Upload
frassad
View
1.213
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI HASIL AUDIT MUTU INTERNAL
BERDASARKAN ISO 9001:2000 ATAS FUNGSI PEMASARAN
HASIL INDUSTRI PADA PERUM PERHUTANI UNIT III
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DIAJUKAN OLEH
AFRA NURINA AMARILLA
No. Pokok : 040510227
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi
Hasil Audit Mutu Internal Berdasarkan ISO 9001:2000 Atas Fungsi Pemasaran
Hasil Industri Pada Perum Perhutani Unit III”.
Penyelsaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
antara lain:
1. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih telah memberikan dorongan, semangat,
kesabaran, kasih sayang, dan doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan
kuliah dan skripsi ini. Untuk adik-adikku tersayang Aldi dan Dhila yang selalu
menyemangati penulis.
2. Bapak Drs. Ec. H. Karjadi Mintaroem, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga Surabaya.
3. Bapak Drs. Agus Widodo M., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.
4. Ibu Sri Ningsih, SE, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skrispsi ini.
5. Bapak Martin selaku Sekretaris ISO Unit III, Pak Rudi, Pak Nurgana dari Tim
AMI Perum Perhutani, Pak Teddy, Ibu Ratna, Ibu Videl, Ibu Apu dari
ii
Pemasaran Hasil Industri Perum Perhutani yang telah memberikan ijin,
membantu, serta meluangkan waktu selama penulis melakukan penelitian.
6. Muhammad Assad, Tante Revy dan Om, terima kasih atas semangat,
dukungan dan semua do’a-do’anya. Tidak lupa juga untuk Ka Ari dan Mba
Nia, terima kasih banyak.
7. Dewi terima kasih atas persahabatan yang tulus selama 7 tahun ini dan untuk
Dinda, Putri, Rosyta, Erfa, Amel, Ika Ratiza, terima kasih atas semua cerita,
pengalaman, dan bantuan selama kuliah.
8. Teman-teman di FE Unair dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu dalam membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan rahmat dan
karunia kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis
selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
Surabaya, Januari 2010
Penulis
iii
ABSTRAKSI
Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam perusahaan, karenatanpa pemasaran perusahaan tidak akan dapat memasarkan dan menjualproduknya. Oleh karena itu, pemasaran dalam perusahaan harus dikelola denganbaik agar perusahaan dapat menghadapi tantangan dalam persaingan bisnis.Kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan,sebab tujuan akhir dari konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasanpelanggan sepenuhnya (Total Customer Statisfaction). Pemasaran yang baik harusmempunyai sistem manajemen mutu yang baik pula, untuk mengawasi danmeningkatkan kinerja dari sistem manajemen mutu tersebut dilakukan audit mutuinternal. Audit mutu menurut merupakan suatu pengujian yang sistematis danindependen untuk menentukan apakah aktivitas mutu dan hasil yang berhubungandengan mutu memenuhi aturan yang telah direncanakan dan apakah aturantersebut telah diterapkan secara efektif (Tunggal, 2000:92). Penelitian inibertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas hasil audit mutu internalsebagai alat bantu manajemen dalam menilai tingkat kinerja fungsi pemasaranhasil industri pada Perum Perhutani Unit III.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studikasus. Subyek penelitian adalah Perum Perhutani Unit III, dengan obyekpenelitian audit mutu internal fungsi pemasaran hasil industri. Pembahasansubyek dan obyek penelitian yaitu efektivitas hasil audit mutu internalberdasarkan kriteria ISO 9001:2000 pada fungsi pemasaran hasil industri PerumPerhutani Unit III. Dalam ISO 9001:2000 audit internal lebih berfokus padasistem manajemen mutu. Indikator penilaian setiap kriteria sistem manajemenmutu ISO 9001:2000 menggunakan tingkat kematangan kinerja (maturity level).Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, documenter, danpenelusuran data online. Data yang akan digunakan adalah data tahun 2008dengan pendukung data tahun 2007 dan 2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil audit mutu internal atas fungsipemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III rata-rata berada pada maturitylevel 2.83. Meskipun masih terdapat sedikit ketidaksesuaian dan masih minimnyabukti dokumentasi pada beberapa kriteria, serta belum ditindaklanjutinyapermintaan tindakan koreksi, tetapi sebagian besar data mengenai perencanaandan pelaksanaan kriteria efektivitas hasil audit mutu internal telahdidokumentasikan dengan baik dan telah diimplementasikan di seluruh bagianorganisasi sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil audit mutu internalberdasarkan ISO 9001:2000 pada Perum Perhutani Unit III berada pada maturitylevel ke-3, yaitu stable formal system approach.
Kata kunci: Audit mutu internal, ISO 9001:2000, Maturity level, Pemasaran hasilindustri Perum Perhutani Unit III
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………….…………………………. i
ABSTRAKSI …………………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL ……………………..…………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….…….xi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ….………………………………………………….............1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………….…...5
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ……………………………………………...6
BAB 2 : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Auditing ………………………………………………………………........9
2.1.1 Definisi Auditing …………………………………………………..9
2.1.2 Jenis-Jenis audit …………………………………………………...11
v
2.2 Internal Audit… …………………………………………………………...13
2.2.1 Definisi dan Tujuan Internal Audit………………………………...13
2.2.2 Organisasi Pengawas Intern………………………………………..17
2.2.3 Laporan Internal Audit……………………………………………..18
2.3 Audit Mutu (Quality Audit)………………………………………………...19
2.3.1 Definisi Audit Mutu………………………………………………..19
2.3.2 Klasifikasi Audit Mutu…………………………………………….20
2.4 Audit Mutu Internal (Internal Quality Audit)……………………………...21
2.4.1 Ruang Lingkup Audit Mutu Internal………………………………22
2.4.2 Tujuan Audit Mutu Internal………………………………………..24
2.4.3 Alasan Melakukan Audit Mutu Internal…………………………...24
2.4.4 Manfaat Audit Mutu Internal…………………………….…...……25
2.4.5 Prinsip Audit Mutu Internal………………………………………..26
2.4.6 Teknik Audit Mutu Internal………………………………………..27
2.4.7 Audit Mutu berdasarkan SNI………………………………………28
2.5 Definisi Efektivitas………………………………………………………...30
2.6 Fungsi Pemasaran…………………………………………….……………31
2.6.1 Definisi Fungsi Pemasaran……………… ……………………….. 31
2.6.2 Tujuan Fungsi Pemasaran………………………………………….33
2.6.3 Aktivitas Fungsi Pemasaran………………………………………..34
2.7 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000…………………………………35
2.7.1 Pengertian ISO 9001:2000………………..……..…………………35
2.7.2 Alasan dan Manfaat Penerapan ISO 9001:2000…………..……….39
vi
2.7.3 Kriteria Efektivitas Audit Mutu Internal…. …………….………....40
2.8 Penelitian Sebelumnya …………………………………………………..43
2.9 Kerangka Penelitian……………………………………………………...45
BAB 3 : METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ……………………………………………………..46
3.2 Fokus Penelitian……………………………………………………………47
3.3 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………….48
3.4 Rancangan Penelitian ……………………………………………………...48
3.4.1 Pertanyaan Penelitian ……………………………………………...50
3.4.2 Proposisi Penelitian ………………………………………………..51
3.4.3 Unit-Unit Analisis …………………………………………………52
3.4.4 Logika yang Mengaitkan Data dengan Proposisi ………………….53
3.4.5 Kriteria untuk Menginterpretasi Temuan ………………………….55
3.5 Jenis dan Sumber Data …………………………………………………….55
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………………56
3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………………………58
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perum Perhutani Unit III……………………………….61
4.1.1 Sejarah Perum Perhutani ………………………………………...61
4.1.2 Struktur Organisasi Perum Perhutani ……………………………64
4.1.3 Bidang Usaha Perum Perhutani …………………………………65
vii
4.1.4 Visi dan Misi Perum Perhutani ………………………………….67
4.1.5 Sasaran dan Strategi Perum Perhutani ………………………..…68
4.2 Gambaran Umum Audit Mutu Internal di Perum Perhutani Unit III….......70
4.2.1 Definisi dan Tujuan Audit Mutu Internal ……………………….70
4.2.2 Pelaksana Audit Mutu Internal ………………………………….71
4.2.3 Prosedur Persiapan Audit Mutu Internal…………………………73
4.2.4 Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit Mutu Internal…………….…...75
4.3 Evaluasi Efektivitas Hasil Audit Mutu Internal Berdasarkan
ISO 9001:2000.........………………………………….……………............79
4.3.1 Identify the processes needed for the quality management system
and their application throughout the organization ………..…….79
4.3.2 Manage resources and information necessary to support the
operation and monitoring these processes ………………………96
4.3.3 Management responsibility related to customer focus …………103
4.3.4 Monitor, measure and analyse……………..…………..…….......111
4.3.5 Implement actions necessary to achieve planned result and
continual improvement of these processes……………………...119
BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan …………………………………………….…………….... 132
5.2 Saran ………………………………...………………………………. 132
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 134
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Maturity Level ……………………………………………... 42
Tabel 3.1 Logika yang Mengaitkan Data Dengan Proposisi ……….…… 53
Tabel 4.1 Area Hutan Berdasarkan Fungsi………………………..…….. 63
Tabel 4.2 Evaluasi Penetapan Ruang Lingkup SMM…………..……….. 80
Tabel 4.3 Evaluasi Penetapan Proses-Proses SMM………………..…….. 82
Tabel 4.4 Evaluasi Penguraian Antar Proses…………………………….. 90
Tabel 4.5 Evaluasi Penetapan Kebijakan Mutu………………………….. 95
Tabel 4.6 Evaluasi Penetapan Kompetensi Karyawan………………….. 97
Tabel 4.7 Evaluasi Penyediaan Pelatihan….…………………………….. 100
Tabel 4.8 Evaluasi Penyediaan Sarana Prasarana……………………….. 102
Tabel 4.9 Evaluasi Penetapan Sasaran Mutu…………………………….. 104
Tabel 4.10 Evaluasi Penetapan Persyaratan Produk……………………….. 107
Tabel 4.11 Evaluasi Tinjauan Persyaratan Produk……………………….. 109
Tabel 4.12 Evaluasi Pemantauan Persepsi Pelanggan…………………….. 112
Tabel 4.13 Evaluasi Pemantauan dan Pengukuran Produk……………….. 115
Tabel 4.14 Evaluasi Analisis Data………….……………………………….117
Tabel 4.15 Evaluasi Tinjauan Manajemen…………………………...……..120
Tabel 4.16 Evaluasi Tindakan Koreksi dan Pencegahan….……………….. 124
Tabel 4.17 Evaluasi Efektivitas Management Review Berdasarkan
ISO 9001:2000 ………………………………………..……. 127
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Proses Sistem Manajemen Kualitas
ISO 9001:2000……………………………………………...38
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemasaran Perum Perhutani………… 64
Gambar 4.2 Susunan Pelaksana AMI…………………………….….… 73
Gambar 4.3 Flowchart Kegiatan AMI………………………………...… 78
Gambar 4.4 Bagan Alir Pemasaran Hasil Industri…………………….. 86
Gambar 4.5 Bagan Alir Pemasaran Dalam Negeri…………………….. 87
Gambar 4.6 Bagan Alir Pemasaran Luar Negeri…………………….. 88
Gambar 4.7 Bagan Alir Penjualan Dalam Negeri………………..…….. 92
Gambar 4.8 Bagan Alir Pengiriman Barang Luar Negeri……………… 93
Gambar 4.9 Bagan Alir Kepuasan Pelanggan Perum Perhutani..……… 113
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Perum Perhutani
Lampiran 2 Sarana Prasarana dan Daftar Karakteristik Sparepart
Lampiran 3 Sasaran Mutu Tahun 2008
Lampiran 4 SNI Gondorukem dan Terpentin
Lampiran 5 Kuesioner Kepuasan Pelanggan
Lampiran 6 Kompetensi Per Jabatan Karyawan
Lampiran 7 Daftar Kebutuhan Pelatihan Karyawan
Lampiran 8 Rencana Pelatihan Internal dan Eksternal
Lampiran 9 Evaluasi dan Laporan Pelaksanaan Pelatihan
Lampiran 10 Evaluasi Penerapan Pelatihan
Lampiran 11 Hasil Data Kepuasan Pelanggan
Lampiran 12 Hasil Pengujian Sasaran Mutu Tahun 2008
Lampiran 13 Data Rencana dan Realisasi Pemasaran Produk
Lampiran 14 Permintaan Tindakan Koreksi dan Pencegahan
Lampiran 15 Pembuatan dan Pengesahan Dokumen
Lampiran 16 Daftar Pertanyaan Wawancara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi menuntut semua organisasi dan perusahaan bersaing
menuju kesuksesan. Pada dasarnya perusahaan didirikan dan dikelola dengan
tujuan yang sama, yaitu mendapatkan laba, berkembang dan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaannya, maka perusahaan harus mempunyai
keunggulan kompetitif sebagai daya saingnya. Menurut Tjiptono dan Diana
(2003:86), salah satu kunci sukses perusahaan agar dapat bersaing yaitu dengan
memiliki kemampuan untuk memenuhi atau melampaui standar-standar yang
berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi dan perusahan harus dapat
menjaga kualitas produk serta mengoptimalkan kinerja manajemennya.
Hal utama yang menjadi dasar perlu adanya pemasaran bagi perusahaan
adalah karena produk yang dihasilkannya tidak bisa mencari konsumennya
sendiri. Oleh karena itu, di setiap perusahaan selalu terdapat bidang khusus yang
menangani distribusi produk mereka agar sampai ke tangan konsumen. Divisi
tersebut dinamakan divisi pemasaran. Semakin ketatnya kompetisi di antara
perusahaan, menjadikan bidang pemasaran ini mendapat perhatian sangat serius
para ahli, karena ia menjadi semacam roh bagi sebuah perusahaan. Betapa pun
bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran yang memadai, akan menjadi
sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik bagi konsumen,
tetapi tanpa didukung model pemasaran yang memadai, akan sulit sampai ke
2
tangan konsumen. Dalam hal ini manajemen harus dapat beroperasi dengan
optimal, dengan melakukan aktivitas pengendalian dan pengawasan agar
manajemen dapat menjalankan tanggungjawabnya secara efektif dan efisien agar
kualitas produk dapat terjaga dan sesuai dengan keinginan pelanggan, dan
mencapai tujuan perusahaan.
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, struktur organisasinya
menjadi semakin kompleks, unit-unit operasinya menjadi semakin luas dan jalur
distribusinya menjadi semakin melebar. Dengan adanya perkembangan tersebut
maka aktivitas pengendalian dan pengawasan tidak lagi dapat dilakukan oleh
pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan membutuhkan alat bantu dalam
melakukan aktivitas pengendalian dan pengawasan, seperti memiliki suatu sistem,
prosedur, dan program yang memadai. Selain itu perusahaan juga membentuk
suatu fungsi khusus yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
pengawasan dan pengendalian atas seluruh jaringan perusahaan yaitu divisi audit
internal.
Menurut Institute of Internal Auditor (IIA), audit internal didefinisikan
sebagai kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi
organisasi. Internal audit mengevaluasi hal-hal yang berhubungan dengan
peningkatan efisiensi operasi dan tingkat ketaatan pada kebijakan manajemen
yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeriksaan dilakukan untuk mengungkapkan
dan memberikan informasi, saran serta rekomendasi kepada manajemen mengenai
3
berbagai masalah efisiensi operasi dan pelaksanaan operasi agar semakin
berkualitas.
Kualitas atau mutu adalah keseluruhan karakteristik dari barang atau jasa
yang dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Pengertian kualitas tidak selalu
berkenaan dengan produk barang atau jasa tapi juga mengenai kualitas proses
manajemen, kualitas sumber daya manusia dan kualitas lingkungan. Oleh karena
itu, perusahaan dituntut untuk dapat menjaga dan meningkatkan kualitasnya
dalam berbagai aspek tersebut. Penggunaan standar internasional yang dapat
diterima oleh semua negara dan dapat digunakan oleh semua industri merupakan
salah satu usaha yang digunakan oleh perusahaan untuk menjaga kualitasnya.
Dengan adanya tuntutan pelanggan terhadap kualitas yang semakin meningkat,
maka perusahaan perlu mengadakan pengawasan dan pengendalian serta
perbaikan dan peningkatan kualitas secara berkala dengan melakukan audit mutu.
Audit mutu diperlukan oleh Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang berada di bawah naungan Departemen Kehutanan dan Perkebunan,
yang selain memiliki industri perkayuan, juga memiliki industri non kayu sebagai
komoditas utamanya. Industri non kayu Perum Perhutani ini terdiri dari beberapa
jenis produk, dengan produk utamanya yaitu Gum Rosin dan Turpentine Oil, yang
merupakan hasil sulingan dari getah pohon pinus. Kedua produk tersebut biasanya
diekspor ke India, Bangladesh, Pakistan, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, dan
Eropa, untuk digunakan sebagai bahan baku untuk campuran dalam industri batik,
kertas, tinta, cat, ban, parfum, pembasmi kuman, dan lain-lain. Perum Perhutani
yang mempunyai target pasar tak hanya di skala nasional tapi juga skala
4
internasional itu pun dituntun untuk selalu menjaga kualitas produknya dengan
melakukan sistem manajemen mutu.
Oleh sebab itu Perum Perhutani juga mempunyai internal audit atau
Satuan Pengawas Internal yang melaksanakan internal audit terutama di bagian
divisi pemasaran hasil industri. Internal audit yang dilakukan Perum Perhutani
ialah audit mutu internal (AMI) yang secara konsisten memantau efektivitas dan
efisiensi penerapan sistem manajemen mutu produknya. Satuan Pengawas Internal
Perum Perhutani harus mempersiapkan pelaksanaan audit mutu dengan sebaik-
baiknya agar manfaat yang diperoleh lebih besar dari pengorbanan yang
dikeluarkan. Setiap perusahaan diharapkan memiliki prosedur audit mutu yang
ditetapkan oleh fungsi internal audit. Dalam hal ini internal audit dilakukan
dengan menggunakan sistem manajemen mutu (ISO 9001) yang menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu
sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi atau
perusahaan akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Evaluasi terhadap pelaksanaan internal audit diperlukan untuk mengetahui
apakah tujuan audit telah tercapai dan apakah pelaksanan audit telah sesuai
dengan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Pengukuran
efektivitas pelaksanan dapat didasarkan pada bukti dan standar yang digunakan.
Audit yang efektif akan menghasilkan suatu nilai tambah bagi perusahaan berupa
perbaikan kualitas secara terus menerus. Dengan dilakukannya internal audit oleh
Satuan Pengawas Internal di Perum Perhutani maka akan diketahui bagaimana
5
efektivitas dari hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000 tersebut
dalam menilai kinerja fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu ”bagaimanakah evaluasi hasil audit mutu
internal berdasarkan ISO 9001:2000 sebagai alat bantu manajemen dalam menilai
kinerja sistem manajemen mutu fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani
Unit III ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengevaluasi hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000 khususnya
dalam hal penilaian kinerja sistem manajemen mutu fungsi pemasaran hasil
industri pada Perum Perhutani Unit III.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai pengaruh laporan
internal audit berdasarkan penerapan audit manajemen atas fungsi sumber daya
manusia adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis adalah bahwa penelitian ini akan sangat bermanfaat
karena memberi kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang
pengauditan dan audit manajemen dengan meneliti secara langsung keadaan
6
yang sesungguhnya dan membandingkannya dengan teori-teori yang telah
didapat pada saat perkuliahan, terutama mata kuliah pengauditan, sehingga
pengetahuan teoritis dapat lebih diperdalam.
2. Manfaat bagi perusahaan adalah agar perusahaan dapat mengetahui sejauh
mana perusahaan telah dapat melaksanakan fungsi industri dan pemasaran
perusahaannya, dan mendapatkan masukan hal-hal apa saja yang masih harus
lebih diperhatikan berkaitan dengan pengelolaan fungsi pemasaran dilakukan
oleh divisi industri dan pemasaran perusahaan.
3. Manfaat bagi masyarakat umum adalah adanya harapan dari hasil penelitian
ini untuk dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi
ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang
audit manajemen.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran tentang pembahasan
dalam skripsi ini, maka skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang permasalahan yang merupakan
landasan pemikiran secara garis besar, sehingga timbul rumusan
masalah yaitu bagaimana efektivitas laporan audit mutu internal
berdasarkan ISO 9001:2000 dalam menilai kinerja sistem
manajemen mutu fungsi industri dan pemasaran non kayu
perusahaan; tujuan penelitian yaitu hal yang ingin dicapai dengan
7
diadakannya penelitian ini; manfaat penelitian yang diharapkan
akan dapat dihasilkan dari penelitian ini; dan sistematika yang
memuat penyusunan skripsi ini.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Bab ini meliputi landasan teori yang mengemukakan berbagai
teori, konsep dan argumentasi yang melandasi topik penelitian
dan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis dan
memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan.
Mengenai landasan teori yang digunakan, yaitu definisi auditing
dan jenis-jenisnya, definisi audit mutu internal, definisi fungsi
pemasaran dan aktivitas fungsinya, definisi ISO 9001:2000
tentang sistem manajemen mutu dan kriteria peningkatan mutu
atas fungsi pemasarannya; serta perbandingan dengan penelitian
sebelumnya.
Bab 3 : Metode Penelitian
Bab ini mengemukakan metode penelitian yang digunakan untuk
menjawab masalah yang telah dirumuskan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah
Perum Perhutani Unit III dan obyek penelitian adalah audit mutu
internal fungsi pemasaran hasil industri. Jenis data yang akan
diteliti terdiri dari data primer dan sekunder. Prosedur
pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumenter,
dan penelusuran data online.
8
Bab 4 : Hasil dan Pembahasan
Bab ini menguraikan hasil penelitian pada perusahaan, berupa
gambaran umum Perum Perhutani sebagai subyek penelitian dan
laporan hasil audit mutu internal yang merupakan obyek
penelitian serta analisis dan pembahasan tentang efektivitas hasil
audit mutu internal pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit
III berdasarkan kriteria ISO 9001:2000 dengan indikator maturity
level.
Bab 5 : Simpulan dan Saran
Bab ini mengemukakan kesimpulan dari penelitian ini, bahwa
efektivitas hasil audit mutu internal fungsi pemasaran hasil
industri rata-rata berada pada maturity level 3 stable formal
system approach, yaitu sistem manajemen mutu perusahaan sudah
cukup efektif, data-data tersedia, meskipun ada beberapa kriteria
dengan pendokumentasian yang masih minim.
9
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Auditing
2.1.1 Definisi Auditing
Definisi pemeriksaan yang dinyatakan dalam Report of the Committee on
Basic Auditing Concept American Accounting Association (Accounting Review,
vol.47) yang dikutip oleh Boynton dan Johnson dalam bukuya yang berjudul
Modern Auditing adalah sebagai berikut (2006:6) :
“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertion about economic action and events to certain the degree of
correspondence between those assertions and established criteria and
communicating the result to interested parties”.
Mulyadi (1990:4) mengatakan bahwa audit merupakan suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, yang bertujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan criteria yang
telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa audit atau pemeriksaan
adalah suatu proses sistematik dan independen untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi secara objektif bahan bukti mengenai informasi untuk mengukur
suatu satuan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat menentukan dan
10
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dan menilai kesesuaian asersi-
asersi manajemen dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Beberapa ciri penting dari definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Suatu proses sistematis, yaitu berupa serangkaian langkah atau prosedur yang
logis, terstruktur, dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya memeriksa dasar
asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan
berprasangka, baik itu terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi
tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi, merupakan representasi yang
dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi meliputi informasi yang dimuat
dalam laporan keuangan, laporan operasi intern, dan surat pemberitahuan
pajak.
4. Derajat kesesuaian, menuju pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi
dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ekspresi kesesuaian
ini dapat berbentuk kuantitas, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau
dapat juga berbentuk kualitatif, seperti kewajaran (atau keabsahan) laporan
keuangan.
5. Kriteria yang telah ditetapkan, yaitu standar-standar yang digunakan sebagai
dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.
6. Penyampaian hasil, diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
11
7. Pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu mereka yang menggunakan (atau
mengandalkan) temuan-temuan auditor, seperti para pemegang saham,
manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
audit antara lain dibutuhkannya informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria
standar yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi
tersebut; penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas
untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor; bahan bukti harus diperoleh
dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit; serta
kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen
dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan
yang akan diambilnya.
2.1.2 Jenis-Jenis Audit
Menurut Susilo (2002:52-54) jenis-jenis audit antara lain:
1. Audit manajemen, merupakan audit terhadap manajemen suatu organisasi
secra keseluruhan untuk menilai unsur-unsur manajemen apakah telah
direncanakan, dijalankan, dan dikendalikan dengan prinsip-prinsip
manajemen yang baik dan benat sehingga organisasi melalui fungsi-fungsinya
dapat mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien.
2. Audit operasional, merupakan jenis audit internal yang secara lebih khusus
dan mendalam menyoroti aspek pengendalian pada kegiatan operasi dalam
12
organisasi sebagai upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan
kesesuaian terhadap kebijakan setiap operasi yang dilakukan.
3. Audit keuangan, merupakan pengujian secara objektif atas laporan keuangan
yang telah disusun oleh unit pengelola keuangan perusahaan untuk kurun
waktu tertentu dan membandingkannya dengan azas-azas manajemen
keuangan atau standar akuntansi yang berlaku dan menilai kebenaran dan
kewajaran serta melaporkannya hasilnya pada pihak yang berkepentingan.
4. Audit pemasaran, merupakan evaluasi secara sistematik dan komprehensif
mengenai kebijakan, tujuan, dan strategi pemasaran dengan tujuan untuk
melaksanakan tindakan perbaikan atau mengambil keputusan.
5. Audit mutu, merupakan penilaian secara sistematis, objektif dan independen
untuk memastikan bahwa kegiatan (manajemen) mutu telah sesuai dengan
pengaturan-pengaturan atau sistem yang telah dirancang dan hasilnya efektif
sesuai dengantujuan yang telah ditetapkan.
6. Audit lingkungan, merupakan pemeriksaan atau evaluasi secara sistematik,
terdokumentasi, dan objektif terhadap pengelolaan lingkungan, perangkat
pengelolaan lingkungan yang bertujuan mengendalikan dampak serta
melindungi lingkungan dan memastikan semua aspek yang dijalankan
memenuhi persyaratan regulasi dan kebijakan organisasi serta secara efektif
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
7. Audit komunikasi, merupakan kajian yang mendalam dan menyeluruh
tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas organisasi.
13
2.2 Internal Audit
2.2.1 Definisi dan Tujuan Internal Audit
Internal audit menurut International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing (SPPIA) adalah suatu kegiatan assurance dan
konsultasi (consulting) yang independen dan objektif yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan operasi suatu organisasi. Kegiatan kegiatan
tersebut membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya
dengan mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan tata kelola (governance) melalui pendekatan yang teratur dan
sistematik (www.setyowibowo.wordpress.com).
Sawyer dalam buku Internal Auditing 5th edition (2003), mengemukakan
definisi internal audit sebagai penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
2. Resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima
telah dipenuhi;
4. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan
5. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan
untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
14
Auditor internal ialah pelaksana dari internal audit yang dapat bertindak
sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan
mengukur dan mengevaluasi kecukupan control serta efisiensi dan efektivitas
kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua
hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan resiko-resiko terkait dalam
menjalankan usaha atau operasi normal perusahaan.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan auditor internal untuk
mencapai tujuannya, antara lain (Sawyer, 2003):
1. Audit Komprehensif
Pertama digunakan oleh General Accounting Office (GAO) Amerika Serikat
untuk menggambarkan audit atas semua aktivitas yang terdapat pada entitas
pemerintah dan merupakan perluasan yang dilakukan atas audit terhadap
aktivitas operasi.
2. Audit Berorientasi Manajemen
Audit ini dibedakan berdasarkan cara pandangnya, bukan dari prosedur
auditnya. Audit berorientasi manajemen merupakan penelaahan atas semua
aktivitas sesuai dengan perspektif manajer atau konsultasi manajemen dan
memfokuskan diri pada membantu organisasi mencapai tujuannya.
3. Audit Partisipatif
Suatu proses yang melibatkan klien dalam mengumpulkan data, mengevaluasi
operasi dan mengoreksi masalah, artinya audit ini merupakan kemitraan
untuk menyelesaikan masalah sehingga kadang disebut audit kemitraan.
15
4. Audit Program
Penelaahan atas seluruh program yang merupakan serangkaian rencana dan
prosedur untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan, baik pada perusahaan
public maupun privat, untuk menentukan apakah manfaat yang diinginkan
telah tercapai.
Auditor internal yang professional harus memiliki indenpendensi untuk
memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif dan tidak
bias, serta melaporkan masalah apa adanya dan bukan melaporkan sesuai
keinginan eksekutif atau lembaga. Beberapa indikator independensi bagi
professional dan juga bagi auditor internal yang ingin bersikap objektif, yang
dipaparkan oleh Mautz dan Sharaf dalam bukunya “The Philosophy of Auditing”
(1993), adalah sebagai berikut:
1. Independensi dalam program audit, meliputi:
a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit;
b) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit;
c) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit, selain yang
disyaratkan; untuk sebuah proses audit.
2. Independensi dalam verifikasi, meliputi:
a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva dan karyawan
yang relevan dengan audit yang dilakukan;
b) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama
verifikasi audit;
16
c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang
diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti;
d) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
3. Independensi dalam pelaporan, meliputi:
a) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari
fakta-fakta yang dilaporkan
b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam
laporan audit;
c) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja
maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini dan rekomendasi
dalam interpretasi auditor;
d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai
fakta atau opini dalam laporan audit internal.
Unit pemeriksaan internal audit kedudukannya harus terlepas dari fungsi
pelaksanaan atau operasi sehingga dapat menjadi alat pimpinan yang bebas untuk
pelaksanaan tugas bagian-bagian lainnya. Dalam dasar-dasar BUMN/BUMD
dipaparkan bahwah tujuan internal audit antara lain :
a. Untuk menilai apakah pengendalian manajemen telah cukup memadai dan
dilaksanakan secara efektif;
b. Untuk menilai apakah catatan dan laporan serta data lainnya telah
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara cermat dan tepat;
c. Untuk menilai apakah setiap bagian atau unit telah melaksanakan rencana,
kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawabnya;
17
d. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara hemat dan efisien;
e. Untuk emneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efektif, yaitu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.2 Organisasi Pengawas Intern
Dalam BUMN terdapat organisasi pengawas intern yang disebut Satuan
Pengawas Intern (SPI) yang merupakan bagian dari internal audit yang
mempunyai tugas mengawasi pelaksanaan sistem pengendalian manajemen.
Keberadaan SPI sebagai pengawas dan pemeriksa intern pada BUMN yang
berbentuk perusahaan perseroan didasarkan pada peraturan pemerintah (PP) No. 3
tahun 1983 pasal 45, yaitu :
1. Kecuali untuk Badan Usaha Milik Negara yang dianggap tidak perlu, pada
setiap Badan Usaha Milik Negara dibentuk Satuan Pengawas Intern yang
merupakan aparatur pengawasan intern perusahaan yang bersangkutan;
2. Satuan Pengawas Intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur
Utama Perjan, Direktur Utama Perum, Direktur Utama Persero yang
bersangkutan.
Dapat disimpulkan bahwa SPI merupakan aparatur pengawas intern yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama perusahaan, disebabkan
karena SPI merupakan organisasi yang independen yang bertugas unutk
mengawasi bahwa kegiatan yang diperiksa sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku.
18
Ruang lingkup pemeriksaan terhadap obyek yang diperiksa sesuai dengan
Norma Pemeriksaan Satuan Pengawas Intern BUMN/BUMD meliputi :
1. Pemeriksaan atas keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-
undangan;
2. Penilaian tentang daya guna dan kehematan dalam penggunaan sarana yang
tersedia;
3. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu
kegiatan atau program.
2.2.3 Laporan Internal Audit
Menurut Herbert (1985) laporan audit manajemen harus ditulis sesuai
dengan tujuan, yaitu auditor tidak boleh berlebihan atau overstate. Informasi yang
digunakan sebagai bukti harus benar-benar mempunyai sifat bukti, bukan
merupakan informasi yang tidak kompeten atau rumor. Jika memungkinkan,
auditor harus menulis laporan secara konstruktif, memperhatikan kinerja yang
baik seperti memperhatikan kinerja yang buruk, dan ketika menejemen
mengambil langkah selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada kinerja,
maka auditor harus melaksanakan usaha tersebut.
Beberapa auditor dapat menulis sebuah laporan yang selesai tanpa
mempertimbangkan penulisan kembali dan editing. Seperti pada salah satu
pernyataan ”Penulisan yang jelas adalah tidak mempunyai kesalahan. Sebuah
laporan dibuat mudah untuk dibaca dan dimengerti dengan menganalisa arti dan
19
substansi atas apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya, dan kemudian
menulis kembali pesan tersebut dalam bahasa inggris standar” (Herbert,1985).
Sehingga jika harus membuat laporan tertulis yang baik yang sangat
terorganisir dengan baik, singkat, lengkap, jelas, dan diterima oleh pembaca
sebagai sebuah laporan yang akan dibacanya, harus memakan waktu dan usaha
untuk melakukan tugas penulisan ulang dan editing dengan baik.
2.3 Audit Mutu (Quality Audit)
2.3.1 Definisi Audit Mutu
Audit mutu berkaitan dengan mutu produk atau perusahaan, dimana
menurut American Society of Quality Control yang dikutip oleh Kotler
(2007:138), menyebutkan bahwa ”quality is the totally features and characteristic
of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs ”.
Kualitas tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir produk barang atau jasa,
tetapi juga menyangkut kualitas proses didalam pembuatan produk tersebut,
kualitas manusia yang terlibat didalamnya serta kualitas lingkungan. Audit mutu
sendiri diartikan sebagai “suatu pengujian yang sistematis dan independen untuk
menentukan apakah aktivitas kualitas atau mutu dan hasil yang berhubungan
dengan mutu memenuhi aturan yang telah direncanakan dan apakah aturan
tersebut diterapkan secara efektif dan cocok untuk mencapai tujuan perusahaan”
(Tunggal, 2000:92).
20
2.3.2 Klasifikasi Audit Mutu
Audit mutu menurut Tunggal (2000:93) dapat diklasifikasikan ke dalam
empat kategori sebagai berikut :
1. Pembagian berdasarkan tujuan audit “why?”
a. Suitability quality audit, yaitu suatu pemeriksaan atau evaluasi yang
mendalam secara keseluruhan dan perbandingan dari program mutu untuk
organisasi, unsur spesifik dari organisasi, modal, produk, proses, jasa, dan
lain-lain terhadap standar referensi yang telah ditentukan terlebih dahulu
oleh klien.
b. Conformity quality audit, yaitu suatu pemeriksaan atau evaluasi yang
mendalam secara keseluruhan dan perbandingan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan sistem mutu terhadap terhadap kebijakan dan
prosedur kualitas yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pembagian berdasarkan sasaran (obyek) audit “what?”
a. Quality program audit, yaitu sebuah audit kesesuaian atau pembandingan
dan evaluasi dari dokumentasi dan prosedur mutu untuk organisasi atau
elemen-elemennya seperti produk, proses, jasa, dan lain-lain terhadap
referensi standar yeng telah ditetapkan sebelumnya.
b. Quality system audit, yaitu sebuah audit atau pengujian secara menyeluruh
atas sistem mutu untuk menentukan efektivitas dan kesesuaian sistem
dengan standar referensi yang telah ditentukan sebelumnya. Audit ini
mencakup suitability quality audit dan conformity quality audit.
21
3. Pembagian berdasarkan sifat auditor “who?”
Sifat auditor yang dimaksud adalah independensinya dan hubungan antara
auditor dengan auditee. Suitability audit untuk menilai kesesuaian dokumen
mutu terhadap standar system mutu sebaiknya dilaksanakan oleh auditor
eksternal yang indpenden. Sedangkan Conformity audit dapat dilakukan baik
oleh auditor internal maupun auditor eksternal sejauh auditor tidak terlibat
langsung dalam kegiatan audit.
a. Internal quality audit, audit ini dilakukan oleh para auditor yang berasal
dari organisasi yang sedang diaudit (auditee).
b. External quality audit, yaitu audit yang dilaksanakan oleh auditor yang
bukan berasal dari auditee.
4. Pembagian berdasarkan metode audit “how?”
a. Location-oriented quality audit, yaitu sebuah pemeriksaan secara
keseluruhan dan eveluasi dari segala elemen dari program kualitas yang
memiliki pengearuh pada lokasi tertentu atau operasi di dalam organisasi.
b. Function-oriented quality audit, yaitu sebuah pemeriksaan secara
keseluruhan dan evaluasi atas elemen tertentu atau fungsi didalam suatu
program kualitas disemua lokasi dimana elemen program tersebut
diaplikasikan.
2.4 Audit Mutu Internal (Internal Quality Audit)
Dalam ISO 9001 : 2000 klausul 8.2.2 disebutkan bahwa ”Pemasok harus
melaksanakan audit mutu internal untuk memverifikasi bahwa kegiatan mutu
22
sesuai dnegan aturan yang direncanakan dan untuk menentukan keefektifan sistem
mutu”. Definisi audit mutu internal menurut Indranata (2006 :1) adalah
‘’pemeriksaan dan penilaian secara sistematik, objektif, terdokumentasi dan
mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan sistem manajemen mutu (SMM) dan
hasil yang berkaitan telah sesuai dengan pengaturan yang direncanakan’’. Hal ini
dilakukan untuk menjamin bahwa sistem manajemen mutu organisasi telah sesuai
dengan persyaratan-persyaratan dan telah diterapkan secara efektif sesuai dengan
komitmen, kebijakan, tujuan serta sasaran mutu yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan.
Audit mutu merupakan suatu kegiatan yang sangan penting dilakukan
dalam penerapan sistem manajemen mutu. Dengan pelaksanaan audit mutu yang
teratur dan terencana, maka ketidaksesuaian maupun potensi ketidaksesuaian
sistem mutu bisa dideteksi sehingga tindak koreksi dan pencegahan yang tepat
dapat dilakukan. Hasil audit mutu sangat berguna sebagai masukan dalam
pelaksanaan tinjauan manajemen, sehingga efektivitas dan kesesuaian sistem
manajemen mutu yang dimiliki perusahaan dapat terus dipelihara.
2.4.1 Ruang Lingkup Audit Mutu Internal
Menurut Tunggal (2000: 96-97) runag lingkup audit mutu internal
meliputi:
1. Internal Quality System Audit, audit ini dilakukan untuk menentukan
tingkat kesesuaian (conformity) dari aktivitas organisasi dengan
program kualitas yang telah didefinisikan terlebih dahulu dan
23
efektivitas dari program tersebut. Tujuannya dalah untuk menentukan
apakah kebijakan dan prosedur yang telah disetujui dalam kenyataan
diterapkan secara efektif diseluruh organisasi.
2. Tinjauan Manajeman (Management Review), tinjauan manajemen
merupakan unsur kunci dalam mengelola system manajemen mutu.
Tinjauan manajemen mencakup analisa laporan audit, permintaan
tindakan koreksi, dan tindakan korekasi yang diakibatkan dari audit
mutu internal. Standar referensinya dalah kebijakan, tanggung jawab
dan akuntabilitas, prosedur instruksi kerja, dan lain-lain.
3. Tinjauan Kinerja (Performance Review), membandingkan temuan
audit dengan tujuan organisasi seperti dengan kebijakan organisasi,
prosedur, dam lain-lain.
4. Audit Mutu Produk (Product Quality Audit)
5. Audit Mutu Proses (Process Quality Audit)
6. Data Processing Quality Audit, digunakan untuk menentukan apakah
programmer mengikuti kualitas program perangkat lunak yang
disetujui menurut prosedur, instruksi kerja, dan lain-lain.
7. Customer Service Audit, suatu evaluasi apakah pelanggan sudah atau
belaum disediakan service yang dimaksudkan seperti yang
didokumentasikan dalam program kualitas yang disetujui dan suatu
evaluasi bagaimana masalah pelanggan ditanggapi, ditangani,
dianalisa, dan dilaporkan sesuai dengan program kualitas yang
disetujui.
24
2.4.2 Tujuan Audit Mutu Internal
Tiga tujuan audit mutu internal menurut Bambang H dan Sulistiyaningsih
(1996:44) antara lain :
1. Mengetahui dan menentukan kematangan kesesuaian dan ketidaksesuaian
sistem manajemen mutu tang dijalankan dengan persyaratan dokumentasi dan
standar yang diacu.
2. Menentukan efektivitas kegiatan penerapan sistem manajemem mutu
terhadap sasaran mutu yang hendak dicapai.
3. Memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan sistem.
Tujuan audit mutu internal menurut Indranata (2006:32) adalah :
1. Memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi;
2. Mengarahkan pencapaian sasaran;
3. Memberikan sense of urgency;
4. Menemukan peluang perbaikan;
5. Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif;
6. Memastikan sistem manajemen mutu terpelihara secara terus menerus;
7. Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terhadap kebijakan mutu sedini
mungkin.
2.4.3 Alasan Melakukan Audit Mutu Internal
Audit berkesinambungan dalam sistem manajemen mutu yaitu untuk
melihat efektivitas sistem berdasarkan sampling dan lokasi atau bagian, dengan
alasan utama untuk member jaminan dan mencegah timbulnya masalah-masalah
25
dan meningkatkan efektivitas sistem manajemem mutu. Adapun alasan
dilakukannya audit mutu internal menurut Indranata (2006:34) sebagai berikut :
1. Mengembangkan sistem organisasi.
2. Meyakinkan organisasi akan kesesuaian sistem mananjemen mutu.
3. Meyakinkan organisasi dalam memilih pemasok baru, bahwa sistem
manajemen mutu pemasok sesuai dengan yang diinginkan organisasi.
4. Meyakinkan organisasi bahwa pemasok yang ada masih memenuhi
persyaratan organisasi.
5. Memenuhi kesesuaian standar/undang-undang, bahwa organisasi terus
menerus mengimplementasikan dan memelihara sistem manajemen mutu
secara konsisten.
2.4.4 Manfaat Audit Mutu Internal
Menurut Bambang H dan Sulistiyaningsih (1996:119) manfaat yang dapat
diperoleh dari penerapan audit sistem mutu antara lain:
1. Membantu mengembangkan sistem mutu terpadu yang efektif.
2. Menyempurnakan proses pengembilan keputusan manajemen.
3. Membantu pembagian sumberdaya secara optimal.
4. Membantu mencegah timbulnya masalah yang dapat mengganggu.
5. Memungkinkan tindakan korektif tepat waktu.
6. Mengurangi biaya-biaya umum tambahan.
7. Meningkatkan produktivitas.
8. Meningkatkan kepuasan pelanggan dan pemasaran.
26
2.4.5 Prinsip Audit Mutu Internal
Audit terdiri dari beberapa prinsip untuk membuat audit efisian dan alat
pendukung kebijakan manajemen dan pengendalian, menyajikan informasi untuk
meningkatkan kinerja. Prinsip audit yang relevan dengan karakteristik personal
auditor antara lain (Indranata, 2006:33) :
a. Etika audit sebagai dasar profesionalisme, yaitu menjaga kepercayaan,
memiliki integritas, menjaga kerahasiaan serta memberikan penilaian yang
proporsional dan kontekstual.
b. Penyajian hasil yang obyektif dan akurat, yaitu dilakukan dalam proses
temuan audit, kesimpulan audit maupun laporan audit. Jika ada perbedaan
pendapat selama proses dan sesudah audit diselesaikan secara adil dan bijak.
c. Profesional, memiliki kompetensi sebagai auditor, diwujudkan dalam proses
penilaian audit yang tergambar pada sikap auditor yang mengutamakan tugas,
kepercayaan, dan memelihara kompetensi.
Sedangkan prinsip audit yang relevan dengan proses audit antara lain :
a. Independen auditor tidak melakukan audit pada area yang menjadi tanggung
jawabnya. Untuk memperoleh kesimpulan yang baik, maka auditor sebaiknya
independen terhadap ekgiatan yang diaudit, bebas dari bias, konflik
kepentingan dan berupaya selalu berpikir netral atau tidak berpihak.
b. Bukti obyektif sebagai dasar membuat kesimpulan audit, dapat diverifikasi
dan sampel audit yang diambil cukup mewakili. Oleh karena itu diperlukan
pendekatan proses yang sistematis dengan cara : (1) verifikasi bukti audit; (2)
27
informasi yang diperoleh dengan cara berdasarkan proses sampling; (3)
kesimpulan audit didasarkan pada analisis akar masalah dari hasil sampling
dan bukti yang diperoleh.
c. Terencana, audit harus terencana secara sistematis sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan organisasi.
2.4.6 Teknik Audit Mutu Internal
Teknik-teknik audit yang dapat digunakan dalam melaksanakan audit
mutu internal adalah sebagai berikut (Indranata,2006:50) :
1. Klarifikasi: Teknik ini diperlukan untuk memperoleh kejelasan atas
pernyataan-pernyataan yang kurang dimengerti, yang biasanya terdapat dalam
dokumen mutu auditee.
2. Verifikasi: Teknik ini dilakukan terhadap catatan-catatan mutu yang telah lalu
untuk melihat pemeliharaan sistem mutu pada organisasi. Verifikasi
pelaksanaan sistem melalui bukti objektif dengan kesesuaian dokumen,
catatan mutu , analisa data.
3. Obsevasi: Teknik ini dilakukan terhadap berbagai aktivitas yang ada di
lingkungan tempat verja serta kondisi yang ada. Biasanya dilakukan auditor
terhadap penggunaan instruksi kerja, pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian,
dan lain-lain. Teknik observasi dapat dilakukan dengan penelusuran ke
belakang dimana teknik ini dilaksanakan setelah output dikeluarkan dan
dilakukan penelusuran ke belakang sampai saat permulaan proses. Teknik
obsevasi juga dapat dilakukan dengan inspeksi ulang dimana auditor dapat
28
memilih satu jenis produk yang telah diterima dan meminta salah satu
inspektor untuk memeriksa dan menguji ulang salah satu dari karakteristik
produk tersebut.
4. Wawancara: Teknik ini dilakukan kepada personil perusahaan yang berasal
dari level dan fungsi yang berbeda dan dilakukan pada jam kerja dan temat
kerja. Pertanyaan harus jelas dan sistematis dan sebaiknya bersifat terbuka.
Dalam melakukan wawancara sebaiknya menggunakan metode 5W (what,
why, where, who, dan when) dan 1H (how).
5. Pengambilan contoh secara acak: Teknik ini dilakukan untuk memperoleh
data serta bukti objektif. Dalam hal ini auditor harus dapat memutuskan
seberapa banyak contoh yang harus diambil dan mewakili kondisi yang
sesungguhnya.
6. Dokumen-dokumen: Teknik lain yang digunakan adalah melihat dokumen-
dokumen yang berhubungan seperti kebijakan, sasaran dan rencana mutu,
prosedur, instruksi kerja, spesifikasi, dokumen inspeksi, hasil pengukuran,
rekaman audit, dokumen keluhan pelanggan dan sebagainya.
2.4.7 Audit Mutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Standar SNI-19-19011-2005 disusun oleh Badan Standar Nasional (BSN)
melalui Panitia Teknis 207S, Manajemen Lingkungan yang bekerjasama dengan
Panitia Teknis 176S, Sistem Manajemen Mutu. SNI 19-19011-2005 mengadopsi
secara keseluruhan standar internasional ISO 19011:2002, Guidelines for quality
and/or environmental management systems auditing. Pengadopsian ini
29
dilatarbelakangi alasan pemenuhan keinginan masyarakat standarisasi di indonesia
dalam menyediakan dokumen SNI selalu selaras dengan standar internasional
yang berkaitan. Standar ini disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 4
oktober 2004 di Jakarta.
Standar ini memberikan program panduan untuk pengelolaan program
audit, pelaksanaan audit internal atau ekstrenal terhadap sistem manajemen mutu
dan/atau lingkungan, serta kompetensi dan evaluasi auditor. Standar ini dapat
digunakan oleh berbagai pihak seperti auditor, organisasi yang menerapkan sistem
manajemen mutu dan/atau lingkungan, organisasi yang perlu melaksanakan sistem
manajemen mutu dan/atau lingkugan karena persyaratan kontrak, dan organisasi
yang bergerak dalam bidang sertifikasi atau pelatihan auditor, dalam sertifikasi
sistem manajemen dalam akreditasi atau dalam standardisasi di bidang penilaian
kesesuaian.
Penggunaan standar ini dapat berbeda tergantung pada ukuran, sifat dan
kompleksitas organisasi yang diaudit, serta tujuan dan ruang lingkup audit yang
akan dilaksanakan. Standar ini digunakan sebagai panduan sehingga pihak-pihak
yang menggunakannya dapat mengembangkan persyaratannya sendiri dalam hal-
hal yang terkait dengan audit. Elemen-elemen penting yang terdapat dalam SNI
19-19011-2005 adalah sebagai berikut:
1. Pasal 4 menjelaskan prinsip-prinsip audit yang membantu pengguna untuk
memahami sifat dasar audit.
2. Pasal 5 memberikan panduan tentang pengelolaan program audit dan
mencakup isu seperti pemberian tanggung jawab untuk mengelola program
30
audit, menetapkan tujuan program audit, mengkoordinasikan kegiatan audit
dan menyediakan sumber daya tim audit yang memadai.
3. Pasal 6 memberikan panduan tentang pelaksanaan audit sistem manajemen
mutu dan/atau lingkungan, termasuk pemilihan tim audit.
4. Pasal 7 memberikan panduan tentang kompesasi yang diperlukan oleh auditor
dan menjelaskan proses untuk mengevaluasi auditor.
2.5 Definisi Efektivitas
Efektivitas lebih menekankan pada tingkat keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Effectiveness refers to the
accomplishment of objectives…” (Arens dan Loebbecke, 2003:738). Sedangkan
menurut Kieger dan Scheiner, “Effectiveness is a measure of how well an entity
or unit of an entity achieves its goal or purpose” (1994:856). Efektivitas juga
memperhatikan aspek-aspek seperti mempertimbangkan cara-cara alternatif
berupa rancangan-rancangan program untuk mencapai tujuan dan
mempertimbangkan cara-cara alternatif berupa kemungkinan-kemungkinan target
atau sasaran lain. Seperti yang dikatakan oleh Preter Drucker yang dikutip oleh
Wikipedia, “effectiveness is an important discipline which can be learned and
must be earned” (Drucker, 2006). Efektivitas merupakan suatu kemampuan dalam
menghasilkan sesuatu, dalam lingkup manajemen, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian sesuatu dengan baik dan benar.
Sedangkan Setyawan dalam bukunya yang berjudul Pemeriksaan
Manajemen mengatakan bahwa efektivitas atau hasil guna secara sederhana dapat
31
dipahami sebagai derajat keberhasilan suatu organisasi dalam usahanya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut (1990:45). Efektivitas tidak menyatakan
bagaimana tugas telah dilakukan tetapi hanya menyatakan bahwa tugas telah
terpenuhi”. Dengan kata lain penilaian efektivitas didasarkan pada sejauh mana
tujuan suatu organisasi dapat terpenuhi dan penilaian berdasarkan beberapa hal
dan criteria yang berhubungan dengan tujuan system organisasi tersebut.
2.6 Fungsi Pemasaran
2.6.1 Definisi Fungsi Pemasaran
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat, dengan kata lain memenuhi kebutuhan secara
menguntungkan. Dalam definisi sosial, pemasaran merupakan suatu proses sosial
yang di mana suatu individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan mereka
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Sedangkan dalam definisi manajerial, pemasaran ialah seni
menjual produk.
Marketing atau pemasaran adalah suatu perpaduan dari aktivitas-aktivitas
yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen serta
mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan
konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu
(www.organisasi.org). Definisi pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika
seperti yang dikutip oleh Kottler dan Keller (2007:6) adalah satu fungsi organisasi
dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
32
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.
Dengan adanya pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi
kebutuhan pribadi secara sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara
konsumen dengan pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen
untuk kegiatan yang dikuasai atau disukai. Proses dalam pemenuhan kebutuhan
dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran yang dikenal
dengan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari pemenuhan produk
(product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan
mempromosikan barang (promotion).
Dari beberapa definisi di atas pemasaran mempunyai beberapa pengertian
penting antara lain:
a) Definisi sistem yang manajerial, karena aktivitas pemasaran bisa berjalan
dengan baik dengan syarat diperlukan adanya kegiatan manajerial, yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan.
b) Seluruh sistem dari kegiatan pemasaran bisnis harus berorientasi ke pasar
atau konsumen. Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara
efektif.
c) Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis - sebuah proses integral yang
menyeluruh – bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai.
Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan. Pemasaran adalah
hasil interaksi dari berbagai kegiatan.
33
d) Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak terhenti
sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan, mungkin beberapa
waktu setelah penjualan dilakukan.
e) Untuk berhasil, pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang
menghasilkan laba dalam jangka panjang. Jadi, pelanggan harus benar-benar
merasa bahwa kebutuhannya dipenuhi agar supaya perusahaan memperoleh
kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan.
2.6.2 Tujuan Fungsi Pemasaran
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan, sebab tujuan akhir dari konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (Total Customer Statisfaction). Dengan
terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan pelanggan maka akan memberi nilai
tambah pada perusahaan sebab produk yang dihasilkan perusahaan cocok dan
disukai pelanggan dan dapat terjual dengan sendirinya serta pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada peningkatan laba perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan perlu mengarahkan kegiatan usahanya untuk menghasilkan produk
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan
pelanggan. Tujuan pemasaran dapat dirumuskan secara spesifik dan mengidentifikasi
tingkat kinerja yang diharapkan untuk di capai oleh organisasi pada waktu tertentu di
masa datang, dengan mempertimbangkan realitas masalah, dan peluang lingkungan
serta kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga dapat membantu perusahaan
dalam menganalisis produk serta pasarnya. Tujuan pemasaran pada umumnya di buat
berdasarkan target penjualan, tetapi dapat juga sebaliknya di buat berdasarkan target
34
penjualan. Fungsi pemasaran bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari
keberhasilan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan menginginkan tiap produk
yang dihasilkannya dapat terjual dalam jumlah besar dan dengan tingkat harga
yang memberi keuntungan. Melalui produk yang dijualnya inilah perusahaan
dapat mempertahankan kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya serta
untuk dapat berkembang.
2.6.3 Aktivitas Fungsi Pemasaran
Fungsi-Fungsi Pemasaran meliputi beberapa fungsi berikut
(www.organisasi.org):
1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan
menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk
(barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta
menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan
konsumen dengan banyak cara baik melalui air, darat, udara, dan lainnya.
Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk agar tidak
kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen
dapat dilakukan pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas
35
pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara lain
seperti pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi serta
standarisasi atau penggolongan produk.
Stanton dan Lamarto (1988) dalam bukunya yang berjudul Prinsip
Pemasaran, menguraikan bahwa pemasaran mencakup kegiatan:
1. Menyelidiki dan mengetahui apa yang diinginkan konsumen.
2. Merencanakan dan mengembangkan sebuah produk atau jasa yang akan
memenuhi keinginan tersebut.
3. Memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga, mempromosikan dan
mendistrisibusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa
baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial.
Ada tiga ketetapan pokok yang mendasari konsep pemasaran, yakni:
1. Semua operasi dan perencanaan perusahaan harus berorientasi kepada
konsumen.
2. Sasaran perusahaan harus volume penjualan yang menghasilkan laba. Jadi
bukan volume demi kepentingan volume itu sendiri.
3. Semua kegiatan pemasaran di sebuah perusahaan harus dikoordinir secara
organisatoris.
2.7 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
2.7.1 Pengertian ISO 9001:2000
ISO 9001:2000 merupakan salah satu dari rangkaian lima standar ISO
9000 yang dihasilkan oleh International Organization for Standardization di
36
Jenewa, Swiss, yang mana organisasi ini diprakarsai oleh American National
Organization Institute yang berkedudukan di New Jersey. ISO 9000 sendiri
adalah sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan rerangka
yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan di seluruh dunia.
ISO 9001:2000 adalah rangkaian standar untuk sistem manajemen mutu
(Quality Management System), yang menggantikan ISO 9001, 9002, 9003 versi
1994. ISO 9001: 2000 menyediakan persyaratan yang merupakan kebutuhan
organisasi yang harus dipenuhi untuk mencapai kepuasan pelanggan melalui
produk dan jasa yang konsisten sesuai dengan harapan pelanggan. Menurut
Tjiptono dan Diana dalam bukunya yang berjudul Total Quality Management
(2003:88), ISO 9001 adalah standar yang paling komprehensif dan digunakan
untuk menjamin kualitas pada tahap perancangan dan pengembangan, produksi,
instalasi, dan pelayanan jasa. Inti dari ISO 9001:2000 adalah seluruh proses untuk
membuat produk terjamin kualitasnya dilihat dari apakah sistem manajemen mutu
perusahaan dijalankan secara konsisten.
Standar ISO sendiri hanya terdiri atas daftar persyaratan, tanpa
menentukan bagaimana harus memenuhinya. Setipa perusahaan harus dapat
menentukan bagaimana memenuhi setiap persyaratan dan bagaimana
membuktikan bahwa semua persyaratan telah terpenuhi. Sertifikasi Standar ISO
tidak menjamin akan kualitas hasil akhir produk atau jasa, namun serifikat
tersebut menjamin proses bisnis formal telah diaplikasikan. Persyaratan yang
terdapat dalam ISO 9001:2000 meliputi semua prosedur yang mencakup proses
bisnis, mengawasi keefektifan proses bisnis, menjamin kecukupan pencatatan,
37
memeriksa kualitas output dengan melakukan tindakan korektif bila diperlukan,
memeriksa proses individual dan system kualitas secara berkala, dan
memfasilitasi peningkatan secara berkelanjutan.
Dari definisi ISO 9001:2000 di atas dapat dirinci bahwa sistem manajemen
mutu (Quality Management Systems) merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa)
terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan
tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasi oleh pelanggan dan organisasi. Oleh
karena itu dibutuhkan internal audit yang melakukan audit mutu internal (Quality
Audit Internal), dimana audit mutu merupakan suatu alat bantu manajemen dalam
mengevaluasi aktivitas-aktivitas atau proses bisnis yang berhubungan dengan
kualitas. Audit mutu merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan bagi
penerapan standar ISO 9001:2000. Audit dilakukan untuk mengetahui bahwa
berbagai elemen dalam prosedur mutu telah efektif dan sesuai untuk mencapai
tujuan kualitas yang telah ditetapkan serta mengevaluasi penerapan sistem mutu
tersebut apakah telah sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang ada dan telah
dilaksanakan dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan,
sehingga manajemen dapat menggunakan hasil audit mutu untuk memperbaiki
sistem manajemen mutu dan kinerjanya.
Model proses dari ISO 9001:2000 terdiri dari lima bagian utama yang
menjabarkan sistem manajemen organisasi sebagai berikut :
38
1. Sistem manajemen mutu (bagian 4, ISO 9001:2000)
2. Tanggung jawab manajemen (bagian 5, ISO 9001:2000)
3. Manajemen sumber daya (bagian 6, ISO 9001:2000)
4. Realisasi produk (bagian 7, ISO 9001:2000)
5. Analisis, pengukuran dan peningkatan (bagian 8, ISO 9001:2000)
Gambar 2.1 Model Proses Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001:2000
Sumber : Gaspersz, Vincent 2006. Total Quality Management untuk PraktisiBisnis dan Industri. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 66.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam Sistem Manajemen
Mutu dibutuhkan tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi
produk serta pengukuran, analisis dan perbaikan yang saling berhubungan
membentuk siklus. Di mana manajemen bertanggung jawab juga atas penentuan
syarat-syarat pelanggan yang dibutuhkan sebagai input dalam realisasi produk
sehingga menghasilkan output yang memuaskan pelanggan.
39
2.7.2 Alasan dan Manfaat Penerapan ISO 9001:2000
Penerapan standar ISO 9001:2000 dapat menambah daya saing perusahaan
dan membut perusahaan tersebut menjadi kompetitif. Beberapa manfaat dari
implementasi ISO 9001:2000 adalah sebagai berikut (Tjiptono, Diana, 2003:88) :
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu
yang terorganisasi dan sistematik.
2. Meningkatkan image kualitas perusahaan serta daya saing dalam memasuki
pasar global. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO diijinkan untuk
mengiklankan kepada media massa bahwa sistem manajemen mutu
perusahaan tersebut telah diakui secara internasional. Hal ini terkadang
dilakukan sebagai alat pemasaran.
3. Meningkatkan kualitas dan produktivitas melalui kerjasama, solusi masalah,
dan komunikasi yang baik, serta dalam pengendalian kualitas yang konsisten.
4. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan.
5. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh staf perusahaan
melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi kerja yang terdefinisi
dengan baik.
6. Sertifikasi ISO membawa perubahan positif dalam kultur kualitas organisasi
karena meningkatkan motivasi, kesadaran, dan moral karyawan. karyawan
menjadi terdorong untuk mendapatkan dan mempertahankan sertifikasi ISO.
7. Mengurangi duplikasi audit dan menghemat biaya karena audit sistem
manajemen mutu dari perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
40
dilakukan secara periodik oleh registrar dari lembaga registrasi sehingga
pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem manajemen mutu.
2.7.3 Kriteria Efektivitas Audit Mutu Internal
Fungsi pemasaran harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan
dan memelihara sistem manajemen mutu dan terus menerus memperbaiki
keefektifannya sesuai dengan kriteria pada ISO 9001:2000, yaitu (Beaumont,
2000:10) :
1) Identifikasi proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan
penerapannya diseluruh organisasi.
a. Penetapan ruang lingkup sistem manajemen mutu.
b. Penetapan proses-proses sistem manajemen mutu
c. Menguraikan interaksi antar proses-proses sistem manajemen mutu
tersebut
d. Penetapan kebijakan mutu
2) Pengelolaan sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung
operasi dan memantau proses-proses tersebut.
a. Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi karyawan untuk
mendukung proses sistem manajemen mutu tersebut
b. Menyediakan pendidikan, pelatihan atau keterampilan dan melakukan
evaluasi untuk memenuhi kebutuhan kompetensi karyawan tersebut
c. Menetapkan, menyediakan dan memelihara sarana prasarana yang
diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk
41
3) Tanggung jawab manajemen berkaitan dengan fokus pada pelanggan.
a. Penetapan sasaran mutu
b. Penetapan persyaratan bagi produk
c. Tinjuauan persyaratan berkaitan dengan produk
4) Memantau, mengukur dan menganalisis.
a. Pemantauan informasi berkaitan dengan persepsi pelanggan
b. Pemantauan dan pengukuran proses serta produk
c. Analisis data
5) Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
direncanakan dan perbaikan berkelanjutan dari proses-proses tersebut.
a. Tinjauan manajemen terhadap kebijakan mutu dan sasaran mutu
b. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan
Kriteria efektivitas laporan audit berdasarkan ISO 9001:2000 tersebut diukur
dengan menggunakan maturity level organisasi dalam rentang penilaian dari
angka 1 sampai dengan 5. Berikut ini penjelasan dari masing-masing tingkatan
nilai maturity level (table 2.1).
Tabel 2.1 Maturity Level
Matu-rity
Level
PerformanceLevel
Guidance Keterangan
1 No formalapproach
No systematic approachevident, no results, poorresults or unpredictableresults.
Tidak ada buktidokumentasi atau adabukti dokumentasi tapitidak di seluruh bagianorganisasi (not welldocumented), earlystated.
42
2 Reactive approach Problem-or-corrective-based systematicapproach, minimum dataon improvement resultsavailable.
Ada bukti dokumentasi(well documented) tapitidak diimplementasikandi seluruh bagianorganisasi (not widelyimplemented)
3 Stable formalsystem approach
Systematic process-based approach, earlystage of systematicimprovements, dataavailable onconformance toobjectives and existenceof improvement trends.
Ada bukti dokumentasi(well documented) dandiimplementasikan diseluruh bagian organisasi(widely implemented).
4 Continualimprovementemphasized
Improvement process inuse, good results andsustained improvementtrends.
Well documented, widelyimplemented, andcomparable (dapatdibandingkan denganperusahaan lain yangsejenis dan hasilnya yangpaling baik).
5 Best-in-classperformance
Strongly integratedimprovement process,best-in-classbenchmarked resultsdemonstrated.
Well documented, widelyimplemented,comparable,and continuity (hasilperbandigan denganperusahaan lain yangsejenis harus yang palingbaik selama beberapaperiode).
Sumber : ISO 9001:2000
2.8 Penelitian Sebelumnya
Penelitian dengan topik internal audit telah menjadi topik pada beberapa
penelitian sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fira
Hartanti (2007) dengan judul “Efektivitas Audit Operasional Pada PT Centra Asia
Raya (CAR) Surabaya (Studi Kasus pada Fungsi Pemasaran)”. Penelitian yang
dilakukan penulis ini pada dasarnya sama dengan penelitian-penelitian
43
sebelumnya, sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan sama-sama
meneliti efektivitas dari audit atas fungsi pemasaran. Akan tetapi terdapat
perbedaan yaitu penelitian sebelumnya ini meneliti efektivitas audit
operasionalnya dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian efektivitas dan
efisiensi sebagai berikut :
1. Kedudukan internal audit
2. Rencana kerja
3. Pedoman pemeriksaan
4. Pengembangan sumber daya manusia
5. Pengendalian mutu
6. Rencana pemeriksaan
7. Pengawasan pemeriksaan
8. Pengkajian dan penilaian SPM
9. Kertas kerja pemeriksaan
10. LHP
11. Pemantauan tindak lanjut
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis meneliti efektivitas dari
laporan audit berdasarkan ISO 9001:2000 menekankan pada internal audit sistem
manajemen mutu atas fungsi industri dan pemasaran, dengan kriteria peningkatan
mutu berdasarkan ISO 9001:2000 sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan
penerapannya di seluruh organisasi;
44
2. Menetapkan urutan dan interaksi proses-proses tersebut;
3. Memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk
mendukung operasi dan pemantauan proses-proses tersebut;
4. Memantau, mengukur dan menganalisis proses-proses tersebut;
5. Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
direncanakan.
Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosalia Arianti
(2006) dengan judul “Evaluasi Audit Operasional Sebagai Alat Bantu Manajemen
Dalam Menilai Efektivitas dan Efisiensi Fungsi Pemasaran Pada PT Prima Alloy
Steel Sidoarjo”. Penelitian tersebut menekankan pada efektivitas dan efisiensi
fungsi pemasaran dengan menganalisi strategi pemasaran, menganalisis
perancanaan pemasaran, menganalisis audit operasional terhadap efektivitas dan
efisiensi fungsi pemasaran dan menganalisis efisiensi pemasaran perusahaan.
2.9
45
2.9 Kerangka Penelitian
Laporan Audit Mutu Internal
Klasifikasi Kriteria danEvaluasi Kondisi Aktual
1. Identifikasiproses yangdiperlukanuntuk sistemmanajemenmutu danpenerapannya.
2. Pengelolaansumber daya daninformasi yangdiperlukan untukmendukungoperasi danpemantauanproses-prosestersebut.
3. Tanggungjawabmanajemenberkaitandengan fokuspadapelanggan.
4. Memantau,mengukur,danmenganalisis.
5. Menerapkantindakan yangdiperlukanuntuk hasilyangdirencanakandan perbaikanberkelanjutan.
Mengevaluasi Kinerja Perusahaan BerdasarkanMaturity Level (tabel 2.1)
Identifikasi Masalah atau Kendala sertaMenentukan Tindak Lanjut yang Diperlukan
Evaluasi Efektivitas Hasil Audit Mutu Internal Berdasarkan ISO 9001:2000Atas Fungsi Pemasaran Hasil Industri Pada Perum Perhutani Unit III
46
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian menjadi sebuah hal yang fundamental dalam sebuah
penelitian karena menyangkut bagaimana peneliti mengarahkan penelitiannya,
berkaitan dengan sumber data yang digunakan, dan analisis yang diperlukan agar
benar-benar mengarah pada apa yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data
berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa,
pengetahuan atau obyek studi. Bogdan dan Taylor yang dikuti dalam Moleong
(2002:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati. Seperti yang diungkapkan Natsir (2003:58), bahwa
karakteristik dari pendekatan kualitatif ini antara lain:
1. Memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia.
2. Memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang
tersituasikan secara sosial.
3. Menggunakan manusia sebagai instrumen penelitian awal.
4. Mengandalkan terutama bentuk-bentuk naratif untuk mengode data dan
menulis teks untuk disajikan kepada khalayak.
47
Sedangkan metode yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Yin
(2005:1), studi kasus merupakan strategi yang lebih tepat digunakan apabila
rumusan masalah dalam suatu penelitian berkenaan dengan “How” atau “Why”.
Selain itu Yin (2005:18) juga mengemukakan bahwa studi kasus adalah suatu
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan
dimana multi sumber bukti digunakan.
3.2 Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada saat ini yang
artinya penelitian ini lebih ditekankan pada penilaian efektivitas hasil audit mutu
internal pada fungsi pemasaran hasil industri berdasarkan ISO 9001:2000 oleh
internal audit Perum Perhutani. Peneliti melakukan studi lapangan pada Perum
Perhutani, dipilih tempat penelitian ini disebabkan perusahaan tersebut merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kehutanan, dimana terdapat divisi
fungsi pemasaran hasil industri yang membutuhkan sistem manajemen mutu dan
efektivitas yang baik. Pelaksanaan pengelolaan semua unit yang ada di perusahaan
tersebut diawasi oleh internal audit perusahaan atau Satuan Pengawas Intern yang
melakukan audit mutu internal. Dalam audit ini dilakukan penilaian terhadap
sistem menajemen mutu atas fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani
Unit III.
48
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan pengaruh
laporan internal audit berdasarkan ISO 9001:2000 atas fungsi pemasaran hasil
industri Perum Perhutani Unit III, meliputi:
1. Sebagai subyek penelitian adalah Perum Perhutani Unit III, sedangkan obyek
penelitiannya adalah laporan audit mutu internal atas fungsi industri
pemasaran hasil industri.
2. Pembahasan yang dilakukan terhadap subyek dan obyek penelitian tersebut
adalah hanya pada evaluasi efektivitas hasil laporan audit mutu internal pada
fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III
3. Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data tahun 2008 dengan
data pendukung tahun 2007 dan 2006.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan meminta kesedian dari unit kerja fungsi
industri dan pemasaran Perum Perhutani. Setelah membicarakan tujuan dari
penelitian serta data-data yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian
pendahuluan dilakukan pada unit kerja fungsi industri dan pemasaran dengan
meminta data tentang perusahaan dan data lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan audit mutu internal fungsi industri dan pemasaran. Selanjutnya
peneliti melakukan evaluasi data mengenai pelaksanaan audit mutu internal
tersebut yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen resmi perusahaan yang
49
berhubungan dengan pelaksanaan audit mutu internal, melakukan wawancara
dengan pihak manajemen, lalu dilakukan penilaian atas hasil temuan dokumen-
dokumen tersebut berdasarkan kriteria ISO 9001:2000 dengan menggunakan
maturity level.
Desain penelitian merupakan induk penelitian karena suatu desain
penelitian merupakan serangakain tahap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Menurut Yin (2005:1), pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
dalam memilih rancangan studi kasus adalah sebagai berikut:
1. Adanya kesesuaian mengenai inti dari studi kasus dengan obyek
penelitiannya. Selain itu digunakan multi sumber bukti sebagai bahan
penelitiannya, tidak hanya berupa dokumen-dokumen melainkan juga hasil
observasi, wawancara, penelusuran data online, dan kuesioner.
2. Pokok pertanyaan dalam penelitian ini berkenaan dengan “How” dan “Why”,
serta peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-
peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer dalam konteks kehidupan nyata.
Menurut Yin (2005:29) ada lima komponen rancangan penelitian untuk
studi kasus yang sangat penting, yaitu:
1. Pertanyaan penelitian
2. Proposisi
3. Unit-Unit Analisis
4. Logika yang mengaitkan data dengan proposisi
50
5. Kriteria untuk menginterpretasi temuan
Rancangan penelitian pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Yin tersebut yang akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.
3.4.1 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka pertanyaan
penelitian adalah “bagaimana evaluasi hasil audit mutu internal berdasarkan ISO
9001:2000 sebagai alat bantu manajemen dalam menilai kinerja sistem
manajemen mutu fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III?” yang
dapat dirinci lebih lanjut menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a) Apa sajakah proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan
bagaimana penerapannya di seluruh fungsi pemasaran hasil industri Perum
Perhutani Unit III?
b) Apakah sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung
operasi dan pemantauan proses telah dipenuhi dan dikelola oleh fungsi
pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III?
c) Apakah bentuk tanggung jawab manajemen yang berkaitan dengan fokus pada
pelanggan telah dilakukan oleh fungsi pemasaran hasil industri Perum
Perhutani Unit III?
d) Apakah telah dilakukan pemantauan, pengukuran, dan analisis atas proses-
proses dan produk pada fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit
III?
51
e) Apakah tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang direncanakan
dan perbaikan berkelanjutan dari proses-proses pada fungsi pemasaran hasil
industri Perum Perhutani Unit III?
3.4.2 Proposisi Penelitian
Proposisi mengarahkan penelitian peneliti kepada sesuatu yang harus
diselidiki dalam ruang lingkup studinya. Dengan kata lain, proposisi merupakan
pemikiran kita yang digunakan sebagai acuan untuk menjawab rumusan masalah
berdasarkan teori yang ada. Proposisi pada penelitian ini, yaitu:
1. Pengidentifikasian proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan
penerapannya pada fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III
dapat menentukan tingkat kinerja sistem manajemen mutu pada fungsi
tersebut.
2. Ketersediaan sumber daya dan informasi untuk mendukung operasi dan
pemantauan proses dapat mendukung kinerja sistem manajemen mutu pada
fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III.
3. Bentuk tanggung jawab manajemen yang dilakukan berkaitan dengan fokus
pada pelanggan dapat mendukung kinerja sistem manajemen mutu pada fungsi
pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III.
4. Pemantauan, pengukuran, dan analisis atas proses-proses dapat mendukung
kinerja sistem manajemen mutu pada fungsi pemasaran hasil industri Perum
Perhutani Unit III.
52
5. Tindakan untuk mencapai perbaikan berkelanjutan dari proses-proses dapat
mendukung kinerja sistem manajemen mutu pada fungsi pemasaran hasil
industri Perum Perhutani Unit III.
3.4.3 Unit-Unit Analisis
Unit-unit analisis mengungkapkan hal-hal yang akan dibahas dalam suatu
penelitian sehingga akan mengarahkan perhatian peneliti terhadap sesuatu yang
akan diteliti. Obyek penelitian pada penelitian ini adalah laporan internal audit
atas fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit III. Sehingga, unit
analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana internal audit fungsi pemasaran hasil industri Perum Perhutani Unit
III.
2. Dokumen terkait dengan penerapan proses pemasaran hasil industri Perum
Perhutani Unit III.
3. Business process dan strategi fungsi pemasaran hasil industri.
4. Dokumen mengenai kebijakan dan sasaran mutu fungsi fungsi pemasaran hasil
industri.
5. Dokumen mengenai deskripsi kompetensi serta pelatihan yang dibutuhkan
karyawan fungsi pemasaran hasil industri.
6. Dokumen mengenai ketersediaan sumber daya lainnya seperti bahan baku,
peralatan, dan sarana prasarana lain.
7. Dokumen terkait dengan pemantauan, pengukuran, dan analisis atas proses-
proses pada fungsi pemasaran hasil industri.
53
8. Dokumen terkait dengan persyaratan pelanggan.
9. Dokumen terkait dengan tindak lanjut dari proses-proses.
10. Laporan internal audit atas fungsi pemasaran hasil industri tahun 2008.
11. Pedoman ISO 9001:2000.
3.4.4 Logika yang Mengaitkan Data dengan Proposisi
Data yang dikumpulkan harus mengacu pada proposisi yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain bagaimana peneliti menganalisis data
berdasarkan proposisi yang dikemukakan sebelumnya. Berikut ini adalah ikhtisar
mengenai logika yang mengaitkan data dengan proposisi.
Tabel 3.1 logika yang Mengaitkan Data Dengan Proposisi
No. Pertanyaan Penelitian Proposisi Dataa) Apa sajakah proses
yang diperlukan untuksistem manajemenmutu dan bagaimanapenerapannya diseluruh fungsipemasaran hasilindustri PerumPerhutani Unit III?
Pengidentifikasian prosesyang diperlukan untuksistem manajemen mutudan penerapannya padafungsi pemasaran hasilindustri Perum PerhutaniUnit III menentukantingkat kinerja sistemmanajemen mutu padafungsi tersebut.
a. Dokuman terkaitdengan penerapanproses pemasaranhasil industri.
b. Pedoman ISO9001:2000.
c. Informasi yangdiperoleh dariwawancara pihakterkait.
b) Apakah sumber dayadan informasi yangdiperlukan untukmendukung operasi danpemantauan prosestelah dipenuhi olehfungsi pemasaran hasilindustri PerumPerhutani Unit III?
Ketersediaan sumberdaya dan informasi untukmendukung operasi danpemantauan proses dapatmendukung kinerjasistem manajemen mutupeningkatan mutu padafungsi tersebut.
a. Dokumen mengenaideskripsi kompetensidan pelatihan yangdibutuhkan karyawanfungsi pemasaranhasil industri.
b. Dokumen mengenaiketersediaan sumberdaya lainnya sepertibahan baku,peralatan, sertasarana prasarana.
54
c. Pedoman ISO9001:2000.
d. Informasi yangdiperoleh dariwawancara pihakterkait.
c) Apakah bentuktanggung jawabmanajemen yangberkaitan dengan fokuspada pelanggan telahdilakukan oleh fungsipemasaran hasilindustri PerumPerhutani Unit III?
Bentuk tanggung jawabmanajemen yangdilakukan berkaitandengan fokus padapelanggan dapatmendukung kinerjasistem manajemen mutupeningkatan mutu padafungsi tersebut.
a. Dokumen mengenaipemenuhanpersyaratanpelanggan.
b. Dokumen mengenaisasaran mutu.
c. Dokumen mengenaipenetapanpersyaratan produk
d. Pedoman ISO9001:2000.
e. Informasi yangdiperoleh dariwawancara pihakterkait.
d) Apakah telah dilakukanpemantauan,pengukuran, dananalisis atas proses-proses pada fungsipemasaran hasilindustri PerumPerhutani Unit III?
Pemantauan,pengukuran, dan analisisatas proses-proses dapatmendukung kinerjasistem manajemen mutupeningkatan mutu padafungsi tersebut.
a Dokumen terkaitdengan pemantauan,pengukuran, dananalisis atas proses-proses pada fungsipemasaran hasilindustri.
b Laporan internalaudit atas fungsipemasaran hasilindustri tahun 2008.
c Pedoman ISO9001:2000.
d Informasi yangdiperoleh dariwawancara pihakterkait.
e) Apakah tindakan yangdiperlukan untukmencapai hasil yangdirencanakan danperbaikan
Tindakan untukmencapai perbaikanberkelanjutan dariproses-proses dapatmendukung kinerja
a. Dokumen terkaitdengan perbaikanberkelanjutan dariproses-proses.
b. Laporan internal
55
berkelanjutan dariproses-proses padafungsi pemasaran hasilindustri PerumPerhutani Unit III?
sistem manajemen mutupeningkatan mutu padafungsi tersebut.
audit atas fungsipemasaran hasilindustri tahun 2008.
c. Pedoman ISO9001:2000.
d. Informasi yangdiperoleh dariwawancara pihakterkait.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
3.4.5 Kriteria untuk Menginterpretasi Temuan
Data-data yang terkumpul tersebut dianalisa berdasarkan teori mengenai
kriteria sistem manajemen mutu atas fungsi pemasaran hasil industri berdasarkan
ISO 9001:2000 kemudian diinterpretasikan dalam bentuk kualitatif dengan
struktur penulisan yang bersifat deskriptif.
3.5 Jenis dan Sumber data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer, yaitu observasi atau pengamatan secara langsung dan
hasil wawancara dengan pihak terkait yang terdapat dalam perusahaan.
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang berfungsi untuk mendukung
data primer yang telah diperoleh peneliti. Sumber data sekunder yang
diperoleh ini merupakan sumber tertulis yang tersdiri dari literatur ilmiah dan
masalah yang dibahas dari penelitian sebelumnya, serta data internal
perusahaan.
56
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi pustaka
Dalam tahap ini peneliti mempelajari dan mengumpulkan berbagai
literatur serta teori yang terkait dengan laporan internal audit, khusunya laporan
internal audit fungsi industri dan pemasaran, yang kemudian digunakan sebagai
landasan teori untuk menganalisa permasalahan yang dirumuskan sebelumnya.
2. Survey pendahuluan
Dalam tahap ini peneliti melakukan kunjugan awal ke Perum Perhutani
untuk menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian serta untuk
mendapatkan gambaran umum tentang situasi dan kondisi Perum Perhutani
terutama mengenai laporan internal audit atas fungsi industri dan pemasaran.
3. Studi lapangan
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang relevan terkait dengan
permsalahan penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti yang
diutarakan Bungin (2008:108), yaitu:
1. Metode wawancara
2. Metode observasi
3. Metode dokumenter
4. Metode bahan visual
5. Metode penelusuran data online
57
Pada penelitian ini hanya empat metode pengumpulan data Bungin yang
dilaksanakan, yaitu:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama. Contohnya, wawancara dengan pelaksana internal
audit fungsi industri dan pemasaran pada Perum Perhutani yang terkait dengan
pertanyaan penelitian.
2. Metode Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Contohnya, kunjungan langsung ke Perum Perhutani untuk
mengamati keadaan perusahaan dari kondisi fisik sebenarnya.
3. Metode Dokumenter
Metode dokumenter dalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode
dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Contohnya, pengambilan data dari dokumen-dokumen yang ada pada Perum
Perhutani yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
58
4. Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta mampu
menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini melalui internet.
Contohnya, pengambilan company profile Perum Perhutani dari situs
www.perumperhutani.com.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam tahap analisis ini, seluruh hasil proses pengumpulan data
dikumpulkan kemudian disusun dalam bentuk laporan terperinci. Langkah-
langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan dan menganalisa gambaran umum subyek penelitian yang
mencakup hal-hal berikut:
a. Sejarah perusahaan
b. Struktur organisasi
c. Bidang usaha perusahaan
d. Visi dan misi perusahaan
e. Sasaran dan strategi perusahaan
2. Menguraikan dan menganalisa gambaran umum obyek penelitian yang
mencakup hal-hal berikut:
a. Definisi dan tujuan audit mutu internal
b. Pelaksana audit mutu internal
c. Prosedur persiapan audit mutu internal
59
d. Tahap-tahap pelaksanaan audit mutu internal
3. Mengelompokkan dan menelaah seluruh data dan bukti yang telah
dikumpulkan serta menganalisis efektivitas hasil audit mutu internal
berdasarkan kriteria peningkatan mutu atas fungsi pemasaran berdasarkan ISO
9001:2000, yaitu:
1) Identify the processes needed for the quality management systems and
their application throughout the organization (Identifikasi proses yang
diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya diseluruh
organisasi).
a. Penetapan ruang lingkup sistem manajemen mutu.
b. Penetapan proses-proses sistem manajemen mutu.
c. Menguraikan interaksi antar proses-proses tersebut.
d. Penetapan kebijakan mutu.
2) Manage resources and information necessary to support the operation and
monitoring these processes (Pengelolaan sumber daya dan informasi yang
diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses-proses
tersebut).
a. Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi karyawan untuk
mendukung proses sistem manajemen mutu tersebut.
b. Menyediakan pendidikan, pelatihan atau keterampilan dan melakukan
evaluasi untuk memenuhi kebutuhan kompetensi karyawan tersebut.
c. Menetapkan, menyediakan dan memelihara sarana prasarana yang
diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk.
60
3) Management responsibility related to customer focus (Tanggung jawab
manajemen berkaitan dengan fokus pada pelanggan).
a. Penetapan sasaran mutu.
b. Penetapan persyaratan bagi produk.
c. Tinjauan persyaratan berkaitan dengan produk.
4) Monitor, measure and analyze (Memantau, mengukur dan menganalisis).
a. Pemantauan informasi berkaitan dengan persepsi pelanggan.
b. Pemantauan dan pengukuran proses serta produk.
c. Analisis data.
5) Implement actions necessary to achieve planned result and continual
improvement of these processes (Menerapkan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang direncanakan dan perbaikan berkelanjutan dari
proses-proses tersebut).
a. Tinjauan manajemen terhadap kebijakan mutu dan sasaran mutu.
b. Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan.
61
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perum Perhutani
4.1.1 Sejarah Perum Perhutani
Berdirinya Perum Perhutani berawal dari pengelolaan hutan di Jawa dan
Madura yang dipegang oleh VOC lalu berpindah ke tangan Pemerintah Kolonial
Belanda pada awal tahun 1800-an dimana saat itu pengelolaan hutan sudah berdiri
khususnya untuk pohon Jati. Selanjutnya pada tahun 1865 telah dibuat undang-
undang yang mengatur pengelolaan hutan di Jawa dan Madura dan pada saat
itulah penguasaan hutan dan kayu telah dimulai. Pada akhirnya, pasca-
kemerdekaan pengelolaan hutan jati di Jawa dialihkan kepada Jawatan Kehutanan.
Jawatan tersebut kemudian berubah status menjadi PN (Perusahaan Negara)
Perhutani pada 1963. Status PN itu berubah lagi menjadi Perum (Perusahaan
Umum) Perhutani sembilan tahun kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No.15 Tahun 1972 dengan area kerja meliputi hutan di daerah Jawa Tengah
dan Jawa Timur yang lalu diperluas sampai ke Jawa Barat pada tahun 1978. Lalu
pada waktu era Kabinet Reformasi tahun 2001, pemerintah merubah Perum
Perhutani yang semula sebagai BUMN menjadi Perseroan Terbatas (PT) yaitu
badan usaha yang bertujuan mencari laba. Dikarenakan banyaknya berbagai pihak
yang berkepentingan menyatakan keberatan terhadap perubahan ini mengingat
pentingnya fungsi ekologis dan sosial hutan jati Jawa di samping nilai
ekonominya, akhirnya status Perum Perhutani dikembalikan lagi menjadi BUMN
62
sesuai Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2003. Dalam operasionalnya Perum
Perhutani di bawah koordinasi Kementerian Negara BUMN dan dengan
bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.
Sebagai BUMN yang berada di bawah naungan Departemen Kehutanan.,
Perum Perhutani diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah
kerjanya. Selain pengusahaan hutan, Perum Perhutani juga berkewajiban
menyelenggarakan usaha-usaha dibidang kehutanan untuk memproduksi barang
dan jasa bermutu dan memadai dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi,
kelestarian serta harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kepentingan negara.
Adapun area kerja Perum Perhutani meliputi tiga wilayah yaitu propinsi
Jawa Tengah (Unit I Jawa Tengah); propinsi Jawa Timur (Unit II Jawa Timur);
propinsi Jawa Barat dan Banten (Unit III Jawa Barat dan Banten). Masing-masing
Unit dipimpin oleh oleh seorang Kepala Unit dibantu seorang Wakil Kepala Unit
dan Kepala-Kepala Biro. Setiap Unit membawahi beberapa Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH), Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) dan
Kesatuan Pelaksana Ekspor (KPE) yang masing-masing dipimpin oleh seorang
Administratur. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan usaha yang senantiasa
berubah dan memerlukan fleksibilitas organisasi yang dinamis, Perum Perhutani
memisahkan kelola hutan oleh KPH dan kelola bisnis oleh Kesatuan Bisnis
Mandiri (KBM) yang dipimpin oleh General Manager.
63
Berikut tabel luas wilayah hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani
berdasarkan fungsi hutannya :
Tabel 4.1 Area Hutan Berdasarkan Fungsi (dalam hektar)
Wilayah Kerja Hutan Produksi Hutan Lindung Total WilayahUnit I JawaTengah
542.290 84.430 630.720
Unit II JawaTimur
809.959 326.520 1.136.479
Unit III :Jawa BaratBanten
349.64961.406
230.70817.244
580.35778.650
Total 1.767.304 658.902 2.426.206Sumber : Data Internal Perusahaan
Perum Perhutani dikategorikan sebagai perusahaan dengan likuiditas yang
kuat. Total aset perusahaan mengindikasikan tren yang baik sekali pada tahun
2005 yaitu sebesar Rp 1,26 trilyun dan tahun 2006 meningkat menjadi Rp 1,48
trilyun. Penerimaan profit margin pada tahun 2005 mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelmumnya. Tahun 2006 keuntungan pendapatan mencapai
Rp 112,45 milyar. Untuk memaksimalkan pendapatan ini, selain mengelola hutan
dan memproduksi kayu, Perum Perhutani tidak hanya mengembangkan industri
non-kayu nya tetapi juga melakukan upaya penghematan dan pengontrolan biaya
sesuai dengan skala prioritas. Dengan pencapaian tersebut menjadikan Perum
Perhutani berada pada kategori A Healthy pada 2005 dan kategori AA Healthy
pada tahun 2006. Perum Perhutani tetap optimis dengan manajemen yang kuat
dan visioner serta akan konsisten dalam memenuhi standar internasional guna
meraih prospek bisnis yang cerah di masa depan.
64
4.1.2 Struktur Organisasi Perum Perhutani
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, Perum Perhutani dikelola oleh
Dewan Direktur yang bertanggung jawab terhadap penguasaan perusahaan, dan
Dewan Pengawas yang menjalankan fungsi pengawasan dan konsultasi terhadap
Dewan Direktur. Gambar struktur organisasi Perum Perhutani akan ditampilkan
pada lampiran 1 dan berikut adalah struktur organisasi Pemasaran Perum
Perhutani :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemasaran Perum Perhutani
Sumber : Data Internal Perusahaan
65
4.1.3 Bidang Usaha Perum Perhutani
Perum Perhutani merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
pengelolaan hutan dan produksi hasil hutan. Produk-produk yang dihasilkan dijual
baik ke dalam negeri sendiri maupun internasional. Selain bergerak di industri
kayu, Perum Perhutani juga mempunyai industri non-kayu dan wisata alam.
Beberapa bidang usaha dan produk dari Perum Perhutani tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Produk kayu bundar (logs product), terdiri dari pohon Jati, Pinus, Mahoni,
Sonokeling, Sonokembang, Sonobrit, Damar, Jabon, Sengon, Gmelina,
Rasamala, dan Johar. Dimana Jati dan Pinus merupakan komoditas utama dari
industri kayu ini dengan area hutan Jati sebesar 1.240.558 ha (51,73%) dan
Pinus sebesar 859.300 ha (35,14%).
2. Produk hasil hutan non-kayu (non wood forest product), terdiri dari :
a. Gondorukem (Gum Rosin), merupakan produk non-kayu yang termasuk
produk utama selain kayu Jati dan Pinus. Gondorukem ini dibuat dari
olahan getah pohon Pinus. Jika bentuknya menggumpal berwarna kuning
maka disebut Gondorukem, sedangkan jika berbentuk cair dan baunya
seperti pembersih lantai disebut Terpentin. Gondorukem merupakan bahan
baku utama untuk pembuat kertas, keramik, plastik, kaca, batik, sabun, tinta
dan lem. Sedangkan terpentin digunakan juga untuk industri cat, kosmetik,
bahan pelarut, farmasi, kapur barus, dan permen karet. Gondorukem dan
Terpentin merupakan salah satu hasil produksi yang terbaik di Asia.
Bahkan sejak tahun 2006 penjualannya sudah tembus ke pasar ekspor,
66
seperti Korea, Taiwan, India, Jepang, Pakistan, AS , Australia dan Arab
Saudi.
b. Terpentin (Turpentine oil), juga merupakan produk utama dari Perum
Perhutani yang berasal dari getah pohon Pinus (pinus merkusii) yang
kemudian diolah menjadi terpentin. Kegunaan terpentin untuk bahan baku
industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamper,
dan farmasi. Proses pengolahan terpentin dilakukan dengan cara
penyadapan getah pohon pinus, lalu diproses secara evaporasi untuk
ditampung uapnya dan hasil uap air ini ketika dipisahkan dari airnya akan
jadi terpentin.
c. Kopal (Copal), merupakan hasil olahan getah (resin) yang disadap dari
batang pohon Damar (Agathis alba dan beberapa Agathis lainnya). Kopal
merupakan bahan dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak
menyebar. Bahan ini juga dipakai sebagai campuran lak dan vernis.
d. Minyak kayu putih (cajuput oil)
e. Minyak Ylang-Ylang, merupakan minyak hasil sulingan dari tanaman
Kenanga (Cananga odorata forma genuina) yang banyak digunakan
sebagai aroma terapi dan lainnya.
f. Sutra (raw silk)
g. Madu dan royal jelly, merupakan madu yang diproduksi sendiri oleh Perum
Perhutani di Pusat Perlebahan Nasional Perhutani.
h. Air minum, merupakan air dari mata air hutan pegunungan yang diproduksi
oleh Perum Perhutani.
67
3. Produk industri kayu setengah jadi (product of wood working industry), yang
terdiri dari kayu papan (rough sawn timber), berbagai material untuk mebel
(furniture), peralatan tetap (fixture), interior dalam ruangan (indoor), lantai
(flooring), dan pelapisan kayu (veneer).
4. Produk jadi (finish product), merupakan produk yang dihasilkan dari berbagai
macam kayu yang dibuat menjadi mebel taman, mebel dalam ruangan,
komponen rumah dan lantai parket.
5. Wisata alam (ecotourism), Perum Perhutani juga mengelola hutan alam dan
hutan lindung yang menjadi tempat wisata seperti Tanjung Papurna, Kawah
Putih, Baturaden, Cilember, dan Tangkuban Perahu.
4.1.4 Visi dan Misi Perum Perhutani
Visi Perum Perhutani adalah “To become the best tropical forest
management in the world”. Perum Perhutani mengerahkan segala upaya untuk
menjadi perusahaan pengelola hutan tropis terbaik di dunia di masa depan, salah
satunya dengan mengadakan program “Green Perhutani 2010”. Program ini
bertujuan untuk membuat seluruh hutan di Jawa dipenuhi pepohonan sampai
2010, dengan dukungan dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai
rekan kerja dan kerjasama tim Green Brigade dalam setiap Unit Pemangkuan
Hutan.
Misi Perum Perhutani adalah sebagai berikut :
1. Mengelola hutan tropis dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari bersama
masyarakat.
68
2. Meningkatkan produktifitas, kualitas dan nilai sumberdaya hutan.
3. Mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu dan jasa lingkungan
serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan).
4. Membangun sumber daya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa dan
profesional.
5. Mendukung dan berperan serta dalam pembangunan wilayah dan
pembangunan nasional.
4.1.5 Sasaran dan Strategi Perum Perhutani
Sasaran strategis Perum Perhutani di bidang pemasaran adalah
meningkatan efektifitas, penjualan dan pemberian kewenangan (debirokratisasi)
sistem pemasaran. Dimana strategi yang akan digunakan untuk mencapai sasaran
tersebut antara lain :
1. Penyempurnaan pedoman di bidang pemasaran.
2. Pemberlakuan sistem pemasaran yang transparan dan adil dalam rangka
memelihara loyalitas konsumen.
3. Pemasaran dilakukan melalui saluran penjualan yang paling menguntungkan.
4. Pemisahan kelola pemasaran dari kelola produksi.
5. Perluasan pemasaran internasional.
6. Pemanfaatan teknologi informasi (media internet) dan pameran untuk
memperluas segmen pasar.
69
7. Pemberlakuan premium price terhadap produk yang bersertifikat ISO 9001
yaitu Gondorukem dan Terpentin.
Untuk mendukung sasaran strategis tersebut di atas maka ada beberapa
kebijakan yang harus diterapkan antara lain :
1. Penetapan harga harus rasional dan tidak fluktuatif dalam waktu yang singkat.
2. Manajemen pemasaraan harus terhindar dari praktik-praktik KKN.
3. Personil pemasaran harus memiliki sense of marketing.
4. Pengaturan proporsi volume penjualan dan harga per saluran penjualan.
5. Pendelegasian kewenangan pemasaran untuk penyederhanaan birokrasi
pemasaran.
Tolak ukur sasaran strategis pemasaran salah satunya adalah tercapainya
penjualan rata-rata per tahun Gondorukem 60.221 ton dan Terpentin 11.735 ton.
Inisiatif program untuk mewujudkan tercapainya tolak ukur tersebut adalah
dengan :
1. Memperoleh kepastian pembeli.
2. Penyesuaian kemasan produk sesuai permintaan konsumen.
3. Perluasan pasar internasional tidak tergantung agen.
4. Peningkatan kualitas produk.
5. Pemantauan harga produk on the spot maupun melalui media (internet).
6. Promosi penjualan.
Sebagai pelaku langsung dalam kegiatan pemasaran, Perum Perhutani
harus dapat menempatkan posisi yang berfokus kepada pelayanan pelanggan
sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Era globalisasi
70
yang meningkat menuntut perusahaan harus mampu bersaing secara regional,
nasional dan juga internasional. Oleh karena itu Perum Perhutani perlu
memfokuskan pada program pelayanan pelanggan (customer care) yang akan
memperoleh keuntungan dan hasil yang sepadan. Perhutani Customer Care
bertujuan menarik dan mempertahankan pelanggan baru yang merupakan sebuah
fungsi yang semata-mata tidak hanya berasal dari produk itu sendiri atau dari
produk yang ditawarkan, namun juga berkaitan dengan bagaimana customer care
melayani pelanggan lama dan reputasi yang diciptakan perusahaan, baik dalam
cakupan regional, nasional dan internasional. Perum Perhutani menempatkan
posisi yang berfokus kepada pelayanan pelanggan melalui produk yang telah
disertifikasi (certified products) untuk meraih keunggulan kompetitif di era global
marketing.
4.2 Gambaran Umum Audit Mutu Internal di Perum Perhutani
4.2.1 Definisi dan Tujuan Audit Mutu Internal
Audit Mutu Internal adalah kegiatan pemeriksaan secara sistematis
objektif, terencana dan terdokumentasi untuk memastikan apakah kegiatan sistem
dan hasilnya sesuai dengan rencana dan dilaksanakan secara efektif serta
berkesinambungan. Audit Mutu Internal ini diterapkan pada area penerapan
sistem manajemen mutu fungsi pemasaran dan bagian terkait yang dilakukan oleh
Tim Audit Mutu Internal yang ditunjuk dalam wilayah Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat, yang dilaksanakan setiap tanggal 5 sampai dengan 16 awal triwulan
dimana hasilnya akan dilaporkan kepada Perum Perhutani Pusat Jakarta .
71
Audit Mutu Internal ini digunakan sebagai alat pemeriksa sistem
manajemen mutu perusahaan secara sistematis objektif, terencana dan
terdokumentasi yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian, efisiensi, dan
efektivitas pelaksanaan aktivitas operasional dan strategis perusahaan terhadap
perencanaan yang ditetapkan.
4.2.2 Pelaksana Audit Mutu Internal
Pelaksana Audit Mutu Internal (AMI) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
merupakan suatu tim yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Perum Perhutani
Pusat dengan susunan sebagai berikut (gambar 4.2) :
A. Penanggung Jawab AMI
- Merupakan orang yang ditunjuk oleh Direksi dan Kantor ISO Pusat untuk
bertanggung jawab atas pelaksanaan AMI di Perum Perhutani Unit III,
Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Unit III dan area penerapan Pabrik
Gondorukem Terpentin (PGT) Sindang Wangi;
- Menyiapkan jadwal audit sesuai kebutuhan dan berkoordinasi dengan
Wakil Manajemen dalam merencanakan dan menganalisa hasil audit serta
bekerjasama dengan Koordinator Area dalam pelaksanaan tindakan
koreksi dan pencegahan;
- Melaporkan hasil audit secara berkala kepada Wakil Manajemen.
72
B. Ketua Tim AMI
- Merupakan orang yang ditunjuk oleh Direksi, Kantor ISO Pusat dan
Penanggung Jawab AMI untuk melaksanakan AMI di area terapan Perum
Perhutani Unit III, KBM Unit III dan PGT Sindang Wangi;
- Membantu Penanggung Jawab AMI menyiapkan jadwal audit dan
berkoordinasi dengan manajer pemasaran dan bagian-bagian terkait dalam
merencanakan dan menganalisis hasil audit serta bekerjasama dengan
Sekretariat ISO dalam pelaksanaan tindakan koreksi dan pencegahan;
- Melaporkan perkembangan hasil audit secara berkala kepada Penanggung
jawab AMI.
C. Ketua Regu
- Merupakan auditor senior yang ditetapkan oleh Penanggung Jawab AMI dan
Ketua Tim AMI sebagai Ketua Regu (Team Leader) yang bertanggung jawab
dalam mengaudit suatu area terapan/bagian yang diaudit.
D. Auditor
- Tim Auditor AMI terdiri dari personil Kantor Direksi dan Unit III;
- Mempelajari secara seksama bagian yang akan diaudit dan memahami tujuan
perusahaan berkenaan dengan bagian tersebut serta menyiapkan check list atau
daftar periksa audit mutu internal untuk bagian yang diaudit;
- Melaksanakan AMI sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Penanggung
Jawab AMI dan melaporkan hasil pelaksanaan AMI kepada Penanggung Jawab
AMI yang akan diteruskan kepada Wakil Manajemen.
73
E. Auditee
- Merupakan bagian pemasaran dari area terapan Perum Perhutani Unit III, KBM
Unit III dan PGT Sindang Wangi serta bagian-bagian lainnya yang terkait;
- Wajib memberikan umpan balik kepada auditor dalam pelaksanaan AMI;
- Merespon temuan audit yang diperoleh auditor dan berusaha memperbaiki
sesuai dengan batas tanggal yang ditentukan.
Gambar 4.2 Susunan Pelaksana Audit Mutu Internal
Sumber : Data Internal Perusahaan
4.2.3 Prosedur Persiapan Audit Mutu Internal
Terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum audit mutu
internal dilakukan, antara lain sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab Audit Mutu Internal merencanakan kegiatan internal audit
dengan menggunakan formulir jadwal audit mutu internal dengan
74
mempertimbangkan kesiapan masing-masing bagian, data sasaran mutu dan
permintaan tindakan koreksi serta tindakan pencegahan pada saat tinjauan
manajemen.
2. Menjamin bahwa semua bagian kerja tercakup dalam kegiatan audit. Dalam
menyusun program dan rencana audit, mempertimbangkan hasil audit
sebelumnya.
3. Jika diperlukan, Penanggung Jawab Audit Mutu Internal dengan persetujuan
Wakil Manajemen dapat menjadwalkan audit diluar jadwal tahunan yang telah
dibuat untuk merespon jika terjadi penurunan kinerja manajemen dan kualitas
produk atapun hal-hal yang menyimpang.
4. Audit Mutu Internal dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau
disesuaikan dengan kebutuhan manajemen.
5. Penanggung Jawab Audit Mutu Internal memilih auditor (Tim AMI) yang
dipandang memenuhi kualifikasi dalam melakukan audit dan menjamin asas
independensi.
6. Penanggung Jawab Audit Mutu Internal melakukan rapat persiapan audit
untuk menentukan ruang lingkup dan tujuan audit sesuai dengan kondisi
bagian yang akan diaudit pada fungsi pemasaran dan target serta sasaran mutu
perusahaan yang akan dicapai. Peserta rapat mengisi formulir daftar hadir dan
hasil rapat dicatat pada formulir notulen rapat audit mutu internal.
7. Para auditor membuat check list atau daftar periksa audit mutu internal dengan
menggunakan formulir, kemudian melaporkan kepada Ketua Tim AMI untuk
diperiksa dan disetujui. Check list ini bisa berkembang di lapangan.
75
8. Pembuatan check list atau daftar periksa audit mutu internal berdasarkan
tujuan audit atau lingkup audit yang telah disepakati dengan
mempertimbangkan elemen terkait.
9. Penanggung Jawab Audit Mutu Internal membuat jadwal pelaksanaan audit
yang merincikan tata waktu, tempat dan waktu audit serta auditor yang
ditunjuk. Jadwal ini diajukan kepada Wakil Manajemen untuk disetujui.
4.2.4 Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit Mutu Internal
Audit Mutu Internal pada fungsi pemasaran Perum Perhutani dilaksanakan
sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pembukaan dan monitoring
Pelaksanaan audit dimulai dengan melakukan opening meeting untuk
menjelaskan kepada auditee (bagian pemasaran dan yang terkait) tentang ruang
lingkup dan tujuan audit serta metode audit dan cara pencatatan temuan.
Kemudian auditor melakukan audit berdasarkan daftar periksa yang telah dibuat
dan mencari bukti objektif apakah bagian pemasaran dan yang terkait telah
melaksanakan sistem manajemen mutu dengan efektif dan telah diadakan
peningkatan secara berkelanjutan (continual improvement) dicatat pada kolom
temuan dan diukur tingkat kematangan kinerja manajemen.
Data-data yang dibutuhkan dalam mengaudit untuk diperiksa, dianalisis dan
dievaluasi antara lain proses-proses sistem manajemen mutu fungsi pemasaran
beserta prosedur kerja bagian yang terkait, sasaran mutu dan kebijakan mutu
Perum Perhutani, data karyawan pemasaran Perum Perhutani beserta dokumen
76
pelatihan dan trainingnya, dokumen prasarana Perum Perhutani, persyaratan
produk, pemantauan kepuasan pelanggan serta tindakan koreksi dan
pencegahannya.
2. Perumusan hasil temuan
Pada tahap ini semua temuan auditor dicatat pada kolom kondisi kinerja actual
dan formulir check list dianalisis dengan elemen terkait. Kemudian temuan
tersebut dicatat dalam formulir permintaan tindakan koreksi dan pencegahan.
Ketidaksesuaian yang ditemukan harus dipastikan disetujui oleh auditee dan
memberikan kemungkinan kepada auditee untuk membuktikan sebaliknya.
Sesudah disepakati tentang temuan terkait, masing-masing pihak baik auditor
maupun auditee membubuhkan tanda tangan pada tempat yang telah disediakan.
Setelah selesai melakukan audit akan dilakukan closing meeting. Auditor
akan mendiskusikan dengan auditee serta mencatat kembali temuan yang
diperoleh dari hasil audit dan rincian tindakan koreksi serta batas tanggal
penyelesaian yang disanggupi oleh auditee pada formulir dan selanjutnya auditor
memberikan fotokopi catatan mutu tersebut kepada auditee untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya. Hasil temuan ketidaksesuaian dan penetapan tanggal
penyelesaiaan dicatat pada catatan status tindakan koreksi dan pencegahaan.
3. Pelaporan hasil audit
Setelah dilakukan audit maka Ketua Tim AMI melaporkan hasil audit berupa
Rekapitulasi Hasil Audit, Permintaan Tindakan Koreksi dan Pencegahan, serta
77
Catatan Status Tindakan Koreksi dan Pencegahan kepada Penanggung Jawab
Audit Mutu Internal yang diteruskan kepada Wakil Manajemen. Kemudian
auditor melakukan verifikasi ke lokasi temuan dan diupayakan sesuai dengan
batas tanggal penyelesaian audit yang telah disepakati antara auditor dan auditee,
untuk memastikan tindakan koreksi telah diselesaikan. Apabila pada saat
dilakukan verifikasi ternyata ketidaksesuaian belum ditindaklanjuti atau
diselesaikan maka auditor akan memberi catatan pada laporan ketidaksesuaian
dengan menggunakan tanda “ditunda hingga tanggal”.
Kemudian jika pada saat verifikasi berikutnya masih terjadi penundaan maka
Auditor melaporkan kepada Penanggung Jawab Audit Mutu Internal yang
kemudian diteruskan kepada Wakil Manajemen guna memberikan surat
peringatan kepada auditee atau penanggung jawab area terkait dan temuan ini
menjadi salah satu agenda tinjauan manajemen. Pelaksanaan audit mutu internal
di Perum Perhutani terangkum dalam gambar diagram aliran (flowchart) pada
halaman berikut ini (Gambar 4.3) :
78
Gambar 4.3 Flowchart Kegiatan Audit Mutu Internal
Sumber : Data Internal Perusahaan
79
4.3 Evaluasi Efektivitas Hasil Audit Mutu Internal Berdasarkan ISO
9001:2000
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan pada bab 3 yang
kemudian dirinci pada daftar pertanyaan wawancara (lampiran 16), maka telah
dilakukan wawancara terhadap Bpk. Martin selaku Sekretaris ISO Pemasaran
Hasil Industri Unit III dan diperoleh hasil wawancara dari masing-masing kriteria.
Berdasarkan klasifikasi, hasil wawancara dan analisis dari data-data hasil audit
mutu internal yang kemudian dinilai dengan maturity level, maka diperoleh
evaluasi hasil audit mutu internal berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut.
4.3.1 Identify the processes needed for the quality management system and
their application throughout the organization
Evaluasi efektivitas hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000
menurut kriteria yang pertama ini berhubungan dengan proses-proses bisnis
organisasi, yang terdiri dari penilaian terhadap empat sub-kriteria sebagai berikut.
4.3.1.1 Penetapan ruang lingkup sistem manajemen mutu
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Pada dasarnya penetapan ruang lingkup SMM tiap fungsi di Perum Perhutani
hamper sama yaitu mencakup seluruh proses-proses organisasi, proses bisnis
dan produk, divisi-divisi dan kebijakan-kebijakan organisasi yang berkaitan
dengan proses.Ruang lingkup fungsi PHI ini meliputi manajemen pemasaran
termasuk di dalamnya top dan wakil manajemen, asisten manajer dan para
80
stafnya, kemudian bagian administrasi hasil industri, proses bisnis fungsi
pemasaran, persyaratan produk, sasaran mutu, kebijakan mutu, rencana dan
realisasi, analisa kepuasan pelanggan serta bagian yang terkait lainnya seperti
pengadaan barang hingga pengujian mutu produk.
2. SMM sendiri sejauh ini sudah berjalan sesuai dengan ruang lingkup yang
ditetapkan, karena hamper tiap bagian saling berkaitan satu sama lain.
3. Pengimplementasian dari SMM itu sendiri dilakukan sesuai dengan PK, IK,
SOP dari masing-masing tiap bagian. Dalam setiap PK ada prosedur kerja
dimana PK tersebut merupakan acuan implementasi SMM.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Evaluasi Penetapan Ruang Lingkup Sistem Manajemen Mutu
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Instruksikerja (IK)danprosedurkerja (PK)
Implementasisudah sesuaidengan ruanglingkup yangditetapkansesuai PKdan IKtersebut
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Sumber: Data diolah
81
Ruang lingkup sistem manajemen mutu Perum Perhutani meliputi seluruh
proses-proses organisasi, produk, divisi-divisi dan kebijakan-kebijakan organisasi
yang berkaitan dengan proses. Dimana dalam hal ini, yaitu aktivitas fungsi
Pemasaran Hasil Industri pada Perum Perhutani Unit III, ruang lingkup sistem
manajemen mutunya meliputi manajemen pemasaran, administrasi hasil industri,
proses bisnis fungsi pemasaran, persyaratan produk, sasaran mutu, rencana dan
realisasi, analisa penilaian kepuasan pelanggan serta bagian yang berkaitan seperti
pengadaan barang hingga pengujian mutu produk.
Ruang lingkup sistem manajemen mutu tersebut ditetapkan berdasarkan
keterkaitan antara fungsi Pemasaran Hasil Industri dengan bagian-bagian tersebut
satu sama lain karena fungsi pemasaran tidak hanya pemasaran itu sendiri tapi
juga menyangkut bidang-bidang lainnya yang mempengaruhi mutu produk yang
dipasarkan. Dimana sistem manajemen mutu ini berupa instruksi dan prosedur
kerja dari bagian Pemasaran Hasil Industri, bagian Pengadaan Barang dan Jasa,
bagian Planning Production Inventory and Control (PPIC), bagian Pengujian dan
Inspeksi hingga bagian Pengendalian Dokumen dan Data.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia
yaitu terdapat pada instruksi kerja dan prosedur kerja organisasi. Akan tetapi
belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
82
4.3.1.2 Penetapan proses-proses sistem manajemen mutu
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Proses-proses yang diperlukan dalam fungsi ini adalah proses bisnis yang
terkait dengan pemasaran baik itu pemasaran dalam negeri dan luar negeri
2. Pengimplementasiannya sesuai PK dan IK, dimana terdapat flowchart proses
pemasaran hasil industri di dalam negeri maupun ke luar negeri. Proses-proses
tersebut telah diimplementasikan ke seluruh bagian organisasi karena saling
berkaitan satu sama lain.
3. Pendokumentasiannya terdapat pada PK dan IK proses bisnis PHI.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Evaluasi Penetapan Proses-Proses Sistem Manajemen Mutu
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Instruksikerja (IK)danprosedurkerja (PK)Flowchartpemasarandalamnegeri danluar negeri
Implementasisudah sesuaidenganproses yangditetapkansesuaiflowchartyang terdapatdalam PKdan IKtersebut
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Gambar4.4, 4.5,4.6
Sumber : Data diolah
83
Pemasaran Perum Perhutani memasarkan produk-produk untuk pasar
dalam negeri maupun luar negeri. Pemasaran dalam negeri dilakukan melalui
saluran lelang kecil, lelang besar, kontrak dan penjualan langsung, sedangkan
penjualan luar negeri dilakukan melalui agen penjualan.
Sistem manajemen mutu yang baik juga mempengaruhi pemasaran dan
penjualan karena dengan menjalankan semua prosedur kerja sistem manajemen
mutu yang baik, mutu produk yang dihasilkan juga sesuai dengan persyaratan
pelanggan maka pemasaran dan penjualan juga akan memenuhi target.
Seperti yang telah dipaparkan pada penjelasan kriteria poin sebelumnya,
sistem manajemen mutu perusahaan terdapat pada instruksi kerja Pemasaran Hasil
Industri, penetapan prosedur kerja pemasaran hasil industri dan bagian-bagian
yang terkait. Dimana di dalamnya berisi flowchart proses bisnis pemasaran.
Penetapan prosedur kerja pemasaran hasil industri sendiri bertujuan untuk
menjamin permintaan-permintaan atau persyaratan-persyaratan pelanggan dapat
dipahami, dikonfirmasikan dan perbedaan-perbedaan dapat diselesaikan, sampai
terwujudnya suatu kontrak penjualan dan pelayanannya. Oleh karena itu proses-
proses yang ada pada prosedur kerja yang ditetapkan perusahaan merupakan
proses sistem manajemen mutu perusahaan. Proses-proses sistem manajemen
mutu bagian pemasaran terdapat pada flowchart pemasaran hasil industri (Gambar
4.4), yang meliputi seluruh proses yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
84
1) Kegiatan Pemasaran Dalam Negeri (Kegiatan A dan B), meliputi proses:
- Penerimaan inquiry pembeli dan rekomendasi Direksi oleh GM KBM;
- Penolakan inquiry atau persetujuan inquiry serta penerbitan Surat Perjanjian
Jual Beli (SPJB) dan Surat Ijin Pembelian (SIP);
- Penerimaan SPJB dan SIP oleh Manajer Pemasaran dan Administrasi, Pembeli
dan Asman Persediaan;
- Pelaksanaan pelayanan dengan penerbitan alokasi triwulanan SPJB dan SIP;
- Pengkonfirmasian kekurangan atau kelebihan produksi atau persediaan kepada
Direksi;
- Bukti pembayaran dari SPJB (faktur penjualan dan faktur pajak), bukti
pembayaran dari SIP (bon pembayaran dan faktur pajak) dan dibukukan sesuai
prosedur kerja bidang keuangan;
- Pelaporan kegiatan pemasaran dalam negeri ke Direksi setiap bulan.
2) Kegiatan C (Kegiatan Pemasaran Luar Negeri) meliputi proses-proses :
- Penyiapan dokumen ekspor (penerimaan copy confirmation of sale, tersedianya
letter of credit dan telegraphic transfer, tersedianya persediaan hasil industri,
konfirmasi dengan pembeli rencana pelaksanaan pengapalan);
- Persiapan dan pembuatan dokumen pra ekspor (packing list, invoice, shipping
instruction, pemberitahuan ekspor barang);
- Pelaksanaan pemuatan dan pengapalan (penyerahan dokumen pra ekspor ke
Pengusaha Pelayanan Jasa Kepabeanan, pelaksanaan stuffing barang di TPN);
85
- Penarikan wesel ekspor (surat pengantar penyerahan dokumen, aplikasi wesel
ekspor, packing list, invoice, shipping advice, bill of landing);
- Bukti pembayaran (T/T dicatat sebagai uang muka lalu ekspor dilayani dengan
bukti B/L, L/C dicatat sebagai pendapatan, semua dicatat sesuai tanggal B/L)
- Pencatatan pelaksanaan ekspor ke dalam catatan mutu register pengamatan
ekspor, serta pelaporan kegiatan pemasaran luar negeri ke Direksi setiap bulan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system approach. Dimana data-data
kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia yaitu terdapat pada instruksi
kerja dan prosedur kerja organisasi. Pengimplementasian dari proses-proses bisnis
fungsi pemasaran hasil industri pun sudah berjalan sesuai dengan flowchart yang
terdapat pada instruksi kerja dan prosedur kerja organisasi. Akan tetapi belum
dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
86
Gambar 4.4 Bagan Alir Pemasaran Hasil Industri Perum Perhutani
I.
II.III.
Sumber : Data Internal Perusahaan
BUYER
INQUIRY
DIREKSI
JAWAB /INQUIRY ?
UNIT / PPIC
SAMPAIKAN KE
BUYER
BUYEROK?
SELESAI
DN / LN ?WEWENANG
DIREKSI / UNIT ?
KAYU / NONKAYU ?
DIREKSI TERBITKAN
COS NON KAYU
DIREKSI REKOMENDASIUNIT TERBITKAN SIP GM
DIREKSI TERBITKAN
SPBJ/SIP
KE A KE B
PENGIRIMAN SPB / SIP DIRKE UNIT/GM & PEMBELI
PENGIRIMANCOS KE UNIT/GM KPE &BUYER
R K A P
SPBJ S I P DIR/F/PHI/6
INQUIRY NOYES
YES
DN LN
NON KAYUWWG.DIRWWG. UNIT
CatatanInquiry
- Monitoring- Evaluasi-
KE C
87
Gambar 4.5 Bagan Alir Pemasaran Dalam Negeri
Sumber : Data Internal Perusahaan
A
INQUIRY
UNIT CQ
General Manager
JAWAB /INQUIRY ?
MANAGER
SAMPAIKANKE PEMBELI
PEMBELIOK ?
SELESAI
B
SPBJ
SIP DIR
GM TERBITKAN SIPGM/ALOKASI SPBJ
TERUSKAN Manager
Pemasaran dan Pembeli
PEMBELIOK ?
SELESAI
UNIT CQ BIROINSAR
GM/ManagerTERBITKAN BP/Faktur
PENYERAHANBARANG KEPEMBELI
ADAKAHTANGGAPANPEMBELI
ADAKAH
PERMINTAAN
ADDENDUM ?
WWG DIR /
UNIT ?
UNIT
SETUJU ?
UNIT TERBITKANADD.ENDUM
DIREKSI
SETUJU ?
SELESAI
USULKANKE DIREKSI
- INQ. PEMBELI- REKOM. DIR
6.2
TPN / TPKG /GUDANG Persediaan
JAWAB
INQUIRYNO
YES
NO
YES
NO
YES
DIREKSITERBITKANADD.
UNIT
DIR
NO
YES
YES
NO
NO
YES
88
Gambar 4.6 Bagan Alir Pemasaran Luar Negeri
Sumber : Data Internal Perusahaan
C
UNIT
CQ GM
ADAL/C ?
SYARATL/C OK ?AMEND LC
MINTA LC
PEMBELI
PENYIAPANDOKUMEN
EKSPOR
PENYERAHANDOKUMEN KE
PPJK/EMKL
PELAKS.
STUFFING &
PENGAPALAN
PENARIKAN
WESEL EXP DI
BANK DEVISA
KESIAPANBARANG
- FIAT MUAT- BL
- SURAT ENGANTAR- PACK.LIST- INVOICE- SHIPPIND ADVICE- LAINNYA--
COPY COS
ADAMINTAADD ?
WWNGDIREKSI /UNIT ?
USULKANKE DIREKSI
DIREKSISETUJU ?
DIREKSITERBITKAN
ADD.
TERUSKAN KE UNIT/ MITRA / GM
UNITSETUJU ?
UNITTERBITKAN
ADD.
SELESAI
SELESAI
ADAKAHTANGGAPANPEMBELI?
YES
NO
WWG.DIRWWG.UNIT
NO
YES
- PEB- PACK.LIST (PERFORMA)- INVOICE (PERFORMA)- SHIPPING INSTR.- LAINNYA
-
NO
NO
YES
YES
NO
NO
YES
YES
Terbit
6.2
89
4.3.1.3 Menguraikan interaksi antar proses-proses tersebut
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Interaksi antar proses pemasaran dalam negeri tersebut dibagi menjadi 2,
penjualan kontrak dan penjualan langsung, serta pemasaran luar negeri seperti
yang terdapat pada flowchart. Dimana pada interaksi proses tersebut
melibatkan beberapa pihak seperti direksi, manajer, biro pemasaran, KPH,
kepala TPN, bagian penjualan dan pembeli.
2. Proses-proses tersebut telah diimplementasikan ke seluruh bagian organisasi
sesuai flowchart yang terdapat pada IK dan PK proses bisnis PHI.
3. Pendokumentasiannya terdapat pada IK dan PK proses bisnis PHI. Dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan proses pemasaran dalam negeri dan luar
negeri seperti inquiry, COS, T/T, B/L, L/C, dll sudah tersusun sesuai periode
penjualan dan order masing-masing produk.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Evaluasi Penguraian Interaksi Antar Proses
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Instruksikerja (IK)danprosedurkerja (PK)Flowchart
Implementasisudah sesuaidenganproses yangditetapkansesuai
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukan
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarking
Gambar4.7 danGambar4.8
90
pemasarandalamnegeri danluar negeri
flowchartyang terdapatdalam PKdan IKtersebut
benchmarking sikan diseluruh bagianorganisasi.
terhadapperusahaanlain yangsejenis
Sumber : Data diolah
Kegiatan pemasaran dalam negeri itu sendiri terbagi menjadi dua, seperti
yang terdapat pada bagan alir penjualan dalam negeri (Gambar 4.7) berikut ini.
1. Penjualan kontrak
Dasar pelayanan adalah Surat Alokasi Kontrak Industri Non Kayu dari Biro
Pemasaran. Kemudian KPH membuat rencana alokasi pelayanan kontrak
bulanan. Lalu KPH menerima uang tandon pembelian Gondorukem dan
Terpentin. Selanjutnya proses penjualan seperti pembuatan faktur penjualan
dan lainnya dilaksanakan oleh bagian penjualan.
2. Penjualan langsung
Dasar pelayanan adalah Surat Penetapan Alokasi SPAP Industri Non Kayu dari
Biro Pemasaran. Kemudian KPH membuat rencana alokasi pelayanan
(SPAP) bulanan Gondorukem dan Terpentin. Selanjutnya proses penjualan
seperti pembuatan faktur penjualan dan lainnya dilaksanakan oleh bagian
penjualan.
Kegiatan pemasaran luar negeri prosesnya seperti yang telah dipaparkan
pada kriteria sebelumnya (poin 4.3.1.2), sedangkan proses pengiriman barang
yang melibatkan bagian pemasaran adalah sebagai berikut (Gambar 4.8) :
91
- Dasar pelaksanaan pemuatan (stuffing), yaitu surat perintah pemuatan yang
diterbitkan oleh Kepala Biro Industri dan Pemasaran dengan volumenya sesuai
permintaan pembeli.
- Selanjutnya pelaksanaan pemeriksaan dokumen-dokumen serta pemuatan
dilaksanakan oleh Kepala TPN untuk masing-masing komoditi produk
Gondorukem dan Terpentin.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia
yaitu terdapat pada instruksi kerja dan prosedur kerja organisasi. Interaksi antar
proses-proses kegiatan fungsi pemasaran hasil industri sudah diimplementasikan
ke seluruh organisasi yang terkait sesuai dengan flowchart kegiatan
pemasarannya. Akan tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan
lain yang sejenis.
92
Gambar 4.7 Bagan Alir Pelayanan Penjualan Dalam Negeri
Sumber : Data Internal Perusahaan
93
Gambar 4.8 Bagan Alir Pengiriman Barang Luar Negeri
NOK OK
Mulai
III/F/IK/EKSPOR/05
Periksaulang
Administrasi
Biro Pemasaranmenerbitkan Srt
PerintahMuat/Stufing
Muat / Stufing
PelaksanaTrucking
menyerahkanOrder Angkutan
E I R
BDU/F/SDW-TPN/15
Klarifikasi dgBiro Pemasaran
BDU/F/SDW-TPN/08
Selesai
CatatKetidaksesuaian Membuat Srt.
PenyerahanBarang kpdPerusahaanAngkutan
Membuat Srt.Bukti
PenguranganPersediaan di
TPn
BDU/F/SDW-TPN/12
BDU/F/PERS-GUD/02(PERNI 51)
Sumber : Data Internal Perusahaan
94
4.3.1.3 Penetapan kebijakan mutu
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Kebijakan mutu telah ditetapkan oleh organisasi, terdiri dari 2 poin yaitu :
menjamin kualitas produk barang dan jasa demi kepuasan pelanggan, serta
meningkatkan kinerja, kualitas dan profesionalitas manajemen secara
berkesinambungan berdasarkan komitmen seluruh jajaran organisasi dan
selaras dengan sasaran mutu
2. Kebijakan mutu tersebut sudah diinfokan dan diimplementasikan ke seluruh
organisasi.
3. Organisasi sudah mengimplementasikan kebijakan mutu tersebut dengan
didukung berbagai upaya pemasaran. Selain itu pengimplementasian kebijakan
mutu tersebut terbukti dengan ditetapkannya sasaran mutu sebagai target mutu
produk yang mengacu pada SNI sehingga produk bisa sesuai permintaan
pelanggan.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Evaluasi Penetapan Kebijakan Mutu
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Kebijakanmutu
Organisasitelahmenetapkankebijakan
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akan
3Buktidokumentasitersedia dan
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasi
95
mutu dantelahmelakukanupaya untukmendukungkebijakanmutu
tetapi belumdilakukanbenchmarking
sudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
melakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Sumber : Data diolah
Perum Perhutani telah menetapkan kebijakan mutu perusahaannya
terutama untuk bagian pemasaran. Kebijakan mutu tersebut yaitu :
- Menjamin kualitas produk barang dan jasa demi kepuasan pelanggan
- Meningkatkan kinerja, kualitas dan profesionalitas manajemen secara
berkesinambungan berdasarkan komitmen seluruh jajaran organisasi dan
selaras dengan sasaran mutu tahun 2008
Selain itu upaya fungsi pemasaran untuk mendukung kebijakan mutu
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki citra dan posisi perusahaan di mata pelanggan.
2. Menciptakan reputasi sebagai perusahaan yang peduli dan fokus pada
pelanggan.
3. Meminimalkan faktor sensitivitas harga yang selama ini bersifat fluktuatif.
4. Memastikan produk dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan target.
5. Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan pelanggan.
6. Menguatkan hubungan antara pelanggan dan vendor.
7. Memperbaiki kegiatan operasional perusahaan yang berkesinambungan.
8. Mendorong partisipasi karyawan dan komunikasi terbuka dengan pimpinan.
96
Organisasi telah berupaya mengimplementasikan kebijakan mutu tersebut,
salah satunya terbukti dengan organisasi telah menetapkan sasaran mutu sebagai
target dimana mutu produk mengacu pada SNI, sehingga produk bisa sesuai
dengan permintaan pelanggan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan
audit mutu internal fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa
pada kriteria ini berada pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia
yaitu terdapat pada data kebijakan mutu perusahaan. Akan tetapi belum dilakukan
benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
4.3.2 Manage resources and information necessary to support the operation
and monitoring these processes
Evaluasi efektivitas hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000
menurut kriteria yang kedua ini berhubungan dengan pengelolaan sumber daya
perusahaan, yang terdiri dari penilaian terhadap tiga sub-kriteria sebagai berikut.
4.3.2.1 Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi karyawan untuk
mendukung proses sistem manajemen mutu tersebut
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Organisasi telah menetapkan persyaratan kompetensi apa saja yang diperlukan
masing-masing karyawan per posisi jabatannya.
2. Posisi jabatan karyawan sudah sesuai dengan kompetensi yang diperlukan, dan
sudah diimplementasikan ke seluruh bagian organisasi
97
3. Setiap perekrutan karyawan baru dilakukan secara masal, setelah itu dilakukan
seleksi, dan mereka akan mengikuti pelatihan awal terlebih dahulu. Setelah itu
karyawan baru tersebut ditempatkan pada posisi-posisi yang sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya. Pendokumentasiannya terdapat pada
dokumentasi kompetensi SDM pemasaran hasil industri.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Evaluasi Penetapan Kompetensi Karyawan
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.SDM Organisasi
telahmenetapkankompetensidan sudahdiimplemen-tasikan sesuaikompetensitersebut.
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lampiran6
Sumber : Data diolah
Sistem manajemen mutu dapat berjalan dengan baik jika seluruh
organisasi menerapkan prosedur kerja dengan baik pula sesuai bagian dan
kompetensi masing-masing karyawan. Oleh karena itu organisasi telah
menetapkan kompetensi apa saja yang diperlukan karyawan untuk mendukung
proses sistem manajemen mutu tersebut sehingga dapat berjalan dengan baik
98
sesuai dengan posisinya, seperti yang terdapat pada susunan kompetensi per
jabatan di fungsi Pemasaran Hasil Industri (lampiran 6).
Pada implementasinya posisi per jabatan karyawan sudah sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan. Pelaksanaan recruitment karyawan diserahkan
kepada konsultan yang kredibel karena recruitment harus sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Pada umumnya recruitment besar-besaran karyawan baru
terbuka bagi seluruh lulusan D3 dan S1 dari berbagai macam jurusan kehutanan,
ekonomi, akuntansi, manajemen, geodesi, hukum, teknik sipil dan beberapa
jurusan lainnya yang telah ditentukan pada pengumuman lowongan dengan umur
pelamar maksimal 30 tahun serta memiliki IPK minimal 2,50 untuk lulusan PTN
dan 2,75 untuk lulusan PTS. Biasanya jumlah karyawan yang diterima maksimal
27.000 orang yang terdiri dari pegawai 14.000 orang dan pekerja pelaksana
13.000 orang. Lalu setelah proses recruitment telah berjalan dan karyawan baru
telah diterima, selanjutnya bagian SDM akan memproses dan melakukan berbagai
macam pendidikan dan pelatihan awal untuk para karyawan baru yang selanjutnya
akan ditempatkan pada bagian-bagian yang ada di Perum Perhutani sesuai
kemampuan dan kompetensinya. Jika diidentifikasi ada karyawan yang belum
memenuhi standar kompetensi sesuai yang dibutuhkan, maka karyawan tersebut
diusulkan untuk melanjutkan pendidikan atau mengikuti pelatihan sesuai yang
dipersyaratkan. Pada dasarnya pola pengelolaan SDM didasarkan pada kinerja
(performance based) dan kompetensi (competence based). Oleh karena itu
penempatan posisi karyawan dan penentuan kebutuhan pelatihannya pun
ditentukan berdasarkan kinerja karyawan dan kompetensinya, apakah karyawan
99
tersebut layak untuk ditempatkan di posisi tersebut atau tidak, dimana telah
dipertimbangkan dengan matang dan diputuskan oleh manajemen.
Proses seleksi internal khususnya untuk penempatan para manajemen
tingkat atas dilakukan berdasarkan kredibilitas dan kemampuan karyawan tersebut
dengan mempertimbangkan berbagai macam hal seperti riwayat pendidikan,
pelatihan, pengalaman bekerja mutasi kerja selama di Perum Perhutani. Penentuan
karyawan calon-calon pemimpin tersebut harus melalui assessment (bench
strength) dan penempatannya diputuskan oleh rapat dewan direksi bersama dewan
pengawas. Calon-calon pemimpin tersebut terlebih dulu mengikuti pelatihan
pengembangan kepemimpinan secara berkelanjutan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system approach. Dimana data-data
kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia. Akan tetapi belum dilakukan
benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
4.3.2.2 Menyediakan pendidikan, pelatihan atau keterampilan dan
melakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan kompetensi
karyawan tersebut
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Perusahaan telah menyediakan pelatihan sesuai dengan pelatihan-pelatihan
yang dibutuhkan dan direncanakan. Pelatihan disediakan dari internal
perusahaan dan dari eksternal.
100
2. Pelatihan tersebut sudah berjalan dengan baik dan telah dilakukan evaluasi
3. Pendokumentasian pelatihan terdapat pada perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelatihan pada laporan AMI.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Evaluasi Penyediaan Pelatihan
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.SDM Organisasi
telahmerencanakan,menyediakandanmelaksanakanpelatihan yangdiperlukan.
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lampiran7, 8, 9, 10
Sumber : Data diolah
Organisasi telah melakukan penyusunan rencana strategis pengembangan
SDM dengan melakukan penyusunan pola karir seluruh pegawai, pemberian
pendidikan dan pelatihan kepada karyawan dan pengiriman karyawan untuk
melaksanakan studi lanjutan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kebutuhan
pelatihan untuk karyawan pemasaran juga diatur, direncanakan dan dilaksanakan
oleh bagian SDM Perum Perhutani.
SDM dan manajemen pemasaran menentukan apakah karyawan tersebut
benar-benar membutuhkan pelatihan atau tidak, dilihat dari kinerja dan
101
kompetensinya selama bekerja di perusahaan. Pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan antara lain yaitu pelatihan bravet pajak, pelatihan kerja marketing,
pelatihan ISO, kursus komputer, kursus bahasa inggris dan lainnya seperti yang
terdapat pada lampiran 7 dan 8. Setiap pelaksanaan pelatihan dibuat laporannya
(lampiran 9). Setelah itu diadakan evaluasi penerapan atas pelatihan yang telah
dilakukan (lampiran 10).
Perum Perhutani mempunyai tempat pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia (Pusdiklat SDM) yang berlokasi di Madiun. Pusdiklat ini bertujuan
menyiapkan sumberdaya manusia yang profesional di bidang kehutanan, memiliki
fasilitas gedung, tenaga pengajar S2 dan S3, penginapan dan praktek lapangan.
Pendidikan dan pelatihan untuk internal terdiri dari diklat penjenjangan, diklat
dasar, dan diklat kompetensi. Sedangkan pendidikan dan pelatihan eksternal
meliputi pelatihan persiapan masa pensiun, bahasa Inggris, komputer, manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, serta penyelenggaraan seminar, workshop dan
job training.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia.
Akan tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
102
4.3.2.3 Menetapkan, menyediakan dan memelihara sarana prasarana yang
diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan produk
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Sarana prasarana yang diperlukan untuk mendukung kesesuaian produk telah
disediakan oleh organisasi.
2. Penyediaan sarana prasarana tersebut telah sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk mencapai kesesuaian produk, karena sejauh ini belum pernah ada produk
yang tidak sesuai dengan permintaan pelanggan.
3. Pendokumentasian atas sarana prasarana masih sangat minim dan belum
terdokumentasi dengan baik sesuai SMM.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Evaluasi Penyediaan Sarana Prasarana
Data Evaluasi Kendala MaturityLevel
Saran Ket.
Saranaprasarana
Organisasitelahmenyediakansaranaprasaranauntukmencapaikesesuaianpersyaratanproduk
Belumdilakukanpendokumen-tasian sesuaidengan SMMISO9001:2000dan belumdilakukanbenchmarking
2Tersedia-nyadokumen-tasi yangminim danbelumterdoku-mentasisesuaiSMM ISO9001:2000
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimendokumen-tasikan sesuaiSMM danmelakukanbenchmarkingterhadapperusahaan lainyang sejenis
Lampiran2
Sumber : Data diolah
103
Organisasi telah menetapkan, menyediakan dan memelihara sarana
prasarana yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian persyaratan produk. Sarana
prasarana yang disediakan oleh perusahaan yang berhubungan dengan pencapaian
kesesuaian persyaratan produk antara lain mesin dan alat produksi atau proses,
serta sarana prasarana lain seperti gedung, ruang kerja, pabrik, gudang, peralatan
lunak, jasa angkutan, jasa komunikasi, dan lainnya (lampiran 2). Pemeliharaan
sarana prasarana tersebut telah dilakukan secara rutin oleh bidang Sarpra KBM
Unit III. Hal ini merupakan suatu kesatuan dari pemasaran karena penyediaan
sarana prasarana tersebut akan mempengaruhi kesesuaian produk pada
persyaratan pelanggan yang berhubungan dengan bagian pemasaran.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-2, yaitu reactive approach.
Dimana ketersediaan data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi masih minim.
Hal ini dikarenakan adanya kendala bahwa organisasi belum mengatur dan
mendokumentasikan data-data mengenai sarana prasarana nya dengan cukup jelas
dan memadai. Selain itu organisasi juga belum melakukan benchmarking terhadap
perusahaan lain yang sejenis.
4.3.3 Management responsibility related to customer focus
Evaluasi efektivitas hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000
menurut kriteria yang ketiga ini berhubungan dengan tanggung jawab manajemen
104
terhadap mutu produk yang berkaitan dengan fokus pada pelanggan, yang terdiri
dari penilaian terhadap tiga sub-kriteria sebagai berikut.
4.3.3.1 Penetapan sasaran mutu
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Sasaran mutu telah ditetapkan organisasi setiap tahunnya, dan terjadi
peningkatan target sasaran mutu setiap tahunnya.
2. Sasaran mutu tersebut telah disampaikan ke seluruh bagian organisasi
3. Pengimplementasian sasaran mutu sudah diupayakan oleh organisasi, akan
tetapi masih ada beberapa target sasaran mutu yang belum sepenuhnya
tercapai. Pendokumentasian tentang sasaran mutu sudah terdokumentasi
dengan baik dan memadai.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Evaluasi Penetapan Sasaran Mutu
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Sasaranmutu danPPIC
Organisasitelahmenetapkansasaran mutudan berupayamencapaisasaran mututersebut
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agardilakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lam-piran 3
Sumber : Data diolah
105
Organisasi telah menetapkan sasaran mutu yang berbeda setiap tahunnya.
Cara penetapan sasaran mutu tersebut berdasarkan data-data pencapaian tahun
sebelumnya. Dimana sasaran mutu tersebut harus mencakup 5 kriteria “SMART”
Specific, Measurable, Achievable. Relevant, dan Time frame.
- Specific. Sasaran mutu merupakan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi Gondorukem dan Terpentin serta upaya efisiensi penggunaan energi
yang ditargetkan pada tahun tersebut dengan pendekatan kelestarian.
- Measurable. Sasaran mutu harus dapat dilakukan pengukuran dengan evaluasi
setiap bulannya dan dilaporkan pencapaiannya dengan menggunakan ukuran
kuantitatif seperti persentase (%) peningkatan per kasus.
- Achievable. Karakteristik produk yang dapat diandalkan serta tidak membuat
dan mengirimkan produk yang jelek kepada pelanggan.
- Relevant. Sasaran mutu harus mempunyai relevansi dengan kebijakan mutu
dengan penyesuaian produk sesuai kriteria pelanggan serta efisiensi
penggunaan energi dan bahan baku.
- Time frame. Pemenuhan order tepat waktu dengan merencanakan dan
mengirimkan produk sesuai dengan yang disepakati dengan pelanggan.
Sasaran mutu yang ditetapkan tahun 2008 pada lingkup pemasaran produk
Gondorukem dan Terpentin seperti yang ada pada lampiran 3, dengan penekanan
sasaran mutu terhadap :
1. Improvement berupa meningkatkan Softening Point (SP) Gondorukem > 80°C
dari semula 23% menjadi 33% berdasarkan permintaan pasar dan pelanggan;
106
2. Efisiensi dalam penggunaan bahan bakar MFO dan solar dari standar 63
liter/ton menjadi 58 liter/ton.
Penetapan sasaran mutu tersebut sudah diinformasikan ke seluruh
organisasi. Pengimplementasian dari sasaran mutu tersebut dilakukan oleh bagian
PPIC, yang melakukan perencanaan dan pengawasan terhadap produk. Sasaran
mutu berkaitan dengan bidang pemasaran dikarenakan sasaran mutu tersebut
terkait dengan pemenuhan persyaratan atau permintaan pelanggan serta terkait
juga pada rencana pengolahan dan order industri yang diterbitkan oleh PPIC
dalam jangka waktu triwulanan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system approach. Dimana data-data
kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia. Akan tetapi belum dilakukan
benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
4.3.3.2 Penetapan persyaratan bagi produk
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Organisasi telah menetapkan persyaratan untuk produknya.
2. Persyaratan ditetapkan berdasarkan SNI, sejauh ini persyaratan produk sama
dengan persyaratan pelanggan, akan tetapi ada juga pelanggan yang
mengajukan persyaratan produk sebagai permintaannya.
3. Persyaratan produk gondorukem berdasarkan SNI 01-5009.12-2001 dan
produk terpentin berdasarkan SNI 01-5009.3-2001.
107
4. Produk dibuat sesuai SNI atau persyaratan pelanggan
5. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10 Evaluasi Penetapan Persyaratan Produk
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.SNI, PPICdanpermintaanbarang(inquiry)
Persyaratanproduk yangadaditetapkanberdasarkanSNI atausesuaipermintaanpelanggan
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lam-piran 4
Sumber : Data diolah
Organisasi telah menetapkan persyaratan umum bagi produk Gondorukem
dan Terpentin, dimana persyaratan produk tersebut ditetapkan berdasarkan
spesifikasi standar produk yang dikeluarkan oleh SNI, Gondorukem SNI 01-
5009.12-2001 dan Terpentin SNI 01-5009.3-2001 (lampiran 4). Persyaratan
produk pada dasarnya sama dengan persyaratan pelanggan, karena persyaratan
produk yang telah ditetapkan perusahaan telah sesuai dengan kriteria spesifikasi
produk pada umumnya sesuai pasar. Akan tetapi jika ada persyaratan khusus dari
pelanggan maka organisasi akan menghasilkan produk sesuai permintaan
108
pelanggan tersebut. Quotation yang terbit di Direksi diatur oleh divisi pemasaran
untuk selanjutnya didistribusikan kepada GM dan pemasaran unit KBM.
Permintaan (inquiry) yang datang dari pelanggan baik langsung maupun tidak
langsung melalui Direksi sebagai berikut :
1. Inquiry yang langsung dari Direksi yang diterima setiap triwulan dilayani
secara bertahap sesuai dengan RO yang telah ditetapkan oleh manajer. Pada
akhir triwulan dibuat surat outstanding contract dengan Direksi, untuk
selanjutnya Direksi membuat addendum dari kontrak tersebut.
2. Inquiry yang langsung dari pembeli yang merupakan kewenangan GM diterima
dan disesuaikan dengan potensi dari bagian pengolahan persediaan yang ada di
TPN, maka dibuat surat persetujuan pembelian dan dilayani secara bertahap.
Setiap inquiry yang masuk dikomunikasikan kepada manajer pengolahan
getah pinus yang selanjutnya mengkomunikasikan dengan PPIC Biro Pemasaran
mengenai potensi atau ketersediaan bahan baku getah pinus, sampai
dilaksanakannya pengawalan pasokan getah pinus. Dengan cara setiap manager
mendatangi lokasi penyadapan getah untuk mengetahui potensi riil dari getah
pinus tersebut, kemudian dijadwalkan untuk diolah di pabrik Gondorukem
Terpentin (PGT). Sedangkan persediaan yang sudah ada, secara rutin
dikomunikasikan lewat sms harian dari Kepala Tempat Penimbunan Sementara
(TPN) kepada GM, Biro Pemasaran dan segenap bagian yang memerlukan
informasi tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
109
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia.
Akan tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
4.3.3.3 Tinjauan persyaratan berkaitan dengan produk
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Organisasi melakukan peninjauan terhadap persyaratan produk
2. Peninjauan dilakukan dengan mengawasi apakah produk sudah sesuai dengan
persyaratan produk atau belum, dan jika ada perubahan pada permintaan
pelanggan maka perubahan tersebut diinfokan dengan dibuat nota dinas ke
seluruh bagian yang terkait dan dilaporkan pada manajer KBM
3. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11 Evaluasi Tinjauan Persyaratan Produk
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.SNI, PPICdan tinjauanproduk
Produkselaluditinjau agarsesuaipersyaratanproduk atausesuaipermintaan
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagian
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaan
110
pelanggan.Jika adaperubahandiinfokan keseluruhorganisasi
organisasi. lain yangsejenis
Sumber : Data diolah
Organisasi akan melakukan tinjauan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan persyaratan produk. Salah satunya adalah jika terdapat pelanggan yang
tidak menyatakan persyaratan produk dalam inquiry atau korespondensi lainnya,
maka bagian pemasaran akan menghubungi pembeli (perusahaan) untuk
menanyakan perihal persyaratan produk tersebut dan akan mengirimkan dokumen
atau faksimili tentang spesifikasi produk Gondorukem menurut SNI (certificate of
analysis) ke perusahaan yang bersangkutan.
Dalam sebuah kontrak dengan pelanggan, sebelum kontrak tersebut
disepakati harus dipastikan terlebih dahulu apakah permintaan (inquiry) atau
quotation tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan persyaratan pelanggan, dengan
cara sebagai berikut :
- Pembeli melakukan kontrak dengan direksi maka inquiry atau quotation akan
diatur oleh direksi bagian pemasaran untuk selanjutnya dilayani KBM sesuai
dengan potensi yang ada yang telah ditetapkan dalam RO manajer pengolahan.
- Pembeli yang langsung melakukan pembelian dengan GM KBM, bagian
pemasaran akan melakukan penyesuaian produk dengan persyaratan pembeli.
Selama ini produk karakteristik Gondorukem dan Terpentin sudah sesuai
dengan keinginan pembeli, sedangkan untuk volume kebutuhan produk
disesuaikan dengan persediaan yang ada (melalui sumber informasi sms harian
111
dari kepala TPN) dan potensi produksi sesuai RO yang ditetapkan manajer
pengolahan.
Jika terjadi perubahan persyaratan pelanggan bagian pemasaran akan
membuat nota dinas ke seluruh level organisasi dan untuk selanjutnya akan
dibahas dalam rapat PPIC dan langsung ke lapangan untuk memastikan bisa atau
tidaknya memenuhi perubahan yang diminta oleh pembeli. Berdasarkan hasil
evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal fungsi pemasaran hasil
industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada pada tingkat
kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system approach.
Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia. Akan tetapi
belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
4.4 Monitor, measure and analyze
Evaluasi efektivitas hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000
menurut kriteria yang keempat ini berhubungan dengan proses-proses
pemantauan, pengukuran serta analisis data-data yang berkaitan dengan produk
serta pelanggan, yang terdiri dari penilaian terhadap tiga sub-kriteria sebagai
berikut.
4.4.1.1 Pemantauan informasi berkaitan dengan persepsi pelanggan
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Informasi-informasi yang berkaitan dengan pelanggan selalu dipantau oleh
perusahaan.
112
2. Informasi yang dipantau antara lain seperti bagaimana kepuasan pelanggan
terhadap produk dan pelayanan perusahaan, apakah ada keluhan dari
pelanggan, dan sebagainya.
3. Perusahaan melakukan pemantauan dengan memberikan kuesioner terhadap
pelanggan, yang nantinya kuesioner tersebut dinilai dan dianalisis dan
menghasilkan data hasil kepuasan pelanggan, sehingga dapat diketahui tingkat
kepuasan pelanggan.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12 Evaluasi Pemantauan Persepsi Pelanggan
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.PK,flowchartkepuasanpelanggan
Organisasimemantaupersepsipelangganmelaluikuesionerdan sehinggadihasilkandatakepuasanpelanggan
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Gambar4.9Lamp5, 11
Sumber : Data diolah
Organisasi selalu memantau informasi yang berkaitan dengan persepsi
pelanggan, salah satunya dengan memantau umpan balik pelanggan termasuk
penanganan klaim dari pelanggan. Umpan balik pelanggan ditanggapi melalui
113
penilaian kepuasan pelanggan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat seperti
pada flowchart kepuasan pelanggan (Gambar 4.9).
Penilaian kepuasan pelanggan dilakukan berdasarkan kuesioner yang
diberikan kepada setiap pembeli seperti yang terdapat pada lampiran 5, kemudian
hasil data kuesioner tersebut diolah menjadi data kepuasan pelanggan (lampiran
11). Dengan adanya penilaian kepuasan pelanggan tersebut, maka dapat dijadikan
acuan informasi untuk melakukan peningkatan terhadap tingkat kepuasan
pelanggan selanjutnya.
Gambar 4.9 Bagan Alir Kepuasan Pelanggan Perum Perhutani
Sumber : Data Internal Perusahaan
6.2
114
Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan tersebut
adalah dengan melakukan pengkajian, penyempurnaan dan penyederhanaan
sistem pemasaran serta melakukan pengurangan peran pedagang perantara
(broker) dan premanisme di areal perusahaan. Sampai dengan periode Juni 2008
hasil laporan audit mutu internal ini dilakukan, belum ada klaim dari pelanggan.
Hal ini dikarenakan sejauh ini belum pernah terjadi produk yang tidak sesuai,
produk juga sudah bersertifikat ISO 9001:2000 sebagai jaminan bahwa mutu
produk sudah sesuai persyaratan dan semua prosedur sistem manajemen mutu
sudah dijalankan, maka dari itu sampai saat ini belum ada klaim dari pelanggan.
Jika ada klaim maka ditelusuri dulu validitasnya ke segenap level yang menangani
dan akan dibahas lewat rapat PPIC serta melakukan tinjauan lapangan (untuk
identifikasi masalah), setelah ada bukti kemudian baru ditindaklanjuti untuk
diselesaikan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia.
Akan tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
4.7.1.1 Pemantauan dan pengukuran proses serta produk
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Organisasi telah melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap produk.
115
2. Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap produk, apakah
mutu produk sudah sesuai dengan persyaratan mutu atau belum.
3. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.13 Evaluasi Pemantauan dan Pengukuran Produk
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.Pengukurandanpengujianproduk
Pengujian sudahdilakukan untukmengetahuitingkatkesesuaianproduk, dansejauh ini belumditemukanproduk yangtidak sesuai
Tidakditemukanketidak-sesuaian,akan tetapibelumdilakukanbenchmar-king
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lam-piran12
Sumber : Data diolah
Dalam hal pemantauan dan pengukuran proses serta produk, organisasi
telah melakukan monitoring, evaluasi dan pengawasan terhadap proses di bidang
pemasaran hasil industri serta bagian lain yang berkaitan. Pemantauan dan
pengukuran yang dilakukan dimulai dari pemantauan proses sistem manajemen
mutu dan pemantauan terhadap mutu produk serta melakukan pemeriksaan
terhadap kemasan dan barang jadi, kemudian dilaksanakan pengukuran mutu
produk dengan melakukan pengujian sampai diketahui bahwa produk sesuai
dengan persyaratan pelanggan dan siap dikirim.
116
Pengujian terhadap produk dilakukan secara periodik untuk meyakinkan
bahwa produk tersebut tidak berubah (tidak turun mutu dan kuantitasnya). Standar
pengujian mengacu pada persyaratan SNI (Gondorukem : SNI 01-5009.12-2001
dan Terpentin : SNI 01-5009.3-2001). Proses pengujian dilakukan dengan
pengambilan sampel yang dilakukan di tiap batch pemasakan sesuai ketentuan
prosedur kerja inspeksi dan pengujian. Karakteristik produk Gondorukem yang
diuji yaitu pengujian warna, pengujian titik lunak (softening point), kadar kotoran
dan volatile content seperti yang terdapat pada lampiran 12. Sedangkan produk
Terpentin yaitu pengujian warna dan pengujian berat jenis. Pemantauan juga
dilakukan terhadap produk yang tidak sesuai (termasuk di dalamnya bahan baku,
barang jadi dan bahan penolong) akan dipisahkan, diidentifikasi dan dicatat untuk
selanjutnya dilaporkan kepada bagian pengolahan dan bagian pemasaran untuk
ditindaklanjuti, sehingga produk tersebut tetap terkendali demi kepuasan
pelanggan. (Selama tahun 2008 tidak ditemui adanya produk yang tidak sesuai).
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system approach. Dimana data-data
kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia. Akan tetapi belum dilakukan
benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
117
4.7.1.2 Analisis data
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Analisis data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana produk dapat dibuat
dan dipasarkan.
2. Data yang dianalisis antara lain data mengenai rencana dan realisasi produk,
mulai dari penerimaan getah, pemasakan getah sampai produk gondorukem
dan terpentin yang dihasilkan.
3. Data-data tersebut di catat setiap periode bulanan dan dianalisis apakah
kapasitas produksi sudah memenuhi target rencana produksi atau belum.
Pendokumentasian terdapat pada hasil analis data rencana dan realisasi produk
setiap tahun.
4. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Evaluasi Analisis Data
Data Evaluasi Kendala Maturity Level Saran Ket.PPIC,rencanadanrealisasi
Organisasisudahmelakukananalisis datamengenaiproduk sepertirencana danrealisasiproduk
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplementa-sikan diseluruh bagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lam-piran13
Sumber : Data diolah
118
Analisis data dilakukan untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan
sistem manajemen mutu dan untuk menilai dimana perbaikan berkelanjutan sistem
manajemen mutu dapat dilakukan. Organisasi telah melaksanakan, menghimpun,
memproses dan menganalisis berbagai macam data yang sesuai dan berkaitan
dengan bidang pemasaran hasil industri. Data-data tersebut dianalisis dengan
metode statistik (terhadap tren produk, kepuasan pelanggan, hasil uji dan lainnya).
Analisis data dimulai dari analisis data rencana dan peramalan produk
Gondorukem dan Terpentin serta realisasinya (lampiran 13). Kemudian analisis
data pemasaran dalam negeri dan luar negeri, analisis kesesuaian pada persyaratan
produk hingga analisis data mengenai kepuasan pelanggan seperti yang telah
dipaparkan pada kriteria sebelumnya (poin 4.3.4.1). Analisis data-data tersebut
dilaksanakan dan dihimpun dalam rapat PPIC dan jika terdapat ketidaksesuaian
dibuat permintaan tindak koreksi ke bagian yang terkait.
Total target pemasaran Perum Perhutani dalam pencapaian penjualan
produk Gondorukem adalah 60.221 ton rata-rata per tahun dan Terpentin adalah
11.735 ton rata-rata per tahun, dengan realisasi dari seluruh unit dan kontribusi
dari Unit III selama 3 tahun terakhir sebagai berikut :
1. Produk Gondorukem
- Tahun 2006 : 53.775 ton (89,30%), kontribusi dari Unit III 4.423,680 ton
- Tahun 2007 : 57.119 ton (94,85%), kontribusi dari Unit III 4.018,320 ton
- Tahun 2008 : 58.921 ton (97,84%), kontribusi dari Unit III 4.122,176 ton
2. Produk Terpentin
- Tahun 2006 : 10.623 ton (90,52%), kontribusi dari Unit III 935,139 ton
119
- Tahun 2007 : 11.000 ton (93,74%), kontribusi dari Unit III 817,921 ton
- Tahun 2008 : 11.016 ton (93,87%), kontribusi dari Unit III 840,937 ton
Dari data realisasi penjualan tersebut dapat disimpulkan bahwa selama 3
tahun terakhir kinerja pemasaran produk Gondorukem telah meningkat rata-rata
4,27% dan Terpentin sebesar 1,67%. Sampai dengan tahun ini realisasi penjualan
tersebut 71% - 76% berasal dari penjualan dalam negeri dan 24% - 29% berasal
dari penjualan luar negeri.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-3, yaitu stable formal system
approach. Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi sudah tersedia.
Analisis data sudah diimplementasikan ke seluruh bagian organisasi, akan tetapi
belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
4.7.2 Implement actions necessary to achieve planned result and continual
improvement of these processes
Evaluasi efektivitas hasil audit mutu internal berdasarkan ISO 9001:2000
menurut kriteria yang terakhir ini berhubungan dengan komitmen manajemen
terhadap kebijakan dan sasaran mutu produk sebagai bentuk tanggung jawab
untuk melakukan perbaikan berkelanjutan, yang terdiri dari penilaian terhadap dua
sub-kriteria sebagai berikut.
120
4.7.2.1 Tinjauan manajemen terhadap kebijakan mutu dan sasaran mutu
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Manajemen melakukan tinjauan terhadap kebijakan dan sasaran mutu
2. Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali atau sesuai
kebutuhan. Kebijakan mutu dan sasaran mutu dievaluasi setiap triwulanan pada
rapat industri, pemasaran dan PPIC, maupun pada rapat kerja rutin. Pada rapat
tinjauan manajemen terdapat masukan rapat yaitu berupa hasil audit, umpan
balik pelanggan, kinerja dan kesesuaian produk, sedangkan keluaran rapat
berupa keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan keefektifan SMM dan
prosesnya.
3. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.15 berikut ini :
Tabel 4.15 Evaluasi Tinjauan Manajemen
Data Evaluasi Kendala MaturityLevel
Saran Ket.
Tinjauanmanajemen,PPIC, sertapencapaiankebijakanmutu dansasaran mutu
Rapatevaluasi timminimal 3bulan sekalidan rapattinjauanmanajemenminimal 1tahun sekali.Terdapatkomitmen
Tidakditemukanketidak-sesuaian, akantetapi belumdilakukanbenchmarking
3Buktidokumentasitersedia dansudahdiimplemen-tasikan diseluruhbagianorganisasi.
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimelakukanbenchmarkingterhadapperusahaanlain yangsejenis
Lam-piran 3
121
manajementerhadapkebijakandan sasaranmutu
Sumber : Data diolah
Manajemen baik itu top manajemen dan wakil manajemen melakukan
pemeriksaan terhadap implementasi kebijakan mutu dan sasaran mutu yang
berupa tinjauan manajemen yang dilaksanakan sesuai urgensi. Kerangka kerja
untuk menetapkan dan meninjau kebijakan mutu dilaksanakan pada rapat tinjauan
manajemen minimal 1 tahun sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan
manajemen. Kebijakan mutu tersebut telah dikomunikasikan dan di pahami oleh
seluruh bagian organisasi dan dikomunikasikan kembali setiap rutin triwulanan
dalam rapat industri pemasaran dan PPIC maupun pada rapat kerja rutin.
Kebijakan mutu tersebut juga selalu ditinjau agar selalu sesuai khususnya
pada hasil rapat evaluasi tim industri pemasaran dan tim PPIC (maksimal 3 bulan
sekali atau sesuai kebutuhannya) serta adanya laporan-laporan realisasi
pelaksanaan bulanan atau triwulanan serta laporan-laporan kemajuan pekerjaan
setiap bulannya ke tingkat Direksi, yang kemudian juga selalu ditinjau pada rapat
tinjauan manajemen.
Tinjauan manajemen terhadap sasaran mutu yaitu melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan mutu produk dengan melakukan peninjauan PGT dan
produsen atau pemasok bahan baku getah pinus serta melakukan pengujian
sasaran mutu seperti yang terdapat pada lampiran 3. Kemudian dilakukan evaluasi
dari hasil pengujian tersebut yang selanjutnya akan dilaporkan pada rapat bersama
122
pemasok bahan baku dan PGT, pada setiap rapat hasil kerja, pada rapat PPIC dan
pada rapat tinjauan manajemen.
Masukan untuk rapat tinjauan manajemen sendiri mencakup informasi
hasil-hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja dan kesesuaian produk, status
tindakan koreksi dan pencegahan, tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya,
saran dan perbaikan. Sedangkan keluaran dari tinjauan manajemen mencakup
keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan keefektifan sistem manajemen
mutu dan prosesnya serta perbaikan mutu produk sesuai syarat pelanggan.
Dimana dari hasil laporan audit mutu internal, komitmen manajemen
terhadap kebijakan mutu terbukti dengan :
a. sudah mulai diterapkannya reduksi pada penerimaan getah pinus guna
menjamin kualitas mutu bahan baku PGT;
b. pengawalan dari bagian PPIC sesuai prosedur kerja industri pemasaran;
c. mulai disusunnya pembakuan standar operasional dari hulu (KPH pemasok);
d. serta ditekankannya kepada seluruh pemasaran dan pelaksana di lapangan
untuk meningkatkan produksi dan kualitas getah pinus.
Komitmen manajemen tersebut sudah baik terlihat pada :
1) Jumlah pasokan bahan baku s/d bulan Mei 2008 telah terpenuhi sebesar
2.503,897 ton (setelah reduksi), sedangkan pada bulan Mei 2007 sebesar
2.359,556 ton.
2) Jumlah pemasakan s/d bulan Mei 2008 telah dilaksanakan sebesar 2.439,923
ton, sedangkan pada bulan Mei 2007 sebesar 2.380,300 ton.
123
3) Pencapaian komposisi output produk s/d bulan Mei pada tahun 2008 dan 2007 :
(2008) Gondorukem : tipe X = 12.240 kg (0,72%); tipe WW = 1.679.280 kg
(98,81%); tipe WG = 7.920 kg (0,47%); dan Terpentin : UT = 100%.
(2007) Gondorukem : tipe X = 12.960 kg (0,79%); tipe WW = 1.605.600 kg
(98,40%); tipe WG = 13.200 kg (0,81%); dan Terpentin : UT = 100%.
Selain itu komitmen manajemen terhadap sasaran mutu terbukti dengan :
1) Meskipun masih berada di atas target sasaran mutu tahun 2008, terdapat
improvement pada efisiensi penggunaan MFO dan solar yang cukup signifikan,
dari pemakaian MFO dan Solar per ton getah dimasak pada bulan Januari 2008
= 61,58 liter/ton dan pada bulan Mei 2008 menjadi 59,46 liter/ton.
(Sasaran mutu 2008 efisiensi MFO dan solar dari 63 liter/ton menjadi 58
liter/ton).
2) Sampai dengan bulan Mei 2008 rata-rata SP > 80°C sudah terpenuhi 30,47%,
sedangkan bulan Mei 2007 baru terpenuhi 23,55 %.
(Sasaran mutu 2008 improvement SP > 80°C dari semula 23% menjadi 33%).
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada maturity level ke-3, yaitu stable formal system approach. Dimana data-data
kesesuaian dan bukti dokumentasi atas peningkatan hasil sudah tersedia, akan
tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
124
4.7.2.2 Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan
Adapun jawaban hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Organisasi belum melakukan tindakan koreksi dan pencegahan atas PTKP dari
temuan ketidaksesuaian dari hasil AMI.
2. Tindakan koreksi dan pencegahan dilakukan untuk mencegah ketidaksesuaian
terulang kembali, tindakan ini dilakukan jika ada permintaan tindakan koreksi
dan pencegahan (PTKP) atas temuan ketidaksesuaian pada hasil AMI.
3. Belum dilakukan benchmarking atas kriteria ini terhadap perusahaan lain yang
sejenis.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dan data-data hasil audit mutu
internal, maka hasil analisis dan evaluasi audit mutu internal pada kriteria ini
dapat disimpulkan pada tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16 Evaluasi Tindakan Koreksi dan Pencegahan
Data Evaluasi Kendala MaturityLevel
Saran Ket.
Permintaantindakankoreksi danpencegahan(PTKP),dan tindaklanjut
Ditemu-kanketidakse-suaian,kemudiandibuatPTKP nya
Belumdilakukan tindaklanjut daripermintaantindakan koreksidan pencegahantersebut sertabelum dilakukanbenchmarking
2Ketersediaandata yangminim atastindakankoreksi danpencegahan
Untukmeningkatkankinerja agarorganisasimenindaklanjutiPTKP tersebutserta melakukanbenchmarkingterhadapperusahaan lainyang sejenis
Lam-piran14
Sumber : Data diolah
125
Tindakan koreksi dilakukan organisasi untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian dan mencegahnya terulang kembali. Tindakan pencegahan
ditetapkan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian potensial. Tindakan
koreksi dan pencegahan yang dilakukan harus sesuai dengan pengaruh
ketidaksesuaian yang dihadapi dan sesuai dengan pengaruh masalah potensial
tersebut. Sebelum tindakan koreksi dan pencegahan dilakukan, organisasi terlebih
dahulu melakukan peninjauan terhadap ketidaksesuaian termasuk di dalamnya
keluhan pelanggan, menentukan penyebab ketidaksesuaian, mengevaluasi
kebutuhan tindakan koreksi yang diambil untuk memastikan bahwa
ketidaksesuaian tidak terulang lagi atau tindakan pencegahan yang diambil untuk
mencegah terjadinya ketidaksesuaian serta peninjauan terhadap tindakan yang
dilakukan. Tindakan koreksi dan pencegahan dilakukan atas permintaan tindakan
koreksi dan pencegahan (PTKP) jika terdapat temuan atas hasil audit mutu
internal. Jika ada PTKP maka selanjutnya dibuat catatan status tindakan koreksi
dan pencegahan.
Pada hasil laporan audit mutu internal terdapat permintaan tindakan
koreksi dan pencegahan yang berkaitan dengan bagian pemasaran yaitu dalam hal
pengoptimalan fungsi PPIC dalam ketersediaan bahan baku yang berdampak pada
realisasi pemasakan produk Gondorukem dan Terpentin yang mempengaruhi
realisasi pemasaran produk tersebut serta dalam realisasi target sasaran mutu
tahun 2008. Rincian permintaan tindakan koreksi dan pencegahan (PTKP)
terdapat pada lampiran 14.
126
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil laporan audit mutu internal
fungsi pemasaran hasil industri, dapat disimpulkan bahwa pada kriteria ini berada
pada tingkat kematangan kinerja (maturity level) ke-2, yaitu reactive approach.
Dimana data-data kesesuaian dan bukti dokumentasi atas tindakan koreksi dan
pencegahan masih minim. Terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam temuan
pemeriksaan, ada permintaan tindakan koreksi dan pencegahannya, tetapi belum
ditindak lanjuti oleh organisasi sehingga dapat dikatakan tindakan koreksi dan
pencegahan ini belum sepenuhnya diimplementasikan di seluruh organisasi serta
belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain yang sejenis.
Adapun hasil evaluasi efektivitas audit mutu internal berdasarkan ISO
9001:2000 dengan menggunakan maturity level atau tingkat kematangan kinerja
pada keseluruhan kriteria terangkum dalam tabel 4.17 berikut ini.
127
Tabel 4.17 Evaluasi Efektivitas Audit Mutu Internal Berdasarkan ISO 9001:2000
No Kriteria MaturityLevel
Guidance Keterangan
1 Identify the processes needed for the quality management system and their application throughout the organization
a) Penetapan ruanglingkup sistemmanajemen mutu
3 Stable formal system approach :Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
b) Penetapan proses-proses sistemmanajemen mutu
3 Stable formal system approach :Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
c) Menguraikan interaksiantar proses-prosessistem manajemenmutu tersebut
3 Stable formal system approach :Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
128
d) Penetapan kebijakanmutu
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
2 Manage resources and information necessary to support the operation and monitoring these processes
a) Menetapkankompetensi yangdiperlukan bagikaryawan untukmendukung prosessistem manajemenmutu tersebut
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
b) Menyediakanpendidikan, pelatihanatau keterampilan danmelakukan evaluasiuntuk memenuhikebutuhan kompetensikaryawan tersebut
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
129
c) Menetapkan,menyediakan danmemelihara saranaprasarana yangdiperlukan untukmencapai kesesuaianpada persyaratanproduk
2 Reactive approach :Pendekatan sistematis yang didasarkan atastindakan koreksi terhadap permasalahan,ketersediaan data yang minim atas peningkatanhasil.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) tetapi tidakdiimplementasikan di seluruh bagianorganisasi (widely implemented).Dokumentasi mengenai saranaprasarana masih sangat minim danbelum sesuai dengan SMM.
3 Management responsibility related to customer focus
a) Penetapan sasaranmutu
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (im-provement) yang sistematis;data-data kese-suaian terhadap sasaran-sasarandan kecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
b) Penetapan persyaratanbagi produk
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
130
c) Tinjauan persyaratanberkaitan denganproduk
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
4 Monitor, measure and analyze
a) Pemantauan informasiberkaitan denganpersepsi pelanggan
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
b) Pemantauan danpengukuran prosesserta produk
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
131
c) Analisis data 3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
5 Implement actions necessary to achieve planned result and continual improvement of these processes
a) Tinjauan manajementerhadap kebijakanmutu dan sasarn mutu
3 Stable formal system approach :
Pendekatan proses yang sistematis, tahap awaldari peningkatan (improvement) yang sistematis;data-data kesesuaian terhadap sasaran-sasaran dankecenderungan-kecendurangan peningkatantersedia.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) dan diimplementasikan diseluruh bagian organisasi (widelyimplemented).
b) Melakukan tindakankoreksi danpencegahan
2 Reactive approach :
Pendekatan sistematis yang didasarkan atastindakan koreksi terhadap permasalahan,ketersediaan data yang minim atas peningkatanhasil-hasil.
Ada bukti dokumentasi (welldocumented) tetapi tidakdiimplementasikan di seluruh bagianorganisasi (widely implemented).Terdapat permintaan tindakan koreksidan pencegahan akan tetapi padapengimplementasiannya tindakantersebut tidak terlaksana.
Sumber : Data diolah
132
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, pembahasan serta
analisisnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi atas hasil audit mutu
internal berdasarkan ISO 9001:2000 atas fungsi Pemasaran Hasil Industri Perum
Perhutani Unit III yang dilaksanakan berada pada tingkat kematangan (maturity
level) 2,83 yaitu stable formal system approach (pendekatan sistem formal yang
stagnan). Merupakan pendekatan proses yang sistematis, tahap awal dari
peningkatan (improvement) yang sistematis; serta data-data kesesuaian terhadap
sasaran-sasaran dan kecenderungan-kecendurangan peningkatan tersedia.
Oleh karena sebagian besar data mengenai perencanaan dan pelaksanaannya
telah didokumentasikan dengan baik dan diimplementasikan di seluruh bagian
organisasi, akan tetapi belum dilakukan benchmarking terhadap perusahaan lain
yang sejenis, maka efektivitas hasil audit mutu internal atas fungsi Pemasaran
Hasil Industri Unit III dapat dikatakan berada pada tingkat kematangan (maturity
level) ketiga dengan tingkat kinerja stable formal system approach.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran untuk perusahaan agar dapat
meningkatkan tingkat kematangan kinerja (maturity level) atas fungsi pemasaran
hasil industri antara lain sebagai berikut :
133
1. Sebaiknya organisasi mengatur dan mendokumentasikan lingkungan kerja
dan sarana prasarana yang dibutuhkan dan disediakan sesuai dengan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Mengatur dengan baik
keseluruhan bukti-bukti dokumentasinya dan diimplementasikan ke
seluruh organisasi, sehingga manajemen bisa memantau kinerja dari sistem
manajemen mutu organisasi.
2. Sebaiknya organisasi melakukan tindak lanjut atas setiap permintaan
tindakan koreksi dan pencegahan dari temuan-temuan ketidaksesuaian atas
pemeriksaan audit mutu internal. Hal ini sangat berguna bagi perusahaan
agar selanjutnya ketidaksesuaian tersebut bisa dihilangkan sehingga tidak
akan terjadi lagi dan kinerja organisasi pun bisa optimal.
3. Sebaiknya organisasi melakukan benchmark atas hasil audit mutu internal
atas fungsi Pemasaran Hasil Industri Unit III agar diperoleh tambahan
informasi untuk perencanaan strategis organisasi dan untuk mengetahui
sejauh mana hasil audit mutu internal tersebut dikatakan efektif dan efisien
dalam hal peringkat diantara perusahaan-perusahaan industri kayu dan non
kayu lainnya.
Adapun saran peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu agar penelitian
selanjutnya menggunakan kriteria-kriteria sistem manajemen mutu dari pedoman
ISO yang terbaru yaitu ISO 9001:2008, dan melakukan penelitian terhadap fungsi-
fungsi lain yang terdapat di perusahaan.
134
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A dan James K Loebbecke. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu.Edisi Indonesia. Jakarta. Salemba Empat.
Beaumont, Leland R. 2000. ISO 9001:2000, The Standard Illustrations :International Standar for Quality Management Systems. Middletown. ISOEasy.
Boynton, William C dan Raymond N Johnson. 2006. Modern Auditing 8th Edition.USA. John Wiley & Sons, Inc.
Drucker, Peter F. 2006. The Effective Executive The Definitive Guide to Gettingthe Right Things Done (Harperbusiness Essentials). New York. Collins.
Fungsi-Fungsi Pemasaran. www.organisasi.org. 23 April 2009.
Gaspersz, Vincent. 2005. ISO 9001:2000 And Continual Quality Improvement.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Hadiwiardjo, Bambang H dan Sulistiyaningsih Wibisono. 1996. Memasuki PasarInternasional dengan ISO 9000 : Sistem Manajemen Mutu. Jakarta. GhaliaIndonesia.
Herbert, Leo. 1985. Auditing the Performance of Management. BelmontCalifornia. Lifetime Learning Publications.
Indranata, Iskandar. 2006. Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu InternalBerdasarkan ISO 9001:2000. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Kiger, Jack E dan James H Scheiner. 1994. Auditing. USA. Atlanta Book.
Kotler, Philip dan Kevin Lane. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta.PT Indeks.
Mautz, RK dan HA Sharaf. 1993. The Philosophy of Auditing. AmericanAccounting Association.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kulaitatif. Bandung. PT. RemajaRosdakarya.
Mulyadi. 1990. Pemeriksaan Akuntan. Edisi 3. Yogyakarta. Bagian PenerbitanSekolah Tinggi Ilmu ekonomi YKPN.
Natsir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
135
Sawyer, B. Lawrence. 2003. Internal Auditing. Edisi Indonesia. Jakarta. SalembaEmpat.
Setyawan, Johny. 1990. Pemeriksaan Kinerja (Performance Auditing).Yogyakarta. Penerbit BPFE.
Standar SNI-19-19011-2005. www.bsn.go.id. 3 Mei 2009.
Stanton, William J. dan Y. Lamarto. 1988. Prinsip Pemasaran. Jakarta. PenerbitErlangga.
Susilo, Willy. 2002. Audit SDM, Panduan Komprehensif Auditor dan PraktisiManajemen Sumber Daya Manusia serta PimpinanOrganisasi/Perusahaan. Vorqistatama Binamega.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. EdisiRevisi. Yogyakarta. Penerbit ANDI.
Tunggal, Amin Widjaja. 2000. Management Audit : Suatu Pengantar. Jakarta. PTRineka Cipta.
Tujuan Pemasaran. www.ab-fisip-upnyk.com. 3 Mei 2009.
Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.