Upload
septyana-kumalasari
View
275
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air garam dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif mengatasi sakit gigi.
Biasanya digunakan sebagai pengganti obat kumur. Telah dilakukan penelitian
bahwa kandungan garam, yaitu chloride dapat berfungsi sebagai oksidator dalam
merusak dinding bakteri streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan bakteri yang
paling mendominasi dan diduga sebagai penyebab utama karies gigi karena dapat
membentuk biofilm. Pada prinsipnya dalam pembentukan biofilm dibutuhkan 3 hal,
yaitu bakteri, glikokalik, dan permukaan luar sel bakeri. Apabila salah satu dari
ketiganya tidak ada, maka biofilm tidak akan terbentuk. Biofilm dapat menjadi
sangat sulit untuk dimatikan karena adanya material glikokalik. Banyak infeksi
persisten yang terjadi di dalam tubuh disebabkan oleh bioflm bakteri. Salah satunya
adalah plak gigi yang dibentuk oleh glikokalik yang dihasilkan oleh streptococcus
mutans.11
Ada beberapa literatur yang membahas tentang air garam dan manfaatnya
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Air garam mempunyai dua pengaruh
terhadap kelangsungan bakteri khususnya streptococcus mutans. Menurut Takada
dan Fukushima (1986), pada konsentrasi rendah air garam akan merangsang
1
pertumbuhan bakteri. Namun sebaliknya, garam dalam bentuk murni dengan
konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik karena terdapat unsur Natrium chloride di
dalamnya yang merupakan golongan halogen. Halogen memiliki sifat oksidator yang
kuat dan mampu mematikan bakteri.2
Air garam haruslah memiliki konsentrasi yang tinggi berupa larutan
hipertonis yang memiliki tekanan osmosis yang lebih besar dari cairan yang ada
dalam sel bakteri. Perbedaan tekanan ini menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik
ke luar sel sehingga sitoplasma bakteri lama-kelamaan akan menyusut sehingga
menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak dan mati.2
Terkadang air garam tidak memberikan efek yang berarti pada penderita sakit
gigi, sesuai dengan apa yang saya alami. Salah satu penyebabnya diduga adalah
karena kurangnya konsentrasi air garam yang digunakan. Pada konsentrasi tertentu
air garam dapat berfungsi sebagai oksidator, namun disisi lain tidak member efek
apapun. Dalam suatu penelitian telah dibuktikan bahwa semakin rendah pH saliva
(asam), maka konsentrasi garam harus semakin ditingkatkan. Pada penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa konsentrasi berbanding terbalik dengan penurunan pH mulut.7
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah larutan air garam efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans
1.3 HIPOTESIS
Larutan air garam memiliki efektivitas yang signifikan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan air garam terhadap
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans
untuk mengetahui daya hambat minimal air garam yang paling efektif
terhadap streptococcus mutans.
3
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini :
Manfaat keilmuan
Dapat memberikan informasi yang diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan
dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan peningkatan
kesehatan gigi
Manfaat bagi penulis
Merupakan proses belajar dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu
melalui penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KARIES
Karies adalah penyakit kronis yang paling umum di dunia. Meskipun karies
telah mempengaruhi manusia sejak zaman prasejarah, prevalensi penyakit ini
meningkat sangat tajam pada era modern di seluruh dunia. Peningkatan yang sangat
tajam berhubungan dengan perubahan pola makan. Bagaimanapun bukti sekarang
mengindikasikan bahwa tren ini memuncak dan mulai berkurang dibeberapa Negara
pada akhir 1970 dan awal 1980.9
Karies gigi adalah sebuah penyakit dimana terjadi proses demineralisasi
jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh aktivitas mikroba. Karies dapat dicegah
secara cepat dan dapat dihambat penyebarannya atau mengembalikan seperti semula
pada tahap awalnya. Pola karies gigi telah berubah beberapa tahun belakangan. Lesi-
lesi baru lebih banyak berkembang pada pit dan fissure, lesi permukaan lembut sudah
berkurang.8
2.1.1 ETIOLOGY
5
Karies gigi memiliki penyebab multifaktorial. Bagaimanapun empat factor
utama yang penting dalam mengakibatkan lesi karies yaitu :
1. bakteri pada plak gigi
2. substrat; seperti karbohidrat terfermentasi
3. permukaan gigi yang mudah terkena
4. waktu
Gambar 2 faktor penyebab karies
2.2 STREPTOCOCCUS MUTANS
Streptococcus mutans dikemukakan pertama kali oleh Jk Clark pada tahun
1924 setelah ia mengisolaisnya dari suatu lubang luka tetapi sampai pada tahun
1960-an mikroba tersebut tidak ditemukan. Mikroba tersebut dihasilkan ketika
6
peneliti mulai belajar kerusakn pada gigi. Secara biokimia sangat serupa tetapi
setelah membawa juru gambar antigenic berbeda, semuanya menjadi 7 serotypes
yaitu a, b, c, d, e, f dan g yang diuraikan.1
Studi dikemudian hari melihat di profil protein tegangan, struktur dinding sel
mereka dan gross DNA komposisi menetapkan serological penemuan yang memiliki
variasi perlu dipertimbangkan,di antara sejumlah besar pengisolasian dikenali seperti
Streptococcus mutans. Berdasakan pada suatu studi, Streptococcus mutans yang
diisolasikan adalah terbagi ke dalam sejumlah jenis yang berbeda, sebagian dari yang
berasal dari binatang dan beberapa dari sumber manusia. Nama Streptococcus
mutans dibeikan untuk membedakan bakteri yang menyerang manusia secara oral
selain itu, yaitu Streptococcus sobrinus.1
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil
berbentuk bulat atau bulat telurdan tersusun dalam rantai..Bakteri ini tumbuh secara
optimal pada suhu sekitar 180-400 Celsius. Streptococcus mutans biasanya
ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi. (tidak bergerak), bakteri anaerob
fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian.1
7
Gambar 3. Streptococcus mutans. Sumber: streptococci and oral streptococci. Available from:
http://www.ncl.ac.uk/dental/oralbiol/oralenv/tutorials/streps.htm diakses 17 desember 2010
Streptococcus mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam,
asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu
polisakarida yang lengket disebut dextran. Oleh karena kemampuan ini,
Streptococcus mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain
menuju ke email gigi, lengket mendukung bakteri- bakteri lain, pertumbuhan bakteri
asidodurik yang lainnya, dan asam melarutkan email gigi.1
Klasifikasi
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
8
Species : Streptococcus mutans
Streptococcus mutans ini yang mempunyai suatu enzim yang disebut glukosil
transferase di atas permukaannya yang dapat menyebabkan polimerisasi glukosa
pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul
glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa
(1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut
dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri Streptococcus mutans untuk
berkembang dan membentuk plak pada gigi.1
Satu kelompok bakteri yang mana terdiri dari delapan serotype streptococcus
mutans telah diasosiasikan dengan karies. Serotype telah diberi tanda a sampai h.
beberapa serotype telah diturunkan ke status spesies dan diberikan nama :
streptococcus rattus (serotype b), streptococcus cricetus (serotype a), streptococcus
ferus (serotype c) dan streptococcus sobrinus (serotype d, g, dan h). semua serotype
streptococcus mutans telah ditunjukkan potensi secara signifikan untuk
mengakibatkan karies, tetapi karena genetic yang signifikan dan perbedaan biokimia,
mereka sebaiknya tidak secara sederhana mengarah pada satu spesies streptococcus
mutans. Text ini menggunakan istilah streptococcus mutans sebagai istilah secara
kolektif untuk semua serotype.9
Streptococcus mutans dapat menghasilkan asam dalam jumlah banyak,
toleran terhadap keasaman lingkungan, dirangsang secara hebat oleh sukrosa,dan
Nampak sebagai organism yang pertama dihubungkan dengan karies pada manusia.
9
Organisme yang menyebabkan karies disebut kariogenik. Derajat gigi untuk menjadi
karies biasa disebut potensi kariogenitas. Streptococcus mutans hadir sebagai infeksi
pandemic pada manusia. Streptococcus mutans ditemukan pada setiap orang tanpa
memperhatikan ras, latar belakang etnik, atau letak geografis daerah asal.
Streptococcus mutans terdapat di mulut tidak secara signifikan komponen kecil dari
flora mulut. Pada pasien dengan beragam lesi karies, streptococcus mutans menjadi
yang dominan pada flora plak. Streptococcus mutans yang paling kuat dihubungkan
dengan awal terjadinya karies.9
2.3 GARAM
Istilah garam adalah sebuah kata kuno yang terdapat beberapa variasi dalam
bahasa inggris dan bahasa-bahasa yang berhubungan. Nama untuk kristalisasi dari
sodium chloride adalah Halite, diambil dari kata Yunani hals yang berarti garam.
Nama mineral ini diberikan oleh E.F Glocker pada 1847.3
Pada penggunaan secara kimia, garam dapat mengarah pada senyawa lainnya
dari metal dan non metal, jadi kata seperti “copper salt” atau “magnesium salt”
mengarah pada chloride, carbonates, sulfat dan lain-lain, dari tembaga atau
magnesium.3
Garam untuk konsumsi manusia dihasilkan dalam bentuk-bentuk berbeda :
garam kasar (seperti garam laut), garam halus (garam meja), dan garam beryodium.
10
Bentuknya padat dan seperti Kristal, putih, pink muda, atau abu-abu terang
dihasilkan dari air laut.4
Chloride dan sodium ion merupakan dua komponen yang paling banyak pada
garam, dibutuhkan oleh semua makhluk hidup dalam jumlah sedikit. Garam terlibat
dalam regulasi kandungan air dalam tubuh. Namun demikian, terlalu banyak garam
meningkatkan resiko masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi.4
2.4 SUMBER GARAM
Sodium chloride terdapat larut dalam air laut seperti garam-garam lainnya
dari sodium, calcium, magnesium, dan metal yang lain. Ketika air laut terevaporasi
pada danau di pinggir laut, Halite dan mineral-mineral lainnya mengendap dan
tenggelam ke dasar sebagai Kristal-kristal. Pada saat itu, garam batu telah terbentuk.3
Garam yang memiliki hydrogen (H) dan Hydroxil dalam formulanya, contoh:
sodium chloride disebut sebagai garam normal. Garam yang memiliki hydrogen
dalam formulanya disebut sebagai garam asam.5
Ketika NaCl masuk ke tubuh, dia memisahkan secara lengkap partida-partida
ion sodium dan chloride. Sodium chloride larut dalam air dan glycerin. Sodium
merupakan ion paling banyak dalam darah.5
Garam yang paling terkenal adalah sodium chloride, komponen utama dari
garam meja. Sodium chloride (NaCl) dan air (H2O) dibentuk oleh netralisasi dari
11
sodium hydroxide (NaOH) dengan Hydrogen Chloride sebagai asam. Kebanyakan
garam adalah senyawa ionic yang merupakan formula empiris.5
2.5 PENGARUH GARAM
Formasi dari water-insoluble Glucan dari sukrosa dipercaya menjadi faktor
yang paling besar dalam akumulasi streptococcus mutans pada permukaan lunak.
Formasi water-insoluble Glucan oleh extracellular glucosyltransferase dari
streptococcus mutans 6715 ditemukan sangat dirangsang oleh bermacam-macam
mono-atau divalent cation. Preparasi enzyme yang dikandung oleh ethanol
fraksionasi mampu mengkatalis formasi water-insoluble glucan.7
Streptococcus mutans telah dianggap sebagai penyebab utama karies gigi
pada manusia. Sintesis dari water-insoluble glucan (WIG) dari sukrosa oleh
glucosyltransferase dari streptococcus mutans telah dianggap sebagai tahap yang
penting dalam perkembangan karies. Aktivitas extracellular WIG-GTase oleh strain
PS-14 terlihat jelas dipengaruhi oleh garam walaupun peranan garam dalam aktivitas
GTase tidak diketahui secara saksama. Efek garam mungkin dikarenakan perturbasi
dan peningkatan permeabilitas sel membrane, perubahan GTase, stabilisasi enzyme,
dan pelepasan batas sel GTase.6
12
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan:
: Variabel yang tidak diukur
: Variabel yang diukur
13
massa garam
Pertumbuhan Jumlah bakteri streptococcus
mutanssuhu Lama inkubasi
Komposisi garam
Air garam
Konsentrasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELTIAN
Dari segi manipulasi atau perlakuan jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimental semu
4.2 RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post hoc test
4.3 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi farmasi fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin
4.4 WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12-19 april 2011
4.5 POPULASI
Sediaan bakteri streptococcus mutans.
14
4.6 SAMPEL
Jumlah sampel yaitu 12 sampel (2 cawan petri, masing-masing berisi 6
pencadang)
4.7 ALAT DAN BAHAN
a. Alat.
Cawan petri (pyrex, USA), Erlenmeyer (pyrex, USA), tabung reaksi (pyrex,
USA), incubator (Memmert, Jerman), oven (ecocell), pinset (CE satainless,
Jepang), Laminar air flow (Envirco Corporation, Kansas, Amerika), Lampu
spirtus, jangka sorong/caliper (Mitutoyo, Jepang), spoit 3 ml (One Med,
Indonesia), Ose bulat, Autoclave (AU-American), mikro pipet (Nesco), Rak
tabung, spatula.
b. Bahan.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu : isolat koloni bakteri streptococcus
mutans, larutan air garam, larutan Mc Farland 0,5%, tetrasiklin 250 mg,
aquades steril, medium Muller Hinton Agar (Pronadisa), medium Nutrien
Broth (NB), spiritus, paper disc, aluminium foil, tisu, kertas label.
4.8 PROSEDUR KERJA
15
Pertama-tama dilakukan sterilisasi alat-alat yang digunakan dengan
menggunakan autoklaf selama 15 menit pada temperature 121oC tekanan 2
atm kemudian dikeringkan dengan oven, kecuali alat yang disposable
Medium Nutrient Broth (NB) dibuat dengan komposisi : ekstrak ragi 3 g,
pepton 5 g, dan aquades 1000 ml dibuat sebanyak 250 ml di dalam gelas
kimia. Medium ini dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing 1 ml
kemudian disterilkan dengan autoklaf pada temperature 121oC selama 15
menit. Kemudian tabung reaksi dibiarkan dingin.
Setelah itu, membuat medium Nutrient Agar (NA) dengan komposisi :
ekstrak ragi 3 g, pepton 5 g, agar 15 g dan aquades 1000 ml dibuat sebanyak
250 ml pada labu Erlenmeyer. Medium ini kemudian dipanaskan di atas
penangas sampai seluruh bahan larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan disterilkan dengan autoklaf pada temperature 121oC selama
15 menit. Setelah steril, medium dimiringkan dan ditunggu hingga padat.
Bakteri streptococcus mutans diambil dengan ose lalu digoreskan pada
medium NA miring secara asepsis dan diinkubasi pada temperature 37oC
selama 24 jam.
Tahap berik1utnya adalah membuat konsentrasi air garam sebesar 5% dengan
melarutkan 2,5 g garam ke dalam 50 ml air. Selanjutnya masing-masing
tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan medium NB. Kemudian diambil 5 ml
larutan air garam 5 % dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama. Dari
tabung pertama diambil lagi 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung yang
16
kedua, begitu seterusnya sampai tabung kelima. Sehingga diperoleh air garam
dengan konsentrasi, yaitu : 20%; 10%; 5%; 2,5%; 1,25%; 0,625%; 0,312%
Selanjutnya, 20 mikroliter bakteri streptococcus dimasukkan ke dalam tiap
tabung reaksi tersebut. Semua tabung reaksi ditutup kemudian dimasukkan ke
dalam incubator pada temperature 37oC selama 24 jam. Konsentrasi Hambat
Minimal (KHM) ditentukan dengan melihat pada konsentrasi terkecil dari
larutan air garam yang sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri
streptococcus mutans yang ditandai dengan tidak adanya bakteri
streptococcus mutans yang tumbuh pada konsentrasi tersebut.
Untuk uji efektivitas antibakteri air garam terhadap pertumbuhan
streptococcus dilakukan dengan cara mengambil sampel dua konsentrasi di
bawah KHM, aquades sebagai kontrol negatif , tetrasiklin sebagai control
positif. Bakteri streptococcus mutans sebanyak 20 mikroliter ditambahkan
media MHA sebanyak 15 ml dimasukkan masing-masing ke cawan petri lalu
dihomogenkan. Setelah media memadat, dimasukkan paper disc yang berisi
masing-masing sampel uji aktivitas ini dilakukan sebanyak 2 kali (duplikat)
pada 2 cawan petri.
Setelah itu, kedua cawan petri dimasukkan dalam incubator pada temperature
37oC selama 1x24 jam. Pengukuran diameter dari zona ihibisi dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong (caliper)
17
4.9 ALUR PENELITIAN
Bahan Uji
18
Larutan air garamAquades
(kontrol negatif)
Tetrasiklin
(kontrol positif)
Medium Blood Agar + paper disc
Inkubasi 24 jam
Temperatur 37o C
Konsentrasi 8%
Konsentrasi 9%
Konsentrasi 11%
Penentuan KHM
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 12%
Medium NB + Bakteri
4.10 DEFENISI OPERASIONAL
Konsentrasi air garam adalah kepekatan suatu larutan garam, semakin asin
suatu larutan, maka konsentrasinya semakin besar
Bakteri Streptococcus : bakteri gram positif yang terbanyak dalam rongga
mulut dan merupakan penyebab utama karies gigi. Bakteri ini berbentuk
kokus dan membentuk rantai selama pertumbuhannya.
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) : konsentrasi terkecil dari suatu bahan
yang sudah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap suatu spesies bakteri.
Hal ini ditandai dengan tidak keruhnya air di dalam tabung
Zona inhibisi : daerah jernih yang terbentuk di sekeliling bahan uji yang
terdapat pada medium biakan bakteri.
4.11 RENCANA ANALISIS DATA
Jenis data : Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek
yang diteliti.
19
Pengukuran Zona Inhibisi
Analisis Hasil
Pengolahan data: menggunakan program SPSS windows
Penyajian data : dalam bentuk tabel
Analisis data: Analisis data yang digunakan adalah Kruskal Wallis
4.12 VARIABEL PENELITIAN
- Variabel bebas: air garam.
Air garam sebagai variabel bebas karena konsentrasi air garam yang akan
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Air garam dengan konsentrasi berbeda
adalah sebab mengapa adanya perbedaan pertumbuhan bakteri.
- Variabel akibat: bakteri streptococcus mutans.
Pertumbuhan bakteri streptococcus mutans sangat bergantung pada
konsentrasi air garam. Konsentrasi air garam yang berbeda mengakibatkan
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans juga berbeda.
- Variabel antara: rusaknya dinding bakteri streptococcus mutans
- Variabel moderator: kandungan air garam
Konsentrasi air garam yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan
konsentrasi kandungan air garam, sehingga akan ikut mempengaruhi
20
terjadinya perbedaan pertumbuhan bakteri.
- Variabel random: jenis pencadang (misal kertas: pengaruh sifat kimia kertas),
difusi (dipengaruhi oleh waktu, ketebalan lempeng, komposisi medium)
Jenis pencadang dan difusi akan ikut mempengaruhi terjadinya perbedaan
pertumbuhan bakteri, namun kedua hal ini dapat diabaikan.
- Variabel kendali: medium dengan pencadang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL
Dari penelitian mengenai daya hambat larutan air garam terhadap
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans diperoleh hasil bahwa konsentrasi hambat
minimal larutan air garam terhadap pertumbuhan streptococcus mutans adalah 10%.
Penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dapat kita lihat pada gambar 4.
21
Gambar 4. Hasil uji penentuan konsentrasi hambat minimal larutan Air garam terhadap pertumbuhan streptococcus mutans
Konsentrasi hambat minimal yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan
uji daya hambat bakteri menggunakan pencadang dengan metode difus dalam cawan
petri untuk melihat luas daerah zona inhibisi dengan mengambil KHM (10%), dua
konsentrasi di bawah KHM (8% dan 9%), dan dua konsentrasi di atas KHM (11%
dan 12%) serta kontrol positif (tabel 1).
Tabel 1. Hasil dari uji konsentrasi hambat minimal (KHM) larutan air garam terhadap pertumbuhan streptococcus mutans.
Konsentrasi (%) KHM
Tidak Ya
0.625%
1.25%
2.5%
5%
√
√
√
√
-
-
-
-
22
10%
20%
-
-
√
√
Semua bahan coba dikondisikan dalam suasana anaerob pada inkubator
dengan suhu 370C selama 1 x 24 jam agar perbedaan daya hambat antara kontrol
tetrasiklin dan larutan air garam (8%, 9%, 10%, 11%, 12% ) terhadap streptococcus
mutans dapat diperoleh hasilnya.
Gambar 5. Hasil uji daya hambat larutan Air garam
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa larutan air garam pada konsentrasi
tertinggi (12%) memiliki diameter (zona daya hambat) yang paling besar. Sedangkan
larutan air garam dengan konsentrasi terendah (8%) memiliki diameter terkecil.
Zona daya hambat pada kontrol tetrasiklin memperlihatkan hasil yang
hampir sama dengan larutan air garam pada konsentrasi 9%. Diameter zona daya
23
hambat larutan air garam dan tetrasiklin dengan dua kali perlakuan dapat dilihat
pada tabel dibawah
TABEL 2. Diameter zona daya hambat larutan air garam dan tetrasiklin
Bahan Konsentrasi Replikasi
1 2
Tetrasiklin 2,5% 7,1833 7,233
Larutan 8% 6,833 7
air garam 9% 7,8 7,4667
10% 7,816 7,733
11% 7,933 7,833
12% 8,5833 8,21667
Dari tabel dapat kita lihat bahwa larutan air garam pada konsentrasi 8%
memiliki diameter zona daya hambat terkecil, sedangkan larutan air garam dengan
konsentrasi 12% memiliki diameter zona daya hambat terbesar. tetrasiklin yang
24
bertindak sebagai kontrol memperoleh diameter zona daya hambat yang hampir sama
untuk beberapa kali pengulangan dengan konsentrasi 2,5%. Demikian pula pada
larutan air garam.
Dari hasil pengamatan terbukti bahwa larutan air garam memiliki efektivitas
daya hambat terhadap Streptococcus mutans. Semakin tinggi konsentrasi larutan air
garam, maka diameter zona daya hambatnya semakin besar.
Hasil pengamatan menegenai pengaruh konsentrasi larutan air garam
terhadap streptococcus mutans dapat dilihat pada histogram gambar 6.
Replikasi 1 Replikasi 20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
konsentrasi 8%konsentrasi 9%konsentrasi 10%konsentrasi 11%konsentrasi 12%
Gambar 6. Diameter zona daya hambat konsentrasi larutan air garam terhadap Streptococcus mutans
Hasil tabel dan histogram terlihat jelas bahwa efektivitas daya hambat air
garam sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi.
25
Dari hasil uji daya hambat yang dilakukan, maka dilakukan analisis data
untuk membedakan apakah perbedaan daya hambat tersebut bermakna atau tidak
dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil yang diperoleh terlihat pada tabel 3
Konsentrasi (%) 24 Jam
N Mean P
8% 9% 10% 11% 12% Kontrol
2 2 2 2 2 2
1.5 6.0 7.0 9.5 11.5
0.061*
Keterangan : Uji Kruskal-Wallis *= tidak signifikan P > 0.05
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh
hasil yang tidak signifikan ( P > 0.05 ) atau tidak bermakna yang berarti bahwa tidak
ada perbedaan daya hambat antara 5 konsentrasi larutan air garam dengan kontrol
positif dalam hal ini tetrasiklin.
26
5.2. PEMBAHASAN
Pada gambar 4 dapat dilihat hasil dari uji konsentrasi hambat minimal (KHM)
larutan air garam yang digunakan. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa KHM
dari Setelah memperoleh KHM tersebut kemudian dilakukan uji daya hambat dengan
menggunakan KHM, 2 konsentrasi di bawah KHM, dan 2 konsentrasi di atas KHM,
serta kontrol positif (tetrasiklin).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa larutan
air garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri streptococcus mutans pada
konsentrasi 9%. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa kimia chloride
yang dapat berfungsi sebagai oksidator kuat dan dapat merusak dinding sel bakteri
streptococcus mutans.2
Pada penelitian tersebut disebutkan air garam haruslah memiliki konsentrasi
lebih dari atau sama dengan 9% yakni larutan yang bersifat hipertonis yang
mempunyai tekanan osmosis. Hal ini menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik
keluar sehingga sitoplasma bakteri lama-kelamaan akan menyusut akibatnya mati.2
Aktivitas bakteri streptococcus mutans dapat dipengaruhi oleh larutan air
garam. Efek air garam mungkin dikarenakan oleh meningkatnya permeabilitas
27
membrane sel. Air garam pada konsentrasi tinggi dapat merangsang sintesis enzim
dan mengubah ketidakstabilan dan permeabilitas membrane sel.6
Menurut Edward (1979), garam dapat memperkecil jumlah dari streptococcus
mutans. Ini mengindikasikan bahwa garam dapat mempengaruhi lingkungan enzim
atau mengubah struktur dari enzim guna menurunkan kecenderungan bakteri untuk
berkumpul atau bertambah banyak.6
Pada gambar 5 memperlihatkan luas zona inhibisi dimana yang terbesar pada
konsentrasi 12% dan yang terkecil pada 8%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi yang digunakan maka luas zona inhibisinya semakin luas. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu zat kimia yang digunakan maka mempunyai kemampuan lebih
besar dibanding yang rendah dalam menghambat zat organik.
Pada tabel 2 terlihat bahwa kelima konsentrasi yang digunakan memiliki daya
hambat yang berbeda-beda. Pada pengamatan terlihat rata-rata luas zona inhibisi
terkecil pada konsentrasi 8% yakni 6,9165 mm dan yang terbesar pada konsentrasi
12% yakni 8,39 mm.
Zona hambatan yang terbentuk semakin besar bila konsentrasi larutan air
garam yang digunakan juga semakin besar. Perbedaan daya hambat deiuji secara
statistic menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil uji tersebut menunjukkan perbedaan
28
daya hambat yang tidak bermakna atau tidak signifikan (p>0,05) yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan daya hambat antara 5 konsentrasi air garam dengan tetrasiklin.
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Dari penelitian mengenai efektivitas larutan air garam terhadap
pertumbuhan bakteri streptococcus mutans dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi hambat minimal larutan air garam yang dapat menghambat
pertumbuhan streptococcus mutans adalah 10%, yang meningkat sesuai
dengan peningkatan konsentrasi. Selain itu didapatkan daya hambat larutan
air garam terbesar pada konsentrasi 12% dan terkecil pada konsentrasi 8%.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa larutan air garam sudah dapat
menghambat bakteri streptococcus mutans pada konsentrasi 8%.
6.2 SARAN
Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui efek antimikroba dari
larutan air garam di dalam rongga mulut, serta berkaitan dengan waktu perlakuannya.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Streptococci and oral streptococci. Available from : http:// www.ncl.ac.uk/dental/oralbiol/oralenv/tutorials/streps.htm accessed December 17, 2010.
2. Air garam. Available from : http://tanyapepsodent.com/air-garam accessed December 17, 2010
3. Salt. Available from http://www.mii.org/minerals/photosalt.html accessed December 17, 2010
4. Salt. Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/salt accesed Desember 17, 2010
5. Salt. Available from : http://www.answers.com/topic/salt accessed december 17, 2010
6. Takada K, Fukushima K. Effect of certain salt on glucosyltransferase synthesis by streptococcus mutans strain PS-14. J Dent Res 1986 Mar, 65 (3):[internet]. Available from : http://jdr.sagepub.com/content/65/3/452.abstract . accessed Descember 17, 2010.
7. Mukasa H, Shimamura A, Tsumori H. Effect of salts on water insoluble glucan formation by glucosyltransferase of streptococcus mutans. Infect and imun. 1979 Mar, 23 (3):[internet]. Available from : http://iai.asm.org/cgi/reprint/23/3/564.pdf accessed December 17, 2010.
30
8. Qualtrough AJE, Satterthwaite JD, Morrow LA, Brunton PA. Principle of operative dentistry. Australia : Blackwell Munksgaard. 2005. pp 14-15.
9. Roberson MT, Heymann OH, Swift JE. Sturdevant’s art and science of operative dentistry 4th ed. St Louis : CV Mosby Co. 2002. pp 65-7
10. Bisla S. Dental caries. 2000. Available from : http://sciweb.hfcc.net/biology/jacobs/micro/caries/caries.htm accessed December 17, 2010
11. Narins, Brigham. World of microbiology and immunology. America : Thomson Gale. 2003. pp 250.
31