56
SKENARIO 3 KLINIK DOKTER KELUARGA Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola dengan manajemen yang baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A, 38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sesuai prosedur pemeriksaan standar dokter keluarga bersama bidan. Sebagai dokter muslim, Dr. Ahmad sangat memperhatikan adab dan tata cara pemeriksaan dan penanganan pasien sesuai ajaran Islam. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium. Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC secara teratur dan menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang 1

sken 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl yarsi

Citation preview

SKENARIO 3

KLINIK DOKTER KELUARGA

Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola dengan manajemen yang baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A, 38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sesuai prosedur pemeriksaan standar dokter keluarga bersama bidan. Sebagai dokter muslim, Dr. Ahmad sangat memperhatikan adab dan tata cara pemeriksaan dan penanganan pasien sesuai ajaran Islam.Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.

Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC secara teratur dan menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar. Dr. Ahmad kemudian menjelaskan tentang sistim pembiayaan kesehatan.KATA KATA SULIT

1. ANC : Pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan

PERTANYAAN1. Manajemen klinik dokter keluarga seperti apa yang disebut baik?

2. Bagaimana adab dan tata cara pemeriksaan lawan jenis menurut Islam?

3. Bagaimana cara dokter menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan pada pasien?

4. Bagaimana pelaksanaan sistem rujukan?

5. Bagaimana standar operasional prosedur yang baik?

JAWABAN

1. Melakukan pencatatan dan pendataan yang lengkap dan berkesinambungan serta mengatur sistem klinik dokter keluarga secara sistematis2. Dokter pria harus didampingi oleh perawat wanita apabila ingin melakukan pemeriksaan dan hanya memeriksa bagian yang diperlukan saja

3. Menjelaskan pembiayaan secara rinci, transparan, dan menyesuaikan dengan kemampuan pasien

4. Pelaksanaan rujukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Horizontal: antar sesama puskesmas (puskesmas kelurahan ke puskesmas kecamatan)

b. Vertikal: dari puskesmas ke rumah sakit

5. Melakukan anamnesis menyeluruh

Melakukan pemeriksaan fisik

Melakukan diagnosis holistik

Melakukan tindakan komperhensif

Melakukan rujukan bila tidak mampu menangani

HIPOTESIS

Klinik dokter keluarga memiliki manajemen yang baik dengan melakukan pendataan yang lengkap dan mengatur sistem klinik secara sistematis. Kemudian dokter keluarga melakukan pemeriksaan sesuai SOP dan menjelaskan tentang sistem pembiayaan secara rinci dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Saat melakukan pemeriksaan lawan jenis dokter selalu menerapkan adab dan tata cara sesuai dengan ajaran Islam.SASARAN BELAJAR1. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran keluarga

a. Definisi

b. Jenis

c. Sistem

d. Tujuan dan Manfaat

e. Sumber

2. Memahami dan Menjelaskan Konsultasi dan Rujukan di Klinik Dokter Keluargaa. Definisi

b. Karakteristikc. Jenisd. Manfaate. Sistem dan Tata Cara3. Memahami dan Menjelaskan Managemen Klinik Dokter keluarga4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga dengan Mitra Kerjanya di Klinik Dokter Keluarga

5. Memahami dan Menjelaskan Prosedur Standar Pemeriksaan Kedokteran Keluarga

6. Memahami dan Menjelaskan Adab dan Tata Cara Pemeriksaan Terhadap Lawan Jenis Menurut Islam1. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran keluargaa. Definisi

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Dari pengertian di atas, tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari :

1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesejatan yang berupa dana investasi serta dana operasional.

2) Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:

a. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)

Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari pihak pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan upaya kesehatan.

b. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)

Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

b. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain : Penataan Terpadu (managed care)Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain:a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life saving.d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan Sistem reimbursementPerusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan. AsuransiPerusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan). Pemberian Tunjangan KesehatanPerusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya. Rumah Sakit PerusahaanPerusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia :

Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :

a) Keikutsertaan bersifat wajib

b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya

c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan

d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS

e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja

f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko kelompok

g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal

h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh

i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia

Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes

Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.

Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :

a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela

b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis tanggungan yang dipilih

c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan

d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal

e) Santunan diberikan sesuai kontrak

f) Peranan pemerintah relatif kecil

Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya

Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

1. Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok

2. Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut

3. Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat

4. Santunan diberikan sesuai kontrak

5. Tidak diperlukan pemeriksaan awal

6. Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang

Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes

c. Sistem

Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampuManajemen Pembiayaan Klinik

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, danout of pocket.Model pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan (operational cost). Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.

Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

1.Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

2. Sistem paket(packet system)Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

Pembiayaan kesehatan di KDK

Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for service.

BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

Dalam pelayanan di klinik kedokteran keluarga sumber biaya utama adalah dari pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang mereka peroleh. Sumber-sumber lainnya, misalnya donasi dari pemerintah atau hibah (charity) dari yayasan atau LSM atau dari institusi pendidikan (klinik pendidikan).

Metode pembayaran di klinik dokter keluarga :

Fee for service Asuransi, ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :

Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan secara berkala ke rumah asien dan memberikan penyuluhan.

Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang ditangani.

Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak akan memperoleh keuntungan.

Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang dibutuhkan bila ia sakit.d. Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:a) Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat dan daerahb) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan jaminanc) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:

Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan

Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskin

Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (shi)

Penggalian dukungan nasional dan internasional

Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional

Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah

Pemantauan dan evaluasi.

e. Sumber

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis besar berasal dari :a) Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.b) Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari individu ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.

c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV dan virus H5N1.

d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

2. Memahami dan Menjelaskan Konsultasi dan Rujukan di Klinik Dokter Keluargaa. Definisi

Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya.

Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli.b. KarakteristikRuang lingkup kegiatanKonsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga

Kemampuan dokterKonsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.

Wewenang dan tanggung jawabKonsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.c. JenisSecara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni : Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan pasien

1. Rujukan pasien (transfer of patient)

Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut

2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)

Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)Pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut. Rujukan kesehatan masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Rujukan tenaga,

Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan. Rujukan saranaPengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut. Rujukan operasionalPelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilanMisalnya :pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten Rujukan Manajemen

1. Pengiriman informasi

2. Obat, biaya, tenaga, peralatan

3. Permintaan bantuan : survey epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :

1. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk

2. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : 1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

2. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

d. Manfaat1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan

2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang

Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan3. Dari sudut tenaga kesehatan

a) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.

b) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama

c) Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

e. Sistem dan Tata CaraDasar: Kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku. Tata cara konsultasi:

a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi

b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, form khusus, catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telfonc. Keterangan lengkap tentang pasien

d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata cara rujukan

a. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu.

b. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.

c. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.

d. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.

e. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja

f. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

g. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

3. Memahami dan Menjelaskan Managemen Klinik Dokter keluarga

Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)

Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :

1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut dengan nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality improvement program).

2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.

3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan indikator.

4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :

1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat hal :

a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.

b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.

c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang seperti ini.

d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :

a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau kematian.

b) Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya kepuasan dan keluhan pasien.Manajemen klinik

Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf

Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dll

Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan non-medis) Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendiri

Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK

Untuk tenaga medis

PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya.

Peer Review: Pembahasan kasus secara EBM

Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG, Kepemimpinan, dll)

Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll)

Untuk paramedis

Kursus keperawatan

Peer Review: Diskusi kelompok

membahas satu masalah (rutin)

Kursus Manajemen pengelolaan

keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)

Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll

Untuk tenaga non-medis

Kursus penggunaan alat tertentu

Kursus Manajemen laboratorium,

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, Kursus perpajakan

4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga dengan Mitra Kerjanya di Klinik Dokter Keluarga1. Peran dokter keluarga

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan

Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat

Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit

Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya

Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi

Menangani penyakit akut dan kronik

Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS

Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS

Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan

Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya

Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien

Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar

Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus

2. Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra kerjanya

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan. American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter.

Anggota Tim interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manajer, dan apoteker. Dimana fungsinya adalah :

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.

Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan.

Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.Sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bekerja sama mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku.

a. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan

b. Dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapatc. Komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkanKomunikasi dokter Profesi lain :

Kolaborasi dokter perawat

Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi ( Prinsip : Perencanaan

Pengambilan keputusan bersama

Berbagi saran / ide

Kebersamaan

Tanggung gugat

Pendekatan Praktik Hirarkis

Dokter ( Registerd nurse ( Pemberi pelayanan lain ( Pasien

Menekankan komunikasi satu arah

Kontak Dokter dengan pasien terbatas

Dokter merupakan tokoh yang dominan

Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD

Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia Model kolaboratif tipe II:

5) Lebih berpusat pada pasien

6) Semua pemberi pelayanan harus bekerjasama

7) Ada kerja sama dengan pasien

8) Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerusHubungan dokter-Apoteker

McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain disebutkan:

Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor demografi seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal dididik untuk dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.

Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan menentukan seberapa intensif hubungan yang akan terjalin.

Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang, penilaian terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang pertukaran antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang lebih baik.

3. Termasuk mitra kerja dokter

Mitra kerja dokter ialah Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun puskesmas serta klinik, pasien dan petugas lainnya

5. Memahami dan Menjelaskan Prosedur Standar Pemeriksaan Kedokteran Keluarga 1) Anamnesis

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

4) Prognosis

Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).

5) Konseling

Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

6) Konsultasi

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

7) Rujukan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

8) Tindak lanjut

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

9) Tindakan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.

10) Pengobatan rasional

Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.

11) Pembinaan keluarga

Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

6. Memahami dan Menjelaskan Adab dan Tata Cara Pemeriksaan Terhadap Lawan Jenis Menurut IslamAdab-adab yang bersifat khusus diantaranya:

a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya.

Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :

"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).

b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.

Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :

" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).

c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter. Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :

" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).

d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya. Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.

e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.

Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman :

(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).

Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.

f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.

g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.

Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).

h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.

Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter adalah :

a. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.

b. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan pengobatan.

c. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak mengapa ia menjama' dua shalat.

d. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter atau perawat wanita.

Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :

a. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.

b. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).

c. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.

d. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.

e. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang wabah penyakit menular :"Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).

f. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam : "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).

g. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).

Adab pemeriksaan terhadap pasien

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak ada masalah.

Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.

Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.

Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut (mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab). Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.

Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:

1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenisAllah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30-31)

2. Tidak berdua-duaanRasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Tidak menyentuh lawan jenisDi dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006.Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu.Semarang.

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen. FK UGM.http://mariaagustinasw.blogspot.com/2011/10/adab-menghadapi-pasien-lawan-jenis.htmlPASIEN

PAGE 26