11
Tema Praktikum : Skrining Fitokimia Nama Tanaman : Zingiber officinale linn var rubrum Nama Simplisia : Zingiber officinale linn var rubrum Rhizoma Laboratorium : Farmakognosi 1. Latar Belakang Jahe merupakan salah satu jenis rempah-sempah yang berasal dari negeri Timur dan telah dikenal di Eropa, Yunani dan Roma. Negara-negara penghasil jahe terbesar di dunia adalah India, Kalkuta, Jamaika , Jepang dan Cina Selatan. Indonesia pun termasuk salah satu negara penghasil jahe karena memiliki iklim yang sesuai untuk pertumbuhan jahe sehingga tanaman jahe mudah tumbuh dengan subur di Indonesia. Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dari pada jahe putih. 2. Tujuan 2.1 Mampu melakukan prosedur skrining fitokimia simplisia jahe merah 2.2 Mampu menganalisis golongan kimia simplisia jahe merah 3. Manfaat

Skrining fitokimia (benediktus)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FARMASI

Citation preview

Page 1: Skrining fitokimia (benediktus)

Tema Praktikum : Skrining Fitokimia

Nama Tanaman : Zingiber officinale linn var rubrum

Nama Simplisia : Zingiber officinale linn var rubrum Rhizoma

Laboratorium : Farmakognosi

1. Latar BelakangJahe merupakan salah satu jenis rempah-sempah yang berasal dari negeri Timur dan telah dikenal di Eropa, Yunani dan Roma. Negara-negara penghasil jahe terbesar di dunia adalah India, Kalkuta, Jamaika , Jepang dan Cina Selatan. Indonesia pun termasuk salah satu negara penghasil jahe karena memiliki iklim yang sesuai untuk pertumbuhan jahe sehingga tanaman jahe mudah tumbuh dengan subur di Indonesia.Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dari pada jahe putih.

2. Tujuan2.1 Mampu melakukan prosedur skrining fitokimia simplisia jahe merah2.2 Mampu menganalisis golongan kimia simplisia jahe merah

3. Manfaat3.1 Menambah pemahaman dalam melakukan prosedur skrining fitokimia simplisia jahe

merah3.2 Meningkatkan kemampuan analisa dalam menganalisis golongan kimia simplisia jahe

merah

4. Tinjauan Pustaka4.1 Fitokimia

Fitokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya. (Rahway, 1960)

4.2 Skrining Fitokimia

Page 2: Skrining fitokimia (benediktus)

Skrining (penapisan) fitokimia adalah cara atau metode yang digunakan untuk mengetahui insformasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan dalam proses pengisolasiannya. Selain itu, skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui potensial pemanfaatan suatu tanaman.

4.3 Alkaloid4.3.1 Pengertian Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen dari tumbuhan murni, berupa senyawa heterolitik yang kompleks struktur dan hampir semuanya mempunyai kereaktifan farmakologi yang baik. Setelah diekstraksi alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.

4.3.2 Sifat AlkaloidUmumnya kristal padat (ada juga yang cair), memutar bidang polarisasi clevo, larut air tetapi ada juga yang tidak larut, bersifat basa N, pahit, membentuk endapan bila ditambahkan dengan asam tamat dan fosfomolibdat yang merupakan cara pemisahan dan pemurnian serta sebagai antidetum.

4.3.3 Identifikasi AlkaloidIdentifikasi biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan-larutan pereaksi yang khas yang umumnya merupakan pereaksi-pereaksi yang dapat membentuk endapan dengan alkaloid, misalnya pereaksi Mayer dan pereaksi Dragendorff.

4.4 Flavonoid4.4.1 Pengertian Flavonoid

Flavonoid terdapat secara universal pada tanaman sebagai kelompok tunggal senyawa cincin oksigen yang terbesar. Terdapat dalam berbagai warna pada jaringan tanaman dan retenoid misalnya, memiliki sifat insektisidal, kerangka dasarnya terdapat pada flavon.

4.4.2 Senyawa-senyawa FlavonoidSenyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzen yang dihubungkan menjadi 1 rantai oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon.

Kerangka ini dapat ditulis sebagai cincin C6-C3-C6, jadi senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diarilpropana.

4.4.3 FlavonFlavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini.

4.4.4 Sifat Kelarutan FlavonoidSifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air sedangkan dalam bentuk glikosida yang termentilasi larut dalam eter. Sebagai glikosida ataupun aglikan senyawa flavonoid tidak dapat larut dalam petroleum eter. Dari tumbuhan glikosida dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat polar, misal : metanol dan etanol.

Page 3: Skrining fitokimia (benediktus)

4.4.5 Identifikasi FlavonoidIdentifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-wistater dimana freaksi ini terutama akan diberikan oleh senyawa flavon, merah sampai merah tua oleh flavanol atau flavonon dan warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon dan glikosida.

4.5 Saponin4.5.1 Pengertian Saponin

Saponin merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari saponin adalah bahwa apabila dikocok maka saponin menimbulkan busa. Saponin dapat menimbulkan terjadinya hemolisis terhadap butir darah merah binatang berdarah dingin. Saponin pada umumnya erasa pahit, larut dalam pelarut organik seperti kloroform karena senyawa ini merupakan senyawa glikosida maka hisrolisisnya menghasilkan aglikon dan bagian senyawa gula.

4.5.2 Uji Identifikasi SaponinSalah satu cara untuk mengidentifikasi saponin adalah dengan mengocoknya kuat-kuat. Bila mengandung saponin maka akan menimbulkan gelembung atau busa.

4.6 Tanin4.6.1 Pengertian Tanin

Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama banyak terdapat dalam daun teh, bayam yang dapat diekstrak dengan air dan larutan alkalin. Warnanya kuning coklat. Secara tradisional digunakan dalam menyamak kulit. Tingginya zat-zat tersebut menghambat penyerapan Fe.

4.6.2 Sifat TaninTanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan, dalam larutan air membentuk larutan koloiadal, bereaksi dengan asam, dapat membentuk ikatan silang yang stabil dengan protein dan bimpolimer.

4.7 Terpen4.7.1 Pengertian Terpen

Terpen mempunyai definisi awal sebagai hasil alam lain dengan rasio karbon hidrogen 5-8. Kemudian diketahui terpen ini tersusun dari sneyawa-senyawa yang mengandung suatu gabungan kepala dan ekor dari suatu isopren. Untuk menekankan hubungan ini terpen disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung lebih dari satu satuan isoprena. Molekulnya dapat berupa rantai terbuka atau siklik. Mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugusan karbonil atau gugus lain.

4.8 Steroid/Triterpenoid4.8.1 Identifikasi Steroid dan Triterpenoid

Suatu zat yang mengandung steroid akan memberikan hasil positif berupa larutan berwarna hijau bila ditambahkan dengan CH3COOH dan akan berwarna merah saat penambahan asam sulfat pekat.

4.9 Jahe MerahTumbuhan rumpun berbatang semu yang termasuk dalam suku temu-temuan dan juga sekeluarga dengan temu-temuan lain seperti temu lawak. Jahe merah memiliki ciri warna kulit yang lebih merah dibandingkan dengan jahe emprit dan jahe gajah. Jahe merah juga memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis jahe lainnya.

Page 4: Skrining fitokimia (benediktus)

4.10 Analisa Larutan4.10.1 Amonia (NH3)

Memiliki bau yang khas dan menusuk hidung, larut dalam air dan dalam alkohol dan eter. Ammonia yang diperdagangkan mengandung 25%, memiliki BM = 39,05 g/mol, e=0,91 g/mol

4.10.2 KloroformBM = 119,3 g/mol, diperoleh dengan mereaksikan Cl2 dengan aseton/alkohol, bersifat volatil, densitas 1,484, C=18,05%, H=0,84%, Cl=89, 10%

4.10.3 HClSenyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, titik leleh= -14 dan titik didih = -850C, dapat mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.

4.10.4 Aquades (H2O)Densitas 1g/mol, BM=18 g/mol, BP=1000C, MP=00C, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, merupakan basa lemah, larut dalam alkohol dan eter, merupakan pelarut universal.

4.10.5 NaOHKristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara, larut dalam air, alkohol, titik didih=1939oC dan titik leleh=318oC.

4.10.6 Pereaksi DragendorffDibuat dengan 2,54 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam 10 ml H2O dan diencerkan sampai 100 ml lalu ditimbang.

4.10.7 Pereaksi MayerMengandung 1,3 g K2(HgI4), dibuat dengan melarutkan KI dalam larutan raksa (III) klorida dalam 100 ml air, dengan basa nitrogen membentuk endapan putih sampai kuning.

4.10.8 MgBA=24,32 g/mol, valensi=2, logam putih silver, oksidasi berjalan lambat diudara, td=110OC, tl=615oC, densitas=1,738 g/mol

4.10.9 H2SO4

Berbentuk kental dan tidak berwarna, merupakan asam kuat, asam organik. Bersifat sebagai oksidator.

4.10.10 Asam Asetat AnhidratZat cair tanpa warna dan berbau sangit, asam organik lemah, disebut juga asam cuka, membeku pada 290 K, BM=60 g/mol, digunakan untuk membentuk selulosa asetat.

4.10.11 Amiloalkohol

Page 5: Skrining fitokimia (benediktus)

Berbentuk cairan, jernih, dan tidak mudah menguap, larut dalam air, bersifat tidak korosif.

4.10.12 FeCl3

BM=162,2 g/mol, higrskopis, berbentuk heksadentat, larut dalam air, alkohol dan eter.

4.10.13 Larutan GelatinLarutan tidak berwarna, transparan, bersifat rapuh, larut dalam air panas, gliserol dan asam asetat, tidak larut dalam pelarut organik.

4.10.14 Natrium AsetatBM=13,09 g/mol, larutan tidak berwarna, kristal transparan, butiran putih, densitas=1,45 g/ml, titik leleh 58oC

5. Metode5.1 Alat

a. Kurs porselinb. Corong gelasc. Pipet tetesd. Gelas ukure. Tabung reaksif. Beaker glassg. Plat tetesh. Bunseni. Kapas

5.2 Bahana. Simplisia Zingiber officinale linn var rubrum Rhizomab. Amoniac. Khloroformd. HCle. Pereaksi Dragendorfff. Pereaksi mayerg. H2SO4

h. Asam asetat anhidrati. Serbuk Mgj. Amiloalkoholk. FeCl3

l. Larutan gelatinm. Pereaksi steasnyn. NaOH

Page 6: Skrining fitokimia (benediktus)

5.3 Prosedur Kerjaa. Uji Alkaloid

b. Uji Saponin

Page 7: Skrining fitokimia (benediktus)

c. Uji Flavonoid

d. Uji Tanin

Page 8: Skrining fitokimia (benediktus)

e. Uji Steroid atau Terpenoid

6. Hasil7. Pembahasan8. Kesimpulan