122
SKRIPSI HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2019 Oleh : ESTERLINA BR SITUNGKIR 032015015 PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2019

SKRIPSI HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI … · Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi karena pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI

PASIEN KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2019

Oleh :

ESTERLINA BR SITUNGKIR

032015015

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2019

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI

PASIEN KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2019

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

dalam Program Studi Ners

pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth

Oleh :

ESTERLINA BR SITUNGKIR

032015015

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2019

ix

ABSTRAK

Esterlina Br Situngkir, 032015015

Hubungan Konsep Diri Dengan Penerimaan Diri Pasien Kanker Payudara Pasca

Mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2019

Program Study Ners

Kata kunci: Konsep diri, penerimaan diri, kanker payudara, mastektomi

(xviii + 73 + lampiran)

Konsep diri merupakan pandangan, persepsi dan sikap individu terhadap diri

sendiri. Pemahaman terhadap diri sendiri akan membantu individu untuk

membentuk konsep diri yang positif. Konsep diri positif akan membentuk

penerimaan diri yang tinggi, sehingga ada keterkaitan yang erat antara konsep diri

dengan penerimaan diri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya

hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker pasca mastektomi di

RSUP. H Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi

dengan pendekatan secara cross sectional. Populasi adalah seluruh pasien kanker

payudara pasca mastektomi di RSUP. H Adam Malik Medan, pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling, jumlah sampel 30 orang. Hasil penelitian

menunjukkan konsep diri positif (86,7%) dan penerimaan diri tinggi (66,7%), dari

uji analisis Fisher exact test dengan nilai p-value = 0,008 (p<0,05), sehingga Ha

diterima atau ada hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Diharapkan agar

pasien kanker payudarapasca mastektomi mampu mempertahankan konsep diri

positif yang dimiliki sehingga pasien tetap memiliki penerimaan diri yang tinggi.

Daftar Pustaka Indonesia (2009-2018)

x

ABSTRACT

Esterlina Br Situngkir, 032015015

The Relationship of Self Concept with Self-Acceptance of Post-Mastectomy Breast

Cancer Patients at Haji Adam Malik Central Public Hospital Medan

Ners Study Program

Keywords: Self-concept, self-acceptance, breast cancer, mastectomy

(xviii + 73 + attachments)

The concept of self is the views, perceptions and attitudes of individuals towards

themselves. Understanding of yourself will help individuals to form positive self-

concepts. Positive self-concept will form high self-acceptance, so there is a close

relationship between self-concept and self-acceptance. The purpose of the study is

to determine the relationship between self-concept and self-acceptance of post-

mastectomy cancer patients at RSUP. H Adam Malik Medan. This study is a

correlation analytic study with a cross sectional approach. The population is all

post-mastectomy breast cancer patients at RSUP. H Adam Malik Medan, taking

samples using purposive sampling, the number of samples is 30 people. The results

showed positive self-concept (86.7%) and high self-acceptance (66.7%), from

Fisher's exact test with p-value = 0.008 (p <0.05), so Ha is accepted or there is a

relationship self-concept with self-acceptance of post-mastectomy breast cancer

patients at H. Adam Malik Hospital Medan. It is expected that post-mastectomy

breast cancer patients are able to maintain their positive self-concept so that

patients continue to have high self-acceptance.

References (2009-2018)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia yang diberikan pada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa

Elisabeth Medan ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan konsep diri

dengan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di RSUP

H. Adam Malik Medan”

Dalam penyusunan Skripsi ini saya tidak lupa untuk mengucapkan banyak

terimakasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam menyusun skripsi ini.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Mestiana Br Karo, M.Kep., DNSc selaku ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti

serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

2. Dr. dr. Fajrinur. M.Ked. (Paru) SpP (K) selaku direktur sumber daya manusia

(SDM) dan pendidikan Rumah Sakit Adam Malik Medan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP. H

Adam Malik Medan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN selaku ketua Program Studi Ners

sekaligus pembimbing II dan penguji II saya yang telah memberikan

kesempatan kepada saya menyelesaikan Skripsi ini dalam upaya penyelesaian

pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan dan telah bersedia memberikan

xii

arahan dan bimbingan serta kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

4. Mardiati Br. Barus, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing I

sekaligus penguji I yang telah sabar dan banyak memberikan waktu dalam

membimbing dan memberikan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan baik.

5. Maria Pujiastuti Simbolon, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji

sekaligus pembimbing III yang telah sabar dan banyak memberikan waktu

dalam membimbing dan memberikan arahan dalam mengerjakan Skripsi

pada peneliti.

6. Jagentar Parlindungan Pane, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing

akademik saya yang telah banyak memberi saran dan arahan, serta motivasi

kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada

waktunya.

7. Seluruh tenaga pengajar dan tenaga kependidikan di STIKes Santa Elisabeth

Medan yang telah membimbing, mendidik dan membantu peneliti selama

pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

8. Kedua orangtua tercinta Bapak K. Situngkir dan Ibu K. Br Purba yang telah

memberi kasih sayang, dukungan sosial, dukungan material dan motivasi

selama peneliti mengikuti pendidikan.

9. Seluruh teman-teman program studi Ners tahap akademik angkatan ke IX

stambuk 2015 yang selalu berjuang bersama sampai dengan penyusunan

xiii

tugas akhir ini, dan terimakasih untuk semua orang yang terlibat dalam

penyusunan Skripsi ini, yang tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna. Oleh karena

itu, peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan Skripsi ini. Harapan peneliti semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 15 Mei 2019

Peneliti

(Esterlina Br Situngkir)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................. i

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR .................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... v

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... vi

PENGESAHAN ............................................................................................ vii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ...................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 5

1.3.2 Tujuan khusus ................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................. 5

1.4.2 Manfaat praktis ................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

2.1. Konsep Diri ................................................................................. 8

2.1.1 Definisi ............................................................................... 8

2.1.2 Proses pembentukan konsep diri ....................................... 9

2.1.3 Proses perkembangan konsep diri ...................................... 11

2.1.4 Dimensi konsep diri ........................................................... 12

2.1.5 Jenis konsep diri ................................................................. 15

2.1.6 Komponen konsep diri ....................................................... 16

2.2. Penerimaan Diri........................................................................... 18

2.2.1 Definisi .............................................................................. 18

2.2.2 Aspek penerimaan diri ....................................................... 19

2.2.3 Ciri-ciri orang yang menerima diri..................................... 20

2.2.4 Faktor dalam penerimaan diri ............................................ 21

2.2.5 Komponen penerimaan diri ............................................... 23

2.3. Kanker Payudara ......................................................................... 24

2.3.1 Definisi ............................................................................. 24

2.3.2 Epidemiologi kanker payudara .......................................... 25

2.3.3 Penyebab dan faktor resiko................................................ 26

xv

2.3.4 Tanda dan gejala ............................................................... 29

2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................... 30

2.4. Mastektomi .................................................................................. 37

2.4.1 Definisi ............................................................................. 37

2.4.2 Klasifikasi berdasarkan stadium ....................................... 37

2.4.3 Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri ................ 39

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........ 41

3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 41

3.2. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 42

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 43

4.1. Rancangan Penelitian .................................................................. 43

4.2. Populasi Dan Sampel .................................................................. 43

4.2.1 Populasi .............................................................................. 43

4.2.2 Sampel ................................................................................ 44

4.3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ............................ 45

4.3.1 Variabel independen............................................................ 45

4.3.2 Variabel dependen ............................................................... 46

4.3.3 Defenisi operasional ............................................................ 46

4.4. Instrumen Penelitian .................................................................... 47

4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 50

4.5.1 Lokasi penelitian ................................................................ 50

4.5.2 Waktu penelitian ................................................................ 50

4.6. Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data .......................... 51

4.6.1 Pengambilan data ............................................................... 51

4.6.2 Teknik pengumpulan data .................................................. 51

4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas ............................................... 51

4.7. Kerangka Operasional ................................................................. 53

4.8. Analisa Data ................................................................................ 54

4.9. Etika Penelitian ........................................................................... 55

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 57

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 57

5.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 59

5.2.1 Karakteristik demografi responden .................................... 59

5.2.2 Konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

RSUP H. Adam Malik Medan ........................................... 60

5.2.3 Penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan ................... 61

5.2.4 Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien

Kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam

Malik Medan ...................................................................... 61

5.3. Pembahasan ................................................................................. 62

5.3.1 Konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

RSUP H. Adam Malik Medan ............................................ 62

xvi

5.3.2 Penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan ................... 65

5.3.3 Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien

Kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam

Malik Medan ...................................................................... 67

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 69

6.1. Simpulan ...................................................................................... 69

6.2. Saran ............................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

1. Flowchart ........................................................................................... 74

2. Usulan judul skripsi ........................................................................... 75

3. Pengajuan judul .................................................................................. 76

4. Permohonan pengambilan data awal .................................................. 77

5. Surat persetujuan pengambilan data awal .......................................... 79

6. Surat permohonan penelitian .............................................................. 81

7. Surat izin penelitian ............................................................................ 83

8. Surat layak etik ................................................................................... 84

9. Surat balasan penelitian ...................................................................... 85

10. Lembar persetujuan responden ........................................................... 86

11. Inform consent .................................................................................... 87

12. Kuesioner Penelitian ........................................................................... 88

13. Kartu bimbingan ................................................................................. 101

xvii

DAFTAR TABEL Hal

Tabel 4.1.

Tabel 5.1.

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel operasional hubungan konsep diri dengan interaksi

sosial pada pasien kanker payudara pasca mastektomi di

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun2019...............................

Distribusi frekuensi karakteristik demografi pasien kanker

payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan..........................................................

Distribusi frekuensi konsep diri pasien kanker payudara pasca

mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik

Medan........................................................................................

Distribusi frekuensi penerimaan diri pasien kanker pasca

mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan........................................................................................

Distribusi frekuensi hubungan konsep diri dengan penerimaan

diri pasien kanker pasca mastektomi di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan...........................

47

59

60

61

61

xviii

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 3.1 Kerangka koseptual Hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan Tahun

2019..........................................................................................

41

Bagan 4.1 Kerangka Operasional Hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

Rumah Sakit Umum Pusat .Haji Adam Malik Medan Tahun

2019..........................................................................................

53

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi karena pertumbuhan

berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel atau jaringan payudara.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara meliputi faktor

reproduksi, faktor endokrin, diet dan genetik atau riwayat keluarga (Sastra, 2016).

Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC) pada

tahun 2018, diketahui bahwa kanker payudara merupakan kanker paling umum

kedua didunia. Prevalensi kasus kanker baru yang didiagnosis pada tahun 2018

sekitar 2,1 juta kasus. Kanker payudara juga merupakan penyebab utama kematian

akibat kanker pada wanita yakni dengan prevalensi 13,8%.

Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi kanker payudara memiliki

pengingkatan dari 1,4% menjadi 1,8 persen pada tahun 2018. Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi dengan prevalensi kanker payudara

tertinggi yang juga mengalami peningkatan yakni 4,9%. Berdasarkan survei awal

yang dilakukan oleh peneliti di RSUP. H Adam Malik Medan (2018), prevalensi

penderita kanker payudara yang dalam masa rawat jalan sebanyak 929 kasus pada

tahun 2018.

Seiring dengan perkembangan teknologi di dunia medis, banyak ditemukan

pengobatan yang kemudian diterapkan untuk penyembuhan kanker

2

payudara. Salah satu jenis pengobatan yang paling banyak digunakan dalam proses

penyembuhan kanker payudara adalah tindakan mastektomi.

Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk operasi pengangkatan

salah satu atau kedua payudara, sebagai atau seluruhnya (KBBI). Berdasarkan

penelitian Yang, zhu, dan Ghu (2015) menyatakan bahwa mastektomi adalah

pengobatan utama bagi pasien kanker payudara. Penelitian telah menunjukkan

bahwa pada tahun belakangan ini, jumlah pasien yang memilih mastektomi lebih

tinggi dibandingkan dengan pembedahan yang lebih ringan

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti (2018) di RSUP. H Adam

Malik Medan, mastektomi yang paling dominan dilakukan adalah unilateral

extended mastectomy dan unilateral simpel mastectomy. jumlah pasien kanker

payudara yang melakukan Unilateral simpel masctectomy maupun unilateral

extended mastectomy sampai pada bulan oktober 2018 sebanyak 82 kasus.

Mastektomi biasanya dilakukan untuk mengobati kanker payudara.

Pengobatan dari tindakan mastektomi dapat menimbulkan dampak negatif baik

fisik maupun psikologis. Dampak fisik terjadi ketika penyembuhan luka tertunda

dan resiko infeksi didaerah bedah. Dampak psikologis setelah dilakukan

pengangkatan payudara, individu akan merasa khawatir tentang bentuk tubuh yang

dinilai tidak seimbang, kehilangan kepercayaan diri, menilai diri negatif terhadap

penampilannya. Wanita yang memiliki respon psikologis yang buruk akan berujung

pada gangguan konsep diri.

Konsep diri merupakan apa yang dipikirkan tentang diri sendiri. Ada dua

konsep diri komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut

3

self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah

pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan siapa saya, yang akan

memberikan ganbaran tentang diri saya. Gambaran ini disebut citra diri. Sementara

itu, komponen efektif merupakan penelitian individu terhadap dirinya sendiri yang

akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu

(Gufron & Risnawita, 2016).

Sastra (2016) dalam penelitiannya tentang hubungan dukungan keluarga

dengan konsep diri pasien kanker payudara menyatakan bahwa sebagian besar

wanita yang menderita kanker payudara pasca mastektomi, memiliki konsep diri

negatif ( 53,4%). Tidak sejalan dengan penelitian Yahya, Elita, dan Dewi (2014)

tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan gambaran diri pada wanita pasca

mastektomi kanker payudara menyatakan bahwa sebanyak 13 responden (43,3%)

yang memiliki gambaran diri negatif.

Kamelia (dalam Sastra, 2016) menyatakan bahwa wanita yang menderita

kanker payudara akan memiliki konsep diri yang negatif sehingga dapat

mempengaruhi tingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri

yang positif menunjang terbentuknya individu dengan kepribadian yang sehat.

Penderita kanker payudara dengan konsep diri yang negatif akan mengalami

depresi. Hal ini sejalan dengan penelitian Margi (dalam Thoha dan Kirnantoro,

2015) menyatakan bahwa seorang wanita yang menderita kanker payudara dengan

konsep diri yang positif, mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai

yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

4

Konsep diri yang positif berkaitan erat dengan penerimaan diri. Seseorang

dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang

begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh

pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif (Ritung &

Naomi, 2017). Hal ini senada dengan penelitian Hamidah (dalam Thoha &

Kirnantoro, 2015) menyatakan bahwa Seseorang yang hendak mencapai konsep

diri yang baik harus dapat menjalankan penerimaan atas dirinya. Seseorang yang

memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penerimaan diri yang positif, jika

memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas

dirinya.

Selvi dan Santi (2017) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti seorang

individu telah belajar untuk hidup dengan dirinya sendiri, dalam arti individu dapat

menerima kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya. Penerimaan

bukan berarti menoleransi sesuatu yang membuat kita sengsara, tetapi penerimaan

berarti menyadari kekuatan yang kita miliki dalam diri kita untuk menjadi bahagia,

kuat dan sukses sekarang. Karena penerimaan merupakan langkah pertama untuk

bisa menciptakan perubahan dalam hidup seseorang.

Menurut penelitian Yunalia (2017) yang berjudul hubungan konsep diri

dengan penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas, menyatakan

bahwa konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan diri. Hasil penelitian juga

menunjukkan adanya kekuatan korelasi cukup erat yang menunjukkan arah

hubungannya positif (searah) apabila remaja putri mempunyai konsep diri positif

maka penerimaan perubahan fisiknya baik.

5

Thoha dan Kinantoro (2015) dalam penelitiannya tentang hubungan konsep

diri dan penerimaan diri pada lansia menunjukkan bahwa sebagian besar responden

miliki konsep diri kategori positif dan memiliki penerimaan diri yang tinggi

sebanyak 28 orang (41,2%), penerimaan diri yang sedang sebanyak 34 orang

(50%), dan penerimaan diri rendah sebanyak 6 orang (8,8%).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pada pasien pasca

mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Konsep Diri dengan Penerimaan Diri Pada Pasien

Kanker Payudara Pasca Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi.

2. Mendeskripsikan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

mastektomi.

3. Menganalisa hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien

kanker payudara pasca mastektomi.

1.4. Manfaat Penelitian

6

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat

dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna dan sebagai sumber baca

mengenai hubungan penerimaan diri dengan konsep diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai sumber/ bahan referensi bagi pendidik dalam memberikan

wawasan dan pengetahuan serta informasi mengenai hubungan konsep diri

dengan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi.

2. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

perawat dalam melakukan intervensi keperawatan terkait pasien kanker

payudara pasca mastektomi yang memiliki penerimaan diri yang rendah

dengan cara meningkatkan konsep diri.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini menjadi tempat/wadah bagi peneliti untuk

membagi ilmu dan memberi masukan tentang pentingnya meningkatkan

konsep diri pada pasien kanker payudara sehingga penerimaan diri semakin

meningkat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai landasan atau dasar acuan, menambah pengetahuan peneliti

dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.

7

5. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi bagi

pasien kanker payudara pasca mastektomi untuk dapat menerima

kondisinya saat ini dengan cara meningkatkan konsep diri yang ada pada

pasien.

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Definisi

Konsep diri adalah gambaran mental diri seseorang (Calhauon & Acocella,

1995). Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri meruapakan gambaran

seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,

psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Burn

mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan

yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri

dimata oranglain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Definisi lain

diungkapkan oleh Rahmat, konsep diri bukan hanya gambaran dekskriptif,

melainkan juga penilaian individu mengenai dirinya sendiri. (Ghufron & Risnawita,

2016).

Konsep diri, menurut Rogers ( dalam Budiharjo, ed., 1997), adalah bagian

sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu “aku”

merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri ini merupakan bagian

inti dari pengalaman individu yang secara perlahan- lahan dibedakan dan

disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “ apa dan siapa

aku sebenarnya” dan “ apa sebenarnya yang harus aku perbuat”. Jadi, konsep diri

adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan

dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku

9

Untuk menunjukkan apakah konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari

perasaan dan pengalaman organismik, Roger (dalam Budiharjo, ed., 1997)

mengajukan 2 konsep yaitu kesesuaian dan ketidaksesuaian:

1. incongruence : ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman

organismik disebabkan adanya pengasingan diri yang mendasar dalam

individu. Dalam hai ini, individu merasa diancam dan takut karena dia

ternyata tidak mampu menerima secara terbuka dan fleksibel semua

pengalaman dan nilai organismik dalam konsep dirinya yang terlalu sempit.

Akibat dari semua ini ialah konsep diri utuh, tingkah lakukanya defensif,

pikiran kaku dan picik.

2. Congruence : adalah situasi saat pengalaman diri diungkapkan dengan

seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli. Sehingga

tendensi aktualisasi diri dalam pribadi seseorang dapat berkembang tanpa

halangan (Sobur, 2013).

2.1.2. Proses pembentukan konsep diri

Konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap

oranglain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mualai belajar berpikir dan

merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain dalam

lingkungannya; misalnya, orangtuanya, gurunya, atau teman-temannya, sehingga

apabila seorang guru mengatakan secara terus-menerus pada seorang muridnya

bahwa ia kurang mampu, lama kelamaan anak akan mempunyai konsep diri

semacam itu (Sobur, 2013).

10

Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan:

1. Konsep diri primer

Konsep yang terbentuk atas dasar pengalaman terhadap lingkungan

terdekat, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Pengalaman-pengalaman

berbeda yang diterima melalui anggota rumah, dari orang tua, nenek,

paman, ataupun saudara-saudara sekandung lainnya. Konsep tentang

bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dan

saudara-saudara lainnya. Adapun konsep kehidupan ini, banyak

ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanan-tekanan yang datang dari

orang tuanya.

2. Konsep diri sekunder

Konsep diri yang terbentuk setelah anak bertambah besar, yang

mengakibatkan ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada

sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya. Misalnya, ia

mempunyai banyak teman, lebih banyak kenalan, dan sebagai akibatnya

ia memiliki pengalaman baru dan berbeda dari apa yang terbentuk dalam

lingkungan rumahnya.

Konsep diri sekunder banyak ditentukan pula oleh konsep diri primer.

Apabila konsep diri primer yang dimiliki seserorang tergolong orang yang pendiam,

penurut, tidak nakal, atau tidak suka membuat keributan, ia akan cenderung pula

memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dimilikinya,

dan teman-teman barunya itulah yang nantinya membentuk konsep diri sekunder

(Sobur, 2013).

11

2.1.3. Proses perkembangan konsep diri

Ketika lahir manusia tidak memiliki konsep diri, pengetahuan tentang diri

sendiri, harapan terhadap diri sendiri, dan penilaian pada diri sendiri. Artinya

individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan.

Sensasi yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari

sebagai suatu yang dihasilkan dari interaksi antara dua faktor yang masing-masing

berdiri sendiri, yaitu lingkungan dan dirinya sendiri. Namun, keadaan ini tidak

berlangsung lama, secara perlahan-lahan individu akan dapat membedakan antara

“aku” dan “bukan aku”. Pada saat itu, individu mulai menyadari apa yang dilakukan

seiring dengan menguatnya panca indra. Individu dapat membedakan dan belajar

tentang dunia yang bukan aku. Berdasarkan hal ini individu membangun konsep

diri (Gufron & Risnawita, 2016).

Ada 2 hal yang mendasari perkembangan konsep diri yaitu: pengalaman

secara situasional dan interaksi dengan orang lain:

1. Pengalaman secara situasional

Biasanya, kita mengamati pengalaman-pengalaman yang datang pada

diri kita. Segenap pengalaman yang datang pada diri kita tidak seluruhnya

mempunyai pengaruh kuata pada diri kita sendiri. Jika pengalaman-pengalaman

itu merupakan sesuatu yang konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita,

secara rasional dapat kita terima. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut tidak

cocok dan tidak konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita secara rasional

tidak dapat kita terima.

12

2. Interaksi dengan orang lain

Penemuan diri dari berbagai bagian tubuhnya, mengenal suaranya sendiri

dan pandangan mengenai dirinya sendiri didepan cermin, menurut konsep anak.

Konsep diri ini dipelihara secara kontinu dalam pengembangan suatu tujuan. Masa

anak-anak adalah periode kritis dimana anak mempelajari kata-kata, seperti cantik,

tampan, baik, buruk, bodoh, pintar, dan sebagainya. Adalah ciri manusia secara

berangsur-angsur mengembangkan gambaran diri, dan hal ini biasanya tetap bisa

dipertahankan.

Atas dasar itu, pandangan kita terhdap diri sendiri adalah dasar dari konsep

diri kita, dan untuk memperoleh pengertian mengenai diri kita tersebut dapat

dilakukan melalui “ interaksi dengan oranglain”, yang tentunya disertai persepsi

dan kesadaran kita tentang cara oranglain tersebut melihat kita dan reaksi mereka

terhadap kita (Sobur, 2013).

2.1.4. Dimensi konsep diri

Hall dan Lindzey (1970) (Fittz, 1971: 14) mengemukakan bahwa diri

mempunyai dua makna yang berbeda. Sikap, perasaan, persepsi dan evaluasi adalah

tentang diri sebagai objek (self-as-object); sementara berpikir, mengamati dan

melakukan aktivitas merupakan diri sebagai proses (self-as-process). Diri secara

keseluruhan, yang dialami oleh individu, sering disebut ‘diri-fenomenal’. Diri

fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu itu sendiri;

inilah diri yang disadari.

13

1) Dimensi Internal

1. Diri identitas (the identity self)

Diri identitas merupakan bagian yang mendasar pada konsep diri dan

mengacu pada pertanyaan “Siapa saya?”. Dari pertanyaan itulah

individu akan menggambarkan dirinya sendiri dan membangun identitas

diri. Pengetahuan individu tentang dirinya akan bertambah dan semakin

kompleks seiring dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan

lingkungannya.

2. Diri tingkah laku (the behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang

berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.

Bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Keserasian antara diri

identitas dengan diri pelaku menjadikan individu dapat mengenali dan

menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.

3. Diri penilaian (the judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.

Kedudukan diri penilai adalah sebagai perantara antara diri identitas dan

diri pelaku. Penilaian ini nantinya akan berperan dalam menentukan

tindakan yang akan ditampilkan individu tersebut. Diri penilai juga

menentukan kepuasan individu akan diri sendiri.

14

2) Dimensi Eksternal

Dari dimensi eksternal terdapat sub-sub diri sebagai berikut:

1. Diri fisik (physical self)

Merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan,

penampilan diri dan gerak motoriknya.

2. Diri etik moral (moral-ethical self)

Diri etik moral merupakan persepsi individu tentang dirinya ditinjau

dari standar pertimbangan nilai-nilai moral dan etika. Dalam hal ini

ditinjau dari hubungan orang dengan Tuhan, rasa puas individu

terhadap kehidupan, beragamnya nilai-nilai moral yang dianut dan

perasaan sebagai orang baik atau orang buruk personal merupakan

perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas dari keadaan

fisik dan hubungannya dengan orang lain, sejauh mana individu

merasa adekuat sebagai pribadi.

3. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri individu sebagai

anggota keluarga dan teman-teman dekatnya. Sejauhmana dirinya

merasa adekuat sebagai anggota keluarga dan teman-teman

dekatnya.

4. Diri sosial (social self)

Diri sosial merupakan penilaian individu terhadap dirinya dalam

interaksi dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas.

15

5. Diri akademik/kerja (academic/work self)

Diri Akademi atau kerja merupakan penilaian yang berkaitan

dengan penilaian keterampilan dan prestasi akademik. Bagaimana

orang lain merasakan kehadiran seseorang di sekolah atau tempat

kerja dan bagaimana seseorang melihat orang lain pada situasi

tersebut (Widiarti, 2017).

2.1.5. Jenis konsep diri

1. Konsep diri negatif

Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif, apabila:

a) Tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang dirinya, ia

kurang memahami siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahan yang

dimilikinya.

b) Memiliki pandangan tentang dirinya yang terlalu kaku (tidak dapat

berubah) atau terlalu tinggi/berlebihan. Menolak informasi yang

baru (terutama yang negatif) tentang dirinya, sehingga orang

tersebut sulit untuk mengubah konsep diri yang sudah dianggap

betul.

c) Lebih banyak melihat aspek-aspek kekurangan/kelemahannya

dalam dirinya daripada aspek-aspek kelebihan/kekuatan yang

dimiliki.

16

2. Konsep diri positif

Seseorang dapat dikatakan mempunyai konsep diri positif apabila:

a) Memiliki pengetahuan menyeluruh mengenai dirinya, mencakup

kelebihan dan kelemahan dirinya.

b) Menerima diri apa adanya, apabila ia mempunyai kelebihan ia tidak

sombong dan apabila ia mempunyai kelemahan tidak kecewa.

c) Memiliki kesadaran yang besar untuk mengubah atau mengurangi

aspek dari dirinya yang dianggap merugikan (Elihami, 2018).

2.1.6 Komponen konsep diri

1. Citra tubuh

Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai

suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan,

atribut atau jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan

identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang

lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga,

kemampuan penguasaan diri.

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya

bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan

dengan tipe orang yang diinginkan/ disukainya atau sejumlah aspirasi,

tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun

penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat

individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan

17

sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan

kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung.

Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan

mental.

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal

dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu :

dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif

cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,

sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat,

cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di

lingkungannya.

4. Peran diri

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang

diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di

dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran

yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur

kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang

memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

5. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh

individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu

18

dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai

perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda

dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak

masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.

Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek

terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri

(Khairani, 2014).

2.2. Penerimaan Diri

2.2.1. Definisi penerimaan diri

Selvi & Santi (2017) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti seorang

individu telah belajar untuk hidup dengan dirinya sendiri, dalam arti individu dapat

menerima kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya.Penerimaan

bukan berarti menoleransi sesuatu yang membuat kita sengsara, tetapi penerimaan

berarti menyadari kekuatan yang kita miliki dalam diri kita untuk menjadi bahagia,

kuat dan sukses sekarang.

Penerimaan diri adalah konsep yang penting dalam memahami

perkembangan pada psikologi kesehatan. Artinya, individu baik laki-laki maupun

perempuan diharapkan mampu memiliki penerimaan diri baik kekurangan maupun

kelebihannya (Morgado dkk, 2014).

Menurut kamus psikologi menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah

sebuah sikap seseorang menerima dirinya.

19

2.2.2. Aspek penerimaan diri

Aspek penerimaan diri menurut supratiknya berkaitan dengan 3 hal yaitu:

1. Kerelaan

Kerelaan diartikan mau membuka atau mengungkapkan aneka

pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada oranglain. Dalam

mengungkapkan diri, maka harus dibarengi dengan sikap jujur, tulus,

dan autentik dalam membuka diri.

2. Kesehatan psikologis

Hal ini berkaitan dengan kualitas perasaan kita terhadap diri sendiri.

Orang yang sehat secara psikologis memandang dirinya merupakan orang

yang disenangi, mampu berharga, dan diterima oleh oranglain. Namun, bagi

orang yang menolak dirinya, biasanya tidak bahagia dan tidak mampu

membangun serta melestarikan hubungan yang baik dengan oranglain.

3. Penerimaan diri terhadap orang lain

Orang yang menrima dirinya biasnya lebih bisa untuk menerima

oranglain. Bila individu berpikiran positif tentang dirinya, maka seseorang

individu juga akan memiliki pikiran yang baik dengan orang lain. Namun

sebaliknya, jika individu menolak dirinya makan ia pun akan menolak ornag

lain. Apabila inidividu dapat memahami dan menerima perasaan-perasaan

yang dimilikinya, maka individu akan lebih mudah untuk merasakan

perasaan-perasaan yang sama yang dtunjukkan oleh orang lain.

20

2.2.3. Ciri-ciri orang yang menerima diri

Menurut Jerslid, ciri- ciri orang yang menerima dirinya adalah (dalam

Akbar & Heriyadi, 2013):

1. Memiliki penilaian realistik terhadap potensi-potensi yang dimilikinya.

2. Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri

3. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab terhadap perilakunya.

4. Mereka menerima kualitas-kualitas kemanusiaan mereka tanpa

menyalahkan diri mereka terhadap keadaan- keadaan di luar kendali

mereka.

Sedangkan menurut menurut Sheerer ciri orang yang menerima diri (Denmark

1973):

1. Bertanggungjawab dan menerima konsekuensi dari perilaku yang dilakukan

2. Menerima pujian atau kritik dari oranglain secara objektif

3. Tidak mencoaba menyangkal atau mengelabuhi perasaan, motif,

keterbatasan, kemampuan, atau kualilifikasi yang ada dalam dirinya, akan

tetapi dia menerima keadaan diri tanpa penghukuman diri.

4. Menganggap bahwa dirinya juga memiliki posisi yang sama dengan

oranglain.

5. Tidak malu atau sadar diri

21

2.2.4. Faktor dalam penerimaan diri

Menurut Hurlock (dalam Selvi dan Shanty, 2017) mengemukakan faktor-

faktor yang berperan dalam proses penerimaan diri yaitu:

1. Pemahaman tentang diri sendiri

Pemahaman ini timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali

kemampuan dan ketidakmampuannya. Tidak hanya itu, seorang individu

yang memahami dirinya sendiri juga mencoba menunjukkan

kemampuannya. Semakin individu memhami dirinya, maka semakin besar

penerimaan individu terhadap dirinya.

2. Harapan realistik orang lain.

Harapan yang realistik atau nyata atau dapat diwujudkan timbul jika

individu menentukan sendiri harapannya dimana harapan tersebut

disesuaikan dengan pemahaman kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh

orang lain. Dengan harapan realistik, akan semakin besar kesempatan

tercapainya harapan tersebut sehingga menimbulkan kepuasan diri.

3. Tidak adanya hambatan lingkungan

Harapan individu akan sulit tercapai bila lingkungan di sekitarnya tidak

memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi (walaupun harapan

individu sudah realistik).

4. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Tidak adanya prasangka serta adanya pengahargaan terhadap kemampuan

sosial orang lain dan kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan.

22

5. Tidak adanya gangguan emosional yang berat

Tidak adanya gangguan emosional yang berat akan membuat individu dapat

bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia.

6. Pengaruh keberhasilan yang dialami

Keberhasilan yang dialami dapat menimbulakan penerimaan diri (yang

positif). Sebaliknya, kegagalan yang dialami mengakibatkan adanya

penolakan diri.

7. Identifikasi dengan orang yang memilki penyesuaian diri yang baik

Individu yang mengidentifikasi diri dengan orang yang dapat

menyelesaikan dirinya dengan baik, dapat membangun sikap-sikap yang

positif terhadap diri sendiri dan bertingkah laku dengan baik. Hal ini dapat

menimbulkan penerimaan diri dan penilaian diri yang baik.

8. Adanya perspektif diri yang luas

Perspektif diri yang luas berarti memperhatikan pandangan oranglain

tentang diri. Perspektif diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan

belajar.

9. Pola asuh di masa kecil yang baik

Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai

orang yang dapat menghargai dirinya sendiri.

10. Konsep diri yang stabil

Individu yang tidak memilki konsep diri yang stabil (misalnya, kadang

menyukai diri dan kadang tidak menyukai diri), akan sulit menunjukkan

23

pada oranglain siapa ia sebenarnya, sebab ia sendiri ambivalen terhadap

dirinya sendiri

2.2.5. Komponen penerimaan diri

Menurut Bastaman (2007), terdapat beberapa komponen yang menentukan

keberhasilan seseorang dalam penerimaan diri, yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman diri (Self Insight)

Yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan

keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih

baik.

2. Makna hidup (the meaning of life)

Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan pribadi seseorang yang

berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-

kegiatannya.

3. Pengubahan sikap (changing attitude)

Merubah diri yang bersikap negatif menjadi positif dan lebih tepat dalam

menghadapi masalah.

4. Keikatan diri (self commitment)

Merupakan komitmen individu terhadap makna hidup yang ditetapkan.

Komitmen yang kuat akan membawa diri pada hidup yang lebih bermakna

dan mendalam.

24

5. Kegiatan terarah (directed activities)

Suatu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja, berupa

pengembangan potensi pribadi yang positif serta pemanfaatan relasi antar

pribadi untuk mencapai tujuan hidup.

6. Dukungan sosial (social support)

Yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya,

dan selalu sedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.

2.3. Kanker Payudara

2.3.1. Definisi kanker payudara

Kanker payudara adalah (ca mamae) merupakan suatu kondisi dimana sel

telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada

jaringan payudara Mulayani (dalam Despitasari & Dila, 2017).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara

yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga menyebar di antara

jaringan atau organ didekat payudara atau di bagian tubuh lainnya (Depkes RI,

2016).

Kanker payudara (carsinoma mammae) adalah sekelompok sel yang tidak

normal pada payudara yang terus menerus tumbuh berlipat ganda, dimana sel–sel

itu kemudian membentuk benjolan pada payudara American Cancer Society (dalam

Pratiwi & Santi, 2014).

25

Mastektomi merupakan tindakan pembedahan untuk menghilangkan sebagian atau

smua payudara. Ada berbagai jenis mastektomi yang berbeda menurut besar jumlah

jaringan dan kelenjar getah bening (Dictionary of cancer terms).

2.3.2. Epidemiologi kanker payudara

Kanker payudara adalah kanker paling umum kedua di dunia dan

merupakan kanker yang paling sering di antara perempuan dengan perkiraan 1,67

juta kasus kanker baru yang didiagnosis pada tahun 2012 (25% dari semua kanker).

Kasus kanker payudara lebih banyak di daerah kurang berkembang (883.000 kasus)

dibandingkan dengan daerah yang lebih maju (749.000 kasus). Tingkat incidance

rate (IR) bervariasi hampir empat kali lipat diseluruh wilayah dunia, mulai dari 27

kasus per 100.000 di Afrika Tengah dan Asia Timur sampai 92 kasus per 100.000

di Amerika Utara.

Berdasarkan International Agency For Research on Cancer (IARC) dalam

idofatin kanker 2016, diketahui bahwa kanker payudara adalah kanker paling umum

kedua didunia dan merupakan kanker yang paling sering di antara perempuan

dengan perkiraan 1,67 juta kasus kanker baru yang didiagnosis pada tahun 2012

(25% dari semua kanker). Kasus kanker payudara lebih banyak terjadi di daerah

kurang berkembang (883.000 kasus) dibandingkan dengan daerah yang lebih maju

(794.000 kasus). Tingkat indidence rate bervariasi hampir empat kali lipat

diseluruh wilayah dunia, mulai dari 27 kasus per 100.000 di Afrika Tengah dan

Asia Timur sampai 92 kasus per 100.000 di Amerika Utara (Diananda, 2017).

26

2.3.3. Penyebab dan faktor resiko

1. Riwayat reproduksi dan menyusui

1) Riwayat reproduksi: meliputi umur pertama kali menstruasi

Berdasarkan riwayat reproduksi, prevalensi tumor payudara relatif

lebih tinggi pada wanita dengan umur pertama kali menstruasi

kurang dari 9 tahun (12,3%) dibandingkan yang pertama kali

menstruasi 9 tahun ke atas (8,1%).

2) Pernah hamil: Prevalensi kanker payudara lebih tinggi (11,8%) pada

wanita yang tidak pernah hamil dibandingkan dengan yang pernah

hamil (7,7%).

3) Umur pertama kali melahirkan: Prevalensi kanker payudara lebih

tinggi pada wanita yang umur pertama kali melahirkan lebih dari 30

tahun (9,9%) dibandingkan umur 30 tahun ke bawah (7,6%).

4) Jumlah anak hidup: prevalensi kanker payudara pada wanita dengan

jumlah anak banyak ( > 4 anak) akan lebih rendah prevalensi terkena

kanker payudara (5,7%) dibandingkan dengan jumlah anak hidup 1-

2 orang (8,2%).

5) Pernah menyusui/ sedang menyusui anak: prevalensi kanker

payudara pada wanita yang pernah menyusui anak cenderung

memiliki prevalensi rendah (7,5%) dibandingkan dengan wanita

yang tidak menyusui (9,9%).

6) Pernah mengalami keguguran/abortus: wanita yang pernah

mengalami keguguran/ abortus cenderung memiliki prevalensi lebih

27

tinggi (8,5%) dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami

keguguran 97,5%) untuk terkena kanker payudara.

7) Umur menopause: wanita dengan umur menopause < 40 tahun

cenderung memiliki prevalensi yang lebih tinggi (10,4%)

dbandingkan dengan yang menopause > 50 tahun (6,4%) untuk

terkena kanker payudara.

2. Riwayat penggunaan hormon

Wanita yang menggunakan hormon untuk mencegah keguguran

selama masa kehamilan cenderung memiliki prevalensi lebih tinggi

untuk terkena kanker payudara (9,6%) dibandingkan dengan yang

tidak mengkonsumsi hormon (7,6%).

3. Riwayat lama penggunaan KB

1) Pil KB: wanita yang mengkonsumsi pil KB yang lebih cepat < 2 tahun

lebih berisiko terkena kanker payudara (7,9%) dibandingkan dengan

yang mengkonsumsi lama > 10 tahun (7,4%).

2) Susuk (implant): semakin lama menggunakan alat krontrasepsi susuk

kemungkinan terkena kanker payudara semakin tinggi, > 10 tahun

dengan prevalensi (11,7%) dan < 2 tahun dengan prevalensi (7,3%).

3) Suntik KB: semakin lama menggunakan alat krontrasepsi berupa suntik

prevalensi terkena kanker semakin rendah, > 10 tahun (6,6%)

dibandingkan dengan yang < 2 tahun dengan prevalensi (7,0%).

28

4) IUD (bulan): wanita yang menggunakan alat krontrasepsi IUD < 2 bulan

memiliki prevalensi lebih tinggi (9,1%) dibandingkan dengan yang > 10

bulan (8,4%) untuk terkena kanker.

4. Riwayat kanker individu

Wanita memiliki riwayat kanker sebelumnya memiliki

kemungkinan prevalensiuntuk terkena kanker payudara akan semakin

besar; ovarium (19,7%), uteri (9,4%), riwayat operasi kista (9,8%), pernah

operasi payudara (26,0%).

5. Riwayat kanker keluarga

Garis keturunan (degree) adalah tingkatan silsilah dalam keluarga

yang digolongkan sesuai dengan kedekatan hubungan darah/biologis

dengan anggota keluarga tersebut.

1) Garis keturunan (degree) pertama adalah anggota keluarga yang

mempunyai hubungan langsung dengan penderita (ibu/ayah kandung,

kakak/adik kandung dan anak kandung).

2) Garis keturunan (degree) kedua adalah anggota keluarga yang

mempunyai hubungan tidak langsung (lebih dari satu generasi degree

pertama), yaitu kakek/nenek, paman/bibi, keponakan, cucu, kakak/adik

tiri (seayah atau seibu saja).

Pasien dengan adanya riwayat kanker pada keluarga memiliki resiko

cenderung lebh besar untuk terkena kanker payudara (Riset PTM, 2016).

29

6. Berat badan

Wanita yang mengalami kelebihan berat badan ada kemungkinan

mengalami kanker payudara setelah menopause. Menurut Dr. Christine M.

Friedenreich dari dewan kanker Alberta di Calgary, “mengalami

peningkatan berat badan dalam hidup berisiko meningkatkan penyakit

kanker payudara.” Menurutnya lagi, “kelebihan berat badan setelah

menopause juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko itu

(Diananda, 2017).

2.3.4. Tanda dan gejala

1. Gejala yang tidak perlu dikonsultasikan ke dokter

1) Wanita muda (kurang dari 35 tahun) dengan benjolan pada payudara

dan terasa sakit.

2) Wanita kurang dari 40 tahun denga benjolan yang simetris.

3) Wanita kurang dari 50 tahun dengan keluarnya cairan dari puting

susu dan bukan berwarna merah. Maksud cairan disini adalah:

1. Keluar spontan atau tanpa dimanipulasi.

2. Keluar dari satu atau ke 2 sisi payudara.

3. Keluar cairan yang berhubungan dengan haid atau tidak, sedang

hamil atau tidak, cedera rudapaksa (luka akibat perkosaan), atau

kelainan kelenjar gondok.

4. Wanita dengan keluhan nyeri dan benjolan yang tidak jelas

batasnya.

30

2. Gejala yang perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis:

1) Benjolan:

1. Berbatas tegas.

2. Terdapat pada satu sisi (asimetris) setelah haid.

3. Kista lebih dari satu, atau kista timbul kembali setelah disedot.

2) Nyeri:

1. Berhubungan dengan adanya benjolan.

2. Tidak dapat diatasi dengan pengobatan.

3. Pada satu sisi payudara pada wanita pasca menopause.

3) Keluar cairan dari puting

1. Pada wanita umur lebih dari 50 tahun.

2. Khusus wanita kurang dari 50 tahun, cairan berwarna merah

spontan.

4) Kelainan posisi puting

1. Tenggelam

2. Kelainan kulit sekitar puting (seperti eksim)

3. Kelainan kulit payudara.

4. Bentuk seperti kulit jeruk yang tebal.

5. Warna kemerahan (Diananda, 2017).

2.3.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium Dianjurkan:

1) Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai

dengan perkiraan metastasis

31

2) Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow

up

2. Pemeriksaan Pencitraan

1) Mamografi payudara

Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan

payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil

mamografi.Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik,

dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat

(kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan

skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up /

kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas

35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil

terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.

Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10

dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi

rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi

hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil

mamografidigunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College

of Radiology. Tanda primer berupa:

1) Densitas yang meninggi pada tumor

2) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi

ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).

3) Gambaran translusen disekitar tumor

32

4) Gambaran stelata.

5) Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan

6) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.

Tanda sekunder :

1. Retraksi kulit atau penebalan kulit

2. Bertambahnya vaskularisasi

3. Perubahan posisi putting

4. Kelenjar getah bening aksila (+)

5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur

6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.

3. USG payudara

Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.

Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:

1. Permukaan tidak rata

2. Taller than wider

3. Tepi hiperekoik

4. Echo interna heterogen

5. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor

membentuk sudut 90 derajat.

Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya

sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai

modalitas skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal

menunjukan efikasinya.

33

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN

Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,

namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena

biaya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI

dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau

pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi

untuk menderita kanker payudara.

1) Diagnosa Sentinel Node

Biopsi kelenjar sentinel (Sentinel lymph node biopsy) adalah

mengangkat kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu operasi.

(Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah bening yang pertama

kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan mulainya terjadi

penyebaran dari tumor primer).

Biopsi kelenjar getah bening sentinel dilakukan menggunakan blue

dye, radiocolloid, maupun kombinasi keduanya. Bahan radioaktif dan atau

blue dye disuntikkan disekitar tumor; Bahan tersebut mengalir mengikuti

aliran getah bening menuju ke kelenjar getah bening ( senitinel ). Ahli bedah

akan mengangkat kelenjar getah bening tersebut dan memintah ahli patologi

untuk melakukan pemeriksaan histopatologi. Bila tidak ditemukan sel

kanker pada kelenjar getah bening tersebut maka tidak perlu dilakukan

diseksi kelenjar aksila.

Teknologi ideal adalah menggunakan teknik kombinasi blue dye dan

radiocolloid. Perbandingan rerata identifikasi kelenjar sentinel antara blue

34

dye dan teknik kombinasi adalah 83% vs 92%. Namun biopsi kelenjar

sentinel dapat dimodifikasi menggunakan teknik blue dye saja dengan

isosulfan blue ataupun methylene blue. Methylene blue sebagai teknik

tunggal dapat mengindentifikasi 90% kelenjar sentinel. Studi awal yang

dilakukan RS Dharmais memperoleh identifikasi sebesar 95%. Jika pada

akhir studi ini diperoleh angka identifikasi sekitar 90% maka methylene

blue sebagai teknik tunggal untuk identifikasi kelenjar sentinel dapat

menjadi alternatif untuk rumah sakit di Indonesia yang tidak memiliki

fasilitas radiocoloid.

1. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan

sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia,

in situ hibridisasi dan gene array (hanya dilakukan pada penelitian

dan kasus khusus).

Cara Pengambilan Jaringan:

1. Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan

Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan

menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang lebih

dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan

(ambulatory). Pemeriksaan sitologi merupakan bagian dari triple

diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau pada tumor yang

tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan. Yang bisa

diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan

35

jinak/ganas; dan mungkin dapat juga sebagai bahan pemeriksaan ER

dan PgR, tetapi tidak untuk pemeriksaan HER2Neu.

2. Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy

Tru-cut biopsi dan core biopsyakan menghasilkan penilaian

histopatologi. Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan

memakai alat khusus dan jarum khusus no G12-16. Secara prinsip

spesimen dari core biopsysama sahihnya dengan pemeriksaan biopsi

insisi.

3. Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi

Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan

penilaian histopatologi. Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan

pisau bedah dan mengambil sebagian atau seluruh tumor, baik

dengan bius lokal atau bius umum. Pemeriksaan histopatologi

merupakan baku emas untuk penentuan jinak/ ganas suatu jaringan;

dan bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan imunohistokimia.

5. Pemeriksaan Immunohistokimia

Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan

menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam

potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.

IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker

payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam

membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.

36

Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk kanker

payudara adalah:

1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor

progesteron (PR)

2. HER2

3. Ki-67

Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin

(spesimen core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell

block. Pemeriksaan harus dilakukan pada spesimen yang difiksasi dengan Neutral

Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif apabila > 1% inti sel

terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).

Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah

direkomendasikan untuk karsinoma payudara invasif (DCIS tidak dievaluasi untuk

HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan pada blok paraffin dari jaringan yang

difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil

dinyatakan HER2 positif pada HER2 +3, sedangkanHER2 +2 memerlukan

pemeriksaan lanjutan berupa hibridisasi in situ (Panduan pelaksanaan kanker

payudara, 2017).

37

2.4. Mastektomi

2.4.1. Definisi Mastektomi

Mastektomi merupakan tindakan pembedahan untuk menghilangkan

sebagian atau smua payudara. Ada berbagai jenis mastektomi yang berbeda

menurut besar jumlah jaringan dan kelenjar getah bening (Dictionary of cancer

terms).

Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk operasi pengangkatan

salah satu atau kedua payudara, sebagian atau seluruhnya (KBBI).

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara bagi pasien kanker

payudara (Depkes RI, 2016).

Mastektomi merupakan tindakan eksisi pada payudara (Brunner & Suddart,

2001).

2.4.2. Klasifikasi mastektomi beradasarkan stadium pada kanker

1. Mastektomi Radikal Modifikasi (radical mastektomi modified)

MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh

payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah

bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.

Indikasi:

1) Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.

2) Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi

neoajuvan untuk pengecilan tumor.

2. Mastektomi Radikal (unilateral extended radical Mastectomy)

38

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks

puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening

aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan

operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara,

namun dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin

kecilnya tumor yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi

yang lebih minimal.

Indikasi:

1) Kanker payudara stadium III B yang masih operable

2) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major.

3. Mastektomi dengan teknik onkoplasti

Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu

ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa

meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan

dengan menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap

atau transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan

prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun

dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.

4. Mastektomi Simpel (Unilateral Simpel Mastectomy)

Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta

kompleks puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.

Indikasi:

1) Tumor phyllodes besar

39

2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif

menghilangkan tumor

3) Penyakit Paget tanpa massa tumor DCIS

5. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)

Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,

dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa

diseksi kelenjar getah bening aksila.

Indikasi:

1) Mastektomi profilaktik

2) Prosedur onkoplasti (Kemenkes RI, 2016).

2.5. Hubungan Konsep Diri dengan Penerimaan Diri

Berdasarkan penelitian Pintado (2017) tentang self concept and emotional

well-being in patients breast cancer menyatakan bahwa konsep diri berhubungan

dengan penerimaan diri, karena luapan emosi dipengaruhi oleh konsep diri. Pasien

yang memiliki lebih banyak perubahan pada citra tubuh dan kurang percaya diri

cenderung tidak menerima diri dan cenderung memiliki tingkat kecemasan dan

depresi yang lebih tinggi.

Menurut penelitian Yunalia (2017) yang berjudul hubungan konsep diri

dengan penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas, menyatakan

bahwa konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan diri. Hasil penelitian juga

menunjukkan adanya kekuatan korelasi cukup erat yang menunjukkan arah

hubungannya positif (searah) apabila remaja putri mempunyai konsep diri positif

maka penerimaan perubahan fisiknya baik.

40

Thoha dan Kirnantoro (2015) dalam penelitiannya tentang hubungan

konsep diri dan penerimaan diri pada lansia menunjukkan bahwa sebagian besar

responden miliki konsep diri kategori positif dan memiliki penerimaan diri yang

tinggi sebanyak 28 orang (41,2%), penerimaan diri yang sedang sebanyak 34 orang

(50%), dan penerimaan diri rendah sebanyak 6 orang (8,8%).

Hamidah (dalam Thoha & Kirnantoro, 2015) menyatakan bahwa Seseorang

yang hendak mencapai konsep diri yang baik harus dapat menjalankan penerimaan

atas dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki

penerimaan diri yang positif, jika memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak

akan memiliki penerimaan atas dirinya.

41

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Tahap yang penting dalam suatu penelitian yaitu kerangka konsep, dimana

kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel baik itu variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pada pasien kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam

Malik Medan.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian “Hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

RSUP H. Adam Malik Medan”

Variabel Independen Variabel Dependen

Penerimaan diri

Konsep diri

• Diri fisik

• Diri moral

• Diri pribadi

• Diri keluarga

• Diri sosial

• Kritik Diri

42

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Hubungan antar variabel

Berdasarkan Bagan 3.1 variabel independen adalah konsep diri dengan

aspek: diri fisik, diri moral etik. Diri peribadi, diri keluarga, diri sosial, kritik diri.

Sedangkan variabel dependen yaitu penerimaan diri.

3.2. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis

akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan data, analisa dan

interpretasi data (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini, hipotesa yang digunakan

adalah Hipotesa Alternatif (Ha) yaitu: ada hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pada pasien kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam

Malik Medan.

43

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal; pertama,

rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data; dan kedua, rancangan

penelitian digunakan untuk mendefenisikan struktur penelitian yang akan

dilaksanakan (Nursalam, 2015).

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan study korelasi dengan

pendekatan cross sectional, yatu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan

penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus-kasus yang menarik bagi

seorang peneliti (Polit & Beck, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

pasien kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan sampai

pada bulan Oktober sebanyak 82 orang pada tahun (2018).

44

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili keseluruhan penduduk,

sampel tersebut merupakan bagian dari unsur masyarakat. Sedangkan Sampling

adalah proses memilih porsi populasi yang mewakili keseluruhan penduduk (Polit

& Beck, 2012).

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah nonprobability

sampling dengan cara purposive sampling. Purposive sampling merupakan suatu

tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2015).

Pengambilan sampel dalam penelitian yang dilakukan menggunakan rumus

Slovin ( dalam Nursalam 2014):

n =N

1 + N (d)2

n =82

1 + 82 (0,15)2

n =82

1 + 82 (0,0225)

n =82

1 + (1,845)

n =82

2,845)

n = 28,8225

n = 29,3

45

n= 30 orang

keterangan :

n = jumlah elemen/ anggota sampel

N = jumlah elemen/anggota populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,1), 5%

(0,05), atau 15 % (0,15)

4.2.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang akan dijangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015). Kriteria

inklusi:

1. Pasien yang pertama kali melakukan mastektomi

2. Berjenis kelamin perempuan

3. Pasien rawat jalan

4. Bersedia menjadi responden.

4.3 Variabel penelitian dan definisi operasional

4.3.1 Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi penyebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen atau

variabel bebas adalah intervensi yang bervariasi atau dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan efek pada variabel dependen (Grove & Susan, 2014). Adapun

variabel independen pada penelitian ini adalah konsep diri.

46

4.3.2 Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat dalam penelitian. Variabel

dependen merupakan hasil yang ingin diprediksi atau jelaskan oleh peneliti (Grove

& Susan, 2014). Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah penerimaan

diri.

4.3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan

progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang

menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove & Susan, 2014).

47

Tabel 4.1. Tabel Operasional Hubungan Konsep Diri Dengan Penerimaan Diri

Pasien Kanker Payudara Pasca Mastektomi Di RSUP H. Adam Malik Medan

variabel Definisi indikator Alat ukur Skala Skor

Konsep

diri

Kesan atau

penilaian

individu

secara

keseluruha

n

mengenai

dirinya

sendiri

1.Diri fisik

2.Diri

moral etik

3.Diri

pribadi

4.Diri

keluarga

5.Diri

sosial

6.Kritik

diri

Tennesse Self

Concept Scale

(TSCS) memiliki

100 pernyataan

dengan jawaban:

5= selalu benar,

4= sebagian

besar benar, 3=

sebagian salah

dan sebagian

benar, 2=

sebagian besar

salah, 1= Selalu

salah

Ordinal Negatif

(100-300)

Positif

(301-500)

Penerima

an diri

Sebuah

sikap

seseorang

menerima

dirinya

Acceptance and

Action

Quitioner II

(AAQ II) yang

memiliki 7

pernyataan

dengan jawaban:

7= Selalu benar

6= Hampir

selalu benar

5= Sering benar

4= Kadang-

kadang benar

3= Jarang benar

2= Sangat jarang

benar

1= Tidak pernah

benar

Ordinal

Tinggi

(29-49)

Rendah

(1-28)

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data agar dapat berjalan dengan baik (Polit & Beck, 2012). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan instrumen kuesioner terdiri dari data demografi, kuesioner

48

konsep diri ada 100 pernyataan yang dikembangkan oleh William H (1971) dan

diadopsi dari penelitian Widiarti (2017). Kuesioner penerimaan diri terdiri dari 7

pernyataan yang dikembangkan oleh Steven Hayes (2006) dan diadopsi dari

penelitian Fitri, Lany (2015).

1. Instrumen data demografi

Instrumen penelitian ini data demografi meliputi umur, agama, suku,

pendidikan terakhir, status pernikahan.

2. Instrumen konsep diri

Lembar kuisioner berisi pertanyaan tentang konsep diri pada klien

menggunakan kuesioner baku (TSCS) tennesse self concept scale yang

dikembangkan oleh William H yang terdiri dari 100 pernyataan yang membahas

tentang konsep diri. Pernyataan 1, 2, 3, 7, 8, 9, 13, 14, 15 (pernyataan positif) dan

pernyataan 4, 5, 6, 10, 11, 12, 16, 17, 18 (Pernyataan negatif) adalah pernyataan

mengenai diri fisik, pernyataan 19, 20, 21, 24, 25, 26, 31, 32, 33 (pernyataan positif)

dan pernyataan 22, 23, 24, 28, 29, 30, 34, 35, 36 (pernyataan negatif) adalah

pernyataan diri moral etik, pernyataan 37, 38, 39, 43, 44, 45, 49, 50, 51 (pernyataan

positif) dan pernyataan 40, 41, 42, 46, 47, 48, 52. 53, 54 (pernyataan negatif) adalah

pernyataan diri pribadi, pernyataan 55, 56, 57, 61, 62, 63, 67, 68, 69 (pernyataan

positif) dan pernyataan 58, 59, 60, 64, 65, 66, 70, 71, 72 (pernyataan negatif) adalah

pernyataan diri keluarga, pernyataan 73, 74, 75, 79, 80, 81, 85, 86, 87 (pernyataan

positif) dan pernyataan 76, 77, 78, 82, 83, 84, 88, 89, 90 (pernyataan negatif) adalah

pernyataan diri sosial, pernyataan 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100 adalah

peernyataan kritik diri.

49

Kuesioner yang digunakan untuk pernyataan 5= selalu benar, 4= sebagian

besar benar, 3= sebagian salah dan sebagian benar, 2= sebagian besar salah, 1=

selalu salah. Hasil pernyataan dibagi menjadi 2 kelas yaitu konsep diri tinggi dan

rendah. Nilai tertinggi yang diperoleh 500 dan terendah 100. Skala ukur yang

digunakan dalam variabel ini adalah skala ordinal dimana skor ditentukan dengan

menggunakan rumus statistic menurut Sudjana (2002).

Rumus :

𝑃 =Nilai Tertinggi − Nilai Terendah

Banyak Kelas

P = 500−100

2

P =400

2

P = 200

Jadi interval pada kuesioner konsep diri adalah 200

3. Kuesioner penerimaan diri

Lembar kuisioner berisi pertanyaan tentang penerimaan diri pada pasien

kanker payudara paska mastektomi menggunakan kuesioner baku (AAQ II)

acceptance and action quistioners yang dikembangkan oleh Hayes yang

dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan untuk pernyataan jika Selalu

benar bernilai 1, hampir selalu benar bernilai 2, sering benar bernilai 3, kadang-

kadang benar bernilai 4, jarang benar bernilai 5, sangat jarang benar bernilai 6, tidak

pernah benar bernilai 7 yang dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu penerimaan

diri rendah dengan skor 1-28, dan penerimaan diri tinggi dengan skor 29-49.

50

Hasil pernyataan dibagi menjadi 2 kelas penerimaan diri tinggi, dan penerimaan

diri rendah. Nilai tertinggi yang diperoleh 49 dan terendah 7. Skala ukur yang

digunakan dalam variabel ini skala ordinal dimana menentukn skor dengan

menggunakan rumus statistic Sudjana(2002).

Rumus:

𝑃 =Nilai Tertinggi − Nilai Terendah

Banyak Kelas

P = 49−7

2

P =42

2

P = 21

Jadi interval pada kuesioner konsep diri adalah 21

4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang bedah onkologi di RSUP. H Adam

Malik Medan. Adapun alasan peneliti memilih RSUP. H Adam Malik Medan

karena disana terdapat banyak populasi pasien dengan kanker payudara pasca

mastektomi.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian tentang hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien

kanker payudara paska mastektomi ini dilaksanakan pada 1 Maret-30 Maret 2019.

Pengambilan data responden pasien dengan kanker payudara pasca mastektomi

kemudian dilakukan pengolahan data.

51

4.6 Prosedur penelitian dan pengumpulan data

4.6.1 Pengambilan Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

data primer. Data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh secara

langsung pada saat berlangsungnya penelitian (Nursalam, 2013). Data primer yaitu

data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap sasarannya. Data yang

di dapat tentang konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi

4.6.2 Teknik pengumpulan data

Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Peneliti memberikan kuesioner konsep diri dan penerimaan diri kepada

responden.

2. Responden mengisi data demografi.

3. Responden mengisi pernyataan konsep diri dengan penerimaan diri yang

telah diberikan peneliti.

4. Memeriksa kembali data dari hasil pernyataan responden tentang

konsep diri dan penerimaan diri, apakah data sudah terisi secara

keseluruhan atau belum.

5. Jika pada pernyataan konsep diri dan penerimaan diri masih ada yang

belum terisi, maka peneliti bertanya kembali kepada responden.

4.6.3 Uji vadilitas dan realibilitas

Pada suatu penelitian, dalam pengumpulan data (fakta/kenyataan hidup)

diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan adat yang baik sehingga data yang

52

dikumpulkan merupakan data yang valid, andal (reliabel) dan aktual (Nursalam,

2014). Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut

mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari

satu sample ke sample yang lain dan satu situasi ke situasi lainnya. Oleh karena itu

penguji validitas mengevaluasi penggunaan instrument untuk tertentu sesuai

dengan ukuran yang di teliti (Polit & Beck, 2012).

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang

peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Polit & Beck, 2012).

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas

kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner konsep diri baku tennesse self concept

scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Sedangkan pernyataan tentang

penerimaan diri diambil dari kuesioner baku (AAQ II) acceptance and action

quistioners yang dikembangkan oleh Hayes.

53

4.7 Kerangka Operasional

Bagan 4.1. Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pada pasien

kanker payudara pasca mastektomi di RSUP. H Adam Malik

Medan.

Pengumpulan Data

Hasil

Analisa data

dengan uji fisher

exact test

pemberian informed consent

dan kuesioner

Pengolahan data dengan

Data Komputer : editing,

coding, scoring, dan

tabulating

Izin Penelitian dari STIKes

Santa Elisabeth Medan

54

4.8 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian yang

mengungkap fenomena (Nursalam, 2015). Setelah seluruh data yang dibutuhkan

terkumpul oleh peneliti, maka dilakukan pengolahan data dengan cara perhitungan

statistik untuk menentukan konsep diri dengan penerimaan diri.

Cara yang dilakukan untuk menganalisa data yaitu dengan beberapa tahap.

Pertama editing yaitu peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban

responden dalam kuesioner yang telah diperoleh dengan tujuan agar data yang

dimaksud dapat diolah secara benar. Kedua coding yaitu merubah jawaban

responden yang telah diperoleh menjadi bentuk angka yang berhubungan dengan

variabel peneliti sebagai kode peneliti. Ketiga scoring yang berfungsi untuk

menghitung skor yang telah diperoleh setiap responden berdasarkan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan peneliti dan yang terakhir adalah tabulating. Tabulating

yaitu memasukkan hasil perhitungan kedalam bentuk tabel dan melihat persentasi

dari jawaban pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi (Nursalam,

2014).

Adapun analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel

penelitian (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini metode statistik univariat

digunakan untuk mengidentifikasi variabel independen variabel dependen. Analisa

55

univariat yang digunakan peneliti meliputi: karakteristik demografi responden,

komsep diri, dan penerimaan diri.

2. Analisa Bivarat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi (Nursalam, 2018). Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui

hubungan konsep diri dengan penerimaan diri. Kedua variabel dinyatakan

berhubungan ketika p value < 0.05. Analisa bivariat yang digunakan oleh peneliti

pada saat melakukan penelitian adalah adalah chi- square. Pada uji statistik

menggunakan chi square, didapatkan hasil bahwa ada 2 sel dengan nilai harapan

dibawah 5 sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji chi square dan uji

alternatif yang digunakan oleh peneliti adalah uji Fisher exact test. Berdasarkan

analisa Fisher exact test didapatkan hasil p value = (0,008) (p < 0,05) yang berarti

bahwa ada hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika subjek penelitian adalah

manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Secara umum prinsip

etikanya adalah prinsip manfaat, menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan

(Nursalam, 2016). Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-pronsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan kegiatan penelitian.

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian kepada Ketua Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan,

kemudian mengirimkan kepada Tata Usaha STIKes Santa Elisabeth Medan agar

56

dapat dikeluarkan surat izin permohonan pengambilan data awal. Setelah surat

permohonan untuk melakukan survei data awal dikeluarkan, peneliti melakukan

survei data awal di RSUP H. Adam Malik Medan.

Pada pelaksanaan penelitian, calon responden diberikan penjelasan tentang

informasi dari penelitian yang akan dilakukan. Peneliti juga melindungi responden

dengan memperhatikan aspek aspek etik yaitu: self determination (responden diberi

kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan

penelitian), privacy (merahasiakan informasi informasi yang didapat dari

responden), anomnymity ( tanpa adanya nama), inform consent (responden bersedia

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian), dan protection

from disconfort (responden bebas dari rasa tidak nyaman) (Nursalam, 2013).

Penelitian ini juga telah lulus uji etik dan komisi etik Penelitian Kesehatan

STIKes Santa Elisabeth Medan dengan nomor surat No. 0013/KEPK/PE-

DT/III/2019.

57

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran lokasi penelitian

Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP. H. Adam Malik

Medan) merupakan jenis rumah sakit umum yang memiliki fasilitas kesehatan kelas

A satu-satunya di Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ini

berdiri pada 21 juli 1993. Rumah Sakit ini terletak di JL. Bunga Lau No 17,

Kemenangan Tani, Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini memiliki motto“

Mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN, dimana P

(Pelayanan cepat), A(Akurat), T(Terjangkau), E(Efisien), N(Nyaman) “ dengan visi

yaitu “Menjadi Rumah Sakit pendidikan dan pusat rujukan Nasional yang terbaik

dan bermutu di Indonesia pada tahun 2019”. Misi Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan adalah melaksanakan pelayanan pada bidang pendidikan,

penelitian, dan pelatihan dibidang kesehatan yang paripurna, bermutu dan

terjangkau, melaksanakan pengembangan melalui kompetensi SDM secara

berkesinambungan, mengampu RS jejaring dan RS di Wilayah Sumatera.

Nilai- nilai dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah

pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan

maka pelayanan medis harus diberikan dengan cara benar dan tanpa membedakan

golongan, agama, suku, dan kemampuan sesuai dengan azas keadilan sosial,

memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan norma-norma

58

religius, seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah serta dapat

dipertanggungjawabkan, pelayanan yang diberikan secara utuh terpadu dan

paripurna.

Budaya Organisasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan adalah:

1. Profesional yaitu berkerja secara cermat, tertib, displin dan semangat yang

tinggi dengan kemampuan optimal, melakukan tugas dengan pengetahuan

dan ketrampilan terkini dengan perhitungan tepat, cepat dan matang serta

berani mengambil resiko.

2. Integritas yaitu berlandaskan iman dan taqwa, jujur, setia, tegar dan

bertanggungjawab berdasarkan pengabdian serta rela berkorban, lapang hati

dan bijaksana.

3. Kerjasama yaitu memupuk saling pengertian dengan sesama pegawai,

menghormati dan menghargai pendapat pegawai yang lain. Mengahayati diri

sebagai bagian dari sistem dan kesatuan organisasi.

59

5.2 Hasil Penelitian

Hasil univariat dalam penelitian ini tertera di bawah ini berdasarkan

karakteristik demografi responden di RSUP. H Adam Malik Medan meliputi: status

pernikahan, usia, agama, suku, konsep diri dan penerimaan diri.

5.2.1 Data demografi pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan persentasi terkait karakteristik

Demografi Pasien kanker payudara pasca mastektomi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (n=30)

Karakteristik (f) (%)

Status Pernikahan

Menikah 29 96,7

Tidak Menikah 1 3,3

Total 30 100

Usia

Dewasa awal (30 – 40) 5 16,6

Dewasa akhir (41 – 50) 12 36,7

Usia pertengahan (51 – 60) 7 23,3

Lanjut usia (61 – 70) 5 16,6

Lanjut usia tua (71 – 80) 2 6,6

Total 30 100

Agama

Kristen Protestan 7 23,3

Khatolik 1 3,3

Islam 22 73,3

Total 30 100

Suku

Jawa 17 56,7

Batak Toba 4 13,3

Mandailing 3 10

Aceh 2 6,7

Nias 1 3,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan hasil pada status pernikahan

mayoritas responden menikah sebanyak 29 orang (96,7%) dan minoritas responden

60

tidak menikah sebanyak 1 orang (3,3%). Pada kategori usia mayoritas responden

berusia dewasa akhir (41-50 tahun) sebanyak 12 orang (36,7%) disusul pada usia

pertengahan (51 – 60) sebanyak 7 orang (23,3%) kemudian diikuti pada usia dewasa

awal (30 – 40) dan lanjut usia (61 – 70) masing-masing sebanyak 5 orang (16,6%)

dan minoritas usia pada lanjut usia tua (71-80 tahun) sebanyak 2 orang (6,6%). Pada

kategori agama mayoritas responden beragama islam sebanyak 22 orang (73,3%)

disusul dengan agama kristen protestan sebanyak 7 orang (23,3%) dan minoritas

pada agama khatolik sebanyak 1 orang (3,3%). Pada kategori suku mayoritas

responden bersuku Jawa sebanyak 17 orang (56,7%) disusul dengan suku Batak

Toba sebanyak 4 orang (13,3%) diikuti pada suku Mandailing sebanyak 3 orang

(10,0%) dan minoritas pada suku Nias sebanyak 1 orang (3,3%).

5.2.2 Konsep Diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi konsep diri pada pasien kanker payudara

pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan (n=30)

No Konsep Diri f %

1 Positif 26 86,7

2 Negatif 4 13,3

Total 30 100,0

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas didapatkan hasil bahwa dari 30 responden

pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan mayoritas memiliki konsep diri positif sebanyak 26 orang (86,7%)

dan minoritas responden memiliki konsep diri negatif sebanyak 4 orang (13,3%).

61

5.2.3 Penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi penerimaan diri pada pasien kanker

payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan (n=30)

No Penerimaan Diri f %

1 Tinggi 20 66,7

2 Rendah 10 33,3

Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

penerimaan diri tinggi sebanyak 20 orang (66,7%) dan minoritas memiliki

penerimaan diri rendah sebanyak 10 orang (33,3%).

5.2.4 Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Hubungan konsep diri dengan penerimaan

diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (n=30)

Penerimaan diri

Tinggi Rendah Total p (value)

Konsep Diri

Positif

f % f %

20 66,7 6 20,0 26 0,008

Negatif 0 0 4 13,3 4

Total 20 10 30

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan hasil mayoritas responden memiliki

konsep diri positif dengan penerimaan tinggi sebanyak 26 orang (86,7%) dan

minoritas memiliki konsep diri negatif dengan penerimaan diri rendah sebanyak 4

orang (13,3%). Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

62

menunjukkan bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher exact test

didapatkan nilai p value = 0,008 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan

konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti di ruangan bedah onkologi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tentang konsep diri

menunjukkan bahwa responden yang memiliki konsep diri positif sebanyak 26

orang (86,7%), dan responden yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 4 orang

(13,3%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki konsep diri

positif sebanyak 26 orang (86,7%).

Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti didapatkan hasil mayoritas

responden dalam penelitian ini memiliki konsep diri positif sebanyak 26 orang

(86,7%). Hal ini terlihat dari sebagian responden masih merasa mereka memiliki

tubuh yang sehat, suka tampil rapi dan menarik atau merasa diri menarik, menyukai

diri mereka yang sekarang, merasa mereka adalah orang yang sopan dan saleh,

agama merupakan penuntun dalam hidup, berusaha berubah ketika menyadari

melakukan kesalahan, memiliki kontrol diri yang tinggi, tenang dan mudah

berteman, memiliki keluarga yang selalu siap membantu ketika dalam kesulitan,

merasa penting bagi keluarga dan teman-temannya, berasal dari keluarga bahagia,

puas dengan hubungan dalam keluarga dan cukup memahami keluarganya, serta

63

pandai dalam bersosialisasi. Berdasarkan penelitian maka dapat dikatakan bahwa

responden kanker payudara pasca mastektomi mampu berpikir positif dalam

menghadapi penyakit, bersikap terbuka dalam menghadapi perubahan pada bentuk

tubuh akibat mastektomi, tidak merasa rendah diri dan berbeda dengan oranglain,

memiliki keluarga yang bersifat terbuka sehingga mereka mampu untuk bersifat

terbuka dalam menghadapi penyakit yang ada.

Positifnya penilaian pasien dari segi fisik akan membuat pasien mampu

untuk menjalani hidup tanpa kehilangan rasa percaya diri, tidak ada timbul

pemikiran bentuk tubuh yang dinilai tidak seimbang, sehingga kehilangan payudara

bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan. Keluarga dan teman terdekat juga

berperan penting dalam pembentukan konsep diri, dengan hadirnya keluarga dan

orang yang dapat dipercaya akan membuat pasien tidak merasa sendiri, mampu

bersosialisasi dengan baik dan memiliki teman untuk berbagi selama menderita

sakit.

Hal ini di dukung dengan pendapat E.B. Hurlock yang merupakan psikolog,

faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut diantaranya penampilan fisik

individu, yang mengakibatkan perubahan pandangan dan penilaian individu juga

orang lain terhadap dirinya. Individu didorong untuk merumuskan konsep yang

baru tentang penampilan fisiknya. Ketika individu cenderung menimbulkan

perasaan positif seperti bangga atau senang maka akan timbul konsep diri positif.

Keluarga berperan dalam pembentukan konsep diri karena keluarga merupakan

konsep diri primer atau konsep diri yang utama. Konsep yang terbentuk atas dasar

pengalaman terhadap lingkungan terdekat, yaitu lingkungan rumahnya sendiri

64

sebab keluarga merupakan orang terdekat, ketika seorang individu memiliki

pengalaman yang baik atau tanpa adanya tekanan dari anggota keluarganya maka

konsep diri yang dimiliki oleh individu juga akan baik Burn (dalam Sobur, 2013).

Konsep diri merupakan apa yang dipikirkan tentang diri sendiri. Ada dua

konsep diri komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut

self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah

pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan siapa saya, yang akan

memberikan gambaran tentang diri saya (Gufron & Risnawita, 2016).

Seseorang dengan konsep diri yang positif cenderung Memiliki

pengetahuan menyeluruh mengenai dirinya, mencakup kelebihan dan kelemahan

dirinya. Menerima diri apa adanya, apabila ia mempunyai kelebihan ia tidak

sombong dan apabila ia mempunyai kelemahan tidak kecewa. Memiliki kesadaran

yang besar untuk mengubah atau mengurangi aspek dari dirinya yang dianggap

merugikan (Elihami, 2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yahya, Elita, dan Dewi

(2014) di dapatkan hasil bahwa dari 30 responden diperoleh bahwa sebanyak 17

orang (56,7%) yang memiliki gambaran diri positif dan sebanyak 13 orang (43,3%)

yang memiliki gambaran diri negatif. Hasil penelitian ini juga didukung dengan

hasil penelitian Pakpahan dan Maria (2018) didapatkan hasil bahwa dari 52 orang

wanita penderita kanker payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik

Medan sebanyak 43 orang (82,7%) memiliki gambaran diri positif.

65

5.3.2 Penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti di ruangan bedah onkologi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tentang penerimaan diri

menunjukkan bahwa responden yang memiliki penerimaan diri tinggi sebanyak 20

orang (66,7%), dan responden yang memiliki penerimaan diri rendah sebanyak 10

orang (33,3%). Jadi, dapat diartikan bahwa mayoritas responden memiliki

penerimaan diri tinggi sebanyak 20 orang (66,7%).

Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti didapatkan hasil mayoritas

responden dalam penelitian ini memiliki penerimaan diri tinggi sebanyak 20 orang

(66,7%). Hal ini terlihat dari sebagian responden yang menyatakan bahwa ingatan

dan kenangan yang menyakitkan tidak membuat mereka kesulitan dalam menjalani

hidup yang berharga, tidak merasa takut dengan perasaan mereka, tidak merasa

khawatir dan mampu untuk mengendalikan rasa khawatir, tidak merasa bahwa

emosi dapat menyebabkan masalah dalam hidup, tidak berpikir bahwa oranglain

dapat menjalani hidup lebih baik dari mereka, dan sebagian responden juga sering

merasa bahwa rasa khawatir tidak dapat menghalangi kesuksesan

mereka.Berdasarkan penelitian maka dapat dikatakan bahwa responden cukup

memiliki penerimaan diri yang tinggi sebab mereka cukup memahami diri mereka

dan tidak terlalu sering berpikir atau merasa hal yang buruk dengan adanya penyakit

yang dideritanya. Pemahaman diri responden juga dalam kategori tinggi, dan

responden masih mengerti dengan penyakit yang dideritanya, semakin tinggi

pemahaman akan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki semakin tinggi

penerimaan diri responden.

66

Penerimaan diri berarti seorang individu telah belajar untuk hidup dengan

dirinya sendiri, dalam arti individu dapat menerima kelebihan maupun kekurangan

yang ada dalam dirinya. Penerimaan bukan berarti menoleransi sesuatu yang

membuat kita sengsara, tetapi penerimaan berarti menyadari kekuatan yang kita

miliki dalam diri kita untuk menjadi bahagia, kuat dan sukses sekarang (Selvi &

Santi, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Noviana (2014)

didapatkan hasil bahwa dari 60 pasien kanker payudara pasca mastektomi

cenderung memiliki penerimaan diri yang tinggi sebesar 58,34%, penerimaan diri

cukup sebesar 25,00%, penerimaan diri sangat tinggi sebanyak 8,33% dan

penerimaan diri rendah sebesar 8,33%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa

rata-rata penerimaan diri pada pasien kanker payudara pasca mastektomi adalah

penerimaan diri tinggi.

Bastaman (2007) menyatakan bahwa pemahaman diri sangat penting dalam

proses pembentukan penerimaan diri yang tinggi, pemahaman diri dapat

meningkatkan kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat

untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Seseorang dengan

penerimaan diri yang tinggi cenderung memiliki keinginan untuk berubah, sebab

mereka paham akan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

67

5.4.2 Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan

Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan

uji statistik Fisher’s Exact Test didapatkan hasil p= 0,008 (p < 0,05) yang berarti

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan penerimaan

diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

Peneliti berpendapat berdasarkan hasil analisa data menunjukkan adanya

hubungan antara konsep diri dengan penerimaan diri, ketika responden memiliki

konsep diri positif maka penerimaan diri yang dimiliki juga akan tinggi.

Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh peneliti ada hubungan konsep diri dan

penerimaan diri. Konsep diri yang positif ini ditemukan dalam indikator diri

keluarga, diri moral etik, diri fisik dan diri sosial. Pada indikator ini responden

cenderung menilai positif diri mereka, dengan menyatakan mereka berasal dari

keluarga yang bahagia, keluarga siap membantu saat mereka membutuhkan,

mereka merupakan orang yang sopan dan saleh, mereka menyukai diri mereka yang

sekarang, pandai bergaul dan disukai banyak orang. Hal ini menunjukkan semakin

baik responden menilai dirinya baik dari segi fisik, moral etik, sosial, dan keluarga

maka akan menyebabkan semakin besar kemungkinan responden memiliki

penerimaan diri yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif penilaian

responden tentang dirinya sendiri baik segi fisik, moral etik, sosial, dan keluarga

maka semakin rendah kemungkinan responden menerima dirinya.

68

Penerimaan diri tinggi ditentukan karena adanya kerjasama yang baik antara

pasien, keluarga dan tenaga kesehatan. ketika pasien, keluarga, dan tenaga

kesehatan mampu untuk bekerjasama dalam meningkatkan konsep diri pasien

kanker payudara pasca mastektomi, maka akan tercapai penerimaan diri yang baik.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Pintado (2017) yang

berjudul “self concept and emotional well-being in patients breast cancer”

menyatakan bahwa konsep diri berhubungan dengan penerimaan diri, karena

luapan emosi dipengaruhi oleh konsep diri. Pasien yang memiliki lebih banyak

perubahan pada citra tubuh dan kurang percaya diri cenderung tidak menerima diri

dan cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi. Sejalan

dengan penelitian Yunalia (2017) yang berjudul hubungan konsep diri dengan

penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas, menyatakan bahwa

konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan diri. Hasil penelitian juga

menunjukkan adanya kekuatan korelasi cukup erat yang menunjukkan arah

hubungannya positif (searah) apabila remaja putri mempunyai konsep diri positif

maka penerimaan perubahan fisiknya juga akan baik.

69

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan jumlah sampel 30 orang responden

mengenai hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, maka

dapat disimpulkan:

1. Konsep diri pasien kanker pasca mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan Tahun 2019 mayoritas pasien memiliki konsep

diri yang positif sebanyak 26 orang (86,7%).

2. Penerimaan diri pasien kanker payudara pasca mastektomi di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2019 mayoritas pasien

memiliki penerimaan diri yang tinggi sebanyak 20 orang (66,7%).

3. Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi di RSUP. H Adam Malik Medan dengan Uji Fisher’s

Exact Test di dapatkan p value = 0,008 (p<0,05) yang artinya ada hubungan

konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2019.

6.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan jumlah sampel 30 responden

mengenai hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker payudara

pasca mastektomi, maka disarankan:

70

6.2.1 Bagi praktek keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan perawat

mampu berperan sebagai motivator dan konselor, pada pasien dan keluarga tentang

pentingnya pendampingan keluarga dalam meningkatkan konsep diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi.

6.2.2 Bagi responden

Peneliti berharap pasien kanker payudara pasca mastektomi mampu untuk

tetap mempertahankan konsep diri positif yang dimiliki sehingga pasien tetap

mampu untuk menerima dirinya dan kondisinya saat ini.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

1. Peneliti berharap adanya penelitian terkait pengaruh peran perawat sebagai

motivator terhadap penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

mastektomi.

2. Peneliti berharap adanya penelitian terkait pengaruh dukungan sosial

(keluarga) terhadap konsep diri pasien kanker payudara pasca mastektomi.

3. Peneliti berharap adanya penelitian terkait pengaruh peran perawat sebagai

konselor terhadap kepatuhan keluarga dalam pendampingan pasien kanker

payudara pasca mastektomi.

71

DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H. D. (2010). Logoterapi: psikologi untuk Menemukan Makna Hidup

dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Rajawali Pers.

Bond, F. W., Hayes, S. C., Baer, R. A., Carpenter, K. M., Guenole, N., Orcutt, H.

K., ... & Zettle, R. D. (2011). Preliminary psychometric properties of the

Acceptance and Action Questionnaire–II: A revised measure of

psychological inflexibility and experiential avoidance. Behavior

therapy, 42(4), 676-688.

Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., Siegel, R. L., Torre, L. A., & Jemal, A.

(2018). Global cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence

and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA: a cancer

journal for clinicians, 68(6), 394-424.

Creswell, John. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed

MethodsApproaches Third Edition. American: Sage

Da Rocha Morgado, F. F., Campana, A. N. N. B., & Fernandes, M. D. C. G. C.

(2014). Development and validation of the self-acceptance scale for persons

with early blindness: the SAS-EB. PloS one, 9(9), e106848.

Despitasari, L. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) dengan Keterlambatan Pemeriksaan Kanker Payudara

Pada Penderita Kanker Payudara di Poli Bedah RSUP DR. M. Djamil

Padang. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).

Diananda. (2017). Mengenal seluk beluk kanker. Yogyakarta: Katahati

Elihami, E., & Firawati, F. (2018). Konsep Pengenalan Diri. Edumaspul-Jurnal

Pendidikan, 1(2), 51-60.

Fitri, L. (2015). Efektivitas Teknik Permainan untuk Meningkatkan Penerimaan

diri (Self-acceptance) Siswa: penelitian quasi eksperimen terhadap Siswa

Kelas VIII SMP Kartika XIX 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 (Doctoral

dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Fitts, W. H., & Roid, G. H. (2013). Tennessee self concept scale. Nashville, TN:

Counselor Recordings and Tests.

Grove, S.K.,Burns, N., & Gray.J.(2014). Understanding Nursing Research:

Building an Evidence-Based Practice

Gufron, Risnawita. (2016). Teori-teori psikologi. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

72

Heriyadi, A. (2013). Meningkatkan penerimaan diri (self acceptance) siswa kelas

VIII melalui konseling realita di SMP Negeri 1 Bantarbolang Kabupaten

Pemalang tahun ajaran 2012/2013 (Doctoral dissertation, Universitas

Negeri Semarang).

Indonesia, K. K. R. (2016).Laporan hasil riset kesehatan dasar Indonesia tahun

2016. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

Indonesia, K. K. R. (2016). Panduan Penatalaksanaan kanker Payudara. Jakarta:

Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kesehatan, K. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Kemenkes RI.

National Cancer Institute. (2015). NCI dictionary of cancer terms.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta Selatan:

Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta Selatan:

Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta Selatan:

Salemba Medika.

Pakpahan, S. T. M. (2018). Gambaran Diri Wanita Penderita Kanker Payudara Post

Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Pintado, S. (2017). Self-concept and emotional well-being in patients with breast

cancer. Revista Iberoamericana de Psicología y Salud, 8(2), 76-84.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assesing

Evidence For Nursing Practice. Lippincott Williams & Wilkins.

Pratiwi, N. L. H., & Budiani, M. S. (2014). Kebermaknaan Hidup Survivor Kanker

Payudara Setelah Mastektomi. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 5(1),

30-37.

Revenanda, T., & Kirnantoro, K. (2017). Hubungan Konsep Diri Dengan

Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta(Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah

Yogyakarta).

73

Ritung, O. P., & Soetikno, N. (2018). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan

Perilaku Agresi Pada Remaja Di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Muara

Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(2).

Sastra, L. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Konsep Diri Pasien

Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1), 7-12.

Selvi, S., & Sudarji, S. (2017). Gambaran Faktor Yang Memperngaruhi Penerimaan

Diri Orangtua Yang Memiliki Anak Autisme. Psibernetika, 10(2).

Setiawan, E. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa), 2016.

Sobur. (2013). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia

Umami, U. R. (2019, March). Optimism as a Mediation between Self-Acceptance

and Successful Aging for Elderly. In 4th ASEAN Conference on Psychology,

Counselling, and Humanities (ACPCH 2018). Atlantis Press.

Widiarti, P. W. (2017). Konsep diri (self concept) dan komunikasi interpersonal

dalam pendampingan pada siswa SMP se kota

Yogyakarta. INFORMASI, 47(1), 135-148.

Yahya, T. S., & Dewi, Y. I. (2014). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan

Gambaran Diri Pada Wanita Pasca Mastektomi Kanker Payudara. Jurnal

Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 1(1), 1-9.

Yang, X., Zhu, C., & Gu, Y. (2015). The prognosis of breast cancer patients after

mastectomy and immediate breast reconstruction: a meta-analysis. PLoS

One, 10(5), e0125655.

Yunalia, E. M. (2019). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Penerimaan

Perubahan Fisik Remaja Putri pada Masa Pubertas. Nursing Sciences

Journal, 1(1), 30-36.

JADWAL KEGIATAN SKRIPSI

No

Kegiatan

Waktu penelitian

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Izin pengambilan data awal

3 Pengambilan data awal

4 Penyusunan proposal penelitian

5 Seminar proposal

6 Revisi proposal

7 Pengumpulan proposal

9 Izin penelitian

10 Pelaksanaan penelitian

11 Analisa data

11 Penyusunan laporan

13 Seminar skripsi

14 Revisi skripsi

15 Pengumpulan skripsi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden Penelitian

Di

RSUP. H Adam Malik Medan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Esterlina Br Situngkir

NIM : 0302015015

Alamat Lengkap : Jln. Bunga Terompet No. 118 Pasar VII Padang Bulan,

Medan Selayang

Adalah mahasiswa program studi akademik tahap akademik yang sedang

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Konsep Diri Dengan

Penerimaan Diri Pasien Kanker Payudara Pasca Mastektomi di RSUP H.

Adam Malik Medan” Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan

bagi anda sebagai responden, kerahasiaan semua informasi Penelitian ini tidak

menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden, kerahasiaan

semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

Apabila anda bersedia menjadi responden, saya mohon kesediaannya

menandatangani persetujuan dan menjawab semua pertanyaan serta melakukan

tindakan sesuai dengan petunjuk yang telah saya buat.

Atas perhatian dan kesediannya menjadi responden, saya mengucapkan

terimakasih.

Hormat Saya, Medan, Maret 2019

Peneliti Responden

( Esterlina Br Situngkir) ( )

INFORM CONSENT

(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Inisial :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang

tujuan yang jelas dari saudari Esterlina Br Situngkir dengan judul penelitian yang

berjudul “Hubungan konsep diri dengan penerimaan diri pasien kanker

payudara pasca mastektomi di RSUP H. Adam Malik” menyatakan bersedia

menjadi responden, dengan catatan bila suatu waktu saya dirugikan dalam bentuk

apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini. Saya percaya apa yang saya

informasikan dijamin kerahasiaannya.

Medan, Maret 2019

Responden

( )

KUESIONER

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PASIEN

KANKER PAYUDARA PASCA MASTEKTOMI DI RSUP. H ADAM

MALIK MEDAN

Hari / Tanggal : No. Responden :

Nama Initial :

Petunjuk Pengisian :

1. Diharapkan saudara bersedia mengisi pernyataan yang tersedia di lembar

kuesioner dan pilihlah sesuai pilhan anda tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

2. Bacalah pernyataan pernyataan dengan baik. Jawablah dengan jujur dan

tidak ragu ragu, karena jawaban anda sangat mempengaruhi hasil penelitian

ini.

3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut seakan-akan saudara sedang

menggambarkan diri sendiri sebagaimana adanya saat ini dan

menggambarkan penerimaan diri anda terhadap penyakit anda.

A. Data Responden

1. Status pernikahan :

2. Usia :

3. Agama :

4. Suku :

Mohon untuk memberikan tanda ( √ ) pada jawaban yang anda pilih

SS : Selalu Salah

SBS : Sebagian Besar Salah

SSSB : Sebagian Salah Sebagian Benar

SBB : Sebagian Besar Benar

SB : Selalu Benar

KONSEP DIRI

No Pernyataan SS SBS SSSB SBB SB

Diri Fisik

1

Saya memiliki tubuh yang

sehat

2 Saya suka tampil rapi dan

menarik

3 Saya orang yang menarik

4 Saya penuh dengan rasa sakit

dan penderitaan

5 Saya orang yang tidak rapi

6 Saya bukan orang yang sehat

7 Saya tidak terlalu gemuk dan

dan tidak terlalu kurus

8 Saya tidak terlalu tinggi atau

terlalu pendek

9 Saya menyukai diri saya

sekarang

10 Saya merasa tidak sehat

seperti seharusnya

11 Saya ingin mengubah

beberapa bagian tubuh saya

12 Saya harus memiliki lebih

banyak daya tarik seks

13 Saya merawat diri saya secara

fisik dengan baik

14 Saya merasa senang sebagian

besar waktu

15 Saya sangat berhati-hati

dengan penampilan diri saya

16 Saya tidak bagus dalam

permainan dan olahraga

17 Saya sering berperilaku seperti

orang yang tahu segalanya

18 Saya sulit tidur

Diri moral etik

19 Saya orang yang sopan

20 Saya orang yang saleh

21 Saya orang yang jujur

22 Saya tidak memiliki moral

yang baik

23 Saya orang jahat

24 Saya orang yang lemah hati

25 Saya sangat puas dengan

kesopanan dan perilaku saya

26 Saya saleh seperti yang saya

inginkan

27 Saya puas dengan hubungan

saya dengan Tuhan

28 Saya merasa tidak terlalu

dipercaya

29 Saya jarang pergi ke mesjid

atau tempat ibadah

30 Saya sering berbohong

31 Agama adalah penuntun saya

dalam kehidupan sehari-hari

32 Saya sering melakukan apa

yang benar

33 Saya akan berusaha untuk

berubah ketika saya

menyadari bahwa saya telah

membuat kesalahan

34 Terkadang saya menggunakan

cara yang tidak adil untuk

maju

35 Kadang-kadang saya

melakukan hal-hal buruk

36 Saya memiliki masalah dalam

melakukan hal yang benar

Diri pribadi

37 Saya orang yang ceria

38 Saya memiliki kontrol diri

yang tinggi

39 Saya orang yang tenang dan

mudah berteman

40 Saya dibenci

41 Saya tidak penting

42 Saya tidak bisa lagi berpikir

jernih

43 Saya puas dengan diri saya

sekarang

44 Saya secerdas yang saya

inginkan

45 Saya orang yang baik

46 Saya bukan orang yang saya

harapkan

47 Saya membenci diri saya

48 Saya seseorang yang mudah

menyerah

49 Dalam situasi apapun saya

dapat menjaga diri saya

sendiri

50 Saya dapat memecahkan

masalah saya dengan mudah

51 Saya bersedia mengakui

kesalahan saya tanpa merasa

marah

52 Saya sering berubah pikiran

53 Saya sering bertindak tanpa

berpikir terlebih dahulu

54 Saya mencoba melarikan diri

dari masalah

Diri keluarga

55 Saya memiliki keluarga yang

selalu siap membantu ketika

saya dalam kesulitan

56 Saya penting bagi keluarga

dan teman-teman saya

57 saya dari keluarga yang

bahagia

58 Saya tidak dicintai oleh

keluarga saya

59 Teman-teman saya tidak

percaya kepada saya

60 Saya pikir keluarga saya tidak

mempercayai saya

61 Saya puas dengan hubungan

dalam keluarga

62 Saya telah memperlakukan

orangtua saya seperti

seharusnya memperlakukan

mereka

63 Saya cukup memahami

keluarga saya

64 Saya sangat sensitif terhadap

apa yang dikatakan oleh

keluarga saya

65 saya harus meningkatkan iman

saya terhadap keluarga saya

66 Saya seharusnya mencintai

keluarga saya lebih dari saya

mencintai oranglain

67 Saya berusaha bersikap adil

terhadap keluarga dan teman-

teman saya

68 Saya memastikan bahwa saya

melakukan yang seharusnya

dirumah

69 Saya memberikan perhatian

penuh pada keluarga saya

70 Saya sering bertengkar dengan

dengan keluarga saya

71 Saya selalu menyerah pada

kedua orangtua saya

72 Saya tidak bertindak bijak

seperti yang dirasakan

keluarga saya

Diri sosial

73 Saya orang yang ramah

74 Saya lebih popular dikalangan

wanita

75 Saya lebih popular dikalangan

pria

76 Saya merasa marah kepada

semua orang

77 Saya tidak tertarik dengan apa

yang dilakukan oranglain

78 Saya merasa sulit untuk

membangun kedekatan dengan

oranglain

79 Saya dapat bersosialisasi

dengan cara yang saya

inginkan

80 Saya puas dengan cara saya

memperlakukan oranglain

81 Saya bisa memenangkan hati

orang-orang, tetapi saya tidak

melakukannya

82 Saya harus memiliki lebih

banyak perilaku sopan dengan

oranglain

83 Saya tidak pandai

bersosialisasi

84 Saya tidak puas dengan cara

saya bergaul dengan oranglain

85 Saya mencoba memahami

pandangan oranglain

86 Saya menghargai semua orang

yang saya temui

87 Saya bisa berteman dengan

semua orang

88 Saya tidak merasa sulit untuk

berbicara dengan oranglain

89 Sulit bagi saya untuk

memaafkan oranglain

90 Saya merasa sulit untuk

berbicara dengan seseorang

yang tidak saya kenal

Kritik diri

91 Saya tidak selalu mengatakan

yang sebenarnya

92 Terkadang saya memikirkan

hal-hal buruk untuk dikatakan

93 Kadang-kadang saya marah

94 Terkadang saya menjadi

marah ketika saya merasa

tidak enak badan

95 Saya tidak suka semua orang

yang saya kenal

96 Kadang-kadang saya berbuat

jahat pada oranglain

97 Terkadang saya terhibur oleh

lelucon yang tidak senonoh

98 Terkadang saya merasa ingin

mengutuk

99 Saya lebih suka menang

daripada kalah dalam

pertandingan

100 Terkadang saya akan menunda

pekerjaan yang seharusnya

saya lakukan

Mohon untuk memberikan tanda (√) pada jawaban yang anda pilih:

TPB : Tidak Pernah Benar

SJB : Sangat Jarang Benar

JB : Jarang Benar

KKB : Kadang-Kadang Benar

SB : Sering Benar

HSB : Hampir Selalu Benar

SB : Selalu Benar

PENERIMAAN DIRI

No Pernyataan

Penerimaan Diri

TPB SJB JB KKB SB HSB SB

1 Pengalaman dan

ingatan yang

menyakitkan membuat

saya sulit menjalani

hidup saya yang

berharga

2 Saya takut dengan

perasaan saya

3 Saya khawatir tidak

dapat mengendalikan

kekhawatiran saya dan

perasaan saya

4 Kenangan

menyakitkan saya

mencegah saya

memiliki kehidupan

yang memuaskan

5 Emosi menyebabkan

masalah dalam hidup

saya

6 Sepertinya

kebanyakan orang

menangani hidup

mereka lebih baik

daripada saya

7 Kekhawatiran

menghalangi

kesuksesan saya

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori KD * kategori PD 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

kategori KD * kategori PD Crosstabulation

kategori PD

Total tinggi rendah

kategori KD positif Count 20 6 26

% within kategori KD 76.9% 23.1% 100.0%

% within kategori PD 100.0% 60.0% 86.7%

% of Total 66.7% 20.0% 86.7%

negatif Count 0 4 4

% within kategori KD .0% 100.0% 100.0%

% within kategori PD .0% 40.0% 13.3%

% of Total .0% 13.3% 13.3%

Total Count 20 10 30

% within kategori KD 66.7% 33.3% 100.0%

% within kategori PD 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.231a 1 .002

Continuity Correctionb 6.094 1 .014

Likelihood Ratio 10.100 1 .001

Fisher's Exact Test .008 .008

Linear-by-Linear Association 8.923 1 .003

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.

b. Computed only for a 2x2 table

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 30-40 tahun 5 16.7 16.7 16.7

41-50 tahun 11 36.7 36.7 53.3

51-60 tahun 8 26.7 26.7 80.0

61-70 tahun 4 13.3 13.3 93.3

71-80 tahun 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

status pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid menikah 29 96.7 96.7 96.7

tidak menikah 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kristen protestan 7 23.3 23.3 23.3

khatolik 1 3.3 3.3 26.7

islam 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jawa 17 56.7 56.7 56.7

batak toba 4 13.3 13.3 70.0

batak karo 3 10.0 10.0 80.0

mandailing 3 10.0 10.0 90.0

aceh 2 6.7 6.7 96.7

nias 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

aspek diri Fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek diri

fisik) 54-90

28 93.3 93.3 93.3

konsep diri negatif (aspek diri

fisik) 18-53

2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Moral Etik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek

moral etik)54-90

28 93.3 93.3 93.3

konsep diri negatif (aspek

moral etik) 18-53

2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Diri Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek diri

sosial)54-90

27 90.0 90.0 90.0

konsep diri negatif (aspek diri

sosial) 18-53

3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Diri Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek diri

keluargal)54-90

29 96.7 96.7 96.7

konsep diri negatif (aspek diri

keluarga) 18-53

1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Diri Pribadi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek diri

pribadi)54-90

25 83.3 83.3 83.3

konsep diri negatif (aspek diri

pribadi) 18-53

5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Kritik Diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid konsep diri positif (aspek

kritik diri) 35-50

13 43.3 43.3 43.3

konsep diri negatif (aspek

kritik diri) 18-34

17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0