10
Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Koktail Nipah Pada Skala Industri Kecil Menengah (IKM) The Feasibilityof Technicaland Financial Analysis of Nypa Palm Cocktail Production on a Small and Medium Industry Scale. Minor Thesis Susanti Dwi Kurniawati 1 ; Usman Effendi 2 ; Ika Atsari Dewi 2 1). Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya 2). Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran - Malang 65145 [email protected] ABSTRAK Nipah merupakan salah satu jenis tanaman palma yang banyak tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, tanaman tersebut banyak tumbuh di dataran rendah berair seperti di rawa- rawa, sekitar sungai, waduk dan sepanjang garis pantai pasang surut. Pendirian Industri Koktail Nipah berlokasi di Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean dikarenakan dekat dengan bahan baku. Populasi pohon nipah di Bawean sebesar 273.450 pohon dan mempunyai luas area pohon nipah yaitu 91,15 ha, masing-masing hektar terdapat 2.000 pohon. Pemanfaatan Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah ( palm sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Untuk mengatasi lonjakan produksi yang berlimpah pada saat panen raya dan sifat mudah rusak, maka dapat dilakukan pengolahan nipah menjadi berbagai jenis olahan sehingga dapat menyelamatkan hasil panen yang berlimpah pada saat panen raya, selain itu produk menjadi lebih awet, dan jangkauan pemasarannya menjadi lebih luas dengan resiko kerusakan yang lebih kecil. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah nipah terutama pada musim panen raya adalah dengan dikembangkannya pengolahan nipah menjadi bentuk olahan, misalnya koktail nipah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis dan finansial produksi koktail nipah pada Skala Industri Kecil Menengah (IKM). Aspek teknis yang diteliti meliputi lokasi, kapasitas produksi, bahan baku dan bahan pembantu, teknologi mesin dan peralatan, proses produksi, utilitas, tenaga kerja, kualitas produk dan tata letak fasilitas industri atau Layout.Analisis kelayakan finansial yang dilakuan meliputi perhitungan Break Event Point (BEP), Harga Pokok Produksi (HPP), efisiensi usaha (R/C ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Hasil penelitian menunjukkan kapasitas produksi koktail nipah sebesar1000 kg (5107 cup per hari). Bahan baku yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan selama proses produksi koktail nipah berlangsung. Proses produksi koktail nipah menggunakan teknologi, mesin dan peralatan yang tepat. Kebutuhan utilitas selama proses produksi dapat terpenuhi. Tenaga kerja yang terlibat dapat mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada sehingga proses produksi berjalan lancar. Harga Pokok Produksi (HPP) koktail nipah sebesar Rp. 2.954,85 dengan harga jual sebesar Rp.4.137,00 per cup. Break Even Point (BEP) tercapai pada tingkat penjualan sebesar 313.054 unit atau senilai Rp.1.307.449.431,00. Efisiensi usaha (R/C ratio) sebesar 1,40. Net Present Value (NPV) bernilai positif yaitu sebesar Rp.2.756.493.425,87Internal Rate of Return (IRR) sebesar 57,19 % dan Payback Period (PP) selama 1 tahun 6 bulan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa produksi koktail nipah layak. Kata Kunci: Bahan Baku, Nira, Palma.

siwalan 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaa

Citation preview

  • Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Koktail Nipah Pada Skala Industri Kecil

    Menengah (IKM)

    The Feasibilityof Technicaland Financial Analysis of Nypa Palm Cocktail Production on a Small and Medium Industry Scale. Minor Thesis

    Susanti Dwi Kurniawati 1; Usman Effendi2; Ika Atsari Dewi2 1). Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian,

    Universitas Brawijaya 2). Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian,

    Universitas Brawijaya Jl. Veteran - Malang 65145 [email protected]

    ABSTRAK

    Nipah merupakan salah satu jenis tanaman palma yang banyak tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, tanaman tersebut banyak tumbuh di dataran rendah berair seperti di rawa-rawa, sekitar sungai, waduk dan sepanjang garis pantai pasang surut. Pendirian Industri Koktail Nipah berlokasi di Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean dikarenakan dekat dengan bahan baku. Populasi pohon nipah di Bawean sebesar 273.450 pohon dan mempunyai luas area pohon nipah yaitu 91,15 ha, masing-masing hektar terdapat 2.000 pohon. Pemanfaatan Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Untuk mengatasi lonjakan produksi yang berlimpah pada saat panen raya dan sifat mudah rusak, maka dapat dilakukan pengolahan nipah menjadi berbagai jenis olahan sehingga dapat menyelamatkan hasil panen yang berlimpah pada saat panen raya, selain itu produk menjadi lebih awet, dan jangkauan pemasarannya menjadi lebih luas dengan resiko kerusakan yang lebih kecil. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah nipah terutama pada musim panen raya adalah dengan dikembangkannya pengolahan nipah menjadi bentuk olahan, misalnya koktail nipah.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis dan finansial produksi koktail nipah pada Skala Industri Kecil Menengah (IKM). Aspek teknis yang diteliti meliputi lokasi, kapasitas produksi, bahan baku dan bahan pembantu, teknologi mesin dan peralatan, proses produksi, utilitas, tenaga kerja, kualitas produk dan tata letak fasilitas industri atau Layout.Analisis kelayakan finansial yang dilakuan meliputi perhitungan Break Event Point (BEP), Harga Pokok Produksi (HPP), efisiensi usaha (R/C ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

    Hasil penelitian menunjukkan kapasitas produksi koktail nipah sebesar1000 kg (5107 cup per hari). Bahan baku yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan selama proses produksi koktail nipah berlangsung. Proses produksi koktail nipah menggunakan teknologi, mesin dan peralatan yang tepat. Kebutuhan utilitas selama proses produksi dapat terpenuhi. Tenaga kerja yang terlibat dapat mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada sehingga proses produksi berjalan lancar. Harga Pokok Produksi (HPP) koktail nipah sebesar Rp. 2.954,85 dengan harga jual sebesar Rp.4.137,00 per cup. Break Even Point (BEP) tercapai pada tingkat penjualan sebesar 313.054 unit atau senilai Rp.1.307.449.431,00. Efisiensi usaha (R/C ratio) sebesar 1,40. Net Present Value (NPV) bernilai positif yaitu sebesar Rp.2.756.493.425,87Internal Rate of Return (IRR) sebesar 57,19 % dan Payback Period (PP) selama 1 tahun 6 bulan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa produksi koktail nipah layak.

    Kata Kunci: Bahan Baku, Nira, Palma.

  • ABSTRACT Nypa palm is one type of palm that largely grows in some watery lowland areas in

    Indonesia, particularly swamps, edge of rivers, reservoirs as well as tidal coastlines. The nypa palm cocktails production was established in subdistrict of Sangkapura, Baweanisland as it is

    close to the raw material. This island has 273,450 plants with area of 91.15 acres, where every acre has 2,000 plants. The nypa palm can be utilized by scratching its water, which is sweet liquid generated from bunch that is not yet bloom. The dried nypa palm through processing is marketed as palm sugar, then the yield of that palm sugars oxidation is vinegar. In order to overcome the abundant production that is perishable when harvesting, so nypa processing into many kind of products can be an alternative, moreover, this will prolong the shelf life as well as the coverage of marketing can be wider with less defect. One type of effort to enhance the economic value of nypa palm at the time of great harvest is by processing into cocktail.

    This research was aimed to find out the feasibility of technical and financial of nypa palm cocktails production on a small and medium industry scale. Technical aspects comprise

    location, production capacity, raw material and additional materials, machine and equipment technology, production process, utility, labor, product quality as well as plant layout; while, financial aspects were reviewed through the calculation of break event point (BEP), production cost (HPP), business efficacy (R/C ratio), net present value (NPV), internal rate of return (IRR) as well as payback period (PP).

    Results of research demonstrated that production capacity of nypa palm cocktail was 1,000 kilograms (5,107 cups per day). The availability of raw material was able to cover the necessity during production. The production process used proper technology, machine and equipment. The utilitys necessity during production was achieved. Labors could operate both

    machine and equipment, so production was running smoothly. Production cost (HPP) of nypa palm cocktail was IDR 2,954.85 with selling price as much as IDR 4,137.00 per cup. Break event point (BEP) was achieved at sales level of 316,054 units or IDR 1,307,449,431.00. Business efficacy (R/C ratio) was 1.40. Net present value (NPV) was positive, equals to IDR 2,756,493,425.87. Internal rate of return (IRR) was 57.19% and payback period (PP) was a year and 6 months. According to conducted financial feasibility, so it can be concluded that nypa palm cocktails production was feasible.

    Keywords: Nypa Palm, Palm, Raw Material

  • Pendahuluan Nipah merupakan salah satu jenis

    tanaman palma yang banyak tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, tanaman tersebut banyak tumbuh di dataran rendah berair seperti di rawa-rawa, sekitar sungai, waduk dan sepanjang garis pantai pasang surut. Hingga kini sebagian besar tanaman Nipah tumbuh secara alami atau belum dibudidayakan secara intensif, hal tersebut disebabkan karena manfaat Nipah bagi masyarakat masih terbatas pada penggunaan daun sebagai atap rumah dan anyaman dalam jumlah yang relatif kecil. Sebagian besar Nipah yang ada di Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman konservasi, belum ke arah tanaman industri.

    Koktail Nipah merupakan produk olahanNipah yang diawetkan dalam kemasan, dengan menggunakan air nira dari sadapantandanbungaNipah sehingga dihasilkan produk dengan kandungan yang berkualitas. Tujuan pembuatan koktail Nipah adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis, memperpanjang umur simpan dari Nipah dan sebagai alternatif untuk ketersediaan bahan baku. Salah satu daerahpenghasilbuahNipah yang berkualitasdi kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Target dari produksi koktail Nipah yaitu hotel, cafe dan juga restoran di kawasan Gresik, Surabaya dan sekitarnya.

    Dalam mengembangkan industri produk koktail Nipah diperlukan analisis kelayakan untuk memberikan masukan terhadap strategi pengembangan produk baru.Untuk itu diperlukan aktivitas dalam diversifikasi produk adalah meningkatkan nilai tambah buah Nipah dengan mengolah menjadi koktail. Analisis aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis produksi akan dilaksanakan. Aspek finansial bertujuan mengetahui apakah keuntungan yang diperoleh layak dan mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya.Penelitian ini termasuk dalam proyek besar pengembangan teknologi diversifikasi produkolahan Nipah menjadi aneka pangan dan kertasseni.

    Bahan dan Metode Pelaksanaan penelitian ini dilakukan

    dengan dua aspek yaitu aspek teknis meliputi meliputi kapasitas produksi harian, kebutuhan utilitas (bahan bakar, listrik dan air), jenis mesin dan peralatan, serta tata letak dan luas fasilitas produksi. Aspek finansial meliputi harga pokok produksi (HPP), Break Event Point (BEP), efisiensi usaha, Payback Period (PP), Net Present Value (NPV). Tahapan berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan saran.

    a. Aspek Teknis 1. Lokasi Pendirian Usaha

    Menjelaskan tentang strategis atau tidaknya lokasi yang digunakan untuk produksi koktail Nipah, sehingga lokasi tersebut memiliki lokasi yang sesuai dengan usaha pendirian pabrik koktail Nipah. 2. Kapasitas Produksi

    Kapasitas produksi ditetapkan sesuai dengan ketersediaan bahan baku yaitu buah Nipah. Penetapan kapasitas produksi ini dijadikan dasar dalam penentuan layak tidaknya produksi koktail Nipah berdasarkan aspek teknis. Produksi koktail Nipah dikatakan layak apabila kapasitas produksi dapat dipenuhi.

    3. Bahan Baku dan Bahan pembantu

    Data yang dianalisis yaitu ketersediaan bahan baku maupun bahan pembantu, kualitas dan asal bahan baku serta penanganan terhadap bahan baku. Dikatakan layak apabila jumlah bahan baku dan bahan pembantu dapat memenuhi kapasitas produksi yang telah ditentukan.

    4. Teknologi, Mesin dan Peralatan

    Data yang dianalisis mengenai pemilihan teknologi, jenis mesin dan peralatan yang digunakan, kapasitas mesin, serta jumlah mesin dan peralatan yang digunakan. Dikatakan layak apabila menggunakan teknologi yang tepat sesuai dengan produk yang akan dihasilkan serta jenis mesin dan peralatan yang digunakan dapat memenuhi kapasitas produksi yang telah ditentukan.

  • 5. Proses Produksi Data yang dianalisis adalah data yang

    berhubungan dengan berlangsungnya proses produksi, waktu proses, jumlah tenaga kerja yang terlibat serta kebutuhan utilitas. Proses produksi juga dipengaruhi oleh jenis teknologi dan mesin peralatan yang digunakan. Proses produksi dikatakan layak apabila proses produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu proses yang ditentukan, menggunakan teknologi serta mesin dan peralatan yang tepat dengan jumlah tenaga kerja yang tepat.

    6. Utilitas

    Data yang dianalisis yaitu kebutuhan LPG, listrik dan air yang diperlukan dalam proses produksi termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan kebutuhan utilitas serta bahan bakar minyak seperti bensin untuk keperluan transportasi. Dikatakan layak apabila kebutuhan utilitas dalam proses produksi dapat terpenuhi.

    7. Tenaga Kerja

    Data yang dianalisis mengenai jumlah tenaga kerja, gaji untuk tenaga kerja dan jam kerja perhari. Dikatakan layak apabila tenaga kerja yang ada dapat menjalankan proses produksi dengan baik, yaitu dapat mengaplikasikan teknologi serta dapat mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada.

    8. Kualitas

    Pengujian terhadap kualitas koktail Nipah dilakukan dengan melakukan uji terhadap Kadar Air (%), Total Gula (%), Total Padatan Terlarut (TPT) (%), Protein (%), Kadar Abu (%), Kadar Lemak(%), Karbohidrat(%), SeratKasar(%)dan Kadar Garam(%).

    9. Tata Letak atau Layout produksi

    Menjelaskan tentang luas bangunan pada saat proses produksi berlangsung, mulai dari ukuran, luas lahan yang diperlukan, dan proses produksi yang digunakan dalam industri koktail Nipah. b. Aspek Finansial

    Hasil dari masing-masing system pengolahan produktivitas koktail Nipah

    selanjutnya dianalisis aspek finansialnya. Pada aspek ini, dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi (HPP), Break Event Point (BEP), efisiensi usaha, Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), IRR (Internal Rate of Return). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

    1. HPP =

    2. BEP (unit)= FC : (P VC)

    BEP (price)= FC : (1 (VC / P))

    Dimana: FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) P = Price (Harga Jual (Rupiah)) 3. Efisiensi usaha (R/C ratio)

    Menurut Soekartawi (2002), rumus efisiensi usaha R/C sebagai berikut :

    dengan :

    TR = P x Q TC = TFC + TVC

    Keterangan : TR =Total Revenue (jumlah seluruh

    penerimaan yang diperoleh) P = Price (Harga) Q = Quantity (jumlah unit) TC = Total Cost (jumlah seluruh biaya

    yang dikeluarkan) Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan R/C ratio adalah: R/C > 1 usaha tidak efisien R/C = 1 usaha tidak menguntungkan R/C > 1 usaha efisien 4. PP (Payback Period)

    Formulasi model metode ini sebagai berikut (Sayuti, 2008):

    Keterangan : T = tahun terakhir dimana komulatif net

    cash belum mencapai initial investment b = initial investment (modal awal)

  • c = kumulatif net cash inflow pada tahun ke t

    d = kumulatif net cash inflow pada tahun t + 1

    5. NPV (Net Present Value)

    Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah (Umar, 2009):

    Keterangan : NB = Net Benefit (benefit cost) I = discount factor 6. IRR (Internal Rate of Return)

    Formulasi IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Keterangan : i1 = discount rate yang menghasilkan NPV1 i2 = discount rate yang menghasilkan NPV2 a = selisih i1 dengan i2 b = selisih PV1 dengan PV2 Hasil dan Pembahasan

    Bahan baku utama dalam proses pembuatan koktail yaitu buah nipah segar yang diperoleh dari Desa Sungairujing, Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik. Kandungan kimia yang terdapat pada buah nipah dapat dilihat pada Tabel 1.

    .Tabel 1. Kadungan kimiah buah nipah

    Parameter Kandungan (%)

    Protein 0,96 Lemak 0 Air 89,05 Abu 0,57 Karbohidrat 9,42 Serat Kasar 1,83 Tekstur 9,9

    Sumber: Data primer, diolah (2012)

    Bahan baku sirup yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira nipah segar yang diperoleh dari Desa Sungairujing, Sangkapura Kabupaten Gresik. Nira nipah yang digunakan adalah nira nipah yang diperoleh dari proses penyadapan pada

    tangkai bunga nipah yang belum masak. Nira hasil sadapan kemudian dimasak hingga mencapai tingkat kekentalan 17brix hingga 20brix dan kemudian disimpan di dalam lemari es. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya peristiwa inversi sukrosa menjadi gula reduksi (glukosa dan fruktosa), sehingga gula tidak dapat mengkristal (Fauzan, 2001). Selain sukrosa dan air, nira nipah juga mengandung gula reduksi dan garam. Kandungan kimia yang terdapat pada nira nipah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan kimia nira nipah

    Parameter Kandungan (%)

    Total Gula 15,61 Air 83,27 Gula Reduksi 6,60 Garam 0,4

    Sumber: Data primer, diolah (2012) a. Aspek Teknis

    Pengkajian aspek teknis yang dilakukan meliputi kapasitas produksi, bahan baku dan tambahan, teknologi dan mesin peralatan, proses produksi, kebutuhan utilitas,tenaga kerja dan layout atau tata letak produksi. 1. Lokasi Pendirian Usaha

    Pendirian pabrik koktail nipah yang berlokasi di Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean dikarenakan dekat dengan bahan baku. Karakter buah nipah yang mudah membusuk sangat diharuskan untuk langsung diolah dalam bentuk segar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor dalam pendirian pabrik koktail nipah yang berlokasi berdekatan dengan bahan baku. Populasi pohon nipah di Bawean sebesar 273.450 pohon dan mempunyai luas area pohon nipah yaitu 91,15 ha, masing-masing tiap ha terdapat 2000 pohon nipah yang terdiri dari 2 tandan, tiap tandan mempunyai berat sebesar 500 gram. 2. Kapasitas Produksi

    produksi untuk membuat produk koktail nipah sebanyak 1000 kg, jumlah daging buah nipahyang digunakan sebanyak 1000 kg.Rendemen yang dihasilkan dari proses pembuatan koktail nipah sebesar 65%. Dari 1000 kg daging

  • buah nipah mampu menghasilkan koktail sebanyak 650 kg per hari. Jumlah buah nipah dan jumlah koktail yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Jumlah buah nipah dan koktail nipah yang diproduksi

    Sumber: Data primer, diolah (2012) 3. Bahan baku dan bahan tambahan

    Daging buah nipah merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan koktail nipah. Daerah penghasil nipah yang berkualitas baik di Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik.Pembuatan koktail nipah memerlukan daging buah sebanyak 300.000 kg per 1 tahun masa produksi. Jumlah kebutuhan nipah dalam pembuatan koktail dapat terpenuhi dengan melihat jumlah ketersediaan daging buah nipah di Kabupaten Sangkapura sebanyak 410.175 ton.

    CaCl2 merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan koktail nipah. Asam Sitrat bertujuan untuk mempertegas flavour dan warna serta sebagai pengontrol keasaman pada proses pemasakan koktail. Kayu manis yang digunakan dalam pembuatan koktail nipah 1 hari proses produksi sebanyak 12,3 kg dari total bahan baku 1000 kg buah nipah dan 820 liter nira. Natrium benzoat merupakan pengawet kimia dalam pangan yang pertama kali diijinkan oleh Food and Drug Administration (FDA).Natrium Benzoat yang digunakan dalam 1 hari proses produksi pembuatan koktail nipah sebanyak 8,2 kg dari total bahan baku 1000 kg buah nipah dan 820 liter nira. 4. Teknologi, mesin dan peralatan

    Peralatan yang digunakan pada proses penimbangan yaitu timbangan besar untuk bahan baku utama dengan kapasitas 500 kg dan untuk bahan tambahan menggunakan timbangan digital. Peralatan yang digunakan pada proses blanching yaitu dandang dengan kapasitas 50 kg dengan jumlah peralatan sebanyak 4 buah.

    Pengaduk kayu digunakan untuk proses pengadukan koktail nipah yang telah di-blanching. Mesin yang digunakan pada proses pendinginan yaitu bak penampung besar dengan kapasitas mesin 50 kg dengan jumlah 20 buah. Waktu proses pendinginan dengan menggunakan bak penampung selama 30 menit. Proses pengemasan koktail nipah yaitu menggunakan cup sealer. Pemilihan jenis teknologi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam produksi koktail layak, karena telah menggunakan teknologi yang tepat sesuai dengan produk yang dihasilkan serta jenis mesin dan peralatan yang digunakan telah memenuhi kapasitas produksi yang telah ditentukan. 5. Proses produksi

    Layak tidaknya proses produksi dipengaruhi oleh aspek teknis lain seperti mesin peralatan, tenaga kerja yang terlibat dan kebutuhan utilitas serta layout atau tata letak. Proses produksi dikatakan layak apabila mesin dan peralatan yang dibutuhkan tiap prosesnya tersedia dan dapat memenuhi kapasitas. Dengan adanya mesin dan peralatan dapat mempermudah proses produksi. Selain itu, dalam proses produksi juga melibatkan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin dan peralatan yang digunakan. Tenaga kerja yang ada harus dapat mengoperasikan mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi koktail nipah. Gambar 1. Flowsheet pembuatan koktail nipah 6. Utilitas Kebutuhan utilitas meliputi kebutuhan LPG, listrik dan air. Dalam satu kali proses

  • produksi, jumlah LPG yang diperlukan sebanyak 28 kg per hari, yaitu untuk proses blanching dan pemasakan nira. Tabel 4. Mesin Peralatan, Jumlah Tenaga Kerja dan Kebutuhan Utilitas pada Proses Pembuatan Koktail Nipah

    Sumber: Data primer, diolah (2012) 7. Tenaga kerja

    Jumlah tenaga kerja yang ada di Industri Koktail Nipah sebanyak 25 orang dengan rincian 20 orang tenaga kerja langsungdan 5 orang sebagai tenaga kerja tidak langsung. Pembagian tugas tenaga kerja dilakukan secara merata sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tiap prosesnya. Proses yang paling banyak membutuhkan penanganan yaitu pemotongan, dikarenakan tingkat kesulitan sangat tinggi dan beresiko sehingga dibutuhkan 10tenaga kerja yang berjenis kelamin laki-laki. Pada proses pemisahan daging buah dengan cangkang dibutuhkan 10 tenaga kerja perempuan. Proses yang membutuhkan penanganan kedua yaitu pada proses pengemasan yaitu sebanyak 20 orang. Proses-proses lain hanya membutuhkan 4-12 tenaga kerja. 8. Kualitas produk

    Koktail nipah merupakan suatu produk baru yang dihasilkan dari suatu diversifikasi produk dari buah nipah.Untuk mengetahui kualitas koktail nipah dilakukan uji laboratorium terhadap kualitas koktail tersebut.Hasil uji kualitas koktail nipah dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Kualitas produk

    Parameter Kandungan (%)

    Protein Lemak Air Abu Karbohidrat Total Gula TPT (% Brix) Serat Kasar Garam

    0,57 0,03 84,56 0,86 13,98 10,8 17,0 0,25 0,92

    Sumber: Data primer, diolah (2012) 9. Layout Pabrik

    Jenis Layout yang digunakan pada pabrik koktail nipah yaitu Product layout (flow-shop layout) adalah jenis layout yang mengatur peralatan atau mesin serta fasilitas produksi yang lain berdasarkan dari langkah-langkah progresive yang dilakukan oleh produk atau komponen yang dikerjakan. Gambar 2. Layout pabrik b. Aspek Finansial

    Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi perhitungan Break Event Point (BEP), Harga Pokok Produksi (HPP), efisiensi usaha (R/C ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

    Modal tetap dalam pembuatan koktail nipah sebesar Rp.1.582.746.495,00. Modal tetap terdiri dari biaya untuk peralatan produksi, peralatan kantor serta biaya-biaya lain seperti persiapan dan perijinan, tanah dan bangunan serta pemasangan instalasi.

  • 1. Harga pokok produksi (HPP) Perhitungan HPP digunakan untuk

    menentukan harga jual produk yang akan dipasarkan. Harga jual dihitung dengan adanya penambahan tingkat keuntungan (mark up). Menurut Subanar (2001), besarnya mark up di tingkat produsen langsung konsumen sebesar 20%, jika melalui agen besarnya mark up 40% dan jika agen menjual produk ke konsumen akhir mark up yang ditetapkan sebesar 70%. Produksi koktail menggunakan mark up sebesar 40%, sehingga harga jual yang ditetapkan sebesar Rp.4.137,00. 2. Break even point (BEP)

    Break Event Point (BEP) merupakan titik impas dimana nilai penjualan atau pendapatan sama dengan total biaya. Perhitungan BEP dilakukan untuk mengetahui volume penjualan minimum agar usaha tidak mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (Syamsudin, 2001). Hasilperhitungan BEP(Q) menunjukkan jumlah volume penjualan minimum yang harus dicapai sebanyak 316.054unit. Hasil perhitungan BEP(Rp) sebesar Rp.1.307.449.431,00.

    Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa titik impas terjadi pada saat penjualan mencapai 316.054cupkoktail nipah. Biaya yang dicapai dari penjualan tersebut sebesar Rp.1.307.449,431. Apabila unit usaha tersebut telah mencapai angka penjualan tersebut di atas, maka dapat diartikan unit usaha tersebut mencapai titik impas dimana usaha tidak mengalami kerugian maupun memperoleh keuntungan. 3. Efisiensi usaha (R/C ratio)

    Perhitungan efisiensi usaha (R/C ratio) dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dengan melakukan perbandingan antara besarnya penerimaan yang diperoleh dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.6.338.192.173,60. Biaya pengeluaran terdiri dari biaya tetap (FC) sebesar Rp.470.641.424,00 dan biaya tidak tetap (VC) sebesar Rp.4.056.638.700,00 sehingga

    total biaya pengeluarannya sebesar Rp.4.527.280.124,00.

    Menurut Jumingan (2009), kriteria pengujian terhadap perhitungan efisiensi usaha (R/C ratio) yaitu apabila R/C ratio< 1 maka usaha dikatakan tidak efisien atau merugikan, apabila R/C ratio = 1 maka usaha dikatakan tidak menguntungkan atau tidak merugikan dan apabila R/C ratio>1 maka usaha dikatakan efisien atau menguntungkan. Hasil perhitungan R/C ratio sebesar 1,40 (R/C ratio>1), maka produksi koktail nipah dikatakan layak. 4. Net present value (NVP)

    Berdasarkan perhitungan cash flow dengan umur proyeksi 5 tahun, net cash flow yang diperoleh sebesar Rp.1.267.638.434,72 tiap tahun. Pehitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 16. Net cash flow digunakan untuk perhitungan NPV.Hasil perhitungan NPV dengan discount factor 11,75% sebesar Rp.2.756.493.425,87. Hasil perhitungan menunjukkan nilai NPV adalah positif. 5. Internal rate of return (IRR)

    Perhitungan IRR dilakukan dengan caratrial error. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai IRR dengan yang diperoleh sebesar 57,19%. Menurut Jumingan (2009), apabila perhitungan IRR > dari tingkat suku bunga (discount factor) maka usaha tersebut dikatakan layak. Apabila perhitungan IRR = tingkat suku bunga (discount factor) maka usaha tersebut dikatakan berada dalam keadaan BEP dan apabila perhitungan IRR < dari tingkat suku bunga (discount factor) maka usaha tersebut dikatakan tidak layak. Perhitungan IRR (57,19%) > DF (11,75%), maka proyek produksi pembuatan koktail nipah dapat dikatakan layak. 6. Payback period (PP)

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai payback period (PP) dicapai pada 1,45tahun. Proses produksi koktail nipah hanya dilakukan selama masa panen buah, yaitu selama 4 bulan. Artinya kecepatan pengembalian produksikoktail nipah dapat dicapai selama 4 bulan nilai sebenarnya.

  • Kesimpulan Kapasitas produksi koktail nipah

    sebesar 1000 kg per hari. Bahan baku yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan untuk kapasitas produksi. Pemilihan jenis teknologi dalam pembuatan koktail nipah menggunakan metode pasteurisasi sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan. Pemilihan mesin dan peralatan sesuai dengan kebutuhan dalam proses produksi dan kapasitas mesin sesuai dengan kapasitas bahan tiap proses. Proses produksi koktail nipah dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu proses yang ditentukan, serta kebutuhan utilitas selama proses produksi dapat terpenuhi. Tenaga kerja yang ada dapat mengaplikasikan teknologi dan mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada. Berdasarkan analisis kelayakan teknis yang dilakukan, produksi koktail nipah dapat dikatakan layak.

    Hasil perhitungan finansial menunjukkan bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) koktail nipah sebesar Rp. 2.954,85 dengan harga jual sebesar Rp. 4.137,00 per cup. Break Even Point (BEP) tercapai pada tingkat penjualan sebesar 316.054 unit atau senilai Rp. 1.307.449.431,00. Efisiensi usaha (R/C ratio) sebesar 1,40. Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 2.756.493.425,87 Internal Rate of Return (IRR) sebesar 57,19% dan Payback Period (PP) selama 1,45 tahun. Berdasarkan analisis kelayakan finansial yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa produksi koktail nipah layak.

    Daftar Pustaka

    Anonymous. 2005. Pengolahan dan Pemanfaatan Keanekaragaman Buah Menjadi Selai dan Jelly Buah. Dilihat 28 Januari 2013.

    Anonymous. 2011. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Pangan Selai dan Jelly Buah. Sentra informasi IPTEK. Kementerian Riset dan Teknologi.

    __________. 2012. Aroma Buah Sebagai Terapi kesehatan. Dilihat 5 Januari 2013.

    __________. 2012. Mutu Selai Campuran Nenas. Jurnal Pendidikan Dan Keluarga UNP. Dilihat 5 Januari

    2013. http://jurnal.pdii.go.id/jurnal/12093342.pdf

    Aeker, dan Gerry. 2004. Marketing Research 8th. ed. Jhon Wiley & Sons, Inc. USA. 87-102

    Alamjah,S, 2006. Potensi Produk Selai Dalam Perindustrian Dengan Inovasi Baru. Linda Karya. Bandung.

    Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.

    Assael, H. 2002. Consumer Behavior and Marketing Action,. DW Kent Publishing Company. Boston. Ed 4th :167-170

    Baharudin, M dan Taskirawati, 2009. Populasi Tanaman Nipah di Indonesia. Penerbit Rineka Cipta. Yogyakarta.

    Basuki. A. 2002. Penggunaan Analisis Konjoin Untuk Menentukan Preferensi Wisatawan Nusantara pada Obyek Wisata Di Kabupaten Malang. Tesis Unpublished Universitas Brawijaya. Malang.

    Behzadian. 2011. Iranian Students Preferences for Laptop: a Conjoint Analysis. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences. University of Shomal, Amol. Mazandaran. Iran. Issue: 39-45.

    Cooper, D. R. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Dwipurwani, O dan Cahyawati, S. 2011. Preferensi Pengguna Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Analisis Konjoin. Jurnal Penelitian Sains volume 14 2(A) 14202. Jurusan Matematika. Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan.pp.30-36

    Endang, D. 2008. Kualitas Selai Berdasarkan Kandungan Gizi Buah. Penerbit Refika Adiatma. Jakarta.

    Engel, J.F. Blackwell, dan P.W. Miniard. 2002. Costumer Behavior 8th Edition. Dryden Press. Horcout Brace College Publisher. 63(2):58-70

  • Fauziah. 2002. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Susu Segar

    Nasional (SSN). Ringkasan Eksekutif. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Foster, A. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran 7e. Jilid 2 (diterjemahkan oleh Alexander Sindoro). Penerbit Prenhallindo. Jakarta.

    Kotler, P. 2002. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Kotler, P. dan Gary, A. 2006. Marketing Management, Analysis, Planning, Implementation Cotrol, 7th Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

    Kotler, P. dan Kevin L. K. 2009. Manajemen Pemasaran Perspektif

    Asia. Buku 2 (Diterjemahkan Oleh Handoyo Prasetyo). Penerbit Andi. Jakarta.

    Lexy D.R. 2002. Market Research and Analysis. United States: R. R Donnelly & Sons Company.

    Malhotra, K. 2004. Marketing Research an Applied Orientation. United States: Pearson Education International.

    Mangkunegara, A. W. 2002. Prilaku Konsumen. Refika Adiatma. Jakarta.

    Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

    Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

    Patton, G. A. 2005. Research for Marketing Decision. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

    Paul, W. M. 2004. Perilaku Konsumen. Terjemahan. Jilid 1 dan 2. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.

    Piggot, T. L. 1984. Dalam Pandoyo, S. 2002. Pengukyran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta.

    Sadjad, U. 2007. Diversifikasi Pangan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

    Pangan. Jurnal Litbang Pertanian hal: 20 (5).

    Setyawan, HY. dan S. Wijana. 2011. I Potensi Tanaman Nipah Sebagai

    Sumber Gula Alternatif Di Jawa Timur. Proceeding Seminar Nasional APTA, November 2011.

    Simamora, B. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    ________. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    ________. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia.

    Singarimbun. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia.

    Soekarto, ST. 2003. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan Dan Hasil Pertanian. Penerbit Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

    Sudjoko, M. 2002. Stastika Industri Dan Multivariat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Sugiarto, D. L. 2005. Teknik Sampling . Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Sugiyono, A. 2003. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengaruh

    Kewenangan. Jurnal ORBITH Vol.4 No.3: 554-557.

    Sukardi, 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Bumi Aksara. Jakarta.

    Sunardi, S. 2005. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas

    Produk. Jurnal Bisnis, Desember 2004. Yogyakarta. Vol.2, No.2:17-30

    Supranto, J. 2002. Analisis Multivariat Arti & Interpretasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Suprapti, L. 2005. Proses Pem Selai dan Cake Waluh. Kanisius. Yogyakarta.

    Wariono. 2008. Enzim Pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

    Wijana, S. 2011. Identifikasi Potensi Tanaman Nipah (Nipa fructican) Sebagai Sumber Gula Alternatif Di Jawa Timur. Proceeding Seminar Nasional APTA, November 2011.