95
SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI FSE ANGKATAN 20022008 TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA MEREKA DENGAN PEMIMPIN KOMUNITAS DALAM BIMBINGAN PRIBADI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Noren NIM : 021114014 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

SKRIPSI

DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI FSE

ANGKATAN 2002─2008 TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

ANTARA MEREKA DENGAN PEMIMPIN KOMUNITAS

DALAM BIMBINGAN PRIBADI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Noren

NIM : 021114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

ii

Page 3: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

iii

Page 4: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

iv

MOTTO

Serahkanlah segala kecemasanmu kepada Tuhan sebab Ia yang

memelihara kamu (1 Petrus 5:7).

Jangan menggantungkan harapanmu pada manusia semata, akan tetapi

berharaplah pada Kasih setia-Nya yang tak pernah mengecewakanmu.

Pengalaman adalah”guru” yang paling baik.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Persaudaraan suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE)

tercinta mengasihiku apa adanya dan tempat pengabdianku kepada-Nya

Dengan penuh kegembiraan.

Page 5: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 September 2009

Penulis,

Noren

Page 6: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

DharmaYogyakarta:

Nama : Noren

NIM : 021114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: DESKRIPSI PARA

SUSTER YUNIOR KONGREGASI FSE ANGKATAN 2002—2008 TENTANG

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA MEREKA DENGAN PEMIMPIN

KOMUNITAS DALAM BIMBINGAN PRIBADI. Dengan demikian saya

memberikan hak kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain demi kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 September 2009

Yang menyatakan

Noren

Page 7: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

vii

ABSTRAK

DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI FSE

ANGKATAN 2002─2008 TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

ANTARA MEREKA DENGAN PEMIMPIN KOMUNITAS

DALAM BIMBINGAN PRIBADI

Noren Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) persepsi para suster yunior kongregasi FSE angkatan 20022008 tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi (2) persepsi para suster yunior kongregasi FSE angkatan 20022008 tentang setiap unsur komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi. Subyek penelitian ini adalah para suster yunior kongregasi FSE angkatan 2002−2008 berjumlah 33 suster yang ada di propinsi Sumatera utara, DKI Jakarta dan DIY.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode survei dengan mengunakan kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 50 item mengenai lima unsur komunikasi antarpribadi yaitu unsur pembukaan diri, saling membangun kepercayaan, saling mendengarkan sambil memahami, saling mengungkapkan perasaan secara verbal dan non verbal, saling menerima dan mendukung. Hasil penelitian ini adalah: (1) Ada 31 suster yunior FSE (94%) yang mempunyai persepsi (berpendapat) bahwa komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi berkualifikasi baik. Ada 2 suster yunior FSE (6%) yang berpersepsi (berpendapat) bahwa komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi masih berkualifikasi masih kurang baik. (2) Ada 12 suster yunior (36,4%) mempunyai persepsi bahwa dalam hal komunikasi antarpribadi dalam bimbingan pribadi dengan pemimpin komunitas berkualifikasi baik dalam masing-masing unsur komunikasi antarpribadi. Ada 21 suster yunior FSE (63,6%) mempunyai persepsi bahwa dalam hal komunikasi antarpribadi dalam bimbingan pribadi dengan pemimpin komunitas berkualifikasi cukup baik dalam masing-masing unsur komunikasi antarpribadi.

Page 8: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

viii

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF THE JUNIOR SISTER’S PERCEPTION OF FSE

CONGREGATION FROM THE YEAR OF 2002-2008, ABOUT THE

COMMUNICATION INTER-PERSONAL BETWEEN THEM AND THE COMMUNITY

LEADER IN THE PERSONAL COUNSELING

Noren Sanata Dharma University.

Yogyakarta 2009

The purpose of this research was conducted to know; (1) The perception of

the FSE junior sisters from the year of 2002-2008 about the inter-personal communication between them and the community leader in personal counseling. (2) The perception of FSE junior sister from the year of 2002-2008 about each cases in the inter -personal communication between them and the community leader in the personal counseling. The research subjects are: the junior sisters of FSE Congregation in the year of 2002-2008. The number respondents are 33 sisters who live in North Sumatera, DKI Jakarta and DIY. The researcher used the descriptive research with the survey method by using questioners that consist of 50 items related to the inter-personal communication theory. They are: Opening personal minded, Building the trust, Listening and Understanding each other, Sharing of feelings in verbal and non verbal, Receiving and Supporting each other. The results of this research are: (1)There are 31 junior sisters of FSE Congregation (94%) have perception that the inter-personal communication between them and the community leader in the personal counseling is “good qualification”. (2) There are 2 junior sisters of FSE (6%) have perception that the inter- personal communication between them and the community leader in the personal counseling is “good enough”. There are 12 junior sisters of FSE (36, 4%) have perception that the inter-personal communication in the personal counseling between them and the community leader is “good qualification” in each interpersonal communication cases. There are 21 junior sisters of FSE (63, 6%) have perception that the interpersonal communication in the personal counseling between them and the community leader is “good enough” in each interpersonal communication cases.

Page 9: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas

bimbingan berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis terima selama

proses penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa

ada banyak pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam

membantu proses perkuliahan sampai penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling,

FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M. Hum sebagai dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dengan penuh kesetiaan, kesabaran dan ketekunan dalam

membimbing penulis menyusun skripsi ini sampai selesai.

3. Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A sebagai dosen penguji satu yang dengan dan sabar

dan setia memeriksa, mengkritisi, memberikan masukan dan saran selama

proses penulisan skripsi.

4. A. Setyandari, S. Pd, Psi, M.A, sebagai Dosen penguji kedua dan sekaligus

Sekretaris Prodi Bimbingan Konseling yang sudah membantu penulis untuk

mencarikan dosen penguji.

5. Drs. Gendon Barus, M. Si yang dengan sabar dan setia memeriksa,

mengkritisi, memberikan masukan dan saran selama proses penulisan skripsi.

Page 10: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

x

6. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat penulis gunakan

sebagai bekal hidup yang berharga.

7. Pegawai Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang selalu

setia memberikan pelayanan dalam hal administrasi.

8. Pihak Perpustakaan yang memberikan pelayanan yang baik dengan

meminjamkan buku-buku pendukung selama perkuliahan sampai penulisan

skripsi.

9. Sr.M.Wilfrida Simblon FSE. Sebagai Pemimpin Umum Kongregasi

Fransiskanes Santa Elisabeth yang telah mengijinkan peneliti untuk

mengadakan penelitian kepada suster-suster yunior kongregasi FSE.

10. Para Pemimpin Komunitas yang telah mendukung dan memperlancar proses

jalannya penelitian.

11. Para Suster FSE Komunitas Santo Yohanes Don Bosco Yogyakarta yang

dengan setia mendukung dan mendoakan peneliti selama proses perkuliahan

sampai selesai.

12. Para suster yunior FSE yang bersedia mengisi kuesioner yang digunakan

untuk penulisan skripsi.

13. Fr. Paulus Paji Keban CMM, Rm Agustinus Pr, Br Cypri OFM yang selalu

setia mendukung dan mendoakan peneliti dan siap sedia membaca serta

mengkritisi skripsi.

14. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan peneliti sehingga terdorong

dan tetap bersemangat untuk menyelesaikan skripsi.

Page 11: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xi

15. Saudara Asep, mbak Ola, Ina, Sari, Arya dan teman-teman Prodi BK angkatan

2002 dan 2003 yang selalu memberikan semangat baik secara langsung

maupun tidak langsung sejak awal penulisan skripsi sampai selesai.

16. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang tak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang mendukung penulis selama menjalani tugas belajar di Universitas

Sanata Dharma.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan kemampuan peneliti. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya

bagi semua pihak terlibat dalam pembinaan suster-suster yunior.

Yogyakarta, 30 September 2009

Penulis

Noren

Page 12: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………. .. vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT .......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR GRAFIK…………………………………………………… . xvi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii

BAB I: PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 7

E. Defenisi Operasional ......................................................... 8

BAB II: KAJIAN TEORITIS ................................................................ 10

A. Hakekat Persepsi ................................................................. 10

1. Pengertian persepsi ...................................................... 11

2. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi persepsi suster

yunior………………………………………………….. 11

a. Perhatian (Attention).................................................. .. 11

b. Fungsional…………………………………………… 11

c. Struktural……………………………………………. 12

Page 13: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xiii

3. Syarat terjadinya persepsi……………………………… 12

a. Adanya Obyek yang dipersepsikan………………… 13

b. Adanya indera atau reseptor……………………….. 13

c. Menyadari atau mengadakan………………………. 13

B. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth .......................... 14

1. Gambaran Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth .. 14

a.Kongregasi FSE di Belanda ....................................... 14

b.Kongregasi FSE di Indonesia ..................................... 17

2. Pembinaan Para Suster Yunior di Indonesia ................. 21

a. Aspek Kepribadian………………………………… 22

b. Aspek Kharisma…………………………………… 22

c. Aspek Fransiskan………………………………….. 23

c. Aspek Hidup Religius…………………………….. . 24

d. Aspek Apostolat (Kerasulan)………………………. 26

3. Pemimpin Komunitas di Kongregasi FSE………….. ... 27

a. Pengertian Pemimpin Komunitas …………………. 27

b. Peran Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan pribadi 27

4. Bimbingan pribadi di Kongregasi FSE………………… 29

a. Pengertian Bimbingan Pribadi……………………… 29

b. Tujuan Bimbingan Pribadi di Kongregasi FSE……. 29

C. Komunikasi Antarpribadi Pemimpin Komunitas dengan Suster

Yunior ……………………………………………………. . 32

1.Pengertian Komunikasi Antarpribadi………………….. . 32

2.Unsur-unsur Komunikasi Antarpribadi………………. ... 32

a. Unsur Pembukaan Diri…………………………….. 33

b. Unsur Saling Membangun Kepercayaan………….. . 34

c. Unsur Saling Mendengarkan Sambil Memahami….. 36

d. Unsur Saling Mengungkapkan perasaan secara verbal

dan secara non verbal. ............................................... 36

e. Unsur Saling Menerima dan Mendukung. ................ 37

Page 14: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xiv

D. Integrasi Kelima Unsur Komunikasi Antarpribadi dalam

Bimbingan Pribadi dalam Konteks Hidup berkomunitas .... 38

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 41

A. Jenis Penelitian ................................................................... 41

B. Subyek Penelitian. ................................................................ 41

C. Instrumen Penelitian ........................................................... 42

1. Alat Pengumpul Data ................................................... 42

2. Kisi-kisi Penelitian ....................................................... 44

3. Validitas ……………………………………………… 46

4. Reliabilitas Kuesioner .................................................. 47

D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 48

E. Teknik Analisis Data .......................................................... 49

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 53

A. Hasil Penelitian ................................................................... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 56

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 59

A. Kesimpulan ........................................................................ 59

B. Saran .................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 63

Page 15: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xv

DAFTAR TABEL

H alaman

Tabel 1: Penyebaran Kuesioner ……………………………………. 42

Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner Penelitian …………………………… 44

Tabel 3: Kriteria Acuan Kategorisasi Komunikasi Antarpribadi

Tabel 4: Kategori Unsur Pembukaan Diri dalam Komunikasi

Antar pribadi......................................................................... 54

Tabel 5: Kategori Unsur Saling Membangun Kepercayaan… …… … 54

Tabel 6: Kategori Unsur Saling Mendengarkan Sambil Memahami…. 54

Tabel 7: Kategori Unsur Saling Mengungkapkan Perasaan secara

Tabel 8: Kategori Unsur saling menerima dan mendukung… ……. .. 55

Tabel 9: Kategori (Gabungan Semua Unsur/ Komposit) dalam

Komunikasi Antarpribadi .………………………………….. 55

Page 16: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xvi

GRAFIK

Halaman

Grafik : Skor Rata-rata Persepsi Suster Yunior FSE Angkatan

tentang Komunikasi Antarpribadi Antara Mereka

dengan Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan Pribadi ……… …..53

Page 17: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

xvii

LAMPIRAN

Lampiran 1: Pengantar Kuesioner .......................................................... 63

Lampiran 2: Kuesioner Penelitian .......................................................... 63

Lampiran 3:Tabulasi Data Hasil Penelitian ……………………………. 67

Lampiran 4: Kualifikasi Perolehan Skor setiap Unsur Komunikasi

Antarpribadi Para suster Yunior dengan Pemimpin

Komunitas dalam Bimbingan Pribadi……………………. 72

Lampiran5: Kategorisasi Skor Gabungan persepsi suster Yunior FSE 74

Lampiran 6: Hasil analisis klasifikasi Komunikasi Antarpribadi

Para suster yunior FSE dengan pemimpin komunitas

Dalam bimbingan pribadi…………………………….... 75

Lampiran 7: Surat ijin melakukan penelitian………………………. 76

Lampian 8: Surat keterangan telah melakukan penelitian………… 77

Page 18: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) adalah serikat para suster

yang didirikan oleh Sr. M. Mathilda Leenders dan disahkan oleh Mgr. Hendrikus

Van Beek, Pr. pada tanggal 1 Agustus 1880 di Breda (Belanda). Kemudian Para

Suster FSE dari Belanda mengembangkan karya FSE ke Negara Indonesia tanggal

29 September 1929. Pada awalnya, Kongregasi ini bernama Penitenten

Recolectinen Van De Heilige Fransiscus Van Asissi yang sekarang dikenal dengan

nama Kongregasi FSE dengan ciri khas hidup dalam semangat pertobatan secara

terus-menerus/peniten recolectin (Konstitusi, 2000: A).

Berdasarkan keanggotaannya, Kongregasi FSE di Indonesia terdiri dari

para suster senior, medior, dan yunior. Dalam tulisan ini, peneliti memfokuskan

kepada para suster yunior FSE di Indonesia yang terdiri dari 33 orang suster. Para

suster FSE yang berada dalam masa pembinaan awal atau tahap profesi sementara

disebut suster muda atau suster yunior dengan rentang waktu selama 6−9 tahun

(Kan, 659.1). Pada masa ini, para suster yunior masih harus menjalani pembinaan

secara intensif sebelum mereka bergabung secara definitif dalam Kongregasi FSE

dengan mengikrarkan kaul kekal. Salah satu program pembinaan adalah dalam

bentuk bimbingan pribadi. Proses pembinaan pada masa ini bertujuan menyiapkan

para suster yunior untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Allah dengan

Page 19: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

2

mencintai Kongregasi FSE lewat hidup persaudaraan dan karya perutusan.

Bimbingan pribadi termasuk ke dalam program pembinaan yang

dilaksanakan oleh Kongregasi FSE terhadap suster yunior. Isi dari bimbingan

pribadi ini meliputi lima aspek pembinaan, yaitu aspek kepribadian, kharisma,

fransiskan, hidup religius (kaul serta doa), dan apostolat (kerasulan). Aspek

kepribadian bertujuan membantu para suster yunior untuk mengenal diri secara

lebih baik, semakin menerima diri, memahami diri, dan percaya diri. Aspek

kharisma bertujuan membantu para suster yunior agar semakin terbuka akan

rahmat panggilan dan menghayati Kharisma dan Spiritualitas Kongregasi. Aspek

fransiskan bertujuan membantu para suster yunior agar semakin menghayati Injil

secara radikal dengan semangat kedinaan, kegembiraan dalam persaudaraan, dan

pertobatan seperti yang dihidupi oleh Santo Fransiskus Asissi. Aspek hidup

religius/Kaul bertujuan untuk membantu para suster yunior agar semakin

mengembangkan hidup rohani melalui hidup doa, latihan rohani, matiraga, dan

menghayati ketiga kaul (ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian). Aspek apostolat

(kerasulan) bertujuan untuk membantu para suster yunior semakin melakukan

pelayanan kepada orang kecil, miskin, dan menderita sakit secara lebih baik.

Kongregasi FSE menyediakan berbagai macam program pembinaan bagi semua

suster yunior, medior dan senior. Akan tetapi peneliti hanya memfokuskan

perhatian program pembinaan melalui bimbingan pribadi bagi suster yunior,

karena pada masa ini, para suster yunior masih perlu dibina secara intensif agar

mereka semakin dewasa dalam masing-masing kelima aspek di atas. Dengan

demikian suster yunior mampu menghayati cara hidup khas Kongregasi dan dapat

Page 20: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

3

melaksanakan perutusan secara lebih baik, sambil mempersiapkan dirinya untuk

kaul kekal.

Kegiatan bimbingan pada masa yuniorat di Kongregasi FSE dilaksanakan

oleh Tim Pembina. Tim pembina terdiri dari pemimpin komunitas, pemimpin

karya, dan pembimbing rohani. Penelitian ini difokuskan pada komunikasi

antarpribadi yang terjadi antara pemimpin komunitas dengan suster yunior yang

dibina. Pandangan atau persepsi suster yunior tentang komunikasi antarpribadi

dari pihak pemimpin komunitas disoroti juga dalam penelitian ini dengan alasan:

pertama, pemimpin komunitas mempunyai peluang yang lebih banyak untuk

mengikuti perkembangan suster yunior secara langsung dalam hidup

berkomunitas. Kedua, pemimpin komunitas mempunyai tanggung jawab utama

sebagai fasilitator untuk membantu perkembangan hidup panggilan para suster

yunior di komunitas.

Pemimpin komunitas membina para suster yunior dengan dua cara:

Pertama, pemimpin komunitas memberikan teladan hidup (perilaku) dengan

menghidupi nilai-nilai hidup dan kekhasan di Kongregasi FSE. Kedua, pemimpin

komunitas membina suster yunior melalui pertemuan secara pribadi yang disebut

bimbingan pribadi. Untuk itu, para suster yunior minimal sekali dalam tiga bulan

diwajibkan mengikuti bimbingan pribadi dengan pemimpin komunitas (Statuta,

2000 pasal 4: 64.3).

Bimbingan pribadi penting bagi para suster yunior karena menjadi sarana

untuk berkomunikasi dengan pemimpin komunitas dan merupakan kesempatan

bagi suster yunior untuk mengungkapkan diri secara jujur dan terbuka kepada

pemimpin komunitas. Dalam kesempatan ini para suster yunior diharapkan

Page 21: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

4

mengungkapkan kepada pemimpin komunitas pengalaman dan pergulatan dalam

menjalani panggilan sebagai religius dalam hidup sehari-hari. Pertemuan

pemimpin komunitas dengan suster yunior dalam bimbingan pribadi akan menjadi

efektif apabila dalam pertemuan itu terjadi komunikasi antarpribadi yang baik dan

tepat. Menurut Supratiknya (1995:14–73), ada lima unsur komunikasi

antarpribadi, yaitu pembukaan diri/self-disclosure, membangun kepercayaan,

mendengarkan sambil memahami, mengungkapkan perasaan, dan menerima dan

mendukung. Kelima unsur tersebut dalam kaitannya dengan komunikasi antara

pemimpin komunitas dengan suster yunior akan diuraikan di bawah ini:

Unsur pembukaan diri/self-diclousure dalam konteks bimbingan pribadi

nampak dalam hal suster yunior mengungkapkan kepada pemimpin secara jujur

dan terbuka pengalaman suka dan duka dalam menghayati kharisma, hidup

persaudaraan, tugas studi, hidup doa, ketiga kaul, dan kerasulan. Dengan

demikian, suster yunior menampilkan jati dirinya secara utuh dan tidak

menyembunyikan hal-hal yang dapat menghambat panggilanya (“daerah

terbukanya” semakin luas sedangkan “daerah buta” dan daerah tersembunyi”

semakin kecil). Sebaliknya, pemimpin komunitas menunjukkan sikap jujur dan

terbuka menerima pembukaan diri suster yunior.

Unsur saling membangun kepercayaan nampak dalam hal pemimpin

komunitas bertindak sebagai pribadi, menjadi orang yang sungguh-sungguh dapat

dipercayai oleh suster yunior dalam mendengarkan segala pengalamannya, dan

dalam menghayati panggilan. Sedangkan, suster yunior bertindak sebagai pribadi

yang mempercayai pemimpin komunitas. Saling membangun kepercayaan dalam

berkomunikasi akan tumbuh apabila secara pribadi, pemimpin komunitas

Page 22: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

5

menunjukkan penerimaan, dukungan, dan kerjasama maupun merespons secara

positif pembukaan diri para suster yunior tersebut.

Unsur saling mendengarkan sambil memahami dalam proses bimbingan

pribadi nampak dalam hal pemimpin komunitas mendengarkan dengan sungguh-

sungguh semua pengalaman dan pergulatan suster yunior, baik dalam suka

maupun duka dalam menghayati kharisma, hidup persaudaraan, tugas studi, hidup

doa, ketiga kaul, dan kerasulan. Dengan demikian, pemimpin komunitas

memahami, menaruh empati dan menangkap pesan secara tepat dari para suster

yunior, baik melalui bahasa verbal maupun nonverbal. Sebaliknya suster yunior

mendengarkan pesan ataupun nasehat dengan sungguh-sungguh respon dari

pemimpin komunitas dan menanggapi secara tepat.

Unsur saling mengungkapkan perasaan ada dua macam, yaitu

kemampuan mengungkapkan perasaan secara verbal dan secara nonverbal.

Mengungkapkan perasaan secara verbal yaitu mengungkapkan perasaan dengan

menggunakan kata-kata, baik secara langsung dengan mendeskripsikan perasaan

yang dialami maupun tidak. Sedangkan yang dimaksudkan dengan

mengungkapkan perasaan secara nonverbal adalah mengungkapkan perasaan

dengan menggunakan bahasa isyarat selain kata-kata, misalnya: sorotan mata,

raut muka, senyuman, suara, dan kepalan tangan. Dalam konteks bimbingan

pribadi, pemimpin komunitas dan suster yunior mengungkapkan perasaannya

secara verbal dan nonverbal. Misalnya: suster yunior mengungkapkan

kesedihannya karena gagal dalam tugas studi, lalu pemimpin komunitas

memberikan peneguhan melalui kata-kata yang menghibur dan meneguhkan hati

suster yunior. Sedangkan secara nonverbal, misalnya: suster yunior menceritakan

Page 23: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

6

kepada pemimpin bahwa ia sangat sedih karena penderitaan fisiknya, dan

pemimpin komunitas memberikan umpan balik yang menunjukkan bahwa

pemimpin komunitas juga berbelarasa pada penderitaan yang dialami oleh suster

yunior.

Unsur menerima dan mendukung dalam komunikasi antarpribadi

ditunjukkan pihak pemimpin komunitas yang telah dipercayai dengan berperan

sebagai “penolong” untuk membantu suster yunior yang telah mengutarakan

masalah pribadinya yaitu pergulatannya dalam menghayati panggilannya.

Dengan mengoptimalkan kelima unsur komunikasi antarpribadi tersebut

dalam proses bimbingan pribadi, pemimpin komunitas dan suster yunior dapat

menjalin komunikasi yang baik. Dengan berlangsungnya komunikasi anatrpibadi

yang baik dan lancar diharapkan tujuan pembinaan tercapai.

Menurut pendapat peneliti bahwa tujuan pembinaan dapat tercapai apabila

pemimpin komunitas dengan suster yunior mampu menjalin komunikasi yang

baik dalam bimbingan pribadi. Mengingat pentingnya komunikasi yang baik demi

barhasilnya bimbingan pribadi bergunalah diungkapkan bagaimana sebenarnya

pandangan atau persepsi suster yunior tentang kemampuan mereka sendiri dan

kemampuan pemimpin komunitas dalam melakukan komunikasi antarpribadi.

Untuk inilah perlu diadakan penelitian.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah persepsi para

suster yunior FSE tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan

pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi? Masalah tersebut dirumuskan

secara spesifik sebagai berikut:

Page 24: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

7

1. Bagaimanakah persepsi para suster yunior kongregasi FSE angkatan 2002–

2008 tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin

komunitas dalam bimbingan pribadi?

2. Bagaimanakah persepsi para suster yunior kongregasi FSE angkatan 2002–

2008 tentang setiap unsur komunikasi antarpribadi antara mereka dengan

pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang persepsi suster

yunior kongregasi FSE angkatan 2002–2008 tentang komunikasi antarpribadi

antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi sebagai

bahan masukan untuk perbaikan atau peningkatan efektivitas pembinaan hidup

membiara.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi suster yunior FSE,

pemimpin komunitas FSE, peneliti, dan peneliti lain.

1. Bagi Suster Yunior FSE

Penelitian ini diharapkan dapat membantu suster yunior untuk menyadari

pentingnya meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi dalam rangka

pembinaan.

Page 25: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

8

2. Bagi Pemimpin Komunitas FSE

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada pemimpin

komunitas dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi

dalam bimbingan pribadi.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menyadarkan peneliti bahwa peneliti sebagai seorang konselor

perlu meningkatkan kemampuan dalam komunikasi antarpribadi agar mampu

menjalin relasi yang akrab sehingga proses pembinaan dapat lancar.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain yang ingin

mendalami komunikasi antarpribadi dalam rangka pembinaan seperti

pembinaan para suster yunior di kongregasi FSE.

E. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian ini, berikut

dijelaskan defenisi operasional dari beberapa istilah:

1. Deskripsi dalam penelitian ini menunjuk pada upaya menggambarkan

persepsi para suster yunior kongregasi FSE tentang komunikasi antarpribadi

antara pemimpin komunitas dengan mereka.

2. Persepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai pendapat, pandangan atau

keyakinan para suster yunior tentang komunikasi antarpribadi antara

Page 26: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

9

pemimpin komunitas dan para suster yunior kongregasi FSE angkatan

2002−2008 dalam bimbingan pribadi.

3. Komunikasi antarpribadi dalam penelitian ini diartikan sebagai interaksi yang

terjadi antara suster yunior dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan

pribadi dengan mengusahakan terjadi pembukaan diri, saling membangun

kepercayaan, saling mendengarkan sambil memahami, saling

mengungkapkan perasaan secara verbal dan non verbal, dan saling menerima

dan mendukung, seperti yang dimaksudkan dalam kuesioner.

4. Bimbingan pribadi adalah pendampingan secara individual yang

dilaksanakan oleh pemimpin komunitas dengan suster yunior yang dibinanya

minimal satu kali dalam tiga bulan. Dalam pertemuan ini dibicarakan secara

terbuka aspek-aspek atau isi pembinaan yaitu kepribadian, kharisma,

fransiskan, hidup religius dan kerasulan.

5. Suster yunior adalah suster yunior angkatan 2002−2008 di Kongregasi FSE

Page 27: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini diuraikan enam hal, yaitu hakekat persepsi, Kongregasi

Fransiskanes Santa Elisabeth, pembinaan para suster yunior, pemimpin

komunitas, bimbingan pribadi, dan komunikasi antarpribadi.

A . Hakekat Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Proses didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1993: 53).

Menurut Harjana (2003: 42) persepsi adalah pandangan orang tentang kenyataan.

Persepsi merupakan proses yang kompleks dilakukan orang untuk memilih,

mengatur, dan memberi makna pada kenyataan yang dijumpai disekelilingnya.

Menurut Rakhmat (2005: 51) persepsi adalah pengalaman tentang obyek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu obyek, peristiwa atau

pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima

rangsangan atau stimulus sehingga diperoleh pengetahuan tentang lingkungan

sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor sehingga

organisme menjadi aktif (Walgito, 2004: 87).

Berdasarkan beberapa pengertian persepsi di atas, peneliti mengartikan

persepsi sebagai cara para suster yunior menangkap/ menafsirkan pesan dan

memaknai pesan yang diterima secara langsung dari pemimpin komunitas saat

Page 28: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

11

bimbingan pribadi dalam rangka proses memperkembangkan diri dalam lima

aspek pembinaan.

2. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi persepsi suster yunior

Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: (a) faktor perhatian

(Attention) (b) faktor fungsional, (c) faktor Struktural (Rakhamat, 2005: 52-59).

Beberapa faktor di atas akan dijelaskan berikuti ini:

a. Faktor perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli

menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian

mempengaruhi persepsi manusia dan stimuli itu diperhatikan karena mempunyai

sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerak, intensitas stimuli, kebaruan dan

perulangan. Dalam konteks bimbingan pribadi, suster yunior dengan pemimpin

komunitas dibutuhkan perhatian (indera/mata) agar pesan verbal dan non verbal

yang diterima menimbulkan persepsi tertentu.

b. Faktor fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-

hal lain yang termasuk faktor personal yang menentukan persepsi, bukan jenis

atau bentuk stimuli, tetapi karateristik orang yang memberikan respon pada

stimuli itu. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama:

persepsi bersifat selektif secara fungsional (Rahkmat, 2005: 56). Artinya obyek-

obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya obyek yang

memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Dalam konteks bimbingan

pribadi suster yunior dengan pemimpin komunitas mempunyai tujuan yaitu

Page 29: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

12

membantu suster yunior agar berkembang dalam panggilan. Persepsi bersifat

selektif artinya pesan yang diterima berdasarkan fungsional.

c. Faktor sturktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari stimuli fisik dan efek-

efek saraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Maksudnya kita

mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsikan secara keseluruhan dengan kata

lain jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta

yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk

memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, lingkungannya

dan dalam masalah yang dihadapinya. Dalam konteks bimbingan pribadi, suster

yunior dengan pemimpin komunitas tentu mempersepsikan secara keseluruhan

proses berlangsungnya bimbingan pribadi.

3. Syarat terjadinya persepsi

Beberapa syarat agar individu dapat menyadari dapat mengadakan

persepsi (Walgito, 1993: 54):

a. Obyek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar dan langsung mengenai alat indera

(reseptor), yang datangnya dari luar atau dapat datang dari dalam, yang langsung

mengenai syaraf penerima (sensoris). Stimulus yang diterima Secara psikologis

dapat mempengaruhi persepsi .

Page 30: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

13

Dalam konteks bimbingan pribadi, pertemuan antar suster yunior dengan

pemimpin komunitas adanya obyek pembicaraan. Dalam pertemuan bimbingan

pribadi suster yunior dengan pemimpin komunitas mempunyai tujuan untuk itu

obyek pembicaraan sangat berdampak pada suster yunior dan pemimpin

komunitas dalam rangka pembinaan.

b. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimuli, di samping

itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimuli yang di

terima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dalam

konteks bimbingan pribadi, suster yunior dan pemimpin komunitas perlu

memfungsikan alat indera (mata) dengan baik agar pesan yang secara tepat

dalam rangka membantu suster yunior berkembang dalam panggilan.

c. Menyadari atau mengadakan persepsi terhadap sesuatu dengan tepat diperlukan

adanya perhatian. Perhatian merupakan langkah pertama dalam mengadakan

persepsi. Dalam konteks bimbingan pribadi suster yunior dengan pemimpin

komunitas syarat utamanya terjadinya persepsi adalah adanya perhatian. Artinya,

dalam bimbingan pribadi suster yunior dengan pemimpin komunitas pentingnya

perhatian pada suatu obyek (pesan secara verbal maunpun non verbal) yang

dikirim maupun yang diterima agar suster yunior maupun pemimpin komunitas

dapat menangkap, menginterpertasikan serta memaknai pesan secara verbal

maupun non verbal dalam proses bimbingan pribadi. Dengan demikian suster

yunior maupun pemimpin komunitas dapat memberikan umpan balik secara

positif terhadap pesan yang diterimanya.

Page 31: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

14

B. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth

1. Gambaran Singkat tentang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth

(FSE)

a. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Belanda

Kongregasi FSE lahir di Belanda (Breda) pada tanggai 1 Agustus 1880.

Pendiri Kongregasi FSE yaitu Sr. M. Matilda Leenders. Ia lahir tahun1825 dengan

nama Wilhelmina Leenders. Ayahnya bernama Adrianus Leenders dan Ibunya

Gertrude Saes. Wilhelmina Leenders dibesarkan dalam keluarga yang baik dan

beriman. Sejak kecil, orangtuanya memperkenalkan hidup menggereja sehingga ia

tumbuh menjadi seorang yang beriman, pribadi yang berwatak kuat, bijaksana,

penuh kehati-hatian dan ramah, serta peka pada situasi lingkungan. Suster M.

Mathilda sebelumnya berasal dari Kongregasi Fransiskanes Alles Voor Alen

( Konstitusi, 2000: A).

Tahun 1880 di Negeri Belanda terjadi perang oleh karena itu banyak

orang mengalami kemiskinan dan penderitaan. Pada zaman itu, perhatian terhadap

orang sakit dan jompo kurang, sehingga banyak orang sakit dan jompo meninggal

tanpa mendapat pelayanan dan perawatan yang layak. Situasi ini menjadi

keprihatinan bagi pihak Gereja, terutama dari Mgr.Henricus van Beek Pr sebagai

Uskup Breda pada waktu itu, hatinya tergerak untuk ikut ambil bagian dalam

meringankan penderitaan mereka. Didorong oleh keprihatinan ini, ia mencari

tenaga yang bersedia untuk melayani orang sakit dari rumah ke rumah Biara. Ia

Page 32: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

15

tidak mengenal lelah mengetuk pintu biara-biara yang berkarya di bidang

kesehatan, antara lain Biara di Antwerpen dan menawarkan rencananya kepada

mereka tetapi gagal. Kemudian, Mgr. Henricus van Beek, Pr mengetuk Biara

Fransiskanes Alles Voor Allen (Mater Dei) dari Haagdijk.

Pada awalnya, Pemimpin Biara Mater Dei merasa berat menerima tawaran

dari Mgr. Henricus van Beek, Pr karena ada ketakutan, apakah cara hidup sebagai

peniten recolectin (pertobatan secara terus-menerus) dapat dipertahankan, apabila

para susternya hidup di luar Biara Mater Dei dengan situasi pelayanan yang

ditawarkan? Oleh karena itu Mgr.Henricus van Beek, Pr yang sudah mengenal

Sr.Mathilda sebagai seseorang yang memiliki pribadi yang kuat dan beriman

teguh mengatakan kepada Pimpinan Biara Mater Dei, bahwa Sr.Mathilda

Leenders memiliki kemampuan untuk melayani orang sakit dan terlantar karena

korban perang

Akhirnya tanggal 29 Juli 1880, Mgr Henricus van Beek Pr menerima Sr-

Mathilda Lennders dan Sr.Anna van Dun, yang bersedia membantu dengan

kerelaan sendiri seizin pemimpinnya. Dalam waktu singkat, Mgr Henricus van

Beek Pr mencari tempat tinggal sementara, yaitu sebuah rumah yang memiliki

beberapa kamar kecil dengan perabot yang sangat sederhana yang terletak di St.

Yanstraat milik Bruder dari Huybergen di belakang Gereja St. Antonius. Beberapa

lama kemudian, kedua suster ini dibantu oleh Sr. Bertha dan Sr.Juliana dari Biara

Fransiskanes Alles Voor Allen (Mater Dei). Namun setelah 9 (sembilan) bulan

mereka kembali lagi ke biara asal. Pelayanan dan cara hidup kedua suster ini

Page 33: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

16

sangat menarik perhatian gadis-gadis. Oleh karena itu dalam waktu yang singkat,

dua gadis yang sudah pernah bekerja di Rumah Sakit Harlem tertarik dan

bergabung dengan mereka, yakni Bertha dan Maria Berlage. Kedua calon ini

dititipkan sementara untuk dididik di Biara Mater Dei, kemudian mereka kembali

mengikuti Sr.Mathilda. Demikianlah dari hari ke hari semakin banyak gadis-gadis

bergabung dalam kelompok ini. Sr.Mathilda Leenders melihat perkembangan ini,

ia akhirnya meminta kepada Mgr.Henricus van Beek Pr supaya kelompoknya

dijadikan sebagai sebuah Kongregasi.

Pada tanggal 1 Agustus 1880, kelompok ini resmi menjadi sebuah

Kongregasi baru dengan nama: “Kongregasi Religieuze Penitenten Recolectinen

van Deheilige Franciscus van Asissi” dan Sr.Mathilda diangkat sebagai

Pemimpin Umum. Pedoman hidup Kongregasi baru ini memilih dan menghidupi

cara hidup Ordo III Regular Santo Fransiskus dari Asissi, yang sudah dihidupi

oleh Sr.Mathilda Leenders dan Sr.Anna van Dun dari Biara asal (Mater Dei).

Sesuai dengan pelayanan yang diperjuangkan dan dilaksanakan Para Suster FSE

selama ini, sejak awal, Kongregasi ini dipercayakan pada perlindungan “Santa

Elisabeth dari Hongaria”, karena Santa Elisabeth diteladani Gereja Katolik

sebagai pencinta orang-orang ”miskin dan menderita, khususnya orang-orang

sakit.”Semasa hidupnya, Santa Elisabeth sangat tertarik dengan kehidupan yang

sederhana dan menjadi pelayan bagi orang-orang miskin dan menderita. Santa

Elisabeth berpedoman pada Sabda Kristus yang mengatakan: ”Kamu hanya

mempunyai satu guru, yakni Kristus dan kalian semua bersaudara” (Mat 23: 8).

Kehidupan Fransiskus Asissi menjadi perhatian besar bagi dirinya, ia menjadi

Page 34: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

17

anggota pertama dari Ordo ke III Regular di Jerman. Dan sekarang, Kongregasi

baru ini disebut “Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE)” .

b. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia

Pada tahun 1922, Mgr Mathias Brans OFMCap menjabat sebagai

pemimpin misi di Sumatera Utara ingin mengembangkan pelayanan pastoral

sosial karitatif (kesehatan) di daerah misinya. Melalui Mgr. Petrus Hopmans,

OFMCap mengajukan permintaan kepada Pemimpin Umum Kongregasi FSE agar

membuka komunitas dan karya baru di Indonensia. Pada tahun 1924, Moedeer

Asisia sebagai Pemimpin Umum Kongregasi FSE di Belanda mengumumkan

bahwa sudah diputuskan akan dibuka misi baru FSE di negara Indonesia.

Pada tanggal 16 juli 1924, empat suster (Sr.Pia, Sr.Philothea, Sr.Gonzaga,

dan Sr. Antoninette) diutus ke Indonesia. Pada tanggal 29 September 1925, FSE

hadir di Indonesia, tepatnya di Medan (Sumatera utara). Setibanya di Medan,

mereka menempati sebuah rumah yang beralamat di 1de Wolf. Di rumah tersebut

selama empat bulan, mereka kemudian pindah ke Jl. Padang Bulan, yang sekarang

dikenal dengan Jl. S. Parman Kompleks SMA St. Thomas. Di rumah inilah,

mereka merawat orang-orang sakit, sekaligus menjadi Biara sementara.

Beberapa bulan kemudian mereka mendirikan sebuah asrama yang

bernama ”Internaat Assisia”. Asrama ini digunakan untuk menampung anak-anak

miskin dan terlantar. Kemudian, tanggal 11 Februari 1929, mereka mendirikan

rumah sakit di Jln. Imam bonjol No.38 Medan. Di tempat yang sama dibangun

juga rumah biara yang diresmikan pada tanggal 19 November 1929. Pada tanggal

Page 35: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

18

1 Februari 1934 dibangun sebuah rumah untuk menampung para penderita TBC,

sekaligus tempat mengasuh anak-anak (Santa Lidwina) di Berastagi.

Awalnya, karya kesehatan berjalan dengan baik, akan tetapi situasi politik

di Indonesia yang kurang menguntungkan pada saat itu (perang antarJepang

dengan Indonesia). Keadaan tersebut memaksa para suster menyerahkan rumah

sakit ke tangan tentara Jepang untuk menjadi markas tentara. Suster-suster

ditawan dan dimasukkan ke Kamp penjara. Akibat dari siksaan, tekanan, dan

kekejaman banyak suster yang meninggal dunia, di antaranya Sr- Philotea. Pada

tahun 1945 perang berakhir dan suster-suster dibebaskan. Mereka menyangka

bahwa setelah dibebaskan akan segera berkarya di rumah sakit, tetapi

kenyataannya lain. Suster-suster ditampung di suatu tempat bersama tawanan lain

untuk berlindung terhadap bahaya revolusi.

Kemudian, pada akhir tahun 1947, rumah suster dikembalikan kepada para

suster dan mereka mulai tinggal di sana. Rumah sakit mulai berjalan lebih lancar

dan tenaga-tenaga muda mulai berdatangan dari Belanda, walaupun mereka masih

bekerja di bawah pengawasan pemerintah Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1950 atas

kesepakatan Dr. T. Mansyur dengan Dinas Volksgezondheid secara resmi rumah

sakit Santa Elisabeth diserahkan kembali kepada Kongregasi FSE.

Para suster FSE mulai berkarya kembali, pada tahun 1950 dan 1951,

banyak gadis setempat mulai menggabungkan diri dalam Kongregasi FSE dan

menjalani pendidikan di Belanda. Kemudian calon bertambah, akhirnya

Kongregasi ini memutuskan untuk mendirikan Novisiat di Jl. Slamet Riyadi 10,

Page 36: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

19

Medan pada 19 November 1955. Kongregasi FSE, baik di Indonesia maupun di

Belanda mewarisi semangat dan motto dari Mgr. Henricus van Beek, Pr dan Sr.M.

Mathilda Leenders: “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku.”(Mt. 25:36). Jauh di

balik motto ini, tertuang suatu kekayaan karunia Allah. Karunia inilah yang

menjiwai dan menyemangati seluruh gerak hidup anggota Kongregasi FSE.

Semangat ini tersimpul dalam rumusan Kharisma Kongregasi Fransiskanes Santa

Elisabeth: “Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan orang-orang Kecil dan

menderita sampai rela mati di kayu salib. Nilai-nilai hidup yaitu kasih,

Penyembuhan, pengampunan.

Nilai-nilai hidup tersebut yang menjiwai para suster FSE dalam

pengabdian kepada Tuhan dalam karya-karya Kongregasi FSE baik di Indonesia

maupun di Belanda. Karya-karya Kongregasi FSE di Indonesia bergerak di

beberapa bidang pelayanan. Karya-karya Kongregasi tersebut misalnya: Rumah

Sakit, Asrama, Panti Asuhan, Panti kusta. Pendidikan formal (Play Group, TK,

SD, SMP, SMA, dan PT). Kongregasi FSE ada di lima Keuskupan, yaitu

Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Pangkal

Pinang, Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Atambua, dan Keuskupan

Agung Semarang.

Dilihat dari segi keanggotaan para suster FSE terdiri dari suster yunior,

medior dan senior. Semua anggota berjuang untuk menghidupi nilai-nilai yang

diwarisi oleh pendiri Kongregasi dan diwujudkan lewat hidup doa, persaudaraan

dan karya. Sebagai suster yang sudah medior dan senior sudah mantap dan

matang dalam menghayati hidup sebagai FSE. Akan tetapi, suster yunior dianggap

Page 37: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

20

sebagai generasi penerus Kongregasi mereka mempunyai cita-cita yang luhur

ingin menjadi FSE yang baik belumlah mantap maka perlu mendapatkan

pembinaan secara progresif agar semakin dewasa dan akhirnya menggabungkan

diri secara penuh dalam kongregasi FSE. Oleh karena itu demi kelangsungan

keanggotaan Kongregasi FSE dan karyanya, pihak Kongregasi menyediakan

sarana dan program untuk membina para suster yunior karena mereka inilah yang

kelak akan melanjutkan karya kongregasi.

Tujuan program pembinaan untuk para suster yunior adalah agar mereka

semakin dewasa dalam ke lima aspek pembinaan yaitu Kepribadian, Kharisma,

Hidup religius/doa dan Kaul, Fransiskan, dan Apostolik. Pembinaan di kongregasi

FSE ditempuh dengan berbagai bentuk Misalnya: melalui jenjang pendidikan

formal dengan memberikan kesempatan kepada para suster yunior studi secara

formal (kuliah, less) dan non formal (kursus, seminar, Ret-ret, weekend, refleksi,

latihan rohani, bimbingan). Dalam proses perkembangan panggilan sebelumnya,

suster yunior diwajibkan untuk mengikuti tahap-tahap pembinan dasar di

Kongregasi FSE. Tahap-tahap itu meliputi: masa postulant, masa novisiat, dan

masa yuniorat. Pembinaan masa postulant dan novisiat berlangsung di rumah

pembinaan. Dari ketiga tahap pembinaan tersebut, peneliti hanya memfokuskan

pada pembinaan masa yuniorat yang dilaksanakan melalui salah satu bentuk

pembinaan yaitu bimbingan pribadi dan akan diuraikan sebagai berikut:

Page 38: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

21

2. Pembinaan Para Suster Yunior Kongregasi FSE di Indonesia

Kongregasi FSE sungguh-sungguh menyadari bahwa setiap tarekat

melakukan pembinaan untuk semua anggota secara intensif dan kontinyu.

Pembinaan tersebut disempurnakan sesudah profesi pertama. Tujuan pembinaan

agar dapat anggota mampu menghayati khas tarekat secara lebih penuh dan

mampu melaksanakan perutusan mereka secara lebih tepat (Kan, 659).

Untuk itu para suster yunior dikenal dengan istilah masa profesi

sementara. Pada masa ini, suster yunior wajib menjalani masa pembinaan sebagai

lanjutan dari masa novisiat dan mereka tinggal di komunitas-komunitas.

Pendidikan dasar dalam Kongregasi FSE melalui tiga tahap, yaitu postulat,

novisiat, dan masa profesi sementara. Pada tahap-tahap ini diharapkan calon

semakin berkembang dan menjadi matang dalam kelima aspek pembinaan

sehingga akhirnya ia mampu hidup seturut Konstitusi, Statuta, dan Anggaran

Dasar Ordo ketiga Regular.

Beberapa metode pembinaan yang dilaksanakan oleh Kongregasi dalam

rangka membantu suster yunior agar berkembang dalam panggilan sebagai FSE

melalui lima aspek pembinaan: Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup

religius/kaul,doa, dan aspek apostolat/kerasulan (Statuta, 2000 pasal 4: 64.1) salah

satunya yaitu metode bimbingan pribadi. Dalam tulisan ini peneliti hanya mau

menyoroti metode bimbingan pribadi dan diharapkan metode ini dapat membantu

suster yunior agar semakin berkembang mencapai cita-citanya sebagai FSE yang

Page 39: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

22

baik. Untuk itu suster yunior diwajibkan menerima bimbingan dari tim pembina

secara intensif.

Tujuan bimbingan pribadi adalah membantu suster yunior agar yunior

mampu mengenal dirinya secara lebih baik dalam prosesnya mencapai cita-cita

menjadi suster FSE yang baik. Adapun Tim Pembina yang dimaksud: Pemimpin

komunitas, pemimpin karya dan pembimbing rohani. Di bawah ini akan diuraikan

aspek pembinaan yang ingin dikembangkan melalui proses bimbingan pribadi

suster yunior dengan pemimpin komunitas adalah sebagai berikut:

a. Aspek Kepribadian

Kepribadian yaitu semua yang melekat pada diri suster yunior (sifat, sikap,

watak,temparamen,perilaku,bakat) yang dapat mempengaruhi perkembangan

panggilan suster yunior sebagai suster FSE. Dalam konteks pembinaan aspek

kepribadian: pengenalan dirinya dengan segala kekuatan dan kelebihan, bakat-

bakat, sifat, watak, sikap, pengalaman hidup. Pembinaan pada aspek ini meliputi:

pengenalan diri, penerimaan diri, pemahaman diri, kepercayaan diri (Tim

Pembina, 2006: 13).

b. Aspek Kharisma

Kharisma adalah anugerah Allah dalam Roh kudus kepada seseorang demi

pengabdian kepada gereja/daya kehidupan yang datang dari Roh untuk

menghayati hidup dan membangun kerajaan Allah di Dunia (Tim Pembina, 2006).

Dalam konteks pembinaan, aspek kharisma yaitu semangat yang diwariskan oleh

Page 40: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

23

pendiri dan menggerakkan mereka untuk mendirikan kongregasi FSE kemudian

diwariskan kepada anggotanya. Adapun Kharisma Kongregasi FSE yaitu “Daya

Kasih Kristus yang menyembuhkan orang sakit dan menderita sampai rela wafat

disalib” Nilai-nilai yang ingin dibatinkan dalam Kharisma yaitu memiliki sikap

kerelaan berkorban dan menderita, memiliki semangat kasih yang

menyembuhkan, memiliki sikap rendah hati (Tim Pembina, 2000). Oleh karena

itu, penting suster yunior dibantu agar mampu mewujudkan Kharisma dalam

hidup sebagai FSE.

c. Aspek Fransiskan

Fransiskan berasal dari kata Fransiskus dari Asisi artinya para pengikut

semangat dan cara hidup yang khas bapa Santo Fransiskus Asisi yaitu hidup

dalam semangat Injil dengan mendengarkan Roh dan hidup di hadirat Allah

seperti bapa Fransiskus dari Asissi yang seluruh hidupnya menjadi doa,

pengosongan diri (bergantung pada Allah), gembira dalam persaudaraan, dan

pendamai. Dasar yang diimani oleh Fransiskus yaitu Allah adalah kasih. Maka ia

berusaha mewujudkan kasih itu secara nyata dengan mengganggap semua

saudara. Selain itu semangat doanya yang membuat hidupnya sungguh menjadi

doa (Syukur, 2007: 25). Adapun nilai-nilai yang mau dihayati yaitu: Kedinaan,

kerendahan hati, cinta Damai, kegembiraan sejati yang tercermin dalam kesaksian

hidup dengan semangat pengampunan, semangat persaudaraan, semangat

pertobatan secara terus menerus, keberpihakkan pada orang-orang kecil (AD Reg

III, 1997, pasal 1: 9-11).

Page 41: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

24

d. Aspek Hidup Religius

Hidup religius merupakan suatu pola hidup yang disucikan, atau

dibaktikan kepada Allah. Allah memanggil dan manusia menjawabnya, dengan

cara yang khusus yaitu memasuki salah satu cara hidup bakti. Hidup bakti

dibedakan dari status hidup yang lain dalam gereja karena adanya kaul kebiaraan

yang mewajibkan seorang religius untuk mentaati nasihat-nasihat Injili. Nasihat

injili yang dikenal dengan istilah Kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan

(Martino, 2003: 3).

Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injili adalah

bentuk kehidupan orang beriman dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas

dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling

dicintai, agar demi kehormatan bagiNya dan demi pembangunan gereja serta

keselamatan bagi dunia, mereka dilengkapi dengan alasan baru dan khusus,

mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pelayanan kerajaan Allah dan sebagai

tanda unggul Gereja mewartakan kemuliaan surgawi”(Kanon, 573.1).

Selain itu, dalam Perectae Caritatis, konsili Vatikan II dengan jelas

memberikan petunjuk mengenai profesi religius, yang berupa kemurnian,

kemisikinan dan ketaatan semuanya diarahkan demi kerajaan surga. Dalam

perfectae Caritatis no. 12 tentang kemurnian dikatakan sebagai berikut:

kemurnian demi kerajaan (Mat 19:12), yang diikrarkan oleh para religius.

Kemurnian merupakan istilah yang luas, lebih tepat yaitu hidup wadat atau hidup

tak menikah yang dipandang sebagai karunia Allah (LG.42 dan PC 14) dan

dijalankan demi kerajaan Allah yang dikenal dengan tanda eskatologis atau

Page 42: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

25

kebahagiaan hidup yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah

dalam hati tak terbagi dalam (Kanon, 599).

Kaul kemiskinan dengan mengikuti jejak Kristus yang miskin meskipun

kaya menjadi miskin demi kita, hidup dalam kenyataan dan dalam semangat hidup

kerja dalam kesederhanaan dan jauh dari kekayaan duniawi disamping itu

membawa serta ketergantungan dan pembatasan dalam hal penggunaan serta

penentuan harta-benda menurut peraturan hukum masing-masing tarekat (Kan.

600).

Dalam konteks hidup sebagai Fransiskan, hidup dalam kemiskinan berarti

semuanya hendaklah berusaha hidup mengikuti kerendahan hati dan kemiskinan

Tuhan kita Yesus Kristus: Dia sekali pun kaya melampaui segalanya, mau sendiri

memilih sendiri kemiskinan di dunia ini bersama Bunda-Nya, Perawan yang amat

terberkati Dia telah telah menghampakan diri-Nya sendiri. Hendaklah mereka

ingat bahwa dari segala barang dunia ini, tidak ada perlu kita miliki selain di

katakan Rasul: Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah itu untuk kita

waspadalah terhadap uang. Mereka juga harus bergembira, apabila mereka hidup

di tengah orang-orang kecil dan dipandang hina, miskin dan lemah, orang sakit

dan orang berkusta yang serta para pengemis di pinggir jalan (AD Reg III,1997

pasal 6: 21).

Kaul ketaatan yang dihayati dengan meneladani Kristius, yang

makananNya melaksanakan kehendak Bapa (bdk, Yoh 4:34). Memiliki kesadaran

penuh bahwa siap sedia melakukan kehendak Allah. Untuk hidup doa (semangat

Page 43: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

26

hidup doa, Ekaristi, ibadat harian, meditasi, devosi, bacaan rohani, dan latihan-

latihan rohani,).Jadi nilai-nilai kaul yaitu semangat menghayati kaul kemurnian

dengan hidup wadat tak menikah, kaul kemiskinan dengan semangat tidak terikat

hidup lepas bebas, kesederhanaan, dan kaul ketaatan dengan siap sedia melakukan

kehendak Bapa.

e. Aspek Apostolat (kerasulan)

Saudara–saudari hendaknya mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa dan

dengan segenap akal budi dan segenap kekuatan, serta mengasihi sesamanya

seperti dirinya sendiri. Hendaklah mereka meluhurkan Tuhan dalam segala

pekerjaan mereka, sebab itulah ia mengutus mereka keseluruh dunia, yakni untuk

menjadi saksi suara-Nya dengan perkataan dan perbuatan dan untuk

memberitahukan kepada semua orang, bahwa tak ada yang Mahakuasa selain Dia

(AD Reg III, 1997 pasal 9: 29−31).

Nilai hidup pada aspek ini adalah semangat merasul atau melayani sesuai

dengan Kharisma Kongregasi yang tampak dalam kata, perbuatan, sikap dalam

pelayanan (sikap damai, rela berkorban, murah hati, rendah hati). Pada aspek

kerasulan tersebut suster yunior dibantu agar melayani dengan baik melalui tugas

perutusan yang dipercayakan oleh Kongregasi. Selain hal tersebut di atas, untuk

membantu perkembangan para suster yunior secara menyeluruh, Pemimpin

Umum beserta Stafnya mempercayakan suster yunior kepada pemimpin

komunitas menjadi teman seperjalan dalam panggilan. Upaya pihak Kongregasi

Page 44: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

27

untuk membina para suster yunior melalui kegiatan bimbingan pribadi dengan

pemimpin komunitas. Berikut ini akan diuraikan tentang pemimpin komunitas.

3. Pemimpin Komunitas di Kongregasi FSE

a. Pengertian Pemimpin Komunitas

Pemimpin Komunitas adalah seseorang yang dipilih secara sah dan

mendapat kepercayaan oleh anggota persaudaraan FSE untuk melayani

persaudaraan dalam suatu komunitas (Konstitusi, 2000 Pasal 156). Ada lima tugas

pemimpin komunitas. Kelima tugas pemimpin komunitas itu adalah bertanggung

jawab membina kesatuan hati serta sikap saling percaya antar-anggota komunitas,

bertanggung jawab membimbing saudara yang dipercayakan kepadanya di

komunitas, bertanggung jawab menentukan waktu untuk bimbingan anggota

secara perorangan ataupun kelompok, bertanggung jawab melaksanakan

bimbingan pribadi dengan kaul sementara sekali 3 (tiga) bulan, bertanggung

jawab mendorong dan mengingatkan suster berkaul sementara dalam pelaksanaan

bimbingan pribadi, maupun pembinaan-pembinaan yang diprogramkan oleh

Kongregasi FSE (Statuta 2000, psl 64:1).

b. Peran Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan Pribadi

Dari beberapa tugas dan tanggung jawab pemimpin komunitas di atas,

peneliti memfokuskan pada peranan pemimpin komunitas melakukan bimbingan

pribadi dengan suster yunior. Dalam bimbingan pribadi terjadi dialog yang

mendalam antarpemimpin komunitas dengan suster yunior. Komunikasi yang

Page 45: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

28

mendalam artinya relasi timbal balik antarpemimpin komunitas dengan suster

yunior dalam rangka membantu suster yunior agar berkembangan dalam

panggilan melalui kelima aspek pembinaan. Agar tujuan bimbingan pribadi

tercapai, pemimpin komunitas harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang

yang dibimbingnya.

Kegiatan bimbingan pribadi bagi suster yunior bertujuan untuk membantu

para suster yunior agar berkembang dalam panggilannya sebagai religius melalui

kelima aspek pembinaan tersebut. Kedewasaan para suster yunior dalam kelima

aspek pembinaan tersebut memampukan mereka mengenal diri secara lebih baik.

Sehingga suster yunior dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan yang

tepat secara bertanggungjawab untuk bergabung secara penuh atau tidak dalam

Kongregasi.

Pembinaan dasar melalui bimbingan pribadi bagi suster yunior di

Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth merupakan saat istimewa. Artinya,

pemimpin komunitas dan persaudaraan memberikan pendampingan yang khusus

secara kontinyu kepada para suster yunior agar mampu berproses untuk mengikuti

Kristus menurut semangat Santo Fransiskus dari Asissi, Santa Elisabeth dan

tradisi tarekat. Masa pembinaan suster yunior disempurnakan sehingga seorang

suster yunior semakin mampu menghayati cara hidup khas Kongregasi FSE dan

melaksanakan perutusan secara lebih baik sambil mempersiapkan diri untuk Kaul

Kekal. Dalam rangka membantu proses perkembangan para suster yunior dalam

lima aspek pembinaan, pihak Kongregasi mewajibkan suster yunior mengikuti

bimbingan pribadi dengan pemimpin komunitas minimal satu kali dalam tiga

Page 46: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

29

bulan. Adapun pengertian dan tujuan bimbingan pribadi akan diuraikan lebih

lanjut dibagian berikut ini.

4. Bimbingan Pribadi di Kongregasi FSE

Di Kongregasi FSE Indonesia suster yunior menerima bimbingan pribadi

dari pemimpin komunitas dalam rangka pembinaan. Pemimpin komunitas

memberikan bimbingan pribadi kepada suster yunior sebanyak sekali dalam tiga

bulan. Tujuan bimbingan pribadi yaitu membantu suster yunior agar semakin

berkembang dalam kelima aspek kehidupan sebagai FSE, yaitu: Kepribadian,

Kharisma, Fransiskan, Hidup religius, dan Kerasulan. Untuk itu, berikut ini akan

dipaparkan tentang bimbingan pribadi

a. Pengertian Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi adalah pendampingan secara individual yang

dilakasanakan oleh pemimpin komunitas dengan suster yunior yang

dibimbinganya minimal satu kali dalam tiga bulan dalam rangka pembinaan

dalam aspek-aspek pembinaan (Statuta pasal 4:64.1).

Bimbingan adalah proses membantu seseorang agar memahami dirinya

sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel, 1997: 66). Bimbingan adalah suatu

usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi

tentang dirinya sendiri agar mereka dapat menentukan pilihan dan menetapkan

tujuan secara tepat serta menyusun rencana realistis. Selain itu, bimbingan pribadi

berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi

berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, mengatur dirinya, menyesuaikan

Page 47: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

30

dirinya dengan lingkungan dan sesamanya (Winkel, 1997: 142).

Bertolak dari gagasan tersebut, peneliti menyimpulkan bimbingan pribadi

adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar ia semakin mengenal dirinya

baik itu kelemahan maupun kekuatan dirinya, memahami dirinya dan

lingkungannya, dengan demikian ia mampu mempergunakan sebaik mungkin

potensi diri untuk memperkembangkan dirinya dan mengatasi berbagai

pergumulan dalam batinnya dengan demikian ia mmpu mengatur dirinya dan

memperkembangkan diri secara efektif dan optimal.

Menurut Kongregasi FSE (Konstitusi, 2000: pasal 64.4) bimbingan pribadi

adalah dialog/wawancara suster yunior dengan pemimpin komunitas yang

dilakukan tiga bulan satu kali. Isi dari pembicaraan, yaitu suster yunior

mengungkapkan kepada pemimpin komunitas proses perkembangan ataupun

hambatan dalam panggilan yang dialaminya dalam bentuk refleksi (Statuta, 2000;

pasal 4: 64.3).

b. Tujuan Bimbingan Pribadi di Kongregasi FSE

Bimbingan pribadi di Kongregasi FSE bertujuan membantu para suster

yunior agar mereka semakin berkembang dalam kelima aspek pembinaan.

Pemimpin komunitas berperan membantu para suster yunior untuk bertumbuh dan

berkembang dalam hidup panggilannya sesuai dengan semangat Santo Fransikus

Asissi dan Santa Elisabeth yaitu hidup dalam pertobatan secara terus-menerus

yang merupakan sumber kegembiraan untuk saling berbagi, menerima,

menghargai demi mencapai kepenuhan hidup dalam Kristus.

Page 48: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

31

Bimbingan pribadi bagi suster yunior menjadi sarana yang efektif untuk

berkomunikasi dengan pemimpin komunitas dan pengungkapan diri mengenai

pengalaman suka duka dalam menghayati kharisma, hidup persaudaraan/

fransiskan, ketiga Kaul, hidup doa, dan kerasulan. Dengan kata lain, dalam

bimbingan pribadi suster yunior mengungkapkan secara jujur dan terbuka

pengalaman suka dan dukanya dalam menghayati panggilan sebagai religius

sesuai dengan kekhasan Kongregasi.

Kongregasi memberikan kepercayaan kepada pemimpin komunitas untuk

membina para suster yunior agar mereka menghayati kekhasan Kongregasi dalam

hidup bersama dan karya kerasulan. Pemimpin komunitas membantu para suster

yunior untuk menghayati Spritiualitas Kongregasi: hidup dalam kegembiraan dan

semangat melayani orang kecil dan menderita. Hal ini diharapkan nampak dalam

kesaksian hidup mereka dalam persaudaraan, dan karya. Untuk mengetahui proses

perkembangan pada diri suster yunior dalam panggilannya, diadakanlah

wawancara khusus secara intensif antara suster yunior dan pemimpin komunitas

setiap tiga bulan satu kali. Agar tujuan kegiatan bimbingan pribadi dapat berjalan

dengan baik pemimpin komunitas perlu mampu mengoptimalkan komunikasi

antarpribadi.

Page 49: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

32

C. Komunikasi Antarpribadi Pemimpin Komunitas dengan Suster Yunior di

Kongregasi FSE dalam Konteks Bimbingan Pribadi.

Komunikasi antarpribadi merupakan sarana yang efektif bagi para suster

FSE khususnya antara suster yunior FSE dengan pemimpin komunitas untuk

membangun relasi yang saling mendukung dalam panggilan. Berikut ini akan

dijelaskan yang dimaksud pengertian dan unsur-unsur komunikasi antarpribadi

dalam konteks pembinaan di- kongregasi FSE.

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Supratiknya, (1995) komunikasi antarpribadi adalah dialog antar

dua pribadi yang memiliki relasi dekat. Dalam konteks bimbingan pribadi,

komunikasi antarpribadi adalah dialog antar suster yunior dengan pemimpin

komunitas yang dilakukan secara intensif sekali tiga bulan.

2. Unsur-unsur Komunikasi Antapribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan sarana yang efektif untuk menjalin

relasi yang akrab dan saling memperkembangkan diri. Untuk mencapai

komunikasi yang efektif dalam pembinaan para suster yunior FSE, suster yunior

dan pemimpin komunitas perlu mengoptimalkan lima unsur komunikasi

antarpribadi. Menurut Supratiknya (1995) unsur-unsur komunikasi antarpribadi

adalah sebagai berikut:

Unsur-unsur penting dalam komunikasi antarpribadi meliputi: (1) unsur

pembukaan diri, (2) unsur saling membangun kepercayaan, (3) saling

mendengarkan sambil memahami, (4) saling mengungkapkan perasaan secara

Page 50: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

33

verbal dan non verbal (5) saling menerima dan mendukung. Berikut ini peneliti

akan menguraikan kelima unsur tersebut dan sekaligus mengkaitkannya dengan

komunikasi antar suster dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi.

a. Unsur Pembukaan Diri (self-disclosure)

Pembukaan diri (self-disclosure) artinya pengungkapan reaksi atau

tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan

informasi tentang masa lalu yang relevan atau memahami tanggapan kita di masa

kini. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadian-

kejadian yang baru saja disaksikan bersama (Supratiknya, 1995:14).

Membuka diri di sini mengandung dua sisi yang berlangsung serentak atau

menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar pengirim pesan dan penerima

pesan. Membuka diri berarti bersikap realistik. Karena itu perlulah bersikap jujur,

tulus dan otentik (Supratiknya,1995: 14–16). Selain itu membuka diri merupakan

langkah pertama ke arah pemahaman diri dan pembuatan keputusan. Artinya

seseorang itu berniat untuk mengubah perilaku yang menghambat ke perilaku

lebih efektif. Semakin banyak informasi diketahui mengenai diri kita dan orang

lain sebagai lawan bicara, komunikasi kita semakin jelas. Dengan demikian

semakin orang membuka diri, semakin berkurang daerah tersembunyi dan daerah

butanya (Supratiknya, 1995:17). Dengan mengurangi daerah tersembunyi, kita

semakin mengenali diri kita dan mempunyai kesempatan untuk memperbaiki

perilaku kita, misalnya perilaku yang kurang mendukung panggilan ke arah yang

Page 51: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

34

lebih baik dan juga membuat kita semakin sehat secara psikologis. Membuka diri

juga berarti terbuka terhadap aneka umpan balik dari orang lain yang dapat

membantu meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat kita sadar akan

aspek-aspek diri serta konsekuensi perilaku kita yang tidak pernah kita sadari

sebelumnya (Supratiknya, 1995: 20).

Dalam pembinaan melalui bimbingan pribadi diharapkan pemimpin

komunitas dan suster yunior memiliki sikap terbuka, jujur dan realistis. Sikap-

sikap ini memberi peluang bagi pemimpin komunitas dan suster yunior untuk

saling memperkembangkan panggilan dalam kelima aspek pembinaan. Misalnya:

suster yunior secara jujur dan tulus mengungkapkan kepada pemimpin komunitas

tentang kesulitannya untuk bangun pagi sehingga ia kerap kali terlambat untuk

doa bersama.

b. Unsur Saling Membangun Kepercayaan

Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai.

Saling percaya dibangun lewat resiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat

resiko dan penolakan. Adapun langkah-langkah dalam membangun kepercayaan

yaitu: pertama pribadi A mengambil resiko dengan megungkapkan

pikiran,perasaan, dan reaksinya terhadap situasi kepada B. Kedua, pribadi B

menanggapi pikiran, perasaan, dan reaksinya terhadap situasi A.Unsur saling

membangun kepercayaan artinya pribadi B menunjukkan penerimaan, dukungan,

dan kerja sama kepada pribadi A. Sedangkan pribadi A menanggapinya dengan

mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi terhadap situasi kepada pribadi B

Page 52: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

35

(Supratiknya, 1995: 27). Jadi, mempercayai artinya: Pribadi A rela menghadapi

resiko, menerima akibat menguntungkan atau merugikan dengan menjadikan diri

rentan di hadapan orang lain. Tepatnya mempercayai meliputi: membuka diri dan

rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain. Sedangkan

dipercaya berarti pribadi B rela menanggapi orang lain yang ambil resiko dengan

cara menunjukkan jaminan bahwa orang lain tersebut akan menerima akibat-

akibat yang menguntungkan (Supratiknya, 1995: 28).

Dalam konteks bimbingan pribadi, diharapkan pemimpin komunitas

membantu suster yunior memiliki sikap mempercayai pemimpin komunitas dan

sebaliknya pemimpin komunitas memiliki sikap dapat dipercayai oleh suster

yunior sehingga memperlancarkan komunikasi antarpribadi dan besar

kemungkinan komunikasi dapat mencapai tujuan. Dengan demikian pemimpin

komunitas membantu suster yunior agar berkembang dalam panggilan sebagai

suster FSE melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian, Kharisma, Fransiskan,

Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya: suster yunior secara jujur menceritakan

kepada pemimpin komunitasnya tentang kesulitannya dalam berelasi dengan

lawan jenis, sebaliknya pemimpin komunitas menanggapi secara tepat dengan

menunjukkan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran suster yunior. Suster

yunior siap menanggung resiko atas keterbukaannya terhadap pemimpin

komunitas.

Page 53: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

36

c. Unsur Saling Mendengarkan Sambil Memahami

Unsur saling mendengarkan sambil memahami artinya pihak pengirim

pesan dan penerima pesan mengembangkan pemahaman empatik yaitu

mendengarkan dengan penuh perhatian pada yang diungkapkan orang lain serta

memahaminya dari sudut pandang pengirim pesan. Artinya sebelum

mengutarakan sesuatu seseorang harus memperhatikan sudut pandang lawan

komunikasi, apa yang diketahui oleh lawan komunikasinya tentang hal yang akan

kita ungkapkan, informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh

lawan komunikasi kita tentang hal yang ia utarakan serta menerima pesan secara

tepat (Supratiknya, 1995: 43, 46-47).

Dalam konteks bimbingan pribadi diharapkan pemimpin komunitas

memiliki sikap empati (mendengarkan dengan penuh perhatian). Dengan sikap

tersebut menjadi peluang yang besar bagi pemimpin komunitas dapat membantu

suster yunior berkembang dalam panggilannya melalui kelima aspek pembinaan

(Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya:

pemimpin komunitas mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika suster

yunior menceritakan pergulatannya dalam hidup studinya.

d. Unsur Saling mengungkapkan Perasaan secara Verbal dan non Verbal.

Unsur mengungkapkan perasaan ada dua macam yaitu kemampuan

mengungkapkan perasaan secara verbal dan secara nonverbal. Kemampuan

mengungkapkan perasaan secara verbal artinya mengungkapkan perasaan dengan

menggunakan kata-kata baik secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita

Page 54: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

37

alami maupun tidak. Sedangkan secara non verbal adalah mengungkapkan

perasaan dengan menggunakan bahasa isyarat selain kata-kata, misalnya: sorot

mata, raut muka, nada suara, senyuman, kepalan tangan, menunduk, menggeleng

kepala, mengangguk, menepuk bahu (Supratiknya1995: 63)

Dalam konteks bimbingan pribadi, pemimpin komunitas dan suster yunior

diharapkan memiliki sikap saling mampu mengungkapkan perasaan secara verbal

dan non verbal. Kemampuan saling mengungkapkan perasaan ini menjadi peluang

bagi pemimpin komunitas untuk membantu suster yunior agar semakin

berkembang dalam panggilan melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian,

Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya: suster yunior

mengeluh kepada pemimpin komunitas tentang kesulitannya dalam bekerja sama

dengan susternya di tempat kerja. Sebaliknya pemimpin komunitas memandang

suster yunior dengan penuh iba sambil menepuk bahunya sehingga suster yunior

merasa dimengerti oleh pemimpin komunitasnya dan merasa diteguhkan.

e. Unsur Saling Menerima dan Mendukung

Unsur saling menerima dan mendukung menjadi hal yang penting dalam

berkomunikasi agar menjadi efektif. Sikap menerima dan mendukung mendapat

peluang untuk menolong orang sebagai lawan berbicara sehingga ia mampu

melihat kesempatan yang baik untuk berkembang dan menyusun strategi yang

tepat untuk menyelesaikan masalahnya. Sikap menerima dan mendukung menjadi

ciri khas seorang konselor yang berperan sebagai penolong (Supratiknya, 1995:

70–72).

Page 55: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

38

Dalam konteks bimbingan pribadi diharapkan pemimpin komunitas

memiliki sikap mau menerima dan mendukung suster yunior. Sikap menerima dan

mendukung menjadi peluang bagi pemimpin komunitas membantu suster yunior

agar semakin berkembang dalam panggilannya melalui kelima aspek pembinaan

(Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya:

ketika suster yunior menceritakan kepada pemimpin komunitas bahwa ia sangat

senang melayani orang-orang kecil dan menderita (misalnya: panti asuhan, orang

kusta, orang sakit) akan tetapi ia merasa cita-citanya belum terkabul karena justru

ia mendapat tugas di tempat yang lain, maka pemimpin komunitas menerima dan

mendukung yang menjadi dambaannya akan tetapi, pemimpin komunitas juga

memberikan bantuan kepada suster yunior agar mampu melihat bahwa dimana

saja dan tugas apa saja yang dikerjakan merupakan semata pengabdian kepada

Allah.

D. Integrasi Kelima Unsur Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan

Pribadi dalam konteks hidup berkomunitas

Dalam membangun hidup berkomunitas, komunikasi merupakan sarana

utama yang membuat segenap anggota dapat saling mengenal, menghargai,

mendukung dan menerima antara satu dengan yang lainnya dalam panggilan.

Maka sangat penting anggota mampu berkomunikasi secara baik sehingga

terciptalah relasi yang saling memperkembangkan dalam panggilan.

Menurut peneliti kelima unsur komunikasi antarpribadi (pembukaan diri,

saling membangun kepercayaan, saling mendengarkan, saling mengungkapkan

Page 56: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

39

perasaan, saling menerima dan mendukung) merupakan satu kesatuan atau harus

integral dalam membangun relasi melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi

antarpribadi menjadi lancar dan efektif, apabila antar suster yunior dengan

pemimpin komunitas mengoptimalkan kelima unsur komunikasi antarpribadi

dalam bimbingan pribadi. Dari kelima unsur komunikasi antapribadi tersebut

sama pentingnya. Akan tetapi, unsur komunikasi antarpribadi yang menjadi

sangat penting dan menjadi penghubung unsur komunikasi yang satu dengan

unsur komunikasi lainnya yaitu unsur saling membangun kepercayaan (sikap

mempercayai dan dipercayai).

Unsur saling membangun kepercayaan menjadi kunci utama

memperlancar komunikasi antarpribadi. Dengan ada unsur kepercayaan

memampukan mitra komunikasi siap menanggung resiko atau menerima baik

ataupun buruk umpanbalik yang diterimanya dari sipengirim pesan. Unsur

kepercayaan membantu seseorang agar mampu mendengarkan dengan sungguh-

sungguh respons dari pihak lawan bicara. Selain itu, unsur kepercayaan membantu

seseorang berani secara jujur mengungkapkan perasaaannya secara verbal dan non

verbal kepada lawan bicaranya tanpa ada rasa takut, malu dan khawatir. Dengan

adanya unsur kepercayaan seseorang mampu melihat dan menerima yang di

sampaikan oleh mitra komunikasi merupakan suatu dukungan. Dengan sikap

saling mempercayai dan dipercayai menjadi lahan subur bagi mitra komunikasi

(pengirim pesan dan penerima pesan) membangun relasi yang dekat atau akrab

dan saling memperkembangkan diri.

Page 57: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

40

Dalam konteks bimbingan pribadi suster yunior dengan pemimpin

komunitas diharapkan suster yunior dan pemimpin komunitas mengoptimalkan

kelima unsur komunikasi agar tercapai tujuan dalam memperkembangkan lima

aspek pembinaan secara intergral.

Page 58: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metodologi penelitian, yaitu: (1) Jenis Penelitian,

(2) Subyek Penelitian, (3) Instrumen Pengumpulan Data, (4) Pengumpulan Data

dan (5) Teknis Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang dirancang dan

dikategorikan sebagai penelitian survei. Penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan

(Furhan, 1982: 415). Menurut Surakhmad (1994: 139), penelitian deskriptif

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Menurut Faisal

(1982: 121) penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa

yang ada, yaitu tentang kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang

tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau

kecenderungan yang tengah berkembang. Tujuan penelitian ini adalah melukiskan

persepsi Para Suster Yunior Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Angkatan

2002–2008 tentang komunikasi antarpribadi antara pemimpin komunitas dengan

mereka dalam Bimbingan Pribadi.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian populasi kerena semua anggota populasi

menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah suster yunior kongregasi

Fransiskanes Santa Elisabeth angkatan 2002–2008. Alasan peneliti memilih suster

Page 59: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

42

yunior sebagai subjek penelitian adalah: (1) peneliti ingin mengadakan penelitian

dalam bidang yang berkaitan dengan kehidupan langsung di Kongregasi. (2) hasil

penelitian dapat ditindak lanjuti karena peneliti adalah anggota kongregasi

tersebut. Karena diharapkan dengan mengikuti program bimbingan pribadi, suster

yunior semakin berkembang dalam lima aspek pembinaan di Kongregasi FSE.

Secara keseluruhan, mereka berjumlah 33. Subjek penelitian ini adalah para suster

yunior FSE yang tersebar pada berbagai wilayah/kota-kota di Indonesia seperti

disajikan dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Sebaran Subjek Penelitian Suster Yunior Angkatan 2002-2008

Kongregasi FSE

No Wilayah/Kota Komunitas Jumlah Subjek

1 Medan St. Elisabeth 6

2 Medan St. Yosef 6

3 Medan St. Ana 6

4 Medan St. Agustinus 5

5 Medan Bethania 1

6 Jakarta St. Paskalis 2

7 Yogyakarta St.Y.Don Bosco 7

Total 33

Page 60: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

43

C. Instrumen Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner Persepsi

Para Suster Yunior Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Angkatan 2002–

2008 tentang komuikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas

dalam bimbingan pribadi. Kuesioner ini disusun berdasarkan masalah penelitian,

variabel penelitian, dan isi kajian teoritis. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian,

yaitu bagian yang pertama berisi identitas, bagian yang kedua berisi petunjuk dan

bagian yang ketiga berisi 50 pernyataan tentang Persepsi Para Suster Yunior

Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Angkatan 2002–2008 tentang

Komunikasi Antarpribadi Antara mereka dengan Pemimpin Komunitas dalam

Bimbingan Pribadi.

Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada unsur-unsur

komunikasi antarpribadi (Supratiknya, 1995) dalam rangka proses pengembangan

kelima aspek pembinaan suster yunior Kongregasi FSE (Statuta, 2000 Pasal 4:

64.1) melalui bimbingan pribadi, yaitu: a) unsur pembukaan diri, b) unsur saling

membangun kepercayaan, c) unsur saling mendengarkan sambil memahami, d)

unsur saling mengungkapkan perasaan secara verbal dan non verbal, e) unsur

saling menerima dan saling mendukung. Dalam kuesioner, ada pernyataan

favorable (positif) yaitu pernyataan yang isinya mengenai hal yang ideal

diinginkan dan unfavorable (negatif) yaitu pernyataan yang isinya mengenai hal

tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Page 61: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

44

Kuesioner dikonstruk dalam bentuk skala penilaian dengan empat opsi/

alternatif jawaban, yaitu sangat sering (SS), sering (S), jarang (J), dan sangat

jarang (SJ). Responden diminta memilih salah satu dari alternatif jawaban skala

responsi tersebut sesuai dengan pengalamannya sendiri. Terdapat 50 butir

pernyataan dalam kuesioner ini. Kuesioner yang final dapat diperiksa pada

lampiran. 1. Kisi-kisi kuesioner disajikan dalam table 2.

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Para Suster Yunior Kongregasi FSE

Angkatan 2002-2008 tentang Komunikasi Antarpribadi Antara Mereka dengan

Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan Pribadi.

Unsur Komunikasi Antarpribadi

Indikator Favorable(+) Unfavorable(–)

Jumlah

1. Pembukaan diri a) Terbuka 1,2,5,7 8

10 b) Jujur 3,6 4

c) Realistis 9 10

2. Membangun

Kepercayaan a) Mempercayai 11,12,13,14,15,

16,17

18 10

b) Dipercayai 19,20

3. Mendengarkan

Sambil memahami

a) Empati 21,23,24,25,26,27,28,29

22 10

b) Memahami 30

4. Mengungkapkan

perasaan secara verbal

dan non verbal

a) Kata-kata 31,33,36,37,38 40 10

b) Bahasa isyarat 34,35,39 32

5. Menerima dan Saling

mendukung a) Menerima 41,43 42,48 10

c) Mendukung 46,47,49,50 44,45

Total 38 12 50

Page 62: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

45

2. Skoring

Pernyataan berisi hal-hal yang terjadi komunikasi antarpribadi para suster

yunior angkatan 2002–2008 dengan pemimpin komunitas Kongregasi FSE dalam

bimbingan pribadi. Ada empat pilihan jawaban yaitu sangat sering, sering, jarang

dan sangat jarang. Untuk pernyataan favorable diberi skor sebagai berikut: sangat

sering = 4, sering = 3, jarang = 2, dan sangat jarang = 1. Sedangkan untuk

pernyataan unfavorable diberi skor sebagai berikut: sangat sering = 1, sering = 2,

jarang = 3, dan sangat jarang = 4.

3. Kategori Komunikasi Antarpribadi Para Suster Yunior dengan Pemimpin

Komunitas dalam Bimbingan Pribadi

Ada tiga kategori komunikasi antarpribadi para suster yunior Kongregasi

FSE angkatan 2002–2008 dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi,

yaitu rendah (kurang baik), sedang (cukup baik), dan tinggi (baik). Penentuan

kategori ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam komunikasi antarpribadi

antara suster yunior dengan pemimpin komunitas diharapkan terjadi komunikasi

yang baik (sering), tetapi dapat terjadi sebaliknya komunikasi antarpribadi

keduanya yang kurang baik dan kurang mendukung (jarang). Hal ini dapat

menyebabkan komunikasi menjadi kurang baik sehingga tujuan dalam bimbingan

pribadi menjadi tidak tercapai. Dengan kata lain semakin besar skor semakin baik

komunikasi antarpribadinya.

Sementara itu, dimungkinkan terjadi terdapat banyak suster yunior yang

berpersepsi cukup (sedang-sedang saja) dalam berkomunikasi dengan pimpinan.

Golongan tengah ini, bagaimanapun juga masih menyimpan potensi

Page 63: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

46

gangguan/hambatan dalam komunikasi tersebut yang menyebabkan tidak dapat

berlangsung secara optimal (puncak). Di samping itu, secara teknis subjek

penelitian ini tergolong kecil jumlahnya, sehingga jika kategorisasi lebih dari tiga

golongan dipandang tidak efektif.

4. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

a. Validitas kuesioner

Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 1982: 281). Validitas suatu

alat selalu bergantung kepada situasi dan tujuan khusus penggunaan alat yang

bersangkutan (Furchan, 1982: 282). Validitas kuesioner ini merupakan validitas

internal yang meliputi validitas isi dan konstruk (Burhan Nurgiyantoro, Gunawan,

& Marzuki, 2000; Sugiyono 2008) yang mencerminkan telaah rasional mengenai

kesesuaian muatan/isi instrumen dengan materi yang seharusnya akan diukur

(terjabarkan dalam blue print/kisi-kisi) dan logical construct (Djemari Mardapi,

2008). Dalam pelaksanaannya peneliti meminta pendapat dan mengkonsultasikan

kuesioner ini kepada dosen pembimbing untuk memeriksa setiap butir item

pernyataan kuesioner supaya setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan

rumusan masalah, definisi istilah variabel, dan validitas isi.

Validasi (logical costruct validity) oleh ekspert, sebagai teknik uji/cara

utama dalam mengevaluasi instrument dengan mengkonsultasikannya kepada ahli

bahasa Indonesia, Psikologi dan tim Pembina di Kongregasi FSE dilanjutkan

dengan uji empirik dengan metode statistik tertentu (Burhan Nurgiyantoro,

Gunawan, & Marzuki, 2000; Sugiyono, 2008). Lebih lanjut, Burhan

Page 64: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

47

Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki (2000: 299) menegaskan bahwa analisis

rasional dalam uji validitas jauh lebih penting daripada analisis empirik. Setiap

instrumen penelitian haruslah memenuhi persyaratan validitas isi dan konstruk

(internal-rational validity), tetapi tidak ada tuntutan keharusan untuk memenuhi

validitas empirik, namun jika kita bermaksud melengkapinya dengan salah satu

jenis validitas empirik, tentu hal itu baik-baik saja.

b. Reliabilitas Kuesioner

Masidjo (1995: 209) mengatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur adalah

taraf sampai di mana suatu alat mampu menunjukkan konsistensi hasil

pengugkuran. Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajekan alat

tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya”(Furchan, 1982). Derajat

keajegan ditunjuk oleh koefisien realibilitas. Reliabilitas ditentukan oleh keadaan

sampel dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran

dan diharapkan memberikan hasil yang dipercaya. Reliabilitas (konsistensi

internal) instrumen penelitian ini diuji dengan teknik Alpha Cronbach. Teknik ini

dipilih karena cocok dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang

memuat pertanyaan/pernyataan yang jawabannya berskala (Burhan Nurgiyantoro,

Gunawan, & Marzuki, 2000:309). Hasil komputasi indeks reliabilitas Alpha

instrumen penelitian ini dengan aplikasi program SPSS 12.0 ditunjukkan oleh

rekam hasil hitung sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,884 50

Page 65: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

48

Indeks reliabilitas sebesar itu, jika dikonsultasikan pada kriteria Guilford

(Masidjo, 1995: 209) berikut ini:

Koefisien Korelasi Kualifikasi

± 0,91 - ±1,00 ±0,71 - ±0,90 ±0,41 - ±0,70 ±0,20 - ±0,40 0,00 - ±0,20

Negatif - ±0,20

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Tidak ada Sangat Rendah

maka dapat disimpulkan bahwa derajat reliabilitas kuesioner ini tergolong tinggi.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah disusun dipergunakan untuk mengumpulkan data

penelitian. Penelitian dilaksanakan 3 kali yaitu: Di Medan, pada tanggal 10-11

Januari 2009 bagi sr yunior: di Komunitas St Elisabeth (6 orang suster),

komunitas St. Yosef (6 orang suster), komunitas Bethania (1 orang suster),

komunitas St Agustinus (5 orang suster), dan komunitas St Ana (6 orang suster).

Di Yogyakarta, tgl 15 Januari 2009 di komunitas St Y.Don Bosco berjumlah 7

orang suster. Di Jakarta, tgl 26-27 di komunitas St. Paskalis berjumlah 2 orang

suster yunior.

1. Langkah persiapan pengumpulan data:

a. Meminta ijin kepada Ketua Tim Pembina suster yunior FSE

b. Meminta surat pengantar penelitian dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

Page 66: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

49

c. Menyerahkan surat pengantar penelitian dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling kepada Ketua Tim Pembina suster yunior.

d. Melakukan koordinasi dengan Ketua Tim Pembina suster yunior dan pemimpin

komunitas.

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Datang ke komunitas sesuai jadwal yang telah ditentukan.

b. Membagikan kuesioner dan menjelaskan tujuan pengisian Kuesioner

”Deskripsi Persepsi Para Suster Yunior FSE Angkatan 2002-2008 tentang

Komunikasi Antarpribadi antara Mereka dengan Pemimpin Komunitas dalam

Bimbingan Pribadi.”

c. Mempersilahkan suster yunior mengisi kuesioner secara pribadi, bebas dan

tertutup.

d. Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh suster yunior

E. Teknik Analisis Data

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab I, bahwa tujuan dan manfaat

penelitian ini lebih berorientasi pada kepentingan perbaikan komunikasi

antarpribadi antara pemimpin dengan para suster yunior FSE dalam interaksi

bimbingan pribadi (bersifat penilaian formatif), maka dalam penelitian ini,

pendekatan analisis data berdasarkan acuan kriteria dipandang sebagai pilihan

yang lebih tepat dibanding analisis berdasarkan acuan norma. Untuk maksud

tersebut, data penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan teknik perhitungan

Page 67: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

50

mean dan perhitungan persentase berdasarkan data teoritis (pendekatan analisis

data berdasarkan acuan kriteria) (Sudijono, 1996:35; Sugiyono, 2008:137;

Djemari Mardapi, 2008: 140-143; Azwar, 2006:105−119).

Analisis data dimulai dari prosedur penyekoran (scoring) terhadap hasil

pengisian kuesioner dari setiap subjek (responden) , kemudian data dientri ke

dalam tabulasi (data-sheet) pada program Microsoft Office Excel, dengan

ketentuan baris untuk responden dan kolom untuk nomor butir. Skor dijumlah ke

kanan untuk skor subjek, dan dijumlah ke bawah untuk skor butir. Analisis skor-

skor subjek dalam pengolahan data penelitian ini diperlukan yaitu sebagai bahan

interpretasi untuk menentukan banyaknya subjek (suster yunior FSE) yang berada

pada komposisi tingkat komunikasi antarpribadi tertentu dan mengidentifikasi

unsur komunikasi antarpribadi yang perlu mendapatkan peningkatan komunikasi

antarpribadi dari pemimpin komunitas.

Langkah selanjutnya adalah menghitung skor rata-rata (mean) setiap

subjek maupun butir. Mean merupakan nilai kelompok yang dipandang konstan

dan karena itu digunakan untuk menetapkan batas tinggi atau rendah suatu skor.

Skor yang < Mean dikategorikan rendah. Skor yang ≥ Mean dikategorikan tinggi.

Perhitungan mean skor total menggunakan rumus sebagai berikut:

N

XM ∑=

Mean subjek diperoleh dengan cara membagi jumlah skor setiap subjek

(Xsubjek) dengan banyaknya butir (Nbutir), sedangkan mean butir dihitung dengan

cara membagi jumlah skor setiap butir (Xbutir) dengan banyaknya subjek (Nsubjek).

Perlu juga dihitung mean total dengan cara jumlah total skor subjek atau skor

Page 68: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

51

butir dibagi dengan hasil kali banyaknya subjek dengan banyaknya butir. Hasil

perhitungan skor rata-rata (subjek, butir, maupun total) dikonversikan ke kriteria

penilaian kualitatif berskala 3 (Azwar, 2006:109) sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Acuan Kategorisasi Persepsi Komunikasi Antarpribadi

Antara Pemimpin Komunitas dengan Suster Yunior FSE

dalam bimbingan pribadi

Formula Kriteria Rerata Skor Kategori Tingkat Komunikasi

X < ( iX -1,0 sbi) < 2,0 kurang baik

( iX -1,0 sbi ) ≤ X < ( iX + 1,0 sbi) 2,0 – 3,0 cukup baik

( iX + 1,0 sbi ) < X > 3,0 baik

Keterangan :

iX (Rerata ideal/teoritis) = ½ (skor maksimum teoritis + skor minimum teoritis)

sbi (Simpangan baku teoritis) = 1/6 (skor maksimum teoritis – skor minimum

teorits)

X = Skor empiris

Dalam perhitungan untuk tabel di atas, diketahui skor rerata maksimum teoritis =

4; skor rerata minimum teoritis = 1; sehingga:

iX (Rerata ideal/teoritis) = ½ (4 + 1) = 2,5; dan

sbi (Simpangan baku teoritis) = 1/6 (4 – 1) = 0,5

Page 69: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dikemukakan hasil penelitian yang mendeskripsikan

persepsi para suster yunior FSE angkatan 2002–2008 tentang komunikasi

antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan

pribadi, berdasarkan perolehan skor komposit maupun gambaran dalam masing-

masing unsur komunikasi. Paparan hasil penelitian dilanjutkan dengan

pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuesioner terhadap subjek

penelitian (periksa Tabulasi Data Penelitian pada Lampiran 1), dilakukan analisis

data secara deskriptif dengan teknik hitung mean teoritis dengan bantuan aplikasi

program Microsoft Office Excel. Sebagaimana telah direncanakan pada paparan

teknik analisis data (Bab III), bahwa pendeskripsian persepsi para suster yunior

FSE angkatan 2002–2008 tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan

pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi dilakukan dalam tiga kategori,

yaitu: kurang baik, cukup baik dan baik. Gambaran profil skor rata-rata persepsi

subjek tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin

komunitas tergambar pada grafik 1. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data

dan klasifikasi data sesuai dengan pedoman pada tabel 3. Kriteria Acuan

Kategorisasi persepsi para suster yunior FSE angkatan 2002-2008 tentang

Page 70: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

53

komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam

bimbingan pribadi pada tabel 4:

Gambaran profil skor rata-rata persepsi para suster yunior FSE tentang

komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas tergambar

pada grafik 1 berikut ini:

Grafik 1. Profil Skor Rata-rata Persepsi Para Suster Yunior FSE angkatan

2002-2008 tentang Komunikasi Antarpribadi Antara Mereka dengan

pemimpin komunitas dalam Bimbingan Pribadi

Profil pada grafik menunjukkan bahwa hampir semua suster yunior FSE

memberi skor di atas skor rata-rata teoritis (2,5). Hanya dua orang suster, yaitu

nomor subjek 10 dan 13 yang berada pada kawasan di bawah garis rata-rata.

Dengan kata lain 2 suster yunior (6%) yang mempersepsikan komunikasi

antapribadi dengan pemimpin komunitas secara kurang baik. Itu berarti, jika

pengelompokan subjek didasarkan atas nilai rata-rata teoritis, maka 31 suster

yunior ( =94%) dari 33 subjek mempersepsikan bahwa komunikasi antarpribadi

antara pemimpin komunitas dengan para suster yunior FSE berlangsung baik.

Untuk gambaran profil skor rata-rata persepsi para suster yunior FSE tentang

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Page 71: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

54

komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas untuk

masing-masing unsur komunikasi tergambar pada table-tabel berikut ini.

Mengacu pada kategorisasi yang telah direncanakan semula (tiga

kategori), berdasarkan hasil analisis data dan klasifikasi data sesuai dengan

pedoman pada tabel 3. Kriteria Acuan Kategorisasi Persepsi Suster Yunior FSE

angkatan 2002-2008 tentang Komunikasi Antarpribadi Antara mereka dengan

pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi diperoleh untuk masing-masing

unsur komunikasi pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4. Kategori Unsur Pembukaan Diri dalam Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid Percent Cumulative Percent

Kategorisasi

19 57,6 57,6 57,6 Cukup baik

14 42,4 42,4 100,0 baik 33 100,0 100,0 total

Tabel 5. Kategori Unsur Membangun Kepercayaan dalam

Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Kategorisasi

17 51,5 51,5 51,5 Cukup baik 16 48,5 48,5 100,0 baik 33 100,0 100,0 Total

Tabel 6. Kategori Unsur Mendengarkan sambil Memahami dalam

Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Kategorisasi

1 3,0 3,0 3,0 Kurang baik 13 39,4 39,4 42,4 Cukup baik 19 57,6 57,6 100,0 baik 33 100,0 100,0 total

Page 72: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

55

Tabel 7. Kategori Unsur Mengungkapkan Perasaan dalam

Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Kategorisasi

1 3,0 3,0 3,0 Kurang baik 24 72,7 72,7 75,8 Cukup baik 8 24,2 24,2 100,0 baik

33 100,0 100,0 Total

Tabel 8. Kategori Persepsi Unsur Menerima dan Mendukung dalam

Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Kategorisasi

1 3,0 3,0 3,0 Kurang baik 14 42,4 42,4 45,5 Cukup baik 18 54,5 54,5 100,0 baik 33 100,0 100,0 Total

Tabel 9. Kategori (Gabungan Semua Unsur/ Komposit) dalam

Komunikasi Antarpribadi

Person Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Kategorisasi

21 63,6 63,6 63,6 Cukup baik 12 36,4 36,4 100,0 baik 33 100,0 100,0 Total

Dari rekaman hasil analisis data di atas, tampak bahwa hampir semua

suster yunior FSE berpersepsi bahwa komunikasi antarpribadi antara mereka

dengan pemimpin komunitas berlangsung cukup baik dan baik. Pada analisis skor

komposit, 63,63% dari para suster yunior tersebut mengaku cukup baik dan ada

36,4% suster yunior berkategori baik dalam hal berkomunikasi antarpribadi

Page 73: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

56

dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi. Komposisi skor pada

analisis unsur untuk kelima unsur komunikasi menunjukkan gambaran yang

hampir sama dengan hasil analisis skor gabungan semua unsur. Teridentifikasi

hanya satu kasus yang mengaku kurang baik pada unsur ke-3, 4, dan 5 dalam

komunikasi antarpribadi. Dari data-data tersebut tergambar bahwa para suster

yunior FSE angkatan 2002−2008 memiliki persepsi yang positif tentang

berlangsungnya komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin

komunitas dalam bimbingan pribadi.

Data pada tabel 9 menggambarkan bahwa komposisis skor persepsi

individu tentang komunikasi antarpribadi dengan pemimpin komunitas

menampakkan variabilitas pada dua kategori, yaitu cukup baik dan baik pada

semua unsur komunikasi maupun secara komposit (skor gabungan). Terlihat

hanya tiga kasus yang berada pada kategori kurang baik yang terjadi pada dua

orang suster yunior. Telaah analisis unsur menunjukkan bahwa pada unsur

komunikasi “mengungkapkan perasaan secara verbal dan non verbal” tampak

terdapat lebih banyak kategori cukup baik daripada baik; ini menunjukkan bahwa

ketika pemimpin komunitas berkomunikasi antarpribadi dengan para suster

yunior, ia perlu lebih banyak menyentuh unsur mengungkapkan perasaan secara

verbal dan non verbal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian “Deskripsi Persepsi Suster Yunior FSE Angkatan 2002–

2008 tentang Komunikasi Antarpribadi antara mereka dengan Pemimpin

Komunitas dalam Bimbingan Pribadi” menunjukkan:

Page 74: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

57

a. Persepsi suster yunior Kongregasi FSE angkatan 2002−2008 tentang

komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam

bimbingan pribadi berada pada kategori baik. Dari 33 suster yunior ada 31

suster yunior (94%) dengan skor di atas rata-rata berkategori baik dan ada dua

suster yunior (6%) yang menunjukkan skor di bawah rata-rata berkategori

kurang baik. Diharapkan dengan hasil sebagian besar suster yunior

mempersepsikan secara positif komunikasi antarpribadi antara mereka dengan

pemimpin komunitas memberikan pengaruh yang positif bagi suster yunior

dalam proses perkembangan panggilan melalui lima aspek pembinaan. Akan

tetapi, masih ada dua suster yunior yang mempersepsikan komunikasi

antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan

pribadi pada kategori rendah (kurang baik) dengan skor di bawah rata-rata,

maka dua suster ini pelru mendapat perhatian secara khusus dari pemimpin

komunitas.

Menurut Supratiknya, 1995: 34, komunikasi antarpribadi yang efektif

menjadi sarana utama bagi manusia menjalin relasi yang dekat dan saling

memperkembangkan diri. Salah satu upaya kongregasi membantu suster yunior

FSE agar bertumbuh dan berkembang dalam panggilan sebagai FSE dengan

mewajibkan mereka bimbingan pribadi dengan pemimpin komunitas minimal

sekali tiga bulan. Diharapkan melalui pertemuan secara intensif tersebut kedua

belah pihak menjalin komunikasi yang baik agar tujuan bimbingan pribadi

tercapai.

b. Persepsi para suster yunior Kongregasi FSE angkatan 2002−2008 tentang

semua unsur komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin

Page 75: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

58

komunitas dalam bimbingan pribadi yaitu Ada 12 suster yunior yang tergolong

baik dengan persentase 36,4% dan ada 21 suster yunior (63,6%) tergolong

cukup baik. Dari hasil penelitian telah menunjukkan hasil sebagian besar

persepsi suster yunior FSE tentang masing-masing unsur komunikasi

antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam masing-masing

unsur berada pada kategori yang cukup baik dan baik dengan skor rata-rata di

atas skor rata-rata teoritis.

Pada unsur komunikasi antarpribadi yang sudah baik perlu suster yunor

dan pemimpin komunitas mempertahankan, memelihara. sedangkan untuk unsur

komunikasi berkategori cukup baik maka suster yunior dan pemimpin

komunitas perlu meningkatkan dan memperbaiki agar bimbingan pribadi suster

yunior dengan pemimpin komunitas tercapai tujuannya. Hasil penelitian ini

menunjukkan salah satu unsur komunikasi antarpribadi yang perlu dioptimalkan

adalah suster yunior agar mampu mengungkapkan perasaan secara verbal dan

maupun non verbal kepada pemimpin komunitas tentang pengalaman dalam

panggilannya.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar suster

yunior mempersepsikan secara posifif tentang komunikasi antapribadi antara

mereka dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi. Artinya kategori

komunikasi antarpribadi suster yunior dengan pemimpin komunitas dalam

bimbingan sudah baik. Hal ini menjadi tantangan bagi pemimpin komunitas dan

suster yunior agar memelihara dan mempertahankan komunikasi yang sudah

tergolong baik dalam proses bimbingan pribadi.

Page 76: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasannya:

1. Secara umum persepsi para suster yunior Kongregasi FSE 2002−2008

komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam

bimbingan pribadi yaitu ada 31 suster yunior ( 94%) kualifikasi baik dan ada 2

suster yunior (6%) yang berkualifikasi kurang baik.

2. Persepsi para suster yunior antara suster yunior kongregasi FSE angkatan

2002−2008 dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi dalam hal

masing-masing unsur komunikasi antarpribadi yaitu ada 12 suster yunior

(36,4%) yang kualifikasi baik dan ada 21 suster yunior (63,6%) yang

berkualifikasi cukup baik.

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa persepsi para suster yunior FSE angkatan 2002—2008 tentang

komunikasi antarpribadi antara suster yunior dengan pemimpin komunitas

dalam bimbingan pribadi berkategori baik. Karena itu diharapkan bimbingan

pribadi sungguh-sungguh membantu para suster yunior berkembang dalam

panggilannya.

Page 77: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

60

B. Saran

Berikuti ini dikemukakan saran untuk Kongregasi Fransiskanes Santa

Elisabeth di Indonesia:

1. Pemimpin komunitas perlu terus berusaha memelihara dan meningkatkan

khususnya kemampuannya untuk menyampaikan pesan termasuk memberikan

umpan balik yang konstruktif baik secara verbal maupun secara non verbal

dalam bimbingan pribadi, agar suster yunior berani mengungkapkan

perasaannya secara terbuka dalam bimbingan pribadi.

2. Para suster yunior FSE perlu tetap menyadari pentingnya mengikuti program

bimbingan pribadi secara teratur dan memiliki sikap terbuka terhadap

pemimpin komunitas, baik mengenai pengalaman suka maupun mengenai

pengalaman dukanya dalam menghayati dan mempraktekkan lima aspek

pembinaan. Dengan demikian suster yunior berkembang dalam meningkatkan

penghayatan panggilan.

3. Unsur saling membangun kepercayaan perlu terus-menerus diupayakan supaya

terjadi komunikasi antarpribadi yang efektif lebih-lebih karena unsur tersebut

merupakan kunci utama bagi terbentuknya komunitas yang komunikatif.

4. Ada baiknya jika penelitian ini berfokus pada:

a. Persepsi suster yunior FSE tentang pembinaan yang dilakukan oleh pemimpin

komunitas.

b. Tingkat kepuasan para suster yunior Kongregasi FSE dalam bimbingan pribadi.

c. Persepsi para suster yunior FSE tentang penghayatan Spiritualitas Kongregasi.

Page 78: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

61

DAFTAR PUSTAKA

Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus.1997. Jakarta: SKAFI.

Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. 2000. Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Dharmo Agus. 1990. Pengantar Psikologi. Surabaya: Erlangga.

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Hadawirjana, 1966. Vita ConsecrataJakarta: KWI.

Harjana, Agus. 2003. Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Kitab Hukum Kanonik, Sekretariat KWI. 1991. Penerjemah: Kartosiswoyo Pr, dkk

Jakarta: Obor.

Kitab suci, 1993. Edisi Pelita dengan pengantar dan catatan lengkap. Ende: Arnoldus

Konstitusi Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. 2000. Medan. Edisi Revisi.

Magdalena, M. 2006. Panduan Formatio Suster Yunior FSE. Hlm 1-13. Medan. Martino, C. 2006. Identitas Fransiskan. Jakarta: SEKAFI. Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya CV.

Page 79: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

62

Statuta Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. 2000. Medan. Edisi Revisi.

Sudijono, A. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya. A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Tim Pembina. 2000. Makalah Pedoman Pembinaan/tidak diterbitkan. Medan. Walgito Bimo. 1993. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. ___________. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Winkel, W.S. 1985. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.Jakarta: PT. Gramedia.

Wilfrida, M. Dkk. 1997. Tinjauan Formatif Suster Fransiskanes Santa Elisabeth Medan. makalah KAPITEL (tidak diterbitkan).

Page 80: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

    

LAMPIRAN 

Page 81: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

63

KUESIONER PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI FSE ANGKATAN 2002-2008 TENTANG KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

ANTARA MEREKA DENGAN PEMIMPIN KOMUNITAS DALAM BIMBINGAN PRIBADI

Identitas Umur : Profesi : Tanggal Pengisian : Kata Pengantar Para Suster yang terkasih, Pada kesempatan ini saya meminta kesediaan Suster untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pengalaman suster yunior dalam berhadapan dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi. Saya sangat mengharapkan suster mengisi kuesioner ini dengan teliti, jujur, dan sesuai dengan yang suster alami. Kuesioner ini bersifat rahasia, suster tidak perlu menulis nama pada kuesioner ini. Petunjuk pengisian Di bawah ini ada sejumlah pernyataan tentang komunikasi antarpribadi dalam bimbingan pribadi. Bacalah masing-masing pernyataan ini dengan teliti dan berikanlah tanda centang (ν) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pengalaman anda. Adapun hal yang dimaksudkan dengan alternatife jawaban adalah sebagai berikut. 1. Sangat sering (SS)= Apabila hal yang dimaksudkan dengan pernyataan tersebut Sangat Sering

dilakukan. 2. Sering (S) = Apabila hal yang dimaksudkan dengan pernyataan tersebut sering 3. Jarang (J) = Apabila hal yang dimaksudkan dengan pernyataan tersebut jarang

dilakukan. 4.Sangat jarang (SJ) = Apabila hal yang dimakdudkan dengan pernyataan tersebut sangat jarang

dilakukan.

Langkah-langkah megisi kuesioner ini secara praktis adalah sebagai berikut: 1. Bacalah dan pahamilah setiap pernyataan dalam kuesioner 2. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur dan teliti sesuai dengan pengalaman Anda 3. Berilah tanda centang pada kolom alternatif jawaban sesuai bagimu Contoh NO Pernyataan SS S J SJ 1 Saya mengatakan secara terus terang kepada

pemimpin komunitas tentang ketidaksetujuan pada cara menegurnya

ν

Suster memilih jawaban SS berarti anda sangat sering mengatakan kurang setuju kepada pemimpin komunitas atas cara menegurnya. .

Page 82: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

64

Kuesioner No Pernyataan Sangat

Sering Sering Jarang Sangat

jarang 1 Dalam bimbingan pribadi pemimpin komunitas

menerima saya dengan ramah

2 Pemimpin komunitas memberikan suasana yang nyaman sehingga saya terbuka untuk menceritakan pergulatan sebagai FSE

3 Pemimpin komunitas secara jujur menyampaikan perasaan bangga terhadap saya karena melayani pasien dengan lemah lembut

4 Saya tidak berani memberitahukan kepada pemimpin komunitas tentang kesulitan memaafkan kesalahan saudara sekomunitas

5 Saya terbuka kepada pemimpin komunitas tentang hambatan dalam menjalankan pola hidup sederhana sebagai fransiskan

6 Saya jujur mengatakan kepada pemimpin komunitas tentang keengganan saya untuk menyapa saudara di komunitas lebih dahulu

7 Pemimpin komunitas secara terbuka mengungkapkan keprihatinannya, ketika saya terlambat hadir dalam mengikuti ibadat harian

8 Saya malu mengatakan kepada pemimpin komunitas tentang godaan-godaan yang muncul pada saat berdoa dan meditasi

9 Saya mengungkapkan kepada pemimpin komunitas tentang tantangan saya dalam bekerjasama dengan teman-teman di kampus/karya

10 Saya tidak berani menceritakan kegagalan saya dalam hal studi atau karya kepada pemimpin komunitas

11 Saya menerima teguran pemimpin komunitas karena dapat mengembangkan kepribadian saya

12 Saya dengan leluasa mengungkapkan kepada pemimpin komunitas tentang kelebihan yang ada dalam diri saya

13 Saya mengungkapkan kepada pemimpin tentang keraguan saya dalam meneruskan panggilan karena saya yakin akan ditantang untuk berjuang terus

Page 83: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

65

No Pernyataan Sangat Sering

Sering Jarang Sangat jarang

14 saya jujur menceritakan kepada pemimpin komunitas bahwa senang memperhatikan orang yang menderita

15 Saya menyatakan secara terus terang kepada pemimpin komunitas tentang kesulitan dalam menerima perbedaan dengan teman sekomunitas

16 Tantangan yang dilontarkan pemimpin komunitas mendorong saya untuk memperbaiki diri sebagai anggota komunitas

17 Saya tidak takut menceritakan kesulitan dalam menghayati kaul kemiskinan

18 Saya ragu-ragu memberitahukan kepada pemimpin komunitas tentang kesulitan saya untuk menerima kritikan dari teman sekomunitas

19 Pemimpin komunitas memotivasi kepada saya ketika saya mengeluh tentang karya saya di bidang pendidikan

20 Pemimpin komunitas kurang mendukung pelayanan saya dalam memberikan perhatian kepada orang-orang kecil dan menderita

21 Pemimpin komunitas dapat memahami perasaan saya ketika saya membagikan pengalaman pahit dalam tugas studi/karya

22 Pemimpin komunitas kurang mendengarkan ketika saya mengungkapkan kecemasan saya tentang penyakit yang saya derita

23 Pemimpin komunitas memahami perasaan saya, ketika membagikan pengalaman jatuh bangun dalam menghayati Spiritualitas Kongregasi

24 Saya kurang sabar mendengarkan pemimpin komunitas ketika menceritakan kondisi keluarganya

25 Pemimpin komunitas menyimak dengan sungguh-sungguh ketika saya menceritakan tantangan dalam bekerja sama dengan saudara satu komunitas karena saya yakin ia dapat memberikan solusinya.

26 Pemimpin komunitas mengungkapkan keprihatinannya ketika saya menceritakan konflik dengan saudara sekomunitas

27 Pemimpin komunitas memahami perasaan saya, ketika saya mengungkapkan pergulatan dalam hal

Page 84: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

66

No Pernyataan Sangat Sering

Sering Jarang Sangat jarang

menghayati kaul kemiskinan 28 Saya enggan menceritakan kepada pemimpin

komunitas tentang kelemahan saya dalam menghayati daya seksualitas.

29 Pemimpin komunitas mendengarkan ketika saya menceritakan pergulatan saya dalam tugas studi/karya yang tidak sesuai dengan bakat saya

30 Pemimpin komunitas menunjukkan sikap kurang memahami ketika saya mengungkapkan perasaan kecewa karena diberi tugas yang tidak sesuai dengan bidang yang saya geluti

31 Pemimpin komunitas menatap saya dengan penuh pengertian ketika saya menceritakan pengalaman berelasi dengan lawan jenis

32 Saya gelisah ketika pemimpin komunitas hendak menyampaikan hasil evaluasi tentang saya

33 Pemimpin komunitas membantu saya dalam menghayati kekhasan Kongregasi dengan memberitahukan contohnya

34 Pemimpin komunitas tersenyum kepada saya, ketika saya menceritakan pengalaman keberhasilan saya dalam melayani orang kecil

35 Pemimpin komunitas mengajak saya untuk menyelesaikan masalah secara damai ketika saya konflik dengan saudari sekomunitas

36 Saya gembira ketika ditunjuk untuk melakukan tugas yang sesuai dengan bidang yang saya geluti

37 Pemimpin komunitas memberikan pujian ketika saya menunjukkan sikap rendah hati saat melayani sesama di komunitas

38 Pemimpin komunitas mengungkapkan ketidaksetujuan dan sekaligus menasehati ketika saya mengungkapkan ketidaksiapan saya dalam melaksanakan tugas perutusan

39 Pemimpin komunitas menganggukkan kepala ketika saya mengungkapkan perasaan sedih atas kegagalan dalam tugas studi/karya

Page 85: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

67

No Pernyataan Sangat Sering

Sering Jarang Sangat jarang

40 Pada waktu bimbingan pribadi pemimpin komunitas lebih banyak berbicara tentang dirinya sendiri daripada mendengarkan saya

41 Pemimpin komunitas mengingatkan saya akan jadwal bimbingan pribadi

42 Saya membuat alasan-alasan ketika pemimpin komunitas memberikan informasi tentang diri saya yang menurutnya kurang sesuai dengan hidup religius

43 Pemimpin komunitas memberikan pujian ketika saya melakukan tugas pelayanan dengan baik

44 Saya takut menceritakan kepada pemimpin komunitas tentang persahabatan saya dengan lawan jenis.

45 Saya kurang bersemangat menerima tugas yang diberikan oleh pemimpin komunitas untuk melayani orang sakit.

46 Pemimpin komunitas memberikan kesempatan kepada saya untuk mengembangkan potensi-potensi dengan mengikuti kursus (pelatihan) supaya dapat melakukan tugas perutusan dengan baik

47 Pemimpin komunitas memberikan dukungan ketika saya memperkenalkan hal baru tentang hidup rohani

48 Pemimpin komunitas kurang menanggapi ketika saya menceritakan hambatan dalam hal menghayati kaul ketaatan

49 Pemimpin komunitas memberikan motivasi ketika saya merasa ragu melakukan tugas perutusan

50 Pemimpin komunitas memberikan peneguhan ketika saya mengatakan kurang percaya diri dalam menerima tugas studi/karya

Page 86: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

Tabulasi data Penelitian

ITEM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

NO URUT1 4 3 2 2 3 2 1 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 1 3 42 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 23 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 3 2 3 3 3 1 1 1 2 2 4 4 1 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 2 3 45 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 36 3 1 2 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 1 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 2 1 37 3 2 3 1 4 1 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 4 3 28 3 4 2 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 1 4 1 1 1 3 2 4 1 3 39 3 4 2 4 4 3 3 1 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 2 3

10 2 3 1 4 1 1 1 4 1 4 3 2 3 1 1 4 1 4 1 1 1 4 1 4 1 1 111 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 312 3 3 2 4 4 1 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1 4 4 3 3 2 2 4 2 113 2 1 1 3 2 2 1 4 1 4 3 1 4 1 1 4 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 114 3 2 3 4 4 1 4 2 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 415 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 3 216 3 3 2 4 4 1 1 2 2 1 4 3 4 3 4 4 3 3 1 4 4 4 3 4 4 3 117 2 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 1 2 3 318 4 3 1 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 419 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 320 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 321 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 2 4 4 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 322 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 223 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 424 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3

Page 87: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

25 4 3 3 3 2 1 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 326 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 327 3 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 328 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 229 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 330 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 331 3 2 2 3 4 3 1 2 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 1 1 4 3 3 2 3 332 3 4 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 1 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 333 3 4 1 4 4 2 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2

Total 103 94 79 100 106 72 81 95 96 107 105 102 103 82 99 109 97 102 93 103 97 114 92 104 89 93 90

Page 88: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 1583 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 1352 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1343 4 4 2 3 3 4 4 3 3 1 3 2 1 4 4 3 3 2 3 3 3 3 1444 3 4 1 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 1643 4 2 2 2 2 3 3 3 3 1 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 1372 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1364 2 3 1 4 3 3 2 2 3 2 1 4 1 3 3 4 4 1 2 2 1 1 1331 4 4 4 2 1 1 1 4 1 2 4 1 1 4 3 3 4 1 1 3 4 4 1434 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 4 1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1033 3 1 3 4 2 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 1553 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 1504 1 4 1 3 1 2 3 1 1 4 2 2 1 4 1 3 3 1 1 4 1 1 1022 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 2 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 1703 2 4 1 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 1423 1 4 3 2 4 4 4 2 3 4 4 2 1 4 3 4 3 1 3 4 4 4 1503 2 3 1 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 1 4 4 1 3 3 1373 3 4 3 1 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 1622 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1412 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 1393 4 3 3 2 3 3 3 3 3 1 4 2 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 1433 2 3 1 3 1 2 1 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 2 4 3 2 1284 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 1733 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 4 141

Total

Page 89: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

4 3 3 1 3 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1613 3 3 2 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1463 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 1 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 1523 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1443 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1494 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 1663 3 4 3 3 3 3 2 2 2 4 1 3 1 4 1 4 3 2 1 3 2 2 1353 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1453 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 161

100 98 108 80 91 85 91 88 93 84 91 92 96 88 106 92 105 100 91 85 103 103 102 4797

Page 90: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

72

Kualifikasi Persepsi Para Suster yunior FSE Angkatan 2002-2008 tentang

Komunikasi Antarpribadi antara Mereka dengan Pemimpin Komunitas

dalam Bimbingan Pribadi

NO Nomor

Subyek/

Sr yunior

Skor yang

total yang

dicapai

Skor Total

Seharusnya

Kategori

Komunikasi

Antarpribadi

Penggolongan

persepsi

Komunikasi

antarpribadi

1 23 173 200 Tinggi Baik

2 14 170 200 Tinggi Baik

3 30 166 200 Tinggi Baik

4 5 164 200 Tinggi Baik

5 18 162 200 Tinggi Baik

6 33 161 200 Tinggi Baik

7 25 161 200 Tinggi Baik

8 1 158 200 Tinggi Baik

9 6 155 200 Tinggi Baik

10 11 155 200 Tinggi Baik

11 27 152 200 Cukup Tinggi Baik

12 16 150 200 Cukup Tinggi Baik

13 12 150 200 Cukup Tinggi Cukup Baik,

14 29 149 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

15 26 146 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

16 32 145 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

17 4 144 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

18 28 144 200 Cukup Tinggi Cukup baik

19 9 143 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

Page 91: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

73

20 21 143 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

21 15 142 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

22 19 141 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

23 24 141 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

24 20 139 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

25 17 137 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

26 7 136 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

27 2 135 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

28 31 135 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

29 3 134 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

30 8 133 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

31 22 128 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

32 10 103 200 Cukup Tinggi Cukup Baik

33 13 102 200 Cukup Tinggi Cukup Baik 4797

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 92: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

74

 

1. Mean merupakan nilai kelompok yang dipandang konstan dan karena itu

digunakan untuk menetapkan batas tinggi atau rendah suatu skor. Skor yang <

Mean dikategorikan rendah. Skor yang ≥ Mean dikategorikan tinggi. Perhitungan

mean skor total menggunakan :

 N

XM ∑=  

334797

=M

= 145,36

2. Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan:

Persepsi Para Suster Yunior FSE angkatan 2002—2008 tentang Komunikasi

Antarpribadi antara Mereka dengan Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan

Pribadi

Rentang Skor ∑ Suster yunior Persentase Kategori ≥3,0 12 Sr yunior 36,36% Baik 2,0—3,0 21 suster yunior 63,63% Cukup Baik < 2,0 0 0 Kurang Baik

Page 93: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …

75 

 

75 

 

Hasil Analisis Klasifikasi Skor Rata-rata Deskripsi Persepsi Para Suster FSE Yunior Angkatan 2002-2008 Tentang Komunikasi Antarpribadi Antara Mereka dengan Pimpinan Komunitas

Dalam Bimbingan Pribadi

Nomor Pembukaan Membangun Mendengarkan Mengungkapkan Menerima & Gestalt Subjek Diri Kepercayaan & Memahami Perasaan Mendukung (Komposit)

1 2,7 3,4 3,4 3,3 3 3,16 2 2,7 2,7 2,8 2,5 2,8 2,73 2,9 2,6 2,9 2,2 2,8 2,684 2,1 3,1 3,5 2,8 2,9 2,88 5 3,6 3,5 3,4 2,8 3,1 3,28 6 2,1 3,1 2,9 2,6 3 2,74 7 2,4 3,2 2,8 2,5 2,7 2,72 8 3,3 2,7 2,6 2,5 2,2 2,66 9 3 3,5 2,9 2,1 2,8 2,86

10 2,2 2,1 2,2 1,9 1,9 2,06 11 3,1 2,7 3 3 3,7 3,1 12 2,9 3,5 2,6 2,9 3,1 3 13 2,1 2,2 1,9 2 2 2,04 14 3,1 3,5 3,6 3,4 3,4 3,4 15 3,2 2,8 2,7 2,3 3,2 2,84 16 2,3 3,3 3,1 3,2 3,1 3 17 3 2,9 2,6 2,5 2,7 2,74 18 3 3,6 3,3 2,9 3,4 3,24 19 2,8 2,8 2,7 2,8 3 2,82 20 2,8 2,6 3 2,5 3 2,78 21 2,5 2,9 3,2 2,7 3 2,86 22 2,7 2,8 2,5 2,1 2,7 2,56 23 3,6 3,4 3,5 3,2 3,6 3,46 24 2,6 2,7 3,1 2,8 2,9 2,82 25 2,9 3,4 3,2 3,1 3,5 3,22 26 3,1 2,9 3 2,7 2,9 2,92 27 2,7 3,3 3,4 2,6 3,2 3,04 28 3,1 2,8 3 2,6 2,9 2,88 29 3,2 2,9 3 2,8 3 2,98 30 3,1 3,5 3,5 3,1 3,4 3,32 31 2,7 3 2,9 2,6 2,3 2,7 32 2,7 2,8 3,3 2,8 2,9 2,9 33 3,1 3,3 3 3,3 3,4 3,22

Keterangan: artinya: kurang baik artinya: cukup baik artinya: baik

Page 94: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …
Page 95: SKRIPSI DESKRIPSI PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR …