195
i MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Muh. ‘Azim Asror NIM : 111 11 077 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

SKRIPSI - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1384/1/SKRIPSI MUH. AZIM AS… · (Al- Insyiroh : 5-6) (Al-Qur’an dan terjemahnya. Khadim Al Haramain Asy Syarifain

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP

    DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO

    KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN

    TAHUN 2016

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi

    Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Muh. ‘Azim Asror

    NIM : 111 11 077

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

    sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

    (Al- Insyiroh : 5-6) (Al-Qur’an dan terjemahnya. Khadim Al Haramain Asy

    Syarifain. Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Raja Kerajaan Arab Saudi.

    Hal. 1073)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan dengan ketulusan hati kepada:

    1. Ibuku (Nur Hikmah) dan Bapakku (Fatkhurrohman) engkau yang ku

    kasihi dan ku sayangi, yang telah banyak berkorban tanpa letih maupun

    pamrih, meskipun banyak cobaan dan rintangan yang menghadang, namun

    engkau tetap tersenyum dan bersabar, semoga Allah SWT. Melimpahkan

    segala kerohmatan-Nya di dunia dan akhirat.

    2. Istriku (Pradika Mustafidah Sari) tercinta yang telah setia dalam menemani

    segala kehidupanku baik diwaktu bahagia maupun dikala sedih, serta

    selalu memberikan motivasi dan do’a demi terselesainya skripsi ini,

    semoga dalam setiap langkahmu Allah SWT. Selalu Memberikan

    kemudahan.

    3. Anakku (Muhammad Naufal Afkar) yang selalu menghiburku baik

    diwaktu sedih maupun senang, semoga Allah SWT. Menjadikanmu anak

    yang Sholeh.

    4. Guru spiritual dan teladanku Bapak KH. Mahfudz Ridwan, Lc. Yang

    selalu memberikan semangat dan ketenangan hati, serta membimbingku

    agar menjadi insan yang lebih baik, semoga Allah SWT. Selalu

    memberikan kesehatan kepada beliau.

    5. Sahabatku di rumah KH. Abdul Aziz Bakrie (Alm) yang telah memberikan

    motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun, serta selalu membuatku

    tersenyum baik diwaktu sedih maupun senang.

  • vii

    6. Sahabat-sahabat PP. Edi Mancoro yang telah setia menemaniku dari awal

    perjalanan di bangku perkuliahan hingga saat ini, semoga Allah SWT.

    Menjadikan kalian sebagai generasi penerus Bangsa yang sholeh-sholehah.

    7. Sahabat PAI-B angkatan 2011. Semoga dimanapun kalian berada, selalu

    mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur

    kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya

    yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

    junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh

    umat manusia, penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang

    bijaksana bagi seluruh alam semesta.

    Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik

    tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang

    terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-

    informasi yang dibutuhkan.

    Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan IAIN Salatiga.

    3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

    4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd. Selaku pembimbing skripsi yang

    senantiasa sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

    5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal

    keilmuan kepada penulis.

  • ix

    6. Kepala MTs Salafiyah Bapak Diego Faizzata, S. Pd.I. yang telah

    memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi

    ini, sehingga dapat terlaksana dengan baik.

    7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih

    sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun spiritual.

    8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    angkatan 2011.

    Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala

    bantuan yang diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah SWT serta

    tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.

    Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

    kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada

    khusunya dan pembaca pada umumnya.

    Salatiga, 6 Juni 2016

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    Azim Asror, Muhammad. 2016. Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap di

    MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan

    Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah

    dan ILmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut

    Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M. Pd.

    Kata Kunci: Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kurikulum

    pendidikan satu atap di MTs Salafiyah Wonoyoso desa/ Kelurahan Bumirejo,

    Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen pertanyaan utama yang ingin

    dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Bagaimana penerapan kurikulum di

    MTs Salafiyah Wonoyoso, (b) Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan

    kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, (c) Sejauhmana keberhasilan

    manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, untuk menjawab

    pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif

    kualitatif.

    Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan metode

    penelitian deskriptif kualitatif, yang dari penelitian tersebut menghasilkan

    data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati. Adapun subjek dan objek penelitian yaitu

    Kepala Madrasah, Wakil Kepala 1, dan pengasuh Pondok Pesantren.

    Sedangkan objeknya yaitu MTs Salafiyah Wonoyoso. Dalam proses

    pengumpulan data, penulis menggunakan cara wawancara, observasi dan

    dokumentasi. Adapun dalam proses pengecekan dan keabsahan data, peneliti

    menggunakan metode triangulasi yaitu dengan membandingkan dan

    mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

    waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

    Berdasarkan analisa data yang didapatkan bahwa kurikulum yang

    diterapkan di MTs Salafiyah Wonoyoso, yaitu menggunakan tiga kurikulum,

    pertama, kurikulum Kemendikbud, kedua, kurikulum Kemenag, dan ketiga,

    kurikulum Pondok Pesantren. Adapun hambatan dalam penerapan kurikulum

    di MTs Salafiyah Wonoyoso ialah adanya tenaga pengajar yang mengajar

    mata pelajaran tidak sesuai denga jurusannya ketika berkuliah, kurang

    berkompetennya tenaga pengajar karena hanya sebatas mengenyam

    pendidikan setara dengan SMA dan masih kurangnya pengetahuan tentang

    teknologi informasi. Sedangkan keberhasilan penerapan kurikulum ditandai

    dengan banyaknya lulusan dari lembaga tersebut mahir dalam bidang ilmu

    agama dan ilmu umum serta terpenuhinya sarana dan prasarana yang

    memadai. Serta semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

    lembaga, ditandai dengan banyaknya siswa yang mendaftar dari daerah

    tersebut.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL……………………………………………. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN…………………………………... iii

    HALAMAN DEKLARASI……………………………………... iv

    HALAMAN MOTTO…………………………………………... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………… vi

    KATA PENGANTAR…………………………………………... viii

    ABSTRAK………………………………………………………. x

    DAFTAR ISI…………………………………………………….. xi

    DAFTAR TABEL……………………………………………….. xiv

    DAFTAR GAMBAR……………………………………………. xv

    BAB. I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang………………………………………. 1

    B. Pembatasan Masalah………………………………… 5

    C. Fokus Penelitian……………………………………... 7

    D. Tujuan Penelitian…………………………………...... 8

    E. Manfaat penelitian…………………………………… 8

    F. Metode Penelitian……………………………………. 9

    G. Sistematika Penulisan………………………………... 14

    BAB. II. KAJIAN TEORI

    A. Manajemen Kurikulum………………………………. 15

  • xii

    1. Pengertian Manajemen…………………………… 15

    2. Fungsi Manajemen……………………………….. 18

    3. Pengertian Kurikulum…………………………… 20

    4. Fungsi Kurikulum……………………………….. 20

    5. Komponen Kurikulum…………………………... 22

    6. Pengertian Manajemen Kurikulum…………….... 26

    B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah

    1. Pengertian Perencanaan Kurikulum……………... 27

    2. Fungsi Perencanaan Kurikulum…………………. 28

    3. Model Perencanaan Kurikulum…………………. 29

    4. Sifat Perencanaan Kurikulum…………………… 31

    5. Asas-Asas Perencanaan Kurikulum……………... 32

    C. Pengorganisasian Kurikulum………………………... 34

    D. Pelaksanaan Kurikulum……………………………... 41

    E. Macam-Macam Kurikulum………………………….. 50

    F. Pendidikan Satu Atap………………………………... 53

    1. Pengertian Pendidikan Satu Atap………………... 53

    2. Pola Pendidikan Satu Atap………………………. 56

    3. Model-Model Pengembangan SD-SMP Satu Atap. 57

    4. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap………... 63

    5. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap………………. 64

    G. Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

    Kurikulum Kementerian Agama, dan Kurikulum

  • xiii

    Pondok Pesantren…………………………………….. 66

    BAB. III. LAPORAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum MTs Salafiyah Wonoyoso

    Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen

    Kabupaten Kebumen.

    1. Letak Geografis………………………………….. 75

    2. Sejarah Berdirinya……………………………….. 76

    3. Visi Misi…………………………………………. 78

    4. Tujuan Madrasah……………………………….. 79

    5. Sasaran………………………………………….. 85

    6. Struktur Organisasi……………………………... 86

    7. Keadaan Guru dan Siswa……………………….. 87

    8. Fasilitas dan Prestasi……………………………. 69

    B. Manajemen Kurikulum MTs Salafiyah Wonoyoso

    Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen

    Kabupaten Kebumen………………………………... 96

    BAB. IV. PEMBAHASAN………………………………. 117

    BAB. V. PENUTUP……………………………………… 129

    A. Kesimpulan ………………………………………… 129

    B. Saran………………………………………………... 131

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel I Skema Pendidikan Satu Atap……………………………. 59

    Tabel II Struktur Muatan Kurikulum SMP/ MTs………………… 67

    Tabel III Struktur Muatan Mata Pelajaran Kementerian Agama….. 70

    Tabel IV Data Daftar Guru dan Karyawan……………………….. 87

    Tabel V Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017………… 91

    Tabel VI Data Sarana dan Prasarana………………………………. 92

    Tabel VII Data Alokasi Waktu Masing-Masing Mata Pelajaran……. 99

    Tabel VIII Alokasi Waktu Tiga Kurikulum......................................... 121

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Bagan I SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola……………. 61

    Bagan II SD-SMP dengan Satu SD atau SMP

    Satu Pengelola…………………………………………... 62

    Bagan III Lebih dari Satu SD dengan Satu SMP…………………. 63

    Bagan IV Struktur Organisasi MTs Salafiyah Wonoyoso…………. 86

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kurikulum merupakan rencana tertulis tentang kemampuan yang

    harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan

    pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,

    dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

    kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan

    dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi

    dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional,

    dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

    mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

    penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2008: 92).

    Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

    nasional adalah aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu komponen

    yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Kurikulum

    merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan

    institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peran

    penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/ berkualitas. Salah satu

    aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah

    pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga

    pendidikan yang bersangkutan (Rusman, 2009:1). Kurikulum merupakan

  • 2

    program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai

    tujuan pendidikan yang memerlukan inovasi dan pengembangan. Melihat hal

    ini kurikulum selalu bersifat dinamis selalu berubah dan menyesuaikan diri

    dengan kebutuhan peserta didik.

    Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar dalam segala bentuk

    aktifitas pendidikan disebuah lembaga pendidikan. Karena kurikulum

    memberikan rancangan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman dalam

    proses pembelajaran. Sebuah kurikulum lembaga pendidikan yang

    direncanakan, diatur dan dilaksanakan dengan baik maka akan menghasilkan

    peserta didik yang berwawasan luas dan berfikir kedepan sesuai dengan

    tujuan pendidikan nasional.

    Selain kurikulum sebagai tolak ukur suatu keberhasilan lembaga

    pendidikan dalam melaksanakan seluruh proses pendidikan, juga ditentukan

    oleh manajemen dari lembaga pendidikan tersebut. Manajemen merupakan

    alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan

    memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

    Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan

    ditingkatkan (Hamalik, 2008:27). Sehingga manajemen yang baik akan

    meningkatkan kualitas suatu lembaga. Manajemen berlangsung dalam suatu

    proses berkesinambungan secara sistematik, yang meliputi pelaksanaan

    fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, dan

    control (Hamalik, 2008: 32). Kegiatan manajemen menjadi tanggung jawab

    utama pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Manajemen pendidikan

  • 3

    sebagai proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan pengelolaan suatu sistem

    pendidikan ini mempunyai tujuan terlaksananya kegiatan belajar mengajar

    dengan baik. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen

    kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan

    lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber

    belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum (Rusman, 2009:5)

    Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan

    kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam

    rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Rusman, 2009:3).

    Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum berperan sangat penting

    dalam pendidikan, tanpa kurikulum maka pendidikan di Negeri ini akan

    menjadi pincang, serta kurikulum tanpa adanya manajemen yang baik

    menjadikan lembaga pendidikan tersebut kesulitan dalam pelaksanaan segala

    aktifitas pendidikan, karena tidak adanya perencanaan, pelaksanaan,

    pengontrolan, dan evaluasi yang baik, sehingga kurikulum tidak dapat

    berjalan dengan semestinya.

    Dari paparan yang telah disampaikan di atas, penulis bermaksud

    meneliti sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah sebagai pendidikan

    formal yang satu atap dengan pondok pesantren sebagai sebuah acuan dalam

    setiap pelaksanaan program pendidikannya. Dengan diterapkannya tiga model

    kurikulum, MTs Salafiyyah mampu bersaing dengan sekolah umum yang

    dipandang sebagai lembaga pendidikan unggulan namun hanya pada

    pendidikan umumnya saja, sedangkan pendidikan satu atap memiliki

  • 4

    keunggulan dan nilai plus, disamping pendidikan umum lembaga pendidikan

    ini juga menggunakan materi tambahan terutama dalam bidang agama, seperti

    Bahasa Arab, dan pendidikan akhlak dengan mengkaji kitab kuning atau

    materi-materi pondok pesantren. Objek penelitian ini adalah Madrasah

    Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso, Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen,

    Kabupaten Kebumen. Pendidikan satu atap yang berbasis pondok pesantren.

    Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian di

    tempat ini, antara lain diterapkannya tiga macam kurikulum, yaitu kurikulum

    Kementerian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum Kementerian agama,

    dan kurikulum lokal berbasis pondok pesantren, serta eksistensi madrasah

    tersebut tetap terjaga hingga sekarang. Karena secara geografis lokasi

    madrasah berada di tengah kota Kebumen, yang sangat bermacam lembaga

    pendidikan disekitarnya, dan penuh dengan modernisasi perkotaan, namun

    MTs Salafiyah tetap mendapat tempat dihati para orang tua untuk

    mempercayakan anaknya pada madrasah tersebut. Hal tersebut menjadi

    sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui lebih jauh bagaimana

    eksistensi tersebut terjaga hingga saat ini dari sudut pandang manajemen

    kurikulumnya.

    Berangkat dari hal di atas, maka penulis mengajukan judul dalam

    penelitian ini adalah: “MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN

    SATU ATAP DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO

    KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016

  • 5

    B. Pembatasan Masalah

    Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti

    permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu

    penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul diatas yaitu antara

    lain :

    1. Manajemen :

    Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti

    mengatur(Hamalik, 2008:27).

    Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan

    keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta sumber-

    sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk

    mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

    Fungsi manajemen meliputi beberapa poin yang harus di

    pahami, diantaranya Perencanaan (Planning), pengorganisasian

    (Organizing), penerapan (Actuating), dan pegontrolan (Controlling).

    Sehingga manajemen berisikan keempat hal tersebut, namun yang

    penulis bahas disini mengenai penerapan (Actuating).

    Bertitik pada rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang

    perlu dijelaskan lebih lanjut.

    a. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan

    proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal.

  • 6

    b. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber,

    yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan

    sumber informasi.

    c. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang

    efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana, waktu dan

    sebagainya.

    d. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu yang telah

    di tentukan sebelumnya (Hamalik, 2008:28).

    2. Kurikulum :

    Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh

    lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program

    pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

    sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai

    dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Hamalik, 2008:10).

    Menurut Dr. E. Mulyasa, M. Pd. (2009: 22), kurikulum adalah

    seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan kompetensi

    dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan

    sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

    mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Adapun yang

    dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah suatu proses

    pengelolaan kurikulum yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan serta pengawasan.

    3. Pendidikan satu atap

  • 7

    Pendidikan dasar yang mencangkup SD dan SMP yang sederajat

    atau lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren yang

    diselenggarakan secara terpadu, baik terpadu secara fisik maupun

    secara pengelolaan (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-

    sdsmp-satu-atap).

    4. MTs Salafiyah

    Madrasah satu atap yang berbasis pondok pesantren dengan

    menggunakan perpaduan kurikulum Kemendikbud, kurikulum

    Kemenag, dan Kurikulum pondok pesantren dibawah naungan

    Yayasan Pesantren Salafiyah Wonoyoso desa Bumirejo, Kecamatan

    Kebumen, Kabupaten Kebumen.

    C. Fokus Penelitian

    Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi

    permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.

    Beberapa permasalahan itu adalah :

    1. Bagaimana penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso desa

    Bumirejo, Kebumen?

    2. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah

    Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?

    3. Sejauhmana keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah

    Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?

    http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-ataphttp://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap

  • 8

    D. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti ini

    memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui:

    1. Penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo

    Kebumen.

    2. Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso

    desa Bumirejo Kebumen.

    3. Keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso

    desa Bumirejo Kebumen.

    E. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang bisa diambil,

    yaitu:

    1. Manfaat teoritis

    a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan serta teori

    tentang manajemen kurikulum lembaga pendidikan islam

    khususnya Madrasah Tsanawiyah dan Pondok Pesantren.

    b. Pengembangan khasanah keilmuan di dunia pendidikan.

    2. Manfaat praktis

    a. Penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat,

    sebagai bahan pertimbangan untuk memilih madrasah.

  • 9

    b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaksana dan pengelola

    lembaga pendidikan MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo

    Kebumen.

    c. Penelitian ini dianggap penting untuk memberikan sumbangan

    pemikiran untuk manajemen kurikulum pendidikan satu atap di

    MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kebumen.

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian

    deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah

    tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

    bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

    maupun dalam peristilahannya. Taylor mendefinisikan metodologi

    kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    dapat diamati (moleong, 2009:4).

    Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga penelitian

    naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang

    dikumpulkan bersifat kualitatif bukan kuantitatif karena tidak

    menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi

    lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya

    tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif

  • 10

    hasilnya bersifat objektif berlaku sesaat dan setempat kemudian pada

    penelitian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial, sedangkan

    data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif (Nasution,

    2003:18-19).

    2. Subjek dan objek penelitian

    Subjek penelitian meliputi : Kepala madrasah, Wakil Kepala1

    (Waka Kurikulum), Pengasuh Pondok Pesantren.

    Untuk menentukan subjek penelitian yang dijadikan informan

    menurut moleong ada beberapa kriteria yaitu : ia harus jujur, taat pada

    janji, patuh pada peraturan , tidak termasuk salah satu kelompok yang

    bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu

    tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Moleong, 2003:90).

    Objek penelitian adalah MTs Salafiyah Wonoyoso Kebumen yang

    terletak di Gg. Walikonang dusun Wonoyoso desa Bumirejo kec.

    Kebumen Kab. Kebumen Provinsi Jawa Tengah.

    3. Pengumpulan data

    a. Wawancara tak berstruktur

    Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan

    dengan maksud tertentu (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

    dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas

    pertanyaan itu. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang

    pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang

  • 11

    akan diajukan (Moleong, 2003:130). Wawancara dalam penelitian

    kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur.

    Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam

    mengenai pandangan responden. Sehingga dengan wawancara tak

    berstruktur pewawancara dapat menanyakan permasalahan yang

    akan di kaji dengan leluasa tanpa terpaku pada batas-batas teks

    pertanyaan.

    b.Observasi

    Dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati secara

    langsung terhadap sumber data. Dalam observasi kita tidak hanya

    mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala

    sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang mungkin ada kaitannya.

    Karena dalam tiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal yakni

    informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan

    disekitarnya) sehingga tidak kehilangan makna (Nasution, 2003:58).

    Dengan melakukan pengamatan, maka akan jelas informasi yang

    peneliti dapatkan sebagai bahan penelitian.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah memperoleh data dengan meneliti dan

    mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data

    umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen

    madrasah. Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti buku

    harian, surat-surat dan dokumen resmi (Nasution, 2003:85). Dengan

  • 12

    dokumentasi akan memeberikan data-data yang ada dilapangan yang

    sangat penting untuk membantu kelengkapan penelitian.

    4. Analisis data

    Menurut Milles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam

    analisis data kualitatif, yaitu:

    a. Reduksi data

    Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,

    penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”

    yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Sebagaimana

    pengumpulan data berproses, terdapat beberapa tahapan dari Reduksi

    data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema,

    membuat gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis

    memo-memo). Dan reduksi data/ pentransformasian proses terus

    menerus, setelah kerja lapangan, hingga laporan akhir lengkap.

    Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,

    memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu

    cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan

    diverifikasikan.

    b. Model data (Data Display)

    Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model

    data. kita mendefinisikan “model”sebagai suatu kumpulan informasi

    yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan

    pengambilan tindakan.

  • 13

    c. Penarikan/verifikasi kesimpulan.

    Langkah ketiga dari aktifitas analisis adalah penarikan dan

    verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

    kualitatif mulai memutuskan apakah ”makna” sesuatu mencatat

    keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin alur

    kausal, dan proposisi proposisi. Peneliti yang kompeten dapat

    menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara

    kejujuran dan kecurigaan (skeptisme), tetapi kesimpulan masih jauh,

    baru mulai dan pertama masih samar, kemudian meningkat menjadi

    eksplisit dan mendasar menggunakan istilah klasik Glasser dan

    Strauss.

    Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan suatu

    inisiatif berulang-ulang secara terus-menerus. Masalah reduksi data,

    model, dan penarikan/verifikasi kesimpulan masuk ke dalam gambar

    secara berurutan sebagai episode-episode analisis mengikuti masin-

    masing yang lain. Tetapi dua masalah yang lain selalu menjadi

    bagian dari dasar (Emzir, 2011:129-135).

    5. Pengecekan keabsahan data

    Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk pengecekan

    keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik

    trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber.

    Menurut patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

    dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

  • 14

    diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

    kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan:

    a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

    wawancara.

    b) Membandingkan apa yang dikatakan key informan dengan

    informan.

    c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

    yang terkait (Moleong, 2009:330-331).

    G. Sistematika Penulisan

    BAB I : Pendahuluan

    Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar

    belakang masalah, pembatasan masalah, fokus penelitian, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika

    penulisan.

    BAB II : Kajian Pustaka

    Pada bab ini akan dijelaskan tentang manajemen kurikulum yang

    meliputi: pengertian manajemen kurikulum, fungsi kurikulum,

    komponen kurikulum, perencanaan kurikulum di sekolah,

    pengorganisasian kurikulum di sekolah, dan pelaksanaan

    kurikulum di sekolah, kurikulum pendidikan satu atap.

    BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

    BAB IV : Pembahasan

    BAB V : Penutup

  • 15

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Manajemen Kurikulum

    1. Pengertian Manajemen

    Istilah manajemen pada dasarnya merupakan istilah yang tidak

    asing lagi ditelinga. Seringkali orang menyebut sebuah pengelolaan,

    kegiatan atau pengelolaan usaha dengan istilah manajemen. Manajemen

    berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan melalui

    proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.

    Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan

    yang diinginkan(Hasibuan, 2005:1).manajemen juga berkenaan dengan

    cara-cara pengelolaan suatu lembaga agar lembaga tersebut efisien dan

    efektif (Tilaar, 2002: 10). Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses

    social yang berkenaan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan

    manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang

    efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya

    (Hamalik, 2008: 16).

    Selain pendapat dari pakar pendidikan, Allah SWT. Berfirman

    tentang manajemen yang berbuyi:

  • 16

    Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya

    dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu

    bangunan yang tersusun kokoh. (Ash shoff ayat 4).”

    Dari ayat Al-Qur’an di atas maka dapat disimpulkan bahwa Allah

    SWT. Juga menyukai orang yang me-manaj sesuatu dengan baik, agar apa

    yang direncanakan dapat tercapai dengan baik dan mendapatkan hasil yang

    baik pula.

    Disamping pengertian manajemen di atas, sebagai bahan

    perbandingan setidaknya perlu disimak beberapa definisi manajemen yang

    dikemukakan para tokoh/pakar manajemen diantaranya :

    a. Malayu S.P Hasibuan, (2005: 2) manajemen adalah ilmu dan seni

    mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-

    sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

    tertentu.

    b. Andrew F. Sikula mendefinisikan manajemen sebagai berikut :

    “Management in general refers ro planning, organizing, controlling,

    staffing, leading, motivating, and decision making activities performed

    by any organization, in order to coordinate the varied resources of the

    enterprise so as to bring and efficient creation of same product or

    service”.

  • 17

    (manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas

    perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,

    pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan

    yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

    mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh

    perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara

    efisien (Hasibuan, 2005: 2)

    c. G.R.Terry mendefinisikan manajemen sebagai berikut:

    “Management is a distinct process consisting of planning,

    organizing, actuating, and controlling, performed, to determine an

    accomplish stated objectives by the use of human being and other

    resources”

    (manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-

    tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

    pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

    sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber

    daya manusia dan sumber-sumber lainnya) (Hasibuan, 2005: 2-3).

    Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas

    bahwa pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu

    proses/kegiatan atau usaha pencapaian tujuan tertentu melalui

    kerjasama dengan orang lain, demi tercapainya suatu tujuan dengan

    memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia dan sumber

  • 18

    daya lainnya, melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

    penggerakan, dan pengontrolan.

    2. Fungsi Manajemen

    Fungsi-fungsi yang berurutan dalam proses manajemen terdiri dari :

    a. Perencanaan

    Perencanaan adalah mengembangkan suatu rencana, seseorang harus

    mengacu ke masa depan atau menentukan pengaruh pengeluaran

    biaya, atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,

    mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun

    program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi, anggaran

    biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan

    metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa

    aturan dan ketentuan.

    b. Pengorganisasian

    Pengorganisasian meliputi kegiatan-kegiatan membentuk/mengadakan

    struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru, dan

    menetapkan garis hubungan kerja antar struktur yang ada dengan

    struktur yang baru, merumuskan komunikasi dan hubungan-hubungan,

    menciptakan deskripsi kedudukan yang menunjuk apakah rencana

    dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diperlukan orang

    lain yang memiliki ketrampilan khusus.

  • 19

    c. Staffing

    Meliputi kegiatan seleksi calon tenaga staf, memberikan orientasi

    pada tenaga staf kearah pekerjaan dan tugas, memberikan latihan-

    latihan ketrampilan sesuai dengan bidang tugas serta melakukan

    pembinaan ketenagaan.

    d. Pengarahan

    Meliputi langkah-langkah pendelegasian atau pelimpahan tanggung

    jawab dan akuntabilitas, memotivasi dan mengkoordinasi agar usaha-

    usaha kelompok serasi dengan usaha-usaha lainnya, merangsang

    perubahan bila terjadi perbedaan/pertentangan untuk mencari

    pemecahan/penyelesaian sebelum mengerjakan tugas-tugas

    berikutnya.

    e. Control

    Meliputi kegiatan pengadaan sistem pelaporan yang serasi dengan

    struktur pelaporan keseluruhan, mengembangkan standar perilaku,

    mengukur hasil berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam kaitannya

    dengan tujuan, melakukan tindakan koreksi dan memberikan ganjaran

    (Hamalik, 2008:33-34).

    Memahami dari penjelasan diatas tentang fungsi

    manajemen, harus mengandung setidaknya ada lima fungsi yang

    berurutan, yaitu, planning, organizing, actuating, staffing, dan

    controlling, sehingga semua fungsi diatas merupakan suatu kesatuan

  • 20

    untuk memanaj suatu lembaga ataupun instansi sesuai dengan

    kebutuhan dan tujuan lembaga tersebut.

    3. Pengertian Kurikulum

    Menurut E. Mulyasa (2006: 24-25), kurikulum merupakan

    kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan,

    kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman

    pelaksanaan aktifitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan

    pendidikan.

    Mencermati apa yang dimaksud Mulyasa tersebut, kurikulum

    sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran. Kurikulum

    menjadi pengawal dinamika pendidikan yang ditujukan untuk

    mencerdaskan anak-anak bangsa(Yamin, 2010:40).

    Sehingga berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh mulyasa

    dapat disimpulkan bahwa kurikulum sangat penting demi menunjang

    kesuksesan segala proses pendidikan dalam suatu lembaga/ instansi

    pendidikan terkait, sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah dan

    pendidikan nasional.

    4. Fungsi Kurikulum

    Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan

    pendidikan. Apabila salah satu komponen dalam kurikulum tidak

  • 21

    berfungsi maka akan mengakibatkan komponen yang lain terganggu.

    Fungsi kurikulum difokuskan pada enam aspek berikut :

    a. Fungsi penyesuaian

    Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus

    mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara

    menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa bersifat dinamis

    maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan

    menyesuaikan diri secara dinamis pula.

    b. Fungsi integrasi

    Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang

    terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari

    masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan

    sumbangsih dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

    c. Fungsi differensiasi

    Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap

    perbedaan diantara setiap orang dimasyarakat. Pada dasarnya,

    differensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan kreatif,

    sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.

    d. Fungsi persiapan

    Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

    melanjutkan studi lebih jauh, misal melanjutkan studi kesekolah

    yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.

    e. Fungsi pemilihan

  • 22

    Perbedaan atau differensiasi dan pemilihan (seleksi)

    adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan

    berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa

    yan diinginkan dan menarik minatnya.

    f. Fungsi diagnostic

    Salah satu pelayanan pendidikan adalah membantu dan

    mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima

    dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang

    dimilikinya. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum dan

    akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.

    Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh

    kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan

    pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan

    dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang

    diharapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan (Hamalik,

    2011: 13-14).

    Dari definisi diatas, fungsi kurikulum memiliki andil yang

    strategis dalam pembentukan kepribadian peserta didik, baik

    kaitannya dengan tujuan lulusan yang berkompeten maupun tujuan

    pendidikan secara menyeluruh, untuk memajukan dunia

    pendidikan di negeri ini.

    5. Komponen Kurikulum

  • 23

    Kurikulum dalam suatu sekolah memiliki lima komponen yaitu:

    a. Komponen tujuan

    Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara

    keseluruhan, meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan

    domain psikomotorik. hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan

    lulusan dalam satuan pendidikan sekolah yang sesuai dengan tujuan

    pendidikan nasional. Secara hirarkis tujuan pendidikan tersebut

    dapat diurutkan sebagai berikut:

    1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan pendidikan yang ingin

    dicapai pada tataran nasional. Dalam pencapaiannya dapat

    berwujud sebagai warga Negara berkepribadian nasional yang

    bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat bangsa dan

    tanah air.

    2) Tujuan institusional yaitu yang ingin dicapai pada tingkat

    lembaga pendidikan, dalam penyampaiannya dapat berwujud

    sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut

    menjadi tenaga professional dalam bidang tertentu dan pada

    jenjang tertentu.

    3) Tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai

    pada tingkat tataran mata pelajaran atau bidang studi tertentu

    yang dipelajari.

  • 24

    4) Tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada

    tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai bentuk

    watak, kemampuan berfikir dan kemampuan berbicara.

    b. Komponen isi/ materi

    Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk

    mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau materi

    tersebut biasanya berupa materi bidang studi. Bidang-bidang studi

    tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan

    yang ada. Bidang-bidang studi tersebut biasanya telah dicantumkan

    dalam struktur program kurikulum sekolah yang bersangkutan.

    c. Komponen media (sarana dan prasarana)

    Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media

    merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih

    mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu

    pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat

    terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta didik akan

    mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi

    sajian guru dalam pengajaran. Dengan kata lain, ketepatan pemilihan

    media yang digunakan guru akan membantu kelancaran dalam

    pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan).

    d. Komponen strategi

    Strategi menunjuk pada pendekatan dan metode serta

    peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada

  • 25

    hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.

    Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh

    dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian,

    pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara

    umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

    Dengan kata lain, strategi pengajaran mengatur seluruh komponen,

    baik pokok maupun penunjang, dalam sistem pengajaran.

    e. Komponen proses belajar mengajar

    Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran sebab

    diharapkan melalui proses belajar-mengajar akan terjadi perubahan

    tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan proses belajar

    mengajar merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

    Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk

    menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga

    memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk secara leluasa

    mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan guru.

    Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran

    yang kondusif ini merupakan indikator kreativitas dan efektivitas

    guru dalam mengajar. hal tersebut dapat tercapai secara lebih baik

    jika guru dapat: (a) memusatkan pada kepribadiannya dalam

    mengajar, (b) menerapkan metode mengajarnya, (c) memusatkan

    pada proses dan produknya, dan (d) memusatkan pada kompetensi

    yang relevan (Subandijah, 1993: 4-6).

  • 26

    Komponen kurikulum dapat dipahami sebagai seluruh

    penunjang proses pembentukan dan pelaksanaan kurikulum untuk

    menunjang tercapainya tujuan lembaga pendidikan yang disesuaikan

    dengan tujuan pendidikan secara nasional.

    6. Pengertian Manajemen Kurikulum

    Bertitik tolak kepada pengertian diatas maka manajemen kurikilum

    dapat diartikan sebagai upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola

    perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga pendidikan,

    sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

    tujuan pendidikan tertentu.

    Manajemen kurikulum sangat penting sebagai suatu sistem

    pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan

    sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.

    Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai

    dengan konteks manajemen berbasis sekolah. Oleh karena itu, otonomi

    yang diberikan kepada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola

    kurikulum secara mandiri denan memprioritaskan kebutuhan dan

    ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah

    tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.

    Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum

    dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol

    implementasi kurikulum, sehinga lembaga pendidikan atau sekolah selain

    dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi

  • 27

    kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas

    kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,

    mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada

    masyarakat maupun pada pemerintah (Rusman, 2011: 3).

    Sehinga manajemen kurikulum sangat diperlukan agar terjadi

    keharmonisan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya dalam

    kegiatan belajar mengajar.

    B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah

    1. Pengertian perencanaan kurikulum

    Perancanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks

    yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan.

    Ada dua pendekatan perencanaan kurikulum :

    a. Pendekatan yang bersifat “administrative approach”

    Yaitu kurikulum direncanakan dari pihak atasan kemudian

    diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru.

    Jadi from the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif para

    administrator. Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka

    lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana. Semua ide,

    gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.

    b. Pendekatan yang bersifat “grass roots approach”

    Yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru atau

    sekolah secara individual dengan harapan bisa meluas ke sekolah-

  • 28

    sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat merencanakan

    kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan-

    kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide

    baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya disekolah

    mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran (Hamalik, 2008: 149-150)

    Selanjutnya, dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah

    manajer (the teacher as manajer) J.G Owen sangat menekankan

    perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus

    ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena dalam

    praktek mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah

    disusun bersama.

    2. Fungsi perencanaan kurikulum

    Pimpinan perlu menyusun perencanaan kurikulum secara cermat,

    teliti, menyeluruh, dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai berikut:

    a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat

    manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta

    yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu

    dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem

    pengontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk

    mencapai tujuan manajemen organisasi.

    b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi

    dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat

  • 29

    sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang

    besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh pemimpin,

    dan oleh karenanya perlu membuat informasi kebijakan yang relevan,

    disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang dimilikinya.

    c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk

    melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal

    (Hamalik, 2008: 152).

    Sehingga dari poin-poin penjelasan di atas, dapat disimpulkan,

    bahwa perencanaan harus memiliki fungsi yang dapat memberikan

    pengaruh pada tujuan akhir suatu institusi, yaitu sesuai dengan tujuan

    pendidikan nasional.

    3. Model perencanaan kurikulum

    a. Model perencanaan rasional deduktif atau Tayler, menitik beratkan

    logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari

    spesifikasi tujuan (goal and objektives) tetapi cenderung mengabaikan

    problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan

    pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi

    proyek pengembangan guru atau menentukan kebijakan suatu

    planning by-objektives di lingkungan departemen. Model ini cocok

    untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitik beratkan pada

    sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu

  • 30

    alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang

    social ekonomi.

    b. Model interaktif rational (the rational-interaktive model), memandang

    rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat

    yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Perencanaan

    kurikulum di pandang sebagai suatu masalah lebih ‘perencanaan

    dengan’ (planning with) daripada ‘perencanaan bagi’ (planning for).

    Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi

    rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang

    tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat local.

    Hal ini mungkin merupakan refleksi suatu keyakinan ideologis

    masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis

    sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam

    pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi

    antara perencana dan pengguna kurikulum.

    c. ‘The disciplines model’, perencanaan ini menitik beratkan pada guru-

    guru; mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan

    pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis, (isu-

    isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argument-argumen

    kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan tentang

    urutan-urutan materi pelajaran) demikian dikemukakan oleh Lawton)

    d. Model tanpa perencanaan (non planning model) adalah suatu model

    berdasarkan pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru didalam

  • 31

    ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit

    upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas, pendapat, dan

    analisis intelektual (Hamalik, 2008: 153-154).

    Sehingga dari empat model perencanaan kurikulum yang telah

    dijelaskan diatas, semuanya memiliki karakteristik tersendiri dalam

    merencanakan kurikulum yang tujuannya adalah terlaksananya

    kurikulum yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    4. Sifat perencanaan kurikulum

    Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

    a. Bersifat strategis, karena merupakan instrument yang sangat penting

    untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

    b. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek-aspek

    kehidupan dan penghidupan masyarakat.

    c. Bersifat integrative, yang mengintegrasikan rencana yang luas,

    mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.

    d. Bersifat realistis, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan

    kebutuhan masyarakat.

    e. Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan sumber

    daya manusia baik kuantitatif maupun kualitatif.

    f. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan

    masyarakat yang maju.

  • 32

    g. Merupakan bagian yang integral yang mendukung manajemen

    pendidikan secara sistematik.

    h. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi

    sesuai dengan standar nasional.

    i. Berdeverensifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.

    j. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai

    dengan kondisi dan potensi daerah (Hamalik, 2008: 150).

    5. Asas-asas perencanaan kurikulum

    Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas-asas sebagai

    berikut:

    a. Objektivitas

    Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas, dan spesifik

    berdasrkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai

    dengan kebutuhan.

    b. Keterpaduan

    Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua

    disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan

    internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.

    c. Manfaat

    Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan

    ketrampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan

  • 33

    tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam

    penyelenggaraan pendidikan.

    d. Efisiensi dan efektifitas

    Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana,

    tenaga, waktu dan efektif dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.

    e. Kesesuaian

    Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik,

    kemampuan tenaga pendidikan, kemajuan IPTEK dan perubahan/

    perkembangan masyarakat.

    f. Keseimbangan

    Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis

    bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan

    program yang akan dilaksanakan.

    g. Kemudahan

    Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi pemakainya yang

    membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk

    melaksanakan proses pembelajaran.

    h. Berkesinambungan

    Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan

    tahap-tahap dan jenis dan jenjang satuan pendidikan.

    i. Pembakuan

    Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis

    satuan pendidikan, sejak dari pusat, propinsi, kabupaten/ kota madya.

  • 34

    j. Mutu

    Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu,

    sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan

    secara keseluruhan (Hamalik, 2008: 149-156).

    Sehingga dala perencanaan kurikulum harus memperhatikan

    muatan yang akan di ajarkan dalam kurikulum sebagai proses pembeljaran,

    agar nantinya dalam pelaksanaannya dapat tercapai hasil yang

    memuaskan.

    C. Pengorganisasian Kurikulum

    Pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara

    struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks

    akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya dilihat dari

    kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks akademik (Hamalik, 2008:

    136).

    Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum

    yang tujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran

    serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan

    pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait

    dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan

    yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya,

    nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum,

  • 35

    diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (squence),

    kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).

    1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu

    factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.

    2. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan,

    terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan

    sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat

    kesukarannya, pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam

    menerapkan factor ini. Artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama

    semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara

    vertical maupun horisontal.

    3. Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbngkan dalam organisasi

    kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalamilmu

    pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap

    dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam

    keseimbngan pada organisasi kurikulum: (1) keseimbangan terhadap

    substansi bahan atau isi kurikulum; dan (2) keseimbangan yang berkaitan

    dengan cara atau proses belajar.

    4. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan

    pertimbangan dalam organisasi kurikulum.

    Secara umum ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum, yaitu

    sebagai berikut:

    a. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)

  • 36

    Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam

    berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah, satu sama lain,

    seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan

    yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain dengan

    demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan pada anak

    (Suryosubroto, 2005: 1).

    Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan

    maupun kelebihan.

    Kekurangan mata pelajaran terpisah-pisah (sparated subject

    curriculum) adalah sebagai berikut.

    1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah,

    yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu

    dengan yang lainnya

    2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak

    bersifat aktual.

    3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa

    cenderung pasif.

    4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan social

    yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.

    5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari

    masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang

    akan datang.

  • 37

    6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,

    minat dan kebutuhan siswa.

    Sementara itu, kelebihan mata pelajaran yang terpisah-

    pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

    1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana,

    dan mudah dipelajari.

    2) Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai

    dan budaya terdahulu.

    3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.

    4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain,

    bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga

    mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.

    Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan

    diperoleh siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak

    menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas

    sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung kurang

    mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.

    b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Currriculum)

    Kurikulum bentuk ini pun sudah lama digunakan dalam dunia

    pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field

    pada hakikatnya adalah penyatuan mata pelajaran yang sejenis, seperti

    IPA (di dalamnya tergabung fisika, biologi, dan kimia) dan IPS.

    Kurikulum bentuk ini sebagai upaya penggabungan dari mata

  • 38

    pelajajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi

    kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.

    Korelasi kurikulum merupakan penggabungan dari mata pelajaran

    yang sejenis secara insidental. Dari bahan-bahan kurikulum yang

    terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum atau mata

    pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa dari

    berbagai disiplin ilmu. Namun, kenyataan dilapangan atau dusekolah

    terbukti bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang

    pendidikannya. Salah satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan

    belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran

    tersebut.

    Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum

    ini, kekurangannya adalah sebagai berikut:

    1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang

    begitu mendalam.

    2) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang

    aktualyang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.

    3) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan

    siswa.

    4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan

    bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.

    Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan

    (correlated curriculum) adalah sebagai berikut:

  • 39

    1) Bahan bersifat korelasi meskipun sebatas beberapa mata pelajaran.

    2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang

    studi.

    3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang

    sejenis.

    Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi

    pelajarannya, memiliki pengertian-pengertian yang lebih mendalam

    disbanding dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.

    c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

    Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu

    pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara menyeluruh.

    Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan mata pelajaran pada

    satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai

    disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas

    antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan

    kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun

    individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar,

    memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat

    melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.

    Dalam penerapan kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki

    kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar mengajar

    yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut. Pembelajaran

    yang mungkin banyak digunakan seperti pemecahan masalah, metode

  • 40

    proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, discovery dan

    pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok

    maupun secara perorangan. Bahan pelajaran yang dipelajari siswa

    dirumuskan dalam pokok bahasan berupatopik atau pernyataan yang

    dapat mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan yang

    diajukan.

    Proses pembelajaran lebih bersifat fleksibel disesuaikan dengan

    kemampuan dan potensi siswa, sehingga tidak mengharapkan hasil

    belajar yang sama dari semua siswa. Jika dilihat dari prosesnya,

    kurikulum ini dalam pengembangannya lebih banyak dipercayakan

    pada guru-guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri.

    Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam

    kurikulum ini. Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai berikut:

    1) Ditinjuau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka

    kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.

    2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis.

    3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan

    kebutuhan siswa maupun kelompok.

    4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum

    bentuk ini.

    5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum

    ini.

    Sementara kelebihan kurikulum ini adalah sebagai berikut:

  • 41

    1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan

    cara memadukan beberapa mata pelajaran, secara menyeluruh

    dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.

    2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan

    bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.

    3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan

    permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan

    belajar secara bekerjasama (cooperative) (Rusman, 2011: 50-66).

    Dari definisi tiga pola pengorganisasian kurikulum diatas masing-

    masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun dari beberapa pola

    tersebut sangat penting kaitannya dengan terlaksananya sebuah

    kurikulum yang baik dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional

    demi terbentuknya sistem pendidikan yang memiliki pandangan

    kedepan dan perkembngan yang signifikan.

    D. Pelaksanaan Kurikulum

    Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu

    pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dan kurikulum tingkat kelas. Dalam

    tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada tingkatan kelas

    yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan dalam tugas antara kepala

    sekolah dan guru, dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan

    tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat sekolah dan tingkat

    kelas, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum

  • 42

    tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab

    melaksanakan proses administrasi kurikulum.

    1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

    Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk

    melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia

    berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana

    tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan

    membuat notula rapat, membuat statistic dan membuat laporan.

    a. Kepala sekolah sebagai pemimpin

    Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah

    melaksanakan dan membina serta mengembangkan kurikulum.

    Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah) harus

    memiliki sifat/ sikap/ tingkah laku tertentu yang justru merupakan

    kelebihan dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin. Sifat/

    sikap/ tingkah laku tersebut diantaranya:

    1) Mampu mengelola sekolah (managerial skill) kemampuan ini

    ditandai dengan kemampuan dan ketrampilannya dalam

    mengelola pelaksanaan kurikulum, misalnya guru bidang studi,

    pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,

    pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan

    menilai kegiatan guru dalam pelaksanaan program sekolah

    sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada.

  • 43

    2) Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya,

    keahlian ini memungkinkan kepala sekolah tersebut untuk

    melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang

    dibebankan kepadanya.

    3) Bersikap rendah hati dan sederhana, sikap rendah hati berarti

    tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan,

    pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang

    pendidikan.

    b. Perilaku seorang administrator

    Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan

    dengan perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan

    semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan

    supervise, penilaian terhadap personal sekolah.

    c. Penyusunan rencana tahunan

    Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan

    kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka waktunya,

    perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang (misalnya renana

    untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana

    tahunan, bulanan).

    d. Pembinaan organisasi sekolah

  • 44

    e. Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah

    yang kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya

    ditunjang oleh:

    1) Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun

    kualitasnya.

    2) Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.

    3) Bagian pengadaan alat bantu mengajar.

    4) Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan

    dioprasikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

    5) Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan

    praktek.

    6) Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibina oleh dokter,

    perawat, tenaga psikiater.

    7) Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh tenaga

    konselor yang ahli.

    8) Bagian yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstra

    kurikuler, kepramukaan, latihan ketrampilan.

    9) Organisasi siswa (osis)

    10) Organisasi orang tua murid

    11) Bagian kerohanian dan pembinaan masjid sekolah.

    Organisasi yang lengkap seperti di atas menuntut

    kemampuan organisasi yang memadai dari seorang kepala

    sekolah agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua

  • 45

    organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang

    baik, senantiasa terarak kepencapaian tujuan instruksional dan

    kurikuler sekolah bersangkutan.

    f. Koordinasi dalam pelaksanaan kurikulum

    Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran

    dan tindakan para personal dan staf pada sub organisasi dalam

    organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya.

    Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap

    suborganisasi sekolah bersangkutan bergerak bersama-sama

    sesuai dengan tujuan, fungsi dan ruang lingkup tugas, tanggung

    jawab dan wewenang masing-masing sub organisasi untuk

    mencapai tujuan bersama.

    g. Kegiatan memimpin rapat kurikuler

    Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk

    memusyawarahkan penyelenggaraan, hasil-hasil dan berbagai

    masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat diselenggarakan pada

    awal tahun akademik, pertengahan tahun/ semester, akhir tahun

    akademik, atau dilaksanakan secara incidental, menurut

    kebutuhan yang ada disekolah bersangkutan.

    h. Sistem komunikasi dan pembinaan kurikulum

    Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu

    berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terlibat

    dalam proses administrasi, baik dalam organisasi maupun luar

  • 46

    organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang

    interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan

    proses kerjasama yang baik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

    administrasi kurikulum. (Hamalik, 2008:174)

    Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum,

    dalam pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu

    mengembangkan sistem informasi secara efektif agar semua

    pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum

    bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu

    pemikiran, satu sikap dan satu keinginan, mencapai tujuan-tujuan

    sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.

    2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.

    Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk

    menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas, pembagian

    tugas-tugas tersebut mliputi tiga jenis kegiatan administrasi, (a) pembagian

    tugas mengajar (b) pembagian tugas pembinaan ekstra kurikuler, (c)

    pembagian tugas bimbingan belajar. Pembagian tugas ini dilakukan

    melalui musyawarah guru yang dipimpin kepala sekolah. Keputusan tugas

    tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk satu

    semester atau satu tahun akademik.

    Pembagian tugas-tugas bagi guru pada hakikatnya harus

    mempertimbangkan hal-hal berikut.

  • 47

    a. Tugas-tugas yang ditetapkan guru hendaknya disesuaikan dengan

    kemampuan individual, spesialisasi pengalaman serta minat yang

    bersangkutan.

    b. Pada sekolah-sekolah yang melaksanakan guru kelas, mengadakan

    pembagian tugas pada guru untuk memegang kelas tertentu, yang

    berarti jika ada 6 kelas maka berarti oada sekolah tersebut paling

    tidak terdapat 6guru dan kepala sekolah. Tiap guru bertanggung

    jawab mengajar sejumlah bidang pengajaran bagi kelas yang

    bersangkutan.

    c. Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian

    tugas guru berdasarkan keahlian/ spesialisasi dalam salah satu

    bidang studi dengan ketentuan jumlah jam pelajaran yang telah

    ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas mengajar satu bidang studi

    saja bagi semua kelas.

    d. Guru-guru yang memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk

    melaksanakan kegiatan kurikuler lainnya dan atau program ekstra

    kurikuler, seperti; guru seni, music, olahraga, ketrampilan dsb.

    e. Ada sejumlah sekolah didaerah atau pedesaan yang masih

    kekurangan guru atau yang ada tidak sesuai dengan jumlah bidang

    studi. Masalah ini ditanggulangi dengan memberikan tugas-tugas

    tambahan kepada beberapa orang guru, mengajar beberapa bidang

    studi atau mengajar beberapa kelas.

  • 48

    Sehingga dalam penugasan guru melaksanakan pembelajaran harus

    sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru

    tersebut, agar kurikulum yang telah disusun berjalan dengan semestinya.

    Pemberian tugas guru dapat dibagi menjadi tiga dalam

    pelaksanaannya, yaitu:

    1. Kegiatan dalam proses belajar mengajar

    Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas seorang guru sebagai

    mana yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

    a. Menyusun rencana pelaksanaan program/ unit.

    b. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran.

    c. Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan

    siswa.

    d. Pengisian buku laporan pribadi siswa.

    2. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler

    Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar

    ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan

    menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah.

    Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ini sesungguhnya merupakan

    bagian integral dari kurikulum sekolah yang bersangkutan, dimana

    semua guru terlibat di dalamnya.

    Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program

    instruksional yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi kredit

  • 49

    tertentu, tetapi mengundang varitas kegiatan secara luas, misalnya

    kepramukaan, usaha kegiatan sekolah, palang merah remaja, olahraga

    prestasi, koperasi dan tabungan sekolah, dll. Kegiatan-kegiatan ekstra

    ini mengandung nilai tertentu antara lain:

    a. Memenuhi kebutuhan kelompok,

    b. Menyalurkan minat dan bakat,

    c. Memberikan pengalaman eksplotorik.

    d. Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata

    pelajaran.

    e. Mengikat para siswa disekolah.

    f. Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah.

    g. Mengintegrasikan kelompo-kelompok social.

    h. Mengembangkan sifat-sifat tertentu.

    i. Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan secara

    informal.

    j. Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.

    3. Kegiatan bimbingan belajar

    Guru memegang peran utama dan bertanggung jawab

    membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang

    dimilikinya, dan membantu memecahkan masalah dan kesulitan para

    siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa tersebut mampu

    secara mandiri membimbing dirinya sendiri. Tujuan utama bimbingan

  • 50

    yang diberikan guru adalah untuk mengembangkan semua

    kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan hidupnya

    pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan dengan

    sebelumnya. Secara umum prosedur bimbingan perlu dilaksanakan

    sebagai berikut:

    a. Analitis; guru menganalisis semua permasalahan dan kesulitan

    yang hendak dihadapi para siswanya.

    b. Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang mungkin

    menyebabkan masalah, atau kesulitan yang sedang dihadapi oleh

    siswa.

    c. Orientasi, guru melakukan berbagai pendekatan kearah pemecahan

    masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang sekiranya

    diperluakan. Bagi siswa yang bersangkutan.

    d. Penyuluhan, guru memberikan bantuan dan nasihat kepada siswa

    yang bersangkutan, (individual ataupun kelompok) sesuai dengan

    jetis, bentuk dan penyebabnya.

    e. Penempatan: menempatkan kembali siswa yang sudah mendapat

    penyuluhan kedalam kelompok atau kelasnya sendiri (Hamalik,

    2006:173-189).

    E. Macam-Macam Kurikulum

    Macam-macam kurikulum menurut beberapa sudut pandang ada tiga

    yaitu, ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, berdasarkan struktur dan mata

  • 51

    pelajaran, serta berdasarkan proses pengembangannya dan ruang lingkup

    penggunaannya. Masing-masing sudut pandang memiliki macam-macam

    kurikulum, yaitu:

    1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaanya, ada tiga macam kurikulum,

    diantaranya yaitu:

    a. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal,

    sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang didalam

    dokumen kurikulum.

    b. Kurikulum actual atau factual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan

    dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

    c. Kurikulum tersembunyi, (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu

    yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum

    faktual.

    2. Berdasarkan struktur dan mata pelajaran, ada tiga macam kurikulum yaitu:

    a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang

    mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah. Misalnya

    mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran

    geografi, dan seterusnya.

    b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan

    ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya ilmu pengetahuan social

    merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah, geografi,

    ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran

  • 52

    dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah

    sekolah dasar.

    c. Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum) kurikulum yang bahan

    ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar

    yang lain.

    3. Berdasarkan proses pengembangannya dan ruang lingkup penggunaanya,

    kurikulum dapat dibedakan menjadi berikut:

    a. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang

    disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara

    nasional.

    b. Kurikulum Negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang

    disusun oleh masing-masing Negara bagian, misalnya di masing-

    masing Negara bagian Amerika Serikat, dan digunakan oleh masing-

    masing Negara bagian itu.

    c. Kuikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun

    oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum tingkat satuan pendidikan

    (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari

    keinginan untuk melakukan differensiasi dalam kurikulum (Suparlan,

    2011: 56-58).

    Sehingga dari beberapa pemaparan diatas tentang macam-macam

    kurikulum dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam kurikulum

    tergantung dari sudut pandang penyusunan dan pelaksanaanya, yang

    masing-masing juga memiliki macam kurikulum.

  • 53

    F. PENDIDIKAN SATU ATAP

    1. Pengertian pendidikan satu atap

    Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemendikbud) sedang menyiapkan peta jalan atau road

    map wajib belajar 12 tahun. Mendikbud Anies Baswedan mengatakan

    beberapa perangkat yang disiapkan menuju wajar 12 tahun itu antara lain

    perangkat hukum dan sisi penyediaan sarana dan prasarana berupa guru,

    unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB).

    “(Dulu) wajib belajar enam tahun itu ditetapkan pada tahun 1984

    setelah pemerintah menyiapkan suplay side- nya. Sekolah-sekolah SD itu

    dibangunnya tahun 70an, lalu tahun 1984 baru diberlakukan ajar 6 tahun.

    Yang kita harus lakukan juga adalah menyiapkan supply side-nya yaitu

    gurunya, sekolahnya, sehingga begitu nanti ketok palu, untuk wajib belajar

    12tahun, kita sudah siap”. Ujarnya usai berbicara pada Seminar Nasional

    Wajib Belajar 12 Tahun di kantor Kemendikbud. Jakarta (15/12/2015).

    Mendikbud mengatakan, mengelola wajar 12 tahun dari sisi

    penyediaan, artinya pemerintah harus menambah kemampuan untuk dapat

    menampung semua lulusan SMP yang akan melanjutkan ke pendidikan

    menengah baik SMA atau SMK. Namun ia menegaskan, usaha

    memperluas sisi penyediaan sarana dan prsarana tersebut tidak boleh

    mengesampingkan Kualitas sarana dan prasarana serta kualitas tenaga

  • 54

    didik dan tenaga kependidikan. Pendidikan katanya merupakan suatu

    proses yang dilakukan secara bertahap.

    “kita melihatnya bertahap, membangun sekolah itu cepat. Tapi

    mengisi anaknya tidak cepat. Anak-anak itu lulus SMP dan SMA juga

    tahunan. Kita membayangkan pertumbuhan sekolah seimbang dengan

    pertumbuhan lulusan”. Tutur Mendikbud.

    Ia juga mengatakan hasil dari proses pendidikan tidak dapat dilihat

    dengan instan, melainkan akan dilihat dalam waktu yang panjang.

    Pendidikan diharapkan bisa menjadi escalator social ekonomi, dan bisa

    mengalahkan ketertinggalan dan kemiskinan di berbagai daerah di

    Indonesia. “karena itu road map (peta jalan) yang disusun menceminkan

    kondisi tiap daerah karena setiap daerah berbeda-beda.” Ujarnya.

    Sementara terkait perangkat hukum, Mendikbud mengatakan akan ada

    pembahasan dengan DPR mengenai payung hukum untuk wajib belajar 12

    tahun. (Desiana Maulipaksi).

    http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-

    perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930

    Pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir umumnya SMP

    belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada diluar jangkauan lulusan

    SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD didaerah tersebut pada

    umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru SMP

    dipandang tidak efisien. Dilain pihak daerah tersebut merupakan daerah-

    daerah dimana APK SMP masih rendah dan merupakan lokasi tempat

    http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930

  • 55

    anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang

    sederajat. Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah dengan ciri

    seperti tersebut diatas adalah dengan mendekatkan SMP ke lokasi

    konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan SMP

    tersebut dengan mengembangkan pendidikan dasar terpadu di SD yang

    sudah ada atau bisa disebut sebagai SD- SMP Satu Atap. Pengembangan

    pendidikan dasar terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan Lokasi SD

    dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan sarana prasarana yang

    ada pada SD yang telah ada tersebut (http: //www.diknas.or.id).

    SD- SMP Satu atap, atau biar pendek sebutannya : SMP satu atap,

    adalah SMP ‘biasa’ yang tempat belajarnya di gedung SD dimana siswa

    itu tadinya menyelesaikan menyelesaikan tingkat pembelajaran SD-nya.

    Mereka tetap belajar digedung SD itu dikarenakan SMP biasa berada

    dilokasi yang relative jauh. Sementara untuk dibangunkan gedung SMP

    baru di daerah terjangkau belum memungkinkan karena jumlah murid

    yang akan ditampung (tamatan SD) terlalu kecil. Jadi, mereka belajar

    pelajaran SMP di gedung tempat mereka belajar pelajaran SD.

    SMP satu atap adalah salah satu usaha pemerintah untuk m