(Skenario 7 ) HEMOROID

Embed Size (px)

Citation preview

Yohana Puspita Sari10-200-107FK Universitas Kristen Krida [email protected] Kedokteran Ukrida, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Hemoroid

1.1 PendahuluanFisiologi saluran cerna terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah pencernaan (sekresi), pencernaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah pencernaan membantu pencernaan (digesti) makanan, hasil pencernaan di absorpsi ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini diantara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur, dan lain lain. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air yang tidak benar, kurang minum air, kurang makanan berserat (sayur dan bauh), faktor genetika/turunan, kehamilan, penyakit yang meningkatkan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosi hati.

1.2 TujuanUntuk memenuhi tugas PBL blok 16 dan mengetahui semua tentang kasus yang sudah ditentukan, dimana didalam makalah ini berisi anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosa banding, diagnosis pasti, etiologi, faktor resiko, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pencegahan, kompilikasi dan prognosis.

BAB IIISI

Pasien dengan buang air besar berdarah tidak jarang dijumpai dalam praktek dokter sehari-hari. Perdarahan saluran cerna dengan berbagai derajat penyakit dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau saluran cerna bagian bawah. Gambaran klinis pasien dengan perdarahan saluran cerna tergantung dari berapa banyak kehilangan darah dan kecepatan berdarahnya. Bila berdarah perlahan-lahan dan kronis mungkin akan ditemukan pasien anemia tanpa gangguan sirkulasi. Tapi bila perdarahan tadi masih dan berlangsung cepat mungkin yang kita hadapi adalah pasien dengan tanda-tanda gangguan sirkulais hipovolemi karena kehilangan darah. Perdarahan saluran cerna merupakan masalah klinis yang kompleks dan akut, dimana dituntut kemampuan diagnostik dan penatalkasanaan yang baik agar tidak berakhir dengan kematian. Dua hal penting dalam penatalaksanaan perdarahan saluran cerna yaitu mengatasi dengan segera gangguan sirkulasi akibat perdarahan dan identifikasi serta mengobaati penyebabnya.

A. Ananmnesa1

Seorang wanita muda datang ke doketer dengan keluhan setelah BAB menetas darah dari anusnya berwarna merah segar. Pasien baru melahirkan anaka-anak pertamanya. Anamnesa perdarahan saluran cerna dapat berupa: Riwayat keluarga, sifat kehilangan darah, apakah ada gejala penyerta (perubahan kebiasaan buang airbesar, nyeri dan lain lain, penurunan berat badan). Sifat kehilangan darah yaitu diantranya:

1. Hematemesis

a. Darah segar (berasal dari varises/gaster dalam jumlah yang banyak)b. Warna hitam (berasal dari gaster/varises yang jumlahnya sedikit, darah sudah dicerna)c. Riwayat sukar menelan (tumor esofagus)

2. Melena a. Warna hitam berarti sudah dicerna (berasal dari saluran cerna atas)

3. Warna segar

a. Berasal dari saluran cerna bagia bawahb. Berasal dari atas tetapi pasase yang cepat karena jumlah yang banyakc. Merupakan garis diluar feses, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anusd. Bercampur dengan feses, berarti sempat stasis didaerah rektume. Menetes, berarti berasl dari fisura anus/hemoroidf. Hematesis dan melena

Pada perdarahan saluran cerna harus ditentukan apakah perdarahan berasal dari saluran cerna bagian atas, esofagus lambung dan duodenum atau berasal dari saluran cerna bagian bawah, ileum kolon dan rektum. Adanya hematemesis menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari saluran cerna atas. Bila tidak ada hematemesis, pasien hanya melena atau hematoschezia sering merupakan masalah dalam menentukan perdarahan apakah dari atas atau dari bawah. Dalam keadaan sulit untuk menentukan asal perdarahan, diperlukan data klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan sumber perdarahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemriksaan penunjang.

B. Pemeriksaan Fisik

Umum1

1. Keadaan umum: apakalh kulit pasien terasa dingin dan lembab yang menandakan vasokonstriksi perifer yang signifikan2. Denyut nadi dan tekanan darah, termasuk penurunan tekanan darah postural. Pencatatan tingkat keparahan syok yang sangat penting3. Tanda-tanda penyakit hati kronis4. Tanda-tanda keganasan: limfadenopati, organomegali, penurunan berat badan baru-baru ini5. Pada pemeriksan abdomnen bila adanya nyeri tekan epigastrik merupakan tanda ulkus peptikum, dan adanya hepatosplenomegali meningkatkan kemungkinan varises

Khusus1

1. Inspeksi

Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di regio anal yang dapat dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakkan yang jelas di 3 posisi utama, terutama sekali pada posisi anterior kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dai lobang anus yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.

2. Palpasi

Hemoroid interna pada stadium-stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba. Hemoroid interna tersebut dapat diraba sebagai lipatan longitudinal yang lunak ketika jari tangan merba sekitar rektum bagian bawah.

3. Adanya Pemeriksaan Fisik pada Bagian Rektum yaitu diantaranya:2

1. Inspeksi daerah sakrokoksigeal untuk melihat kista atau sinus2. Inspeksi daerah perianal untuk melihat hemoroid, kutil atau massa yang lain3. Inspeksi anus sementara pasien mengejan4. Palpasi sfingter anus5. Palpasi dinfing rectum untuk memeriksa adanya massa6. Palpasi kelenjar prostate untuk memeriksa adanya massa pembesaran atau massa

C. Pemeriksaan Penunjang3

1. Tes darah: Hitung darah lengkap dan crossmatch jika diperlukan transfusi2. Ureum dan kreatinin: Kenaikan ureum relatif terhadap kreatinin (kenaikan ureum/kreatinin) ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan dan menunjukkan penurunan jumlah protein yang terkandung dalam darah segar di lambung3. K+: Bisa lebih tinggi dari normal akibat absorpsi dari darah di usus halus4. Pembekuan harus diperiksa pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan dan yang memiliki tanda-tanda penyakit hati kronis5. Endoskopi bisa membantu mengakkan diagnosis dan memungkinkan pengobatan endoskopik awal, juga memberikan informasi prognostik6. Ba-Enema.

D. Diagnosis Banding

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang merupakan data analisa untuk menegakkan diagnosa. Perdarahan rektum yaang merupakan menifestasi utama hemoroid juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulsereosa dan penyakit yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum.

1. Hemoroid derajat II, III, IV4

Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontanDerajat III : Pembesaran hemorois yang prolaps yang dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jariDerajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami trombosis dan infark

2. Gastritis erosiva1Adanya riwayat alkoholisme, pemakaian obat-obat non-steroid anti inflkamasi, aspirin atau steroid. Diagnosis pasti dengan gastrokopi ditemukan adanya tukak yang dangkal. Perdarahan dapat berhenti spontan. Tindakan pembedahan tidak diperlukan.

3. Perdarahan rektal kronis

Perdarahan rektal yang banyak dan mendadak paling sering terjadi pada manula. Hal tersebut merupakan kegawatdaruratan medis dengan berbagai derajat komplikasi kardiovaskuler

4. Tukak peptik

Tukak peptik dapat ditemukan baik pada lambung maupun duodeni. Penyebab perdarahan masif ialah adannya erosi pada pembuluh darah arteri. Pasien ada riwayat gastritis kronis, mungkin telah mendapat terapi. Kepastian diagnosis ditegakkan dengan endoskopi. Kegagalan pada terapi non operatif harus dilakukan tindakan pembedahn untuk menghentikan perdarahan.

5. Karsinoma lambung

Riwayat gastritis lama pada pasien usia lanjut. Adanya massa di abdomen bagian atas, dicurigai kemungkinan adanya neoplasma ganas. Kepastian diagnosis dengan endoskopi dan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomi.

6. Demam tifoid dengan penyulit perdarahan

Paseien dengan riwayat demam yang lama, ada tanda-tanda klinis demam tifoid bila terjadi hematoschezia sangat mungkin sumber perdarahan terdapat di ileum atau sekum yang berasal dari tukak demam tifoid.

7. DivertikulosisPasien usia lan jut dengan riwayat hematoschezia tanpa rasa nyeri diperut biasanya disebabkan oleh divertikel kolon yang berdarah. Pemeriksaan Ba-enema dapat memastikan diagnosis

8. Neoplasma kolon dan rektum

Jarang terjadi perdarahan yang masif. Adanya riwayat bab berlendir, nyeri abdomen, berat badan yang menurun tanpa sebab yang jelas, mungkin disebabkan oleh karsinoma kolon dan rektum. Tanda dan gejala kanker kolorekektal umumnya tidak khas. Saat optimal untuk diagnosa adalah bila penderita masih asimtomatik, karena terbukti bahwa terdapatnya gejala akan memperburuk prognosis. Lesi sisi kanan klasik disertai dengan nyeri pegal dan abdomen dan pendarahan samar, sedangkan lesi kiri disertaui dengan perubahan kaliber tinja, darah segar, dan perubahan dalam kebiasaan buang air besar. Pada anak-anak harus dipikirkan adanya polip.

9. Prolaps recti

Keluarnya rektum di anus, dimana ditemukannya perdarahn. Keluarnya benjolan dari anus mula-mula dapat masuk sendiri tapi lama kelamaan harus dimasukan manual, kemudian sukar / tidak dapat dimasukan

10. Proctitis

Peradangan di daerah anorektal. Gejala-gejalanya antara lain nyeri di daerah anus, tenesmus, diare, perdarahan. Pada anuskopi ditemukan anus meradang dan rapuh.

11. Polip colorectal1

Polip adalah sebuah proses yang menonjol dari permukaan. Gejala yang ditemukan adanya perubahan pola BAB dan adanya perdarahan.

E. Diagnosis Pasti (Working Diagnosa)

Hemoroid Derajat I. Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus, hanya dapat dilihat dari anorektoskop.4 Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamsi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.5

F. Etiologi

Hemoroid ( Yunani: haima = darah; rheo = mengalir) adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.5 Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:41. Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop2. Derajat II : Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan3. Derajat III : Pembesaran hemorois yang prolaps yang dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari4. Derajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami trombosis dan infark

Hemoroid Interna

DerajatBerdarahMenonjolReposisi

I(+)(-)(-)

II(+)(+)spontan

III(+)(+)manual

IV(+)tetapTidak dapat

Tabel 1. Hemoroid Interna

Gambar 1. Hemoroid

Hemoroid eksterna merupakan vena rektalis inferior yang terletak dibawah linea dentatadan ditutupi oleh epitel gepeng. Sebab terlazim yang meningkatkan tekanan dalam sistem vena ini meliputi konstipasi, mengejan saat buang air besar, kecenderungan varises herditer, kehamilan, posisi berdiri yang lama, tumor abdomen atau pelvis dan hipertensi porta. Gejala yang biasa adalah protrusio, perdarahan, nyeri tumpul dan pruritus. Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali prolaps dan menjadi strangualata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah perdarahan segera tanpa nyeri perektum selama atau setelah defekasi. Trombosis hemoroid adalah kejadian yang lazim dan dapat timbul dalam pleksus analis eksternus dibawah tunika mukosa epitel gepeng, didalam pleksus hemoroidalis utama dalam tela submukosa kanalis analis atas atau dalam keduanya. Trombosis analis eksternus pada hemoroid lazim terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai stigmata hemoroid lain. Sebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin karena tekanan vena yang tinggal, yang timbul selama usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis di dalam vena. Pasien memperhatika pembengkakan akuta pada pinggir anus yang bisa sangat nyeri. Nyeri bisa terus menerus selama beberapa hari dan kemudian secara bertahap mereda spontan; tetapi edema bisa kontinyu selama 3 sampai 4 minggu. Kadang-kadang bekuan terlihat melalui kulit dibawahnya dan menonjol. Biasanya terapi bersifat simtomatik, karena keadaan ini sembuh dalam waktu relatif singkat. Tetapi jika nyeri parah, maka hemoroid harus di insisi dengan enukleasi bekuan dengan anestesi lokal. Trombosis akut pleksus hemoroidalis internus adalah keadaan yang jauh tak menyenangkan. Pasien mengalami nyeri anus mendadak yang parah, yang diikuti oleh penonjolan area yang trombosis. Nyeri dapat sangat parah dan dapat berlangsung selama 1 minggu. Secara bertahap edema mereda dan trombus diserap. Kadang-kadang proses ini mempunyai efek terapi yang menghilangkan seluruh gejala hemoroid sebelumnya dari pasien. Jika gejala tetap menjadi parah dalam beberpa hari, maka bisa dipertimbangkan terapi bedah.5

G. Faktor Resiko5,6

Sebab terlazim yang meningkatkan tekanan dalam sistem vena ini meliputi konstipasi, mengejan saat buang air besar, kecenderungan varises herditer, kehamilan, posisi berdiri yang lama, tumor abdomen atau pelvis dan hipertensi porta. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air yang tidak benar, kurang minum air, kurang makanan berserat (sayur dan bauh), faktor genetika/turunan, kehamilan, penyakit yang meningkatkan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosi hati. Dan adapun penyebab hemoroid paling umum: 1. Berusaha untuk buang air besar karena sembelit atau feses yang keras2. Sering mengalami diare3. Duduk yang terlalu lama 4. Duduk ditoilet untuk waktu yang lama5. Waktu persalinan/ melahirkan6. Tekanan dari janin pada wanita hamil7. Sering angkat beban yang berat8. Kecenderungan ada riwayat keluarga yang juga mengalami hemoroid9. Obesitas H. Epidemiologi

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 Tahun (januari 1993 s.d Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 kasus (26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim piles,ambeien, wasir atau southern pole disease dalam istilah dimasyarakat umum. Keluhan penyakit ini anatara lain : BAB sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di luar, perdarahan melalui dubur dan lain lain.4 Di negara bagian barat penyakit hemoroid lebih dari 1 juta orang terkena penyakit ini. Ciri-ciri orang yang banyak terkena penyakit ini adalah orang yang gemuk dimana makanan orang barat yang tinggi lemak kandungan makanannya dan relatif rendah serat.7

I. Patofisiologi6

Hemoroid digolongkan berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan. Hemoroid eksterna berasal dari bawah linea dentata, diinervasi oleh saraf rektal inferior, menerima aliran darah dari pleksus hemoroidalis inferior, dan ditutupi oleh modifikasi epitel skuamosa. Hemoroid interna berasal dari atas linea dentata, tidak memiliki inervasi sensorik, menerima aliran darah dari pleksus hemoroidalis superior, dan dilapisi oleh epitel kolumnar atau transisional.

Gambar 2. Hemoroid Internal dan Eksternal

Penjelasan paling sering tentang patofisiologi hemoroid berteori bahwa vena mengalami dilatasi akibat hilangnya struktur penunjang jaringan ikat rektum. Vena yang berdilatasi menyebabkan peradangan di sekitarnya serta trombosis, ulserasi dan perdarahan. Pasien hemoroid sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami trombosis. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwana merah segar dan tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri . Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan di susul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kedalam anus. Akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembahan yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.

J. Manifestasi klinis

Pasien dengan hemoroid interna biasanya datang dengan perdarahan rektum tanpa nyeri yang bisanya terdiri dari tinja bercak darah yang terjadi saat atau setelah defekasi. Pasien dengan hemoroid eksterna dapat datang dengan tanda peradangan atau trombosis (nyeri tumpul, nyeri sekali dengan pruritus dan pembengkakan). Menentukan diagnosa penyakit penyebab perdarahan apakah dari peradarahan saluran cerna atas atau perdarahan saluran cerna bawah. Dalam kasus ini diagnosanya adalah perdarahan saluran cerna bawah, yaitu dari tanda-tanda klinis seperti ini:3Saluran Pencernaan Atas Saluran Pencernaan Bawah1. Hematemesis+ + +Tidak pernah2. Melena+ +Tidak pernah3. Darah merah++ +gelap perrektum4. Darah merah Tidak pernah + + +terang per rektum5. Rasio ureum/+ +- +kreatinin meningkat6. Diketahui memiliki- ++ +kolitis ulseratif7. Riwayat BAB tidak- ++ +seperti biasa

Jadi, Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa:81. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khasnya adanya darah segar pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus beberapa saat sesudah defekasi2. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua. Massa ini mula-mula dapat kembali lag secara spontan sesudah defekasi, tetapi kemudian harus di masukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat masuk lagi3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid prolapsus4. Iritasi pada kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar5. Gejala gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan hemoroid interna. Gejal-gejala itu dapat berupa sesak napas bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.

K. Penatalaksanaan9,10,11,12

1. Terapi Konservatif

Defekasi yang lama, baik karena konstipasi atau diare akan mengakibatkan terjadinya hemoroid. Oleh karena itu, tujuan utama terapi hemoroid adalah meminimalisir mengerasnya feses dan mengurangi mengejan saat defekasi ini biasanya dapat dicapai dengan menambah jumlah cairan dan serat pada makanan sehari-hari. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi sarat tidak terlalu sebanyak 25-30 gram per hari. Terapi konservatif ditujukkan pada hemotoid derajat I dan derajat II. Hemoroid yang sudah mengalamai prolaps membutuhkan intervensi bedah, tetapi semua pasien seharusnya dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen serat. Sumplemen serat menurunkan kejadian perdarahan dan mengurangi rasa tidak nyaman pada pasien dengan hemoroid internal tetapi tidak memperbaiki prolaps yang sudah terjadi. Suplemen serat juga dapat mengurangi keluhan hemoroid non prolaps tetapi ini membutuhkan waktu enam minggu untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Pasien juga disarankan untuk mengurangi kebiasaan sering mengejan dan membaca ditoilet. Sitz bath merupakan metode mandi dimana pinggul dan pantat direndam di dalam air hangat dengan suhu 400c untuk mendapatkan efek terapeteutik uap hangat pada perianal dan anal. Tidak perlu menambahkan apapun pada air hangat yang digunakan. Isi bak mandi dengan air hangat yang digunakan. Isi bak mandi dengan air hangat lalu duduk berendam selama 10-15 menit, ulangi sesering mungkin. Jangan menggunakan air panas karena dapat menimbulkan luka pada jaringan perianal dan anal. Metode sitz bath ini digunakan untuk anal hygiene dan untuk merelaksasikan otot dasar panggul yang spastik untuk meredakan nyeri.

2. Terapi Medikasi

Tersedia berbagai macam obat topikal yang mengandung anestetik lokal, kortikosteroid, astringen, dan antiseptic yang bisa meredakan priritus dan rasa tidak nyaman pada penyakit hemoroid. Penggunaan jangka panjang dari obat-obatan ini tidak dianjurkan, terutama penggunaan krim steroid yang bisa merusak secara permanen atau menyebabkan ulserasi kulit perinal. Bukti-bukti yang mendukung penggunaan obat-obatan ini secara luas masih sedikit. Venotonik seperti flavonoid telah digunakan sebagai suplemen diet untuk terapi hemoroid. Mekanisme kerja dari obat ini masih belum jelas, tetapi kemungkinan obat ini bisa meningkatkan tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas, dan memiliki efek antiinflamasi. Terapi ini cukup popular di Eropa dan Timur jauh, tetapi bukti-bukti penelitian masih meragukan tentang manfaatnya dalam mengobati hemoroid.

3. Terapi Rawat Jalan

Beberapa prosedur intervensional dikerjakan diklinik sebagai terapi hemoroid internal derajat I dan derajat II yang tidak berespon terhadap modifikasi diet. Fakta bahwa anoderm tidak sensitif terhadap nyeri dan sentuhan karena diinervasi secara viseral menyebabkan prosedur ini bisa dilakukan diklinik, yang jika dilakukan dengan benar, prosedur ini tidak akan menyakitkan.

Rubber Band Ligation

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan merupakan terapi rawat jalan yang paling umum dilakukan. Anoskopi dikerjakan dengan bahan bantuan forsep dan suction. Pangkal hemoroid kemudian diikat dengan rubber band 2 cm diatas linea dentata pada puncak hemoroid internal primer untuk mencegah nyeri. Hemoroid yang terjerat akan mengalami nekrosis dalam 10-14 hari dan terlepas sendiri, sementara jaringan dibawahnya akan menagalami fiksasi oleh jaringan fibrotik yang timbul dari penyembuhan luka. Komplikasi dari prosedur ini, yaitu nyeri, perdarahan, retensi urin, trombosis, dan sepsi pelvis. Analgesik seperti parasetamol dan sitz bath bisa mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman pasca operasi.

Gambar 3. Rubber Band ligation

Gambar 4. Proses Rubber Band Ligation

Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimisa yang merangsang misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menibulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Skleroterapi lebih tepat untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, impotensi, dan reaksi hipersentivitas terhadap obat yang disuntikan.

Cryotheraphy/ Bedah Beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Konsepnya adalah membekukan hemoroid internal pada suhu rendah yang bisa menyebabkan kerusakan jaringan. Suhu dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil dengan mengalir nitrogen oksida pada suhu -600c hingga -800c atau cairan nitrogen dengan suhu -1960c. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Selain itu prosedur ini memakan waktu lama dan bisa menimbulkan dischargeyang berbau busuk, iritasi dan nyeri. Jiak tidak dilakukan dengan tidak tepat, sfingter anal bisa rusak yang mengakibatkan inkontinensia alvi dan stenosis anal.

Infrared Photocoagulation

Photocoagulator menghasilkan radiasi infra merah yang bisa menimbulkan terjadinya koagulasi protein jaringan atau menguapkan air di dalam sel, tergantung dari intensitas dan durasi penggunaan. Ujung dari alat ini di aplikasikan di dekat puncak hemoroid selama 1-1,5 detik, di ulang 3-4 kali. Infra red coagulation tidak menimbulkan nekrosis karena panas yang dihasilkan hanya sedikit. Komplikasinya sangat jarang, meliputi nyeri atau fisura akibat penempatan ujung alat yang tidak tepat. Metode ini lebih bermanfaat untuk hemoroid derajat I tetapi tidak efektif untuk hemoroid derajat II dan III.

4. Terapi Operatif

Hemorrhoidectomy

Terapi ini di pilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derjat III dan IV. Terapi ini juga dapat dilakukan bagi penderita hemoroid internal dan eksternal yang tidak dapat sembuh dengan terapi non bedah. Tindakan ini ada 2 cara yaitu open and closed hemorrhoidectomy. Open hemorrhoidectomy dilakukan dengan mengeksisi bantalan vaskular. Hemoroid di potong dengan menggunakan elektokauterisasi, badah laser , harmonic scalpel atau gunting. Prinsip yang harus diperhatikan pada teknik ini adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Closed hemorrhoidectomy mirip dengan teknik open , tetapi tepi mukosa dan kulit di tutup dengan jahitan kontinyu. Kedua teknik ini aman dan efektif, tetapi teknik closed hemorrhoidectomy penyembuhannya lebih cepat. Teknik hemorrhoidectomy ini merupakan prosedur yang menyakitkan oleh karena itu pada perioperatif perlu diberikan obat nyeri. Anestesi lokal, analgesik, dan laksatif membantu mengurangi nyeri pada postopertive. Kompliksai dari tindakan ini, perdarahan sekunder (7-10 hari setelah pembedahan), retensi urin, infeksi, inkontinensia fecal dan stenosis anal.

Stapled Hemorrhoidopexy

Teknik ini digunakan untuk hemoroid yang prolaps. Circular stapling gun di gunakan untuk meneksisi mukosa anal kanal sekitar 2 - 3 cm diatas linea dentata. Teknik ini di gunakan untuk hemoroid internal yang tidak beresepon terhadap terapi non bedah. Penggunaan obat anti nyeri lebih sedikit dan penyembuhanya lebih cepat dibandingkan dengan hemorrhoidectomy.

L. Pencegahan

Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah ke luar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan mengosongkan usus sesegara mungkin setelah perasaan mau kebelakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.

M. Komplikasi Klinis

Komplikasi meliputi trombosis, ulserasi, infeksi, abses, anemia, dan inkontinensia. Angka rekurensinya 10-50%. Hemoroid internal yang mengalami prolaps bisa menjadi tidak bisa direduksi sehingga terjadi kongesti yang akan menakibatkan edema dan trombosis. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan eksterna secara bersamaan. Keadaan ini menyebakan nyeri hebat dan nekrosis mukosa serta kulit yang menutupinya. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hati. Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal. Apabila hemoroid mengalami perdarahan, perdarahan yang terjadi sangat banyak.6 Komplikasi dari pembedahan bisa mencapai kurang 5% kasus jika ditangani oleh dokter bedah yang terlatih. Kompliksai pembedahan hemoroid meliputi nyeri pasca operasi, perdarahan pasca operasi, retensi urin, stenosis anorektal, cedera sfingter ani, inkontinensia, sepsis pelvis, perforasi rectal, obstruksi rectal akut, pembentukan fistula, luka yang tidak sembuh, infeksi dan kekambuhan.9,11

N. Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjasi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik, meskipun terjadi kekambuhan. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan berserat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Kematian akibat perdarahn hemoroid merupakan kejadian yang jarang terjadi.11

BAB IIIPENUTUP

Hemoroid merupakan penyakit pembuluh darah vena yang banyak ditemukan pada manusia sehari-hari. Hemoroid terdiri dari dua jenis yaitu hemoroid interna yang terletak diatas linea dentata dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentata. Manifestasi klinisa hemoroid yaitu perdarahan lewat anus berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ibrahim Ahmadsyah. Ilmu Bedah FKUI/RSCM. Jakarta: Binarupa Aksara; 1995 h.58-64.2. Mardi Santoso. Pemeriksaan Fisik Diagnosis. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia; 2004 h.80.3. Patrick Davey. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2006 h.38-39.4. Marcellus Simadibrata. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009 h.587.5. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 1994 h.56-57.6. Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 1998 h.910-911.7. Faucis, Longos. Harrisons Principle of Internal Medicine 17th Edition. USA; 2008 p.1907.8. Cintron Jose R, Herard Abcarian. Nenign Anorectal : Hemorrhoids, The ASCRS Textbook Of Colon and Rectal Surgery. New York : Springer; 2007 p.156-172.9. Nivatvongs Santhat. Principle and Practise of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus 3rd edition. New York: Informa Health Care; 2007 p.144-164.10. Rivero Shauna Lorenzo. Hemorroids: Diagnosis and Current Management. The American Surgeon. Proquest Medical Library; 2009 p.635-642.11. Thornton SC. Hemorrhoids. http:// emedicine.medscape.com/article. 22 Maret 2011.12. Acheson GA, Scholefield JH. Mangement of Haemorrhoids. BMJ; 2008 p.380-383

19 | Page