9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan Indonesia akan kapal sebagai salah satu alat transportasi yang utama tidak bisa dipungkiri lagi. Hal itu disebabkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5.8 juta km 2 dan panjang garis pantai yang mencapai sekitar 95.181 km (Sunoko, Huang, 2014). Berdasarkan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, kapal menjadi moda transportasi yang cukup efektif untuk digunakan di Indonesia. Selain digunakan untuk mengangkut penumpang antar pulau, kapal juga dapat digunakan sebagai pengangkut bahan bahan kebutuhan pokok, seperti bahan bakar minyak, semen, hewan ternak, dan lainnya menuju pulau-pulau terpencil yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, perkapalan di Indonesia menjadi hal yang sangat penting bagi kemajuan ekonomi dan juga kesejahteraan Negara Indonesia itu sendiri. Selain itu, program pemerintahan di era Jokowi yang ingin membangun “tol laut” juga diharapkan dapat membangun iklim perkapalan Indonesia menuju arah yang lebih positif. Untuk menjaga kelangsungan dunia perkapalan di Indonesia, dibutuhkan pula fasilitas untuk melakukan perawatan pada setiap kapal. Fasilitas tersebut antara lain adalah Floating Dock. Kebutuhan akan Floating Dock di

Skripsi Bagus Budiman BAB 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latar belakang skripsi investasi floating dock

Citation preview

Page 1: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan Indonesia akan kapal sebagai salah satu alat transportasi yang

utama tidak bisa dipungkiri lagi. Hal itu disebabkan karena Indonesia merupakan

negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5.8 juta km2 dan panjang garis pantai

yang mencapai sekitar 95.181 km (Sunoko, Huang, 2014). Berdasarkan geografis

Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, kapal menjadi moda transportasi yang

cukup efektif untuk digunakan di Indonesia. Selain digunakan untuk mengangkut

penumpang antar pulau, kapal juga dapat digunakan sebagai pengangkut bahan

bahan kebutuhan pokok, seperti bahan bakar minyak, semen, hewan ternak, dan

lainnya menuju pulau-pulau terpencil yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu,

perkapalan di Indonesia menjadi hal yang sangat penting bagi kemajuan ekonomi

dan juga kesejahteraan Negara Indonesia itu sendiri. Selain itu, program

pemerintahan di era Jokowi yang ingin membangun “tol laut” juga diharapkan

dapat membangun iklim perkapalan Indonesia menuju arah yang lebih positif.

Untuk menjaga kelangsungan dunia perkapalan di Indonesia, dibutuhkan

pula fasilitas untuk melakukan perawatan pada setiap kapal. Fasilitas tersebut

antara lain adalah Floating Dock. Kebutuhan akan Floating Dock di Indonesia

akan meningkat seiring dengan berkembangnya industri perkapalan di Indonesia.

Namun, sekarang ini terlihat bahwa dok dan galangan nasional belum mampu

Page 2: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

menampung besarnya jumlah kebutuhan docking kapal.

Tabel 2. Permintaan jasa survey klasifikasi (BKI)

Data yang tertera pada tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan akan

kebutuhan kapal untuk melakukan pengedokan. Namun, hal ini belum bisa

diimbangi dengan ketersediaan fasilitas seperti Floating Dock. Hal ini dapat

ditunjukkan melalui data yang terdapat di bawah ini:

DATA DITLALAkebutuhan dok nasional 10 juta DWTkapasitas dok nasional 9.7 juta DWTkekurangan 300.000 DWT

jumlah galangan kapal milik begara

5 UNIT

jumlah galangan kapal swasta 235 UNIT

jumlah bulding berth 153 UNIT

kapasitas building berth terbesar

50.000 DWT

kapasitas newbuilding pertahun 180.000 GT

jumlah dok 208 unitkapasitas dok terbesar 65.000 DWTkapasitas docking pertahun 3.600.000 GT

data statistik kapal nasional - IPERINDO

Page 3: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

Tabel 3. Kemampuan pembangunan & reparasi galangan nasional (DITLALA –

IPERINDO)

Berdasarkan data-data di atas, kebutuhan akan fasilitas pengedokan,

seperti Floating Dock, menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Hal ini

berguna untuk menjaga kelangsungan industri perkapalan di Indonesia yang terus

meningkat dari tahun ke tahun. Indonesian National Shipowners Association

(INSA) menyatakan hingga pengujung 2011, jumlah kapal berbendera Merah

Putih sekitar 10.784 unit dengan kapasitas hampir mencapai 15 juta gross tonnage

(GT). Dibandingkan pada 2005 yang jumlahnya berkisar lima ribu unit, kuantitas

tersebut meningkat sekitar 78,5 persen. Sementara itu, menurut data dari

Kementerian Perhubungan, diberlakukannya asas cabotage membuat armada

angkutan laut di Indonesia mengalami peningkatan.

2008.5 2009 2009.5 2010 2010.5 2011 2011.5 2012 2012.5 2013 2013.5

9,164 9,945 10,902 11,791 13,120

jumlah armada angkutan laut kepemilikan nasional

jumlah armada angkutan laut kepemilikan nasional

tahun

Jum

lah

Arm

ada

Grafik 1. Peningkatan jumlah armada nasional (Kementrian Perhubungan)

Sementara itu, untuk kapasitas reparasi yang dibutuhkan mencapai 17 juta

dead weight tonnage (DWT) namun yang tersedia hanya 9,5 juta DWT

( Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2012 ). Berdasarkan data yang

didapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pada sektor industri

perkapalan sangatlah positif. Oleh sebab itu, peningkatan industri perkapalan

Page 4: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

tersebut harus ditunjang pula dengan peningkatan sarana perawatan kapal seperti

Floating Dock. Indonesia baru memiliki 250 industri galangan kapal dengan dua

kapasitas produksi terpasang yang berbeda. Untuk bangunan baru mempunyai

kapasitas produksi terpasang 900 ribu DWT (deadweight tonnage/bobot mati) per

tahun dan untuk pemeliharaan serta perbaikan kapal sekitar 12 juta DWT/tahun

(Kementerian Perindustrian, 2014). Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan

Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai, Wing Wirjawan, untuk

mereparasi kapal saat ini masih harus mengantri cukup lama. Kapasitas galangan

untuk reparasi kapal masih kurang masih kurang dibandingkan dengan jumlah

kapal. Jumlah kapal niaga nasional kini sudah mendekati angka 10.000 unit

memerlukan kapasitas reparasi hingga mencapai 10 juta DWT, tetapi kini baru

tersedia sebanyak 9.7 juta DWT (Iperindo, 2010).

Berbagai alasan di atas menunjukkan dibutuhkannya investasi pada

Floating Dock. Selain permintan pasar yang menunjukkan tren yang positif, tetapi

juga permintaan akan kebutuhan Floating Dock yang tidak bisa ditawar lagi untuk

membantu peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Di

samping itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus mewariskan budaya leluhur kita

untuk tetap menjadi peladang bahari di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Studi kali ini bertujuan untuk mengetahui tentang investasi pada Floating

Dock. Studi yang dapat diambil pada masalah ini aantara lain:

1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat Floating Dock dengan

kapasitas 17.500 DWT?

2. Bagaimana perincian biaya jika ingin berinvestasi pada Floating Dock,

termasuk biaya perawatan Floating Dock?

3. Berapa lama perkiraan jangka waktu yang dibutuhkan dari satu Floating

Dock untuk balik modal?

4. Faktor faktor apa saja yang bisa membuat Floating Dock menjadi lebih

efisien dalam hal biaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Page 5: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

Terdapat beberapa tujuan dalam studi kali ini, antara lain:

1. Mengetahui berapa modal yang dibutuhkan untuk membuat Floating Dock

baru dengan kapasitas 17.500 DWT.

2. Mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan Floating Dock baru hingga

balik modal dengan menggunakan perkiraan data kapal yang melakukan

reparasi pada Floating Dock yang terdapat pada PT. Dok Kodja Bahari.

3. Membandingkan Floating Dock baru dan bekas dari segi kecepatan balik

modal.

4. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana

teknik dari Universitas Indonesia.

1.4 Batasan Penelitian

Adapun batasan batasan pada studi kali ini ialah:

1. Merinci biaya biaya apa saja yang dibutuhkan untuk membuat Floating

Dock baru.

2. Membuat total biaya keseluruhan yang diperlukan untuk membuat

Floating Dock ditambah dengan biaya perawatan yang digunakan Floating

Dock hingga balik modal.

3. Mengetahui jangka waktu yang diperlukan hingga balik modal antara

Floating Dock baru dan bekas

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan studi kali ini adalah:

1. Tahap Studi Literatur

2. Tahap Pengumpulan Data

3. Tahap Pengolahan Data

4. Tahap Analasis

5. Tahap Pengambilan Kesimpulan

1.6 Sistematika Penulisan

Page 6: Skripsi Bagus Budiman BAB 1

Agar penulisan dalam skripsi kali ini tersusun dengan baik, maka

penulisan skripsi ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang bagaimana penulis menyusun perumusan

masalah dalam tugas akhir ini. Dalam bab Ini, penulis memaparkan

alasan dan tujuan yang melatarbelakangi penulisan Skripsi ini.

Selain itu, dijabarkan pula metode penelitian yang penulis gunakan

untuk melakukan penelitian terhadap tugas akhir ini. Adapun

tentang sistematika penulisan juga tercantum dalam bab ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang mendasari penulis untuk

melakukan penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian ini berisi tentang metodologi yang digunakan sebagai

tahapan untuk studi perhitungan biaya investasi yang diperlukan

untuk membangun sebuah Floating Dock.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang hasil dan analisa yang didapat dari hasil

penelitian serta perhitungan tentang biaya pembuatan sebuah

Floating Dock. Sehingga, dari hasil yang didapat dapat ditarik

kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN

Bagian ini terdiri dari kesimpulan yang didapat berdasarkan pada

hasil perhitungan dan penelitian yang telah didapat pada bab

sebelumnya. Dalam bab ini juga terdapat saran yang berguna

sebagai perbaikan untuk pembuatan studi selanjutnya.

Page 7: Skripsi Bagus Budiman BAB 1