89
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dalam seluruh proses belajar siswa/mahasiswa di sekolah dan di perguruan tinggi. Selama menuntut ilmu di sekolah dan perguruan tinggi, siswa/mahasiswa sering di ajarkan dan diberi tugas untuk menulis, oleh karena itu mereka diharapkan akan mempunyai wawasan yang lebih luas dan mendalam setelah melakukan kegiatan menulis. Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau

Skripsi Jurusan Dakwah

  • Upload
    tgkzoer

  • View
    104

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

peningkatan dalam memahami berita

Citation preview

Page 1: Skripsi Jurusan Dakwah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dalam

seluruh proses belajar siswa/mahasiswa di sekolah dan di perguruan tinggi.

Selama menuntut ilmu di sekolah dan perguruan tinggi, siswa/mahasiswa sering

di ajarkan dan diberi tugas untuk menulis, oleh karena itu mereka diharapkan akan

mempunyai wawasan yang lebih luas dan mendalam setelah melakukan kegiatan

menulis. Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang

menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri

atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan

dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap,

dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang

dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.

Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena,

pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,

membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menulis adalah

menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta

informasi ke dalam tulisan dan kemudian mengirimkannya kepada orang lain.1

1Syafi’I, Bahasa Indonesia, Cet. IV, (Jakarta: Grafika Media, 1998), h. 45

Page 2: Skripsi Jurusan Dakwah

2

Menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan

bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian

huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda

baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-

dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat

dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.2

Pelajaran menulis kadang hanya digunakan sebagai pengisi waktu luang

dan tidak memperoleh porsi waktu yang cukup. Siswa banyak yang tidak senang

apabila diminta untuk membuat karangan. Siswa menganggap pelajaran menulis

wacana sebagai pelajaran yang membosankan dan melelahkan. Hal ini menarik

perhatian untuk diteliti upaya yang harus ditempuh untuk menarik perhatian siswa

dalam pembelajaran menulis teks berita.

Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan

melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa,

kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus

dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan

apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa

dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin

teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang

disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah

sangatlah penting.

2Ibid, h. 46

Page 3: Skripsi Jurusan Dakwah

3

Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan

buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang

baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia

juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b)

kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan

penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan

memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan

tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan

kekayaan kosakata yang dimilikinya.

Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan

menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang

merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan

alenia.3Dan menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus

mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang

disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud

penulis.4

Menulis berita adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan seperti

mengarang, membuat surat dalam tulisan.5 Menulis berarti mengorganisasikan

gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Menulis berarti

3Agung W, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet VI, (Jakarta: Cahaya Agenci, 1997), h. 13

4Poerwodaminto, Kriteria Menulis dengan Benar, Cet XI, (Semarang: Kasih Ibu, 1987), h. 105

5Kridalaksana, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Grafika Media, 2006), h. 968

Page 4: Skripsi Jurusan Dakwah

4

mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam

tulisan yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.6

Teks berita adalah naskah berita yang berisi fakta mengenai kejadian

peristiwa yang hangat, menarik, atau penting bagi sebagian besar masyarakat yang

bisa disampaikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau

media internet7. Kegiatan menulis teks berita cocok untuk pembelajaran menulis

pada Mahasiswa Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe karena

pada Jurusan Dakwah memang satu jurusan yang melatih Mahasiswa untuk

mendalami ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan aspek penekanan

kepada dakwah bil hal, bil lisan (mimbar) dan bil qalam (media cetak). Tema

dalam berita adalah peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat dan

mahasiswa sudah bisa merespon lingkungannya, membayangkan dalam

pikirannya kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk

meneliti mengenai “Kemampuan Menulis Berita pada Mahasiswa Jurusan

Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh Lhokseumawe”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

secara umum dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis

6Akhadiah, Pelajaran Bahasa Indonesia, Cet. XI, (Semarang: Toha Putra, 2002), h. 2

7Tarigan, Cara Menulis Berita yang baik, Cet, I, (Semarang: Toha Putra, 1999), h. 187-188

Page 5: Skripsi Jurusan Dakwah

5

berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe. Secara khusus penelitian ini adalah:.

1. Bagaimanakah kemampuan menulis berita pada Mahasiswa Jurusan

Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe?

2. Faktor apa saja yang menghambat kemampuan menulis berita pada

Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe?

3. Bagaimanakah solusi yang harus dilakukan dalam meningkatkan

kemampuan menulis berita?

Berdasarkan rumusan masalah ini maka dapat peneliti tentukan

indikatornya yaitu:

a. Membekali Mahasiswa dengan materi tentang berita agar mudah

mengembangkan tulisan.

b. Penjelasan karakter serta cara memilih masalah yang tepat untuk

dijadikan berita.

c. Mengembangkan permasalahan menjadi sebuah tulisan berita.

d. Melahirkan Mahasiswa yang mempu menulis berita.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kemampuan menulis

berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN

Page 6: Skripsi Jurusan Dakwah

6

Malkikussaleh Lhokseumawe. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Memperoleh gambaran tentang kemampuan menulis berita pada

mahasiswa jurusan dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe.

2. Memperoleh gambaran tentang Faktor apa saja yang menghambat

kemampuan menulis beita pada mahasiswa jurusan dakwah smester V

unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

3. Memperoleh gambaran tentang solusi yang harus dilakukan mahasiswa

dalam meningkatkan kemampuan menulis berita.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diambil manfaat bagi Mahasiswa, Dosen, dan

Perguruan tinggi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.adapun manfaat dalam

penelitian ini yaitu:

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan dalam menulis

teks berita.

b. Mahasiswa dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan menulis

teks berita di dalam ruang belajar.

2. Dosen/Pengajar

a. Sebagai sumber informasi bagi dosen/pengajar untuk memantau sejauh

mana kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menulis teks berita.

Page 7: Skripsi Jurusan Dakwah

7

b. Sebagai bahan referensi pembanding untuk melakukan penelitian tindakan

kelas.

3. Perguruan Tinggi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

a. Sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang menarik.

b. Dengan adanya media belajar yang menarik akan mampu mewujudkan

mahasiswa yang kreatif dan bervariasi.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah yang dipakai

pada judul penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan defenisi operasionalnya

sebagai:

1. Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan melakukan

sesuatu.8 Penulis lebih cenderung mengartikan kemampuan adalah suatu perkara

yang telah mempu dikerjakan.

2. Berita

Berita adalah peristiwa/kejadian yang terkini (aktual). Suatu peristiwa bisa

disebut berita apabila sudah dilaporkan. Fakta atau informasi dari peristiwa yang

disiarkan. Peristiwa yang masih terserak di lapangan dan belum disiarkan tidak

bisa disebut berita9. Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai informasi atas

8 Nurhayati, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Grafika Media, 2007), h. 702

9Asep,dan Kaka, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 15

Page 8: Skripsi Jurusan Dakwah

8

suatu peristiwa atau suatu hal. Karena berita ditulis untuk dibaca, maka harus

dibuat semenarik mungkin agar orang yang membaca merasa mendapatkan suatu

hal baru atau sebuah pencerahan yang bermanfaat.10

Penulis lebih cenderung mengartikan berita adalah suatu khabar atau

peristiwa yang disampaikan.

3. Jurusan Dakwah

Jurusan dakwah merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN

Malikussaleh yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003.11

4. STAIN Malikussaleh

sebuah lembaga perguruan tinggi islam terdepan dalam pendidikan dan

pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakatsehingga menjadi pusat

kajian keislaman, pembinaan aqidah, pembaharuan pemikiran dengan

pengembangan pendidikan islam, hukum islam dan pembinaan ahklakul karimah,

agen pembaharuan dan transformasi sosial yang disemangati nilai-nilai islam serta

informasi agama islam.12

F. Kajian Terdahulu

Penelitian ini juga diperkuat dengan argumentasipeneliti dahulu yang

berkaitan erat dengan penelitian ini. Diantaranya, ada beberapa karya tulis ilmiah

peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Yaitu:

10Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24

11STAIN Malikussaleh, Pedoman Pendidikan, (Lhokseumawe: STAIN, 2007/2008), h. 90

12Ibid, h. 3

Page 9: Skripsi Jurusan Dakwah

9

1. Karya ilmiah yang disusun oleh M. Iqbal Ramadhan mahasiswa Serambi

Mekah prodi bahasa Indonesia dengan judul “Peningkatan Menulis Berita

dengan Model Pembelajaran Inquiry pada Siswa/i Kelas VI SD Negeri 18

Tanah Jambo Aye”.Dalam karya tulis tersebut dijelaskan tentang

paningkatan menulis berita dengan model pembelajaran inquiry, seberapa

besar peningkatan yang dicapai siswa/i dengan menerapkan model

tersebut.

2. Karya tulis yang disusun oleh Anita Ratna Sari mahasiswi Universitas

Almuslim Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul “Kemampuan

Menulis Kalimat Narasi, Persuasi dan Argumentasi pada Siswa-siswi

Kelas III SMA 1 Tanah Pasir. Pembahasan karya tulis ini menjelaskan

tentang kemampuan siswa dalam menulis kalimat narasi, persuasi dan

argumentasi. Dalam pembahasannya juga dijelasakan bagaimana cara

menulis yang benar dan juga menjelaskan tulisan-tulisan yang menarik.

3. Karya tulis yang disusun oleh Iskandar Anwar mahsiswa IAIN Arrainiri

Banda Aceh Jurnalistik Dakwah dengan judul “Konsep Penyampaian

Dakwah dalam Bentuk Berita”. Dalam penelitian ini dijelaskan isi seruan

dan ajakan tetapi awal mulanya dalam bentuk sebuah berita.

4. Karya ilmiah yang disusun oleh Fitriani mahasiswi STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe jurusan dakwah prodi Komunikasi Penyiaran Islam dengan

judul “Banyaknya Berita Kriminal Daerah Aceh Utara dari Tahun 2011-

2012 pada Media Massa Pro Haba”

Page 10: Skripsi Jurusan Dakwah

10

5. Karya ilmiah yang penulis susun ini dengan judul “Kemampuan Menulis

Tesk Berita pada Mahasiswa/I Jurusan Dakwah Prodi Komukasi

Penyiaran Islam smester V unit I, II, III dan IV. Dalam penelitian ini ada

beberapa variabel yang berdekatan dan berbeda dengan penelitian

terdahulu yang telah penulis sebutkan di atas. Antara lain:

Penelitian M. Iqbal Ramadhan

a. Peneliti terdahulu menyebutkan tentang peningkatan menulis berita,

bisa kita pahami bahwa sudah pernah dilakukan hal sama pada

sekolah tersebut. Sedangkan peneliti sekarang menjelaskan tentang

kemampuan menulis berita, seberapa besar kemampuan mahasiswa

dalam menulis berita. Jadi, peneliti tidak melihat peningkatannya dulu

dan sekarang.

b. Peneliti terdahulu menggunakan model pembelajaran inquiry,

kemungkinan besar karena yang peneliti terdahulu lakukan pada

siswa/i sekolah dasar (SD). Jadi, agar lebih memudahkan meraka

dalam melakukan tugas. Sedangkan peneliti sekarang tidak

menggunakan model inquiry karena subjek penelitian adalah

mahasiswa/i yang mudah menerima dan memahami.

c. Subjek peneliti terdahulu adalah siswa/i sekolah dasar (SD).

Sedangkan peneliti sekarang adalah mahasiswa/i.

Variabel yang berdekatan antara lain:

a. Sama-sama melakukan penelitian tentang penulisan berita.

b. Pada landasan teoritis setidaknya ada menjelaskan definisi yang sma.

Page 11: Skripsi Jurusan Dakwah

11

c. Sama-sama mengunakan penelitian kualitatif.

Penelitian Anita Ratna Sari:

a. Dilatar belakangi oleh pokok dasar yang sama yaitu menulis.

b. Menjelaskan tentang cara menulis yang benar.

c. Salah satu pembahasannya adalah mengenai berita.

Penelitian Iskandar Anwar

a. Menjelaskan tentang pengertian dan struktur berita.

b. Cara penyanmpaian berita.

c. Menjelaskan unsur-unsur berita.

Page 12: Skripsi Jurusan Dakwah

12

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian dan Karakter Berita

1. Pengertian Berita

Berita adalah peristiwa/kejadian yang terkini (aktual). Sesuatu peristiwa

bisa disebut berita apabila sudah dilaporkan. Fakta atau informasi dari peristiwa

yang disiarkan. Peristiwa yang masih terserak di lapangan dan belum disiarkan

tidak bisa disebut berita.13 Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai

informasi atas suatu peristiwa atau suatu hal. Karena berita ditulis untuk dibaca,

maka harus dibuat semenarik mungkin agar orang yang membaca merasa

mendapatkan suatu hal baru atau sebuah pencerahan yang bermanfaat.14 Yang

dimaksud berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan

cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam

persurat kabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang

disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.15 Tujuan menulis

berita aktual ialah:

a. Membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara

lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan

b. Mengembangkan bakat kewartawanan.

13Asep dan Kaka, R, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 15

14 Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24

15Ahmadi, Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesi, Cet. II (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 67

Page 13: Skripsi Jurusan Dakwah

13

2. Karakter Berita

Tidak semua perisriwa layak untuk dijadikan sebuah berita. Bisa jadi,

sebuah peristiwa sangat besar artinya bagi kita, namun tidak bagi orang lain.

Misalnya, kemarin Zaidun sukses menembak Hindun. Bagi dia, peristiwa itu

bagian dari sejarah hidupnya yang tak akan terlupakan, namun bagi orang lain (no

one don’t care) tidak penting. Secara sederhana dikatakan bahwa berita itu ditulis

bukan untuk diri pribadi, namun untuk publik, orang banyak. Yang ditulis untuk

konsumsi pribadi bukan berita, namun catatan harian atau diary. Karenanya, agar

berita itu bernilai publik, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan

berkaitan dengan peristiwa yang ditulis itu.16

Pertama, waktu (aktualitas). Yakni kecepatan dalam penyampaian berita.

Peristiwa yang ditulis haruslah peristiwa yang sedang dalam perdebatan wacana.

Misalnya berita tentang perkawinan Pujiono dengan Ulfa jelas tidak relevan lagi

bila baru ditulis sekarang. Sebab, perkembangan wacana tentang Puji sudah

sedemikian cepat. Semakin cepat berita disampaikan, semakin mahal nilai dan

harganya.

Kedua, unsur kedekatan (jarak). Ada dua makna dalam kata jarak,

geografis dan emosi. Peristiwa lokal seperti kecelakaan di Kota Manado, tidak

begitu menarik minat baca orang yang tinggal di Kudus, kendati berpengaruh

secara sosial. Karena secara geografis, tempat kejadian itu jauh. Begitupun dalam

pemberitaan tentang fluktuasi bursa saham Indonesia. Bagi mahasiswa, berita itu

tidak menarik, karena belum begitu paham. Berbeda ketika dalam sebuah koran

tiba-tiba muncul judul (Alumni Madrasah Kudus Menjadi Presiden). Mungkin

16Ibid, h. 30

Page 14: Skripsi Jurusan Dakwah

14

bisa jadi pembicaraan mahasiswa sebulan. Karena isi berita itu dekat secara

emosional.

Ketiga, selebritas. Mengupil adalah hak seseorang, tidak ada yang

melarang, selama tidak merugikan. Namun jika perbuatan itu dilakukan oleh Luna

Maya misalnya. Wartawan gosip akan menulis beritanya dengan judul (Luna,

Suka Upil). Orang terkenal, meskipun yang dilakukan itu remeh, bisa menjadi

berita besar.

Keempat, aneh (extra ordinary). Kambing berkepala dua itu biasa, tapi

bila ada sapi berkepala Budi Anduk, itu hal yang luar biasa. Nilai beritanya bila

dijual.

Kelima, berdampak luas. Wartawan yang baik adalah yang mampu

menuliskan beritanya hingga mampu membuat sebuah gerakan revolusi. Kalau

pernah membaca Majalah Tempo atau Sabili, maka liputan yang ditulis disana

banyak memberikan isnpirasi untuk melawan ketidakadilan. Dan itu dirasakan

oleh semua golongan.

Keenam, pertentangan atau konflik. Perdebatan soal hukum rokok yang

mendudukkan secara diametral antara yang pro dan kontra menarik minat publik.

Ketujuh, seksulitas. Seks disini bisa diartikan secara luas. Tidak sekedar

berbicara pada wilayah batasan aurat tubuh laki-laki dan perempuan, namun juga

soal kecantikan, kemolekan, penyelewengan pasangan suami istri. Bahkan ini

menjadi komoditas utama media. Ada pula yang media yang mengkhususkan

isinya pada hal-hal yang berbau seks.

Page 15: Skripsi Jurusan Dakwah

15

Kedelapan, kemajuan. Jangan salah dalam mengartikan kemajuan. Yang

dimaksud disini lebih pada bidang sains dan humaniora, seperti ekonomi, politik,

hukum, social, budaya, agama. Hal ini menarik karena menawarkan pembacaan

baru.

Kesembilanan, Human Interest (mengundang rasa kemanusiaan). Banyak

hal yang mampu membangkitkan orang memunculkan saya rasa kemanusiaannya,

semisal cinta, empati, kasihan, sedih dan seterusnya. Misal berita tentang Futqon,

siswa MA yang terbunuh dalam aksi yang dilakukan para perampok pada tahun

2004, yang hingga sekarang kasusnya masih gelap.

Kesepuluh, Humor. Peristiwa yang terjadi di dunia ini yang membuat

orang tertawa juga menjadi berita yang menarik.

B. Sifat–Sifat Sebuah Berita Berita

1. Tepat (Accurate)

Sebuah berita mestinya tepat mengenai satu peristiwa. Tepat menyebut

hari, jam dan tempat kejadian. Tepat menulis nama dan jabatan atau pangkat

seseorang. Tepat menulis bagian-bagian kejadian secara rinci dan tepat pula

menempatkan bagian-bagian yang perlu ditonjolkan dan bagian mana yang harus

menyusul. Tergambar peristiwa tersebut dalam satu keutuhan.17

Ini bukan tugas mudah. Sebab, tak ada peristiwa yang strukturnya

sederhana, tidak terjalin dalam kaitan dengan peristiwa lain atau tokoh-tokok

tertentu.

17Ibid, h. 65

Page 16: Skripsi Jurusan Dakwah

16

2. Berimbang (Balanced)

Berita harus mencerminkan peristiwa seutuh mungkin. Semua bagian

peristiwa mendapat bagian yang adil dan semua pihak yang terlibat tidak

dilupakan. Pembaca dapat gambaran yang berimbang dan benar.18

3. Obyektif (Objective)

Berita atau laporan harus mengenai satu peristiwa seperti apa adanya,

bukan pendapat atau pandangan wartawan terhadap satu peristiwa. Wartawan

harus tetap memegang obyektivitas sebagai prinsip berita. Wartawan harus

menyadari bahwa beritanya bisa digunakan masyarakat sebagai dasar yang benar

untuk menentukan sikap dan mengambil tindakan.

Obyektivitas merupakan prinsip kerja wartawan. Ia hanya bisa dikalahkan

oleh pertimbangan dan kepentingan lebih tinggi atau besar. Dalam kasus tertentu,

objektivitas saja tak cukup membuat satu berita yang baik. Masih diperlukan

penggalian dan pendalaman atau interpretasi harus dilakukan. Dari laporan

peristiwa seperti ilmiah, dikenal sebagai bentuk laporan (depth report) dan

(interpretive report).19

4. Padat dan Jelas (Concise and Clear)

Berita yang baik harus mudah ditangkap pembaca secara jernih dan jelas.

Ia harus merupakan satu kesatuan yang memiliki keterpaduan logis, ditulis secara

padat, jelas, dan sederhana, tidak rumit berbelit-belit. Strukturnya harus runtun

dan jelas. Bahasanya lancar, singkat dengan pilihan kata yang tepat (bahasa yang

efektif).

18Ibid, h. 65

19Ibid, h. 67

Page 17: Skripsi Jurusan Dakwah

17

5. Aktual (Recent)

Berita tidak boleh ketinggalan waktu. Sebab, waktu unsur terpenting

dalam penulisan berita. Waktu juga merupakan titik persaingan antar surat kabar.

Karena itu deadline menjadi diktator yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap

kehidupan wartawan. Tugas berpacu dengan waktu menjadi lebih berat lagi

dengan perkembangan teknologi komunikasi yang amat pesat. Untuk

mengungguli media elektronika. Wartawan media cetak terpaksa harus mencari

pendalaman dan informasi-informasi tentang peristiwa yang kurang dapat

disajikan secara analisis oleh media elektronik.20

C. Jenis-jenis Berita

1. Straight News (Hard News, Spot News)

Yakni berita yang secepat mungkin harus dibaca oleh pembaca. Berita

jenis ini memiliki ciri teknis sebagai berikut:

a. Menggunakan gaya bahasa to the point atau lugas

b. Masalah terpenting dalam berita tersebut ditulis pada alinea pertama.

Makin kebawah, isi berita makin tidak penting. Dengan membaca

alinea pertama atau hanya membaca judulnya, orang akan langsung

menangkap pointnya. Penulisan ini disebut juga dengan istilah Piramida

Terbalik.

c. Unsur 5 W + 1 H dapat ditangkap langsung, harus aktual.

20 Ibid, h.68

Page 18: Skripsi Jurusan Dakwah

18

d. Gaya penulisan jenis ini biasanya digunakan dalam penulisan surat

kabar yang terbit harian. Terbatasnya waktu pembaca, membuat pemilik

media harus membuat berita yang singkat, padat, namun berisi.

2. Soft News atau berita ringan

Yakni berita yang mengemukakan sisi lain dari sebuah peristiwa atau

acara. Misalnya, seminar, muktamar atau kongres suatu organisasi.21

3. Pseudo event (press conference, meet the press, press release)

a. Peristiwa yang memang sengaja diciptakan untuk menghasilkan berita.

Jika tidak disengaja, berita tidak muncul. Peristiwa ini tidak terjadi

secara spontan, melainkan telah direncanakan lebih dulu.

b. Pihak penyelenggara konferensi pers telah merancang sebelumnya

tentang apa yang akan atau tidak disampaikan dan bagaimana cara

menyampaikannya.

c. Jika tidak dengan sengaja, maka peristiwa yang diberitakan itu tidak

akan ada. Peristiwa itu ada, karena dijadikan berita atau dimuat oleh

media. Jika tidak, maka berita itu tidak ada.

d. Berbagai kegiatan promosi termasuk dalam kelompok jenis berita ini.

Kampanye misalnya, meskipun menghasilkan berita, namun tidak

mengandung unsur surprise.

21 Ibid, h. 73

Page 19: Skripsi Jurusan Dakwah

19

4. Berita terjadwal (scheduled events)

a. Hari bersejarah atau ulang tahun satu negara, pemerintah kota, provinsi,

kabupaten atau ulang tahun seorang tokoh terkenal dapat menjadi bahan

berita.

b. Sejumlah tanggal yang mempunyai latar belakang sejarah selalu

diperingati atau dikenang kembali. Setiap kali tanggal tersebut tiba,

media massa dapat merancang liputan berita yang berkaitan dengan

peristiwa sejarah tersebut.

c. Hari-hari bersejarah kenegaraan, berlatar belakang keagamaan dan hari-

hari penting lainnya, dapat dirancang untuk membuat berita bagi

wartawan.

5. Berita lanjutan (follow-up news)

a. Banyak kejadian atau suatu berita harus ditindaklanjuti. Berita jenis ini,

masuk ke dalam kelompok “berita lanjutan.” Kelanjutan berita ini,

bahkan tidak jarang berlanjut sampai serial berhari-hari dimuat di media

massa. 

b. Peristiwa tertentu yang berbuntut panjang, biasanya diliput terus dari

hari ke hari. Tidak hanya oleh satu media, melainkan beberapa media

secara bersamaan. Masyarakat menanti dan berharap, agar mendapatkan

kejelasan dan akhir dari peristiwa tersebut.

c. Berita tentang skandal Watergate yang menyebabkan jatuhnya presiden

AS Nixon hingga kini belum juga tamat.

Page 20: Skripsi Jurusan Dakwah

20

d. Baru-baru ini mahasiswa jurnalisme dari satu Universitas di AS

menemukan nama disebut sebagai Depthroat. Begitu pula berita yang

terkait pembunuhan terhadap Presiden Kennedy, tetap dimuat oleh

media.

6. Features.

Yaitu berita yang ditulis wartawan dengan gaya seperti bercerita. Biasanya

hasil laporan perjalanan dari daerah terpencil atau luar negeri, investigasi,

transmigrasi dan sejenisnya. Sebenarnya ini masuk dalam kategori soft news,

namun disampaikan dengan panjang dan mendalam.

Gaya penulisan jenis ini cenderung menggunakan bahasa sastra, sehingga

bisa disebut jurnalisme sastra. Sehingga enak dibaca, dan pembaca pun

menikmatinya. Namun, membutuhkan waktu lama. Beda dengan artikel atau

laporan berita biasa. Hanya dengan membaca judulnya saja, cukup mewakili isi

keseluruhan berita.22 Ada beberapa tipe yang dijumpai dalam features:

1. Features Human Interest, (menyentuh keharuan, kegembiraan, simpati dan

sebagainya). Contoh: cerita tentang lika-liku guru di daerah terpencil.

2. Features Biografi, kisah tentang seseorang yang memiliki keahlian unik

atau prestasi membanggakan.

3. Features Perjalanan, peliputan tentang perjalanan seseorang ke tempat

yang bernilai sejarah tinggi atau memiliki daya tarik luar biasa. Biasanya,

penulisannya menggunakan kata ganti orang bertama: aku, kita, kami dsb,

sebab penulis terlibat langsung di dalamnya. Unsur subyektivitas lebih

menonjol.

22Ibid, h. 45

Page 21: Skripsi Jurusan Dakwah

21

4. Features Histori, yaitu tulisan yang mengambil latar masa lalu, sudah

lewat. Misalnya, peristiwa sumpah pemuda atau proklamasi kemerdekaan.

Namun harus memiliki nilai aktualitas, semisal mampu memunculkan

artikulasi baru tentang sejarah masa lalu itu.

5. Features Petunjuk Parktis (Tips), misalnya yang mengajarkan bagaimana

cara merangkai bunga, manulis dengan baik, menjadi pemimpin yang

disegani.

Sisi-sisi kemanusiaan atau human interest merupakan aspek yang paling

dominan dalam sebuah produk tulisan feature. Pengertian feature yang demikian

sebetulnya tidaklah begitu saklek karena masing-masing penulis memiliki arti

tersendiri. Dalam penulisan feature, kehendak, opini atau subyektifitas pandangan

penulis sangat mungkin untuk dimasukan, meskipun tidak secara mencolok. Opini

itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta

penyertaan nara sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan

kredibilitasnya.23

D. Struktur Penyampaian Berita

Penyampaian peristiwa dalam berita haruslah memuat unsur 5 W + 1 H

yang terdiri dari what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana),

why(mengapa), ditambah how (bagaimana). Dengan demikian berita yang baik

harus mengandung kriteria dan unsur tersebut. Unsur 5 W + 1 H dalam susunan

sebuah beritaselalu ditempatkan pada teras berita (lead). Oleh karena itu, teras

merupakan bagian terpenting dalam bangun sebuah berita. Bangun penulisan

23 Ibid, h.40

Page 22: Skripsi Jurusan Dakwah

22

berita disebut piramida terbalik24. Dengan bangun tersebut, penulisan berita

dimulai dari hal paling penting, penting, hingga kurang penting.

Semakin kebawah segi kepentingan berita semakin kurang. Sebaliknya,

nilai yang paling penting terletak pada teras berita. Karena itu, jika seseorang

tidak cukup waktu untuk membaca keseluruhan berita, ia cukup membaca teras

berita untuk mendapatkan informasi penting.

Adapun tubuh berita merupakan uraian selengkapnya mengenai kejadian

yang menyangkut sebab-sebab terjadinya peristiwa. Penulisan tubuh berita harus

tetap mengacu pada gagasan utama berita. Jika ada materi yang tidak relavan

dengan berita sebaiknya dibuang.

Penyampaian berita berkerangka pada enam pokok penting: what(apa),

who (siapa), where(diamana), when (kapan),why (mengapa) dan how(bagaimana).

Keenam pertanyaan tersebutlain ditempatkan dibagian awal pemeritaan sebagai

bagian yang secepatnya harus diketahui pembaca. Bagian awal berita sering pula

disebut pokok berita atau lead.Pokok berita memaparkan klimaks kejadian secara

ringkas, lengkap, dan jelas. Jadi, pokok berita sifatnya ringkas, tetapi menjawab

seluruh pertanyaan 5W + 1H apa peristiwanya, siapa yang mengalami, kapan, di

mana, mengapa, dan bagaimana suasana atau akibatnya.25

Bagian awal berita itu adalah pokok berita.Bagian berikutnya sampai

selesai adalah bagian uraian yang menerangkan kejadian-kejadian yang

mendahului klimaks, duduk perkaranya, penjelasan secara luas, perhitungan-

24Ibid, h,. 35

25Adi Andriansyah, Struktur-struktur Berita, Cet. III, (Semarang: Media Lestari, 2003), h. 13

Page 23: Skripsi Jurusan Dakwah

23

perhitungan dengan angka, dan sebagainya.Itulah susunan piramida terbalik, yang

memudahkan orang lekas menangkap pokok berita. Bahkan bila tidak sempat

membaca seluruh berita, cukuplah menyimak leadnya saja sebab lead itu sudah

mencakup seluruh berita.26

E. Cara Menulis Berita

Menulis berita harus pandai-pandai memilih mana yang layak dikonsumsi

oleh khalayak dan yang tidak. Begitupun dalam menuliskannya harus berimbang,

antara yang pro dan kontra, jika isi berita tersebut merekam jejak konflik. Ini

sudah menjadi prinsip dasar yang disebut both side writing. Selain itu, ketika

wawancara, seorang wartawan juga harus menghormati hak-hak narasumber. Ia

tidak boleh menulis bagian berita yang tidak ingin dipublikasikan oleh orang yang

diwawancarai. Dalam menulis berita, wartawan terlarang memasukkan opini

pribadi. Jadi harus obyektif. Yang dilihat di lapangan itulah yang hanya boleh

ditulis wartawan.27

1. Cara Menulis Straight News

Ketika menulis berita hal penting yang harus diperhatikan adalah

membedakan opini atau fakta. Sebab, kedua hal ini kerap menjebak para penulis.

Redaktur Pelaksana Republika Online, M Irwan Ariefyanto mengatakan dalam

bukunya Jurnalistik Sosial, ketika berita terlalu banyak opini berarti isi tulisan itu

menggambarkan ego penulis.28 Panduan ini bisa menjadi rujukan bagi para

26Ibid, h. 18

27 Saryunus Cs, Jurnalistik, Cet. III, (Jakarta: Grafika Media, 2001), h. 26

28Irwan Ariefyanto, Jurnalistik Sosial, Cet. II, ( Bandung: Angkasa, 2004), h. 16

Page 24: Skripsi Jurusan Dakwah

24

pewarta pemula yang ingin belajar menulis berita secara cepat. Caranya, setelah

melakukan liputan, susunlah fakta-fakta yang Anda temui dengan lima langkah

berikut ini:

a. Paragraf pertama atau biasa disebut dengan teras berita berisi materi yang

paling penting. Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur

APA kejadiannya, DI MANA kejadiannya, SIAPA yang terlibat dalam

kejadian tersebut dan KAPAN kejadiannya. Misalnya:

b. Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan satu paragraf lanjutan

yang berupa kalimat pernyataan. Jangan lupa tuliskan identitas narasumber

berita dan atributnya di paragraf ini, misalnya:

c. Tulislah pendapat narasumber dengan kutipan langsung.

d. Buatlah paragraf penutup yang berisi kesimpulan atau keterangan

tambahan.

e. Buatlah judul berita.

Agar sebuah berita lengkap, ada beberapa unsur penting yang tidak boleh

dilupakan, yaitu 5 W + 1 H, singkatan dari what (apa?), who (siapa?), where

(dimana?), when (kapan?), why (mengapa?) dan how (bagaimana?). Sebuah

peristiwa pasti memuat 5 unsur tersebut. Seorang wartawan harus mencari unsur-

unsur tersebut, jika tidak, akan ada bagian berita yang hilang. Tentu, itu akan

mengurangi akurasinya. Namun, pada saat tertentu, wartawan boleh memilih

unsur mana yang akan didahulukan dalam lead berita, sesuai dengan nafas

liputannya. Ketika membuat berita tentang figur seorang tokoh misalnya, ia akan

lebih banyak berbicara tentang biografi. Makanya, unsur who akanlebih dominan

Page 25: Skripsi Jurusan Dakwah

25

daripada lainnya.Demikian pula dalam berita yang masih misterius dan

mengandung teka-teki, unsur why akan mendominasi.29

2. Cara Menulis Features

Pertama, sebuah features harus lengkap. Features yang disebut lengkap

bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan

pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian, dan

kesimpulan atau penutup (punch).

Kedua, melawan kebasian. Feature dapat menjadi alat ampuh melawan

kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam. Dengan feature, sebuah berita

dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.

Ketiga, Non Fiksi. Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang

dirangkai menjadi satu kesatuan dan memebrikan gambaran yang jelas dan utuh

kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek.

Keempat, Bagian Dari Media Massa. Sebuah feature harus disajikan dalam

media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik

(televisi dan radio, web dan blog).

Kelima, Panjang tak Tentu. Belum ada ketentuan mengenai panjang

pendeknya sebuah feature, sehingga tulisan feature sangat bervariasi tergantung

penulisnya. Panjang pendeknya sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya

peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha

mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.

29Ibid, h . 30

Page 26: Skripsi Jurusan Dakwah

26

Feature adalah suatu cara atau gaya penulisan sebuah berita yang ciri

khasnya adalah menggunakan bahasa sederhana, dengan alur cerita yang

mengalir, ringan, sehingga enak untuk dibaca. Kesan “sederhana” dan “ringan”

inilah yang acap disalah-persepsikan bahwa feature adalah berita ringan yang

dimaksudkan untuk sekadar menghibur atau sebagai berita selingan. Kesalahan

persepsi ini kemudian mempengaruhi cara penggarapan feature.30

Karena dianggap sebagai berita ringan dan sekadar menghibur atau

sekadar sebagai berita selingan, penulisan feature juga dilakukan secara “asal-

asalan” dengan dukungan data seadanya, tanpa analisis, pengembangan konteks

dan latar belakang. Feature benar-benar menjadi sebuah berita ecek-ecek, karena

hanya berbicara pada aras permukaan, tanpa kedalaman, tanpa alur dan narasi.

Tidak mengherankan bila kemudian feature yang demikian ini hanya dijadikan

ganjal pada halaman koran yang sewaktu-waktu bisa digusur oleh jenis berita lain

atau bahkan oleh sepotong iklan.

Menulis feature sebenarnya bukan perkara mudah. Kisah pak Kumis juga

bukan kisah sederhana. Feature yang baik akan mampu mengangkat kisah pak

Kumis bukan saja menjadi kisah menarik dan menghibur,  melainkan juga

mencerahkan dan merangsang pemikiran lebih jauh. Kisah pak Kumis hanya akan

menjadi kisah ringan bila berhenti pada data dan fakta: siapa pak Kumis, berapa

usianya, berapa isteri dan anaknya, berapa penghasilannya, bagaimana ia

menjajakan lontongnya.

Bagaimana menulis sebuah feature yang baik. Sebuah feature yang

beraroma sastra. Sebenarnya untuk membuat feature atau karya jurnalistik

30 Ibid, h. 47

Page 27: Skripsi Jurusan Dakwah

27

sastrawi berbeda dari berita yang bersifat langsung (straight news), menulis

feature tidak cukup hanya berbekal rumus 5W+1H.

Straight news menuntut penulisan yang lugas, langsung, dengan informasi

yang aktual. Tekanannya pada aktualitas, efisiensi kata dan struktur yang tegas.

Sedangkan feature menuntut lebih dari itu. Karena feature dan lebih jauh

jurnalisme sastrawi berbicara soal karakter, plot dan narasi. Maka pengetahuan

dan pemahaman mengenai unsur-unsur dramatik dalam penulisan perlu dipelajari.

Itupun tidak bisa dipelajari sekali dua kali. Kuncinya adalah latihan, praktek,

dengan terjun ke lapangan, menemui subjek peliputan, mewawancara, menggali

data, memahami konteks, menuliskannya sambil terus mengkaji ulang dan

menuliskannya kembali sampai menemukan alur cerita yang paling pas.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 28: Skripsi Jurusan Dakwah

28

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit III STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe ini merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN

Malikussaleh, yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003. latar belakang

yang melahirkan jurusan ini di STAIN Malikussaleh adalah adanya keinginan

dariberbagai calon mahasiswa baru yang mendaftar di STAIN Malikussaleh ketika

itu untuk mempelajari ilmu dakwah.31

Jurusan dakwah berdiri dibawah naungan STAIN Malikussaleh sejak

mulai pundak kepemimpinan di pegang oleh bapak Drs. H. Hafifuddin, M. Ag

sampai dengan sekarang masih tetap aktif dan insyaallah sampai kedepannya.

jurusan dakwah dikepalai oleh seorang ketua jurusan, dan memiliki satu prody

yaitu prody Komunikasi Penyiaran Islam dan juga dikepalai oleh seorang ketua

prody.

Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III

dan IV STAIN Malikussaleh dengan Subjek penelitian ini adalah mahasiswa

smester V unit I, II, III dan IV tahun akademik 2011/2012. jurusan ini terletak

dalam komplek lembaga pendidikan STAIN Malikussaleh di lingkungan kota

Lhokseumawe kecamatan Muara Satu gampoeng Alu Awe. Alasan peneliti

memilih lokasi penelitian pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III dan IV

adalah sebagai berikut.

1. Jurusan dakwah merupakan tempat peneliti menimba ilmu sehingga

memudahkan peneliti untuk melakukan riset penelitian.

31STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, Buku Pedoman Pendidikan,(STAIN Malikussaleh: Lhokseumawe, 2007/2008) h. 91

Page 29: Skripsi Jurusan Dakwah

29

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang penelitian ini pada Jurusan

Dakwah smester V unit I, II, III dan IV.

3. Jurusan ini memang mempunyai misi untuk mencetak kader jurnalis yang

handal terutama dalam bidang menulis teks berita, sehingga mendorong

keinginan peneliti yang kuat untuk mengkaji dan melihat sejauh mana

kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menulis teks berita yang

telah mereka belajar tentang masalah tersebut.

B. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif

karena data berbentuk uraian dan analisis dengan teknik analisis.Penelitian

kualitatif adalah pendekatan sistematis dan objektif yang temuan temuannya tidak

diperoleh dari statistic atau bentuk hitungan lainnya.32

Beberapa pendapat ahli tentang penelitian Kaulitatif, menurut Bodgan dan

Taylor mendefinisikan penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa data data tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat di amati.33

Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.34

32 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kaulitatif, Cet I, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.32.

33 Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif, Cet I, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006 ), h.4.

34 Kirk dan Miller, dikutip dalam J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h.5.

Page 30: Skripsi Jurusan Dakwah

30

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan

kepada mahasiswa dan mahasiswi jurusan dakwah semester V unit I, II, III dan

IV. Total populasi dari mahasiswa/I semester V adalah 124, untuk mendapat

tujuan yang efektif dan efesien metode dilakukan untuk sampel penelitian dengan

populasi sampling yaitu 20 mahasiswa/i.

2. Data Skunder

Data ini diperoleh dari studi opservasi( pengamatan terhadap aktivitas dan

kreatifitas mahasiswa/i). serta studi dokumentasi prestasi dari dokumen terkait

dengan topik penelitian ini yang diperoleh mahasiswa/I semester V yang telah

menuduki semester VI atas kemampuan menulis berita. Seperti: KHS mahasiswa,

rekapitulasi penilaian.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

adalah dengan wawncara dan observasi.35

1. Wawancara

Wawancara pokok dilakukan kepada sebagian saja Mahasiswa/i dari 20

Mahasiswa yang menjadi sampling penelitian ini dari 124 Mahasiswa/i jurusan

dakwah semester V unit I, II, III dan IV. Nama-nama Mahasiswa/i adalah:

35 Ibid, h. 16

Page 31: Skripsi Jurusan Dakwah

31

Dan juga kepada dosen pengajar yang telah memberikan pelajaran

tersebut kepada mahasiswa serta Mahasiswa-mahasiswa yang lain yang

mempunyai komentar tersendiri tentang masalah yang peneliti lakukan ini.

2. Observasi

Observasi Adalah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan

pencacatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung.36 Observasi ini dilakukan

oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaa tindakan yaitu penulis sendiri.

Pertama yang peneliti lakukan adalah mengamati mahasiswa yang mana bersedia

menjadi sampling penelitian ini, kemudian baru peneliti melakukan wawancara.

F. Tehnik Analisis Data

Salah satu langkah pada analisis data terhadap penelitian ini adalah data

yang telah peneliti rangkum hasil dari wawancara dan observasi. Oleh karena itu,

untuk membuat data itu valid dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi

pengumpulan data, supaya memperoleh hasil yang efektif. Bagian kegiatan adalah

untuk mengetahui apakah yang ditulis dosen tentang memerankan tokoh drama

selama belajar apakah sama sebagaimana yang ditulis oleh peneliti dalam

catatannya. Hal itu bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Setelah

itu perolehan data dari pengamatan kemudian dianalisa menurut prosudur data

kualitatif.

36 Ibid, h. 24

Page 32: Skripsi Jurusan Dakwah

32

Informasi yang berasal dari data analisis dibandingkan dengan kriteria

kesuksean. Karena kebenaran dari data yang telah peneliti himpun dapat dilihat

dalam kenyataan hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa.

1. Mereduksi Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data,

kemudian diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yakni pembelajaran,

pemahaman, dan pelaksanaan menulis teks berita.37Data yang diperoleh

disederhanakan, misalnya dengan menyeleksi data-data yang relavan dengan

masalah penelitian. Data yang tidak perlu dibuang.

2. Penyajian Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah organisasi data yang sudah

diredupsi. Dengan melihat penyajian data maka dapat dipahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang harus dilakukan.38

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan menyimpulkan merupakan langkah-langkah lebih lanjut dari

kegiatan redupsi dan sajian data. Data yang sudah diredupsi dan disajikan secara

sistematis pada dasarnya akan memberi kemungkinan untuk penarikan

kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil wawancara biasanya kurang

valid, tetapi dengan adanya data-data tertulis baik dari rekapitulasi nilai atau

37Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 52

38Ibid, h. 53

Page 33: Skripsi Jurusan Dakwah

33

catatan dosen hasil dari tugas yang diberikan akan semakin tegas dan memiliki

dasar yang kuat.39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa STAIN Malikussaleh Jurusan

Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV

39 Beduzzaman, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, Cet. III, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 43

Page 34: Skripsi Jurusan Dakwah

34

Berdasarkan analisis peneliti hasil dari pengamatan terhadap pembelajaran

yang berkenaan langsung tentang menulis berita maka peneliti temukan tiga mata

kuliah yang menjadi sumber pokok utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa.

Adapun mata kuliah tersebut adalah Tehnik Penulisan Berita, Bahasa Jurnalistik

dan Tehnik Penulisan Features. Ketiga mata kuliah ini memiliki tujuan yang sama

yaitu penyampaian berita dengan tehnik yang benar, bahasa yang bagus dan

gagasan ide yang menarik pembaca. Hasil analisis ini peneliti dapat dengan cara

wawancara dan melihat dari kenyataan pada waktu peneliti masih menimba ilmu

di Jurusan Dakwah.

Peneliti akan menjelaskan sedikit definisi dari ketiga mata kuliah tersebut.

Bahasa Jurnalis adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis

berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass

Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang

digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur)

di media. Tehnik penulisan berita adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik

penulisan berita yang sesuai dengan konteks berita. Tehnik penulisan features

adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik penulisan berita dalam bentuk

sastra.40

Ketiga mata kuliah ini sama-sama harus dikuasai oleh seorang yang ingin

menulis berita, mengerti bahasa jurnalistik yang baik, tehnik penulisan berita yang

benar dan bertia dalam bentuk features sehingga bisa meletakkan posisi berita

pada tempat yang layak. Berita yang menarik, mudah dipahami karena sesuai

40 Wini Najwita Arif Fadhila, Jurnalistik Bahasa dan Sastra, Cet. II, (Jakarta: Setia Abadi: 1989), 45

Page 35: Skripsi Jurusan Dakwah

35

dengan unsur penulisan berita dan penempatan berita yang sesuai dengan

tempatnya banyak diminati pembaca.

Berikut peneliti jelaskan kemampuan mahasiswa dalam menguasai ketiga

mata kuliah tersebut menurut pendapat sebahagian mahasiswa/i yang menjadi

sampling penelitian ini. Dengan hasil wawancara ini makan dapat memberikan

kesimpulan sementara terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis berita.

1. Kemampuan menulis berita berdasarkan tehnik penulisan berita

Ratna Dewi Mahasiswi Dakwah mengatakan “Dilihat dari kenyataanya mahasiswa dakwah banyak yang tidak memiliki kemampuan dalam menulis berita, mungkin saja disebabkan kurang pemahaman tentang tehnik penulisannya. Kita juga jarang menulis, ini disebabkan oleh kemalasan kita untuk menulis dan bisa kita lihat mahasiswa jarang menulis. Saya dapat nilai C mata kuliah ini, ni pertanda saya tidak berbakat dalam konsep penulisan berita”.41

Abdurrahman Mahasiswa Dakwah mengatakan “Tidak banyak yang bisa membuat lead berita yang di dalamnya harus mengandung unsur-unsur berita 5W+1H, mungkin saja kita mengetahui itu unsur berita tetapi tidak tahu penempatannya dimana, tempat dan tokoh yang mengalaminya siapa lebih duluan kita tempatkan pada awal tulisan itu yang masih kurang dipahami. Rata-rata mereka tidak menyukainya, maksudnya banyak mahasiswa kurang berminat terhadap mata kuliah tersebut mungkin karena mereka menilai menjadi wartawan adalah pekerjaan yang berat, menanggung resiko besar. Sekali lagi saya katakan memahami unsur berita mudah, tetapi menempatkannya agak sedikit sulit.”42

Fakrhiani Mahasiswi Dakwah mengatakan “Menulis berita tersebut agak sedikit susah karena harus kita perhatikan dengan benar penggunaan unsur-unsur berita, terlebih dahulu kita harus tahu yang mana unsur-unsur berita. Tetapi Mahasiswa saya rasa bisa, mereka mempu menulis walaupun sebenarnya jarang mereka lakukan. Jika kita lihat kemampuan mahasiswa dakwah dalam menulis berita berdasarkan tehniknya dengan hanya memasukkan 5 unsur tersebut saya rasa semua bisa, karena memahami

41 Hasil wawancara dengan Ratna Dewi, Mahasiswi Jurusan Dakwah, semester V unit I, hari Kamis 3 Januari 2013

42 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I,, hari Kamis 3 Januari 2013

Page 36: Skripsi Jurusan Dakwah

36

unsur berita tersebut mudah dan cepat, tidak begitu sulit, semua kita punya kemampuan.”43

Cut Muliana Mahasiswi Dakwah mengatakan “tehnik penulisan berita itu mudah dan Mahasiswa bisa, tidak ada yang nampak sulit, unsur-unsur berita 5W+1H semua kita tahu. Mahasiswa mempu memperhatikan unsur-unsur berita dengan benar yaitu 5W+1H. Unsur-unsur berita tersebut harus kita tempatkan pada lead berita agar jika orang hanya sempat membaca lead saja mereka sudah tahu pembahasan tentang berita tersebut. Secara pribadi saya mengatakan mahasiswa mempu melakukan itu”44

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat peneliti temukan

jawaban tentang kemampuan menulis berita mahasiswa STAIN Jurusan Dakwah

berdasarkan tehnik penulisan berita Ratna Dewi dan Abdurrahman mengatakan

sulit sedangkan Fakhriani dan Cut muliana mengatakan mudah jika mau

memahami dengan teliti.

2. Kemampuan menulis berita dengan penggunaan bahasa jurnalistik

Riski Atiqah Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Mahasiswa Jurusan Dakwah masih kurang memahami ilmu Bahasa Jurnalistik, mungkin terlalu banyak kode etiknya, jadi mahasiswa merasa malas untuk belajar. Hanya 40% persen saja mereka yang paham tentang bahasa jurnalis, padahal bagi seorang yang ingin menulis berita (menjadi jurnalis) harus benar-benar menguasai ilmu bahasa jurnalistik. Mahasiswa kurang berminat dengan mata kuliah tersebut karena dua faktor yaitu mereka malas menulis dan kurang mengerti sastra. Dari keseluruhan mahasiswa dakwah mungkin bisa kita katakan hanya 40% saja yang benar-benar menguasai ilmu bahasa jurnalis, lebih dari itu mengarang saja mereka merasa sulit. Menurut saya kemampuan menulis berita kita dengan penggunaan bahasa jurnalistik sangat kurang”45

Juraida Mahasiswa Jurusan Dakwah mengatakan “Bahasa jurnalistik itu menurut saya sulit, susah untuk dipahami, terlalu banyak prosedurnya. 43 Hasil wawancara dengan Fakrhiani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari

Kamis 3 Januari 2013

44 Hasil wawancara dengan Cut Muliana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Kamis 3 Januari 2013

45 Hasil wawancara dengan Riski Atiqah, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,, hari Kamis 3 Januari 2013

Page 37: Skripsi Jurusan Dakwah

37

Sedikit sekali Mahasiswa yang paham dan bisa menggunakannya, bisa jadi karena mahasiswa jarang mencoba menulis. Saya dapat C maka dari itu saya katakan sulit, mungkin saja hanya saya yang susah memahaminya, dapat saya katakan menulis berita saja Mahasiswa kurang berminat”46

Ernawati Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Mahasiswa ada yang senang dengan adanya mata kuliah tersebut, saya senang belajar mata kuliah ini, sama saja dengan pelajaran-palajaran lain, insyaallah jika teliti kita bisa. Menurut saya Mahasiswa bisa bahasa jurnalistik. Alhamdulillah mata kuliah tersebut saya dapat A. Saya khususnya insyaallah mempu menulis berita sebisa saya dengan penggunaan bahasa jurnalistik juga.”47

Ratna Sari Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Saya kurang suka menulis, mengarang, atau apa saja yang sejenisnya. Saya kurang memerhatikan tentang bahasa yang bagus itu bagaimana. Jadi saya jalani saja seperti adanya, diajarkan ya saya belajar, quiz saya ikut, midtem saya ikut, tugas saya buat, final saya ikut. Persentase besar saya menguasai bahasa jurnalistik? Mungkin saya jawab 50:50 ja lah.”48

Saifuddin Mahasiswa dakwah mengatakan “Rata-rata Mahasiswa bisa jika mau memahaminya, karena semua jika dipahami pasti bisa dan mempu kita laksanakan. Saya sendiri merasa sanggup dengan bidang tersebut, menulis pernah, mengarang pernah, membuat puisi pernah, jadi pendapat saya tidak hanya kita semua mahasiswa jika dipahami dengan benar pasti bisa. Saya suka mata kuliah tersebut.”49

Abdurrahman Mahasiswa jurusan dakwah mengatakan “Mengarang, menulis itu sangat membosankan bagi saya khususnya dan mahasiswa umumnya, dibilang mempu sih pasti mempu jika kita mau, tetapi malas aja menulis. Rata-rata Mahasiswa tidak suka menulis walaupun menggunakan bahasa yang indah-indah, merayu dengan bahasa indah-indah baru banyak yang bisa. Mereka hanya sebatas menjalani ketetapan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran jurusan dakwah ini saja, jika mata kuliah tersebut pun tidak ada tidak menjadi masalah”50

46 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013

47 Hasil wawancara dengan Erna Wati, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013

48 Hasil wawancara dengan Ratna Sari, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013

49 Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013

Page 38: Skripsi Jurusan Dakwah

38

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat peneliti simpulkan

bahwa kemampuan menulis berita denga penggunaan bahasa jurnalistik juga

maksimal, sebagian mengatakan mempu sebagian tidak.

3. Kemampuan menulis berita dalam konteks features

Saifuddin mahasiswa Jurusan Dakwah mengatakan “ Saya kurang Berkemampuan dalam bidang tersebut, entah bagaimana yang dikatan features. Saya rasa sedikit Mahasiswa yang bisa. Tiap hari features di Serambi Indonesia ada diterbitkan, biasanya para awak media menerima kiriman tulisan dari berbagai pihak. tetapi saya juga tidak tahu dan mahasiswa jurusan dakwah STAIN jarang mengirim naskah tulisan ke Serambi Indonesia entah kita tidak bisa menulis features, entah malas menulis, entah mungkin memang tidak mempu.”51

Juraida mahasiswi jurusan dakwah mengatakan “Mahasiswa kita rasa-rasanya kurang memahami tentang features, yang mana berita narasi, persuasi dan features. Features itu banyak argumentasinya penulis. Jangankan menulis features, menulis berita biasa saja jarang, tidak hanya mahasiswa tetapi para sarjana saja malas menulis, dengan bukti pembuatan skripsi saja sebagai syarat kelulusan terakhir masih dibuat oleh orang lain. Menulis mahasiswa dakwah khususnya sangat kurang terutama dalam menulis berita baik itu berupa features.”52

Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang kemampuan

menulis berita Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, II, III, IV.

Bapak Muslim MA mengatakan “Kemampuan Mahasiswa dalam menulis berita bisa bapak katakan sudah ada peningkatan, diantara kemampuan itu adalah mereka bisa berdiskusi tentang masalah yang terjadi, dalam masalah itu mereka bisa menemukan tokoh pelaku, kapan terjadi, dimana terjadi, bagaimana terjadinya, mengapa terjadi, dengan demikian mereka telah bisa membuat lead berita. Maka menurut saya ada sedikit demi sedikit peningkatan. Tetapi tidak ada yang menulis kiriman tulisan untuk

50 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3/Januari/2013

51 Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013

52 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari

Kamis 3 Januari 2013

Page 39: Skripsi Jurusan Dakwah

39

media massa seperti di Serambi Indonesia, Sedikit demi sedikit memahami keterangan berita. Mau berpikir mencari permasalahan..53

Bapak Jafar MA mengatakan “ada peningkatannya dalam penulisan berita :Mahasiswa sudah mempu beradaptasi dengan mata kuliah, bisa dikatakan mereka telah merasa menyukainya, itu semua tergantung pengajar harus bijak sana. Mereka juga sudah mempu melakukan diskusi, sehingga bisa mencari permasalahan dan memecahkannya. Ada yang telah sanggup membuat cerpen, ini pertanda mahasiswa kita mempu dan bisa menulis. Ada yang telah mempu praktek di radio, ini juga pertanda bahwa mahasiswa dakwah telah mempu mengimplementasikan ilmu mereka.54

Bapak T. Fakhrijal mengatakan: Kemampuan Mahasiswa dalam menulis berita sudah ada peningkatan. Adanya peningkatan pada diri Mahasiswa, baik terhadap cara menulis atau memaparkan tulisan, mereka telah banyak mengetahu struktur-struktur penyampaian berita yang benar. Sudah bisa membuat ikhtisar ringkas-ringkas, seperti cerpen dan mangarang kisah-kisah atau cerita. Mempu menentukan unsur berita, 5W+1H telah diketahui dengan benar. Telas bisa membedakan antar peristiwa dengan bukan, Ada pengalaman yang meningkat, adanya keikut sertaan dalam perlombaan menulis karya ilmiah. Ini merupakan tingkatan kemampuan mahasiswa sedikit demi sedikit. 55

Bapak Hamdani mengatakan “Kemampuan menulis berita Mahasiswa antara lain adalah: Sedikit banyak telah tau tentang tehnik penulisan berita, mengenal berita dan tahu tentang unsur-unsur berita. Adanya peningkatan pemahaman terhadap Tehnik penggunaan bahasa jurnalistik pada mahasiswa kita, Telah mempu memunculkan ide-ide yang bisa dijadikan tulisan baru.56

Menurut pendapat peneliti sendiri ada beberapa peningkatan tentang

kemampuan Mahasiswa dalam keterampilan menulis. antara lain: Mahasiswa

telah bisa membuat lead berita, apa yang harus dimulai pada lead berita, apa yang

harus ditulis pada lead berita. Kalau diperkirakan banyak yang berminat dengan

53 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli/2013

54 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013

55 Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013

56 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,, hari Kamis 18/Juli/2013

Page 40: Skripsi Jurusan Dakwah

40

yang tidak itu tergantung dari mudahnya pemahaman yang diterima mahasiswa

dari para dosen pengajar, kepandaian dosen dalam menjelaskan sangat memberi

jaminan kepada mahasiswa untuk bisa melakukannya, dengan demikian akan ada

peningkatan pemahaman dan akan lebih cepat mengerti tentang tehnik penulisan

berita sehingga melahirkan kader-kader yang mempu mempu menulis.

Setelah peneliti amati dengan seksama telah ada mahasiswa yang mempu

menulis karya ilmiah, cerpen, bahkan ada yang telah mengirim naskahnya atau

berupa features ke media massa seperti serambi indonesia. Dengan demikian bisa

peneliti simpulkan mahasiswa dakwa mempu menulis baik itu berita atau tulisan-

tulisan yang lain.

Bersarkan komentar yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan

mahasiswa dan para dosen di atas maka dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa

jurusan dakwah pada umumnya berkemampuan maksimal, mereka kurang mempu

akan tetapi tidak kepada tidak mempu sama sekali.

Lebih kuatnya lagi maka peneliti akan merangkum nilai-nilai mahasiswa

yang menjadi sampling penelitian ini mulai dari unit 1 sampai 4 berdasarkan data

hasil dari rekapitulasi nilai semester ganjil tahun akademik 2012-2013.

1. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Tehnis Penulisan Berita

NO Nama Unit Nilai

1

2

3

4

Ratna Dewi

Abdurrahman

Facrhiani

Cut Muliana

I

I

I

I

A

C+

B

B-

Page 41: Skripsi Jurusan Dakwah

41

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Nelly Yusnaini

Rizqi Atiqah

Juraida

Ernawati

Ratnasari

Saifuddin

Muhammada Fazil

Israfil

Reni Elvira

Yulia

Mursalina

Fitriani

Sufriadi

Mukhsalmina

Rahmiati

Ihcsan Fahmi

I

II

II

II

II

II

III

III

III

III

III

IV

IV

IV

IV

IV

B

A

A

A

A+

A+

A

A

B

A

B

B

B

B

B+

B-

2. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Bahasa Jurnalistik

NO Nama Unit Nilai

1

2

3

4

Ratna Dewi

Abdurrahman

Facrhiani

Cut Muliana

I

I

I

I

B-

C

B-

B-

Page 42: Skripsi Jurusan Dakwah

42

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Nelly Yusnaini

Rizqi Atiqah

Juraida

Ernawati

Ratnasari

Saifuddin

Muhammada Fazil

Israfil

Reni Elvira

Yulia

Mursalina

Fitriani

Sufriadi

Mukhsalmina

Rahmiati

Ihcsan Fahmi

I

II

II

II

II

II

III

III

III

III

III

IV

IV

IV

IV

IV

B-

B

B-

B-

B

B-

B+

C+

A

B+

B

B

B-

E

B-

C-

3. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Tehnik Penulisan Features

NO Nama Unit Nilai

1

2

3

4

Ratna Dewi

Abdurrahman

Facrhiani

Cut Muliana

I

I

I

I

A

A-

A

A+

Page 43: Skripsi Jurusan Dakwah

43

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Nelly Yusnaini

Rizqi Atiqah

Juraida

Ernawati

Ratnasari

Saifuddin

Muhammada Fazil

Israfil

Reni Elvira

Yulia

Mursalina

Fitriani

Sufriadi

Mukhsalmina

Rahmiati

Ihcsan Fahmi

I

II

II

II

II

II

III

III

III

III

III

IV

IV

IV

IV

IV

A

A+

A

A

A+

A

A

A-

A

A

A

A-

A-

A-

A+

-

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil rekapitulasi nilai

Mahasiswa/i, tehnik penulisan berita unit II sangat baik dan unit I, II dan IV

adalah baik. Bahasa jurnalistik unit I, II, III,dan IV adalah baik. Sedangkan tehnik

penulisan features unit I, II, III dan IV sangat baik. Dengan demikian dapat kita

simpulkan bahwa kemampuan menulis berita mahasiswa jurusan dakwah unit I,

II, III, dan IV adalah sangat baik. Keseluruhan rekapitulasi nilai mahasiswa/i

Page 44: Skripsi Jurusan Dakwah

44

STAIN Malikussaleh Lhokseumawe semester ganjil tahun akademik 2012-2013

terlampir.

B. Faktor-faktor yang Menghambat Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa

STAIN Malikussaleh Jurusan Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV

Peneliti mengambil dari beberapa komentar Mahasiswa, antara lain:

Muhammad Fazil mengatakan “ada beberapa penyebab yang menghambat Mahasiswa Dakwah dalam bidang menulis, antara lain yang nampak jelas adalah: sebagian besar mahasiswa dakwah masih banyak yang kurang memahami penulisan berita, mereka kurang memperhatikannya, bisa jadi mereka kurang berkenan terhadap mata kuliah tersebut. Selain itu kurang membaca atau bisa dibilang malas membaca, ini banyak dialami oleh semua mahasiswa tidak hanya mahasiswa dakwah saja. Mereka juga kurang memahami bahasa, ini semua disebabkan oleh sifat malas dari diri Mahasiswa”57

Fitriani mengatakan “Menurut pendapat saya Mahasiswa Jurusan Dakwah termasuk saya sendiri memang kurang menguasai penulisan berita karena beberapa faktor, diantaranya: sebagian besar mahasiswa malas membaca, ini merupakan sifat jelek yang kebanyakan ada pada setiap mahasiswa, alasan apa yang mebuat kita malas membaca mungkin salah satu adalah malas. Selain itu mereka juga kurang memahami unsur-unsur berita, penempatannya yang tidak tepat. Serta kurang berwawasan, mungkin karena pengalaman mahasiswa yang sedikit. Mereka pun malas masuk perpustakaan, dan malas bertanya kepada dosen, padahal bertanya hal paling penting”.58 Ketidak mauan mahasiswa untuk bertanya itu juga berpengaruh dari karakter seorang dosen, jika dosen tersebut kurang open maka mahasiswa lebih memilih untuk tidak bertanya.

Yulia mengatakan “ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang memiliki kemampuan dalam menulis berita, antara lain: sebagian besar mahasiswa tidak memahami unsur 5W+1H dalam penulisan berita. Mereka juga tidak memiliki pengetahuan tentang berita, bahkan ada yang tidak bisa mendefinisikan berita dengan tepat. Selain itu mahasiswa terlalu malas membaca, efeknya membawa kepada kurang berpengetahuan.

57 Hasil wawancara dengan Muhammad Fazil, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Selasa 22 Januari 2013

58 Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013

Page 45: Skripsi Jurusan Dakwah

45

Mereka juga malas menulis bahkan sama sekali tidak mau mencoba untuk menulis tetapi tidak semua mahasiswa, serta minimnya kemauan mereka masuk pustaka”.59

Abdurrahman mengatakan “Menurut saya faktor-faktor yang menjadi kendala menulis berita Mahasiswa Dakwah diantaranya adalah: sebagian besar mahasiswa kurang pengetahuan tentang penulisan berita, baik dari segi struktur, tehnik serta unsur-unsur berita. Selain itu mahasiswa malas membaca, terutama buku kurikulum pendidikan. Mereka juga malas menekuni mata kuliah penulisan berita. Serta minimnya wawasan dunia luar, pengetahuan dan ilmu-ilmu dari luar. Dan mereka pun jarang menulis, apalagi menulis adalah hal paling membosankan”.60

Cut Muliyana mengatakan “adapun kendalanya antara lain: mahasiswa kurang memahami tentang tatacara menulis berita, meliputi tehnik-tehnik penulisan berita yang benar. Selain itu meeka juga malas membaca dalam kalangan mahasiswa baik dalam komunitas kampus atau diluar kampus. Serta mereka pun malas masuk perpustakaan kecuali telah ada tugas.”61

Trijuanda mengatakan “Kekurangan mahasiswa dalam bidang menulis berita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: sebaian besar para mahasiswa tidak menguasai bahan, tidak bisa menentukan sebuah permasalahan untuk dikembangkan menjadi tulisan. Selain itu mereka pun tidak mempunyai wawasan yang luas, kurangnya pengalaman mahasiswa terutama dalam bidang menulis karena tidak pernah dibiasakan. Serta mereka pun tidak memahami unsur 5W+1H dengan sempurna”.62

Mursalina mengatakan “ada beberapa faktor yang menghambat Mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan menulis, antara lain: sebagian besar mahasiswa kurang memahami penulisan berita dengan benar, minimnya pengetahuan tentang penulisan berita. Selain itu kurangnya wawasan dan pengalaman dalam bidang menulis sehingga membuat mahasiswa sedikit sulit. Mereka juga malas membaca juga menjadi faktor paling besar, karena dengan membaca menjadikan mahasiswa banyak menambahkan

59 Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013

60 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahsiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin/15 Juli 2013

61 Hasil wawancara dengan Cut Muliyana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin 15 Juli 2013

62 Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013

Page 46: Skripsi Jurusan Dakwah

46

ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Serta minimnya kemauan mereka dalam menulis, dan tidak mencoba untuk menulis.”63

Juraida mengatakan “ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan kemampuan berita Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara lain: sebagian besar mahasiwa tidak memahami tehnik penulisan berita, rata-rata mereka tidak mau tahu dan tidak ingin tahu. Mereka pun tidak memahami unsur-unsur berita dengan tepat dan benar. Selain itu mereka pun kurang membaca, banyak yang malas sekali membaca bahkan mereka sama sekali tidak berminat. Dan mereka pun jarang mencoba untuk menulis, sedikit sekali mahasiswa yang mau untuk menulis.”64

Berdasarkan analisis peneliti terhadap beberapa hasil komentar para

Mahasiswa tentang kendala yang menghambat kemauan menulis berita

Mahasiswa khususnya Jurusan Dakwah dapat disimpulkan kendala pokok yang

banyak diutarakan Mahasiswa adalah “kurang pengetahuan tentang penulisan

berita, malas membaca dan malas menulis bahkan jarang mahasiswa menulis

artikel-artikel”.

Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang kendala dalam

penulisan berita di kalangan Mahasiswa.

Bapak Muslim MA mengatakan “kendala penulisan berita pada Mahasiswa kita antara lain: sebagian besar mahasiswa sangat malas membaca, enggan dan ada yang tidak sama sekali. Membaca adalah pokok dasar yang mesti dilakukan oleh setiap pelajar untuk menambah pengetahuan. Selain itu mahasiswa sangat jarang menulis, tabiat itu mungkin telah mengwarisi dari sarjana-sarjana yang malas untuk menulis, sebenarnya kalau ditekuni pasti bisa. Serta mereka tidak memahami keterangan berita, struktur-struktur berita, ciri-ciri berita serta karakter berita. Dan juga minimnya wawasan dan pengalaman mereka, serta keinginan dan minat untuk bisa tidak ada”.65

63 Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013

64 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari

Kamis/18/Juli/2013

65 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli/2013

Page 47: Skripsi Jurusan Dakwah

47

Bapak Jafar MA mengatakan “ada beberapa kendala Mahasiswa dalam menulis berita antara lain: kurangnya kemauan untuk belajar dari mahasiswa, sehingga mereka kurang pengetahuan. Selain itu mereka masih kurang mengerti tentang apa yang dimaksud dengan berita, sehingga sulit dan susah untuk diuraikan kedalam tulisan. Mereka juga jarang menulis, enggan dan minimnya keterampilan menulis pada mahasiswa. Selain itu mereka kurang menanggapi, dengan kata lain mereka tidak terlalu peduli dengan mata pelajaran tersebut. Serta minimnya sarana dan prasarana, artinya kita tidak punya ruang praktek untuk mendalami berita, ini juga menjadi salah satu kendala, alat-alat jurnalistik yang lengkap sangat mendukung kepada keberhasilan mahasiswa”.66

T. Fakhrijal mengatakan: Kendala Mahasiswa dalam menulis berita antara lain: mereka jarang membaca bahkan sangat malas membaca. Sebagian besar mahasiswa dakwah tidak mau menulis, padahal banyak kesempatn untuk menulis seperti adanya lomba karya tulis ilmiah. Mereka pun kurang memahami dan malas bertanya ketika tidak paham. Minimnya wawasan luas karena pengalaman menulis mereka tidak ada. Serta mereka kurang terbiasa karena tidak pernah mencoba untuk menulis”.67

Bapak Hamdani mengatakan “Kemampuan menulis berita terhambat oleh beberapa faktor antara lain: sebagian besar mahasiswa kurang mampu menulis yang sesuai dengan tehnik penulisan berita karena mereka kurang pengetahuan. Mereka pun kurang memahami tehnik penggunaan bahasa jurnalistik. Selain itu mahasiswa malas sekali membaca. Serta minimnya kemauan mahasiswa untuk menulis dan malas masuk perpustakaan”.68

Menurut pendapat peneliti sendiri ada beberapa faktor utama yang menjadi

kendala dalam penulisan berita di kalangan Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara

lain: sebagian besar mahasiswa dakwah pada dasarnya kurang berminat terhadap

jurnalistik, sehingga membuat mereka kurang menekuni tentang mata pelajaran

yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka pun kurang memahami dan

66 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013

67 Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Rabu 17/Juli/2013

68 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari

Rabu, 17/Juli/2013

Page 48: Skripsi Jurusan Dakwah

48

mengerti tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mereka malas membaca

terutama tentang mata pelajaran tersebut. Kebanyakan mahasiswa malas menulis

apalagi menulis berita, mereka lebih gemar mengcopy paste dari internet karena

lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu lama.

Mencari hal yang mudah seperti mencopy paste memang telah

membudaya pada kalangan mahasiswa, mungkin dianggap ini lebih mudah dan

simpel tidak terlalu menglelahkan. Tidak sedikit tigas mahasiswa yang

diselesaikan dengan mengkopy bahan di internet ketimbang dia harus menulis

terlebih dahulu. Hal seperti inilah yang membuat mahasiswa kurang memiliki

kemampuan untuk menulis karena tidak sering dilakukan.

Sebagian besar dikalangan mahasiswa malas masuk perpustakaan untuk

mendalami hal tersebut. Mereka berasumsi bahwa masuk perpustakaan itu

menghabiskan banyak waktu. Selain itu minimnya wawasan luas sehingga sulit

menentukan masalah untuk dijadikan berita. Begitu pula dengan sarana dan

prasarana yang minim, artinya pihak kampus tidak memiliki ruang dan alat

praktek yang cukup dan sempurna sehingga membuat Mahasiswa kurang tertarik,

Selain itu kurangnya keterlibatan khusus Mahasiswa Dakwah untuk menjadi

wartawan kampus. Serta tidak pernah dilakukan studi banding ke tempat kantor

media atau tempat pemberitaan langsung sehingga minat mahasiswa pun kurang.

C. Solusi yang Harus Dilakukan dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis

Berita Mahasiswa STAIN Malikussaleh Jurusan Dakwah Semester V Unit

I, II, III dan IV

Page 49: Skripsi Jurusan Dakwah

49

Solusi tepat yang harus dilakukan adalah sesuai dengan kendala yang

dialami oleh Mahasiswa tersebut juga berdasarkan pendapat Mahasiswa dan

dosen. Peneliti mengambil dari beberapa komentar Mahasiswa yang mereka sebut

kebalikan dari apa yang mereka sampaikan tentang kendalanya dalam waktu

bersamaan pula, antara lain:

Muhammad Fazil mengatakan “Adapun solusi yang seharusnya dilakukan adalah: sebagai mahasiswa jurusan dakwah harus belajar lebih tekun dalam memahami penulisan berita, baik secara individu atau berdiskusi secara berkelompok, karena dengan belajar insyaallah menjadi mempu dan bisa. Selain itu harus lebih giat membaca agar semakin memahami dan mencoba memahami bahasa, agar lebih mudah merangkai kalimat menjadi susunan yang dimengerti.”69

Fitriani mengatakan “Berdasarkan yang telah saya sebutkan, maka solusinya adalah sebagai berikut : sebagai mahasiswa jurusan dakwah hendaknya meningkatkan ketekunan membaca, agar menambah pengetahuan tentang penulisan berita. Selain itu mendalami pemahaman tentang unsur-unsur berita agar lebih memudahkan dalam menulis berita. Mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan lebih luas lagi untuk memperkaya bahasa sehingga lebih banyak untuk ditulis. Seterusnya mahasiswa harus lebih rajin masuk perpustakaan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang menulis dan lainnya. Serta lebih rajin bertanya kepada dosen agar yang kurang dipahami menjadi paham”.70

Yulia mengatakan “Berdasarkan kendalanya, maka solusi yang tepat adalah: mahasiswa harus belajar memahami unsur 5W+1H dalam penulisan berita. Sebagai mahasiswa jurusan dakwah harus lebih banyak mencari tahu tentang berita agar memudahkan dalam merangkai berita. Upaya lain yang harus di tempuh oleh mahasiswa adalah meningkatkan ketekunan membaca agar menambah pengetahuan, meningkatkan ketekunan menulis agar lebih berpengalaman. Serta harus lebih sering masuk pustaka agar bertambahnya pengetahuan”.71

69 Hasil wawancara dengan Muhammad Fazil, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Selasa 22 Januari 2013

70 Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013

71 Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari

Jumat 5 Juli 2013

Page 50: Skripsi Jurusan Dakwah

50

Abdurrahman mengatakan “Solusi untuk meningkatkan kemampuan menulis berita adalah kebalikan dari kendala yang di alami oleh Mahasiswa tentunya: meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang penulisan berita, ilmu-ilmu yang berkenaan dengan penulisan berita, baik ilmu tehnik penulisan berita, bahasa jurnalistik dan tehnik penulisan features. Serta lebih giat lagi membaca terutama mengenai tentang ilmu pengetahuan dalam penulisan sebuah berita. Upaya lain yang dapat ditempuh oleh mahasiswa yaitu harus lebih tekun lagi menekuni mata kuliah penulisan berita, karena setiap yang kita sukai pasti kita tekuni. Mereka pun harus menambah wawasan dunia luar dengan mencari pengalaman. Dan lebih sering mencoba menulis agar terbiasa dan berpengalaman”.72

Cut Muliyana mengatakan “adapun Solusinya antara lain: Meningkatkan

pemahaman tentang tatacara menulis berita, agar benar dalam penulisannya.

Mereka pun harus lebih banyak meningkatkan kegiatan membaca agar lebih

banyak tahu serta rajin masuk perpustakaan.

Trijuanda mengatakan “Solusi yang harus dilakukan adalah: sebagai

mahasiswa jurusan dakwah hendaknya menguasai bahan yang akan ditulis terlebih

dahulu. Selain itu mereka jua harus mempunyai wawasan yang luas agar lebih

banyak hal untuk ditulis. Serta mereka juga harus memahami unsur 5W+1H agar

benar dalam penulisan berita”..73

Mursalina mengatakan “yang dapat menjadi solusi dalam meningkatkan

kemampuan menulis, antara lain: mereka harus memahami penulisan berita agar

terarah. Selain itu mereka juga harus meningkatkan pengetahuan dan wawasan

72 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin/15 Juli 2013

73 Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013

Page 51: Skripsi Jurusan Dakwah

51

yang luas. Upaya lain yaitu mereka harus lebih sering membaca agar bertambah

ilmu dan lebih sering menulis agar terbiasa dan berpengalaman”.74

Juraida mengatakan “adapun solusi dalam meningkatkan kemampuan

berita Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara lain: mereka harus memahami tehnik

penulisan berita dan memahami unsur-unsur berita. Selain itu mereka pun harus

lebih giat membaca serta mencoba untuk menulis”.75

Berdasarkan beberapa hasil komentar para Mahasiswa tentang solusi yang

harus dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis berita dapat

disimpulkan semua mengatakan kendala dan solusi yang sama.

Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang solusi yang mesti

dilakukan, tentunya lawan dari kendala yang telah mereka sebutkan di atas.

Bapak Muslim MA mengatakan “Maka solusinya berdasarkan kendalanya

adalah: sabagai mahasiswa jurusan dakwah hendaknya mereka meningkatkan

membaca. Selain itu mereka juga harus meningkatkan kemauan menulis dan

memahami keterangan berita. Serta mereka juga perlu menambah wawasan yang

masih lemah dan meningkatkan Minat untuk bisa”.76

Bapak Jafar MA mengatakan “Adapun solusi untuk memecahkan kendala tersebut adalah: mahasiswa harus mempunyai minat dari diri sendiri, karena minat tersebut adalah pendorong paling dasar. Serta didukung dengan minat terhadap mata kuliah. Mereka juga harus mencoba-coba menulis opini. Selain itu mereka juga harus sering ikut pelatihan jurnalis dan sering membaca media-media. Dan juga sering nonton-nonton berita

74 Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013

75 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari

Kamis/18/Juli/2013

76 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli2013

Page 52: Skripsi Jurusan Dakwah

52

di TV. Begitu pula sarana dan prasarana hendaknya kampus menfasilitasi ruang dan alat praktek jurnalis yang sempurna.77

T. Fakhrijal mengatakan: Solusi agar Mahasiswa mempu menulis adalah:

mereka harus meningkatkan ketekunan membaca dan sering-sering menulis.

Selain itu mendalami pemahaman tentang berita juga sangat penting bagi

mahasiswa juusan dakwah. Serta mencari pengalaman agar berwawasan luas dan

mencoba-coba agar terbiasa.78

Bapak Hamdani mengatakan “Solusi yang harus dilakukan adalah: mereka

harus sering menulis. Mencoba untuk terbiasa dengan tulisan atau merangkat

kalimat. Sesuatu akan terasa sulit juga jika jarang dilakukan. Serta belajar

menuangkan ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Selain itu mereka juga harus

lebih giat lagi membaca, dan gemar ke perpustakaan.”79

Sedangkan menurut pendapat peneliti sendiri solusi-solusi yang harus

dilakukan adalah: Mahasiswa dakwah harus ada minat dari pertama. Setelah itu

tekuni mata pelajaran yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka juga harus

meningkatkan pemahaman tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mkereka pun

harus lebih giat membaca terutama tentang mata pelajaran tersebut. Agar lebih

mudah hendaknya mereka harus lebih sering mencoba untuk menulis apalagi

menulis berita. Sering-sering masuk perpustakaan untuk mendalami hal tersebut

juga merupakan hal yang sangat penting dalam memudahkan menulis berita.

77 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013

78 Hasil wawancara engan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Rabu 17/Juli/2013

79 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari

Rabu, 17/Juli/2013

Page 53: Skripsi Jurusan Dakwah

53

Selain itu mereka harus berwawasan luas sehingga mudah menentukan masalah

untuk dijadikan berita. Dan yang paling penting pihak kampus harus memiliki

ruang dan alat praktek yang cukup dan sempurna sehingga membuat Mahasiswa

tertarik. Serta lebih sering melibatkan Mahasiswa Dakwah untuk menjadi

wartawan kampus. Dan melakukan studi banding ke tempat kantor media atau

tempat pemeritaan langsung.

Solusi-solusi yang telah peneliti sebutkan di atas baik pendapat sendiri

maupun kutipan dari hasil wawancara hendaknya diterapkan semaksimal mungkin

agar kemampuan menulis berita meningkat.

D. Analisis Peneliti

Menulis memang tidak mudah, menuangkan ide menjadi sebuah ringkasan

walaupun singkat tetap memerlukan ilmu yang cukup. Tidak semua sarjana yang

bisa menulis dan tidak semua wartawan yang bagus bahasa tulisannya. Keindahan

bahasa sebuah berita tergantung dari olahan seorang wartawan dalam

merangkumnya menjadi tulisan.

Jurusan Dakwah adalah salah satu jurusan yang mengajarkan kader-kader

penulis, melahirkan para sarjana jurnalis. Tetapi dengan kendala yang telah

peneliti sebutkan di atas kemungkinan besar harapan tersebut tidak tercapai

sebagaimana mestinya yang diharapkan.

Page 54: Skripsi Jurusan Dakwah

54

Para mahasiswa Jurusan Dakwah tidak semuanya mereka menyukai mata

kuliah tehnik penulisan berita, bahkan ada sebagian mahasiswa jurusan dakawah

dijadikan pilihan cadangan sewaktu pendaftaran dan kebetulan lewat jurusan

tersebut. Dari pertama memang tidak ada minat maka sangat wajar tidak

menyukai ketika menjalaninya. Tidak adanya minat tersebut merupakan faktor

paling besar dalam menghambat keterampilan penulisan berita di kalangan

mahasiswa.

Ada dua fakta peneliti temukan pada mahasiswa Jurusan Dakwah yang

dapat menetralisir keluhan keterampilan menulis, maka perlu peneliti sebutkan

dua fakta yang menjadi kendalanya.

1. Fakta yang pertama banyak sekali mahasiswa pandai, bisa, mengerti

dan memahaminya tetapi sangat lemah dalam keterampilan menulis,

dengan kata lain mereka malas menulis.

Fakta menjadi sebuah fakta besar di kalangan mahasiswa, mereka tahu dan

sanggup, tetapi kemalasan dalam menulis adalah faktor utama.

2. Fakta kedua, hanya sekelompok kecil mahasiswa saja yang dapat

menulis dengan baik setelah lama berlatih di Jurusan Dakwah.

Faktor ini bersumber dari ketidak mempuan mahasiswa, padahal ada yang

ingin sekali menulis hanya saja tidak mengetahu peraturan-peraturan menulis.

Ketidak tahuan mereka disebabkan oleh dangkalnya ilmu tentang penulisan berita,

bisa jadi berawal dari kemalasan membaca sehingga membuat mereka kurang

berpengetahuan, bisa jadi dari ketidak tanggap baik mereka terhadap penerimaan

ilmu tentang penulisan berita yang disampaikan pengajar.

Page 55: Skripsi Jurusan Dakwah

55

Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan

oleh Mahasiswa dakwah bahwa mereka bukan buta aksara. Pelatihan menulis

menyibukkan para Mahasiswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan

dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para dosen masih mengeluhkan bahwa

masih ada Mahasiswa tidak mempunyai keterampilan menulis. Tentu semua itu

ada kendala dan faktor yang menghambatnya.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas dan kretaifitas

belajar Mahasiswa ada beberapa faktor yang membuat mereka kurang memiliki

keinginan untuk menulis, diantaranya: Mahasiswa Dakwah sedikit sekali memiliki

keinginan menjadi jurnalis, rata-rata mereka tidak meyukai profesi menjadi

wartawan dengan alasan bermacam-macam. Kebanyakan mereka lewat cadangan

pada jurusan dakwah. Karena tidak berkeinginan menjadi juru warta maka mereka

sama sekali tidak memperdulikan kegiatan-kegiatan menulis. Karena pada

dasarnya tidak disukainya. Mahasiswa Dakwah khususnya rata-rata kurang

memahami tentang tehnis penulisan karya ilmiah sehingga membuat mereka

malas untuk menulis. Mahasiswa Dakwah khususnya jarang ke perpustakaan,

sehingga ruang lingkup pengetahuan mereka sempit jadi hampir tidak ada yang

terlintas dipikiran untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.

Page 56: Skripsi Jurusan Dakwah

56

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat peneliti ambil

kesimpulan dari tiga rumusan masalah dengan beberapa poin.

Yaitu:

1. Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa Jurusan Dakwah

Semester V Unit I, II, III dan IV berdasarkan rekapitulasi

nilai mahasiswa jurusan dakwah dapat peneliti simpulkan

Page 57: Skripsi Jurusan Dakwah

57

dari unit I, II, III dan IV, bahasa jurnalistik hanya unit II

yang mendapat predikat sangat baik, sedangkan tiga unit

lagi mendapat predikat baik. Tehnik penulisan berita ke

empat unit mendapat predikat sangat baik. Dan tehnik

penulisan features mendapat predikat sangat baik untuk ke

empat unit tersebut.

2. Adapun kendala yang menghambat kemampuan menulis

berita antara lain karena sifat malas, meliputi malas

belajar, membaca, mendengar arahan dan malas masuk

perpustakaan sehingga minim pengetahuan mahasiswa

tentang ilmu-ilmu yang berkenaan menulis berita.

Mahasiswa kurang pengetahuan dibidang tehnik penulisan

berita

3. Solusi yang bisa dilakukan adalah memperbaiki

kekurangan tersebut dari sifat kemalasan, mulai gemar

membaca, menulis, masuk perpustakaan, diskusi

kelompok, bertanya pada dosen, mencari dan memahami.

Memberi dorongan dan motifasi belajar yang tinggi.

Dorongan itu diawali dari diri Mahasiswa sendiri, Dosen

pengajar dan seterusnya kepada Intansi terkait. Mahasiswa

bisa memulai dengan memikirkan tujuan akhir agar

termotivasi untuk belajar ilmu tehnik penulisan berita,

berusaha untuk menggiatkan diri dalam memahami ilmu-

Page 58: Skripsi Jurusan Dakwah

58

ilmu yang berkaitan dengan penulisan berita. Para dosen

bisa memberikan semangat dan gambaran kelebihan

menulis sebuah berita, memberikan pemahaman yang

dalam tentang penulisan berita.

B.Saran

Untuk Mahasiswa

1. Semakin menekuni ilmu-ilmu yang berkenaan dengan

penulisan berita.

2. Semakin gemar dan giat dalam membaca

3. Sering-sering melakukan diskusi kelompok

4. Menggiatkan diri dalam keterampilan menulis.

5. Hendaknya menguasai ilmu-ilmu yang berkenaan

dengan penulisan berita.

6. Agar lebih mendalami lagi belajar tentang tehnik

penulisan berita.

7. Semakin menggiatkan diri dalam proses menulis dan

membaca.

8. Mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kendala

yang menghambat kemampuan menulis

Untuk Dosen Pengajar

1. Lebih terampil lagi dalam mengajar.

Page 59: Skripsi Jurusan Dakwah

59

2. Lebih memfokuskan penerapan pada hal-hal yang sulit

dimengerti Mahasiswa.

3. Mencari solusi dalam mengajar agar mahasiswa

semakin berminat dengan mata kuliah tersebut.

4. Meberikan motifasi kepada mahasiswa agar mau gemar

dalam menulis dan membaca.

5. Mengajar dengan disiplin.

6. Mengajar dengan bahasa yang mudah dimengerti

Mahasiswa.

7. Seimbang pemberian materi dan penjelasan.

8. Berfokus pada satu masalah saja.

Untuk Perguruan Tinggi STAIN

1. Hendaknya menfasilitasi jurusan dakwah dengan

peralatan jurnalistik yang lengkap.

2. Merekrut dosen-dosen yang handal dalam bidang

tersebut.