuhan dengan obyek bergerak dimana hal ini tidak praktis untuk
digunakan pada peralatan dengan kecepatan tinggi dan kuat. Instrumentasi berkabel
mungkin sangat mahal karena penyimpanan yang dibangkitkan oleh sistem monitoring
harus melebihi keluaran. Pengguna yang besar yang memiliki lebih dari 200 robot
dalam industri tidak mungkin melakukan instalasi perangkat keras pad a setiap robot
sehingga sistem pengukuran harus bersifat portable.
3. SOLUSI SECARA OPTIK
Persyaratan sistem pengllkllran yang diterangkan diatas merekomendasikan
penggunaan metode optik untuk pengukuran jarak jauh obyek yang diukur dan untuk
memperoleh portabilitas yang dibutuhkan. Beberapa teknologi telah dikembangkan
berdasarkan pada sistem pengukuran yang berbeda-beda.
3.1. Sistem Teodolit Laser
Sistem ini menggunakan probe laser jarak dengan resolusi panjang gelombang
hingga orde 10.9 m yang dipasangkan dengan metode triangulasi. Beberapa teodolit
laser dibutuhkan untuk diletakkan di sekita obyek yang diukur dan posisinya dihitung
relatif satu dengan lainnya dan acuan yang diketahui. Tiap titik yang berurutan harus
discan dan dihitung secara terpisah. Untuk membuat sebuah peta permukaan atau
obyek, harus dilakukan scan banyak titik
3.2. Photogrammetry
Teknik ini menggunakan cetakan fotografi terkalibrasi yang dibuat denngan lensa dan
kamera khusus yang akurat secara geometri untuk mengukur jarak relatif pada skala
yang besar (dapat mencapai ratusan mil melintang dalam kasus fotografi udara) [4].
Teknik ini biasanya digunakan pad a mikroskopi dan gambar astronomi. Fotografi
stereoskopik tersinkronisasi yang diambil secara simultan dari dua lokasi pad a jarak
yang diketahui, dapat diketahui dimensi ketiga pad a cetakan dua dimensi datar.
Biasanya operator yang terlatih mampll melihat kedua fotografi dengan pandangan
mata stereoskopik, namun teknik komputer yang telah berkembang mampu membantu
interprestasi perhitungan dan citra seperti itll untuk dimensi ketiga.
266
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
3.3. Frinji Moire
Metode ini memproyeksikan cahaya monokromatik melalui celah (grating) harus yang
membangkitkan pota interferensi atau frinj i untuk mendeteksi perpindahan.
Perpindahan secara fisik yang menjauh dari permukaan ditunjukkan sebagai
perpindahan serangkaian garis-garis yang melintang pada permukaan. Dari geometri
proyeksi dan sistem penglihatan yang diketahui kemudian digunakan untuk
menghitung dimensi ketiga [5,6]. Teknik ini sensitive terhadap perubahan keeil yang
disebabkan oleh komponen perpindahan dan distorsi dan telah terbukti berhasil
diterapkan dalam aplikasi seperti analisa sirip turbin [7]. Keterbatasan teknik ini adalah
bahwa proyeksi cahaya pada permukaan membutuhkan lingkungan yang terkontrol dan
teknik ini umumnya terbatas pada laboratorium. lnterprestasi dan pengukuran lain dan
teknik perekaman seperti fotografi atau holografi.
3.4. Pengolahan Citra Secara Digital
Teknik ini memungkinkan analisa gambar secara cepat dan tleksibel. Teknik ini
memiliki kelebihan dibandingkan dengan fotogrametry dan telah digunakan dalam
aplikasi bidang kedokteran, astronomi dan proses industri [8]. Aplikasi untuk robot
menggunakan pandangan mesin (Machine Vision) sebagai panduan dan identifikasi
komponen. Pengolahan susunan citra digital digital dengan resolusi yang tinggi
umumnya membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun sekarang ini telah tersedia
kartu add-on dengan biaya yang rendah untuk laboratorium standar dan platform
kompuetr kantor (gambar I). Keuntungan teknik ini adalah sebagai berikut [9]:
• Penyamplingan dilakukan secara cepat. membutuhkan waktu 20 ms untuk
mendigitasi citra
• Citra dapat diperoleh dengan cepat untuk penggunaan dengan komputer
• Banyak titik digitasi secara simultan, memungkinkan pengolahan seeara waktu
nyata atau off line yang secara relatif membutllhkan biaya yang sedikit serta
jumlah dan kerapatan titik pengukuran.
• Kalibrasi dan pengukuran dilakukan dengan perangkat Ilinak (software).
Beberapa teknik pengukuran dengan optik menawarkan spesifikasi yang berbeda,
eontohnya akurasi yang tinggi pad a laju penyamplingan yang rendah atau
sebaliknya, dan variasi tingkat kemudahan implementasi. Dengan menggabungkan
267
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
dua atau lebih teknik akan menghasilkan tingkat akurasi, kecepatan titik
pengukuran dan kecepatan pengukuran yang diharuskan.
c=CJKa,",,'.
I::J[
l -------...._-_. __ ..__ ._._--~
Gambar I. Pengolahan citra dengan platform biaya yang relatif rendah
4. PENGUKURAN DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM 2D
Suatu so\usi pengolahan citra telah diterapkan pada platform PC dengan menggunakan
sebuah kartu akuisisi citra dual frame buffer. Sistem ini telah diuji secara luas di pabrik
otomotif di \nggris dan Jerman. Sebuah citra yang diperoleh dengan menggunakan
sistem ini ditunjukkan pad a gambar 2. Hal yang cukup penting dalam menggunakan
sistem ini adlah digunakannya lensa jarak jauh (tetefala) yang panjang dengan
pembesaran yang sesuai dari jarak pandang yang tepat.
Garnbar 2. Citra bagian senjata sebuah robot pengelasan titik
Fitur yang sesuai harus dipilih dari citra tersebut untuk kalibrasi dan untuk deteksi
ujung. Sekali citra dikalibrasi, demikian juga utntuk semua citra pada daerah fokus
yang sarna. Kesalahan kecil seperti yang disebabkan oleh marnpu ulang parallel yang
buruk terhadap surnbu pad a lensa secara signifikan tidak mempengaruhi pengukuran.
Pada posisi tegak lurus terhadap sumbu, resolusi sistem ini dibatasi oleh buffer
pengolahan citra secara tipikal 512 x 512. Sebuah citra tipikal yang rnengukur
268
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN t 693-3346
50 x 50 m menawarkan resolusi pengukuran 0, I mm. Resolusi tersebut tergantung pada
optik dan dapat diperhalus atau lebih kasar bila diperlukan.
Performansi robot menurut spesifikasi pembuatnya mencapai mampu ulang lebih baik
dari 0,1 mm, namun ban yak aplikasi dalam industri otomotif hanya membutuhkan
1 mm. Penurunan performansi tidak diketahui hingga mampu ulang ini dilewati dan
seringkali dicatat oleh kontrol kualitas daripada oleh fungsi produksi. Akhimya robot
berjalan mendekati kegagalan dengan menabrak komponen, peralatan atau robot
lainnya.
Gambar 3 menunjukkan hasil pengukuran sebuah robot pengelasan titik pada piringan
(flange) berukuran 10 mm dan diamati menghasilkan kualitas kerja yang buruk.
Kesalahan puncak ke puncak (peak-la-peak) 2-3 mm diukur lebih dari 3 jam.
Pengukuran berakhir karena robot gagal yaitu kehilangan piringan secar lengkap.
Elektroda-elektroda tersebut dibawa bersama dalam sebuah rangkaian pendek dan
keamanan cut-cut dioperasikan untuk mencegah kerusakan. Titik akhir merupakan
sebuah perk iraan karena posisi robot telah melebihi scan pengukuran seitar 100%.
11
10
EE
14: 12
\Vaklu
15:2-1 l(d6
Gambar 3. Kesalahan posisi seiring dengan beroperasinya robot mendekati kegagalan
5. PENGUKURAN
Citra 20 menawarkan pengukuran perpindahan paling sedikit pad a tiga sumbu yaitu
perpindahan vertikal pada bidnag citra, perpindahan horizontal dan rotasi sekitar sumbu
yang tegak lurus terhadap bidang citra. Pengukuran perpindahan pada citra tersebut
dapat diukur secara jelas.
269
Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
Proyeksi pada bidang citra (contohnya yaitu perpindahan pada sudut yang diketahui)
dapat dikoreksi dan perspektif pada sudut yang rendah dapat dikompensasi. Namun
proyeksi pada sudut yang besar tidak dapat dikompensasi secara akurat dan
perpindahan yang tegak turus dengan bidang citra sulit untuk didetekdi (contohnya
yaitu perubahan jarak dari kamera). Sinar terstruktur memberikan informasi tambahan
dengan memproyeksikan sebuah garis-garis pada sebuah obyek dalam perilaku yang
mirip dengan teknik frinji namun memiliki keterbatasan yang sarna.
Pandangan 3D (stereoskopik) menghasilakn perkiraan jarak yang baik dengan
membandingkan dua citra yang diambil dari titik pandang yang berbeda. Kapabilitas
ini dibatasi dengan jarak pemisahan titik pandang dibandingkan dengan ukuran citra
(gambar 4). Secara ideal pandangan ini dilakukan pada dua titik pandang dengan sudut
yang tepat.
Kamera I
Kamera 1
Obyek
Gambar 4. Pandangan stereoskopik
Adanya citra dengan jumlah lebih dari satu menimbulkan masalah dalam
merekonstruksi informasi yang terkandung dalam setiap citra. Beberapa titik
diduplikasi dalam citra lain, namun beberapa titik bersifat khas pad a pandangan
tertentu. Kombinasi data dari berbagai pandangan menghasilkan beberapa strategi
untuk menghasilkan citra yang dibutuhkan yang pad a masa lalu dibatasi oleh
ketersediaan dan harga perangkat keras [10].
Adapun sumber data yang diperoleh, hal yang penting dalam pengukuran secara 3D
adalah merekonstruksi sejumlah besar titik (atau awan-awan titik) atau garis dan
permukaan untuk memunculkan citra tiga dimensi. Masalah ini diatasi dengan
270
Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
penggunaan sistem pengukuran koordinat dimana telah dilakukan penelitian untuk
mengembangkan metoda yang standar dengan membandingkan data terukur dengan
data rancangan [11,12]. Penelitian menyarankan sebuah standar namun beberapa
kemungkinan metode sedang dalam pertimbangan sebagai contoh DMIS dan antar
muka yang umum seperti DXf dan IGES [13].
6. KESIMPULAN
Beberapa teknologi pengukuran telah dikembangkan untuk mengidentifikasi titik,
garis, permukaan dan bentuk dalam tiga dimensi. Teknik-teknik terse but memiliki
keterbatasan dan suatu metode yang efektif dapat diperoleh dengan menggabungkan
beberapa pengukuran. Pengukuran dapat berasal dari beberapa sensor yang identik
seperti kamera video atau sensor yang berbeda seperti kamera dan laser penentu jarak.
Hal yang penting dalam pengukuran citra secara digital adalah pengukuran harus dapat
menghasilkan data dalam format standar ke sistem induk. Pengukuran mungkin hams
diumpanbalikkan ke pengendali mesin, sistem kontrol proses statistik atau sistem
informasi pabrik. Standar industri yang sesuai akan diadopsi.
Masalah yang dihadapi dalam rekonstruksi 3 0 yaitu kesulitan dalam menampilkan
hasil pengukuran. Pengukuran yang demikian membutuhkan kapabilitas pemodelan
padat atau teknik realitas maya.
Beberapa standar yang muncul disetujui secara internasional dan de facto untuk
mengatasi permasalahan pada bidang-bidang tertentu pengukuran secara optik.
Perangkat keras dan lunak dipilih untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum dan
Iingkungan pengembangan yang cepat dan terpadu.
271
Prosiding Pertemuan IImiah Nasional Rekayasa Perangkat NuklirSerpong, 20 Nopember 2007
ISSN 1693-3346
DAFTAR PUST AKA
[1]. BS7228: 1991, Manipulating Industrial Robots - Performance Criteria and Related
Test Methods (British Standards Institution, London)
[2]. Neale MJ & Ass., 1979, A Guide to Condition Monitoring of Machinery, Pub.
HMSO, ISBN 0-11-512126-9.
[3]. Moore T.N., 1986, Automated Diagnostiesfor Robot Based Assembly sistems, Proe.
Asme Prod. Eng. Div. V23 pp 323-331.
[4]. Halliwell NA" 1989, Fringe Analysis for Engineers. Professional Enggineering
October, 1989
[5]. Braggins D., 1987, Machine Vision Flexes Its Muscle, Chartered Mechanical
Engineer Juloy/ Agust.
[6]. Peggs GN, 1989, Creating a Standard Infrastructure for Co-Ordinate Measuring
Technology in The UK, CIRP Annals pp 521-523
272