If you can't read please download the document
Upload
andris-bakhtiar
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISA PENGARUH HAMBATAN CINCIN TERHADAP
KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Jurusan Teknik Mesin
Di susun oleh :
CONDRO SUGIARTO
NIM : 101020200012
JURUSAN TEKNIK MES IN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2015
ii
ANALISA PENGARUH DIAMETER HAMBATAN TERHADAP
KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE
Usulan Penelitian Untuk Skripsi S1
Jurusan Teknik Mesin
Yang diajukan oleh:
CONDRO SUGIARTO
NIM : 101020200012
Telah disetujui
Tanggal persetujuan : 12 Maret 2015
Ketua jurusan Dosen pembimbing
Edi Widodo ST.,MT ALI AKBAR ST.,MT
NIK. 210386 NIP.197302012005011001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA PENGARUH HAMBATAN
TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE
Yang Diajukan Oleh:
CONDRO SUGIARTO
101020200012
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 03 Febuari 2015 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua : Ali Akbar, ST.,MT
NIP : 197302012005011001
Penguji I
NIK :212476
Penguji II : Edi Widodo, ST.,MT
NIK : 210386
Penguji III : Iswanto, ST.,MT
NIK :207319
Sidoarjo, 03 Febuari 2015
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Dekan Fakultas Teknik
(Izza Anshory,ST.,MT)
NIK .202239
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Pasuruan, Pada tanggal 27 maret 1992
dari Ayah Adi dan Ibu Dariati. Penulis merupakan putra pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari MI Mambaul khoir sekar talang Kecamatan
Prigen Kabupaten Pasuruan, dan pada tahun yang sama diterima di SMP Negri 2
Sukorejo Kabupaten pasuruan. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negri 2
Sukorejo Kabupaten pasuruan, dan pada tahun yang sama diterima di SMK Negri
1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan di Jurusan Teknik Mekanik Otomotif.Pada tahun
2010 penulis lulus dari SMK Negri 1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Pada tahun
2010 memutuskan untuk kuliah di UMSIDA (Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo) Jurusan Mesin, Fakultas Teknik.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan kesehatan, shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan hidup yang baik
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul
memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Dalam suatu penelitian aliran dua fase ini diharapkan teliti dalam
menganalisa.Penulis mencoba menganalisis permasalahan yang timbul dalam
pengaruh diameter hambatan terhadap karakteristik aliran dua fase berhubungan
dengan pressure drop pada aliran dua fase pada pipa vertikal dan horizontal.
Secara umum parameter parameter yang diperhatikan diantaranya debit fluida
cair dan gas, viskositas fluida, flow patern, tegangan geser antar fase dan
konfigurasi pipa.
Penulis berharap agar skripsi ini akan memberikan manfaat bagi , fakultas,
maupun penulis.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Sidoarjo, 2015
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Analisa pengaruh
diameter hambatan terhadap karakteristik aliran dua fase
melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan kontribusi kepada skripsi ini.
1. Drs. Hidayatullah, M.Si.selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
2. Bapak Izza Anshory, ST.,MT.selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Bapak Edi Widodo, ST., MT.selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
4. Bapak Ali Akbar, ST.,MT.selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta perbaikan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
masukan dan saran dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua yang tercinta,serta keluarga yang selalu mendukung
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman- teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan banyak
bantuan dalam proses selama hampir 4 tahun di kampus.
vii
ABSTRAK
Karakteristik aliran dua fase selalu menarik untuk dikaji karena fenomena-
fenomena yang diakibatkannya. Aliran duafase adalah merupakan bagian dari
aliran multifase. Penggunaan pipa vertikal sangat luas seperti pada sistem
transportasi perpipaan karena fleksibiltasnya untuk jaringan dan distribusi. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pipa vertikal
terhadap karakteristik pressure drop pada aliran dua fase gas-cairan. Penelitian
yang dilakukan secara eksperimental mengunakan pipa transparan dengan
diameter dalam 36 mm pada pipa vertikal serta air sebagai fluida kerja cairan dan
udara sebagai fluida kerja gas. Variasi yang dilakukan adalah kecepatan
superficial cairan antara dari 3 l/m 9 l/m. Pengukuran pressure drop pipa vertikal
diukur dengan menggunakan manometer U sedankan variasi hambatan antara
lain:1,2 cm,1,4cm,1,6 cm.Hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pressure drop aliran satu fase pada pipa vertikal akan semakin meningkat dengan
semakin besar bilangan Reynolds superficial cairan (Resl). Sedangkan pressure
drop pada aliran dua fase lebih rendah dibanding aliran satu fase. Untuk aliran dua
fase dengan peningkatan bilangan Reynolds superficial gas (Resg) atau semakin
pressure drop di bidang uji vertikal
menurun pada setiap bilangan Reynolds superficial cairan(ReSL).
Kata kunci : pipa vertikal, aliran dua fase gas-cairan, pressure drop
viii
Abstract
Characteristics of two-phase flow is always interesting to study because
the resulting phenomena. Duafase flow is part of multiphase flow. The use of
vertical pipe is very broad as in the pipeline transportation system because
fleksibiltasnya for network and distribution. In this study aims to determine the
effect of the vertical pipe to the characteristics of the pressure drop in the flow of
the gas-liquid two-phase. Research carried out experimentally using a
transparent pipe with an inside diameter of 36 mm in the vertical pipe and water
as the working fluid liquid and air as the working fluid gas. Variations that do are
superficial velocity of the fluid between 3 l / m - 9 l / m. Measurement of vertical
pipe pressure drop is measured using a manometer U . variation barriers include:
1.2 cm, 1,4cm, 1.6 cm.research can be concluded that the pressure drop in the
flow of the phase vertical pipe will increase with greater superficial liquid
Reynolds number (Resl). While the pressure drop in the two-phase flow is lower
than single-phase flow. For the two-phase flow with increasing superficial gas
drop in vertical test decreased in every superficial liquid Reynolds number (Resl).
Keywords: vertical pipe, the flow of gas-liquid two-phase, the pressure drop
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitihan .............................................................................................. 4
1.5 Manfaat penelitian .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
2.1 Penelitihan Terdahulu ......................................................................................... 6
2.2 Aliran Dua Fase .................................................................................................. 7
2.3 Flooding .............................................................................................................. 8
2.4 Hambatan ........................................................................................................... 10
2.5 Sistem Likuid Gas .............................................................................................. 11
2.5.1 Konfigurasi aliran ...................................................................................... 11
2.5.2 Pola Aliran ................................................................................................ 11
2.5.3 Pipa vertikal .............................................................................................. 12
x
2.5.4 Penentuan Konfigurasi aliran pipa vertikal .............................................. 12
2.5.5 Pipa Horizontal ......................................................................................... 13
2.5.6 Penentuan konfigurasi aliran pipa horizontal ........................................... 14
2.6 Penurunan Tekanan Aliran Dua Fase Melewati Pengecilan Pipa ....................... 15
2.7 Kecepatan kritis .................................................................................................. 17
2.8 Viskositas ........................................................................................................... 18
2.9 Massa Jenis (Density) ......................................................................................... 18
2.10 Penurunan Tekanan (Pressure Drop) ................................................................. 18
2.11 Aliran Terpisah (Terstratifikasi) ........................................................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 20
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 20
3.2 Hipotesa ...............................................................................................................20
3.3 Metode Penelitian .............................................................................................. 20
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 22
3.5 Variabel Penelitian .............................................................................................. 22
3.6 Instalasi Penelitian .............................................................................................. 23
3.7 Alat Dan Bahan ................................................................................................... 24
3.7.1 Alat ........................................................................................................... 24
3.7.2 Bahan ........................................................................................................ 25
3.8 Diagram alir penelitian ....................................................................................... 28
3.9 Prosedur Pengambbilan Data ............................................................................. 29
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 30
4.1 Data Penelitian .......................................................................................................... 30
4.2 Perhitungan data aliran dua fase ............................................................................... 31
4.2.1 Contoh perhitungan konversi............................................................................ 32
4.2.2 Contoh perhitungan kecepatan superficial air ................................................. 32
4.2.3 Contoh perhitungan kecepatan superficial udara.............................................. 33
4.3 Tabel perhitungan data dengan hambatan 1,2 cm variasi awal air ............................ 34
4.4 Tabel perhitungan data dengan hambatan 1,2 cm variasi awal udara ........................ 35
4.5 Pembahasan ............................................................................................................... 36
4.5.1 Analisa grafik water injektor berbentuk hambatan diameter 1,2 1,4 1,6 ........... 36
xi
4.5.1.1 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,2 cm
pada berbabagai debit air .................................................................................. 36
4.5.1.2 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,4 cm
pada berbabagai debit air .................................................................................. 38
4.5.1.3 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,2 cm
pada berbabagai debit air .................................................................................. 39
4.5.2.1 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,2 cm
pada berbabagai debit udara ............................................................................. 40
4.5.2.2 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,4 cm
pada berbabagai debit udara ............................................................................. 41
4.5.2.3 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,6 cm
pada berbabagai debit udara ............................................................................. 42
4.5.3.1 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan
hambatan 1,2 cm pada berbagai debit air ......................................................... 43
4.5.3.2 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan
hambatan 1,4 cm pada berbagai debit air ......................................................... 44
4.5.3.3 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan
hambatan 1,6 cm pada berbagai debit air ......................................................... 45
4.5.4.1 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan
1,2 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 46
4.5.4.2 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan
1,4 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 47
4.5.4.3 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan
1,4 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 48
4.5.2 Debit terjadinya awal flooding .............................................................................. 49
4.5.3 Kecepatan superficial terjadinya awal flooding .................................................... 49
4.6 Analisa pola aliran water injector berbentuk hambatan berdiameter 1,2 cm
1,4 cm 1,6 cm ....................................................................................................... 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 55
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 55
5.2 Saran ........................................................................................................................... 56
xii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Data penelitian untuk hambatan 1,2 cm variasi awal air ............................. 34
Tabel 4.4 Data penelitian untuk hambatan 1,2 cm variasi awal udara .......................... 35
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan
1,2 cm ......................................................................................................... 36
Grafik 4.2 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan
1,4 cm ......................................................................................................... 38
Grafik 4.3 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan
1,6 cm ......................................................................................................... 39
Grafik 4.4 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan 1,2
cm ............................................................................................................... 40
Grafik 4.5 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan
1,4 cm ......................................................................................................... 41
Grafik 4.6 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan 1,6
cm ............................................................................................................... 42
Grafik 4.7 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada
hambatan 1,2 cm ........................................................................................ 43
Grafik 4.8 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada
hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 44
Grafik 4.9 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada
hambatan 1,6 cm ........................................................................................ 45
Grafik 4.10 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada
hambatan 1,2 cm ........................................................................................ 46
Grafik 4.11Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada
hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 47
Grafik 4.12Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada
hambatan 1,6 cm ...................................................................................... 48
Grafik 4.13 Hubungan debit air terhadap debit udara saat flooding ............................. 49
Grafik 4.14 Hubungan kecepatan superficial udara saat awal flooding ........................ 49
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Flooding ..................................................................................... 9
Gambar 2.2 Pola Aliran Pipa Vertikal .............................................................................. 12
Gambar 2.3 Diagram Aliran Hewitt-Robert untuk pipa vertikal ...................................... 13
Gambar 2.4 Pola Aliran Pipa Horizontal .......................................................................... 14
Gambar 2.5 Diagram Tatitel dan dukler untuk pipa vertika ............................................. 15
Gambar 2.6 Profil Satu fase cair ....................................................................................... 16
Gambar 2.7 Profil Perubahan Tekanan ............................................................................. 17
Gambar 2.8 Aliran dua fase terpisah ................................................................................. 19
Gambar 3.1Diagram kerangka penelitian............................................................................21
Gambar 3.2 Instalasi Penelitian........................................................................................ 23
Gambar 3.3 Desain Diffuser Water Injector ..................................................................... 25
Gambar 3.4 Desain Nossel Water Injector ....................................................................... 26
Gambar 3.5 Desain hambatan cincin................................................................................. 27
Gambar 3.6 Diagram alir penelitian .................................................................................. 28
Gambar 4.1 Visualisasi mekanisme terjadinya flooding................................................... 51
Gambar 4.2 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 3 lpm ............ 52
Gambar 4.3 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 5 lpm............. 53
Gamabr 4.4 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 7 lpm............. 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hambatan dengan diameter 1,2 cm ....................................................................... 58
a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 58
b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 58
c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 59
d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 59
2. Hambatan dengan diameter 1,4 cm ....................................................................... 60
a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 60
b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 60
c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 61
d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 61
3. Hambatan dengan diameter 1,6 cm ....................................................................... 62
a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 62
b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 62
c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 63
d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 63
4. Pengolahan data aliran dua fase berlawanan arah udara dan air.............................64
a. Hambatan 1,2 cm .......................................................................................... 64
b. Hambatan 1,4 cm .......................................................................................... 65
c. Hambatan 1,6 cm .......................................................................................... 66
5 Pengolahan dataaliran dua fase berlawanan arah air dan udara .......................... 67
a. Hambatan 1,2 cm ......................................................................................... 67
b. Hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 68
c. Hambatan 1,6 cm ....................................................................................... 79
6 Grafik perbandingan hambatan cincin 1,2 cm 1,4 cm 1,6 cm ........................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran dua fase adalah aliran fluida yang terdiri dari dua macam zat yang
berbeda fase yang mengalir secara bersamaan dalam suatu saluran. Misalnya,
aliran dua fase air dan udara, aliran dua fase cair-padat atau aliran dua fase gas-
padat. Aliran dua fase ini banyak ditemukan pada berbagai instalasi mesin, seperti
instalasi pompa air lumpur yang mengalirkan zat cair dan padat atau pada instalasi
Air Condition yang mengalirkan fluida freon dalam fase gas dan cair.Pada aliran
satu fase, pressure drop dipengaruhi oleh Reynolds number yang merupakan
fungsi dari viskositas, berat jenis fluida dan diameter pipa. Sedangkan aliran dua
fase mempunyai fenomena yang sangat kompleks disamping dipengaruhi oleh
Reynolds number pada aliran dua fase juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah interaksi antar fase, pengaruh deformasi permukaan dan
pergerakan antar fluida, pengaruh ketidakseimbangan fase, perubahan pola aliran
dan hambatan-hambatan yang ada didalam pipa.
Dalam aliran dua fase air dan udara seringkali terjadi fenomena flooding.
Flooding adalah peristiwa pembalikan arah aliran fluida cair yang semula
kebawah menjadi keatas searah dengan aliran udara, faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya flooding antara lain diameter dan panjang saluran,
kekasaran permukaan dinding saluran, dan system inlet dan outlet saluran. Dalam
aliran dua fase berlawanan arah juga tidak menutup kemungkinan terjadinya
hambatan-hambatan yang terjadi seperti sambungan,kerakdan lain-lainnya yang
bisa menyebabkan terjadinya flooding lebih cepat.Batas aliran berlawanan arah
(counter-current flow limitation) terjadi bila kecepatan aliran air yang mengalir ke
bawah dan udara mengalir ke atas melebihi harga kritisnya, maka sebagian air
akan terangkat ke atas searah dengan aliran udara, fenomena ini disebut onset of
flooding. Fenomena flooding dan karakteristik aliran dapat memengaruhi kinerja
peralatan-peralatan industri seperti kondensor, evaporator, kolom destilasi, reaktor
kimia gas cair. Peristiwa flooding akan sangat berbahaya bila terjadi pada sistem
pendingin reaktor nuklir. Bila inti reaktor menjadi kering sebagian atau
2
keseluruhan, kemudian diusahakan pendinginan dari atas menggunakan air dingin
yang diinjeksikan dari Emergency Core Cooling(ECC). Bila uap hasil pendidihan
(flashing) ini mengalir ke atas dan menghambat aliran air pendingin kebawah
sehingga mengakibatkan gagalnya pendinginan pada inti reaktor tersebut (Collier,
1972). Keadaan ini disebut LOCA (Loss of Cooling Accident). Pada kasus
kegagalan pendingin pada inti reaktor, temperatur permukaan dinding inti reaktor
meningkat secara tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan lelehnya material
dinding. Secara bersamaan kenaikan temperatur tersebut menyebabkan
terbentuknya uap yang melebihi dari yang diizinkan untuk mempertahankan
pendinginan seperti yang terjadi pada pipa panas (hot leg). Hot leg adalah pipa
panas yang menghubungkan antara inti reaktor dengan steam generator seperti
pada PLTN tipe Pressurized Water Reactors (PWR). Peristiwa flooding telah
mendapat perhatian khusus dalam berbagai riset di industri nuklir terutama pada
reaktor nuklir jenis PWR. Kecelakaan yang ditimbulkan oleh kerusakan fatique
pada sistem perpipaan adalah kecelakaan yang dialami oleh salah satu PLTN di
Jepang tahun 2004 yang akibatnya antara lain, membuat sebagian masyarakat
ragu terhadap keberhasilan proyek pengembangan nuklir di sana. Sementara itu,
kecelakaan yang disebabkan oleh sistem reaktor pendingin PLTN Fukoshima
Jepang yang tidak berfungsi, menyebabkan tekanan dan suhu gas pada inti reaktor
(reactor core) sangat tinggi. Tekanan dan suhu tersebut menyebabkan ledakan.
Menurut Munson dkk. (2002) kecelakaan yang diakibatkan oleh kurangnya laju
pendinginan pada reaktor nuklir (smal break loss of coolant accident, SBLOCA)
dapat terjadi secara cepat.
Penelitian tentang fenomena flooding banyak diteliti, diantaranya
Mahmudin dkk. (2008) yang menyatakan tebal film dan fenomena dengan
menggunakan suatu instalasi water injector berbentuk annular berlubang banyak.
Proses flooding terjadi pada kecepatan aliran udara 2,904 m/s.water injector
berbentuk annular berlubang banyak menemukan bahwa bila air yang terbawa
oleh aliran udara semakin banyak maka air yang mengalir ke seksi uji semakin
Dalam aliran dua fase udara dan air juga dapat dimungkinkan terjadinya
kerak yang terjadi didalam sistem perpipaan, sambungan pada sistem perpipaan,
3
pengecilan dan pembesaran sistem perpipaan dan lain-lainnya. Yang
menyebabkan terjadinya fenomena flooding.Oleh karena itu fenomena flooding
perlu diteliti untuk diminimalisir hingga aliran air dalam pipa pada aliran dua fase
air dan udara tidak terhenti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah rekayasa
ulang beberapa kemungkinan yang akan terjadi dalam kurun waktu lama adalah
hambatan. Untuk melengkapi beberapa penelitian terdahulu dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang
fenomena flooding pada aliran dua fase air dan udara berlawanan arah, maka
penulis merasa perlu melakukan penelitian pada suatu bentuk jika terjadi
hambatan dalam sistem perpipaan terhadap terjadinya fenomena flooding.
Hambatan dalam sistem perpipaan yang ingin diteliti pengaruhnya pada aliran dua
fase air dan udara vertical berlawanan arah adalah hambatan cincin.Tujuan yang
ingin dicapai adalah melihat terjadinya fenomena flooding jika diberi hambatan
dalam sistem perpipaan. Dalam penelitian ini menggunakan pipa acrylic agar
Penelitian ini akan menggunakan beberapa variasi mulai dari hambatan cincin
berdiameter 1,2 cm,1,4 cm,1,6 cm Pengamatan akan dilakukan pada gradient
tekanan, pola aliran, dan batas kecepatan maksimal dari fluida fase air dan udara
dengan adanya hambatan cincin sebelum terjadi flooding penuh.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum pada latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh hambatan cincin terhadap fluktuasi perbedaan
tekanan pada aliran dua fase air dan udara vertical berlawanan arah.
2. Pola aliran pada aliran dua fase vertical air dan udara berlawanan arah.
3. Fenomena flooding pada aliran dua fase vertikal air dan udara berlawanan
arah.
4
1.3 Batasan masalah
Agar pengujian yang dilakukan tidak terlalu melebar dari tujuan yang
hendak dicapai, maka ditentukan batasan permasalahan. Adapun batasan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Media yang digunakan adalah air dan udara.
2. Instalasi pengujian yang dilakukan pada posisi vertikal.
3. Tidak ada heat dan mass transfer antara fase.
4. Karena tidak ada heat dan mass transfer maka viskositas mendekati nol.
5. Pengujian dengan memakai pipa acrylic dengan diameter dalam(Din) = 36
mm dengan ketebalan 2 mm. Pipa acrylic dengan tujuan agar dapat dilihat
visualisasi pola aliran.
6. Fenomena flooding akibat adanya hambatan berupa cincin sebagai
penghambat dalam pipa uji(acrylic).
1.4 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka ditetapkan tujuan yang
akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh adanya hambatan cincin terhadap terjadinya
flooding pada aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan.
2. Mengetahui bagaimana pengaruh adanya hambatan cincin terhadap
fluktuasi perbedaan tekanan dan pola aliran pada aliran dua fase air dan
udara vertikal berlawanan arah.
3. Mengetahui dengan adanya hambatan cincin kecepatan maksimal fluida
dan tekanan fluida yang dimungkinkan sebelum flooding penuh terjadi
pada aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah.
4. Melihat fenomena yang terjadi ketika diameter hambatan cincin dirubah
rubah.
5
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama kuliah sebagai bentuk
pengabdian pada masyarakat.
2. Dapat memberikan alternatif-alternatif ketika terjadi hambatan pada aliran
dua fase air dan udara berlawanan arah.
3. Sebagai sumber peneliti lainnya dalam merancang dan mengembangkan
penelitian serta dapat memperkaya referensi tentang aliran dua fase
khususnya aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang aliran dua fase dan fenomena flooding banyak diteliti,
diantaranya (Priyo,2010) Aliran dua fase gas cairan yang melewati pipa vertikal
mengalami perubahan karakterisitik flow patern yang dipengaruhi oleh kecepatan
superficial cairan dan kualitas volumetrik gas.Pada setiap kecepatan superficial
cairan untuk kualitas volumetrik gas menengah (medium) terjadi homogeneous
bubbly flow dan dense bubblyflow untuk kisaran kualitas volumetrik gas yang
tinggi.Sedangkan (Muhammad, 2008) mengatakan , ,flooding ditentukan oleh
kecepatan kritis udara, yang membentuk gelombang film pada bagian bawah
saluran pipa uji, dan merambat keatas searah dengan aliran udara, yang
rnengakibatkan lonjakan beda tekanan secara tiba-tiba pada manometer diatas
injektor cairan. Fenomena flooding selalu diawali dengan ketidakstabilan aliran
film diikuti adanya pola aliran seperti droplet, aliran acak serta tetesan-tetesan
air.Saat flooding pola aliran tersebut saling berinteraksi dan membentuk
gelombang. Pada permukaan film yang bergerak ke atas searah dengan aliran
udara dan gradien tekanan meningkat tajam Sementara itu, peningkatan kecepatan
udara yang menyebabkan pengangkatan sebagian film air, dan teramati juga
peningkatan ketebalan film secara mendadak terjadi lebih cepat pada jarak relatif
lebih jauh dari sisi air masuk (z=2200 mm), bila dibandingkan pada z=400 mm
dan z=1600 mm. Peningkatan ketebalan film tersebut diindikasikan sebagai
fenomena hydraulic jump look like (Mahmuddin dkk. 2011).
Untuk mengetahui penurunan tekanan melalui pipa lurus vertikal dengan
pembesaran penampang. Pipa uji terbuat dari pipa fleksiglas berdiarneter 32 mm
dan 19 mm. Pengukuran dilakukan pada debit air dari 6.7X10-5
sampai dengan
23x10-5m
3/s, dan injeksi udara pada debit di mulai dari 12x10
-5 sampai dengan
12.1x10-4m
3/s. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada debit udara yang
rendah terjadi penurunan tekanan, dan terjadi peningkatan penurunan tekanan bila
injeksi debit udara di atas 0.3x10-3
m3/s, Tetapi pada debit udara di atas 12x10
-
4m
3/s besaran ini turun secara draktis. Untuk kualitas udara (x) semakin tinggi
7
penurunan tekanan naik secara linear dan terjadi penurunan tekanan dengan
peningkatan debit air pada kualitas udara konstan. Karakteristik penurunan
tekanan hasil penelitian ini memiliki karateristik sama dengan yang dikemukakan
oleh Velasco.(Mahmuddin dkk. 2008).Alir an berlawanan arah udara dan air di
pipa diameter 24 mm. Alur pengamatan, pengukuran tekanan gradien dan
ketebalan film dilakukan diair Reynolds numbers (ReL) yang bervariasi 322, 465,
630 dan 709 dikombinasikan untuk udara injeksi dengan kecepatan dari 1,845 m/s
sampai 6,148 m/s pada jarak 400 mm, 1600 mm dan 2200 mm dari saluran masuk
air. Gradien tekanan dan ketebalan film tidak meningkatkan sampai sebelum
terjadinya banjir. Jika tidak, propagasi gelombang di permukaan aliran film dari
bagian bawah saluran masuk udara akan meningkatkan ketebalan film secara
bertahap dan tekanan gradien dengan cepat ketika kondisi banjir. Ketebalan film
yang meningkat secara bertahap diindikasikan sebagai tampilan fenomena
hydraulic jump look like.(Mahmuddin, dkk. 2011)
2.2. Aliran Dua-Fase
Aliran dua fase adalah aliran fluida yang terdiri dari dua macam zat yang
berbeda fase yang mengalir secara bersamaan dalam suatu saluran.Misalnya,
aliran dua fase cair-gas, aliran dua fase cair-padat atau aliran dua fase gas-
padat. Aliran dua fase ini banyak ditemukan pada berbagai instalasi mesin,
seperti instalasi pompa air lumpur yang mengalirkan zat cair dan zat padat
atau pada instalasi Air Condition yang mengalirkan fluida freon dalam fase
gas dan cair. Aliran dua fase merupakan bagian dari aliran multifase.Aliran
dari fase yang berbeda ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam proses-proses industri.Aliran dua-fase dimulai dari Heron-
direktur sekolah mekanik Alexandria.Dia memakai sistem dua-fase yang
diikuti dengan perubahan fase untuk merubah energi termik menjadi energi
kinetik.Air yang berada dalam sungkup dipanaskan dan uap yang dihasilkan
naik ke bola dan memisah melalui aliran yang berlekuk-lekuk.Heron belum
puas dengan hasil percobaan ini.Heron menemukan sistem yang lebih baik
untuk membuka dan menutup pintu kuil secara otomatis.Api yang menyala di
altar akan memanaskan air di drum, uap akan masuk ke bejana. Semakin
8
banyak uap maka bejana akan semakin berat sehingga bejana turun dan akan
memutar poros untuk membuka pintun kuil. Jadi pintu kuil akan terbuka dan
tertutup secara otomatis tergantung pada ada atau tidaknya api di altar.
Sedangkan Leonardo da Vinci tidak lagi mempraktekan pemakaian uap air
untuk mengubah energi termik menjadi energi kinetik.Pada tahun 1945 ia
menceritakan pengalamannya dengan meriam uapnya yang bernama
Iarchitonnerre.Meriam tersebut dapat melempar peluru berbobot 45 kg
sejauh 1080 m.Sepertiga bagian dari meriam dipanaskan diatas
anglo.Penguapan mengakibatkan pelepasan peluru.Meriam uap ini telah
digunakan pada saat perang saudara di Amerika dan pada perang dunia I.
Aliran dua fase yang merupakan bagian dari aliran multifase sangat
berbeda dengan aliran satu fase. Pada aliran satu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynolds number yang merupakan fungsi dari viskositas,
berat jenis fluida dan diameter pipa.Sedangkan aliran dua fase mempunyai
fenomena yang sangat kompleks dibanding pada aliran satu fase diantaranya
adalah interaksi antar fase, pengaruh deformasi permukaan dan pergerakan
antar fluida, pengaruh ketidakseimbangan fase, perubahan pola aliran dan lain
sebagainya.Tidak kecuali juga pressure drop pada aliran dua fase banyak
menjadi ketertarikan dalam penelitian.
2.3. Flooding
Fenomena flooding banyak diminati peneliti sebelumnya,baik pada analisa
dimensional maupun percobaan mekanismenya,khususnya kejadian flooding
didalam pipa vertikal aliran berlawanan arah.Bermacam-macam analisa dan
penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode yang akan
digunakan menghitung kondisi saat terjadinya flooding,serta memberikan korelasi
untak memprediksi kecepatan gas flooding,tetapi belum ada suatu model ataupun
eksperimen yang menerangkan secara pasti,mengenai mekanisme flooding yang
berlaku secara umum.Sistem aliran dua fase gas cair berlawanan arah didalam
pipa vertikal banyak dijumpai di industri perminyakan industri kimia,pusat tenaga
nuklir,pusat pembangkit tenaga uap,khususnya pada peralatan kondensor,
evaporator tegak dan menara pendingin.Aliran berlawanan arah terjadi ketika
9
cairan dimasukkan kedalam pipa vertikal lewat injektor berbentuk saluran pada
bagian atas.Sedangkan gas dialirkan keatas dari dasar pipa uji dengan laju aliran
bervariasi dari kecepatan 0 hingga melewati kecepatan kritis.Pada laju aliran
konstan cairan sebagai film akan mengalir kebawah sepanjang pipa uji karena
pengaruh gravitasi. Film cairan ini tidak merata,tetapi berbentuk riak yang sangat
halus.(gambar 2.1a) Jika laju aliran udara dinaikkan,film semakin bergelombang
terutama pada bagian bawah saluran pipa uji (gambar 2.1b). Jika laju aliran udara
terus dinaikkan maka gelombang film pada seluruh permukaan makin besar,
mengakibatkan butiran cairan terbawa kedalam inti udara (gambar 2.1c). Pada laju
aliran udara semakin tinggi, butiran cairan semakin besar dan membentuk
sumbatan yang merambat keatas (gambar 2.1d) massa cairan ini menempel pada
bagian dalam saluran diatas injektor.Fenomena ini terjadi secara tiba-tiba data
peristiwa ini disebut flooding atau titik flooding.
Gambar 2.1 Mekanisme Flooding.
(Sumber: Muhammad; 2008 :106)
Air yang mengalir kebawah masuk kedalam inti akan dilawan oleh uap hasil
pendidihan (flasing) yang mengalir keatas, sehingga mengakibatkan gagalnya
pendinginan. Hal ini disebut sebagai LOCA (Lost of Cooling Accident).Dengan
memprediksi awal terjadinya flooding dan memberikan pertimbangan yang tepat,
kerugian pendinginan tersebut dapat dihindari.
10
2.4. Hambatan
Dalam suatu aliran fluida baik satu fase maupun multi fase selalu terjadi
kehilangan energi (losses) yang mengakibatkan penunurunan tekanan (Olson,
1990).Berkurangnya energi tersebut disebabkan oleh adanya hambatan yang
harus diatasi.Jumlah energi yang hilang sepanjang lintasan aliran perlu diketahui
untuk menentukan besarnya daya penggerak yang digunakan untuk mengalirkan
fluida.
Penurunantekanan sepanjanglintasan aliran merupakan jumlah penurunan tekanan
dari setiap komponen pipa yang dilalui aliran.Salah satu komponen pipa yang
banyak digunakan adalah pengecilan dan pembesaran pipa secara mendadak (sudden
contraction).Komponen pipa ini digunakan untuk menyambung dua pipa yang
berbeda diameternya (sumarli, 2008).Model hambatan cincin dengan
perubahan diameter dalam aliran dua fase secara mendadak dan juga
pengecilan yang dilakukan dalam satu seksi uji masih belum banyak
dilakukan, padahal dalam dunia industri yang menggunakanaliran dua fase
juga tidak menutup kemungkinan terjadi kerak-kerak, sambungan, dan lain-
lain.Perlu adanya tindakan antisipasi (preventive), agar ketika bisa
melakukan pengamatan sejak dini Model persamaan untuk menghitung
besarnya penurunan tekanan pada aliran dua fase melewati pengecilan pipa
masih belum memiliki akurasi yang tinggi. Hal ini ditandai masih terdapat
perbedaan yang signifikan antara penurunan tekanan hasil perhitungan
dengan hasil pengukuran.Misalnya model persamaan yang dikembangkan oleh
Giot (1981) dan Hewitt (1983).
Dalam aliran dua fase udara dan air juga dapat dimungkinkan terjadinya
kerak yang terjadi didalam sistem perpipaan, sambungan pada sistem perpipaan,
pengecilan dan pembesaran sistem perpipaan dan lain-lainnya.Yang
menyebabkan terjadinya fenomena flooding.Oleh karena itu fenomena flooding
perlu diteliti untuk diminimalisir hingga aliran air dalam pipa pada aliran dua fase
air dan udara tidak terhenti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah rekayasa
ulang beberapa kemungkinan yang akan terjadi dalam kurun waktu lama adalah
hambatan. Untuk melengkapi beberapa penelitian terdahulu dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang
11
fenomena flooding pada aliran dua fase air dan udara berlawanan arah, maka
penulis merasa perlu melakukan penelitian pada suatu bentuk jika terjadi
hambatan dalam sistem perpipaan terhadap terjadinya fenomena
flooding.Hambatan dalam sistem perpipaan yang ingin diteliti pengaruhnya pada
aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah adalah hambatan
cincin.Tujuan yang ingin dicapai adalah melihat terjadinya fenomena flooding
jika diberi hambatan dalam sistem perpipaan.
2.5 Sistem Likuid-Gas
Dalam sistem aliran dua fase yang terdiri dari fase likuid-gas masalah
yang perlu diketahui adalah konfigurasi aliran, penurunan tekanan (pressure
drop) dan fraksi dari volume saluran yang ditempati oleh fase udara atau yang
lebih dikenal dengan fraksi hampa (void fraction).
2.5.1 Konfigurasi aliran
Pemisahan air dan uapnya dalam saliran pipa panas atau dingin dapat
dipresentasikan dalam berbagai bentuk dimana pengetahuan dan prediksi
dibutuhkan untuk menghitung penurunan tekanan dan koefisien perpindahan
kalor antara fluida dua fase dan dinding pipa.Aliran likuid-gas dapat
mengambil berbagi konfigurasi geometris yang dikenal sebagai pola aliran.
Parameter yang penting dalam menentukan pola aliran adalah :
1. Pegangan permukaan atau injektor, yang menjaga dinding saluran tetap
basah dan cenderung untuk membuat tetes-tetes likuid dan gelembung
gas kecil.
2. Grafitasi, yang cenderung mendorong likuid pada dasar saluran.
2.5.2 Pola aliran
Dalam sistem aliran berlawanan arah (counter-current) dengan pipa
vertikal ada kondisi batas dimana kecepatan aliran kedua fase tidak dapat
dinaikkan lagi, bila melewati kondisi kritisnya maka akan terjadi penggenangan
(flooding), tidak ada lagi cairan yang turun kebawah dan aliran menjadi searah ke
12
atas. Pada aliran searah (counter-current) perubahan kecepatan aliran gas dan
cairan tidak berpengaruh terhadap arah aliran.
Pentingnya pengaturan debit aliran atau kecepatan aliran gas dan cairan
maksudnya adalah untuk memperoleh daerah-daerah aliran yang diharapkan untuk
masing-masing kondisi. Dengan varibel kecepatan aliran gas dan cairan diperoleh
pola aliran seperti aliran gelembung, aliran kantung gas atau sumbat cairan, aliran
acak, aliran kabut tetes cairan dan aliran cincin.(Hewitt & Roberts, 1969).
2.5.3 Pipa vertikal
Pola aliran dua fase dalam saluran horizontal akan berbeda dengan
saluran vertikal. Dalam saluran horizontal udara akan cenderung berada diatas,
karena lebih ringan.Pola aliran yang berlaku pada pipa vertikal dengan arah
aliran ke atas, dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Pola aliran pipa vertkal.
(Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 29)
2.5.4 Penentuan konfigurasi aliran pipa vertikal
Diagam Hewitt-Robert (gambar 2.3) merupakan diagram yang paling
sering dipakai untuk meramalkan konfigurasi aliran. Sistem koordinat yang
digunakan adalah sebagai berikut:
(2.1)
(2.2)
Dengan :
= berat jenis (kg/m)
U = kecepatan superficial (m/s)
13
G = fluks massa (kg/ms)
X = kualitas uap
Gambar 2.3 Diagram aliran Hewitt-Robert untuk pipavertikal.
(Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 30)
2.5.5 Pipa horisontal
Pola aliran yang berlaku pada pipa horisontal diperlihatkan pada gambar 2.4:
1. Aliran gelembung (bubble), dimana gelembung gas cenderung untuk
mengalir pada bagian atas pipa.
2. aliran kantung gas (plug) dimana gelembung gas kecil bergabung
membentuk kantung gas
3. Aliran serata licin (stratified), dimana permukan bidang sentuh likuid-
gas sangat halus. Tetapi pola aliran seperti ini biasanya tidak terjadi,
batas fase hampir selalu bergelombang
4. Aliran serata gelombang (stratified wavy), dimana amplitudo
gelombang meningkat karena kenaikan kecepata gas
5. Aliran sumbat likuid (slug), dimana amplitudo gelombang sangat
besar hingga menyentuh bagian atas pipa
6. Aliran cincin (annular), sama dengan pada pipa vertikal hanya likuid
film lebih tebal di dasar pipa dari pada dibagian atas.
14
Gambar 2.4 Pola aliran pipa horizontal
(Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 29)
2.5.6 Penentuan konfigurasi aliran pipa horisontal
Taitel dan Dukler membagi aliran horisontal menjadi enam tipe
seperti yang terlhat pada gambar 2.4 berdasarkan analisa mekanisme transisi
dan mengusulkan diagram pada gambar, dengan observasi sebagai berikut:
1. Transisi A,antara alian serata dengan cincin atau peralihan (intermitten).
Transisi ini timbul bila terjadi gelombang pada permukaan bebas dimana
likuid menjadi tidak stabil.Formasi dan gelombang akan membawa
formasi dari pola aliran lain dengan mekanisme:
a. Pada nilai rendah, gelombang akan menyapu dan mengelilingi pipa
membentuk cincin.
b. Pada nilai yang besar, gelombang terbentuk pada batas fase dan
disapu oleh fase gas atau menyentuh permukaan atas pipa yang
membawa keregim peralihan.
2. Transisi B,peralihan dengan cincin. Mulai dari aliran strata kita dapatkan
aliran peralihan. Bila level permukaan bebas berada diatas pipa. Bila
tidak maka akan kita dapatkan aliran cincin. Ide ini memungkinkan
kriteria transisi yang berbentuk garis lurus dengan x=1,6
3. Transisi C,strata licin dengan strata gelombang. Tansisi ini menggunakan
teori jefrey relatif terhadap timbulnya gelombang permukaan bebas.
4. Transisi D,peralihan dengan aliran gelembung timbul pada saat agitasi
turbulen menghalangi gas untuk mempertahankan ketinggiannya dalam
pipa karena efek mampu ambang. Taitel dan dukler sampai pada sebuah
transisi dengan koordinat sebagai berikut:
15
Gambar 2.5 Diagram Taitel dan dukler untuk pipa vertikal
(Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 34)
2.6. Penurunan Tekanan Aliran Dua Fase Melewati Pengecilan Pipa
Penurunan tekanan sepanjang lintasan aliran merupakan jumlah
penurunan tekanan dari setiap komponen pipa yang dilalui aliran.Salah satu
komponen pipa yang banyak digunakan adalah pengecilan pipa secara
mendadak (sudden contraction).Model persamaan untuk menghitung besarnya
penurunan tekanan pada aliran dua fase melewati pengecilan pipa masih
belum memiliki akurasi yang tinggi.Hal ini ditandai masih terdapat perbedaan
yang signifikan antara penurunan tekan.Misalnya model persamaan yang
dikembangkan oleh Giot (1981) dan Hewitt (1983):
Persamaan ini menghasilkan besarnya penurunan tekanan 20%
dibanding penurunan tekanan hasil pengukuran.Untuk meningkatkan akurasi
dari model persamaan aliran dua fase melewati pengecilan pipa maka perlu
dilakukan analitis lebih mendalam mengenai profil aliran dan distribusi
tekanan pada lokasi sebelum dan sesudah aliran melewati pengecilan pipa.
Profil aliran satu fase cair melewati pengecilan saluran dapat dilihat
pada gambar 2.6 bahwa sebelum aliran melewati daerah transisi, penampang
pipa terisi penuh oleh aliran fluida.Setelah aliran melewati daerah transisi,
aliran fluida pada dinding pipa mulai memisahkan diri dan luas penampang
16
aliran mulai mengecil sampai pada luas aliran terkecil yang disebut vena
contracta.Lokasi vena contracta berada dibawah dinding kontraksi.Setelah
melewati vena contracta kemudian aliran mengalami pembesaran penampang
sampai aliran memenuhi penampang pipa.
Gambar 2.6 Profil Satu Fase Cair
(Sumber: Sumarli; 2008)
Perubahan luas penampang aliran selama melewati pengecilan pipa
tersebut akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran. Berdasarkan persamaan
kontinuitas, besamya kecepatan aliran berbanding terbalik dengan perubahan
luas penampang Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecepatan terbesar
berada pada daerah vena contracta.Selain perubahan kecepatan, perubahan
luas penampang aliran juga menyebabkan perubahan tekanan.Menurut
persamaan Bernouli, dalam suatu aliran fluida terdapat energi kinetik, energi
potensial dan energi tekanan (Benedict, 1980) dan (Young, dkk. 1997).
Sedangkan menurut hukum kekekalan energi, dalam suatu aliran sangat di-
mungkinkan adanya transformasi energi dari satu bentuk ke bentuk lain
dengan syarat total energi tidak akan berubah atau konstan sepanjang aliran
(White, 1994). Dengan demikian jika energi kinetik suatu aliran mengalami
pertambahan maka energi lain pasti akan berkurang dalam jumlah yang sama.
Pada aliran fluida fase cair melewati pengecilan pipa, perubahan
tekanan pada setiap penampang pipa diperlihatkan pada gambar 2.6 Tekanan
fluida mulai menurun setelah memasuki daerah transisi tekanan cenderung
turun sampai pada vena contracta.Penurunan tekanan ini disebabkan oleh
17
kenaikan kecepatan aliran.Setelah melalui vena contracta.Tekananan kembali
naik sampai pada daerah aliran penuh.Profil aliran dan profil tekanan pada
aliran fase cair tersebut hampir sama dengan profil aliran gas kecepatan
rendah sampai menengah.
Gambar 2.7 Profil Perubahan Tekanan.
(Sumber: Sumarli; 2008)
2.7. Kecepatan Kritis
Dilihat dari kecepatan aliran dikategorikan sebagai laminar bila aliran
tersebut mempunyai bilangan Reynolds kurang dari 2300. Untuk aliran
transisi berada pada bilangan Re 2300 dan 4000 biasa juga disebut sebagai
bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan
Reynolds lebih dari 4000.Kecepatan kritis yang mempunyai arti penting,
kecepatan dimana semua turbulensi diredam oleh kekentalan
fluidanya.Bilangan Reynolds yang tak berdimensi, menyatakan perbandingan-
perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya viskositas (kekentalan).
Untuk pipa bundar dengan aliran penuh, bilangan Reynolds :
Dengan:
= kekentalan kinematik fluida (m2 /det)
= diameter pipa (m) ; r0= jari-jari pipa (m)
= kerapatan massa jenis fluida (kg/m3)
18
= kekentalan absolut (Pa . s)
= kecepatan rata-rata (m/det)
2.8. Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk.Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
2.9. Massa Jenis (Density)
Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume, sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu
bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Dengan:
m = masa fluida (kg)
= volume fluida (m3)
Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari
molekul-molekul fluida semakin berkurang.
2.10. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Penurunan tekanan adalah perubahan tekanan karena aliran duafase
melalui suatu sistem yang merupakan parameter penting dalam perancangan,
baik untuk sistem adiabatik maupun sistem dengan perubahan fase seperti
ketel dan kondensor.Tidak ada korelasi umum untuk penurunan aliran duafase
19
yang akurat, hal ini mungkin disebabkan karena korelasi yang ada digunakan
untuk mewakili berbagai situasi fisik.Walaupun demikian, untuk menghitung
penurunan tekanan diadakan pendekatan seperti aliran dianggap homogen atau
terpisah.
Pada aliran dua fase gas-cair, Collier (1977) dalam penelitianya yang
menggunakan uap basah sebagai fluida kerjanya menyimpulkan bahwa
penurunan tekanan hasil perhitungan teori yang menggunakan model
persamaan aliran homogen yang diterapkan untuk aliran dua-fase hanya
akurat untuk koefisien kontraksi tertentu.Schmidt dan Friedel (1997)
melakukan pengukuran penurunan tekanan sepanjang sumbu saluran dan
penurunan tekanan sebelum dan sesudah dinding kontraksi. Disimpulkan
bahwa semakin besar fluks massa dan kualitas aliran semakin besar pula
penurunan tekanan.
2.11. Aliran Terpisah (Terstratifikasi)
Dalam aliran terpisah (separated), fase-fase secara fisik mengalir
terpisah dengan kecepatan berbeda seperti ditunjukan dalam gambar. Rasio
kecepatan (S) untuk aliran homogen sama dengan satu sedangkan untuk aliran
terpisah S biasanya lebih besar dari satu, jadi fase gas bergerak lebih cepat
dari likuid.
Gambar 2.8Aliran dua fase tepisah
(Sumber: Koestoer dan Proborini; 1994: 40)
20
BAB I II
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Aliran dua fase dipergunakan untuk prediksi dan menggambarkan
performance peralatan seperti penurunan tekanan, fraksi hampa, koefisien
perpindahan panas dan massa serta fenomena fisik dari peralatan.Adapun proses
flooding pada aliran aliran dua fase cair-gas vertical berlawanan arah dipengaruhi
beberapa hal :
1. Kecepatan udara.
2. Kecepatan air
3. Desain water injector air dan udara.
4. Desain saluran.
5. Hambatan dalam pipa.
Desain saluran dengan menambahkan cincin sebagai bentuk hambatan
karena pada dunia industri yang menggunakan aliran dua fase juga tidak menutup
kemungkinan terjadinya hambatan. Hambatan yang akan dipergunakan dalam
penelitian ini dengan membuat desain menyerupai sambungan yang mana
diameternya dapat dirubah-rubah dan jumlahnya juga divariasikan mulai 1,2 cm,
1,4 cm, 1,6 cm.
3.2 Hipotesa
Dengan hambatan cincin semakin kecil pada aliran dua fase vertikal
berlawanan arah akan menimbulkan terjadinya flooding lebih cepat bila
dibandingkan tanpa hambatan cincin.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental
(experimental method). Dalam penelitian ini menggunakan variasi hambatan
berupa cincin dalam pipa terhadap proses terjadinya flooding. Pengaruh dari
variasi hambatan ini nanti akan dibandingkan sehingga diperoleh suatu kejadian
yang saling berhubungan.
21
Gambar 3.1 Diagram Kerangka Penelitian.
Diameter hambatan cincin 1,2 cm 1,4 cm 1,6
cm
Geometri saluran Air injector
Hambatan
Water injector
Flooding
Kecepatan udara
Sifat fisik cairan
Kecepatan cairan
Desain saluran
hambatan
Kecepatan
maksimal Cairan
saat terjadi flooding
Kecepatan
maksimal udara
saat terjadi flooding
Debit maksimal
Cairan saat terjadi
flooding
Visualisasial
iran
Pola aliran
22
3.4 Waktu danTempat Penelitian
November tanggal 5 s/d 10 2014
Lab. Mesin kampus Muhammadiyah Sidoarjo
3.5 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan oleh
peneliti.Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah dengan tidak diberi
hambatan.
Debit udara divariasikan dari 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 L/s.
Sedangkan untuk debit air dimulai dari 3, 4, 5, 6 L/min.
Hambatan cincin divariasikan mulai dari hambatan cincin berdiameter 1,2
cm 1,4 cm 1,6 cm
2. Variabel terkontrol (Controlled Variable)
Variabel terkontrol adalah variabel yang nilainya ditentukan peneliti dan
dikondisikan konstan. Dalam penelitian ini variabel terkontrolnya adalah
air dan udara sebagai media pengujian, posisi pipa acrylic vertikal,
diameter pipa acrylic 36 mm, tidak ada heat dan mass transfer antar fase,
dan viscositas air dan udara mendekati nol.
3. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung dari variabel
bebas dan diketahui setelah penelitian dilakukan.Variabel terikat yang
diamati pada penelitian ini adalah:
a. Pola aliran.
b. Kecepatan maksimal cairan saat terjadi flooding.
c. Kecepatan maksimal udara saat terjadi flooding.
23
3.6 Instalasi Penelitian
Instalasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini terlihat seperti
skema pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Instalasi Penelitian
24
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat
1. Kompressor
Kompressor berfungsi untuk menyuplai udara bertekanan menuju test section.
Data-data kompressor:
Model : CPT-280 A
Max. Working Press : 11 Bar
Hydraulic Test Press : 16,96 Bar
Kapasitas : 200 Liter
Data-data motor 3 Phase Induction
Type : MRH 3107 M; Fuji Electronic CO., ltd
Tegangan : 380 V (3-phase)
Putaran : 1420 RPM
Arus : 4,7 A
Frekuensi : 50 Hz
Daya : 2,2 Kw
2.Pompa air
Pompa air berfungsi untuk menyuplai fluida cair bertekanan menuju seksi uji.
Data-data pompa:
Power Output : 125 watt
Voltage/Frekuensi/Phase : 220V/ 50 Hz/ 1 Phase
Rpm : 2850 rpm
Discharge Head : 15 meter
Suction Head : 9 meter
Kapasitas : 32 liter / menit
3. Water flowmeter dan Air flowmeter
Berfungsi untuk mengukur flow rate udara dan air yang akan masuk kedalam
seksi uji.
4. Manometer
Manometer berfungsi untuk mengukur perubahan gradient tekanan pada seksi uji
untuk mendeteksi terjadinya flooding.
25
5. Handycam / kamera digital
Handycam / kamera digital digunakan untuk mendapatkan pola aliran dari aliran
fluida dua fase.
3.7.2 Bahan
a. Pipa acrylic
Pipa acrylic berfungsi sebagai keluarnya campuran dua fase udara dan air
dari test section menuju connecting line, kemudian menuju separator.
b. Pipa PVC
Pipa PVC berfungsi sebagai connecting line pipe.
c. Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan input udara dan air dari
compressor dan pompa air, diharapkan tekanan udara dan air masing-masing
sama.
d. Diffuser water injector
Diffuser water injector berfungsi agar cairan bergerak turun secara
menempel pada dinding dalam saluran
Gambar 3.3 Desain Diffuser Water Injector
26
e. Diffuser air injector
Diffuser air injector berfungsi agar udara bergerak keatas dengan awal
berada pada posisi ditengah-tengah pipa uji
Gambar 3.4 Desain Diffuser Air Injector.
27
f. Macam-macam hambatan
Dalam penelitian ini dengan menambahkan variasi hambatan dengan
tujuan untuk mengetahui fenomena yang terjadi ketika terjadi dalam aliran dua
fase udara-air pada vertikal
1,2 1,4 1,6
Gambar 3.5 Desain Hambatan Cincin.
28
Ya
3.8 Diagram alir penelitian
Gambar 3.6 Diagram alir penelitian
Tidak
Des
ain
salur
an
Mulai
Studi pustaka
Perumusan masalah & Hipotesa
Pembuatan Alat Uji Hambatan Cincin Dalam Pipa
Acrylic
Perakitan instalasi penelitian
Penentuan Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas :Menggunakan hambatan cincin Pada Pipa Acrylic 2. Variabel Terikat :
a. Pola aliran. b. Kecepatan maksimal cairan saat terjadi flooding. c. Kecepatan maksimal udara saat terjadi flooding.
Merakit alat dan variable terkontrol
Analisis data dan perhitungan
Kesimpulan SELESAI
Pengambilan data tekanan, pola alir, flow rate udara awal
dan maksimal udara flooding
1. Debit air 2. Debit udara 3. Tekanan masuk 4. Video dari camcoder
29
3.9 Prosedur pengambilan data
Langkah-langkah pelaksanaan pengujian :
1. Pasang hambatan cincin berdiameter 1,2 cm,pada instalasi penelitian.
2. Kompresor dijalankan sampai tekanan udara dalam tangki 10 bar.
3. Pompa dijalankan dan dibiarkan sampai akumulator air terisi 3/4 bagian.
4. Dengan menggunakan katup, debit air dapat dipertahankan mulai dari 3, 5, 7,
9 L/min. dan dapat dibaca pada skala flow meter air.
5. Debit udara dinaikkan setiap satu skala flow meter udara dimulai dari skala 8,
16, 24, 32, 40 L/s, atau sampai terjadi flooding.
6. Amati perubahan gradient tekanan diatas injector untuk mendeteksi awal
terjadinya flooding.
7. Dengan menggunakan kamera digital atau handycame pola aliran dapat
direkam dengan baik dan dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan
gambar fenomena flooding.
8. Catat Debit udara saat terjadinya flooding dan rekam fenomena alirannya.
30
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Pada bab ini dipaparkan hasil pengujian tentang pengaruh variasi diameter
hambatan terhadap fenomena flooding pada aliran dua fase cair-udara vertikal
berlawanan arah.
Tabel 4.1 Data penelitian untuk water injector berbentuk hambatan 1,2 cm
variasi awal debit air
NO DEBIT DEBIT TEK. UDARA -rata
AIR (L/M) UDARA (L/S) MASUK (BAR) (mmH2O)
1. 3
8 10 1
16 10 1,4
24 10 6
32 10 10
40 10 12
2. 5
8 10 1
16 10 2
24 10 5
32 10 12
40 10 13
31
Tabel 4.2 Data penelitian untuk water injector berbentuk hambatan 1,2 cm
variasi awal debit udara
NO DEBIT DEBIT TEK.
UDARA -rata
UDARA
(m^3/jam) AIR (L/M)
MASUK
(Bar) (cmH2O)
1. 8 3 10 1
5 10 1
7 10 1,2
9 10 1
2. 16 3 10 1,4
5 10 2
7 10 2
9 10 2
Data penelitian selengkapnya untuk hambatan 1,2 cm,1,4 cm, 1,6 cm, dapat dilihat
pada lampiran tabel pada bagian lampiran.
Dari data yang diperoleh dalam penelitian diatas kemudian dilakukan pengolahan
atau perhitungan untuk mendapatkan tekanan dalam pipa (), debit air
(liter/menit) dan debit udara (liter/second), massa alir air dan udara ( ), fluks
massa air dan udara ( ), dan kecepatan superficial air dan udara ().
4.2 Perhitungan data aliran dua fase.
Dari data-data diatas akan dilakukan perhitungan terhadap parameter penting
dalam menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi dalam aliran dua fase
vertikal dengan variasi hambatan.
4.2.1 Contoh perhitungan konversi rata-rata (mmH2O)ke P rata-rata
( )