9
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Form Pengamatan Pemecahan Dormansi No . Perlakuan Komodit i Parameter Vigo r Less Vigor Abnorm al Mati 1 Skarifi kasi Diampla s Saga - - - 10 Kontrol - - - 10 Jumlah 20 Presentase 100% 2 Dilukai Semangk a - 1 3 6 Kontrol - - 1 9 Jumlah 1 4 15 Presentase 5% 20% 75% Parameter N Ab BM BK BSST 3 Stratif ikasi Suhu 50 o C Kedelai - - 10 - - Kontrol - - 10 - - Jumlah 20 Presentase 100% 4 Suhu 60 o C Padi - - 10 - - Kontrol - - 10 - - Jumlah 20 Presentase 100% 4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Skarifikasi Pada table hasil pengamatan, diketahui bahwa dari keseluruhan benih saga yang ditanam, baik perlakuan kontrol maupun yang telah diamplas, semua benih mati atau

Skarifikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan tekben

Citation preview

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HASILForm Pengamatan Pemecahan DormansiNo.PerlakuanKomoditiParameter

VigorLess VigorAbnormal Mati

1SkarifikasiDiamplasSaga---10

Kontrol---10

Jumlah20

Presentase100%

2DilukaiSemangka-136

Kontrol--19

Jumlah1415

Presentase5%20%75%

Parameter

NAbBMBKBSST

3StratifikasiSuhu 50oCKedelai --10--

Kontrol--10--

Jumlah 20

Presentase100%

4Suhu 60oCPadi--10--

Kontrol--10--

Jumlah 20

Presentase100%

4.2 PEMBAHASAN4.2.1 SkarifikasiPada table hasil pengamatan, diketahui bahwa dari keseluruhan benih saga yang ditanam, baik perlakuan kontrol maupun yang telah diamplas, semua benih mati atau tidak tumbuh. Menurut Schmidt (2000), benih tanaman legum pada umumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benih bersifat impermeabel. Saga merupakan tanaman leguminose. Kulit benih saga manis yang bersifat impermeable menyebabkan benih tidak dapat berimbibisi bila tidak diskarifikasi. Dalam penelitian ini pematahan sifat dorman pada benih saga manis dilakukan dengan cara skarifikasi mekanik dengan diamplas. Skarifikasi mekanik dengan amplas dilakukan pada bagian kulit cadangan makanan yang berwarna merah menyebabkan benih bersifat permeable sehingga air dapat masuk ke dalam benih yang diskarifikasi. Kegagalan benih tumbuh kemungkinan disebabkan kurang dalam saat pengamplasan kulit biji atau benih sehingga air tidak dapat masuk. Selain itu, bias juga karena factor kekurangan air sehingga proses imbibisi terhambat.Pada benih semangka perlakuan kontrol, satu benih tumbuh abnormal dan yang lainnya mati.Untuk perlakuan dirusak kulit luarnya, ada 1 benih tumbuh less vigor, 3 benih tumbuh abnormal dan 6 benih mati. Jadi, untuk daya berkecambah benih, hasil terbaik bila dibandingkan dengan hasil pengamatan, ditunjukkan pada benih semangka yang dilakukan perlakuan skarifikasi. Menurut Schmidt (2000), benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkanakan semakin baik.4.2.2 StratifikasiDari hasil praktikum yang didapatkan, keseluruhan benih baik perlakuan kontrol ataupun suhu sama-sama tidak memberikan benih yang tumbuh, melainkan keseluruhan benih mati.Tidak tumbuhnya benih tersebut bias disebabkan human error saat perlakuan stratifikasi. Bisa juga disebabkan benih yang belum matang sempurna. Menurut Pilcher dalam Mandujano et.al. (2005), dikemukakan bahwa kebutuhan periode pematangan untuk mempromosikan perkecambahan biji telah terdeteksi ketika biji O. phaeacantha var. discata berkecambah lebih baik setelah beberapa waktu penyimpanan, namun kemudian menemukan bahwa perkecambahan menurun dari 46% menjadi 11% setelah 1 tahun. Jadi kematangan benih akan berpengaruh terhadap kemampuan berkecambah benih.Sebenarnya tujuan dari stratifikasi ini yaitu untuk memecah masa dormansi embrio pada benih atau biji sebagaimanana pernyataan Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. BPTH Sulawesi (2012) menambahkan bahwa benih dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Stratifikasi panas digunakan dalam kaitannya dengan setelah benih matang, untuk mengatasi dormansi yang disebabkan oleh embrio yang telah berkembang dan untuk melunakkan pericarp atau kulit biji keras (dormansi mekanis).4.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan StratifikasiSkarifikasiKelebihan: Hal ini tidak memerlukan kontrol suhu. Ini tidak melibatkan bahaya keamanan untuk pekerja. Bibit tetap kering dan bisa langsung ditanam.Kelemahan: Peralatan khusus mungkin diperlukan. Benih harus bebas dari bubur daging. Kerusakan dari overtreatment sangat mungkin (Hamiliton and Midcap, 1999). StratifikasiKelebihan: Mampu mematahkan masa dormansi embrio (Lakitan, 2007).Kelemahan: Memerluka kontrol suhu. Memerlukan pendingin ruangan untuk stratifikasi dingin sehingga butuh biaya. Lama periode pendinginan antar benih berbeda-beda (Hamiliton and Midcap, 1999).4.2.4 Perbandingan Metode Pemecahan Dormansi Skarifikasi dan StratifikasiMetode Skarifikasi:Skarifikasi mekanis dilakukan dengan menjatuhkan benih dalam wadah yang dilapisi dengan amplas atau abrasif lainnya. Bahan atau biji dapat dicampur dengan pasir kasar atau kerikil dalam wadah bergulir. Sebagian kecil benih dapat diskarifikasi dengan menggulirkan benih di lantai semen menggunakan batu bata atau papan. Untuk menentukan apakah benih yang diskarifikasi benar matang, banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan berkecambah. Benih dapat direndam untuk mengamati pembengkakan atau biji mantel dapat diperiksa dengan tangan atau lensa. Kulit biji umumnya harus retak cukup untuk mengekspos bagian dalam dari benih (Hamiliton and Midcap, 1999).Metode Stratifikasi:Stratifikasi benih dengan parameter suhu ada yang memerlukan suhu panas (stratifikasi panas) dan ada pula benih yang memerlukan suhu dingin untuk mematahkan masa dormansinya (stratifikasi dingin). Berikut merupakan langkah-langkah dalam stratifikasi dingin.1. Rendam biji semalam atau dari 12 sampai 24 jam dalam air pada suhu kamar sebelum stratifikasi.2. Biji lembab kemudian dicampur dengan media steril. Media yang cocok meliputi pasir bersih, peat moss dan vermiculite. Media harus dipertahankan kelembabannya. Benih harus dicampur dengan l sampai 3 kali ukuran benih atau ditempatkan dalam lapisan 1/2 sampai 3 kali tebal media stratifikasi. Lapisan kain tipis dapat digunakan untuk memisahkan bibit dan media . Hal ini menghilangkan kebutuhan untuk pembersihan yang dihasilkan dari pencampuran benih dan media. Wadah yang cocok untuk stratifikasi adalah flat, nampan, kotak atau kaleng yang menyediakan aerasi, mencegah pengeringan dan memungkinkan drainase. Selama bibit stratifikasi harus diperiksa secara berkala. Jika kering, media harus dibasahi kembali.3. Tempatkan benih dalam penyimpanan berpendingin yang disarankan suhu antara 3-5 oC atau 37-40 oF. Bagi kebanyakan spesies benih, periode yang diperlukan pada suhu rendah selama 3-4 bulan, tetapi beberapa spesies memerlukan 5-6 bulan.4. Benih harus ditanam segera setelah dari pendingin atau memerlukan tambahan suhu rendah sehingga tidak kehilangan viabilitas (Hamiliton and Midcap, 1999).

5. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan skarifikasi maupun stratifikasi benih mampu untuk mematahkan masa dormansi benih. Akan tetapi keberhasilan tersebut juga tergantung dari faktor-faktor yang lain. Skarifikasi benih dilakukan dengan merusak bagian kulit biji untuk membantu dalam proses imbibisi sehingga benih mampu untuk berkecambah. Sedangkan dari tahapan stratifikasi, benih atau biji diberikan perlakuan perendaman baik suhu panas ataupun dingin, yang bertujuan untuk melunakkan bagian kulit biji sehingga proses imbibisi bisa berlangsung. Kedua teknik tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKABPTH Sulawesi. 2012. Dormansi. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi. Makassar Hamilton and Midcap. 1999. Seed Propagation of Woody Ornamentals. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.Lakitan, Benyamin, 2007, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pilcher dalam Mandujano et.al. 2005. Breaking seed dormancy in Opuntia rastrera from a the Chihuahuan desert. Journal of Arid Environments. MexicoSchmidt (2000) dalam Juhanda, dkk. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

LAMPIRANDokumentasi Hasil PengamatanSkarifikasi SagaSkarifikasi Semangka

Stratifikasi PadiStratifikasi Kedelai

PerlakuanKontrolPerlakuanKontrol