36
1. Apa penyebab dan mekanisme dari nyeri perut kanan atas yang hebat? Nyeri pada perut kanan atas disebabkan karena proses inflamasi dari kandung empedu akibat sumbatan batu di saluran empedu. Nyeri juga dapat terjadi akibat cholesistitis (infeksi pada kandung empedu). Batu empedu umumnya di duktus koledokus ( koledokolitiasis) atau di kandung empedu Obstruksi saluran vesica biliaris oleh batu empedu meningkatkan tekanan di kantong empedu kontraksi meningkat dinding dari duktus koledokus menebal dan mengalami dilatasi disertai dengan ulserasi pada mukosa terutama disekitar letak batu dan ampula Vateri regangan lumen duktus (kolik) dan proses inflamasi rangsangan pada ujung-ujung saraf dari kandung empedu ( ujung frenikus dan splangnikus) diteruskan ke spinal chord nyeri di perut kanan atas yang hebat. *Ampula Vaterii : bagian yang melebar pada tempat pertemuan duktus pacreatikus dengan duktus kholedokus. 2. Apa penyebab dan mekanisme dari demam dan menggigil pada kasus? Bila terdapat sumbatan di saluran empedu / kandung empedu, akan timbul gejala kolangitis, dan cairan empedu akan menjadi kental dan coklat tua (biliary mud) yang

Skenario B Blok 17 Tahun 2015 B7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pielonefritis akut

Citation preview

1. Apa penyebab dan mekanisme dari nyeri perut kanan atas yang hebat?

Nyeri pada perut kanan atas disebabkan karena proses inflamasi dari kandung empedu akibat sumbatan batu di saluran empedu. Nyeri juga dapat terjadi akibat cholesistitis (infeksi pada kandung empedu).

Batu empedu umumnya di duktus koledokus ( koledokolitiasis) atau di kandung empedu ( Obstruksi saluran vesica biliaris oleh batu empedu ( meningkatkan tekanan di kantong empedu ( kontraksi meningkat ( dinding dari duktus koledokus menebal dan mengalami dilatasi disertai dengan ulserasi pada mukosa terutama disekitar letak batu dan ampula Vateri ( regangan lumen duktus (kolik) dan proses inflamasi ( rangsangan pada ujung-ujung saraf dari kandung empedu ( ujung frenikus dan splangnikus) diteruskan ke spinal chord ( nyeri di perut kanan atas yang hebat.

*Ampula Vaterii : bagian yang melebar pada tempat pertemuan duktus pacreatikus dengan duktus kholedokus.2. Apa penyebab dan mekanisme dari demam dan menggigil pada kasus?Bila terdapat sumbatan di saluran empedu / kandung empedu, akan timbul gejala kolangitis, dan cairan empedu akan menjadi kental dan coklat tua (biliary mud) yang disebabkan karena reaksi inflamasi akibat infeksi. Lihat skema dibawah ini. Batu empedu di kandung empedu ( menyumbat ductus syscticus ( berpindah ke ductus choledocus (gerakan peristaltik) ( obstruksi total (cairan empedu menjadi statis ( potensial sebagai tempai perkembangbiakan kuman (infeksi dan inflamasi( pembentukan PGE2 di hipotalamus ( peningkatan set point dihipotalamus ( demam

Adanya choledokolitiasis ( aliran cairan empedu menjadi terhambat dan terjadi inflamasi pada dinding saluran empedu ( menjadi tempat yang potensial untuk perkembangan bakteri ( difagositosis oleh sel-sel radang ( terjadi pelepasan IL-1 dan TNF alfa ( mempengaruhi pusat pengaturan suhu dihipotalamus ( demam ( kompensasi tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh sesuai dengan yang di set oleh hipotalus ( menggigil.3. Epidemiologi

Epidemiologi batu empedu di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar 10-20% orang dewasa ( 20 juta orang). Setiap tahunnya bertambah sekitar 13 % kasus baru dan sekitar 13% nya dari penderita kandung empedu menimbulkan komplikasi . Kira kira 500.000 orang yang menderita simptom batu empedu atau batu empedu dengan komplikasi dilakukan kolesistektomi. Batu empedu bertanggung jawab pada 10.000 kematian per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan pula sekitar 20003000 kematian disebabkan oleh kanker kandung empedu dan sekitar 80% dari kejadian penyakit batu empedu disertai dengan kolesistitis kronik. Sedangkan, epidemiologi di Indonesia belum dapat diketahui.

Serangan yang akut sering merupakan eksaserbasi dari kholesistitis kronis yang mendahuluinya. Insidensi terdapat pada orang gemuk, kebanyakan pada wanita yang berumur lebih dari 40 tahun.4. Pathogenesis Patogenesis batu empedu, terdapat 3 jenis batu empedu yaitu:Batu KolesterolBatu kolestrol merupakan jenis batu yang paling banyak ditemukan dari semua kasus batu empedu. Tiga faktor utama yang menentukan terbentuknya batu kolesterol adalah supersaturasi kolesterol, nukleasi kristal kolesterol monohidrat, disfungsi kandung empedu.

Supersaturasi kolesterolSupersaturasi kolesterol terjadi karena sekresi kolesterol bilier yang berlebihan, dan atau karena hiposekresi asam empedu.Faktor risiko hipersekresi kolesterol bilier adalah obesitas.Nukleasi kolesterolProtein yang berperan dalam nukleasi kolesterol, antara lain musin, ? 1- acid glycoprotein, ?1-antichymotrypsin, dan fosfolipase C. Musin adalah protein yang mempercepat kristalisasi kolesterol dengan membentuk vesikel kolesterol multilamelar yang mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengkristal.

Disfungsi kandung EmpeduDisfungsi terjadi pada epitel mukosa kandung empedu dan dismotilitas kandung empedu.Kontraksi batu empedu yang tidak baik menyebabkan statis empedu. Statis empedu ini yang menyebabkan terbentuknya batu empedu karena musin akan terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin akan mengganggu pengosongan kandung empedu.

Batu pigmen hitamBatu pigmen hitam terbentuk dari kalsium bilirubinat yang sebagian besar berasal dari bilirubin yang tak terkonjugasi.Batu pigmen hitam sering terjadi pada kondisi hemolitik kronis dan sirosis hepatis. Pada sirosis hepatis terjadi peningkatanturnoversel darah merah akibat proses pemecahannya di limpa yang berlebihan.

Batu pigmen coklatBatu pigmen coklat dapat terbentuk di saluran empedu.Batu pigmen coklat mengandung asam lemak bebas yang cukup besar, terutama palmitat dan stearat. Batu pigmen coklat terjadi pada proses dismotilitas sistem bilier dan adanya proses infeksi kronis. Batu pigmen coklat dapat terbentuk sendiri pada saluran empedu tanpa didahului migrasi dari kandung empedu. Batu ini cukup banyak ditemukan pada pasien yang sudah dilakukan kolesistektomi yang mengalami disfungsi spingter oddi.

5. Tatalaksana

Farmakologi :

Terapi cairan dengan kristaloid dan nutrisiJika penderita sering muntah, beri infus elektrolit, bergantian dekstrose (jika gejala dehidrasi). Puasakan dari makanan berat dan berlemak. Antibiotika sistemik

Analgetik (NSAID) untuk menghilangkan rasa nyeri

Berupa meperidin HCL (Demerol), atau obat antikolinergik, spasmo-analgetik

Pemberrian obat pelarut batu empedu.

Ursodeoxycholic dan Chenodeoxycholic acid 10 mg/kg hari untuk mengurangi sekresi kolesterol bilier. Ursodeoxycholic dapat menghambat sintesis kolesterol hati. Pengobatan ini memerlukan biaya yang lebih karena pengobatannya mencapai 5 tahun. Pengobatan ini hanya untuk batu empedu yang kecil dan batu kolesterol tanpa kalsifikasi. Non-farmakologi :

Pembedahan

Untuk menghilangkan penyebab sumbatan dan memperbaiki aliran empedu yang berupa pengangkatan batu empedu. Dapat dilakukan melalui endoskopi melalui papilla vater atau dengan laparoskopi. Pada kasus dengan rasa nyeri, tindakan pertama ialah pengeluaran batu koledokus per endoskopi dan dilanjutkan dengan kolesistektomi laparoskopik. Sebaiknya pada hari yang sama untuk mencegah migrasi batu dari kandung empedu lagi sesudah duktus koledokus dibersihkan dari batu empedu. Bed Rest

Nutrisi Rendah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.

Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk jumlah kalori dikurangi.

Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam lemak.

Intake banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.

Drainase (apabila operasi tidak dapat dilakukan)

Bertujuan agar empedu dapat dialirkan. Drainase keluar tubuh dapat dilakukan dengan pemasangan pipa nasobilier, pipa T pada duktus koledokus atau kolesistotomi. Sedangkan drainase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan biliodigestif. Drainase interna dapat berupa kolesisto-jejunostomi, koledoki-duodenostomi- koledoko-jejunostomi atau hepatiko-jejunostomi.Learning IssueBatu empedu Ikterus Obstruktif

Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Bilirubin dibentuk sebagai akibat pemecahan cincin hem, biasanya sebagai akibat metabolisme sel darah merah. Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis yaitu jaune yang berarti kuning. Ikterus sebaiknya diperiksa di bawah cahaya terang siang hari, dengan melihat sklera mata. Ikterus dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif.

Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus.

Ikterus obstruktif atau bisa juga disebut kolestasis dibagi menjadi 2 yaitu kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Penyebab paling sering kolestatik intrahepatik adalah hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis autoimun sedangkan penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokus dan kanker pankreas.

EPIDEMIOLOGI

Ikterus obstruktif dapat ditemukan pada semua kelompok umur, tetapi bayi baru lahir dan anak-anak lebih rentan mengalami ikterus obstruktif karena struktur hepar yang masih immatur. Bayi-bayi yang lahir prematur, BBLR, dan riwayat sepsis, serta riwayat mendapat nutrisi parenteral dalam waktu lama meningkatkan resiko terjadinya ikterus obstruktif. Adapun angka kejadian ikterus obstruksi kausa Atresia Bilier (AB) di USA sekitar 1 : 15.000 kelahiran, dan dominasi oleh pasien berjenis kelamin wanita. Didunia angka kejadian atresia bilier tertinggi di Asia, dengan perbandingan bayi-bayi di negara Cina lebih banyak dibandingkan Bayi di Negara Jepang.Dari segi gender, Atresia bilier lebih sering ditemukan pada anak perempuan. Dan dari segi usia, lebih sering ditemukan pada bayi-bayi baru lahir dengan rentang usia kurang dari 8 minggu. Insiden tinggi juga ditemukan pada pasien dengan ras kulit hitam yang dapat mencapai 2 kali lipatinsiden bayi ras kulit putih.Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bilier 377 (34,7%), Hepatitis Neonatal 331 (30,5%), @-1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%), hepatitis lain 94 (8,7%), sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34 (3,1%).Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antarra tahun 1999-2004 penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal kolestasis. Neonatasl hepatitis 68 (70,8%), atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus koledukus 5 (5,2%), kista hati 1 (1,04%) dan sindroma inspissated-bie 1 (1,04%).ETIOLOGI

Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati (kanalikulus), sampai ampula vateri, sehingga ikterus obstruktif berdasarkan lokasi obstruksinya dibedakan atas ikterus obstruktif intrahepatik dan ekstrahepatik. Penyebab Ikterus Obstruktif Intrahepatik:

1. Virus Hepatitis, peradangan intrahepatik mengganggu transport bilirubin terkonyugasi dan menyebabkan ikterus. Hepatitis A merupakan penyakitself-limiteddan dimanifestasikan dengan adanya ikterus yang timbul secara akut. Hepatitis B dan C akut sering tidak menimbulkan pada tahap awal (akut),tetapi bisa berjalan kronik dan menahun dan mengakibatkan gejala hepatitis menahun atau bahkan sudah menjadi sirosis hati.2. Alkohol, bisa mempengaruhi gangguan pengambilan empedu dan sekresinya,dan mengakibatkan kolestasis. Pemakaian alkohol secara terus menerus bisa menimbulkan perlemakan (steatosis), hepatitis, dan sirosis dengan berbagai tingkat ikterus. Hepatitis karena alkohol biasanya memberi gejala ikterus sering timbul akut dan dengan keluhan dan gejala yang lebih berat. Jika ada nekrosis sel hati ditandai dengan peningkatan transaminase yang tinggi.3. Infeksi bakteriEntamoeba histolitica, terjadi reaksi radang dan akhirnya terjadi nekrosis jaringan hepar.4. Adanya tumor hati maupun tumor yang telah menyebar ke hati dari bagian tubuh lain. Penyebab Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik :

1. Atresia bilier, ditandai dengan penghapusan atau diskontinuitas dari sistem bilier ekstrahepatik, sehingga obstruksi aliran empedu. Atresia bilier merupakan penyebab kolestasis ekstrahepatik tersering pada bayi baru lahir. Gangguan tersebut merupakan ikterus obstruktif yang paling sering dilakukan pembedahan yang ditemukan selama periode baru lahir. Jika tidak dikoreksi melalui pembedahan, akan bermanifestasi menjadi sirosis bilier sekunder. Pasien dengan atresia bilier dapat dibagi lagi menjadi 2 kelompok yang berbeda: mereka dengan atresia bilier terisolasi (bentuk postnatal), yang menyumbang 65-90% kasus, dan pasien dengan asosiasi Situs inversus atau polysplenia / asplenia dengan atau tanpa kelainan kongenital lain (janin / embrio bentuk), yang terdiri dari 10-35% kasus.

2. Kolelitiasis, Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis jarang pada anak-anak, lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

3. Kolesistitis, adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu didalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.

4. Kista duktus kholedokus, koledukus adalah dilatasi kongenital pada duktus empedu yang dapat menyebabkan obstruksi bilier progresif dan sirosis bilier. Kista silinder dan bulat dari duktus ekstrahepatik adalah jenis yang paling sering. Sekitar 75% kasus munculselama masa anak-anak.

5. Tumor Pankreas, Sekitar 95% tumor yang bersifat kanker (malignant) pada pankreas adalah adenocarcinoma. Adenocarcinoma biasanya berasal dari sel kelenjar yang melapisi saluran pankreas. Kebanyakan adenocarcinoma terjadi di dalam kepala pankreas, bagian yang paling dekat bagian pertama usus kecil (duodenum)

PATOFISIOLOGI

Gangguan ekskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor fungsional maupun obstruktif terutama menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air sehingga dapat dieksresi dalam urin dan menimbulkan bilirubinuria serta urin yang gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen urin sering menurun sehingga feses terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai bukti-bukti kegagalan ekskresi hati lainnya, seperti peningkatan kadar fosfatase alkali, AST, kolesterol dan garam empedu dalam serum. Kadar garam empedu yang meningkat dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus akibat hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih kuning dibandingkan akibat hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Perubahan warna berkisar dari orange-kuning muda atau tua sampai kuning-hijau muda atau tua bila terjadi obstruksi total saluran empedu. Perubahan ini merupakan bukti adanya icterus kolestatik, yang merupakan nama lain icterus obstruktif. Kolestasis dapat bersifat intrahepatik ( mengenai sel hati, kanalikuli, atau kolangiola) atau ekstrahepatik ( mengenai saluran empedu diluar hati). Pada kedua keadaan ini terdapat gangguan biokimia yang serupa.Penyebab tersering kolestasis intrahepatic adalah penyakit hepatoseluler dengan kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau berbagai jenis sirosis. Pada penyakit ini, pembengkakan dan disorganisasi sel hati dapat menekan dan menghambat kanalikuli atau kolangiola. Penyakit hepatoseluler biasanya mengganggu semua fase metabolism bilirubin-ambilan, konjugasi, dan ekskresi-tetapi eksresi biasanya paling terganggu, sehingga yang paling menonjol adalah hiperbilirubinemia terkonjugasi. Penyebab kolestasis intra hepatic yang lebih jarang adalah pemakaian obat-obat tertentu, dan gangguan herediter Dubin Jhonson serta sindrom Rotor ( jarang terjadi). Pada keadaan ini, terjadi gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit yang menyebabkan terjadinya retensi bilirubin dalam sel. Obat yang sering mencetuskan gangguan ini adalah halotan ( anastetik) kontrasepsi oral, estrogen, steroid anabolic, isoniazid, dan chlorpromazine. Penyebab tersering kolestatis ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu, biasanya pada ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput pancreas menyebabkan tekanan pada duktus koledokus dari luar; demikian juga dengan karsinoma ampula vateri. Penyebab yang lebih jarang adalah striktur pasca peradangan atau setelah operasi, dan pembesaran kelenjar limfe pada porta hepatis. Lesi intra hepatic seperti hepatoma kadang-kadang dapat menyumbat duktu hepatikus kanan atau kiri.MANIFESTASI KLINIS

a. Ikterus obstruktif intrahepaticTerdapat tiga fase :

1) Fase pra-ikterik

Periode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, penurunan berat badan, malaise, sakit kepala, demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.

2) Fase ikterik-jaundice (temuan paling menonjol).

Urine gelap berkabut (disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan nyeri tekan, pembesaran nodus limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu pada kulit); gejala fase pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.

3) Fase pasca ikterik.

Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; empat bulan diperlukan untuk pemulihan komplit.b. Ikterus Obstruktif EkstrahepatikPenderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala yaitu gejala yang disebabkan oleh kandung empedu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis seperti:

1) Gangguan epigrastrium seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan. Gejala ini dapat terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng.

2) Rasa nyeri dan kolik bilier.

Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Klien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar.

3) Ikterus

Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit

4) Perubahan warna urine dan feses

Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat yang disebut clay-colored

5) Defisiensi Vitamin

Obstruksi aliran empedu juga mengganggu abosorpsi vitamin A,D,E dan K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamn ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin A dapat menggangu pembekuan darah yang normal.

DIAGNOSIS

a. Ikterus Obstruktif Intrahepatik1) Tes fungsi hati : Abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non virus.2) AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat dalam 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.3) Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.4) Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).5) Diferensial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.6) Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).7) Feces : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).8) Albumin serum : Menurun.9) Gula darah : Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).10) Anti HAV IgM : Positif pada tipe A.11) HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).12) Masa protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati).13) Bilirubin serum : Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).14) Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.15) Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.16) Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin; protein/hematuri dapat terjadi.

b. Ikterus Obstruktif Estrahepatik1) Foto polos abdomen.

Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu dikandung empedu atau di duktus koledokus. Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakai untuk skrening, melihat keadaan secara keseluruhan dalam rongga abdomen.2) Ultrasonografi (USG).

Ultrasonografi sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yang menyebabkan kholestasis. Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris intra/ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat mendiagnosis apakah ada ikterus obstruksi atau ikterus non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah duktus biliaris yang paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian proximal.3) Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP).

ERCP merupakan tindakan yang langsung dan invasif untuk mempelajari traktus biliaris dan sistem duktus pankreatikus. Ditangan yang berpengalaman ERCP mempunyai keberhasilan yang cukup tinggi dan tingkat keakuratan atau ketepatan kurang lebih 90%.4) Magnetic Resonance Cholangiopancreaotography (MRCP)

MRCP adalah pemeriksaan duktus biliaris dan duktus pankreatikus dengan memakai pesawat MRI. Dengan memakai heavily T2W acquisition untuk memaksimalkan signal dari cairan yang menetap pada duktus biliaris dan duktus pankreatikus.5) Percutaneus Transhepatik Cholangiography (PTC)

PTC merupakan sarana diagnosis invasif untuk membedakan ikterus obstruktif ekstra dan intra hepatik serta menentukan lokasi sumbatan dan juga pada kebanyakan kasus etiologi dari pada obstruksi lainnya. Gambaran saluran empedu yang diperoleh PTC tidak hanya memberikan informasi mengenai saluran empedu tetapi juga mempermudah menduga penyebabnya, sehingga dapat menjadi pedoman bagi ahli bedah dalam perencanaan operasinya.6) Percutaneus Transhepatic Billiary Drainage (PTBD)

Teknik sama dengan PTC hanya di sini kateter masuk sampai melampaui obstruksi dan bisa sampai duodenum. Lebih ke arah terapi, karena flow dan cairan empedu masuk ke dalam side hole dari kateter.7) CT-Scan

Pemeriksaan CT Scan mengenai tractus biliaris banyak dilakukan untuk melengkapi data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan sebelumnya. Secara khusus CT Scan dilakukan guna menegaskan tingkat atau penyebab yang tepat adanya obstruksi/kelainan pada saluran empedu. Dalam hal ini CT Scan dinilai untuk membedakan antara ikterus obstruktif, apakah intra atau ekstra hepatik dengan memperhatikan adanya dilatasi dari duktus biliaris.8) Pemerisaan Laboratorium.a) Peningkatan level bilirubin direk (terkonjugasi) (> 0,4 mg/ml), Normal = 0,1-0,3 mg/ml.b) Peningkatan level bilirubin indirek (tak terkonjugasi) (> 0,8 mg/ml), Normal = 0,2-0,8 mg/ml.c) Tidak adanya bilirubin dalam urin atau peningkatan bilirubin urin (konsentrasi tinggi dalam darah).d) Peningkatan urobilinogen (> 4 mg/24 jam) tergantung pada kemampuan hati untuk mengabsorbsi urobilinogen dari sistem portal, Normal = 0-4 mg/hari.e) Menurunnya urobilinogen fekal (< 40 mg/24 jam), Normal = 40-280 mg/hari, karena tidak mencapai usus.f) Peningkatan alkalin fosfat dan level kolesterol karena tidak dapat diekskresi ke kandung empedu secara normal.g) Pada kasus penyakit hati yang sudah parah, penurunan level kolesterol mengindikasikan ketidakmampuan hati untuk mensintesisnya.h) Peningkatan garam empedu yang menyebabkan deposisi di kulit, sehingga menimbulkan pruritus.i) Pemanjangan waktu PTT (Prothrombin Time) (> 40 detik) dikarenakan penurunan absorbsi vitamin K.TATALAKSANA

a. Ikterus Obstruktif Intrahepatik

Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepetitis virus akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktifitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

b. Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik

Operasi pengangkatan kandung empedu melalui pembedahan tradisional dianggap sebagai cara pendekatan yang baku dalam penatalaksanaan penyakit ini. Namun demikian, perubahan dramatis telah terjadi dalam penatalaksanaan bedah dan nonbedah terhadap penatalaksanaan kandung empedu.1) Penatalaksanaan Nonbedaha) Penatalaksanaan Pendukung dan Diet

Diet yang diterapkan segera setelah suatu serangan yang akut biasanya dibatasi pada makanan cair rendah lemak. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim. Makanan berikut ini ditambahkan jika pasien dapat menerimanya: buah yang dimasak, nasi atau ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi atau teh.Penatalaksanaan diet merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan gejala gastrointestinal ringan.b) Farmakoterapi

Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodiol, chenofalk) telah digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Asam ursodeoksikolat dibandingkan dengan asam kenodeoksikolat jarang menimbulkan efek samping dan dapat diberikan dengan dosis yang lebih kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu.c) Pelarutan Batu Empedu

Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (Monooktanion atau Metal Tertier Butil Eter (MTBE) ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan melalui jalur berikut ini : melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu; melaui selang atau drain yang dimasukan melalui saluran T-tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan; melalui endoskop ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography); atau kateter bilier transnalas.d) Pengangkatan Nonbedah

Beberapa metode nonbedah digunakan untuk mengeluarkan batu yang belum terangkat pada saat cholesistektomy atau yang terjepit dalam duktus koledokus. Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T-tube atau lewat fistule yang terbentuk pada saat insersi T-tube, jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus.e) Extracorporeal Shock-Wafe Lithotripsy (ESWL)

Prosedur litotripsi atau ESWL ini telah berhasil memecah batu empedu tanpa pembedahan. Prosedur noninvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus koledokus.f) Litotripsi Intrakorporeal

Pada litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau duktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan gelombang ultrasound, laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi.2) Penatalaksanaan Bedah

Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif kalau gejala yang dirasakan klien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi pasien mengharuskannya.a) Kolesistektomi

Kolesistektomi merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan, di Amerika lebih dari 600.000 orang menjalani pembedahan ini setiap tahunnya. Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.b) Minikolesistektomi

Minikolesistektomi merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat insisi selebar 4 cm.c) Kolesistektomi Laparoskopik (atau endoskopik)

Prosedur ini dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus. Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen ditiup dengan gas karbon dioksida (pneumoperitoneum) untuk membantu pemasangan endoskop dan menolong dokter bedah melihat struktur abdomen.d) Koledokostomi

Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu.e) Bedah Kolesistostomi

Kolesistostomi dikerjakan bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi yang lebih luas atau bila reaksi infalamasi yang akut membuat system bilier tidak jelas.

Kolelitiasis

Kolelitiasis adalah suatu penyakit dimana terdapat batu pada kandung empedu atau salurannya (sistem bilier). Kolesistolitiasis adalah batu yang terdapat pada kandung empedu, sedangkan koledokolitiasis adalah batu yang terdapat pada duktus koledokus. Kebanyakan pasien batu empedu tanpa memiliki gejala yang khas atau asimptomatik.

EpidemiologiEpidemiologi batu empedu di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar 10-20% orang dewasa ( 20 juta orang). Setiap tahunnya bertambah sekitar 13 % kasus baru dan sekitar 13% nya dari penderita kandung empedu menimbulkan komplikasi . Kira kira 500.000 orang yang menderita simptom batu empedu atau batu empedu dengan komplikasi dilakukan kolesistektomi. Batu empedu bertanggung jawab pada 10.000 kematian per tahun. Di Amerika Serikat, ditemukan pula sekitar 20003000 kematian disebabkan oleh kanker kandung empedu dan sekitar 80% dari kejadian penyakit batu empedu disertai dengan kolesistitis kronik. Sedangkan, epidemiologi di Indonesia belum dapat diketahui.

PatogenesisTerdapat 3 jenis batu empedu yaitu:

1.Batu KolesterolBatu kolestrol merupakan jenis batu yang paling banyak ditemukan dari semua kasus batu empedu. Tiga faktor utama yang menentukan terbentuknya batu kolesterol adalah supersaturasi kolesterol, nukleasi kristal kolesterol monohidrat, disfungsi kandung empedu.

Supersaturasi kolesterolSupersaturasi kolesterol terjadi karena sekresi kolesterol bilier yang berlebihan, dan atau karena hiposekresi asam empedu. Faktor risiko hipersekresi kolesterol bilier adalah obesitas.

Nukleasi kolesterolProtein yang berperan dalam nukleasi kolesterol, antara lain musin, ? 1- acid glycoprotein, ? 1-antichymotrypsin, dan fosfolipase C. Musin adalah protein yang mempercepat kristalisasi kolesterol dengan membentuk vesikel kolesterol multilamelar yang mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengkristal.

Disfungsi kandung EmpeduDisfungsi terjadi pada epitel mukosa kandung empedu dan dismotilitas kandung empedu. Kontraksi batu empedu yang tidak baik menyebabkan statis empedu. Statis empedu ini yang menyebabkan terbentuknya batu empedu karena musin akan terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin akan mengganggu pengosongan kandung empedu.

2.Batu pigmen hitamBatu pigmen hitam terbentuk dari kalsium bilirubinat yang sebagian besar berasal dari bilirubin yang tak terkonjugasi. Batu pigmen hitam sering terjadi pada kondisi hemolitik kronis dan sirosis hepatis. Pada sirosis hepatis terjadi peningkatanturnoversel darah merah akibat proses pemecahannya di limpa yang berlebihan.

3.Batu pigmen coklatBatu pigmen coklat dapat terbentuk di saluran empedu. Batu pigmen coklat mengandung asam lemak bebas yang cukup besar, terutama palmitat dan stearat. Batu pigmen coklat terjadi pada proses dismotilitas sistem bilier dan adanya proses infeksi kronis. Batu pigmen coklat dapat terbentuk sendiri pada saluran empedu tanpa didahului migrasi dari kandung empedu. Batu ini cukup banyak ditemukan pada pasien yang sudah dilakukan kolesistektomi yang mengalami disfungsi spingter oddi.

Faktor ResikoBatu empedu dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya batu empedu. Faktor resiko batu kolesterol antara lain:

1. Obesitas

Sindrom metabolik pada obesitas trunkal, resistensi insulin, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan hiperlipidemia dapat meningkatkan sekresi kolesterol hepatik yang kemudian mengakibatkan kadar kolesterol dalam kandung empedu tinggi. Kadar kolesterol dalam kandung empedu yang tinggi dapat mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi atau pengosongan kandung empedu sehingga meningkatkan resiko terjadinya kolelitiasis.

2. Obat-obatan

Penggunaan estrogen dapat meningkatkan sekresi kolesterol di dalam empedu. Obat-obat clofibrat dan fibrat dapat meningkatkan eliminasi kolesterol melalui sekresi empedu dan tampaknya meningkatkan resiko terjadinya batu kolesterol empedu. Sedangkan obat-obat dari analog somatostatin dapat dapat mengurangi pengosongan kandung empedu.

3. Kehamilan

Faktor resiko meningkat pada wanita yang telah beberapa kali hamil. Kadar progesteron tinggi dapat mengurangi kontraktilitas kandung empedu yang mengakibatkan retensi memanjang dan konsentrasi tinggibiledalam kandung empedu.

4. Kandung empedu statis

Kandung empedu yang statis diakibatkan dari konsumsi obat-obatan dan terlalu lama puasa setelah pasca operasi dengan total nutrisi parenteral dan penurunan berat badan yang berlebihan.

5. Keturunan

Faktor genetik memegang peranan sekitar 25%. Batu empedu terjadi 1 sampai 2 kali lebih umum diantara orang-orang Skandinavia dan orang-orang Amerika keturunan Meksiko. Diantara orang-orang Amerika keturunan Indian, kelaziman batu empedu mencapai lebih dari 80%. Perbedaan-perbedaan ini mungkin dipertanggungjawabkan oleh faktor-faktor genetik (yang diturunkan).

Manifestasi klinis1. Asimptomatik

Biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saatmedical check upmelaluiplain radiograf,sonogram abdomen atauCT scan.Berikut adalah gambaran batu empedu yang ditemukan melalui pemeriksaan ultrasonografi abdomen.2. Simptomatik

a. Kolik Bilier

Terdapat nyeri kuadran kanan atas yang terjadi secara episodik, kadang menjalar ke daerah punggung kanan belakang. Kondisi ini terjadi akibat obstuksi batu di daerah leher kandung empedu, atau duktus kistikus. Kolik bilier biasanya dipengaruhi oleh makanan berlemak dan dapat hilang dengan perubahan posisi tubuh. Biasanya tidak didapatkan demam dan fungsi hati normal, kecuali bila disertai infeksi.b. Kolesistitis akut

Kolesistitis merupakan suatu inflamasi akut pada kandung empedu. Hal ini disebabkan karena adanya obstruksi dari duktus sistikus. Keluhan nyeri sering dimulai secara progresif memberat. Nyeri sangat sering terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Nyeri ini biasanya terdapat pada kuadran kanan atas abdomen atau di epigastrium. Keluhan nyeri ini dapat disertai dengan demam. Pada kolesistitis akut dapat terjadi terjadi peningkatan sel darah putih danMurphySign(nyeri perut kanan atas yang diraba saat inspirasi).c. Kolesistitis kronik

Kolisistitis akut yang berulang mengarah pada inflamasi kandung empedu kronik. Biasanya tidak terdapat demam atau peningkatan sel darah putih. Keluhannya bisa berupa seperti dispepsia, rasa penuh di epigastrium, dan nausea khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi, yang kadang hilang setelah bersendawa.d. Koledokolitiasis

Koledokolitiasis sebagian besar berasal dari migrasi batu kandung empedu. Sedangkan batu koledokus dapat terbentuk di saluran empedu itu sendiri disebut koledolitiasis primer, biasanya batu ini terbentuk akibat stasis empedu dan infeksi seperti pada kasus striktur akibat trauma, kolangitis sklerosing atau kelainan bilier kongenital.e. Kolangitis

Kolangitis merupakan infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran empedu akibat obstruksi. Keluhan kolangitis digambarkan denganTriad Charcotyaitu nyeri kuadran kanan atas, ikterik dan demam. Kolangitis dapat mengarah pada syok septik.

Berikut ini adalah tabel gejala klinik dan komplikasi dari batu empedu:

Gambaran Klinis

Kolik bilier

Kolesistitis akutKolesistitis kronikkolangitis

Pankreatitis

Letak NyeriEpigastriumKKAKKAKKAEpigastrik

Durasi Nyeri< 3 jam> 3 jamVariableVariableVariable

MassaTidak Ada MassaMassa di KKATidak Ada Massa

Demam

Peningkatan sel darah putih

Peningkatan Level AmilaseNormal+

KKA = Kuadran kanan atas ;

Sel darah putih; + = ada; = tidak ada ; = ada atau tidak ada

* Karakteristik ini mungkin tidak selalu ada.PenatalaksanaanTatalaksana secara umum dilakukan tergantung pada tingkatan penyakit. Idealnya, intervensi pada tingkat litogenik dapat mencegah pembentukan batu empedu. Terapi konseravatif dapat dipertimbangkan pada batu empedu yang asimptomatik sedangkan pada batu empedu simptomatik pembedahan merupakan terapi pilihan.

a.Terapi Non BedahTerapi pengobatan untuk batu empedu, digunakan sendiri atau dikombinasikan, sebagai berikut :

Terapi garam empedu oral (Ursodeoxycholic acid)

Ursodeoxycholic aciddiindikasikan untuk batu empedu nonkalsifikasi radio lucent dengan diameter lebih kecil dari 5 mm ketika kolesistektomi tidak dapat dilakukan.Ursodeoxycholic acidbekerja sebagai penekan sintesis dan sekresi kolesterol hepatik serta penghambat absorpsi intestinal. Efek penghambat sintesis dan sekresi asam endogenous bile kedalam bile tidak mengganggu sekresi fosfolipid kedalam bile.Ursodeoxycholic acidjuga bekerja dengan mendispersi kolesterol menjadi cairan kristal di aquous media. Secara keseluruhan efek dari UDCA adalah untuk meningkatkan level konsentrasi pada saat saturasi kolesterol terjadi.

Litolisis dengan asam empedu peroral

Asam ursodeoksikolat (AUDK) telah digunakan untuk pelarutan batu empedu. Asam empedu ini menekan sintesis kolesterol di hati dengan menghambat hidroksimetil glutaril CoA (HMG-CoA) reduktase dan meningkatkan aktivitas dari 7a-hidroksilase sehingga meningkatkan sintesis empedu. AUDK juga menurunkan absorpsi/reabsorpsi kolesterol di usus dan memperpanjang waktu nukleasi dari empedu.

Extracorporeal shockwave lithotripsy(ESWL)

ESWL merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau pemasukan alat kedalam tubuh pasien. Teknik ini dapat dilakukan untuk empedu batu radioopak dengan diameter kurang dari 3 cm untuk batu tunggal atau bila multiple diameter total kurang dari 3 cm dengan jumlah maksimal 3 batu.TabelTerapiMedikamentosa padaBatuEmpeduSimptomatikAgenPotensiCatatan

Disolusi Asam Bile Oral;Ursodeoxycholic acid(Actigall),8 - 10 mg/kg/hariStone clearance: 3090%Mortaliti : 0%Untuk batu kolesterol non kalsifikasi; optimal pada batu< 5 mm.

Contact solvents: methyl tert-butyl ether/ n-propyl acetateStone clearance: 5090%70 % batu yang kambuh; experimental, dengan data insufficient; duodenitis; hemolisis;nephrotoxicity; sedasi ringan

Extracorporeal shock-wave lithotripsy:Elektro hidraulik / Elektro magneticStone clearance:3090%Mortaliti < 0.1%70 % batu yang kambuh; tidak dibuktikan dengan FDA; hanya dilakukan pada expert; kriteria: tidak lebih dari satu batu radiolucent(diameter