ski.docxbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbcccccccccccccccccccccccccccccccgggggggggggggggggggggggggggg

  • Upload
    reyna01

  • View
    178

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

Citation preview

AKBAR SUHAJI (081304037)

(Kode PENDMIPA-0001) : Skripsi Efektivitas Metode Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) Yang Didukung Diagram V (Ve) Dan TAI Didukung Peta Konsep Pada Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia Dengan Memperhatikan Keingintahuan Siswa Kelas X Semester Genap SMA X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0002) : Skripsi Efektivitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Kooperatif TAI (Teams Assisted Individualization) Dilengkapi Modul Ditinjau Dari Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas XI IPA Semester Genap SMA X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0003) : Skripsi Efektivitas Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0004) : Skripsi Hubungan Antara Minat Dan Perhatian Dengan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Pada SDN X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0005) : Skripsi Hubungan Hasil Belajar Pada Materi Virus Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Siswa Kelas 1 SMU Negeri X [[ LIHAT ABSTRAK ]

(Kode PENDMIPA-0006) : Skripsi Local Search Genetic Algorithm Dalam Menyelesaikan Job Shop Scheduling Problem [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0007) : Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD) Disertai LKS Untuk Penguatan Konsep Materi Pokok Ekosistem [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0008) : Skripsi Pengamanan Pesan Rahasia Menggunakan Algoritma Kriptografi Elgamal Atas Grup Pergandaan Zp [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0009) : Skripsi Pengaruh Agresitivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 X [[ LIHAT ISI BAB I ]] (Kode PENDMIPA-0011) : Skripsi Pengaruh Metode Kooperatif (Student Team Achievement Divisions Dan Team Assisted Individualization) Yang Dimodifikasi Dengan Praktikum Dengan Memperhatikan EQ (Emotional Quotient) Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Penentuan h Reaksi SMAN X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0012) : Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0013) : Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0014) : Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Alam Semester Genap SMA X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0015) : Skripsi Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Murid Kelas VI SDN X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0016) : Skripsi Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester II SMA X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0017) : Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0018) : Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0019) : Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0020) : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0021) : Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0022) : Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0023) : Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus SMA Tahun Ajaran X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0024) : Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri X Tahun Pelajaran X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

(Kode PENDMIPA-0025) : Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IA Semester 2 SMA X Tahun Pelajaran X [[ LIHAT ISI BAB I ]]

Skripsi Efektivitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Kooperatif TAI (Teams Assisted Individualization) Dilengkapi Modul Ditinjau Dari Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Stoikiometri Kelas XI IPA Semester Genap SMA X

Skripsi Efektivitas Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD X

Skripsi Hubungan Antara Minat Dan Perhatian Dengan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Pada SDN X

Korelasi Antara Nilai-Nilai Religius Dan Kreativitas Siswa Dengan Prestasi Belajar Biologi Pada Ranah Kognitif

Studi Komparasi Pendekatan Konstruktivisme Metode Inkuiri, Demonstrasi Dan Konvensional Ditinjau Dari Prestasi Belajar Biologi Siswa

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

Skripsi Efektivitas Metode Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) Yang Didukung Diagram V (Ve) Dan TAI Didukung Peta Konsep Pada Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia Dengan Memperhatikan Keingintahuan Siswa Kelas X Semester Genap SMA X

Skripsi Hubungan Hasil Belajar Pada Materi Virus Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Siswa Kelas 1 SMU Negeri X

Skripsi Local Search Genetic Algorithm Dalam Menyelesaikan Job Shop Scheduling Problem

Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD) Disertai LKS Untuk Penguatan Konsep Materi Pokok Ekosistem

Skripsi Pengamanan Pesan Rahasia Menggunakan Algoritma Kriptografi Elgamal Atas Grup Pergandaan Zp

Skripsi Pengaruh Agresitivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 X

Skripsi Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN X

Skripsi Pengaruh Metode Kooperatif (Student Team Achievement Divisions Dan Team Assisted Individualization) Yang Dimodifikasi Dengan Praktikum Dengan Memperhatikan EQ (Emotional Quotient) Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Penentuan h Reaksi SMAN X

Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri X

Skripsi Penyelesaian Persamaan Non-Linear Metode Biseksi Dan Metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi

Skripsi Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Verbal, Kemampuan Penalaran, Dan Kemampuan Awal Pada Sub Materi Pokok Teori Asam Basa Arrhenius Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Alam Semester Genap SMA X

Skripsi Tingkat Penguasaan Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Murid Kelas VI SDN X

Skripsi Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan PAIKEM Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester II SMA X

Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X

Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Inkuiri Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Tahun Ajaran X

Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Program Linear Pada Siswa Kelas II SMA Negeri X

Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Ketrampilan Proses Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus SMA Tahun Ajaran X

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Resitasi Pada Sub Pokok Bahasan Relasi Dan Fungsi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri X Tahun Pelajaran X

Eksperimentasi Pembelajaran Interaktif Setting Kooperatif (PISK) Pada Limit Fungsi Aljabar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IA Semester 2 SMA X Tahun Pelajaran X

Model Examples NonExamplesPosted on November 10, 2007 by kiranawati Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.Langkah-langkah:1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.7. KKesimpulan.Kebaikan:1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.Kekurangan:1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.2. Memakan waktu yang lama.

Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning(CTL)Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan. Dengan demikian contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:CTLKonvensional

Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;

Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin);Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan;

Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah;Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang

Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5). 1. Konstruktivisme (Constructivism) Setiap individu dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :1) Mengandung pengalaman nyata (Experience);2) Adanya interaksi sosial (Social interaction);3) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);4) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. 2. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;3) Membangkitkan respon kepada siswa;4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 3. Menemukan (Inquiry)Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :1) Merumuskan masalah ;2) Mengajukan hipotesis;3) Mengumpulkan data;4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;5) Membuat kesimpulan.Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa. 4. Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003). 5. Pemodelan (Modeling) Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.6. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;2. Catatan atau jurnal di buku siswa;3. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.DAFTAR PUSTAKADepartemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Pada dasarnya model-model dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 model, yaitu: 1) Information Processing Model, 2) Behavioral Model, 3) Social Interaction Model, dan 4) Personal Model. Nah, sekarang banyak bermunculan nama-nama model pembelajaran baru seiring dengan perkembangan dunia pendidikan. Namun demikian jika kita cermati model-model yang muncul dengan nama yang baru tersebut masih merupakan bagian atau identik dari ke-4 model pembelajaran di atas.Sebenarnya model-model pembelajaran tersebut berada di dalam Pendekatan pembelajaran. Artinya model pembelajaran sebenarnya merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran.Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi (2003:39) adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah semua tampak kemerah-merahan. Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka umum dalam Praktek Profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian Kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; dan (4) sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikum untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi.Pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang, oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang di maknai selain sebagai Kerangka umum untuk Praktek Profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran, maupun petunjuk pelaksanaanya. Selain itu dokumen itu juga dimaksudkan untuk mendorong para guru untuk: (1) mengkaji lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya; (2) menjadi bahan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukannya; (3) merupakan seni, seperti hal nya ilmu mengajar yang terus berkembang, dan (4) juga sebagai katalisator untuk mengembangkan profesional guru lebih lanjut.Gambaran mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih jelas terdapat dalam artikel pendidikan yang diterbitkan oleh Saskatchewan education (1980) Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi: model-model pembelajaran, Strategi-strategi pembelajaran, metode-metode pembelajaran dan juga keterampilan-keterampilan mengajar. Pendekatan pembelajaran juga merupakan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dengan menyusun dan memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Strategi-strategi PembelajaranBerdasarkan diagram di atas, pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Diagram tersebut juga memperlihatkan dengan lebih jelas tentang hubungan antara model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan keterampilan mengajar. Menurut Philip R. Wallace (1992: 13) pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi 2, yaitu: Pendekatan konservatif (conservative approaches) dan pendekatan liberal (liberal approach). Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal (liberal approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. Mungkin kita kurang familier dengan istilah pendekatan konservatif dan pendekatan liberal. Sekarang para ahli pendidikan lebih senang menggunakan istilah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) untuk pendekatan konservatif dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach) untuk pendekatan liberal sebagaimana ditulis dalam websait http://www.wcer.wisc.edu/step/ep301/fall2000/tochonites/stu_cen.html McCombs and Whistler (1997), Papalia (1996), Stuart (1997), Silberman (1996) dan Benson and Voller (1997) lebih suka menggunakan istilah tersebut.Di Indonesia kedua istilah di atas lebih familier digunakan dengan istilah pendekatan konvensional dan pendekatan siswa aktif atau PAKEM. Kosa kata PAKEM yang merupakan kependekakan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan tersebut mulai banyak digunakan sejak tahun 1999, yaitu pada saat UNICEF dan UNESCO membantu untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Indonesia dengan programnya CLCC (Creating Learning communities for Children) yang kemudian di Indonesia lebih dikenal dengan program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Sejak saat itu untuk membandingkan antara pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada siswa, hampir semua program bantuan luar negeri di Indonesia seperti: PLAN, AUSAID, USAID, NZAID, dan Intel Teach lebih suka menggunakan istilah pendekatan konvensional v.s pendekatan siswa aktif / PAKEM. Bahkan mulai tahun 2003 Departemen Pendidikan Nasional juga sudah sering menggunakan istilah tersebut. Baik dalam pendekatan pembelajaran konvensional maupun dalam pendekatan pembelajaran PAKEM di dalamnya ada: model-model pembelajaran (instructional models), strategi pembelajaran (instructional strategies), metode-metode pembelajaran (instructional methods) dan ada juga keterampilan-keterampilan mengajar (instructional skills). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran adalah cara umum yang ditempuh guru dalam proses membelajarkan siswa. Model Pembelajaran Mind MappingMind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=702661)Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.(http://escaeva.com)Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :a. Merencanab. Berkomunikasic. Menjadi Kreatifd. Menghemat Waktue. Menyelesaikan Masalahf. Memusatkan Perhatiang. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiranh. Mengingat dengan lebih baiki. Belajar Lebih Cepat dan Efisienj. Melihat gambar keseluruhanAda beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :a. Cara ini cepatb. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yangmuncul dikepala andac. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.( http://www.escaeva.com/tips-menulis/tips-fiksi/menulis-dengan-diagram-balon.html)Perbedaan Catatan Biasa dan Mind MapingCatatan Biasa Peta PikiranHanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, symbol dan gambarHanya dalam satu warna Berwarna-warniUntuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendekWaktu yang diperlukan untuk belajarlebih lama Waktu yang diperlukan untukbelajar lebih cepat dan efektifStatis Membuat individu menjadi kreatifSumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76.Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Model Pembelajaran Picture andPictureSintaknya adalah:1. Guru menyajikan informasi kompetensi,2. Guru menyajikan materi,3. Guru memperlihatkan gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi,4. siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik,5. guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,6. guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar,7. guru dan siswa menyimpulkan materi,8. evaluasi dan8. refleksi.

kut Adalah Model model Pembelajaran di sini Metode Pembelajaran Role Play Metode Pembelajaran Debat Metode Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem Based Instruction (PBI) Metode Pembelajaran Skrip kooperatif atau Cooperative Script Metode Pembelajaran Picture and Picture Metode Pembelajaran Numbered Heads Together Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) Metode Pembelajaran Jigsaw Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Metode Pembelajaran Examples Non Examples Metode Pembelajaran Lesson Study Metode Pembelajaran ARIAS Metode Pembelajaran Spiral Metode Pembelajaran Linear Sequential

Pada posting sebelumnya tentang PAKEM 1, PAKEM 2, kali ini ADMIN ingin memaparkan tentang Penggolongan dan jenis-jenis Model Pembelajaran berorientasi PAKEM ( PAKEM PART III ) .Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran Pemrosesan Informasi, (2) rumpun model pembelajaran Personal, (3) rumpun model pembelajaran Sosial, dan (4) rumpun model pembelajaran Perilaku. 1. Rumpun model-modelPemrosesan Informasi Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip- prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.

Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah seperti tertera pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Model- ModelPembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi Catatan : untuk penjelasan tiap-tiap modelnya akandiposting pada kesempatan lain !No.Nama ModelPembelajaranTokohMisi/tujuan/manfaat

1Berpikir InduktifHilda TabaDitujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.

2.PembentukankonsepJeromeBruner,Goodnow,dan AustinDirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didikdilatih mempelajari konsep secara efektif.

3Latihan inkuariRichardSuchmanSama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.

4PerkembangankognitifJean Piaget,Irving Sigel,EdmunSullivan,LawrencedanKohlbergDirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral.

5Advanceorganizer DavidAusubelDirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

6MnemonicsPressley,Levin,DelaneyStrategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.

(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Beverly Showers, 1992, 1996: Models of Teaching) 2. Rumpun model- model Pribadi/individual Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam membangun/mengkonstruksi dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi) Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 No.Nama ModelPembelajaranTokohMisi/tujuan/manfaat

1Pengajaran NonDirektifCarl RogersPenekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik.

2.LatihanKesadaranFritz PerlsWilliam SchutzPembentukan kemampuan menjajagi danmenyadari pemahaman diri sendiri.

3SinektikWilliamGordonPengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

4SistemKonseptualDavid HuntDidisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.

5Pertemuan kelasWilliamGlasserPengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.

(Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching, ) 3. Rumpun model-model Interaksi Sosial Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan.Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel 3.3. berikut ini. Tabel 3.3. Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial

No.Nama ModelPembelajaranTokohMisi/tujuan

1Kerjakelompok.(investigationgroup)Herbert ThelenJohn DeweyMengembangkan keterampilanketerampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.

2.Inkuari SosialByron MassialasBenjamin CoxPemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis.

3JurisprudentialNational TrainingLaboratoryBethel, MaineDonald OliverJames P.ShaverPengembangan keterampilan interpersonal dan kerja kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang Hokum-hukum manusia).

4Role playing(Bermainperan)Fannie ShaftelGeorge ShaftedDidisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu

5Simulasi SosialSarene Boocock,Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan.

(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)

4. Rumpun Model-model Perilaku

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 No.Nama ModelTokoh

Misi/tujuan

1Contingency Management (manajemen dari akibat / hasil perlakuan)B.F. SkinnerFakta-fakta, konsep-konsep danKeterampilan

2Self ConrolB.F. SkinnerPerilaku sosial/ keterampilan-keterampilan

3RelaksasiRimm & MastersWolpeTujuan-tujuan pribadi

4Stress Reduction(pengurangan stres)Rimm & MastersCara relaksasi untuk mengatasikecemasan dalam situasi sosial

5Assertive Training (Latihanberekspresi)Wolpe, lazarus,SalterMenyatakan perasaan secaralangsung dan spontan dalamsituasi sosial

6DesensititationWolpePola-pola perilaku, keterampilanketerampilan

7Direct trainingGagneSmith & SmithPola tingkah laku, keterampilan-keterampilan.

(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)

Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar | | Kategori : skripsi pendidikan matematika dan ipa (Kode PENDMIPA-0017) : Skripsi Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart Dan Modul Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam era globalisasi. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sikap yang benar (Tabrani, 1989:15). Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari proses pendidikan.Seiring dengan usaha pemerintah dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut, masih banyak masalah yang dihadapi, salah satunya adalah masalah efektifitas pendidikan. Masalah efektifitas pendidikan adalah masalah yang berkenaan dengan hubungan antara hasil pendidikan dengan tujuan atau sasaran pendidikan yang diharapkan.Meskipun demikian, telah diusahakan berbagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut yang mencakup semua komponen pendidikan meliputi pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pengajaran, sarana belajar, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha-usaha yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum 2004.Kurikulum 2004 disebut juga kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 : 18).Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu di antaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar.Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, penguasaan kimia harus diperbaharui agar mampu mengikuti dan mengembangkan IPTEK ke arah yang lebih baik. Untuk tujuan tersebut, maka pengajaran kimia harus bersifat dinamis dalam mengantisipasi perkembangan IPTEK yang semakin pesat.Tujuan pengajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas adalah agar siswa:1. Menguasai konsep-konsep kimia esensial secara komprehensif dan proses ilmiah untuk meningkatkan kesadaran akan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesadaran lingkungan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.2. Mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, maupun hukumhukum dalam ilmu kimia yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitarnya.3. Memiliki ketrampilan-ketrampilan proses sains dan sikap-sikap ilmiah yang berlandaskan logika untuk memecahkan masalah-masalah serta menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 2002:1).Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik tolak pengajaran kimia adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep kimia, bersikap ilmiah, serta dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh karena itu, maka penguasaan konsepkonsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Penyempurnaan dan peningkatan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar atau prestasi belajar yang baik.Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten X berupa Daftar Nilai Ujian Praktek dan Ujian Sekolah Tahun Pelajaran X menunjukkan bahwa Nilai Rata-rata Ujian Akhir Sekolah di SMA Negeri X untuk mata pelajaran kimia masih rendah, yaitu dengan rata-rata nilai 6,55.Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran kimia di SMA Negeri X sampai saat ini masih masih perlu ditingkatkan.Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika metode yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan.Sejumlah metode mengajar telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak mungkin dapat disusun suatu metode yang baik untuk semua jenis kegiatan belajarmengajar. Dengan demikian perlu dipilih metode yang paling tepat untuk masingmasing kegiatan belajar-mengajar.Materi pokok Stoikiometri merupakan salah satu dasar dalam pembelajaran kimia, yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Dalam mengerjakan soal-soal stoikiometri diperlukan pemahaman mengenai konsepkonsep dan hukum-hukum tertentu yang saling berkaitan. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada meteri stoikiometri. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran dan cara mereka untuk belajar berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya. Agar siswa dapat memahami dengan baik materi stoikiometri, maka siswa dituntut untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan metode pembelajaran problem solving.Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989:111) belajar dikatakan bermakna apabila siswa mampu menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Untuk itu agar belajar menjadi bermakna maka bahan yang dipelajari perlu dibuat seefektif mungkin sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Penyajian materi pelajaran dapat dibuat dengan Key Relation-Chart dan modul. Key Relation- Chart merupakan lembaran yang berisi catatan tentang persamaan-persamaan, rumusrumus, hukum-hukum penting dari materi yang dipelajari. Sedangkan modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar yang berisi tujuan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, dan sistem evaluasi yang dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah menurut cara masing-masing.Di samping ketepatan penggunaan metode pembelajaran, kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa. Kebanyakan dari siswa belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal, memerinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari masalahnya. Sebab siswa awalnya hanya menurut yang disajikan oleh guru atau masih bergantung pada guru. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas telah diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri, sehingga sikap kemandirian belajar menjadi faktor penentu apakah siswa mampu menghadapi tantangan atau tidak.Key Relation-Chart dan modul dapat dipakai untuk membantu memahami masalah, memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri dan aktif selain di sekolah maupun di kelas, dan memungkinkan siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialaminya pada saat pelajaran berlangsung di kelas. Selain itu, Key Relation- Chart dan modul dapat dipakai membantu membuat perencanaan dalam memecahkan soal yang dihadapi. Oleh sebab itu, Key Relation-Chart dan modul dapat dianggap sebagai strategi dari problem solving.Berpijak dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Disertai Key Relation-Chart dan Modul Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X Semester Gasal SMA Negeri X Tahun Pelajaran X.

B. Identifikasi MasalahDari latar belakang tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:1. Penguasaan konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar.2. Nilai Ujian Akhir Sekolah atau prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia di SMA Negeri X masih relatif rendah.3. Diperlukan metode yang paling tepat untuk masing-masing kegiatan belajarmengajar.4. Metode pembelajaran problem solving dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat.5. Kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa.6. Metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan problem solving disertai modul dapat digunakan untuk membantu memahami masalah dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri.7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan MasalahAgar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada, maka pengkajian dan pembatasan masalah menitik beratkan pada:1. Objek penelitianYang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA Negeri X.2. Metode pembelajaranMetode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan modul.3. Materi pokokMateri yang diberikan dibatasi pada materi pokok stoikiometri.4. Kemandirian belajar siswa dibatasi pada rasa percaya diri dan optimis, daya pikir yang maju, berjerih payah untuk berdaya guna, ulet dan sabar dalam menghadapi kesulitan.5. Prestasi belajarPrestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan rendah pada materi pokok stoikiometri.

D. Perumusan MasalahSetelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah selanjutnya dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah yaitu:1. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri?

E. Tujuan PenelitianSejalan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar siswa tinggi dan kemandirian belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Stoikiometri.

F. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:a. Manfaat TeoritisMemperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya tentang pembelajaran dengan metode problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode problem solving disertai modul yang memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar bila ditinjau dari kemandirian belajar siswa.b. Manfaat Praktis1. Memberikan informasi mengenai penerapan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan metode pembelajaran problem solving disertai modul untuk lebih memahami konsep Stoikiometri.2. Memberikan alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Stoikiometri khususnya dapat ditempuh dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving disertai Key Relation-Chart dan dengan metode pembelajaran problem solving disertai modul.3. Memberikan informasi kepada guru atau peneliti selanjutnya, bahwa potensi kemandirian yang ada diarahkan dan dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran.Model Pembelajaran Kooperatif Metode Team Games Tournament (TGT). Metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan dan peralatan khusus yang dikembangkan oleh DeVries dan Slavin. Teams-Games Tournament (TGT) sebagai metode baru, belum banyak yang mengetahui apalagi menerapkan. Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur reinforcement. Menurut Slavin (1994:84), ada 5 komponen utama dalam TGT, yaitu :a. Presentasi kelasPada tahapan ini, guru memberikan materi secara garis besar, menjelaskan rambu-rambu permainan dan turnamen, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran termasuk kompetensi apa saja yang ingin dicapai dalam pembelajaran serta memotivasi siswa dalam kerja kelompok untuk menjadi pemenang dalam game dan turnamen.

b. Kerja kelompokPada tahapan ini, kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, agama dan ras atau etnik. Dalam kerja kelompok, siswa mendiskusikan materi yang diberikan bersama-sama untuk mempersiapkan game dan turnamen. Setiap kelompok mempunyai tugas untuk memahamkan anggotanya. Disini, siswa saling berbagi tugas satu sama lain. c. Permainan (Game).Game biasanya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa yang menjawab benar pertanyaan tersebut akan mendapatkan skor yang nantinya digunakan pada saat turnamen.d. Turnamen Turnamen biasanya diadakan pada akhir minggu atau pada setiap selesai bab yang dibahas. Turnamen ini dibagi menjadi 3 meja turnamen. Meja 1 untuk siswa berkemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa berkemampuan sedang dan meja 3 untuk siswa berkemampuan rendah.Dalam turnamen siswa pada kelompok belajar heterogen dibagi dalam kelompok turnamen dengan kemampuan akademik yang homogen berisi 3-4 siswa. Dalam turnamen ini siswa melakukan pertandingan untuk mendapatkan point. Guru menyediakan beberapa pertanyaan untuk dipertandingan.Pertandingan dilakukan dengan cara siswa mengambil kartu secara acak. Nomor yang ada pada kartu merupakan nomor pertanyaan yang harus dijawab. Apabila siswa yang mengambil kartu dapat menjawab, maka dia harus menyimpan kartunya untuk dihitung pada akhir turnamen. Apabila siswa yang mengambil kartu tidak dapat menjawab, maka siswa yang lain dalam satu kelompok turnamen boleh menantang untuk menjawabnya. Penantang yang menjawab dengan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya, sedang yang menjawab dengan jawaban yang salah akan diambil 1 kartu yang telah dimiliki sebelumnya.e. Penghargaan kelompokSetelah mengikuti turnamen, siswa-siswa kembali ke kelompok belajarnya masing-masing dengan membawa nilai dari turnamen. Nilai kemudian dijumlahkan dan dibagi sesuai dengan jumlah angota kelompok belajar. Nilai ini merupakan nilai rata-rata kelompok belajar. Kelompok belajar yang nilainya tinggi akan mendapatkan penghargaan. Penghargaan bisa berupa pemberian ucapan selamat, pujian, sertifikat, alat-alat tulis, maupun yang lainnya. Pemberian penghargaan bertujuan untuk memotivasi siswa agar dapat lebih sunguh-sunguh dalam belajar kelompok.

Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain6. Motivasi belajar lebih tinggi7. Hasil belajar lebih baik8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransiSedangkan kelemahan TGT adalah:1. Bagi guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh2. Bagi siswaMasih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar | | Kategori : skripsi pendidikan matematika dan ipa (Kode PENDMIPA-0012) : Skripsi Pengaruh Pembelajaran Kimia Dengan Metode Scientific Inquiry Dan Demonstrasi Dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri X

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang masalahIlmu kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam dan diajarkan di SMA mempunyai tujuan pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep kimia serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, serta mampu menerapkan sebagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi secara ilmiah (Depdiknas, 2004 : 2). Dalam proses pengajaran kimia selama ini, peranan guru lebih dominan dibanding dengan peranan siswa. Hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum 2004, yang menitikberakan pada ketrampilan proses. Apalagi sekarang ini sudah ada pembaharuan kurikulum lagi, dimana mulai tahun ajaran 2003/2004 sudah mulai uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam KBK ini, peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik apa yang akan dipelajari saja, melainkan bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interraksi aktif dengan teman, lingkungan dan narasumber lain.Pembelajaran di sini perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya m etode mengajar yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam proses yang aktif.Keterampilan proses akan terbina dalam diri siswa apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar menggunakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sendiri atau melalui pendekatan keterampilan proses, sehingga dapat meningkatkan cara berpikir siswa dan untuk meningkatkan pengetahuan.Dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasikan pada keaktifan dan kemandirian siswa, maka siswa perlu mencoba sendiri, mencari jawaban sendiri dalam memecahkan masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, menyimpulkan hasil kerja sama dan lain sebagainya. Guru hanya membantu mengarahkan siswa dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Dengan kata lain pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya.Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan kurikulum 2004 harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu menyelidiki daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakanLarutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan melaksanakan percobaan dan menafsirkan hasilnya. Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar.Metode pembelajaran yang bisa digunakan pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara lain metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi. Melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa akan dimotivasi lebih banyak karena siswa terlibat langsung dalam penemuan konsep atau prinsip. Untuk membuat penemuan-penemuan konsep melalui kegiatan Scientific Inquiry siswa harus melakukan proses-proses mental misalnya mengamati, menggolong- golongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik suatu kesimpulan. Program pengembangan metode mengajar yang berorientasi pada penemuan ilmiah harus disertai pengadan sarana laboratorium yang cukup memadai agar dihasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Metode pengajaran yang diterapkan dalam pencapaian konsep kimia harus mampu mendorong siswa secara aktif bekerja dengan metode ilmiah. Siswa melakukan sendiri kegiatan eksperimen dengan panduan guru sehingga dapat menemukan konsep materi yang dipelajari. Konsep yang didapat akan bertahan lama dan mendalam dalam ingatan siswa. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian dalam usaha peningkatan peran aktif siswa dalam penemuan suatu konsep.Metode mengajar yang juga bisa digunakan adalah metode demonstrasi dimana biasanya guru yang melakukan percobaan dan siswanya mengamati. Tetapi dalam penelitian ini metode demonstrasi divariasikan dengan menggunakan konflik kognitif. Konflik kognitif yang dimaksud adalah guru memberikan pertanyaan yang berisi permasalahan yang berhubungan dengan materi dimana pertanyaan ini memungkinkan beberapa jawaban yang bermacam-macam dari siswa sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan masing-masing siswa yang akan menimbulkan konflik, dan untuk membuktikan kebenaran jawaban itu dilakukan demonstrasi oleh guru sehingga siswa benar-benar tahu jawaban yang sebenarnya. Dalam metode ini siswa ikut serta aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini ditunjukkan dengan munculnya bermacam-macam dugaan jawaban yang tentunya saling bertentangan dan siswa diajak oleh guru untuk membuktikan kebenaran jawaban melalui percobaan.Penggunaan metode pengajaran yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran terutama pada materi yang berhubungan dengan praktikum akan menimbulkan suatu sikap ilmiah. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain mempunyai sikap ilmiah yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi hasil belajar.SMA Negeri X adalah SMA yang mempunyai sarana laboratorium yang cukup lengkap dan telah menggunakan KBK. Tetapi dalam kenyataannya dalam proses pembelajaran kimia belum sepenuhnya menggunakan pengajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Sarana laboratorium yang ada belum digunakan sebagaimana mestinya sehingga siswa kurang mampu menerapkan konsep materi yang ada. Walaupun dinilai sudah cukup berhasil namun ada beberapa kekurangan yaitu siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar, waktu belajar habis digunakan untuk mendengar dan mencatat, sehingga situasi belajar cenderung pasif, maka siswa cepat merasa bosan dan mengantuk dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan sekarang adalah metode mengajar apa yang memberikan hasil yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit antara metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa. Untuk mengetahui metode mengajar apa yang memberikan pencapaian prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Pembelajaran Kimia dengan Metode Scientific Inquiry dan Metode Demonstrasi dengan Memperhatikan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Siswa SMA Negeri X Kelas X Semester 2 Tahun Ajaran X.

B. Identifikasi MasalahMasalah yang timbul sehubungan dengan penggunaan metode Scientific Inquiry dan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolt dan Non Elektrolit dapat diidentifikasi sebagai berikut :1. Apakah metode mengajar Scientific Inquiry dan Demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ?2. Apakah penggunaan metode mengajar Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dalam pembelajaran Kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?3. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?4. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit ?5. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?

C. Pembatasan MasalahBerdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu pembatasan masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus antara lain :1. Objek PenelitianObjek penelitian adalah siswa kelas X Semester Genap SMA Negeri X tahun pelajaran X.2. Metode PembelajaranMetode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scientific Inquiry (untuk kelas eksperimen-1) dan metode Demontrasi (untuk kelas eksperimen- 2).3. Pokok BahasanPokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini adalah pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non elektrolit.4. PenilaianDalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian kognitif dan afektif.

D. Perumusan MasalahDengan mempertimbangkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1. Apakah pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?2. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?3. Adakah interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X ?

E. Tujuan PenelitianSesuai dengam masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan antara lain :1. Untuk mengetahui pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X2. Untuk mengetahui sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dengan metode Scientific Inquiry dan metode demonstrasi pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X Semester 2 SMA Negeri X.3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pengajaran (metode scientific inquiry dan metode demonstrasi) dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit siswa kelas X Sememster 2 SMA Negeri X.

F. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1. Manfaat TeoritisMemperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang pembelajaran kimia dengan metode Scientific Inquiry dan metode Demonstrasi dapat mempengaruhi prestasi belajar dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa.2. Manfaat Praktisa. Memberikan masukan kepada pengajar bidanng sudi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran.b. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia yang menggunakan metode Scientific Inquiry maupun yang menggunakan metode Demonstrasi pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.