Upload
renthaandinataii
View
227
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fgt5
Citation preview
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Berdasarkan riwayat penyakit pemeriksaan fisik yang teliti maka dapat ditegakkan diagnosa akhir yaitu Benign Prostat hyperplasia (BPH).
Gejala hiperplasia prostat dibagi atas gejala obstruktif dan gejala iritatif.
a. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika
karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk
berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama saehingga kontraksi terputus-putus.
Gejalanya:
harus menunggu pada permulaan miksi (hesistency).
pancaran miksi yang lemah (poor stream).
miksi terputus (intermittency).
menetes pada akhir miksi (terminal dribbling).
rasa belum puas sehabis miksi (sensation of incomplete bladder
emptying).
b. Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak
sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot
detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica,
sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya:
bertambahnya frekuensi miksi (frequency).
Nokturia (buang air kecil yang luar biasa sering di malam hari,
menyebabkan pasien terbangun beberapa kali di malam hari untuk buang
air kecil).
miksi sulit ditahan (urgency).
disuria (nyeri pada waktu miksi).
1. Perhatian khusus pada abdomen:
Defisiensi nutrisi
Edema
Pruritus
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama
1. Distensi kandung kemih.
2. Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik → retensi urine
3. Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien ingin
buang air kecil → retensi urine.
4. Perkusi : Redup → residual urine.
5. Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose
meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
6. Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) → posisi knee chest.
Syarat : buli-buli kosong/dikosongkan.
Tujuan : Menentukan konsistensi prostatMenentukan besar prostat.
Pemeriksaan Penunjang
BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
A. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter
anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan dalam rektum dan prostat. Pada
perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri,
adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba. Derajat berat obstruksi
dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urine setelah miksi spontan. Sisa miksi
ditentukan engan mengukur urine yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa
urine dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah
miksi.
B. Pemeriksaan laboratorium
a.Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin.
b.Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi.
C. Pemeriksaan radiologi :
a.Foto polos abdomen
b.BNO-IVP
c.Systocopy
d.Cystografi
D. USG
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSA
Faktor risiko yang tidak dapat
diubah :
1. Umur
2. Riwayat Keluarga
Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Aktifitas seksual
2. Diabetes Mellitus
3. Gaya Hidup
Obesitas
4. Pola makan
1. Merokok
2. Minuman beralkohol
3. Olah raga
kadar lemak
jenuh dalam
makanan
BPH
Kurang konsumsi makanan berserat