SkripSi

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    ANALISA PENGARUH HAMBATAN CINCIN TERHADAP

    KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

    Jurusan Teknik Mesin

    Di susun oleh :

    CONDRO SUGIARTO

    NIM : 101020200012

    JURUSAN TEKNIK MES IN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

    2015

  • ii

    ANALISA PENGARUH DIAMETER HAMBATAN TERHADAP

    KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE

    Usulan Penelitian Untuk Skripsi S1

    Jurusan Teknik Mesin

    Yang diajukan oleh:

    CONDRO SUGIARTO

    NIM : 101020200012

    Telah disetujui

    Tanggal persetujuan : 12 Maret 2015

    Ketua jurusan Dosen pembimbing

    Edi Widodo ST.,MT ALI AKBAR ST.,MT

    NIK. 210386 NIP.197302012005011001

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    ANALISA PENGARUH HAMBATAN

    TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE

    Yang Diajukan Oleh:

    CONDRO SUGIARTO

    101020200012

    Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

    Pada Tanggal 03 Febuari 2015 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

    Susunan Dewan Penguji

    Ketua : Ali Akbar, ST.,MT

    NIP : 197302012005011001

    Penguji I

    NIK :212476

    Penguji II : Edi Widodo, ST.,MT

    NIK : 210386

    Penguji III : Iswanto, ST.,MT

    NIK :207319

    Sidoarjo, 03 Febuari 2015

    Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    Dekan Fakultas Teknik

    (Izza Anshory,ST.,MT)

    NIK .202239

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kabupaten Pasuruan, Pada tanggal 27 maret 1992

    dari Ayah Adi dan Ibu Dariati. Penulis merupakan putra pertama dari dua

    bersaudara.

    Tahun 2004 penulis lulus dari MI Mambaul khoir sekar talang Kecamatan

    Prigen Kabupaten Pasuruan, dan pada tahun yang sama diterima di SMP Negri 2

    Sukorejo Kabupaten pasuruan. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negri 2

    Sukorejo Kabupaten pasuruan, dan pada tahun yang sama diterima di SMK Negri

    1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan di Jurusan Teknik Mekanik Otomotif.Pada tahun

    2010 penulis lulus dari SMK Negri 1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan. Pada tahun

    2010 memutuskan untuk kuliah di UMSIDA (Universitas Muhammadiyah

    Sidoarjo) Jurusan Mesin, Fakultas Teknik.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

    limpahan rahmat dan kesehatan, shalawat serta salam selalu tercurah kepada

    Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan hidup yang baik

    kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

    berjudul

    memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Teknik Jurusan Mesin

    Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

    Dalam suatu penelitian aliran dua fase ini diharapkan teliti dalam

    menganalisa.Penulis mencoba menganalisis permasalahan yang timbul dalam

    pengaruh diameter hambatan terhadap karakteristik aliran dua fase berhubungan

    dengan pressure drop pada aliran dua fase pada pipa vertikal dan horizontal.

    Secara umum parameter parameter yang diperhatikan diantaranya debit fluida

    cair dan gas, viskositas fluida, flow patern, tegangan geser antar fase dan

    konfigurasi pipa.

    Penulis berharap agar skripsi ini akan memberikan manfaat bagi , fakultas,

    maupun penulis.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

    mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa

    yang akan datang.

    Sidoarjo, 2015

    Penulis

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Analisa pengaruh

    diameter hambatan terhadap karakteristik aliran dua fase

    melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada

    kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan kontribusi kepada skripsi ini.

    1. Drs. Hidayatullah, M.Si.selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    2. Bapak Izza Anshory, ST.,MT.selaku Dekan Fakultas Teknik

    3. Bapak Edi Widodo, ST., MT.selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

    4. Bapak Ali Akbar, ST.,MT.selaku Dosen Pembimbing yang telah

    meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta perbaikan

    dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Para dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

    masukan dan saran dalam proses penulisan skripsi ini.

    6. Kedua Orang Tua yang tercinta,serta keluarga yang selalu mendukung

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Teman- teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan banyak

    bantuan dalam proses selama hampir 4 tahun di kampus.

  • vii

    ABSTRAK

    Karakteristik aliran dua fase selalu menarik untuk dikaji karena fenomena-

    fenomena yang diakibatkannya. Aliran duafase adalah merupakan bagian dari

    aliran multifase. Penggunaan pipa vertikal sangat luas seperti pada sistem

    transportasi perpipaan karena fleksibiltasnya untuk jaringan dan distribusi. Pada

    penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pipa vertikal

    terhadap karakteristik pressure drop pada aliran dua fase gas-cairan. Penelitian

    yang dilakukan secara eksperimental mengunakan pipa transparan dengan

    diameter dalam 36 mm pada pipa vertikal serta air sebagai fluida kerja cairan dan

    udara sebagai fluida kerja gas. Variasi yang dilakukan adalah kecepatan

    superficial cairan antara dari 3 l/m 9 l/m. Pengukuran pressure drop pipa vertikal

    diukur dengan menggunakan manometer U sedankan variasi hambatan antara

    lain:1,2 cm,1,4cm,1,6 cm.Hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa

    pressure drop aliran satu fase pada pipa vertikal akan semakin meningkat dengan

    semakin besar bilangan Reynolds superficial cairan (Resl). Sedangkan pressure

    drop pada aliran dua fase lebih rendah dibanding aliran satu fase. Untuk aliran dua

    fase dengan peningkatan bilangan Reynolds superficial gas (Resg) atau semakin

    pressure drop di bidang uji vertikal

    menurun pada setiap bilangan Reynolds superficial cairan(ReSL).

    Kata kunci : pipa vertikal, aliran dua fase gas-cairan, pressure drop

  • viii

    Abstract

    Characteristics of two-phase flow is always interesting to study because

    the resulting phenomena. Duafase flow is part of multiphase flow. The use of

    vertical pipe is very broad as in the pipeline transportation system because

    fleksibiltasnya for network and distribution. In this study aims to determine the

    effect of the vertical pipe to the characteristics of the pressure drop in the flow of

    the gas-liquid two-phase. Research carried out experimentally using a

    transparent pipe with an inside diameter of 36 mm in the vertical pipe and water

    as the working fluid liquid and air as the working fluid gas. Variations that do are

    superficial velocity of the fluid between 3 l / m - 9 l / m. Measurement of vertical

    pipe pressure drop is measured using a manometer U . variation barriers include:

    1.2 cm, 1,4cm, 1.6 cm.research can be concluded that the pressure drop in the

    flow of the phase vertical pipe will increase with greater superficial liquid

    Reynolds number (Resl). While the pressure drop in the two-phase flow is lower

    than single-phase flow. For the two-phase flow with increasing superficial gas

    drop in vertical test decreased in every superficial liquid Reynolds number (Resl).

    Keywords: vertical pipe, the flow of gas-liquid two-phase, the pressure drop

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii i

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v

    UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ vi

    ABSTRAK ....................................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xii

    DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

    1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 4

    1.4 Tujuan Penelitihan .............................................................................................. 4

    1.5 Manfaat penelitian .............................................................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6

    2.1 Penelitihan Terdahulu ......................................................................................... 6

    2.2 Aliran Dua Fase .................................................................................................. 7

    2.3 Flooding .............................................................................................................. 8

    2.4 Hambatan ........................................................................................................... 10

    2.5 Sistem Likuid Gas .............................................................................................. 11

    2.5.1 Konfigurasi aliran ...................................................................................... 11

    2.5.2 Pola Aliran ................................................................................................ 11

    2.5.3 Pipa vertikal .............................................................................................. 12

  • x

    2.5.4 Penentuan Konfigurasi aliran pipa vertikal .............................................. 12

    2.5.5 Pipa Horizontal ......................................................................................... 13

    2.5.6 Penentuan konfigurasi aliran pipa horizontal ........................................... 14

    2.6 Penurunan Tekanan Aliran Dua Fase Melewati Pengecilan Pipa ....................... 15

    2.7 Kecepatan kritis .................................................................................................. 17

    2.8 Viskositas ........................................................................................................... 18

    2.9 Massa Jenis (Density) ......................................................................................... 18

    2.10 Penurunan Tekanan (Pressure Drop) ................................................................. 18

    2.11 Aliran Terpisah (Terstratifikasi) ........................................................................ 19

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 20

    3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 20

    3.2 Hipotesa ...............................................................................................................20

    3.3 Metode Penelitian .............................................................................................. 20

    3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 22

    3.5 Variabel Penelitian .............................................................................................. 22

    3.6 Instalasi Penelitian .............................................................................................. 23

    3.7 Alat Dan Bahan ................................................................................................... 24

    3.7.1 Alat ........................................................................................................... 24

    3.7.2 Bahan ........................................................................................................ 25

    3.8 Diagram alir penelitian ....................................................................................... 28

    3.9 Prosedur Pengambbilan Data ............................................................................. 29

    BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 30

    4.1 Data Penelitian .......................................................................................................... 30

    4.2 Perhitungan data aliran dua fase ............................................................................... 31

    4.2.1 Contoh perhitungan konversi............................................................................ 32

    4.2.2 Contoh perhitungan kecepatan superficial air ................................................. 32

    4.2.3 Contoh perhitungan kecepatan superficial udara.............................................. 33

    4.3 Tabel perhitungan data dengan hambatan 1,2 cm variasi awal air ............................ 34

    4.4 Tabel perhitungan data dengan hambatan 1,2 cm variasi awal udara ........................ 35

    4.5 Pembahasan ............................................................................................................... 36

    4.5.1 Analisa grafik water injektor berbentuk hambatan diameter 1,2 1,4 1,6 ........... 36

  • xi

    4.5.1.1 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,2 cm

    pada berbabagai debit air .................................................................................. 36

    4.5.1.2 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,4 cm

    pada berbabagai debit air .................................................................................. 38

    4.5.1.3 Hubungan debit udara terhadap tekanan air dengan hambatan 1,2 cm

    pada berbabagai debit air .................................................................................. 39

    4.5.2.1 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,2 cm

    pada berbabagai debit udara ............................................................................. 40

    4.5.2.2 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,4 cm

    pada berbabagai debit udara ............................................................................. 41

    4.5.2.3 Hubungan debit air terhadap tekanan udara dengan hambatan 1,6 cm

    pada berbabagai debit udara ............................................................................. 42

    4.5.3.1 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan

    hambatan 1,2 cm pada berbagai debit air ......................................................... 43

    4.5.3.2 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan

    hambatan 1,4 cm pada berbagai debit air ......................................................... 44

    4.5.3.3 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan udara dengan

    hambatan 1,6 cm pada berbagai debit air ......................................................... 45

    4.5.4.1 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan

    1,2 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 46

    4.5.4.2 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan

    1,4 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 47

    4.5.4.3 Hubungan kecepatan superficial terhadap tekanan air dengan hambatan

    1,4 cm pada berbagai debit udara ..................................................................... 48

    4.5.2 Debit terjadinya awal flooding .............................................................................. 49

    4.5.3 Kecepatan superficial terjadinya awal flooding .................................................... 49

    4.6 Analisa pola aliran water injector berbentuk hambatan berdiameter 1,2 cm

    1,4 cm 1,6 cm ....................................................................................................... 50

    BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 55

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 55

    5.2 Saran ........................................................................................................................... 56

  • xii

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 57

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.3 Data penelitian untuk hambatan 1,2 cm variasi awal air ............................. 34

    Tabel 4.4 Data penelitian untuk hambatan 1,2 cm variasi awal udara .......................... 35

  • xiv

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan

    1,2 cm ......................................................................................................... 36

    Grafik 4.2 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan

    1,4 cm ......................................................................................................... 38

    Grafik 4.3 Hubungan tekanan differensial terhadap debit udara pada hambatan

    1,6 cm ......................................................................................................... 39

    Grafik 4.4 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan 1,2

    cm ............................................................................................................... 40

    Grafik 4.5 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan

    1,4 cm ......................................................................................................... 41

    Grafik 4.6 Hubungan tekanan differensial terhadap debit air pada hambatan 1,6

    cm ............................................................................................................... 42

    Grafik 4.7 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada

    hambatan 1,2 cm ........................................................................................ 43

    Grafik 4.8 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada

    hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 44

    Grafik 4.9 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial udara pada

    hambatan 1,6 cm ........................................................................................ 45

    Grafik 4.10 Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada

    hambatan 1,2 cm ........................................................................................ 46

    Grafik 4.11Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada

    hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 47

    Grafik 4.12Hubungan tekanan dalam pipa vs kecepatan superficial air pada

    hambatan 1,6 cm ...................................................................................... 48

    Grafik 4.13 Hubungan debit air terhadap debit udara saat flooding ............................. 49

    Grafik 4.14 Hubungan kecepatan superficial udara saat awal flooding ........................ 49

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Mekanisme Flooding ..................................................................................... 9

    Gambar 2.2 Pola Aliran Pipa Vertikal .............................................................................. 12

    Gambar 2.3 Diagram Aliran Hewitt-Robert untuk pipa vertikal ...................................... 13

    Gambar 2.4 Pola Aliran Pipa Horizontal .......................................................................... 14

    Gambar 2.5 Diagram Tatitel dan dukler untuk pipa vertika ............................................. 15

    Gambar 2.6 Profil Satu fase cair ....................................................................................... 16

    Gambar 2.7 Profil Perubahan Tekanan ............................................................................. 17

    Gambar 2.8 Aliran dua fase terpisah ................................................................................. 19

    Gambar 3.1Diagram kerangka penelitian............................................................................21

    Gambar 3.2 Instalasi Penelitian........................................................................................ 23

    Gambar 3.3 Desain Diffuser Water Injector ..................................................................... 25

    Gambar 3.4 Desain Nossel Water Injector ....................................................................... 26

    Gambar 3.5 Desain hambatan cincin................................................................................. 27

    Gambar 3.6 Diagram alir penelitian .................................................................................. 28

    Gambar 4.1 Visualisasi mekanisme terjadinya flooding................................................... 51

    Gambar 4.2 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 3 lpm ............ 52

    Gambar 4.3 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 5 lpm............. 53

    Gamabr 4.4 Pola aliran dua fase air-udara water injector 1,2 cm debit air 7 lpm............. 54

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Hambatan dengan diameter 1,2 cm ....................................................................... 58

    a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 58

    b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 58

    c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 59

    d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 59

    2. Hambatan dengan diameter 1,4 cm ....................................................................... 60

    a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 60

    b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 60

    c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 61

    d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 61

    3. Hambatan dengan diameter 1,6 cm ....................................................................... 62

    a. Debit air 3 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 62

    b. Debit air 5 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 62

    c. Debit air 7 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 63

    d. Debit air 9 L/m dengan debit udara 8,16,24,32,40 L/s................................... 63

    4. Pengolahan data aliran dua fase berlawanan arah udara dan air.............................64

    a. Hambatan 1,2 cm .......................................................................................... 64

    b. Hambatan 1,4 cm .......................................................................................... 65

    c. Hambatan 1,6 cm .......................................................................................... 66

    5 Pengolahan dataaliran dua fase berlawanan arah air dan udara .......................... 67

    a. Hambatan 1,2 cm ......................................................................................... 67

    b. Hambatan 1,4 cm ........................................................................................ 68

    c. Hambatan 1,6 cm ....................................................................................... 79

    6 Grafik perbandingan hambatan cincin 1,2 cm 1,4 cm 1,6 cm ........................... 70

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Aliran dua fase adalah aliran fluida yang terdiri dari dua macam zat yang

    berbeda fase yang mengalir secara bersamaan dalam suatu saluran. Misalnya,

    aliran dua fase air dan udara, aliran dua fase cair-padat atau aliran dua fase gas-

    padat. Aliran dua fase ini banyak ditemukan pada berbagai instalasi mesin, seperti

    instalasi pompa air lumpur yang mengalirkan zat cair dan padat atau pada instalasi

    Air Condition yang mengalirkan fluida freon dalam fase gas dan cair.Pada aliran

    satu fase, pressure drop dipengaruhi oleh Reynolds number yang merupakan

    fungsi dari viskositas, berat jenis fluida dan diameter pipa. Sedangkan aliran dua

    fase mempunyai fenomena yang sangat kompleks disamping dipengaruhi oleh

    Reynolds number pada aliran dua fase juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya adalah interaksi antar fase, pengaruh deformasi permukaan dan

    pergerakan antar fluida, pengaruh ketidakseimbangan fase, perubahan pola aliran

    dan hambatan-hambatan yang ada didalam pipa.

    Dalam aliran dua fase air dan udara seringkali terjadi fenomena flooding.

    Flooding adalah peristiwa pembalikan arah aliran fluida cair yang semula

    kebawah menjadi keatas searah dengan aliran udara, faktor-faktor yang

    mempengaruhi terjadinya flooding antara lain diameter dan panjang saluran,

    kekasaran permukaan dinding saluran, dan system inlet dan outlet saluran. Dalam

    aliran dua fase berlawanan arah juga tidak menutup kemungkinan terjadinya

    hambatan-hambatan yang terjadi seperti sambungan,kerakdan lain-lainnya yang

    bisa menyebabkan terjadinya flooding lebih cepat.Batas aliran berlawanan arah

    (counter-current flow limitation) terjadi bila kecepatan aliran air yang mengalir ke

    bawah dan udara mengalir ke atas melebihi harga kritisnya, maka sebagian air

    akan terangkat ke atas searah dengan aliran udara, fenomena ini disebut onset of

    flooding. Fenomena flooding dan karakteristik aliran dapat memengaruhi kinerja

    peralatan-peralatan industri seperti kondensor, evaporator, kolom destilasi, reaktor

    kimia gas cair. Peristiwa flooding akan sangat berbahaya bila terjadi pada sistem

    pendingin reaktor nuklir. Bila inti reaktor menjadi kering sebagian atau

  • 2

    keseluruhan, kemudian diusahakan pendinginan dari atas menggunakan air dingin

    yang diinjeksikan dari Emergency Core Cooling(ECC). Bila uap hasil pendidihan

    (flashing) ini mengalir ke atas dan menghambat aliran air pendingin kebawah

    sehingga mengakibatkan gagalnya pendinginan pada inti reaktor tersebut (Collier,

    1972). Keadaan ini disebut LOCA (Loss of Cooling Accident). Pada kasus

    kegagalan pendingin pada inti reaktor, temperatur permukaan dinding inti reaktor

    meningkat secara tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan lelehnya material

    dinding. Secara bersamaan kenaikan temperatur tersebut menyebabkan

    terbentuknya uap yang melebihi dari yang diizinkan untuk mempertahankan

    pendinginan seperti yang terjadi pada pipa panas (hot leg). Hot leg adalah pipa

    panas yang menghubungkan antara inti reaktor dengan steam generator seperti

    pada PLTN tipe Pressurized Water Reactors (PWR). Peristiwa flooding telah

    mendapat perhatian khusus dalam berbagai riset di industri nuklir terutama pada

    reaktor nuklir jenis PWR. Kecelakaan yang ditimbulkan oleh kerusakan fatique

    pada sistem perpipaan adalah kecelakaan yang dialami oleh salah satu PLTN di

    Jepang tahun 2004 yang akibatnya antara lain, membuat sebagian masyarakat

    ragu terhadap keberhasilan proyek pengembangan nuklir di sana. Sementara itu,

    kecelakaan yang disebabkan oleh sistem reaktor pendingin PLTN Fukoshima

    Jepang yang tidak berfungsi, menyebabkan tekanan dan suhu gas pada inti reaktor

    (reactor core) sangat tinggi. Tekanan dan suhu tersebut menyebabkan ledakan.

    Menurut Munson dkk. (2002) kecelakaan yang diakibatkan oleh kurangnya laju

    pendinginan pada reaktor nuklir (smal break loss of coolant accident, SBLOCA)

    dapat terjadi secara cepat.

    Penelitian tentang fenomena flooding banyak diteliti, diantaranya

    Mahmudin dkk. (2008) yang menyatakan tebal film dan fenomena dengan

    menggunakan suatu instalasi water injector berbentuk annular berlubang banyak.

    Proses flooding terjadi pada kecepatan aliran udara 2,904 m/s.water injector

    berbentuk annular berlubang banyak menemukan bahwa bila air yang terbawa

    oleh aliran udara semakin banyak maka air yang mengalir ke seksi uji semakin

    Dalam aliran dua fase udara dan air juga dapat dimungkinkan terjadinya

    kerak yang terjadi didalam sistem perpipaan, sambungan pada sistem perpipaan,

  • 3

    pengecilan dan pembesaran sistem perpipaan dan lain-lainnya. Yang

    menyebabkan terjadinya fenomena flooding.Oleh karena itu fenomena flooding

    perlu diteliti untuk diminimalisir hingga aliran air dalam pipa pada aliran dua fase

    air dan udara tidak terhenti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah rekayasa

    ulang beberapa kemungkinan yang akan terjadi dalam kurun waktu lama adalah

    hambatan. Untuk melengkapi beberapa penelitian terdahulu dan memberikan

    sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang

    fenomena flooding pada aliran dua fase air dan udara berlawanan arah, maka

    penulis merasa perlu melakukan penelitian pada suatu bentuk jika terjadi

    hambatan dalam sistem perpipaan terhadap terjadinya fenomena flooding.

    Hambatan dalam sistem perpipaan yang ingin diteliti pengaruhnya pada aliran dua

    fase air dan udara vertical berlawanan arah adalah hambatan cincin.Tujuan yang

    ingin dicapai adalah melihat terjadinya fenomena flooding jika diberi hambatan

    dalam sistem perpipaan. Dalam penelitian ini menggunakan pipa acrylic agar

    Penelitian ini akan menggunakan beberapa variasi mulai dari hambatan cincin

    berdiameter 1,2 cm,1,4 cm,1,6 cm Pengamatan akan dilakukan pada gradient

    tekanan, pola aliran, dan batas kecepatan maksimal dari fluida fase air dan udara

    dengan adanya hambatan cincin sebelum terjadi flooding penuh.

    1.2 Rumusan masalah

    Berdasarkan uraian yang tercantum pada latar belakang, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana pengaruh hambatan cincin terhadap fluktuasi perbedaan

    tekanan pada aliran dua fase air dan udara vertical berlawanan arah.

    2. Pola aliran pada aliran dua fase vertical air dan udara berlawanan arah.

    3. Fenomena flooding pada aliran dua fase vertikal air dan udara berlawanan

    arah.

  • 4

    1.3 Batasan masalah

    Agar pengujian yang dilakukan tidak terlalu melebar dari tujuan yang

    hendak dicapai, maka ditentukan batasan permasalahan. Adapun batasan

    masalahnya adalah sebagai berikut:

    1. Media yang digunakan adalah air dan udara.

    2. Instalasi pengujian yang dilakukan pada posisi vertikal.

    3. Tidak ada heat dan mass transfer antara fase.

    4. Karena tidak ada heat dan mass transfer maka viskositas mendekati nol.

    5. Pengujian dengan memakai pipa acrylic dengan diameter dalam(Din) = 36

    mm dengan ketebalan 2 mm. Pipa acrylic dengan tujuan agar dapat dilihat

    visualisasi pola aliran.

    6. Fenomena flooding akibat adanya hambatan berupa cincin sebagai

    penghambat dalam pipa uji(acrylic).

    1.4 Tujuan penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka ditetapkan tujuan yang

    akan dicapai dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui pengaruh adanya hambatan cincin terhadap terjadinya

    flooding pada aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan.

    2. Mengetahui bagaimana pengaruh adanya hambatan cincin terhadap

    fluktuasi perbedaan tekanan dan pola aliran pada aliran dua fase air dan

    udara vertikal berlawanan arah.

    3. Mengetahui dengan adanya hambatan cincin kecepatan maksimal fluida

    dan tekanan fluida yang dimungkinkan sebelum flooding penuh terjadi

    pada aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah.

    4. Melihat fenomena yang terjadi ketika diameter hambatan cincin dirubah

    rubah.

  • 5

    1.5 Manfaat penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama kuliah sebagai bentuk

    pengabdian pada masyarakat.

    2. Dapat memberikan alternatif-alternatif ketika terjadi hambatan pada aliran

    dua fase air dan udara berlawanan arah.

    3. Sebagai sumber peneliti lainnya dalam merancang dan mengembangkan

    penelitian serta dapat memperkaya referensi tentang aliran dua fase

    khususnya aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penelitian Terdahulu

    Penelitian tentang aliran dua fase dan fenomena flooding banyak diteliti,

    diantaranya (Priyo,2010) Aliran dua fase gas cairan yang melewati pipa vertikal

    mengalami perubahan karakterisitik flow patern yang dipengaruhi oleh kecepatan

    superficial cairan dan kualitas volumetrik gas.Pada setiap kecepatan superficial

    cairan untuk kualitas volumetrik gas menengah (medium) terjadi homogeneous

    bubbly flow dan dense bubblyflow untuk kisaran kualitas volumetrik gas yang

    tinggi.Sedangkan (Muhammad, 2008) mengatakan , ,flooding ditentukan oleh

    kecepatan kritis udara, yang membentuk gelombang film pada bagian bawah

    saluran pipa uji, dan merambat keatas searah dengan aliran udara, yang

    rnengakibatkan lonjakan beda tekanan secara tiba-tiba pada manometer diatas

    injektor cairan. Fenomena flooding selalu diawali dengan ketidakstabilan aliran

    film diikuti adanya pola aliran seperti droplet, aliran acak serta tetesan-tetesan

    air.Saat flooding pola aliran tersebut saling berinteraksi dan membentuk

    gelombang. Pada permukaan film yang bergerak ke atas searah dengan aliran

    udara dan gradien tekanan meningkat tajam Sementara itu, peningkatan kecepatan

    udara yang menyebabkan pengangkatan sebagian film air, dan teramati juga

    peningkatan ketebalan film secara mendadak terjadi lebih cepat pada jarak relatif

    lebih jauh dari sisi air masuk (z=2200 mm), bila dibandingkan pada z=400 mm

    dan z=1600 mm. Peningkatan ketebalan film tersebut diindikasikan sebagai

    fenomena hydraulic jump look like (Mahmuddin dkk. 2011).

    Untuk mengetahui penurunan tekanan melalui pipa lurus vertikal dengan

    pembesaran penampang. Pipa uji terbuat dari pipa fleksiglas berdiarneter 32 mm

    dan 19 mm. Pengukuran dilakukan pada debit air dari 6.7X10-5

    sampai dengan

    23x10-5m

    3/s, dan injeksi udara pada debit di mulai dari 12x10

    -5 sampai dengan

    12.1x10-4m

    3/s. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada debit udara yang

    rendah terjadi penurunan tekanan, dan terjadi peningkatan penurunan tekanan bila

    injeksi debit udara di atas 0.3x10-3

    m3/s, Tetapi pada debit udara di atas 12x10

    -

    4m

    3/s besaran ini turun secara draktis. Untuk kualitas udara (x) semakin tinggi

  • 7

    penurunan tekanan naik secara linear dan terjadi penurunan tekanan dengan

    peningkatan debit air pada kualitas udara konstan. Karakteristik penurunan

    tekanan hasil penelitian ini memiliki karateristik sama dengan yang dikemukakan

    oleh Velasco.(Mahmuddin dkk. 2008).Alir an berlawanan arah udara dan air di

    pipa diameter 24 mm. Alur pengamatan, pengukuran tekanan gradien dan

    ketebalan film dilakukan diair Reynolds numbers (ReL) yang bervariasi 322, 465,

    630 dan 709 dikombinasikan untuk udara injeksi dengan kecepatan dari 1,845 m/s

    sampai 6,148 m/s pada jarak 400 mm, 1600 mm dan 2200 mm dari saluran masuk

    air. Gradien tekanan dan ketebalan film tidak meningkatkan sampai sebelum

    terjadinya banjir. Jika tidak, propagasi gelombang di permukaan aliran film dari

    bagian bawah saluran masuk udara akan meningkatkan ketebalan film secara

    bertahap dan tekanan gradien dengan cepat ketika kondisi banjir. Ketebalan film

    yang meningkat secara bertahap diindikasikan sebagai tampilan fenomena

    hydraulic jump look like.(Mahmuddin, dkk. 2011)

    2.2. Aliran Dua-Fase

    Aliran dua fase adalah aliran fluida yang terdiri dari dua macam zat yang

    berbeda fase yang mengalir secara bersamaan dalam suatu saluran.Misalnya,

    aliran dua fase cair-gas, aliran dua fase cair-padat atau aliran dua fase gas-

    padat. Aliran dua fase ini banyak ditemukan pada berbagai instalasi mesin,

    seperti instalasi pompa air lumpur yang mengalirkan zat cair dan zat padat

    atau pada instalasi Air Condition yang mengalirkan fluida freon dalam fase

    gas dan cair. Aliran dua fase merupakan bagian dari aliran multifase.Aliran

    dari fase yang berbeda ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari

    maupun dalam proses-proses industri.Aliran dua-fase dimulai dari Heron-

    direktur sekolah mekanik Alexandria.Dia memakai sistem dua-fase yang

    diikuti dengan perubahan fase untuk merubah energi termik menjadi energi

    kinetik.Air yang berada dalam sungkup dipanaskan dan uap yang dihasilkan

    naik ke bola dan memisah melalui aliran yang berlekuk-lekuk.Heron belum

    puas dengan hasil percobaan ini.Heron menemukan sistem yang lebih baik

    untuk membuka dan menutup pintu kuil secara otomatis.Api yang menyala di

    altar akan memanaskan air di drum, uap akan masuk ke bejana. Semakin

  • 8

    banyak uap maka bejana akan semakin berat sehingga bejana turun dan akan

    memutar poros untuk membuka pintun kuil. Jadi pintu kuil akan terbuka dan

    tertutup secara otomatis tergantung pada ada atau tidaknya api di altar.

    Sedangkan Leonardo da Vinci tidak lagi mempraktekan pemakaian uap air

    untuk mengubah energi termik menjadi energi kinetik.Pada tahun 1945 ia

    menceritakan pengalamannya dengan meriam uapnya yang bernama

    Iarchitonnerre.Meriam tersebut dapat melempar peluru berbobot 45 kg

    sejauh 1080 m.Sepertiga bagian dari meriam dipanaskan diatas

    anglo.Penguapan mengakibatkan pelepasan peluru.Meriam uap ini telah

    digunakan pada saat perang saudara di Amerika dan pada perang dunia I.

    Aliran dua fase yang merupakan bagian dari aliran multifase sangat

    berbeda dengan aliran satu fase. Pada aliran satu fase, pressure drop

    dipengaruhi oleh Reynolds number yang merupakan fungsi dari viskositas,

    berat jenis fluida dan diameter pipa.Sedangkan aliran dua fase mempunyai

    fenomena yang sangat kompleks dibanding pada aliran satu fase diantaranya

    adalah interaksi antar fase, pengaruh deformasi permukaan dan pergerakan

    antar fluida, pengaruh ketidakseimbangan fase, perubahan pola aliran dan lain

    sebagainya.Tidak kecuali juga pressure drop pada aliran dua fase banyak

    menjadi ketertarikan dalam penelitian.

    2.3. Flooding

    Fenomena flooding banyak diminati peneliti sebelumnya,baik pada analisa

    dimensional maupun percobaan mekanismenya,khususnya kejadian flooding

    didalam pipa vertikal aliran berlawanan arah.Bermacam-macam analisa dan

    penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode yang akan

    digunakan menghitung kondisi saat terjadinya flooding,serta memberikan korelasi

    untak memprediksi kecepatan gas flooding,tetapi belum ada suatu model ataupun

    eksperimen yang menerangkan secara pasti,mengenai mekanisme flooding yang

    berlaku secara umum.Sistem aliran dua fase gas cair berlawanan arah didalam

    pipa vertikal banyak dijumpai di industri perminyakan industri kimia,pusat tenaga

    nuklir,pusat pembangkit tenaga uap,khususnya pada peralatan kondensor,

    evaporator tegak dan menara pendingin.Aliran berlawanan arah terjadi ketika

  • 9

    cairan dimasukkan kedalam pipa vertikal lewat injektor berbentuk saluran pada

    bagian atas.Sedangkan gas dialirkan keatas dari dasar pipa uji dengan laju aliran

    bervariasi dari kecepatan 0 hingga melewati kecepatan kritis.Pada laju aliran

    konstan cairan sebagai film akan mengalir kebawah sepanjang pipa uji karena

    pengaruh gravitasi. Film cairan ini tidak merata,tetapi berbentuk riak yang sangat

    halus.(gambar 2.1a) Jika laju aliran udara dinaikkan,film semakin bergelombang

    terutama pada bagian bawah saluran pipa uji (gambar 2.1b). Jika laju aliran udara

    terus dinaikkan maka gelombang film pada seluruh permukaan makin besar,

    mengakibatkan butiran cairan terbawa kedalam inti udara (gambar 2.1c). Pada laju

    aliran udara semakin tinggi, butiran cairan semakin besar dan membentuk

    sumbatan yang merambat keatas (gambar 2.1d) massa cairan ini menempel pada

    bagian dalam saluran diatas injektor.Fenomena ini terjadi secara tiba-tiba data

    peristiwa ini disebut flooding atau titik flooding.

    Gambar 2.1 Mekanisme Flooding.

    (Sumber: Muhammad; 2008 :106)

    Air yang mengalir kebawah masuk kedalam inti akan dilawan oleh uap hasil

    pendidihan (flasing) yang mengalir keatas, sehingga mengakibatkan gagalnya

    pendinginan. Hal ini disebut sebagai LOCA (Lost of Cooling Accident).Dengan

    memprediksi awal terjadinya flooding dan memberikan pertimbangan yang tepat,

    kerugian pendinginan tersebut dapat dihindari.

  • 10

    2.4. Hambatan

    Dalam suatu aliran fluida baik satu fase maupun multi fase selalu terjadi

    kehilangan energi (losses) yang mengakibatkan penunurunan tekanan (Olson,

    1990).Berkurangnya energi tersebut disebabkan oleh adanya hambatan yang

    harus diatasi.Jumlah energi yang hilang sepanjang lintasan aliran perlu diketahui

    untuk menentukan besarnya daya penggerak yang digunakan untuk mengalirkan

    fluida.

    Penurunantekanan sepanjanglintasan aliran merupakan jumlah penurunan tekanan

    dari setiap komponen pipa yang dilalui aliran.Salah satu komponen pipa yang

    banyak digunakan adalah pengecilan dan pembesaran pipa secara mendadak (sudden

    contraction).Komponen pipa ini digunakan untuk menyambung dua pipa yang

    berbeda diameternya (sumarli, 2008).Model hambatan cincin dengan

    perubahan diameter dalam aliran dua fase secara mendadak dan juga

    pengecilan yang dilakukan dalam satu seksi uji masih belum banyak

    dilakukan, padahal dalam dunia industri yang menggunakanaliran dua fase

    juga tidak menutup kemungkinan terjadi kerak-kerak, sambungan, dan lain-

    lain.Perlu adanya tindakan antisipasi (preventive), agar ketika bisa

    melakukan pengamatan sejak dini Model persamaan untuk menghitung

    besarnya penurunan tekanan pada aliran dua fase melewati pengecilan pipa

    masih belum memiliki akurasi yang tinggi. Hal ini ditandai masih terdapat

    perbedaan yang signifikan antara penurunan tekanan hasil perhitungan

    dengan hasil pengukuran.Misalnya model persamaan yang dikembangkan oleh

    Giot (1981) dan Hewitt (1983).

    Dalam aliran dua fase udara dan air juga dapat dimungkinkan terjadinya

    kerak yang terjadi didalam sistem perpipaan, sambungan pada sistem perpipaan,

    pengecilan dan pembesaran sistem perpipaan dan lain-lainnya.Yang

    menyebabkan terjadinya fenomena flooding.Oleh karena itu fenomena flooding

    perlu diteliti untuk diminimalisir hingga aliran air dalam pipa pada aliran dua fase

    air dan udara tidak terhenti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah rekayasa

    ulang beberapa kemungkinan yang akan terjadi dalam kurun waktu lama adalah

    hambatan. Untuk melengkapi beberapa penelitian terdahulu dan memberikan

    sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang

  • 11

    fenomena flooding pada aliran dua fase air dan udara berlawanan arah, maka

    penulis merasa perlu melakukan penelitian pada suatu bentuk jika terjadi

    hambatan dalam sistem perpipaan terhadap terjadinya fenomena

    flooding.Hambatan dalam sistem perpipaan yang ingin diteliti pengaruhnya pada

    aliran dua fase air dan udara vertikal berlawanan arah adalah hambatan

    cincin.Tujuan yang ingin dicapai adalah melihat terjadinya fenomena flooding

    jika diberi hambatan dalam sistem perpipaan.

    2.5 Sistem Likuid-Gas

    Dalam sistem aliran dua fase yang terdiri dari fase likuid-gas masalah

    yang perlu diketahui adalah konfigurasi aliran, penurunan tekanan (pressure

    drop) dan fraksi dari volume saluran yang ditempati oleh fase udara atau yang

    lebih dikenal dengan fraksi hampa (void fraction).

    2.5.1 Konfigurasi aliran

    Pemisahan air dan uapnya dalam saliran pipa panas atau dingin dapat

    dipresentasikan dalam berbagai bentuk dimana pengetahuan dan prediksi

    dibutuhkan untuk menghitung penurunan tekanan dan koefisien perpindahan

    kalor antara fluida dua fase dan dinding pipa.Aliran likuid-gas dapat

    mengambil berbagi konfigurasi geometris yang dikenal sebagai pola aliran.

    Parameter yang penting dalam menentukan pola aliran adalah :

    1. Pegangan permukaan atau injektor, yang menjaga dinding saluran tetap

    basah dan cenderung untuk membuat tetes-tetes likuid dan gelembung

    gas kecil.

    2. Grafitasi, yang cenderung mendorong likuid pada dasar saluran.

    2.5.2 Pola aliran

    Dalam sistem aliran berlawanan arah (counter-current) dengan pipa

    vertikal ada kondisi batas dimana kecepatan aliran kedua fase tidak dapat

    dinaikkan lagi, bila melewati kondisi kritisnya maka akan terjadi penggenangan

    (flooding), tidak ada lagi cairan yang turun kebawah dan aliran menjadi searah ke

  • 12

    atas. Pada aliran searah (counter-current) perubahan kecepatan aliran gas dan

    cairan tidak berpengaruh terhadap arah aliran.

    Pentingnya pengaturan debit aliran atau kecepatan aliran gas dan cairan

    maksudnya adalah untuk memperoleh daerah-daerah aliran yang diharapkan untuk

    masing-masing kondisi. Dengan varibel kecepatan aliran gas dan cairan diperoleh

    pola aliran seperti aliran gelembung, aliran kantung gas atau sumbat cairan, aliran

    acak, aliran kabut tetes cairan dan aliran cincin.(Hewitt & Roberts, 1969).

    2.5.3 Pipa vertikal

    Pola aliran dua fase dalam saluran horizontal akan berbeda dengan

    saluran vertikal. Dalam saluran horizontal udara akan cenderung berada diatas,

    karena lebih ringan.Pola aliran yang berlaku pada pipa vertikal dengan arah

    aliran ke atas, dapat dilihat pada gambar 2.2

    Gambar 2.2 Pola aliran pipa vertkal.

    (Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 29)

    2.5.4 Penentuan konfigurasi aliran pipa vertikal

    Diagam Hewitt-Robert (gambar 2.3) merupakan diagram yang paling

    sering dipakai untuk meramalkan konfigurasi aliran. Sistem koordinat yang

    digunakan adalah sebagai berikut:

    (2.1)

    (2.2)

    Dengan :

    = berat jenis (kg/m)

    U = kecepatan superficial (m/s)

  • 13

    G = fluks massa (kg/ms)

    X = kualitas uap

    Gambar 2.3 Diagram aliran Hewitt-Robert untuk pipavertikal.

    (Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 30)

    2.5.5 Pipa horisontal

    Pola aliran yang berlaku pada pipa horisontal diperlihatkan pada gambar 2.4:

    1. Aliran gelembung (bubble), dimana gelembung gas cenderung untuk

    mengalir pada bagian atas pipa.

    2. aliran kantung gas (plug) dimana gelembung gas kecil bergabung

    membentuk kantung gas

    3. Aliran serata licin (stratified), dimana permukan bidang sentuh likuid-

    gas sangat halus. Tetapi pola aliran seperti ini biasanya tidak terjadi,

    batas fase hampir selalu bergelombang

    4. Aliran serata gelombang (stratified wavy), dimana amplitudo

    gelombang meningkat karena kenaikan kecepata gas

    5. Aliran sumbat likuid (slug), dimana amplitudo gelombang sangat

    besar hingga menyentuh bagian atas pipa

    6. Aliran cincin (annular), sama dengan pada pipa vertikal hanya likuid

    film lebih tebal di dasar pipa dari pada dibagian atas.

  • 14

    Gambar 2.4 Pola aliran pipa horizontal

    (Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 29)

    2.5.6 Penentuan konfigurasi aliran pipa horisontal

    Taitel dan Dukler membagi aliran horisontal menjadi enam tipe

    seperti yang terlhat pada gambar 2.4 berdasarkan analisa mekanisme transisi

    dan mengusulkan diagram pada gambar, dengan observasi sebagai berikut:

    1. Transisi A,antara alian serata dengan cincin atau peralihan (intermitten).

    Transisi ini timbul bila terjadi gelombang pada permukaan bebas dimana

    likuid menjadi tidak stabil.Formasi dan gelombang akan membawa

    formasi dari pola aliran lain dengan mekanisme:

    a. Pada nilai rendah, gelombang akan menyapu dan mengelilingi pipa

    membentuk cincin.

    b. Pada nilai yang besar, gelombang terbentuk pada batas fase dan

    disapu oleh fase gas atau menyentuh permukaan atas pipa yang

    membawa keregim peralihan.

    2. Transisi B,peralihan dengan cincin. Mulai dari aliran strata kita dapatkan

    aliran peralihan. Bila level permukaan bebas berada diatas pipa. Bila

    tidak maka akan kita dapatkan aliran cincin. Ide ini memungkinkan

    kriteria transisi yang berbentuk garis lurus dengan x=1,6

    3. Transisi C,strata licin dengan strata gelombang. Tansisi ini menggunakan

    teori jefrey relatif terhadap timbulnya gelombang permukaan bebas.

    4. Transisi D,peralihan dengan aliran gelembung timbul pada saat agitasi

    turbulen menghalangi gas untuk mempertahankan ketinggiannya dalam

    pipa karena efek mampu ambang. Taitel dan dukler sampai pada sebuah

    transisi dengan koordinat sebagai berikut:

  • 15

    Gambar 2.5 Diagram Taitel dan dukler untuk pipa vertikal

    (Sumber: Koestoer dan Proborini 1994: 34)

    2.6. Penurunan Tekanan Aliran Dua Fase Melewati Pengecilan Pipa

    Penurunan tekanan sepanjang lintasan aliran merupakan jumlah

    penurunan tekanan dari setiap komponen pipa yang dilalui aliran.Salah satu

    komponen pipa yang banyak digunakan adalah pengecilan pipa secara

    mendadak (sudden contraction).Model persamaan untuk menghitung besarnya

    penurunan tekanan pada aliran dua fase melewati pengecilan pipa masih

    belum memiliki akurasi yang tinggi.Hal ini ditandai masih terdapat perbedaan

    yang signifikan antara penurunan tekan.Misalnya model persamaan yang

    dikembangkan oleh Giot (1981) dan Hewitt (1983):

    Persamaan ini menghasilkan besarnya penurunan tekanan 20%

    dibanding penurunan tekanan hasil pengukuran.Untuk meningkatkan akurasi

    dari model persamaan aliran dua fase melewati pengecilan pipa maka perlu

    dilakukan analitis lebih mendalam mengenai profil aliran dan distribusi

    tekanan pada lokasi sebelum dan sesudah aliran melewati pengecilan pipa.

    Profil aliran satu fase cair melewati pengecilan saluran dapat dilihat

    pada gambar 2.6 bahwa sebelum aliran melewati daerah transisi, penampang

    pipa terisi penuh oleh aliran fluida.Setelah aliran melewati daerah transisi,

    aliran fluida pada dinding pipa mulai memisahkan diri dan luas penampang

  • 16

    aliran mulai mengecil sampai pada luas aliran terkecil yang disebut vena

    contracta.Lokasi vena contracta berada dibawah dinding kontraksi.Setelah

    melewati vena contracta kemudian aliran mengalami pembesaran penampang

    sampai aliran memenuhi penampang pipa.

    Gambar 2.6 Profil Satu Fase Cair

    (Sumber: Sumarli; 2008)

    Perubahan luas penampang aliran selama melewati pengecilan pipa

    tersebut akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran. Berdasarkan persamaan

    kontinuitas, besamya kecepatan aliran berbanding terbalik dengan perubahan

    luas penampang Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecepatan terbesar

    berada pada daerah vena contracta.Selain perubahan kecepatan, perubahan

    luas penampang aliran juga menyebabkan perubahan tekanan.Menurut

    persamaan Bernouli, dalam suatu aliran fluida terdapat energi kinetik, energi

    potensial dan energi tekanan (Benedict, 1980) dan (Young, dkk. 1997).

    Sedangkan menurut hukum kekekalan energi, dalam suatu aliran sangat di-

    mungkinkan adanya transformasi energi dari satu bentuk ke bentuk lain

    dengan syarat total energi tidak akan berubah atau konstan sepanjang aliran

    (White, 1994). Dengan demikian jika energi kinetik suatu aliran mengalami

    pertambahan maka energi lain pasti akan berkurang dalam jumlah yang sama.

    Pada aliran fluida fase cair melewati pengecilan pipa, perubahan

    tekanan pada setiap penampang pipa diperlihatkan pada gambar 2.6 Tekanan

    fluida mulai menurun setelah memasuki daerah transisi tekanan cenderung

    turun sampai pada vena contracta.Penurunan tekanan ini disebabkan oleh

  • 17

    kenaikan kecepatan aliran.Setelah melalui vena contracta.Tekananan kembali

    naik sampai pada daerah aliran penuh.Profil aliran dan profil tekanan pada

    aliran fase cair tersebut hampir sama dengan profil aliran gas kecepatan

    rendah sampai menengah.

    Gambar 2.7 Profil Perubahan Tekanan.

    (Sumber: Sumarli; 2008)

    2.7. Kecepatan Kritis

    Dilihat dari kecepatan aliran dikategorikan sebagai laminar bila aliran

    tersebut mempunyai bilangan Reynolds kurang dari 2300. Untuk aliran

    transisi berada pada bilangan Re 2300 dan 4000 biasa juga disebut sebagai

    bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan

    Reynolds lebih dari 4000.Kecepatan kritis yang mempunyai arti penting,

    kecepatan dimana semua turbulensi diredam oleh kekentalan

    fluidanya.Bilangan Reynolds yang tak berdimensi, menyatakan perbandingan-

    perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya viskositas (kekentalan).

    Untuk pipa bundar dengan aliran penuh, bilangan Reynolds :

    Dengan:

    = kekentalan kinematik fluida (m2 /det)

    = diameter pipa (m) ; r0= jari-jari pipa (m)

    = kerapatan massa jenis fluida (kg/m3)

  • 18

    = kekentalan absolut (Pa . s)

    = kecepatan rata-rata (m/det)

    2.8. Viskositas

    Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap

    deformasi atau perubahan bentuk.Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,

    tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat

    cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini

    disebabkan gaya gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami

    penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang

    menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.

    2.9. Massa Jenis (Density)

    Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat

    tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume, sifat ini ditentukan

    dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu

    bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan

    sebagai berikut:

    Dengan:

    m = masa fluida (kg)

    = volume fluida (m3)

    Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka

    kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari

    molekul-molekul fluida semakin berkurang.

    2.10. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)

    Penurunan tekanan adalah perubahan tekanan karena aliran duafase

    melalui suatu sistem yang merupakan parameter penting dalam perancangan,

    baik untuk sistem adiabatik maupun sistem dengan perubahan fase seperti

    ketel dan kondensor.Tidak ada korelasi umum untuk penurunan aliran duafase

  • 19

    yang akurat, hal ini mungkin disebabkan karena korelasi yang ada digunakan

    untuk mewakili berbagai situasi fisik.Walaupun demikian, untuk menghitung

    penurunan tekanan diadakan pendekatan seperti aliran dianggap homogen atau

    terpisah.

    Pada aliran dua fase gas-cair, Collier (1977) dalam penelitianya yang

    menggunakan uap basah sebagai fluida kerjanya menyimpulkan bahwa

    penurunan tekanan hasil perhitungan teori yang menggunakan model

    persamaan aliran homogen yang diterapkan untuk aliran dua-fase hanya

    akurat untuk koefisien kontraksi tertentu.Schmidt dan Friedel (1997)

    melakukan pengukuran penurunan tekanan sepanjang sumbu saluran dan

    penurunan tekanan sebelum dan sesudah dinding kontraksi. Disimpulkan

    bahwa semakin besar fluks massa dan kualitas aliran semakin besar pula

    penurunan tekanan.

    2.11. Aliran Terpisah (Terstratifikasi)

    Dalam aliran terpisah (separated), fase-fase secara fisik mengalir

    terpisah dengan kecepatan berbeda seperti ditunjukan dalam gambar. Rasio

    kecepatan (S) untuk aliran homogen sama dengan satu sedangkan untuk aliran

    terpisah S biasanya lebih besar dari satu, jadi fase gas bergerak lebih cepat

    dari likuid.

    Gambar 2.8Aliran dua fase tepisah

    (Sumber: Koestoer dan Proborini; 1994: 40)

  • 20

    BAB I II

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Kerangka Penelitian

    Aliran dua fase dipergunakan untuk prediksi dan menggambarkan

    performance peralatan seperti penurunan tekanan, fraksi hampa, koefisien

    perpindahan panas dan massa serta fenomena fisik dari peralatan.Adapun proses

    flooding pada aliran aliran dua fase cair-gas vertical berlawanan arah dipengaruhi

    beberapa hal :

    1. Kecepatan udara.

    2. Kecepatan air

    3. Desain water injector air dan udara.

    4. Desain saluran.

    5. Hambatan dalam pipa.

    Desain saluran dengan menambahkan cincin sebagai bentuk hambatan

    karena pada dunia industri yang menggunakan aliran dua fase juga tidak menutup

    kemungkinan terjadinya hambatan. Hambatan yang akan dipergunakan dalam

    penelitian ini dengan membuat desain menyerupai sambungan yang mana

    diameternya dapat dirubah-rubah dan jumlahnya juga divariasikan mulai 1,2 cm,

    1,4 cm, 1,6 cm.

    3.2 Hipotesa

    Dengan hambatan cincin semakin kecil pada aliran dua fase vertikal

    berlawanan arah akan menimbulkan terjadinya flooding lebih cepat bila

    dibandingkan tanpa hambatan cincin.

    3.3 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental

    (experimental method). Dalam penelitian ini menggunakan variasi hambatan

    berupa cincin dalam pipa terhadap proses terjadinya flooding. Pengaruh dari

    variasi hambatan ini nanti akan dibandingkan sehingga diperoleh suatu kejadian

    yang saling berhubungan.

  • 21

    Gambar 3.1 Diagram Kerangka Penelitian.

    Diameter hambatan cincin 1,2 cm 1,4 cm 1,6

    cm

    Geometri saluran Air injector

    Hambatan

    Water injector

    Flooding

    Kecepatan udara

    Sifat fisik cairan

    Kecepatan cairan

    Desain saluran

    hambatan

    Kecepatan

    maksimal Cairan

    saat terjadi flooding

    Kecepatan

    maksimal udara

    saat terjadi flooding

    Debit maksimal

    Cairan saat terjadi

    flooding

    Visualisasial

    iran

    Pola aliran

  • 22

    3.4 Waktu danTempat Penelitian

    November tanggal 5 s/d 10 2014

    Lab. Mesin kampus Muhammadiyah Sidoarjo

    3.5 Variabel Penelitian

    Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Variabel bebas (Independent Variable)

    Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan oleh

    peneliti.Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah dengan tidak diberi

    hambatan.

    Debit udara divariasikan dari 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 L/s.

    Sedangkan untuk debit air dimulai dari 3, 4, 5, 6 L/min.

    Hambatan cincin divariasikan mulai dari hambatan cincin berdiameter 1,2

    cm 1,4 cm 1,6 cm

    2. Variabel terkontrol (Controlled Variable)

    Variabel terkontrol adalah variabel yang nilainya ditentukan peneliti dan

    dikondisikan konstan. Dalam penelitian ini variabel terkontrolnya adalah

    air dan udara sebagai media pengujian, posisi pipa acrylic vertikal,

    diameter pipa acrylic 36 mm, tidak ada heat dan mass transfer antar fase,

    dan viscositas air dan udara mendekati nol.

    3. Variabel terikat (Dependent Variable)

    Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung dari variabel

    bebas dan diketahui setelah penelitian dilakukan.Variabel terikat yang

    diamati pada penelitian ini adalah:

    a. Pola aliran.

    b. Kecepatan maksimal cairan saat terjadi flooding.

    c. Kecepatan maksimal udara saat terjadi flooding.

  • 23

    3.6 Instalasi Penelitian

    Instalasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini terlihat seperti

    skema pada gambar 3.2

    Gambar 3.2 Instalasi Penelitian

  • 24

    3.7 Alat dan Bahan Penelitian

    3.7.1 Alat

    1. Kompressor

    Kompressor berfungsi untuk menyuplai udara bertekanan menuju test section.

    Data-data kompressor:

    Model : CPT-280 A

    Max. Working Press : 11 Bar

    Hydraulic Test Press : 16,96 Bar

    Kapasitas : 200 Liter

    Data-data motor 3 Phase Induction

    Type : MRH 3107 M; Fuji Electronic CO., ltd

    Tegangan : 380 V (3-phase)

    Putaran : 1420 RPM

    Arus : 4,7 A

    Frekuensi : 50 Hz

    Daya : 2,2 Kw

    2.Pompa air

    Pompa air berfungsi untuk menyuplai fluida cair bertekanan menuju seksi uji.

    Data-data pompa:

    Power Output : 125 watt

    Voltage/Frekuensi/Phase : 220V/ 50 Hz/ 1 Phase

    Rpm : 2850 rpm

    Discharge Head : 15 meter

    Suction Head : 9 meter

    Kapasitas : 32 liter / menit

    3. Water flowmeter dan Air flowmeter

    Berfungsi untuk mengukur flow rate udara dan air yang akan masuk kedalam

    seksi uji.

    4. Manometer

    Manometer berfungsi untuk mengukur perubahan gradient tekanan pada seksi uji

    untuk mendeteksi terjadinya flooding.

  • 25

    5. Handycam / kamera digital

    Handycam / kamera digital digunakan untuk mendapatkan pola aliran dari aliran

    fluida dua fase.

    3.7.2 Bahan

    a. Pipa acrylic

    Pipa acrylic berfungsi sebagai keluarnya campuran dua fase udara dan air

    dari test section menuju connecting line, kemudian menuju separator.

    b. Pipa PVC

    Pipa PVC berfungsi sebagai connecting line pipe.

    c. Regulator

    Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan input udara dan air dari

    compressor dan pompa air, diharapkan tekanan udara dan air masing-masing

    sama.

    d. Diffuser water injector

    Diffuser water injector berfungsi agar cairan bergerak turun secara

    menempel pada dinding dalam saluran

    Gambar 3.3 Desain Diffuser Water Injector

  • 26

    e. Diffuser air injector

    Diffuser air injector berfungsi agar udara bergerak keatas dengan awal

    berada pada posisi ditengah-tengah pipa uji

    Gambar 3.4 Desain Diffuser Air Injector.

  • 27

    f. Macam-macam hambatan

    Dalam penelitian ini dengan menambahkan variasi hambatan dengan

    tujuan untuk mengetahui fenomena yang terjadi ketika terjadi dalam aliran dua

    fase udara-air pada vertikal

    1,2 1,4 1,6

    Gambar 3.5 Desain Hambatan Cincin.

  • 28

    Ya

    3.8 Diagram alir penelitian

    Gambar 3.6 Diagram alir penelitian

    Tidak

    Des

    ain

    salur

    an

    Mulai

    Studi pustaka

    Perumusan masalah & Hipotesa

    Pembuatan Alat Uji Hambatan Cincin Dalam Pipa

    Acrylic

    Perakitan instalasi penelitian

    Penentuan Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas :Menggunakan hambatan cincin Pada Pipa Acrylic 2. Variabel Terikat :

    a. Pola aliran. b. Kecepatan maksimal cairan saat terjadi flooding. c. Kecepatan maksimal udara saat terjadi flooding.

    Merakit alat dan variable terkontrol

    Analisis data dan perhitungan

    Kesimpulan SELESAI

    Pengambilan data tekanan, pola alir, flow rate udara awal

    dan maksimal udara flooding

    1. Debit air 2. Debit udara 3. Tekanan masuk 4. Video dari camcoder

  • 29

    3.9 Prosedur pengambilan data

    Langkah-langkah pelaksanaan pengujian :

    1. Pasang hambatan cincin berdiameter 1,2 cm,pada instalasi penelitian.

    2. Kompresor dijalankan sampai tekanan udara dalam tangki 10 bar.

    3. Pompa dijalankan dan dibiarkan sampai akumulator air terisi 3/4 bagian.

    4. Dengan menggunakan katup, debit air dapat dipertahankan mulai dari 3, 5, 7,

    9 L/min. dan dapat dibaca pada skala flow meter air.

    5. Debit udara dinaikkan setiap satu skala flow meter udara dimulai dari skala 8,

    16, 24, 32, 40 L/s, atau sampai terjadi flooding.

    6. Amati perubahan gradient tekanan diatas injector untuk mendeteksi awal

    terjadinya flooding.

    7. Dengan menggunakan kamera digital atau handycame pola aliran dapat

    direkam dengan baik dan dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan

    gambar fenomena flooding.

    8. Catat Debit udara saat terjadinya flooding dan rekam fenomena alirannya.

  • 30

    BAB IV

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Penelitian

    Pada bab ini dipaparkan hasil pengujian tentang pengaruh variasi diameter

    hambatan terhadap fenomena flooding pada aliran dua fase cair-udara vertikal

    berlawanan arah.

    Tabel 4.1 Data penelitian untuk water injector berbentuk hambatan 1,2 cm

    variasi awal debit air

    NO DEBIT DEBIT TEK. UDARA -rata

    AIR (L/M) UDARA (L/S) MASUK (BAR) (mmH2O)

    1. 3

    8 10 1

    16 10 1,4

    24 10 6

    32 10 10

    40 10 12

    2. 5

    8 10 1

    16 10 2

    24 10 5

    32 10 12

    40 10 13

  • 31

    Tabel 4.2 Data penelitian untuk water injector berbentuk hambatan 1,2 cm

    variasi awal debit udara

    NO DEBIT DEBIT TEK.

    UDARA -rata

    UDARA

    (m^3/jam) AIR (L/M)

    MASUK

    (Bar) (cmH2O)

    1. 8 3 10 1

    5 10 1

    7 10 1,2

    9 10 1

    2. 16 3 10 1,4

    5 10 2

    7 10 2

    9 10 2

    Data penelitian selengkapnya untuk hambatan 1,2 cm,1,4 cm, 1,6 cm, dapat dilihat

    pada lampiran tabel pada bagian lampiran.

    Dari data yang diperoleh dalam penelitian diatas kemudian dilakukan pengolahan

    atau perhitungan untuk mendapatkan tekanan dalam pipa (), debit air

    (liter/menit) dan debit udara (liter/second), massa alir air dan udara ( ), fluks

    massa air dan udara ( ), dan kecepatan superficial air dan udara ().

    4.2 Perhitungan data aliran dua fase.

    Dari data-data diatas akan dilakukan perhitungan terhadap parameter penting

    dalam menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi dalam aliran dua fase

    vertikal dengan variasi hambatan.

    4.2.1 Contoh perhitungan konversi rata-rata (mmH2O)ke P rata-rata

    ( )