Upload
ayang-prima-lestari
View
47
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ppt
Citation preview
KELOMPOK A.3
KETUA : Ayang prima Lestari 1102012035
SEKRETARIS : Ika Wulan Permata 1102012118
ANGGOTA : Adissa Sauri Ichsan P 1102012005
Amanda Ismoetia M 1102012019
Eva Amanda Rahmawati 1102007103
Denie Rahmad 1102011074
Elva Oktiana Rahmi 1102012075
Fadlina Arysta Brawidya 1102012079
Hanida Rahmah 1102012105
Majdina Nur Fridiany 1102012152
SKENARIO 1• PERDARAHAN PERSALINAN
Seorang pasien 37 tahun datang ke IGD RSUD dengan hamil keempat dan keluhan keluar darah dari kemaluan dan disertai nyeri perut. Pasien pernah melakukan antenatal care (ANC) satu kali sebelumnya di Puskesmas pada usia kehamilan 14 minggu. Pasien mengaku hamil 38 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhirnya (HPHT). Pasien mengalami kenaikan berat badan sampai 17 kg selama kehamilan ini dan tidak ada edema tungkai. Pasien tidak pernah mengkonsumsi suplemen besi atau vitamin lainnya. Dari riwayat penyakit keluarga diketahui tidak ada riwayat penyakit jantung, ginjal, DM dan hipertensi dalam keluarganya. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil: keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/85 mmHg; frekuensi nadi 102x/menit; suhu afebris. Dari status obstetric didapatkan tinggi fundus 39cm; denyut jantung janin tidak jelas. Dilakukan pemeriksaan inspekulo tampak darah berwarna kehitaman mengalir dari OUI, pembukaan tidak ada. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil: kehamilan tunggal letak sungsang dan hasil pemeriksaan laboratorium urin didapatkan protein +3. Dari pemeriksaan CTG ditemukan tanda-tanda gawat janin.
Sasaran BelajarLI 1. Memahami dan Menjelaskan Hipertensi dalam Kehamilan
LO 1.1 Definisi
LO 1.2 Etiologi
LO 1.3 Klasifikasi
LO 1.4 Patofisiologi
LO 1.5 Manifestasi Klinis
LO 1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO 1.7 Tatalaksana
LO 1.8 Komplikasi
LO 1.9 Pencegahan
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Antepartum
LO 2.1 Perdarahan <20 minggu
LO 2.2 Perdarahan >20 minggu
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Solusio Plasenta
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Patofisiologi
LO 3.4 Manifestasi Klinis
LO 3.5 Diagnosis
LO 3.6 Tatalaksana
LO 3.7 Kompilkasi
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Hipertensi dalam Kehamilan
LO 1.1 Definisi
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan keniakan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipaki lagi.
LO 1.2 Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat
2. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
LO 1.3 Klasifikasi
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
Kriteria preeklampsia ringan :
• Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya 6 jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
• Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.• Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending eklampsia dan preeklampsia berat dengan impending eklampsia.
Kriteria preeklampsia berat :
• Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
• Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
• Oliguria < 400 ml / 24 jam. • Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl. • Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala
persisten, skotoma, dan pandangan kabur. • Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
kapsula glisson. • Edema paru dan sianosis. • Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat
dehidrogenase.• Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3).• Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.• Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.
LO 1.4 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic5. Teori defisiensi gizi6. Teori inflamasi7. Teori Stimulasi Inflamasi
LO 1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Williams, 2002 : 399, diagnosis preeklamsi ditegakan berdasarkan adanya dua dari empat gejala, yaitu:
① Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
② Edema, terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
③ Hipertensi, tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolic >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
④ Proteiunuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan menunjukan+1 atau 2; atau kadar protein ≥1g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter, diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam.
LO 1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
1. Hipertensi Gestasional
• TD-Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi pertama kali dalam kehamilan.• Tidak terdapat Proteinuria, Tekanan darah kembali normal dalam waktu <
12 minggu pasca persalinan.Diagnosa akhir hanya dapat ditegakkan pasca persalinan.Dapat disertai dengan gejala PE Berat : nyeri epgastrium atau trombositopenia.
2. Preeklampsia
Kriteria minimumTD ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 mingguProteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dispstickPRE-EKLAMPSIA BERAT ( PE disertai dengan satu atau lebih gejala berikut dibawah ini) :• TD ≥ 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu• Proteinuria 2.0 g/24 jam ≥ 2+ (dispstick)• Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )• Trombosit < 100.0000 / mm3• Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )• Peningkatan ALT atau AST• Nyeri kepala atau gangguan visual persisten• Nyeri epigastrium
3. Eklampsia Kejang yang tidak diakibatkan oleh sebab lain pada penderita pre eklampsia 4. Superimposed Preeklampsia ( pada hipertensi kronik )
• Proteinuria “new onset” ≥ 300 mg / 24 jam pada penderita hipertensi yang tidak menunjukkan adanya proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
atau• Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau
trombositopenia < 100.000/mm3 pada penderita hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu
5. Hipertensi Kronis
TD ≥ 140 / 90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak terkait dengan penyakit trofoblas gestasionalHT terdiagnosa pertama kali setelah kehamilan 20 minggu dan menetap sampai > 12 minggu pasca persalinan.ALT = Alanin aminotranferase AST = Aspartate aminotranferase LDH = Lactate Dehydrogenase
Diagnosis Banding
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang karena penyakit lain. Oleh karena itu diagnosis banding eklamsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolok, meningitis, epilepsi iatrogenik. Eklampsia selalu didahului oleh pre-eklampsia.
LO 1.7 Tatalaksana
Preeklamsia ringan• Rawat inap. Istirahat (tirah baring/ tidur miring kekiri). • Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan proteinuri setiap hari.• Dapat dipertimbangkan pemberian suplementasi obat-obatan antioksidan atau anti
agregasi trombosit• Roboransia• Diberikan kortikosteroid pada kehamilan 24-34.• Berikan Methyl Dopa 3 x 250 mg apabila tekanan diastol diantara 100-110 mmHg.• Dilakukan pemantauan kesejahteraan janin dengan pemeriksaan USG (Doppler)
dan CTG.• Jika tekanan diastol turun sampai normal, pasien dipulangkan dengan nasihat
untuk istirahat dan diberi penjelasan mengenai tanda-tanda preeklamsi berat. Kontrol 2 kali seminggu. Bila tekanan diastol naik lagi, pasien dirawat kembali. Jika tekanan diastol naik dan disertai dengan tanda-tanda preeklamsi berat, pasien dikelola sebagai preeklamsi berat.
• Bila umur kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan. • Persalinan dapat dilakukan secara spontan.Preeklamsia BeratRawat bersama dengan Bagian yang terkait (Penyakit Dalam, Penyakit Saraf, Mata, Anestesi,dll).
I. Perawatan aktif
a. Indikasi
Bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini :• Ibu : 1. kehamilan > 37 minggu 2. adanya gejala impending eklamsi• Janin : 1. adanya tanda-tanda gawat janin 2. adanya tanda-tanda IUGR• Laboratorik : adanya HELLP syndrome
b. Pengobatan medisinal
1. Infus larutan ringer laktat 2. Pemberian obat : MgSO43. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada a. edema paru b. payah jantung kongestif c. edema anasarka4. Antihipertensi 5. Kardiotonika
Cara pemberian MgSO4 :
1. Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion pump):
2. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
Syarat-syarat pemberian MgSO4• Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram
dalam 10 cc) diberikan i.v dalam waktu 3-5 menit.• Refleks patella (+) kuat• Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit• Produksi urin >30 cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5 cc/kg bb/jam)
Sulfas magnesikus dihentikan bila :• Ada tanda-tanda intoksikasi• Setelah 24 jam pasca salin• Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan darah (normotensif)
c. Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
Sebelum inpartu :1. Induksi persalinan : amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 62. Seksio sesarea bila ;• Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi
tetes oksitosin • 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktifPada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesarea.
Sesudah Inpartu :
Kala IFase laten : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6.Fase aktif :• Amniotomi• Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.• Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,
pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
II. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi :Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklamsi dengan keadaan janin baik
b. Pengobatan medisinal :Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja.(MgSO4 40%, 8 gram i.m.). Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan obstetrik• Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan janin
• Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.
LO 1.8 Komplikasi
1. Perubahan Kardiovaskuler.Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
2. Perubahan hematologis
3. Gangguan fungsi ginjal
4. Edema paru
SINDROMA HELLP
Sindroma HELLP adalah pre eklampsia dan eklampsia yang disertai dengan adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia. (H = Hemolisis; EL = Elevated Liver Enzim; LP = Low Platelets Count)
Diagnosis sindroma HELLP :• Tanda dan gejala yang tidak khas : mual, muntah, nyeri kepala,
malaise,kelemahan. (Semuanya mirip tanda dan gejala infeksi virus).• Tanda dan gejala pre eklampsia : hipertensi, proteinuria, nyeri
epigastrium,edema, dan kenaikan asam urat.• Tanda-tanda hemolisis intravaskuler :a. Kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek.b. Penurunan haptoglobin.c. Apusan darah tepi : fragmentasi eritrosit.d. Peningkatan urobilinogen dalam urine.• Tanda kerusakan / disfungsi sel hepatosit : Kenaikan ALT, AST, LDH.• Trombositopenia : Trombosit 150.000/ml atau kurang.
LO 1.9 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
• Pencegahan non medicalYaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
• Pencegahan dengan medicalPemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata.<100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Antepartum
LO 2.1 Perdarahan >20 minggu I. Plasenta previa
adalah plasenta terletak atau menutupi atau sangat dekat dengan os interna. implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum yang dapat berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 20 minggu
Berdasarkan letaknya, plasenta previa dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
• Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup plasenta (plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri intemum.)
• Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup (plasenta plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri intemum).
• Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum).
• Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, tapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
II. vasa previa
adalah keadaan dengan pembuluh-pembuluh janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di os interna. Kondisi ini merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka kematian janin yang tinggi
LI 3. Menjelaskan dan Memahami Solusio Plasenta
LO 3.1 Definisi
• Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal.
LO 3.2 Etiologi
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti tetapi ada beberapa keadaan yang ditemukan berhubungan dengan solusio plasenta ini
• Multiparitas
Para 5 mempunyai resiko untuk menjadi solusio plasenta 3-4 kali lebih besar dari primipara• Defisiensi
Hibbart menemukan pada 72 dari 73 penederita solusio plasenta menunjukkan defisiensi asam folat• Pre-eclampsia dan hipertensi• Trauma dari luar : kecelakaan, manipulasi obstetric (versi luar)• Tekanan pada vena cava inferior yang meningkat (karena tertekan oleh uterus)• Hydramnion sesudah ketuban pecah, gemelli sesudah anak pertama lahir• Tali pusat yang pendek• Umur lanjut
LO 3.3 Patofisiologi• Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta
atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
• Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
• LO 3.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi sesuai dengan derajat berat ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari Solutio Plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80 % kasus), rasa nyeri perut, dan uterus tegang terus menerus mirip his partus prematurus.
• Solutio plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginam warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Tetapi bagian-bagian janin masih teraba
• Solution plasenta sedang
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar di raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal.
• Solution plasenta berat
Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba, ibu syok janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal.
• LO 3.5 Diagnosis
1. Anamnesis• Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien
dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.• Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman.
• Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
• Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
• Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi• Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.• Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.• Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi• Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.• Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.• Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.• Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi• Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
5. Pemeriksaan dalam • Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.• Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.• Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
7. Pemeriksaan laboratorium • Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.• Darah : Hb menurun
8. Pemeriksaan plasenta• Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di
bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) • Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :• Terlihat daerah terlepasnya plasenta• Janin dan kandung kemih ibu• Darah• Tepian plasenta
• LO 3.6 Tatalaksana
1) Solusio plasenta ringan
• Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.• Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea.
2) Solusio plasenta sedang dan berat
• Resusitasi cairan• Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah• Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam,
perabdominan bila tak dapatBila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih. Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
LO 3.7 Kompilkasi
• Syok perdarahan• Gagal ginjal • Kelainan pembekuan darah• Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)