Upload
dian-wijayanti
View
238
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skin Cleansing Agent Fixmakalah Print
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Produk pembersih kulit merupakan salah satu yang berperan dalam
memelihara kesehatan dan memberikan tampilan wajah dan tubuh yang menarik,
karena produk pembersih ini dapat membersihkan dan menyegarkan dengan cara
menghilangkan lemak, kotoran, debu, bakteri yang menempel di lapisan
berminyak di permukaan kulit muka dan tubuh. Membersihkan dengan air saja
tidak cukup untuk mengagkat kotoran yang menempel tersebut, sehingga
diperlukan pembersih.
Kebutuhan untuk menjaga kebersihan dan higienitas tubuh sudah dikenal
lebih dari 1000 tahun lalu. Pada tahun 1775, dimulai industri pembuatan
sabun.Pada tahun 1884 di Inggris, didirikan pabrik pembuatan sabun dan diberi
nama dagang. Keinginan untuk memberiskan dan memelihara kesegaran tubuh
berkembang pesat hingga abad ke-20 ini. Sehingga berkembang pula jenis produk
pembersih dari mulai bentuk sabun alami, sabun batang sintesis hingga tersedia
dalam bentuk cairan, dan dengan tambahan pelembab, nutrisi kulit, dan
antimikroba, sehingga dapat memelihara kebersihan, kesegaran dan penampilan
kulit yang menarik, dengan efek samping seminimal mungkin.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Produk pembersih kulit
Produk pemberish kulit adalah suatu produk yang berfungsi membersihkan
dan menyegarkan kulit dengan cara menghilangkan lemak, kotoran, debu, bakteri,
kosmetik dari muka dan tubuh.1,2
II. 2. Evolusi produk pembersih kulit
Pada tahun 1950-an produk pembersih kulit pertamakali berupa sabun
pembersih padat yang terbuat dari surfaktan alami berasal dari asam lemak tumbuhan,
yang berfungsi hanya untuk membersihkan dan memelihara higienitas, namum
memiliki efek samping berupa iritasi kulit, gatal, dan kulit kering. Untuk memenuhi
kebutuhan dan mengatasi efek samping yang tidak diinginkan tersebut, ditemukan
sabun padat sintesis yang bersifat ringan yang memiliki bahan aktif berupa surfaktan
sintesis yang dapat berfungsi membersihkan kulit, dan memiliki efek samping yang
lebih minimal. Kebutuhan masyarakt yang terus meningkat dan perkembangan
produk pembersih yang juga dapat berfungsi melembutkan kulit dengan
ditemukannya surfaktan sintesis yang bersifat lebih ringan, kombinasi dengan
2
polimer / asam amino dan pelembab yang dapat ditambahkan kedalam produk
pembersih kulit. Pada tahun 1990, berkembang produk pembersih kulit yang
berfungsi sebagai sabun pembersih tangan dan tubuh yang memiliki sifat tambahan
antibakteri yang mengandung bahan aktif tambahan berupa alkohol. Sabun
pembersih muka lebih diasosiakan untuk menjaga kebersihan, kesegaran dan merawat
penampilan kulit agar terlihat cantik. Pembersihan kotoran,lemak, kosmetik pada
kulit wajah dengan menggunakan produk pembersih kulit tanpa menyebabkan
kerusakan kulit. Saat ini, terdapat tiga jenis sabun pembersih muka yang
mengandung surfaktan, bersifat berbusa tidak mengandung atau sedikit mengandung
surfaktan, bersifat tidak berbusa kurang efektif membersihkan1
Gambar 1. Evolusi produk pembersih di Masyarakat1
II.3. Komposisi produk pembersih kulit
3
II.3.1 Surfaktan
Surfaktan atau "agen aktif permukaan" biasanya organik, senyawa
yang ampifilik, berarti mereka mengandung kedua kelompok hidrofilik dan
hidrofobik. Kombinasi dari kedua kelompok hidrofilik dan hidrofobik unik
membuat surfaktan larut dalam minyak dan air. Bagian hirofobik akan
berikitan dengan minyak/kotoran yang menempel pada kulit dan pada bagian
hidrofilik akan berikatan dengan air, sehingga kotoran akan terlarut dalam
kumpulan surfaktan (misel) di air. Surfaktan perlu hadir pada konsentrasi
yang cukup tinggi untuk membentuk sebuah misel, disebut konsentrasi misel
kritis (CMC), dan juga konsentrasi surfaktan minimum yang diperlukan untuk
membersihkan minyak, kosmetik, debu, dll.3
Ketika misel terbentuk dalam air, ekor mereka membentuk inti yang
merangkum sebuah tetesan minyak, dan mereka (ion / kutub) kepala
membentuk kulit terluar yang mempertahankan kontak dengan air. Proses ini
disebut kation emulsifikasi. Setelah emulsi, minyak dapat dengan mudah
dibilas dari kulit selama proses mencuci atau setelah dibilas . Semakin kuat
surfaktan, bahan lebih bersifat hidrofobik sehingga semakin besar kerusakan
kulit potensial dari penghapusan berlebihan alami lipid kulit, dan semakin
besar kerusakan yang terjadi pada sawar kulit, karena itu jenis surfaktan
sintesis banyak dipakai saat ini, karena lebih bersifat ringan dan kurang
menimbulkan iritasi kulit.
4
Produk baru dipasarkan menunjukkan bahwa dengan formulasi
surfaktan yang sangat kuat seperti sodium sulfat laurel (SLS) dapat ditoleransi
dengan baik oleh kulit. Semua pembersih berbasis surfaktan membutuhkan air
untuk pembilasan dan efektif untuk menghilangkan kotoran yang menempel
di permukaan kulit. Apabila pasien membersihkan kulit dengan kuat dan
terlalu sering menggunakan produk pembersih kulit akan mengakibatkan
kerusakan lipid pada permukaan kulit, sehingga mengalami iritasi dan kulit
kering.
Produk pembersih kulit yang mengandung bahan aktif surfaktan alami
ini memiliki sifat basa, pH berkisar 9-10, sendangkan kulit memiliki pH
sekitar 5. Sehingga pH kulit dapat meningkat, namun kulit memiliki kapasitas
buffer alami yang akan menetralisir perubahan pH yang diakibatkan oleh
produk pembersih. Surfaktan klasik yang digunakan dalam pembersih wajah
dikategorikan menjadi empat kelompok utama:
1. kationik surfaktan digunakan sendiri umumnya ditoleransi tidak baik, dan
sekarang jarang digunakan dalam produk perawatan kulit.
2. anionik surfaktan, seperti linear alkil sulfat, terdiri dari molekul dengan
bermuatan negatif "kepala" dan panjang hidrofobik "ekor". Surfaktan
anionik yang banyak digunakan karena memiliki sifat penyabunan dan
deterjen.
5
3. surfaktan amfoterik, seperti betain dan asam alkil amino, ditoleransi
dengan baik, busa baik, dan digunakan dalam pembersih wajah.
4. non - surfaktan ionik, seperti poliglikosida, terdiri dari molekul bermuatan
keseluruhan. Mereka sangat ringan, ditoleransi lebih baik dari anionik
maupun kationik surfaktan, namun tidak menghasilkan busa dengan baik.
Beberapa surfaktan bersifat keras pada kulit sementara yang lain
sangat ringan. Karena tersedia berbagai jenis surfaktan, tidak semua produk
pembersih mengandung jenis surfaktan yang sama. Hal ini penting bagi pasien
untuk menggunakan produk yang terbaik untuk jenis kulit mereka. Saat ini,
kebanyakan pembersih menggunakan surfaktan sintesis.3
II.3.2. Bahan tambahan dalam produk pembersih kulit
Dalam suatu produk pembersih kulit tubuh maupun muka terdapat zat tambahan
berupa:
strukturan yang berfungsi untuk menjaga stabilitas fisik berupa kepadatan
atau konsistensi suatu produk pembersih, yang biasa digunakan berupa asam
lemak rantai panjang, lilin, dan alkyl ester.
pewangi, berfungsi untuk memberikan aroma harum pada produk.
humektan, berfungsi untuk menjaga hidrasi kulit. Mengurangi dampak iritasi
dari sufaktan. Contoh : gliserol (humektan yang larut dalam air)
6
Lipid/minyak, berfungsi untuk menghambat/menutup permukaan kulit
sehingga tidak terjadi pengeluaran faktor pelembab alami (NMF / natural
moisturizer factor) berlebih segera setelah pemakaian pembersih dan
memberikan kelembaban pada kulit.
Antibakteri
Antibakteri dalam sabun biasanya mengandung triclocarban dan
triclosan. Residu zat ini tetap pada permukaan kulit setelah mencuci,
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Sabun yang mengandung zat
antibakteri yang digunakan terutama untuk mencegah bau tubuh. Mereka
juga digunakan untuk beberapa jenis infeksi kulit superfisial seperti folikulitis
(infeksi pada folikel rambut), atau jerawat.
Ada sabun lain dengan sifat antibakteri mengandung mengandung
benzoil peroksida. Zat ini merupakan agen antimikroba dan digunakan dalam
pengobatan jerawat. Sabun yang mengandung konsentrasi tinggi asam laktat
memiliki pH sekitar 3,5. Sabun yang mengandung povidone iodine bersifat
antibakteri berbasis yodium telah ditandai sifat antibakteri tetapi dapat
menyebabkan iritasi kulit.
Zat yang mempengaruhi pH kulit
Zat yang mengubah pH kulit biasanya asam, seperti asam laktat dan asam
sitrat. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan pH zat ke pH normal kulit yang
7
sehat (pH kulit normal berkisar antara 4 -6,5). Sabun tertentu dirancang untuk
sengaja menurunkan pH kulit, karena menurunkan kulit pH seharusnya
menghasilkan beberapa efek antibakteri.
Komposisi tambahan lainnya yang bertujuan spesifik berupa antimikroba
sebagai antiseptik pada sabun cuci tangan, komponen anti aging dan nutrisi
kulit.2,8
II.4. Jenis produk pembersih kulit
II.4. 1 Sabun padat
Mengandung surfaktan alami berupa alkyl carboxylate merupakan surfaktan
potensi kuat, yang dihasilkan melalui proses saponifikasi, reaksi antara trigliserida
dengan alkali. Menggunakan minyak nabati, berupa minyak sawit, kombinasi minyak
kelapa, minyak sawit dengan Castrol oil. Selain minyak nabati dapat juga digunakan
minyak hewan. Efektif membersihkan kotoran namun memiliki efek samping pada
kulit berupa , eritem, xerosis,dan pruritus.
Kekurangan sabun pembersih padat biasa, yaitu ketika menggunakan air keran
yang mengandung kalsium dan magnesium sebagai pembilas sabun. Ketika sabun
biasa digunakan dengan air keran, kalsium dan magnesium garam asam lemak
terbentuk molekul yang bersifat "lengket," tidak mudah larut garam. Garam tetap
pada permukaan kulit dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Alasan lain sabun biasa
dapat menyebabkan iritasi kulit adalah bahwa ia memiliki pH tinggi. pH sabun biasa
8
terletak di antara 9 dan 10 (dan kadang-kadang lebih tinggi dari 10) lebih tinggi dari
pH kulit normal. Namun, kulit yang sehat memiliki mekanisme untuk menyesuaikan
pH, sehingga tak lama setelah dibersihkan dengan sabun biasa, tingkat keasaman
kembali ke normal. pH kembali normal setelah 30 menit sampai dua jam setelah
sabun digunakan. Namun demikian, pada beberapa orang, perubahan mendadak
dalam pH dapat menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. 1,2,3
Oleh karena itu, saat ini di industri kosmetik telah menyesuaikan pH agen
pembersih dan produk kosmetik lainnya dengan yang kulit normal. Jenis produk
pembersih padat yang terlah dimodifikasi :
superfatted soap
dihasilkan dari porses saponifikasi yang tidak lengkap (proses netralisasi)
dengan cara menghilangkan asam lemak yang tidak bereaksi pada produk atau
menambah lemak alkohol, asam lemak atau ester selama proses pembuatan.
Bersifat lebih ringan dan melembabkan.
transparent soap
produk ini mengandung humektan kadar tinggi, berupa gliserol. Hal ini
membuat sabun batang memiliki penampilan transparan. Tetap mengandung
surfaktan potensi kuat dan bersifat pH alkali, yang masih dapat menimbulkan
iritasi. Namun hal ini diminimalisir dengan adanya gliserin, sebagai
humektan.
kombinasi sabun padat
9
Kombinasi dari surfaktan alami dengan surfaktan sintesis ringan, yang dapat
mengurangi efek iratasi pada kulit, pH tetap tinggi sekitar pH = 9-9,5.
Potensial iratasi lebih ringan dibandingkan dengan sabun batang biasa (soap
bar). 1,2,3
II.4.2. Sabun sintesis padat (Syndet bars)
Syndet bars mengandung surfaktan sintesis. Surfaktan sintesis ini
dibuat melalui proses esterifikasi, ethoxylaton, sulfonasi dari produk oil,
lemak atau petroleum. Surfaktan sintesis yang biasa ditemukan dalam syndet
bars yaitu, alkyl gliceryl ether sulfonate, alpha olefin sulfonates, betaines,
sulfosuccinates, sodium cocoyl monoglyceride sulfate, dan sodium cocoyl
isethionate. Komposisi lainnya terdapat asam lemak, lilin, dan ester. Syndet
bars memiliki pH netral.
II. 4.3. Cairan pembersih
Bahan aktif yang digunakan dalam cairan pembersih, merupakan
kombinasi anionik surfaktan, amfoterik/netral surfaktan, nonionik surfaktan
(alkyl polyglucoside) dan surfaktan yang terdiri dari gabungan asam amino
(alkyl glutamates, sarcosinates, glycinates). Mengandung komponen lainnya
seperti, pelembab, antibakteri (triclosan/ triclocarban) atau anti acne (asam
silisilat / benzoyl peroksida).
II.5. Efek produk pembersih pada kulit
10
Selama proses membersihkan kulit, stratum korneum terpapar oleh
surfaktan dengan kadar berkisar 5%-20%. Kadar tersebut mengakibatkan
kerusakan protein dan lipid stratum korneum dan meningkatkan
penguapan/pemindahan asam amino larut lemak (NMF/ natural moisturizing
factor) yang berfungsi menjaga kelembaban kulit. Keparahan kerusakan yang
terjadi bergantung jenis sufaktan, suhu air dan ketebalan lapisan kulit yang
terpapar.
II.5.1 Efek segera / efek jangka pendek
Pada saat pemakain produk pembersih kulit terjadi peningkatan hidrasi
stratum korneum, berupa peningkatan absorbsi air ke dalam stratum korneum
dan setelah dilakukan pembilasan selanjutnya terjadi evaporasi air yang terjadi
dalam 10-30 menit setelahnya. Laju evaporasi tersebut akan menurun dan
kembali ke kondisi normal. Laju evaporasi akan terus berlanjut pada kondisi
kelembaban yang rendah dan suhu rendah sehingga membuat kulit menjadi
lebih kering. Semua perubahan diatas terjadi karena dampak yang ditimbulkan
surfaktan pada protein dan lipid stratum korneum.
11
Gambar 2. Skema perubahan relatif kadar air dalam kulit saat pemakain
produk pembersih kulit1
Efek pada protein yang ditimbulkan oleh surfaktan berupa
peningkatkan absorbsi air dan mengakibatkan pembengkakan sel protein di
stratum korneum . Potensi pembengkakan sel protein yang terjadi tergantung
pada jenis surfaktan yang tekandung dalam produk pembersih kulit. Semakin
kuat potensi surfaktan yang terkandung dalam produk pembersih kulit,
12
semakin berat derajat pembengkakan sel protein yang terjadi sehingga
menyebabkan iritasi pada kulit. Selain itu surfaktan juga mengakibatkan
kerusakan lapisan korneosit yang dapat mengakibatkan hilangnya NMF
(natural moisturizing factor) dan ikatan yang terjadi antara surfaktan dan
protein mengurangi kapasitas protein sel yang berikatan dengan air, sehingga
kulit akan semakin kering dan terjadi iritasi sel. Kondisi pH alkali juga
memperberat kerusakan sel yang terjadi
Efek pada lemak yang akan berinteraksi dan terlarut oleh surfaktan
yaitu kolesterol dan asam lemak rantai rendah. Insersi surfaktan anionik dalam
membran lipid bilayer dapat menginduksi perubahan permebilitas dan
gangguan stabilitas struktur membran bilayer yang akhirnya dapat
mengakibatkan pecahnya membran bilayer.1
II.5.2. Efek kumulatif / efek jangka panjang
Lanjutan penggunaan sehari-hari dari pembersih yang menyebabkan
kerusakan jangka pendek dapat menyebabkan kulit kering, pecah-pecah,
mengelupas, eritema, dan pruritus. Sementara mekanisme rinci molekul yang
terlibat dalam efek ini belum dijelaskan sepenuhnya, berdasarkan pemahaman
saat ini, beberapa kemungkinan mekanisme dapat dihipotesiskan sebagai
berikut di bawah ini.
Kulit kering, atau xerosis, lebih dari hanya kekurangan air di stratum
kornemum. Hal ini sebenarnya sebuah gangguan dalam proses biologis yang
13
mendasari kulit normal yang sehat, yang mempengaruhi klinis serta persepsi
pasien / konsumen dari kondisi kulit. Persepsi konsumen mengenai kulit
kering yaitu dari penampakan dan perabaan kulit yang kasar. Efek visual dari
kulit kering yang dimanifestasikan dari kulit tampak berwarna keputihan dan
berkembang menjadi pecah-pecah. Kulit kering juga secara fisik kencang,
lebih rapuh, dan kurang lembut dari kulit yang lembab. Stratum korneum
rapuh dapat dengan mudah retak, menyebabkan kerusakan barier kulit.
Faktor yang menyebabkan pembengkakan yang berlebihan diikuti oleh
retensi air kapasitas di stratum korneum berkurang akan memungkinkan
korneosit membengkak dan menyusut berulang kali, dan siklus ini dapat
membuat pembengkakan dari korneosit dan sekitar lapisan lipid. Apabila terus
berlanjut dalam waktu lama, efek dapat merambat ke yang lebih dalam lapisan
kulit yang menyebabkan retak di stratum korneum, kondisi barier yang
makain buruk, dan akan mengakibatkan kehilangan air yang berlebihan.
Pengurangan kapasitas ikatan air pada stratum korneum juga dapat
membuat protein korneosit rapuh dan rentan retak. Keratin di stratum
korneum sensitif terhadap tingkat kelembaban. Kadar air dari stratum
korneum menurun,suhu meniningkat di atas suhu tubuh sehingga
menyebabkan korneosit rapuh.
14
Kulit kering terlihat telah ditemukan berkorelasi positif dengan
permukaan hidrasi kulit, tetapi tidak selalu dibarengi dengan peningkatan
kehilangan air transepidermal (TEWL), ini menunjukkan bahwa hancurnya
penghalang bukanlah persyaratan untuk kulit kering. Kerusakan kulit yang
terjadi berkelanjutan akan menyebabkan kulit retak dan pecah-pecah,
hancurnya pelindung tubuh/kulit dan akhirnya timbul iritasi.1
II.6. Faktor yang mempengaruhi potensial iritasi pada produk pembersih
Jenis surfaktan mempengaruhi potensial iritasi yang ditimbullkan pada kulit.
Surfaktan yang memiliki rantai karbon panjang (C10 – C14) memiliki potensi kuat
mengakibatkan iritasi dan bersifat pH alkali (pH 9,5 - 11). Sabun padat pada
umumnya mengandung jenis surfaktan ini. Saat membilas yang tidak bersih juga
merupakan salah satu faktor lainnya, sehingga masih terdapat surfaktan yang
menempel pada kulit.
II.7. Teknik dalam menciptakan produk pembersih dan pelembab yang aman
Langkah pertama menuju pembersih yang aman adalah untuk meminimalkan
potensi merusak terhadap protein dan lipid. Langkah berikutnya adalah untuk
mengkompensasi kerusakan dan memberikan manfaat positif terhadap kerusakan
yang terjadi dengan pemberian pelembab.
15
II.7.1 Meminimalkan Kerusakan protein
Seperti dibahas sebelumnya, surfaktan yang berinteraksi poten dengan
stratum korneum protein mengarah ke pembengkakan dan denaturasi serta berpotensi
menimbulkan eritem dan gatal. Kecenderungan surfaktan berinteraksi dengan protein
model dalam vitro juga telah dikaitkan dengan kekerasan terhadap kulit manusia.
Dengan demikian, lebih besar kecenderungan surfaktan untuk pembengkakan protein
stratum korneum.
Sementara ini korelasi empiris yang berguna sebagai pedoman untuk
penyusunan pekerjaan, asosiasi kuantitatif antara sifat surfaktan dan protein mereka
kecenderungan denaturasi yang paling berguna sebagai penguasa prediktif.
Berdasarkan hipotesis bahwa denaturasi protein adalah dasarnya karena koperasi
besar mengikat surfaktan pada ikatan protein dan peningkatan resultan muatan dari
protein, surfaktan biaya misel berkorelasi dengan zein pembubaran kecenderungan
berbagai surfaktan. Protein denaturasi memiliki telah ditunjukkan untuk skala linear
dengan kerapatan muatan surfaktan micelles. Pandangan ini telah memungkinkan
formulator untuk mengembangkan strategi baru untuk memprediksi dan
meningkatkan kelembutan pembersih. Secara umum, kerapatan muatan misel dapat
diturunkan dengan menggunakan surfaktan yang lebih besar kelompok kepala,
zwiterionik atau nonionik, dan kombinasi sinergis surfaktan yang memungkinkan
kuat interaksi yang menarik antara kepala kelompok yang mengarah ke pengurangan
kerapatan muatan keseluruhan misel.
16
Tabel 1. Pembagian jenis surfaktan berdasarkan interaksi dengan protein1
II.7.2. Meminimalkan kerusakan lipid
Kerusakan surfaktan jangka panjang pada stratum korneum lipid
mengakibatkan kerugian kumulatif dari penghalang fungsi dan fluiditas lipid
menyebabkan kulit kering berkelanjutan. Tampaknya semua surfaktan memiliki
beberapa kecenderungan untuk melarutkan lipid stratum korneum seperti kolesterol
dan asam lemak. Menariknya, APG menunjukkan potensi tinggi untuk pelarut
kolesterol berbeda dengan pembengkakan protein yang relatif rendah. Hasil ini
menunjukkan bahwa kelembutan terhadap protein tidak tentu menyiratkan
kelembutan terhadap lipid, dan mencapai kelembutan terhadap kedua protein dan
lipid secara bersamaan mungkin memerlukan penyeimbangan sifat surfaktan.
Mekanisme relatif kurang dipahami, yaitu pre-saturasi misel dengan meniru
lipid sehingga misel akan memiliki kemungkinan penurunan stratum korneum selama
mencuci, adalah pendekatan baru untuk meminimalkan interaksi surfaktan dengan
17
lipid. Hipotesis adalah bahwa asam lemak yang ditambahkan sebenarnya
meminimalkan kerusakan baik protein dan lipid oleh menggabungkan ke dalam misel
surfaktan sehingga komponen misel ringan menuju kedua protein dan lipids.
Presaturasi dari misel dengan asam lemak akan mengurangi kecenderungan misel
untuk melarutkan lipid pada stratum korneum atau lapisan bilayer kulit. Juga,
kehadiran asam lemak dapat menurunkan kerapatan muatan surfaktan misel, sehingga
meningkatkan kelembutan mereka dan tidak merusak protein.
II.7.3. Kompensasi untuk kerusakan yang terjadi dengan memberikan pelembab
Pendekatan utama untuk meminimalkan terlihat tanda-tanda kulit kering dan
augmentasi hidrasi kulit dengan lipid, minyak emolien, dan oklusif (seperti yang
digunakan dalam lotion) di bawah kondisi pembersihan. Tantangan menggabungkan
tingkat tinggi emolien menjadi formulasi stabil dan pembersihan emolien pada kulit
selama proses pencucian telah banyak diatasi dengan menggunakan khusus
terstruktur formulasi surfaktan dengan polimer kationik untuk membantu deposisi
dan retensi minyak / oklusif di kulit.
Emolien yang khas dan oklusif digunakan dalam membersihkan formulasi cair
sayuran minyak (misalnya, biji bunga matahari dan kedelai) dan petroleum jelly. Ini
adalah lebih tantangan besar untuk memberikan pelembab yang larut air seperti
gliserin dan humaktan lain untuk kulit selama proses mencuci dan, oleh karena itu,
emolien hidrofobik yang lebih umum digunakan dalam pembersih.
18
II.8. Peran pembersih yang ringan pada kasus penyakit kulit
Beberapa gangguan kulit yang umum seperti xerosis, dermatitis, psoriasis,
dermatitis atopik, jerawat, rosacea, dan keruskan akibat sinar matahari terkait dengan
kelaianan pada lapisan kulit. Kulit adalah bagian penting dari perawatan kulit.
utamanya peran, seperti disebutkan sebelumnya, adalah untuk menghilangkan
kotoran, minyak, lainnya lingkungan polutan, dan bakteri dari kulit. Namun, itu
adalah paradoks bahwa tindakan pembersihan biasanya mengarah ke pelemahan
sebuah penghalang seperti dijelaskan di atas. Oleh karena itu, tampak bahwa untuk
sebagian kulit gangguan, membersihkan dengan umum produk berbasis sabun
digunakan dapat membuktikan menantang dan menyebabkan eksaserbasi gangguan
kulit pasien.
Pentingnya pembersihan dengan menggunakan pembersih padat yang ringan
pada kondisi seperti jerawat, rosacea, atopik infeksi kulit dari hasil penelitan
didapatkan perbaikan. Pada pasien yang sedang menjalani terapi menggunakan Retin
A dan dikombinasikan degan sabun sintesis padat, didapatkan hasil perbaikan yang
signifikan dalam kekeringan, kesehatan kulit, penampilan kulit, kelembutan, dan
kelancaran diamati setelah menggunakan pembersih sintesis yang ringan untuk 4
minggu.1,6,7
II.9. Pembersih Wajah
19
Pembersihan wajah tidak hanya sarana untuk mengangkat kulit mati, kotoran,
minyak sebasea, dan kosmetik, tetapi juga langkah pertama dalam rutinitas perawatan
kulit secara keseluruhan, mempersiapkan kulit untuk pelembab dan perawatan
lainnya. Pembersihan wajah juga memiliki peran penting sebagai perawatan,
pembaharuan dan peremajaan kulit.
Banyak teknologi pembersihan - mulai dari air ke sabun tradisional padat -
yang tersedia untuk memenuhi wajah membersihkan kebutuhan jenis kulit yang
berbeda. Berikut gambaran dari banyak pembersih wajah yang tersedia, membahas
teknologi terbaik cocok untuk setiap jenis kulit dan pembersih, dan memberikan
pemahaman substrat mendalam - berdasarkan pembersih wajah, yang merupakan
teknologi terbaru yang tersedia untuk pembersih muka.
Baru-baru ini, selama 20 tahun terakhir, khusus pembersih wajah telah
menjadi sangat utama, hasil dari kemajuan teknologi pembersih wajah yang efektif
dan efek samping minimal.
Meskipun banyak produk pembersih muka yang tersedia, produk ini terbagi
secara umum menjadi empat ciri-ciri:
1.untuk membersihkan kulit
2.untuk memberikan tingkat dasar pengelupasan kulit;
3.untuk menghapus mikroorganisme yang berpotensi membahayakan, dan
20
4.untuk menyebabkan kerusakan minimal pada epidermis dan stratum
korneum.
Selain itu, pembersih wajah yang diperlukan untuk menghapus bahan kimia
dan bahan biologis, membersihkan makeup, kulit berminyak dan bagian atas lapisan
stratum korneum. 4,5
Fungsi pembersih wajah yaitu menggunakan bahan akitif berupa surfaktan
yang keras dan / atau pencucian kulit dapat mengakibatkan pengelupasan atau distorsi
dari stratum korneum dan lipid interseluler, yang dapat menyebabkan fungsi sawar
kulit berkurang . Mekanisme yang pembersihan adalah dicapai dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori utama:
1 pembersih dari bahan kimia;
2 pembersih dengan tindakan fisik; dan
3 kombinasi keduanya kimia dan tindakan fisik
Pembersih kimia terdiri dari dua kelas bahan kimia yang digunakan dalam
pembersih wajah dan bertanggung jawab untuk efek pembersihan: surfaktan dan
pelarut. Kedua jenis bahan kimia berinteraksi dengan kotoran, tanah, dan kulit untuk
menghapus materi yang tidak diinginkan. Surfaktan dan pelarut kerja melalui dua
mekanisme kimia yang berbeda untuk efek penghapusan bahan-bahan ini. Memahami
21
mekanistik perbedaan produk pembersih berdasarkan pada kebutuhan individu
pasien.
Pembersih fisik merupakan sebuah alternatif untuk pembersihan kimia. Pada
dasarnya, fisika, terutama dalam bentuk gesekan, memiliki peran penting dalam
pembersihan. Dalam pembersihan wajah, gesekan dihasilkan terutama oleh interaksi
langsung dari kain lap, tisu, kapas bola, atau kain pembersihan dan permukaan kulit.
Gesekan bekerja untuk membantu mengusir kotoran, serta sebagai peningkatan
interaksi antara agen pembersih kimia (surfaktan dan pelarut) dengan kotoran.3
Jenis pembersih wajah terdapat tujuh bentuk primer dan populer. Pembersih
ini dapat dikategorikan sebagai berikut: penyabunan pembersih; pembersih emolien;
susu; scrub; toner; kain pembersih wajah dalam bentuk kering dan kain pembersih
wajah basah. Masing-masing bentuk dijelaskan secara rinci di bawah.3
Untuk memilih pembersih yang paling tepat, dokter harus mempertimbangkan
jenis kulit, masalah kulit, dan alergi kulit. Bagian berikut memberikan panduan
referensi singkat dan alat untuk membantu dalam pemilihan pembersih berdasarkan
pada jenis kulit pasien, kebutuhan pembersihan, dan preferensi. Panduan seleksi
dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1 pemilihan berdasarkan jenis kulit;
2 pemilihan berdasarkan jenis pembersih; dan
22
3 pemilihan berdasarkan masalah kulit.
Pemilihan produk pembersih wajah disesuaikan dengan jenis kulis. Langkah
pertama dalam memilih pembersih wajah adalah untuk menilai jenis kulit pasien dan
untuk mengkategorikan sebagai kering, berminyak, atau normal. Setelah jenis kulit
telah ditentukan, menilai masalah kulit, seperti jerawat, flek berlebihan, dan
kekeringan 3.
Tabel 2. Pedoman pemilihan pembersih wajah berdasarkan tipe kulit
23
BAB III
KESIMPULAN
Produk pembersih kulit merupakan salah satu produk perawatan kulit.
Digunakan untuk membersihkan kotoran, lemak dan polutan lingkukan dan
bakteri dari kulit.
Produk pembersih kulit terdiri dari bahan aktif berupa surfaktan (alami
maupun sintesis), serta bahan tambahan lainnya, yaitu strukturan, parfum,
humektan, emollient, antibakteri dan nutrisi kulit lainnya.
Sebaiknya menggunakan produk pembersih kulit yang mengandung surfaktan
sintesis yang bersifat lebih aman karena memiliki efek iritasi minimal,
minimal kerusakan pada protein dan lemak, minimal kehilangan NMF pada
kulit.
Pada produk pembersih kulit dapat ditambahkan pelembab ataupun emolient
untuk memperbaiki dampak iritasi maupun untuk menghambat kehilangan
cairan.
Cairan pembersih wajah terdapat berbagai pilihan dan sebaiknya disesuikan
dengan jenis kulit seseorang.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Baumann, Leslie. 2009. Cleansing agents. Cosmetic Dermatology Principles
and Practice. 2nd ed p263-271
2. Shai, Avi. 2009. Skin cleansing. Handbook of cosmetic skin care. 2nd ed p23-
40.
3. Hasenoehrl, Erik. 2010. Facial cleansers and cleansing cloths. Cosmetic
dermatology products and procedures.
4. Mukhopadyang, Partha. 2011. Cleansers and their role in various
dermatological disorders. Indian Journal of Dermatology. 56 (1) : 20-6
5. Moldovan, Mirela. 2010. Influence of cleansing product type on several skin
parameters after single use. Farmacia. 58 (1)
6. Levin, Jacquelyn. 2011. A guide to the ingredients and potential benefits of
over the counter cleansers and moisturizers for rosacea patients. The journal
of clinical and Aesthetic dermatology. Volume 8.
7. Correa, Catherine. 2012. Management of patients with atopic dermatitis : the
role of emollient therapy. Dermatology research and practice.
8. Draelos, Zoe. 2013. Hidrophobically modified polymares can minimize skin
irritation potential caused by surfactant based cleansers. Journal of cosmetic
dermatology. 12 (4) : 314-321.
25