Upload
others
View
19
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
KINERJA ARSIPARIS DI UNIT KEARSIPAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
MUHAMMAD RIDWAN MB E211 13 730
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
ii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ABSTRAK
Muhammad Ridwan MB (E 211 13 730), Kinerja Arsiparis di Unit
Kearsipan Universitas Hasanuddin Kota Makassar, xiv + 79 halaman
+ 2 tabel + 1 gambar + 18 pustaka (2005-2017) + 7 lampiran.
Dibimbing oleh Dr. Hasniati, S.Sos, M.Si dan Dr. Muh. Tang Abdullah,
S.AP., M.AP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menggambarkan kinerja arsiparis
di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Pimpinan dan informan biasa adalah arsiparis dan staf administrasi. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini berdasarkan teori Bernandian & Russel (dalam Fautino Cardoso Gomez) yang terdiri dari kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan terhadap pekerjaan, kreativitas, kerjasama, keteguhan dalam bekerja, Inisiatif dan Kualitas Pribadi.
Hasil penelitian menunjukkan Kuantitas kerja yang sudah sesuai dengan target yang telah ditentukan, Namun volume arsip melebihi dari target yang ditentukan. Kualitas kerja yang dihadapi oleh arsiparis yakni terkendala oleh sarana dan prasarana sehingga kualitas kerja terhambat. Pengetahuan arsiparis terhadap pekerjaan sudah baik, dikarenakan pekerjaan yang berulang-ulang. Kreativitas arsiparis dinilai masih kurang maksimal karena arsiparis jarang memberikan ide dan gagasan terkait dengan pekerjaan dan penyelesaiannya, arsiparis cenderung mengerjakan apa yang ditugaskan pimpinan. Kerjasama antar pegawai di unit kearsipan dinilai sudah baik, hal ini didukung dengan kebijakan pimpinan agar untuk saling membantu. Keteguhan dalam bekerja cukup baik dari segi tanggung jawab dan kedisiplinan. Inisiatif arsiparis cukup baik jika dinilai dari target pekerjaan yang diselesaiakan. Kualitas pribadi arsiparis cukup baik hal ini terlihat saat pada observasi yang menyimppulkan bahwa arsiparis dapat melayani dengan ramah dan pola kepemimpinan yang demokrastis. Adapun kesimpulan mengenai Kinerja Arsiparis di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin belum optimal. Adapun saran yang direkomendasikan oleh peneliti yaitu: Perhatian pimpinan terhadap penyelenggara arsip ditingkatkan, Penambahan sumber daya manusia, pemenuhan sarana dan prasarana.
Kata Kunci : Kinerja, Arsiparis, Unit Kearsipan Perguruan Tinggi.
iii
HASANUDDIN UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
ABSTRACT
Muhammad Ridwan MB (E 211 13 730), Archive Performance at Archives Unit of Hasanuddin University Makassar City, xiv + 79 pages + 2 tables + 1 image + 18 books (2005-2017) + 7 attachments. Guided by Dr. Hasniati, S.Sos, M.Si and Dr. Muh. Tang Abdullah, S.AP., M.AP. This study aims to analyze and describe the performance of archivists in the University Unit of Hasanuddin University. This research is a descriptive research with qualitative approach. Key informants in this study are the usual Leaders and informants are archivists and administrative staff. Measurement of performance in this study is based on Bernandian & Russell's theory (in Fautino Cardoso Gomez) consisting of quantity of work, quality of work, knowledge of work, creativity, cooperation, determination in work, Initiative and Personal Quality. The results show the quantity of work that has been in accordance with the target that has been determined, but the volume of the archive exceeds the target specified. The quality of work faced by the archivist is constrained by facilities and infrastructure so that the quality of work is hampered. The archipelagic knowledge of the work is good, due to repetitive work. Archivist's creativity is considered to be less than optimal because archivists rarely give ideas and ideas related to the work and its completion, archivists tend to do what the leadership commissioned. Cooperation among employees in the archive unit is considered good, this is supported by the leadership policy in order to help each other. Firmness in working well enough in terms of responsibility and discipline. The archivist's initiative is good enough to be judged by the target work being undertaken. The personal qualities of the archivist are good enough as seen on observations that conclude that archivists can serve with friendly and democratic leadership patterns. The conclusions regarding the performance of Archives in the Archives Unit of Hasanuddin University has not been optimal. The suggestions recommended by researchers are: Attention leaders to the archive organizers improved, the addition of human resources, the fulfillment of facilities and infrastructure. Keywords: Performance, Archive, Archival Unit of University.
4
5
6
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya serta akal dan hati
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana dan sebagai wahana untuk melatih diri
dan mengembangkan wawasan berpikir. Adapun judul dari skripsi ini adalah
“Kinerja Arsiparis di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin Kota Makassar“.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1
pada Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan dan bimbingannya. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua
kandung penulis, Ibunda Subaedah Mangka dan Ayahanda Mantasa Bando atas
segala pengorbanannya dan pelajaran hidup yang telah diajarkan, serta iringan
doa yang tak terhingga demi kesuksesan penulis. Serta ucapan terimakasih
kepada saudara/(i) Mufliha Mantasa, Marhama Mantasa, Kamaluddin Mantasa
dan Syakiar Darajat Mantasa yang selalu memberikan dukungan dan semangat
viii
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis
haturkan banyak terimakasih kepada keluarga besar, om, tante, sepupu dan
kerabat serta sahabat dekat penulis lainnya yang selalu memotivasi penulis agar
segera menyelesaikan skripsi dengan cepat.
Serta semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun
tidak langsung selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa banyak hambatan yang dialami dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, namun berkat bimbingan dan dorongan dari dosen
pembimbing dan pihak-pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis
untuk dapat merampungkan penulisan skripsi ini, oleh karena itu melalui
kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, teruntuk kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. Selaku Rektor Unhas beserta
para Wakil Rektor Universitas Hasanuddin dan staf.
2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta para staf dan jajarannya.
3. Ibu Dr. Hasniati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi
FISIP Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Drs. Nelman Edy, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Administrasi FISIP Universitas Hasanuddin.
ix
5. Bapak Dr. Badu Achmad, M.Si, selaku penasehat akademik penulis yang
selalu memberikan arahan dan dukungan kepada penulis selama menjalani
perkuliahan di Universitas Hasanuddin.
6. Ibu Dr. Hasniati, S.Sos, M.Si. Selaku pembimbing I serta Bapak Dr. Muh.
Tang Abdullah, S.Sos., M.AP. selaku pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan masukan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan, membimbing dan menyempurnakan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Hamsinah, M.Si, Bapak Dr. Wahyu Nurdiansyah M.Si, Bapak Prof. Dr.
Haselman, M.Si, dan Bapak Dr. Badu Achmad, M.Si. selaku dewan penguji
dalam ujian skripsi ini. Terima kasih atas kritik, saran dan masukannya yang
sangat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini.
8. Para dosen Departemen Ilmu Administrasi Universitas Hasanuddin yang telah
memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama
kurang lebih 3 (tiga) tahun perkuliahan.
9. Seluruh staf Akademik FISIP UNHAS dan seluruh staf Jurusan Ilmu
Administrasi FISIP UNHAS yang telah banyak membantu dalam pengurusan
surat-surat kelengkapan selama penulis menjalani perkuliahan.
10. Terima kasih kepada seluruh pegawai Kantor Dinas Perspustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, terkhusus kepada pegawai pengajar
yang telah bersedia meluangkan waktunya dan mengajarkan kami ilmu
kearsipan selama berkuliah.
11. Terima kasih kepada Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
beserta jajarannya yang telah menerima kami menimbah ilmu. Terkhusus
x
kepada Bagian Hubungan Masyarakat, Bagian Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat, Bagian PJ KAKI (Mba Anggi, mba Tata, Mas Lufti) yang telah
mengajarkan kami ilmu disiplin dan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi kami.
12. Terima kasih kepada pihak Arsip Nasional Republik Indonesia beserta
jajarannya yang telah menerima dan meluangkan waktunya untuk
mengajarkan ilmu kearsipan kepada kami.
13. Terima kasih kepada pihak Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan beserta
pegawai-pegawai di dalamnya, terkhusus pada pegawai yang berada di
Bagian Umum yang telah menerima dan mengajarkan kami dengan ramah
dan penuh kasih sayang selama Praktek Kerja Lapang.
14. Terima kepada keluarga besar Kearsipan UNHAS, terkhusus kepada
angkatan 2013 yang telah menjadi saudara dan tempat diskusi serta
mendorong terselesaikannya skripsi ini.
15. Terima kasih kepada saudara-saudaraku seperjuangan dalam Kuliah Kerja
Nyata Tematik Komisi Pemberantasan Korupsi, yang telah berbagi ilmu,
pengalaman, kebahagiaan, kesedihan dan menjadikan salah satu
pengalaman terbaik selama berkuliah.
16. Terima Kasih kepada Guru-guru SD, SMP, SMA yang telah mengajarkan
membaca, Ilmu pengetahuan dan etika, sehingga penulis mampu melanjutkan
ke jejang Strata satu (1), dan menyelesaikan skripsi ini.
xi
17. Terima Kasih kepada Saudara-saudara(i) Achilles 012 yang telah banyak
berbagi pengalaman dan ilmu, terkhusus kepada (caca, Anas, Afdal, Faqi, Ijal,
Iman, Imam, Nur, Dian, Tenri, Uni, Cunna, Fuat, Wildan, Rafiq, Alim).
18. Serta pihak-pihak yang turut andil membantu penulis yang tidak sempat
penulis sebutkan satu persatu.
Serta semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak sempat penulis
sebutkan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari perlunya saran dan kritik yang sifatnya membangun,
senantiasa diharapkan demi perbaikan dan pelajaran di masa yang akan datang.
Dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat positif bagi banyak orang yang
membacanya terutama bermanfaat bagi penulis sendiri. Demikian yang dapat
penulis sampaikan dan atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Makassar, 26 Februari 2018
MUHAMMAD RIDWAN MB
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................... i Abstrak ............................................................................................... ii Lembar Pernyataan Keaslian ............................................................ iv Lembar Pengesahan .......................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................. xii Daftar Gambar .................................................................................... xiv Daftar Tabel ........................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 I.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5 I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 I.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Lembaga Pengelolah Arsip Statis .................................................. 6
II.1.1 Lembaga Arsip Perguruan Tinggi ......................................... 8 II.1.2 Tugas Lembaga Kearsipan Perguruan Tinggi ......................
10 II. 2. Tinjauan Umum Arsiparis ............................................................. 15 II.3. Tinjauan Kinerja ............................................................................ 17
II. 3. 1. Definisi Kinerja ................................................................... 17 II. 3 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ........................ 18 II. 3. 3. Manajemen Kinerja ............................................................ 20 II. 3. 4. Indikator Kinerja ................................................................. 25
II. 4. Kerangka Pemikiran .................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ........................................................................ 30 III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 31 III.3 Informan Penelitian ...................................................................... 31 III.4 Intrumen Penelitian ....................................................................... 31 III.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 32 III.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 32 III.7 Fokus Penelitian ........................................................................... 34 III.8 Teknik Analisis Data ..................................................................... 36
III.9 Pengujian Validitas dan Realibilitas .............................................. 37
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV.1. Gambaran Umum Universitas Hasanuddin ................................. 39
xiii
IV.1.1. Sejarah Universitas Hasanuddin ...................................... 39
IV.1.2. Visi, Misi dan Nilai ............................................................ 45
IV.1.3. Struktur Organisasi Universitas Hasanuddin .................... 46
IV.2 Gambaran Umum Unit Kearsipan ................................................ 47 IV.2.1. Smber Daya Manusia ....................................................... 49
IV.2.2. Uraian Sasaran Kerja Pegawai di Unit Kearspan ............. 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Quantity Of work (kualitas pekerjaan) ........................................... 52 V.2. Quality Of Work (kualitas pekerjaan) ............................................ 57 V.3. Job Knowledge (pengetahuan terhadap pekerjaan) ..................... 62 V.4. Kreativinees (kreatifitas) ............................................................... 66 V.5. Coopretion (kerjasama) ................................................................ 68 V.6. Dependability (keteguhan dalam bekerja) .................................... 70 V.7 Initiative (inisiatif) ........................................................................... 72 V.8. Personal Qualities (kualitas pribadi) ............................................. 74
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan ................................................................................. 77 VI.2. Sarana ......................................................................................... 80 Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Konsep............................................................... 29
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Pegawai Unit Kearsipan Unhas tahun 2018 .................. 49 Tabel 2. Data Arsip ............................................................................. 56
15
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Arsip saat ini bukan hanya sebagai bagian dari manajemen
administrasi dan perkantoran bagi lembaga semata, tetapi lebih dari itu.
Arsip merupakan salah satu sumber informasi penting. Segala bidang
kehidupan senantiasa membutuhkan arsip. Ilmu kearsipan berperan
sebagai unsur kontrol dalam pelaksanaan pengelolaan arsip. Pengelolaan
arsip tanpa dilandasi dengan ilmu kearsipan akan menjadikan arsip
kurang bermakna dan kurang memberikan manfaat, bahkan akan menjadi
beban bagi institusi pengelolanya.
Perguruan tinggi sebagai lembaga atau institusi yang bergerak
dalam bidang pendidikan, yang dalam kegiatan sehari-harinya tidak
terlepas dari aktifitas penciptaan arsip. Oleh karena itu keberadaan Unit
Kearsipan perguruan tinggi sebagai pengelolah arsip Universitas sangat
diperlukan. Hal ini sejalan dengan Undang-undang 43 Tahun 2009
tentang kearsipan pada pasal 27 yang menyatakan bahwa perguruan
tinggi wajib membentuk dan mengelolah arsip perguruan tinggi.
Pemikiran yang melatarbelakangi konsep arsip perguruan tinggi
di Indonesia adalah adanya kebutuhan pragmatis dimana banyak
perguruan tinggi yang belum melakukan kegiatan kearsipan secara
optimal. Disamping itu tidak adanya kejelasan unit atau bagian mana yang
harus bertanggungjawab terhadap penyimpanan dan pengelolaan arsip
16
perguruan tinggi. Sementara kasus hilangnya arsip, hasil penelitian,
penjiplakan karya tulis, pemalsuan ijazah dan lain-lain kerap dijumpai di
perguruan tinggi. Kondisi inilah yang mendorong urgen-nya pendirian
Arsip Perguruan Tinggi dan semakin menemukan momentum seiring
berubahnya status beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi
Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (Sumrahyadi : 2006 dalam
Zaenudin : 2013).
Sejalan dengan pembentukan lembaga arsip perguruan tinggi
maka di butuhkan sarana dan prasarana dalam menunjang berjalannya
proses pengelolaan kearsipan perguruan tinggi. Menurut Azmi (2013)
dalam penelitiannya kinerja lembaga kearsipan dalam pengolahan arsip
statis dalam rangka meningkatkan akses dan pelayanan arsip statis
sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu standar deskripsi arsip
dan kompetensi SDM kearsipan (Azmi. 2013).
SDM dalam mengelolah arsip yang disebut dengan arsiparis.
Arsiparis yang sehari-harinya melakukan kegiatan pengelolaan arsip,
tentunya harus dibarengi dengan keahlian dalam mengelolah arsip. Arsip
yang sejatinya hanyalah benda mati, tidak akan berguna apabila arsip
tidak dikelolah dengan baik. Oleh karena salah satu faktor terciptanya
pengelolaan arsip yang baik ditentukan oleh kemampuan arsiparis yang
mengelolah arsip.
Dalam Islam telah mengajarkan seseorang untuk profesional
dan amanah dalam melakukan pekerjaannya seperti sabda berikut:
17
Rasulullah SAW bersabda “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja
kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; „bagaimana maksud
amanat disia-siakan? Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan
kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Hadis Bukhari – 6015).
Hadis di atas menganjurkan untuk menempatkan seorang
pegawai harus sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan
dengan pekerjaan yang diberikan. Dengan demikian setiap pegawai
mengerti dan paham apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya, apa
yang harus dikerjakan dan apa yang telah menjadi tanggungjawabnya.
Begitupun dalam pengelolaan arsip yang baik, dipengaruhi oleh
kemampuan arsiparis.
Sejalan dengan hadist diatas, menurut Sudiyanto performance
seseorang yang mempunyai ilmu dan pengetahuan formal kearsipan akan
berbeda dengan yang tidak memiliki pendidikan formal kerasipan dalam
implementasi dilapangan sebagai arsiparis. Dalam kaitan pendidikan
formal bagi arsiparis, Richard J. Cox (1992: 7) berpendapat bahwa
arsiparis yang mempunyai pendidikan formal kearsipan akan lebih
profesional.
Pembentukan seorang arsiparis yang handal dalam
pengelolaan arsip tentunya dapat dipengaruhi dari pendidikan yang
didapatkan baik secara formal maupun informal. Ditinjau dari pendidikan
formal di Indonesia, kearsipan belum menjadi salah satu prioritas
dikalangan perguruan tinggi, tercatat dari 5.139 perguruan tinggi di
18
Indonesia, hanya 8 perguruan tinggi yang membuka jurusan kerasipan,
namun 3 diantaranya sudah tidak membuka penerimaan mahasiswa untuk
jurusan kearsipan saat ini (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, 2017).
Sehingga dapak dari itu, menurut Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia (ANRI), Dr. Mustari, M.PA dalam seminar Kearsipan Nasional,
tenaga Arsiparis saat ini berjumlah 3.241 (2,25%), sedangkan jumlah
kebutuhan Arsiparis Nasional adalah 143.630, sehingga Indonesia masih
membutuhkan 140.389 (97.75%). Namun kebutuhan arsiparis tersebut
hanya untuk memenuhi kebutahan lembaga kearsipan, belum termasuk
lembaga swasta.
Keberadaan tenaga-tenaga arsiparis yang professional akan
berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Rivai (2009) dalam Novriani (2014) bahwa kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang yang dihasilkan oleh
pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi.
Setiap lembaga, organisasi ingin memiliki pegawai yang dapat
meningkatkan kinerja organisasi melalu kinerja individual. Dalam menilai
kinerja pegawai arsip sangat ditentukan oleh fungsi dan tugas yang
dilakukan. Tugas pokok pegawai arsip terdiri dari ketatalaksanaan
kearsipan, pembuatan petunjuk arsip, pengolahan arsip, perawatan dan
pemeliharaan arsip, pelayanan kearsipan dan publikasi kearsipan
(Kemenpan No 03/KEP/M.PAN3/2009). Kinerja pegawai arsip dikatakan
baik ketika kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan standar, baik
19
dari segi kualitas, kuantitas, maupun ketepatan waktu. Selain itu tingkat
kinerja yang baik dapat juga dilihat dari tingkat kehadiran pegawai dan
kerjasama antar pegawai (Perka ANRI No.5 Tahun 2017, Tentang
Penilaian Prestasi Kerja Arsiparis).
Unit kearsipan Universitas Hasanuddin merupakan unit baru
yang terbentuk pada tahun 2016, yang tentunya mengalami ketertinggalan
di berbagai aspek seperti kebijakan, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana dibandingkan unit-unit sebelumnya. Berdasarkan hasil
observasi, terlihat masih banyaknya penumpukan arsip yang belum
terkelolah dengan baik. Hal ini disebabkan tenaga arsiparis yang ada di
unit kearsipan Universitas Hasanuddin sebanyak 4 arsiparis dan dibantu 1
tenaga kontrak dianggap masih kurang. Arsip yang ada di unit kearsipan
Universitas Hasanuddi merupakan arsip yang berasal dari unit-unit yang
ada di Universitas Hasanuddin.
Sehingga berdasarkan permalasahan di atas maka dilakukan
penelitian dengan judul “Kinerja Arsiparis di Unit Kearsipan Universitas
Hasanuddin”.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka adapun
rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Kinerja Arsiparis
di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin”?
I.3. Tujuan Penelitian
20
Menganalisa dan menggambarkan Kinerja Arsiparis di Unit
Kearsipan Universitas Hasanuddin.
I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Manfaat Akademik
Dapat dijadikan salah satu acuan untuk menyusun
penelitian selanjutnya dan memahami perkembangan masalah-
masalah yang terjadi di instansi-instansi pendidikan maupun
pemerintah terkait manajemen sumber daya manusia dan kinerja
pegawai.
I.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
dasar bagi Universitas Hasanuddin dalam melakukan
peningkatan kinerja dan pengolahan arsip di Universitas
Hasanuddin.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Lembaga Pengelolah Arsip Statis
UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menyebutkan bahwa
pengelolaan arsip statis dilaksanakan untuk menjamin keselamatan arsip
sebagai pertanggungjawaban nasional bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pengelolaan arsip statis sebagaimana
dimaksud meliputi :
1. Akuisisi arsip statis;
2. Pengolahan arsip statis;
3. Preservasi arsip statis; dan
4. Akses arsip statis.
Dalam penyelenggaraan kearsipan nasional, pengelolaan arsip
statis dilaksanakan oleh lembaga kearsipan sesuai wilayah
kewenangannya. Pasal 16 ayat (3) UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan menyebutkan bahwa lembaga kearsipan terdiri atas :
1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
ANRI adalah lembaga kearsipan berbentuk lembaga pemerintah
nonkementerian yang melaksanakan tugas negara di bidang
kearsipan yang berkedudukan di ibukota negara. Dalam
penyelenggaraan kearsipan nasional, ANRI adalah lembaga
kearsipan nasional yang memiliki kewajiban melaksanakan
pengelolaan arsip statis yang berskala nasional, yaitu arsip dari
7
peristiwa atau kegiatan yang dihasilkan pencipta arsip yang
memiliki yurisdiksi
kewenangan secara nasional atau memiliki pengaruh terhadap
kepentingan nasional yang diterima dari
a. lembaga negara;
b. perusahaan;
c. organisasi politik;
d. organisasi kemasyarakatan;
e. perseorangan.
2. Arsip Daerah Provinsi
Arsip daerah provinsi adalah lembaga kearsipan berbentuk satuan
kerja perangkat daerah yang melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang kearsipan pemerintahan daerah provinsi yang
berkedudukan di ibu kota provinsi. Arsip daerah provinsi
merupakan lembaga kearsipan daerah provinsi yang wajib dibentuk
oleh pemerintahan daerah provinsi. Arsip daerah provinsi wajib
melaksanakan pengelolaan arsip statis yang diterima dari
a. satuan kerja perangkat daerah provinsi dan penyelenggara
pemerintahan daerah provinsi;
b. lembaga negara di daerah provinsi dan kabupaten/kota;
c. perusahaan;
d. organisasi politik;
e. organisasi kemasyarakatan;
8
f. perseorangan.
3. Arsip Daerah Kabupaten/Kota:
Arsip daerah kabupaten/kota adalah lembaga kearsipan berbentuk
satuan kerja perangkat daerah yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang kearsipan pemerintahan daerah
kabupaten/kota yang berkedudukan di ibu kota provinsi. Arsip
daerah kabupaten/kota merupakan lembaga kearsipan daerah
kabupaten/kota yang wajib dibentuk oleh pemerintahan daerah
kabupaten/kota. Arsip daerah kabupaten/kota wajib melaksanakan
pengelolaan arsip statis yang diterima dari ;
a. satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan
penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota;
b. desa atau yang disebut dengan nama lain;
c. perusahaan;
d. organisasi politik;
e. organisasi kemasyarakatan;
f. perseorangan.
II.1.1 Lembaga Arsip Perguruan Tinggi
Berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan, menyatakan Perguruan Tinggi Negeri wajib membentuk arsip
perguruan tinggi. Arsip Perguruan Tinggi wajib melakukan pengelolaan
arsip statis yang diterima dari satuan kerja di lingkungan perguruan tinggi
dan civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi. Selaian itu
9
kearsipan perguruan tinggi kuga memiliki tugas pengelolaan arsip inaktif
yang memiliki masa retensi sekurang-kurangnya 10 tahun yang berasal
dari satuan kerja dan civitas akademika perguruan tinggi serta melakukan
pembinaan kearsipan dilingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Arsip memiliki peran yang sangat penting dalam operasional
perguruan tinggi karena :
1. Asset utama (asset intelektual) bagi perguruan tinggi
2. Pendukung operasional dan administrasi seperti anggaran dan
agenda, kebijakan dan prosedur, formulir-formulir, buku pedoman
studi, dan surat menyurat.
3. Sarana proses belajar mengajar seperti bahan presentasi dan
handout, kuis, test, ujian, buku catatan, silabus dan lain - lain.
4. Sarana komunikasi di dalam dan keluar negeri seperti memo, laporan,
program, laporan tahunan.
Menurut Zaenuddin (2013) Arsip Perguruan Tinggi bukanlah satu-
satunya organisasi kearsipan, namun ada organ lain yang ikut
bertanggung jawab melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan kearsipan
di sebuah perguruan tinggi. Organisasi-organisasi kearsipan tersebut
meliputi: unit pengolah (central file), unit kearsipan (records center), serta
arsip perguruan tinggi (university/college archives).
Unit pengolah adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang
memiliki fungsi dan tugas mengelola arsip aktif yaitu arsip yang masih
sering digunakan oleh pencipta. Karena fungsinya sebagai pusat arsip
10
aktif, unit ini disebut juga sebagai central file atau pusat berkas. Unit ini
berada di jurusan, bagian atau seksi pada fakultas; di bidang pada Unit
Pelaksana Teknis (UPT) atau lembaga; serta di bagian, subdirektorat atau
subbagian pada biro atau direktorat. Dengan kata lain unit pengolah ada
pada level eselon III dan IV.
Unit kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta arsip yang
bertugas melaksanakan pengelolaan arsip inaktif yaitu arsip yang masih
digunakan oleh pencipta namun frekuensinya sudah menurun. Karena
fungsinya sebagai pusat arsif inaktif, unit ini disebut juga sebagai records
center atau pusat arsip. Dalam lingkungan perguruan tinggi, unit ini
berada di tingkat fakultas, lembaga, UPT, biro dan direktorat, atau ada
pada level eselon II. Unit kearsipan dibagi menjadi dua: pertama, unit
kearsipan II yang mengelola arsip inaktif berentensi di bawah sepuluh
tahun dan berada pada tingkat sebagaimana tersebut di atas; kedua, unit
kearsipan I yang memiliki kewenangan mengelola arsip inaktif beretensi
10 tahun keatas dan berada di bawah Lembaga Kearsipan Perguruan
Tinggi.
Lembaga kearsipan perguruan tinggi merupakan unit kerja
perguruan tinggi yang memiliki fungsi dan tugas melaksankan
pengelolaan arsip statis dari satuan kerja di lingkungan perguruan tinggi
serta pembinaan kearsipan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Unit ini
berada di tingkat universitas, institut, sekolah tinggi, atau akademi sesuai
11
jenis perguruan tingginya, sehingga disebut dengan arsip perguruan tinggi
atau arsip universitas (university archives).
II.1.2 Tugas Lembaga Karsipan perguruan Tinggi
Secara ringkas Zaenuddin (2013) menjelaskan bahwa unit
pengolah dan unit kearsipan melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan
arsip dinamis (records management) yang meliputi: penciptaan,
penggunaan dan pemeliharaan, serta penyusutan. Sementara arsip
perguruan tinggi melakukan fungsi-fungsi pengelolaan arsip statis
(archives management) yang meliputi: akuisisi, pengolahan, preservasi,
dan akses arsip statis. Penjelasan mengenai pengelolaan arsip statis
sebagai berikut :
1. Akuisisi Arsip Statis
Akusisi merupakan proses penambahan khazanah arsip
statis pada lembaga kearsipan yang dilaksanakan melalui kegiatan
penyerahan. Proses ini kemudian diikuti pula dengan pengalihan
hak pengelolaan arsip statis dari pencipta arsip kepada lembaga
kearsipan. Akuisisi arsip dilaksanakan melalui prosedur: monitoring
arsip, membuat daftar arsip statis yang akan diserahkan,
melakukan verifikasi arsip, penetapan arsip statis yang akan
diakuisisi oleh lembaga kearsipan, persetujuan dan penetapan
untuk menyerahkan oleh pencipta, pelaksanaan serah terima yang
disertai berita acara dan daftar. Selanjutnya lembaga kearsipan
wajib menjamin kemudahan akses arsip-arsip tersebut dengan
12
jalan melakukan layanan kepada publik dan menyediakan fasilitas
akses.
Terkait akusisi di lingkungan perguruan tinggi, Effendhie
(2007) dalam Zaenuddin (2013) menyatakan bahwa proses akuisisi
sendiri sebenarnya bersifat aktif, artinya terus menerus dilakukan
karena pertumbuhan arsip di unit-unit kerja tidak pernah berhenti.
Sementara strategi akuisisi dapat bersifat pasif atau aktif. Strategi
pasif merupakan strategi dimana arsip Lembaga Kearsipan
Perguruan Tinggi hanya terlibat dalam kegiatan evaluasi atau
verifikasi arsip yang akan diserahkan. Strategi ini mensayaaratkan
tiap unit kerja sudah melaksankan mekanisme penyusutan secara
konsisten dan penilaian secara optimal. Sedangkan strategi akuisisi
aktif diberlakukan jika prosedur penyusutan di unit-unit kerja tidak
berjalan sempurna. Salah satu indikator penyusutan tidak berjalan
sempurna adalah tidak adanya jadwal retensi arsip (JRA).
Menurut Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia Nomor 31 tahun 2011 tentang tatacara akuisisi arsip
statis, dalam rangka menjamin khazanah arsip statis di lembaga
kearsipan lebih efektif, akuisisi arsip statis perlu memperhatikan
hal-hal mendasar yang terkait dengan prinsip dan strategi akuisisi
arsip statis.
1) Akuisisi arsip statis dilakukan dengan cara penarikan
arsip statis oleh lembaga kearsipan dari pencipta arsip
13
ataupun serah terima arsip statis dari pencipta arsip
kepada lembaga kearsipan.
2) Arsip statis yang akan diakuisisi ke lembaga kearsipan
telah ditetapkan sebagai arsip statis melalui proses
penilaian berdasarkan pedoman penilaian kriteria dan
jenis arsip yang memiliki nilai guna sekunder dan telah
dinyatakan selesai masa simpan dinamisnya.
3) Arsip statis yang diakuisisi dalam keadaan teratur dan
terdaftar dengan baik sesuai dengan bentuk dan media.
4) Serah terima arsip statis dari hasil kegiatan akuisisi arsip
statis wajib didokumentasikan melalui pembuatan naskah
serah terima arsip yang berupa berita acara serah terima
arsip statis, daftar arsip statis yang diserahkan berikut
riwayat arsip, dan arsipnya.
5) Akuisisi arsip statis oleh lembaga kearsipan diikuti
dengan peralihan tanggung jawab pengelolaannya.
2. Pengolahan Arsip Statis
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengolah arsip statis, yaitu: pertama, prinsip pokok meliputi: prinsip
asal usul (provenance) dan prinsip aturan asli (original order).
Kedua, prinsip alternatif meliputi: prinsip fungsional, prinsip
restorasi, prinsip organisasi, prinsip masalah, dan prinsip
kegunaan. Effendhie (2007) dalam Zaenuddin (2013) menjelaskan,
14
menurut prinsip asal usul, arsip akan dikelola berdasar lembaga
penciptanya, sementara menurut prinsip aturan asli, arsip disusun
berdasarkan aturan yang digunakan saat arsip-arsip tersebut masih
dinamis. Prinsip kedua ini mensyaratkan arsip yang diserahkan ke
LKPT dalam keadaan teratur dan sudah ada daftar yang dapat
digunakan sebagai jalan masuk. Faktanya jarang arsip statis yang
diserahkan dalam keadaan teratur sehingga rekonstruksi arsip
sesuai dua prinsip pokok tersebut sulit diterapkan. Untuk mengatasi
keadaan tersebut perlu dilakukan recovery ulang dengan
melakukan deskripsi arsip. Dalam keadaan demikian pengaturan
arsipnya dapat berpegang pada prinsip-prinsip alternatif di atas,
seperti berdasar: fungsi, masalah atau struktur organisasi.
Prinsip-prinsip tersebut mensyaratkan lembaga kearsipan
untuk mengolah arsip statis lembaga/organisasi yang berbeda
secara terpisah dan memelihara aturan asli arsip statis yang
diterima. Penerapan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut ;
a) Tidak menggabungkan arsip statis dari dua lembaga/organisasi.
Arsip statis dari lembaga/organisasi yang berbeda harus
dikelola terpisah meskipun lembaga/organisasi itu terlibat pada
kegiatan yang sama atau memiliki orang-orang yang sama.
Demikian pula arsip statis pribadi dari perseorangan yang
berbeda tidak digabungkan meskipun individuindividu tersebut
terkait atau mengalami peristiwa yang sama.
15
b) Tidak mengolah kembali arsip statis yang sudah
memperlihatkan aturan aslinya. Aturan asli arsip statis yang
diterima tidak harus diolah kembali apabila aturannya jelas
menggambarkan fungsi dan aktivitas pencipta arsip. Secara
khusus, arsip statis tidak harus diolah berdasarkan subjek,
tanggal, atau medianya jika tidak sesuai dengan aturan asli
arsip ketika diciptakan.
c) Mengidentifikasi level arsip statis sesuai dengan level hierarki
pengaturan yang digunakan dalam pekerjaan kearsipan.
3. Preservasi Arsip Statis
Menurut Zenuddin (2013) Ditinjau dari tindakannya
preservasi terdiri atas preservasi preventif dan preservasi kuratif.
Prinsip preservasi meliputi: arsip statis harus selamanya
dilestarikan; semua aspek arsip (format, nilai kesejarahan, teks,
gambar dll) jika memungkinkan akan dipertahankan; preservasi
preventif dilakukan untuk mencegah kerusakan dan mengurangi
semua efek pada arsip; preservasi kuratif dilakukan jika ada
kerusakan arsip dengan cara profesional; Arsip asli dapat diakses
namun jika kondisinya rusak yang diberikan adalah salinannya.
4. Akses Arsip Statis
Menurut Zaenuddin (2013) Muara dari pengelolaan arsip
statis adalah akses arsip. UU Kearsipan mendefinisikan akses arsip
sebagai ketersediaan arsip sebagai hasil dari kewenangan hukum
16
dan otoritas legal serta keberadaan sarana bantu untuk
mempermudah penemuan dan pemanfaatan arsip. Lembaga
kearsipan mempunyai kewajiban menjamin kemudahan akses
dengan melaksanakan layanan yang standar dan meyediakan
sarana temu balik arsip kepada pengguna. Dengan demikian arsip
yang dikelola, disimpan dan dipelihara berdaya guna dan
bermanfaat kepada publik.
Pengguna arsip statis di Lembaga Kearsipan Perguruan
Tinggi (LKPT) terdiri atas pengguna internal dan eksternal.
Pengguna internal meliputi pribadi atau lembaga yang terkait
dengan perguruan tinggi secara langsung, seperti: pimpinan
perguruan tinggi, unsur administrasi perguruan tinggi, mahasiswa,
dosen, fakultas dan unit atau lembaga di bawah perguruan tinggi.
Sedangkan pengguna eksternal merupakan pihak luar yang sudah
tidak mempunyai kaitan langsung dan resmi dengan perguruan
tinggi yang bersangkutan. Termasuk kategori ini adalah alumni,
peneliti, dan masyarakat (Zaenuddin, 2013).
II.2. Tinjauan Umum Tentang Arsiparis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2014, Tetang
Pelaksanaan Undang-undang No. 43 Tahun 2009 mengatakan bahwa,
Arsiparis terdiri atas Arsiparis Pegawai Negeri Sipil yang merupakan
pegawai negeri sipil yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan yang
diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional arsiparis
17
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Arsiparis Non-
Pegawai Negeri Sipil merupakan pegawai non-Pegawai Negeri Sipil yang
memiliki kompetensi di bidang kearsipan yang diangkat dan ditugaskan
secara penuh untuk melaksanakan kegiatan kearsipan di lingkungan
organisasi Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, BUMN, BUMD, perguruan tinggi swasta, perusahaan,
organisasi politik, dan organisasi kemasyarakatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Arsiparis mempunyai kedudukan hukum sebagai tenaga
professional yang memiliki kemandirian dan independen dalam
melaksanakan tugas dan fungsi. Adapun fungsi dan tugas arsiparis
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2014
yakni :
a. Menjaga terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, dan organisasi kemasyarakatan;
b. Menjaga ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat
bukti yang sah;
c. Menjaga terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan
arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Menjaga keamanan dan keselamatan arsip yang berfungsi untuk
menjamin arsip-arsip yang berkaitan dengan hak-hak keperdataan
rakyat melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan
terpercaya;
18
e. Menjaga keselamatan dan kelestarian arsip sebagai bukti
pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
f. Menjaga keselamatan aset nasional dalam bidang ekonomi, sosial,
politik, budaya, pertahanan, serta keamanan sebagai identitas dan jati
diri bangsa; dan
g. Menyediakan informasi guna meningkatkan kualitas pelayanan publik
dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan
terpercaya.
II.3. Tinjauan Umum Tentang Kinerja
II.3.1. Definisi Kinerja (Perfomance)
Menurut Bernandi dan Russel dalam Gomes (2003) mendefinisikan
bahwa kinerja merupakan catatan aoutcome yang dihasilkan dari fungsi
suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu
tertentu.
Kinerja adalah istilah yang popular dalam manajemen, yang mana
istilah kinerja didefenisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan
performance. Dalam kamus bahasa Indonesia dikemukanan arti kinerja
sebagai, suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
19
kerja. Menurut Fattah (1999) Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai
ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap,
keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Sementara
Menurut Sedarmayanti (2001) bahwa Kinerja merupakan terjemahan dari
performance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian
kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja (Rahadi, 2010).
Samsuddin (2005), menyebutkan bahwa kinerja adalah tingkat
pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah
ditetapkanuntuk mecapai tujuan organisasi. Dalam bahasa inggris
Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan otganisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai moral maupun etika. Menurut Mangkunegara (2001)
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitasyang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melakukan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Rihadi, 2010).
Jadi berdasarkan defenisi-defenisi mengenai kinerja maka
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil nyata apa yang telah dikerjakan
oleh seseorang/pegawai suatu organisasi yang dipengaruhi oleh faktor
internal maupun external dari individu tersebut, dan hasil kerja yang
20
dilakukan sesuai dengan fungsi dengan maksud tecapainya tujuan
organisasi yang telah ditentukan.
II.3.2 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kinerja
Menurut Mahmudi kinerja merupakan kontruksional yang mencakup
banyak faktor yang mempengaruhinya. faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah :
1. Faktor Perssonal/individu, Meliputi : Pengetahuan,
keterampilan (Skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi
dan komitmen yang dimiliki setiap individu.
2. Faktor Kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan
manajer dan team leader.
3. Faktor tim, meliputi : kualits dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekanan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesame anggota tim, kekompakan dan keeratan anggo tim.
4. faktor sisitem, meliputi ; sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi,
dan kultur kinerja dalam organisasi.
5. faktor kontekstual, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Menurut Campbel (1990) menyatakan bahwa hubungan fungsional
antara kinerja dengan atribut kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
21
1. Knowledge, mengacu pada pengetahuan yang dimiliki oleh
pegawai
2. Skiil, mengacu pada kemampuan melakukan pekerjaan.
3. motivasi, mengacu pada dorongan dan semnagat melakukan
kerja.
Menurut Mahmudi (2015) Kinerja organisasi dipengaruhi oleh
kinerja individual dankelompok yang terdiri dari faktor-faktor berikut:
1. Kinerja individual yang dipengaruhi faktor, Pengetahuan, Skill,
motivasi dan peran.
2. Kinerja tim/kelompok yang dipengaruhi oleh keertan tim,
kepemimpinan, kekompakan, struktur tim, peran tim dan norma.
3. kinerja organisasi dipengaruhi oleh, lingkungan, kepemimpinan,
struktur organisasi, pilihan strategi, teknologi, kultur dan proses
organisasi.
Menurut James L. Perry dalam Gomes (2005) menjelaskan bahwa
penilaian kinerja seseorang biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut :
1. Ras/Suku Bangsa
Berdasarkan studi Flaugher, Campbell dan Pike (1969)
ditunjukkan bahwa supervisor yang mengadakan penilaian
perfomansi bagi orang kulit hitam dan kulit putih. Orang kulit
22
hitam ternyata permonsinya dinilai lebih tinggi dibandingkan
dengan rekan-rekan kerjanya yang berkulit putih.
2. Gender/Jenis Kelamin
Dari hasil studi Lovrich dab jones (1983), menjelaskan bahwa
wanita dan lagi-laki menilai perfomansi dengan cara yang sama.
Namun demikian, banyak kaum wanita yang menilai masih terus
mendapat perlakuan yang berbeda dalam penilaian
performansi. Mereka mengklaim bahwa masih kurang mendapat
kepercayaan dibandingkan dengan rekan-rekan kerja yang
berjenis kelamin laki-laki.
3. Usia
Rhodes (1983) menemukan bahwa keyakinan yang luas bahwa
usia mempengaruhi usia. Ada klaim dari paranpekerja yang
berusia agak tua yang mengatakan para supervisior yang lebih
muda biasanya cenderung menilai rendah mereka yang sudah
tua dibandingkan yang muda.
II.3.3. Manajemen Kinerja
Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan
budaya para individu dan kelompok memikul tanggung jawabbagi usaha
peningkatan proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan.
Manajemen Kinerja di definiskan oleh Bacal (1999) dalam Dharma
(2005) sebagai proses komunikasi yang berkesinambungan dan
23
dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasan
langsungnya. Manajemen kinerja bertujuan untuk membangun harapan
yang jelas dan pemahaman tentang:
1. fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para karyawan;
2. seberapa besar kontribusi pekerjaan karyawan bagi
pencapaian tujuan orgnasisasi;
3. apa arti onkretnya “melakukan pekerjaan dengan lebih baik”;
4. bagaimana karyawan dan penyelianya berkerja sama untuk
mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan
kinerja karyawan yang sudah ada sekarang;
5. bagaimana prestasi kerja akan diukur;
6. mengenali berbagai hambatan kinerja dan menyingkirkannya;
Menurut Noe, dkk (1999) dalam Dharma (2005), menyebutkan 3
tujuan manajemen kinerja yaitu :
1. Tujuan Stratejik
Manajemen kinerja harus mengaitkan kegiatan pegawai
dengan tujuan organisasi. Pleaksanaan strategi tersebut perlu
mendefinisikan hasil yang akan dicapai, perilaku, karakteristik,
pegawai yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi,
mengembangkan pengukuran dan sistem umpan balik
terhadap kinerja pegawai.
2. Tujuan Administratif
24
Kabanyakan organisasi menggunakan informasi manajemen
kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk kepentingan
keputusan administrative, seperti; penggajian, promosi,
pemberhentian pegawai dan lain-lain.
3. Tujuan Pengembangan
Manajemen Kinerja bertujuan mengembangkan kapasitas
pegawai yang berhasil di bidang kerjanya. pegawai yang
berkinerja tidak baik perlu mendapat pemberdayaan melalui
training, penempatan yang lebih cocok dan sebagainya. pihak
manajemen perlu memahami apa saja yang menyebabkan
pegawai tidak bekerja baik, apabila faktor skill, motivasi dan
lain-lain sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk
memperbaiki kinerjanya.
Mahmudi (2015) dalam bukunya membagi manajemen berdasarkan
pendekatan menjadi tiga bagian yakni :
1. Manajemen kinerja berbasis pelaku
Manajemen kinerja model klasi lebih menekankan pada input,
yaitu pwgawai pelaksana kinerja. Organisasi yang
menggunakan pendekatan manajemen kerja berbasis pelaku
memandang tokoh pelaksana kinerja sebagai penentu
keberhasilan organisasi. Manajemen kinerja berbasis pelaku
mendasarkan penilaian kinerj pada kualifikasi dan kinerja
individual , misalnya ;
25
a. penampilan
b. Disiplin dan ketaatan terhadap aturan
c. kemamuan dan kemapuan belajar
d. hubungan dengan pelanggan, bawahan, rekan kerja dan
atasan
e. motivasi diri
f. kecermatan dan ketelitian
g. produktivitas/kecepatan dalam bekerja,
h. kualitas kerja
i. pengetahuan dan keterampilan kerja
j. kemampuan beradaptasi
k. kemampuan bekerjasama dan kerja tim
l. kemampuan mengatasu masalah
m. kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan
n. kemampuan memimpin dan mengorganisasi
o. Loyalitas
2. Manajemen Kinerja Berbasis Perilaku
Manajemen kinerja berbasis perilaku tidak semata-mata
berfokus pada faktor pegawai, namun berkonsentrasi pada
prilaku atau proses yang dilakukan seseorang dalam melakukan
kinerja. Untuk menilai kinerja berdasarkan perilaku atau proses,
organisasi biasanya menentukan faktor kinerja sebagai dasar
untuk menilai. Faktor-faktor kinerja tersebut misalnya :
26
a. Manajemen oprasional
- Perencanaan dan pengendalian keuangan.
- Manajemen aset
- Pengendalian internal
b. Manajemen staf dan pengembangan SDM
- Perencanaan, seleksi dan pengembangan staf.
- Perencanaan kinerja, bimbingan dan penghargaan
kinerja.
- pengembangan tim dan hubungan staf.
c. Kualitas barang atau jasa yang dihasilkan
- Estetika produk yang diberikan
- kemudahan dalam penggunaan atau pengaksesan
- Ketersediaan/keberadaan barang dan jasa atau orang
saat dibutuhkan
- kebersihan dan kerapaia produk yang diberikan.
d. Kualitas Pelayanan
- Kecepatan pelayanan
- Kebersihan dan Kerapian staf dan fasilitas
- Keramahan dan kesabaran staf dalam melayani
pelanggan
- Satf yang membantu dan bersahabat serta perhatian
pada pelanggan
- Keamanan dan kenyamanan
27
3. Manajemen Kinerja berbasis Hasil
Pendekatan manajemen kinerja berbasis pelaku dan perilaku
hanya berfokus pada pengukuran kinerja input dan output.
Pengukuran kinerja input-output ini terdapat kelemahan karena
tidak mengukur hasil, dampak, dan manfaat lebih luas. Oleh
karena itu dikembangkan manajemen kinerja dan teknik
penilaian kinerja yang difokuskan pada pengukuran hasil.
Menurut Dharma ( 2005) Manajemen kinerja dalam model input,
proses, output bekenaan dengan ;
1. Input; Keahlian, pengetahuan dan kepiawaian yang dibawa oleh
individu kepada pekerjaannya.
2. Proses; bagaimana individu berperilaku dalam melaksanakan
pekerjaan mereka- kompetensi keperilakuan yang mereka bawa
dalam memenuhi tanggungjawabnya.
3. Output; hasil yang dapat diukur dicapai oleh individumenurut
tingkat kinerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas.
4. Otcome: dampak dari apa yang telah dicapai oleh kinerja
individu terhaddap hasil kelompok, departemen, unit kerja atau
fungsi serta organisasi. Ini merupakan kontribusi, yang
merupakan ukuran yang penting bagi efektifitas pekerjaannya.
II.3.4 Indikator Kinerja
28
Istilah ukuran kinerja dan indiator kinerja sering dipakai dengan
saling menggantikan. Tetapi beberapa organisasi membedakan antara
keduanya dengan memakai istilah ukuran kinerja untuk hasil yang dapat
diukur secara kuantitatif dan indicator kinerja untuk situasi dimana
hasilnya hanya dapat dinilai secara kualitatif berdasarkan perilaku yang
dapat diamati.
Sun life dalam Dharma (2005) misalnya, menetapkan tiga kriteria
berupa kualitas kerja, output dan ketepatan waktu. Amstrons (1994) dalam
Dharma (2005) telah mengindentifikasi empat macam pengukuran yang
berbeda :
1. Ukuran uang; termasuk memaksimalkan pendapatan,
meminimalkan pengeluaran dan meningkatkan hasil.
2. Ukuran waktu; kinerja yang ditunjukkan dalam suatu kerangka
jadwal waktu kerja tertentu, jumlah catatan baclog dan
kecepatan aktifitas atau tanggapan.
3. Ukuran efek; termasuk penetapan suatu standar, perubahan
perilaku (para kolega, staf, klien ataupun konsumen)
enyelesaian fisik dari suatu pekerjaan dan tingkat
dipergunakannya suatu layanan.
4. Reaksi; mengindikasikan bagaimana orang lain menilai
pemegang pekerjaan dan karenaya merupakan suatu
pengukuran yang kurang objektif. reaksi dapat diukur melalui
29
penilaian yang buruk, pemberian peringkat oleh klien ataupun
konsumen internal maupun eksternal atau hasil analisis
terhadap komentar serta keluhan-keluhan.
Kinerja dalam organisasi merupakan satu alat ukur keberhasilan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Bernandin
dan Russel dalam Gomes (2005) :
1. Quantity of work (kuantitas Pekerjaan); jumlah kerja yang
dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya waktu kerja yang tersedia dan
jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam satu waktu tertentu.
2. Quality of work (kualitas Pekerjaan); kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Hal ini
meliputi menunjukkan sejauh mana mutu seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan,
kelengkapan dan kerapian.
3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan); luasnya
pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilanya. Hal ini
menegnai sejauhmana seorang pegawai mengetahui
pekerjaannya dan sesuai dengan standar oprasional yang
berlaku.
4. Creativiness (Kreativitas); keaslian gagasan –gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaiakan
persoalan-persoalan yang timbul.
30
5. Cooperation (kerjasama); kesediaan untuk bekerjasama dengan
orang lain (sesame anggota organisasi)
6. Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan); kesadaran dan
dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7. Initiative (inisiatif); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas
baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal qualities (kualitas Pribadi); menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi.
II.4. Kerangka Pemikiran
Harapan setiap organisasi memiliki pegawai yang memiliki kinerja
yang baik sehingga dapat mewujudkan suatu efektifitas dan efisiensi
dalam bekerja, terkhusus tenaga arsiparis dalam pengelolaan arsip
pertguruan tinggi sebagai bentuk kesiapan pegawai kearispan dalam
menghadapi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
Unit Kearsipan perguruan tinggi yang betugas mengelolah arsip-
arsip statis perguruan tinggi dan pembinaan kearsipan dilingkungan
perguruan tinggi dituntut untuk melakukan tugas dengan baik, mengingat
arsip-arsip yang terkelolah di unit kearsipan merupankan bukti otentik dan
memori kolektif dari suatu perguruan tinggi.
Kinerja dalam organisasi merupakan satu alat ukur dalam
keberhasilan mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Mengingat sumber daya manusia sebagai penggerak roda
31
berjalannya suatu organisasi. Menurut Bernandin dan Russel dalam
Gomes (2005) indikator kinerja terdiri dari :
1. Quantity of work (kuantitas Pekerjaan); jumlah kerja yang
dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya waktu kerja yang tersedia dan
jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam satu waktu tertentu.
2. Quality of work (kualitas Pekerjaan); kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Hal ini
meliputi menunjukkan sejauh mana mutu seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan,
kelengkapan dan kerapian.
3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan); luasnya
pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilanya. Hal ini
menegnai sejauhmana seorang pegawai mengetahui
pekerjaannya dan sesuai dengan standar oprasional yang
berlaku.
4. Creativiness (Kreativitas); keaslian gagasan–gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaiakan
persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation (kerjasama); kesediaan untuk bekerjasama dengan
orang lain (sesame anggota organisasi)
6. Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan); kesadaran dan
dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
32
7. Initiative (inisiatif); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas
baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal qualities (kualitas Pribadi); menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi.
33
Gambar.1 Kerangka Pemikiran
1. Quantity of work (kuantitas Pekerjaan); 2. Quality of work (kualitas Pekerjaan); 3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan) 4. Creativiness (Kreativitas); 5. Cooperation (kerjasama); 6. Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan); 7. Initiative (inisiatif); 8. Personal qualities (kualitas Pribadi);
Kualitas Kinerja Arsiparis
Kinerja Arsiparis
30
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Pendekatan Penelitian
Dalam Penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yang
merupakan suatu penelitian untuk mencari kebenaran secara ilmiah
dengan melakukann wawancara mendalam, dalam mengumpulkan
informasi yang akurat. Menurut Maleong (2012) bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
ingin memahami mengenai perilaku dan isu-isu rinci mengenai situasi dan
kenyataan yang dihadapi oleh arsiparis di unit kearsipan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tujuan
mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis dan
akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Dengan demikian
melalui penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti berusaha untuk
menggambarkan permasalahan yang ada dalam kaitannya dengan
“Kinerja Tenaga Arsiparis di Unit Kerasipan Universitas Hasanuddin” dan
kemudian menganalisanya dengan subjektif.
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
31
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kearsipan Universitas
Hasanuddin. Lokasi penelitian beralamat Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai Februari 2018.
III.3. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan
bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relative singkat banyak
informasi yang terjaring, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara,
bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari
subjek lainnya (Bogdan dan Biklen (1981) dalam Moleong (2012)).
Penentuan Informan dapat diakukan melalui keterangan oranng
yang berwenang dan melalui wawancara pendahuluan. Dalam hal tertentu
informan perlu direkrut seperlunya agar informasi tidak terlalu luas dan
keluar dari fokus penelitian (Moleong, 2012).
Adapun Informan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin sebagai
informan Kunci.
2. Arsiparis di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin.
3. Staf Administrasi di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin.
III.4. Instrumen Penelitian
Intrumen dalam penelitian ini adalah manusia itu sendiri karena
salah satu ciri penelitian kualitatif menurut Maleong (2012) ialah orang
sebagai alat ukur atau sebagai instrument yang mengumpulkan data
32
sekaligus perencana, analis, penafsir dan pada akhirnya peneliti yang
menjadi pelopor penelitiannya. Oleh karena itu peneliti harus bersifat
netral agar penelitian yang dihasilkan sesuai dengan data yang
sebenarnya. Adapun alat bantu instrumen tambahan yakni pedoman
wawancara dan tape recorder untuk mempermudah mengingat data yang
diperoleh.
III.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan ada 2 (dua) yakni :
1. Data Primer
Data primer yaitu yang diperoleh secara langsung pada sumber data
yaitu pada Lembaga Kearsipan Universitas Hasanuddin baik
penanggung jawab kearsipan maupun staf/pegawai dengan cara
observasi dan wawancara pada informan untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penelitian mengenai kinerja.
2. Data Sekunder
Data peneltian sekunder adalah sebagai data pendukung data primer
yang berasal dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari
suatu organisasi yang sesuai dengan permasalahan dilapangan yang
berupa bahan bacaan, bahan pustaka dan laporan-laporan penelitian
dan menungjang lainnya.
III.6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi
menjadi tiga yakni:
33
1. Wawancara
Data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam
(indepth) dengan rnenggunakan pertanyaan terbuka. Data yang
diperoleh berupa persepsi, pendapat, perasaan dan pengetahuan
dari Kepala unit kearsipan maupun staf/arsiparis di unit kearsipan.
Untuk mempermudah mengingat infomasi peneliti menggunakan
alat perekam dan kertas guna mendapatkan informasi yang akurat.
Menurut Denzim dalam Destiasari (2015) wawancara adalah
pertukaran percakapan dengan tatap muka dimana soseorang
memperoleh informasi dari yang lain. Keunggulan utama
wawancara ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data
yang banyak, sebaliknya kelemahannya ialah karena wawancara
melibatkan aspek emosi, maka kerja sama yang baik antara
pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan (Sarwono,
2006).
2. Observasi
Menurut Sarwono (2006) Kegiatan observasi meliputi
melakukan pencatatan, serta sitematik kejadian-kejadian, perilaku,
objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam
mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Buford Junker (1980) dalam Moleong (2012) memebrikan
gambaran mengenai peran penelita dalam pengamatan/observasi
sebagai,(1) Berperan serta secara lengkap, pengamat dalam hal ini
34
menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya, (2)
Pemeran serta sebagai pengamat, peranan peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta
tetapi melakukan fungsi pengamatan, (3) Pengamat sebagai
pemeran serta, pengamat secara terbuka diketahui oleh umum
bahkan mungkin peneliti disponsoti oleh subjek, (4) Pengamat
penuh, peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya
dari belakang kaca sedang subjeknya tidak mengetahui apakah
mereka sedang diamati.
Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti
sebagai pengamat, yang dimana dalam hal ini peneliti tidak
sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi hanya melakukan fungsi
pengamatan. Pengamatan dilakukan mencakup fokus penelitian
yang mempengaruhi kinerja arsiparis di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin.
3. Studi Dokumen
Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan membaca surat-surat,
pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan
lainnya terkait dengan kinerja arsiparis. Metode pencarian data ini
sangat bermanfaat karena dapat dilakukan tanpa menggangu objek
atau suasana penelitian (Sarwono, 2006).
III.7. Fokus Penelitian
35
Fokus penelitian merupakan suatu dasar bagi peneliti dalam
mengumpulkan data agar tidak meluas. Untuk menyamakan pemahaman
peneliti memberikan batasan-batasan penelitian yang sesuai dengan
kerangka fikir yang ada. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di unit
kearsipan Universitas Hasanuddin sebagai pengelolah arsip statis
perguruan tinggi. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Quantity of work (kuantitas Pekerjaan); Jumlah pekerjaan yang
dilakukan oleh arsiparis dalam suatu periode waktu yang ditentukan.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya waktu kerja yang tersedia dan
jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam sasaran kerja yang telah
ditentukan.
2. Quality of work (kualitas Pekerjaan); kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. Hal ini
meliputi menunjukkan sejauh mana mutu seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan, kelengkapan dan
kerapian sesuai dengan aturan dalam pengelolaan arsip statis.
3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan); luasnya
pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilanya. Hal ini
mengenai sejauhmana seorang arsiparis mengetahui pekerjaannya
dan sesuai dengan standar oprasional yang berlaku dan kesesuaian
dengan latar belakang pendidikan.
36
4. Creativiness (Kreativitas); keaslian gagasan–gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaiakan persoalan-
persoalan yang timbul. Hal ini terkait dengan kemapuan atau tindakan
arsiparis memunculkan sesuatu yang baru dalam menyelesaikan
pekerjaan atau memecahkan permasalahan yang ada.
5. Cooperation (kerjasama); kesediaan untuk bekerjasama dengan orang
lain (sesama anggota organisasi). Hal ini terkait dengan kemampuan
sesorang untuk beradaptasi dan bekerja dalam satu tim.
6. Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan); kesadaran dan dapat
dipercaya dalam hal kedisiplinan dan penyelesaian kerja. Hal ini
berkaitan dengan kehadiran dan tanggungjawab pegawai dalam
bekerja.
7. Initiative (inisiatif); semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru
dan dalam memperbesar tanggungjawabnya. Hal ini terkait dengan
inisiatif arsiparis dalam menyelesaikan pekerjaan..
8. Personal qualities (kualitas Pribadi); menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi. Hal ini terkait
pola kepemimpinan yang diterapkan di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin.
III.8. Teknik Analisis Data
37
Menurut Raco (2010) analisis data berarti mengolah data,
mengorganisir data, memecahkan dalam unit-unit kecil, mencari pola-pola
dan tema-tema yang sama. Dalam menganalisis data, penelitian ini
menggunakan model Miles dan Huberman (Wardani, 2012) yang
mencakup;
1. Reduksi Data
Reduksi merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyerdahanaan, memnfokuskan pada hal-hal yang penting. Data
yang direduksi akan menghasilkan gambaran yang lebih jelas dan
memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan dalam bentuk uraian singkat,
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data pada
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Pada
proses ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Penyajian data yang baik
merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis
kualitatif yang valid.
3. Penarikan Kesimpulan
Menurut Miles dan Huberman Penarikan kesimpulan merupakan
menyimpulkan hasil penemuan-penemuan untuk dijadikan satu
38
kesimpulan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-
bukti kuat yang mendukung pada taha pengumpulan data
berkutnya. Namun, jika kesimpulan awal dapat disertakan dengan
bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan tersebut
dapat dijadikan kesimpuna yang kredibel.
III.9. Pengujian Validitas dan Realibilitas Data
Menurut Sugiono (2008) dalam Destiasari (2015), validitas adalah
derajat ketepatan data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya
yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian dalam
memformulasikan data yang telah didapatkan dari informan sesuai denga
paradigma yang dianut (Lincoln dan Guba dalam Maleong, 2012).
Menvalidasi hasil penelitian berarti menentukan akurasi dan kredebilitas
hasil melalui strategi yang tepat, seperti membercheking atau triangulasi
(Raco,2010)
Triangulasi data berarti menggunakan bermacam-macam data,
menggunakan lebih dari satu teori, beberapa teknik analisa atau
melibatkan banyak peneliti. Sejalan yang dikatankan oleh Denzim (1078)
dalam Moleong (2012) bahwa triangulasi dibedakan menjadi empat
macam tekni pemeriksaaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
39
alat yang berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa
yang dikataakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Triangulasi metode menurut Patton (1987)
dalam Moleong (2012) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi penyidik yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk berpeluang pengecekan kembali derajat
kepercayaan data.
Member Cheking bahwa data hasil wawancara kemudian
dikonfrontasikan kembali dengan partisipan atau pemberi informasi.
Dengan kata lain setelah data disajikan, partisipan atau informan
mengetahui dan membenarkan data yang telah di analisis.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, yakni
membandingkan pernyataan informaan sehingga dapat di jadikan
satukesatuan kesimpulan.
39
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. 1. Gambaran Umum Universitas Hasanuddin
IV.1.1Sejarah Universitas Hasanuddin
Mengawali berdirinya Universitas Hasanuddin secara resmi pada
tahun 1956, di kota Makassar pada tahun 1947 telah berdiri Fakultas
Ekonomi yang merupakan cabang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
(UI) Jakarta berdasarkan keputusan Letnan Jenderal Gubernur Pemerintah
Hindia Belanda Nomor 127 tanggal 23 Juli 1947. Karena ketidakpastian yang
berlarut-larut dan kekacauan di Makassar dan sekitarnya maka fakultas yang
dipimpin oleh Drs L.A. Enthoven (Direktur) ini dibekukan dan baru dibuka
kembali sebagai cabang Fakultas Ekonomi UI pada 7 Oktober 1953 di bawah
pimpinan Prof. Drs. G.H.M. Riekerk. Fakultas Ekonomi benar-benar hidup
sebagai cikal bakal Universitas Hasanuddin setelah dipimpin acting ketua
Prof. Drs. Wolhoff dan sekretarisnya Drs. Muhammad Baga pada tanggal 1
September 1956 sampai diresmikannya Universitas Hasanuddin pada
tanggal 10 September 1956.
Di saat terjadinya stagnasi Fakultas Ekonomi di akhir tahun 1950,
Nuruddin Sahadat, Prof. Drs. G.J. Wolhoff, Mr. Tjia Kok Tjiang, J.E.
Tatengkeng dan kawan-kawan mempersiapkan pendirian Fakultas Hukum
swasta. Jerih payah mereka melahirkan Balai Perguruan Tinggi Sawerigading
yang di bawah ketuanya Prof. Drs. G.J. Wolhoff tetap berusaha mewujudkan
40
universitas negeri sampai terbentuknya Panitia Pejuang Universitas Negeri di
bulan Maret 1950. Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan universitas
didahului dengan membuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat
cabang Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) yang resmi didirikan
tanggal 3 Maret 1952 dengan Dekan pertama Prof. Mr. Djokosoetono yang
juga sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Dilandasi
semangat kerja yang tinggi, kemandirian dan pengabdian, Fakultas Hukum
yang dipimpin Prof. Dr. Mr. C. de Heern dan dilanjutkan Prof. Drs. G.H.M.
Riekerk, dalam kurun waktu empat tahun mampu memisahkan diri dari
Universitas Indonesia dengan keluarnya PP no. 23 tahun 1956 tertanggal 10
September 1956.
Langkah usaha Yayasan Balai Perguruan Tinggi Sawerigading untuk
membentuk Fakultas Kedokteran terwujud dengan tercapainya kesepakatan
antara pihak Yayasan dengan Kementerian PP dan K yang ditetapkan dalam
rapat Dewan Menteri tanggal 22 Oktober 1953. Berdasarkan ketetapan
tersebut dibentuklah Panitia Persiapan Fakultas Kedokteran di Makassar
yang diketuai Syamsuddin Daeng Mangawing dengan Muhammad Rasyid
Daeng Sirua sebagai sekretaris dan anggota-anggotanya yaitu J.E.
Tatengkeng, Andi Patiwiri dan Sampara Daeng Lili. Pada tanggal 28 Januari
1956, Menteri P dan K Prof. Mr. R. Soewandi meresmikan Fakultas
Kedokteran Makassar yang kelak berubah menjadi Fakultas Kedokteran
41
Universitas Hasanuddin seiring dengan diresmikannya Universitas
Hasanuddin pada tanggal 10 September 1956.
Perjuangan dan tekad masyarakat Sulawesi Selatan untuk melahirkan
putra bangsa yang berpengalaman teknik mencapai keberhasilannya ketika
menteri P dan K RI mengeluarkan SK No. 88130/S tertanggal 8 September
1960 perihal peresmian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang
diketuai lr. J. Pongrekun dan sekretaris lr. Ramli Cambari Saka dengan tiga
departemen Sipil, Mesin dan Perkapalan. Pada tahun 1963 menyusul
terbentuk Departemen Elektronika dan Arsitektur dan lengkaplah Fakultas
Teknik sebagai fakultas yang ke-4.
Mendahului SK Menteri PP dan K tanggal 3 Desember 1960 No.
102248/UU/1960 perihal Pembentukan Fakultas Sastra Universitas
Hasanuddin, telah terjadi “peleburan” beberapa unit Program Kursus B.1 dari
Yayasan Perguruan Tinggi Makassar ke Universitas Hasanuddin. Yayasan
yang diketuai oleh Syamsuddin Dg Mangawing beranggotakan antara lain
Prof. G.J. Wolhoff ini adalah pecahan Universitas Sawerigading yang
dipimpin oleh Nuruddin Sahadat. Peristiwa “peleburan” Program Kursus B.1
Paedagogik, Sastra Timur dan Sastra Barat ke UNHAS pada tanggal 2
Nopember 1959 tersebut menjadi cikal bakal Fakultas Sastra yang secara
resmi terbentuk sesuai SK menteri PP dan K tanggal 3 Nopember 1960.
Menyusul “kelahiran” Fakultas Sastra, lahirlah Fakultas yang ke - 6
yakni Fakultas Sosial Politik sesuai dengan SK Menteri P & K tertanggal 30
42
Januari 1961 No. A. 4692/U.U.41961, berlaku mulai 1 Februari 1961. Pada
awalnya fakultas ini merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang bernama
Fakultas Tata Praja Universitas 17 Agustus 1945 yang didirikan oleh Mr. Tjia
Kok Tjiang yang kelak setelah penegeriannya menjadi pimpinan fakultas
didampingi Mr. Sukamto sebagai sekretaris. Pada tanggal 15 Nopember
1962 Mr. Sukamto diangkat sebagai Dekan dan Abdullah Amu menjadi
Sekretaris.
Di masa kepemimpinan Rektor A. Amiruddin berdasarkan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0266/Q/1977 tanggal 16 Juli 1977 Fakultas
Sastra diintegrasikan ke dalam Fakultas limu Sosial Budaya bersama
Fakultas Ilmu Sosial Politik dan Fakultas Ekonomi. Hal yang sama juga terjadi
atas Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang diintegrasikan menjadi
Fakultas Sains dan Teknologi terkecuali Fakultas Hukum yang tidak “rela”
berintegrasi dengan Fakultas Ilmu - ilmu Sosial Budaya. Berselang enam
tahun kemudian yakni pada tahun 1983 pengintegrasian ini dicabut dengan
keluamya PP No. 5 Tahun 1980 yang disusul dengan SK Presiden RI No. 68
Tahun 1982.
Melalui kerjasama dengan IPB Bogor dan atas permintaan Rektor
Prof. Arnold Mononutu terbentuklah Panitia Persiapan Pendirian Fakultas
Pertanian yang beranggotakan Prof. Dr. A. Azis Ressang, Dosen Fakultas
Kedokteran Hewan IPB dan lr Fachrudin, asisten Akhli Fakultas Pertanian
IPB. Kerjasama Prof. Ressang dkk dengan Fakultas Pertanian Universitas
43
Indonesia dan IPB membuahkan SK Menteri PTIP RI Prof. Dr. lr. Toyib
Hadiwidjaya tertanggal 17 Agustus 1962 dan secara resmi Fakultas
Pertanian menjadi fakultas yang ke-7 dalam lingkungan Universitas
Hasanuddin.
Gubernur Andi Pangerang Petta Rani dalam rapat tanggal 11 Maret
1963 menunjuk lr. Aminuddin Ressang sebagai ketua sub - panitia kerja
Pembentukan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) resmi terbentuk
berdasar surat kawat Menteri PTIP tanggal 8 Agustus 1963 No. 59 1
BM/PTIP/63 disusul SK Menteri No. 102 Tahun 1963 berlaku Tanggal 17
Agustus 1963.
Pada tahun 1963 dibentuk Panitia Pendiri Fakultas Kedokteran Hewan
dan Peternakan di Makassar yang diketuai Syamsuddin Dg Mangawing
dengan anggota Andi Pangerang Petta Rani, Drh. A. Dahlan dan Andi
Patiwiri. Pada tanggal 10 Oktober 1963 berdiri Fakultas Kedokteran Hewan
dan Peternakan (FKHP) yang berstatus swasta didekani oleh Drh. Achmad
Dahlan dengan Pembantu Dekan I, II masing - masing Drh. Muh. Gaus
Siregar dan Andi Baso Ronda, B. Agr.Sc. Terhitung mulai tanggal 1 Mei 1964
fakultas swasta tersebut dinegerikan menjadi Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin meialui SK Menteri PTIP No. 37 11964 Tanggal 4
Mei 1964.
Pendidikan Dokter Gigi berdiri pada tanggal 23 Januari 1969 sebagai
hasil kerjasama antara Universitas dengan TNI - AL sebagai hasif rintisan
44
Laksamana Mursalim Dg Mamanggun, S.H. , Rektor Unhas Let.Kolonel Dr.
M. Natsir Said, S.H. serta Drg. Halima Dg Sikati dan diberi nama Institut
Kedokteran Gigi Yos Sudarso. Pada tahun 1970 lnstitut ini resmi menjadi
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan selanjutnya menjadi
Fakultas Kedokteran Gigi Unhas pada tahun 1983.
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) didirikan pada tangggal 5
Nopember 1982 yang pada awalnya menerima mahasiswa tamatan Diploma
Tiga Kesehatan dan nanti pada tahun 1987 FKM Unhas menerima tamatan
SMA. FKM merupakan fakultas yang ke-11 dalam lingkungan Unhas.
Sebagai realisasi dari pengembangan Pola Ilmiah Pokok (PIP) yang
menjadi rujukan orientasi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, maka pada
tahun 1988 UNHAS secara resmi membuka program Studi Ilmu Kelautan
dengan SK Dirjen Dikti No.19/Dikti/Kep/1988, tanggal 16 Juni 1988. Pada
awalnya karena belum ada wadah yang tepat program tersebut berstatus
lintas fakultas dan langsung dibawahi rektor. Mengingat sifatnya yang
berorientasi kelautan, program ini pada akhirnya dibentuk menjadi Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan dengan menggabungkan jurusan Perikanan ke
dalamnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.036/0/1996, tanggal 29 Januari 1996.
Pada Dies Natalis yang ke - 25, 17 September 1981 Presiden RI
Soeharto meresmikan Kampus Tamalanrea yang pada awalnya dirancang
oleh Paddock Inc., Massachustts, AS dan dibangun oleh OD 205, Belanda
45
yang bekerjasama dengan PT. Sangkuriang Bandung di atas tanah seluas
220 Ha.
Sejak dikeluarkannya SK Menteri PP dan K No. 3369/S Tanggal 1 1
Juni 1956 terhitung mulai 1 September 1956 dan dengan PP No. 23 Tanggal
8 September 1956, Lembaran Negara No. 39 Tahun 1956 yang secara resmi
dibuka oleh Wakil Presiden RI Drs. Moh. Hatta pada tangggal 10 September
1956, UNHAS pernah dipimpin oleh sejumlah Rektor yaitu:
1. Prof. Mr.A.G.Pringgodigdo
1956 - 1957
2. Prof. Mr.K.R. M.T. Djokomarsaid
1957 - 1960
3. Prof. Arnold Mononutu 1960 -
1965
4. Let.Kol. Dr.M.Natsir Said,SH.
1965 - 1969
5. Prof. Dr. A. Hafid 1969 - 1973
6. Prof. Dr. Ahmad Amiruddin
1973 - 1982
7. Prof. Dr. A. Hasan Walinono
1982 - 1984
8. Prof. Dr. Ir. Fachrudin 1984 -
1989
46
9. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA
1989 - 1997
10. Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany
1997 - 2005
11. Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi,
Sp.BO. 2005 - 2014
12. Prof. Dr. Dwia Aries Tina P., MA.
2014 – Sekarang.
Dengan semakin berkembangnya peningkatan kualitas Universitas
Hasanuddin, pada tanggal 17 Oktober 2014 Unhas ditetapkan sebagai
Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2014. Pada tanggal 22 Juli 2015, Unhas telah
menerima Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2015 tentang Statuta
Universitas Hasanuddin.
Dengan ditetapkannya Unhas sebagai PTN-BH, menjadi perjalanan
pentingsebagai perguruan tinggin, sebab tidak semua perguuruan tinggi yang
dapat mencapai status ini. Penetapan status PTN-BH merupakan wujud
amanah tanggungjawab kepada Unhas untuk memberikan kontribusi yang
sebesar-besarnya terhadap peningkatan daya saing bangsa, srta mampu
sejajar dengan universitas kelas dunia. (Sumber : http://www.unhas.ac.id)
IV.1.2. Visi, Misi dan Nilai
47
VISI
Pusat Unggulan Dalam Pengembangan Insani, Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
Seni dan Budaya Berbasis Benua Maritim Indonesia.
MISI
Menyediakan lingkungan belajar berkualitas untuk mengembangkan
kapasitas pembelajar yang inovatif dan proaktif.
Melestarikan, mengembangkan, menemukan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya bagi kemaslahatan Benua Maritim Indonesia.
NILAI
Integritas: mewakili jujur, berani, bertanggung jawab dan teguh dalam
pendirian.
Inovatif: merupakan kombinasi dari kreatif, berorientasi mutu, mandiri dan
kepeloporan.
Katalitik: mewakili sifat berani, keteguhan hati, dedikatif dan kompetitif.
Arif: manifestasi kepatutan, adil dan beradab, holistik dan asimilatif.
IV.1.3 Struktur Organisasi Universitas Hasanuddin
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin No :
5441/UN4/OT.04/2016, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
48
Pengelolaan Universitas Hasanuddin terdiri atas komponen-komponen
berikut ini :
1. Majelis Wali Amanat;
2. Rektor;
3. Wakil Rektor;
4. Senat Akademik;
5. Sekretaris Universitas;
6. Pelaksana Administrasi;
7. Lembaga Penjaminan Mutu Internal;
8. Lembaga Satuan Pengawasan Internal;
9. Pengemban dan Pelaksana Tugas Strategis;
10. Pelaksana Akademik;
11. Penunjang Akademik;
12. Unit Pelaksana Teknis; dan
13. Satuan Pengelola Usaha
IV.2. Gambaran Umumum Unit Kerasipan
Rektor dalam memimpin penyelenggaraan dan pengelolaan unhas di
bantu salah satunya oleh unsur penunjang akademik, penunjang akademik
merupakan unit kerja unhas yang memberikan pelayanan terhadap unit kerja
lain dalam rangka pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, dimana
penunjang akademik bertanggungjawab kepada rektor dan/atau
49
dikoordinasikan oleh wakil rektor dan/atau sekretaris universitas, sedangkan
salah satu unsur penunjang akademik yakni unit kearsipan.
Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin terbentuk pada tahun 2016.
Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin terletak di lantai 4 gedung MKU dan
berada diatas Perpustakaan Universitas Hasanuddin. Terbentuknya Unit
Kearsipan Universitas dilatarbelakangi mengingat proses administrasi yang
terus berlajan di lingkup Universitas yang disertai terciptanya arsip-arsip yang
kiranya perlu dikelolah dengan baik. Selain dari latar belakang tersebut,
dalam undang-undang Tentang Kerasipan yang mewajibkan setiap
universitas memiliki Lembaga Kearsipan yang berfungsi mengelolah dan
membina arsip perguruan tinggi.
Berdasarkan Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan,
menyatakan Perguruan tinggi negeri wajib membentuk arsip perguruan tinggi.
Arsip perguruan tinggi wajib melakukan pengelolaan arsip statis yang
diterima dari satuan kerja di lingkungan perguruan tinggi dan civitas
akademika di lingkungan perguruan tinggi. Selaian itu kearsipan perguruan
tinggi kuga memiliki tugas pengelolaan arsip inaktif yang memiliki masa
retensi sekurang-kurangnya 10 tahun yang berasal dari satuan kerja dan
civitas akademika perguruan tinggi serta melakukan pembinaan kearsipan
dilingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Sejalan dengan undang-undang tentang kearsipan, pelaksanaan
mengenai tugas dan fungsi Unit Kearsipan terdapat dalam pasal 55 (lima
50
puluh lima) Peraturan Universitas Hasanuddin No. 5441 Tahun 2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pengelola Universitas Hasanuddin, yakni :
Pasal 55
(1) Unit Kearsipan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kearsipan di lingkungan Unhas.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),
Unit Kearsipan mempunyai fungsi:
a. pengelolaan arsip statis yang diterima dari satuan kerja dan civitas
Akademika di Unhas;
b. pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun yang berasal dari satuan kerja dan Sivitas Akademika;
c. pengolahan arsip dan penyajian arsip menjadi informasi;
d. pembinaan dan pengevaluasian penyelenggaraan kearsipan di
lingkungan Unhas; dan
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Universitas.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi Unit Kearsipan diatur dalam
Peraturan Rektor.
Unit Kearsipan berada di bawah bagian tata usaha dan rumah tangga,
Biro Administrasi Umum yang dibawahi oleh Sekretaris Universitas. Adapun
yang pada saat ini menjabat sebagai Kepala Unit Kearsipan Universitas
Hasanuddin, yakni oleh Ibu Wa Ode Nurnia Rahim, SE., MM.
51
Kearsipan Universitas Hasanuddin merupakan unit yang masih baru.
Pada unit kearsipan masih belum terbentuk struktur organisasi dan
pembagian sub bidang yang dimana bidang pelayanan, Pengeloaan dan lain-
lain masih tergabung dalam satu kesatuan Unit Kearsipan Universitas.
IV.2.1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah sumber daya yang terdapat dalam
suatu organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Sumber
daya manusia merupakan ujung tombak bergeraknya suatu organisai.
Kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi perkembangan dan
kualitas organisasi, serta tercapainya tujuan dari oraganisasi.
Adapun sumber daya manusia yang ada pada Unit Kearsipan
Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Tabel 1. Data Pegawai Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin 2018.
No
. NIP Nama
Jenis
Kelami
n
Gol. Jabatan
1 1966010119870120
02
Waode Nurnia
Rahim,SE,MM P IV/a
Kepala Unit
Kearsipan
2 1961123119820310
34 Muh. Hatta, S.Sos. L III/c Arsiparis
3 1964041019880310
04 Abd. Rauf L III/c Arsiparis
4 1966080320011210
01 Tiro, S.Sos. L II/d Arsparis
5 1982070302014115
01 Nur Alamsyah Indra, Amd. L -
Staf
Administrasi
6 1993021520180160 Djelita, S.S. P - Staf
52
01 Administrasi
Sumber Data : Unit Kearsipar Universitas Hasanuddin, 2018.
Berdasarkan data di atas, diketahui jumlah pegawai di Unit Kearsipan
Universitas Hasanuddi sampai tahun 2018 sebanyak 6 (enam) orang yang
terdiri dari 4 (empat) pegawai negeri sipil dan 2 (dua) tenaga honorer. Jika
dilihat dari segi usia pegawai yang berstatus PNS sudah berusia sekitar 51-
57 tahun dan pegawai honorer masih berusia produktif 24-35 tahun.
IV.2.2. Uraian Sasaran Kerja Pegawai di Unit Kearsipan Uniersitas
Hasanuddin
Uraian Tugas merupakan pedoman bagi arsiparis dalam
menjalankan/mengerjakan pekerjaannya agar tidak tumpang tindih dengan
pekerjaan dari pegawai lain sehingga beban kerja tidak belebihan. Uraian
Tugas juga merupakan aspek penilaian dari prestasi kerja bagi arsiparis.
Uraian Sasaran Kerja Kepala Unit Kerasipan Unhas
1. Membuat Program Kerja Unit Kearsipan
2. Menyusun norma, Standar, Prosedur dan Kriteria kearsipan yaitu
Pola Klasifikasi Arsip (draft).
3. Menyusun norma, Standar, Prosedur dan Kriteria kearsipan yaitu
Jadwal Retensi Arsip (draft)
4. Menyusun norma, Standar, Prosedur dan Kriteria kearsipan
Keamanan dan akses arsip dinamis (Konsep)
53
5. Melakukan bimbingan dan Konsultasi kearsipan dinamis dan statis.
6. Menyusun SOP kearsipan
7. melakukan Verivikasi DUPAK/SKP tenaga Arsiparis Unhas
8. Mengonsep surat keluat unit kerasipan Unhas.
9. Menilai Kinerja Pegawai pada unit kearsipan
10. menilai Arsip Statis
11. menilai arsip yang dimusnahkan
12. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Uraian sasaran kerja Arsiparis sebagai berikut :
a. Pengelolah Arsip Aktif
1. Melakukan entri data ke computer
2. Memberkaskan arsip aktif
3. Membuat daftar arsip aktif
4. Membuat daftar isi berkas arsip aktif
5. Melakukan layanan informasi arsip aktif
6. Perawatan arsip aktif
7. Membuat laporanan bulanan
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
b. Pengelolah Arsip Inaktif
1. Melakukan verivikasi arsip statis dan inaktif
2. Melakukan pelayanan informasi arsip inaktif
3. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria kearsipan.
54
4. Menilai Prestasi kerja arsiparis
5. Mengkoordinir penataan arsip statis
6. Membuat daftar arsip yang dmusnahkan
7. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
8. Memberkaskan arsip inaktif
9. Melakukan entri data
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan penelitian merupakan pemaparan data
yang telah didapatkan oleh peneliti berupa hasil wawancara dan
observasi. Adapun variabel acuan yang digunakan oleh peneliti adalah
merupakan teori dari Bernandian & Russel (Gomes, 2005) yang
menyatakan kriteria penilaian kinerja ditentukan oleh Quantity of work
(kuantitas Pekerjaan); Quality of work (kualitas Pekerjaan); Job knowledge
(Pengetahuan terhadap pekerjaan); Creativiness (Kreativitas);
Cooperation (kerjasama); Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan);
Initiative (inisiatif); Personal qualities (kualitas Pribadi).
V.1. Quantity of work (kuantitas Pekerjaan)
Kuantitas pekerjaan marupakan indikator yang dapat
menggabarkan jumlah kegiatan/pekerjakan yang dilakukan oleh pegawai
dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain kuantitas kerja
berhubungan dengan beban kerja pegawai yang dimana beban kerja
adalah banyaknya pekerjaan yang dikaitkan dengan jumlah waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai target dan seefektif
mungkin. Beban kerja yang diemban oleh pegawai telah ditentukan dalam
sasaran kerja, mengenai target dari banyaknya pekerjaan yang harsu
diselesaikan.
Setiap arsiparis harus memiliki target pekerjaan yang harus
diselesaikan, sebagai acuan dalam menilai kinerja arsiparis dan sebagai
53
acuan kenaikan pangkat oleh arsiparis. Berikut adalah sasaran kerja
arsiparis dalam mengelolah arsip inaktif/statif di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin :
54
Tabel 2. Sasaran Kinerja Arsiparis
Sumber: Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin
Berdsarkan tabel 2 mengenai sasaran kerja, arsiparis memiliki
target 4000 berkas dalam melakukan verifikasi arsip dalam jangka satu
tahun (12 bulan) dan pembuatan laporan bulanan sebanyak 12 kali.
Kinerja arsiparis berdasarkan kuantitas pekerjaan dapat diukur
berdasarkan sasaran kerja yang telah dientukan. Kinerja dapat dikatakan
baik secara kuantitas ketika arsiparis mampu mecapai target yang telah
ditentukan yaitu pengelolaan arsip statis sebanyak 3000-4000 berkas per
Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil (Arsiparis)
No. Kegiatan Kuantitas/
output Satuan kualitas Waktu
1 Memberkaskan Arsip
Inaktif 3500 Berkas 100 12 Bulan
2 Membuat daftar arsip
inaktif 3500 Berkas 100 12 Bulan
3 Melakukan penataan
arsip inaktif 3500 Berkas 100 12 Bulan
4 Mengkordinir penataan
arsip inaktif 12 Kali 100 12 Bulan
5 Membuat daftar arsip
statis 300 Berkas 100 12 Bulan
6 Membuat laporan
bulanan 12 Kali 100 12 Bulan
7 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang
diberikan oleh atasan 12 Kali 100 12 Bulan
8 Melakukan verifikasi
arsip statis 3500 Berkas 100 12 Bulan
9 Melakukan verivfikasi
arsip inaktif 4000 Berkas 100 12 Bulan
10 Melakukan pelayanan informasi arsip inaktif
30 Berkas 100 12 Bulan
11 Membuat daftar arsip yang di musnahkan
2500 Berkas 100 12 Bulan
55
tahun dan kegiatan-kegiatan yang telah di tentukan pada sasaran kerja.
Selain itu faktor penggunaan waktu juga mempengaruhi kinerja dari segi
kuantitas. Pegawai Universitas Hasanuddin memiliki 5 hari dengan jam
kerja pada hari senin s/d Kamis : Pukul 08.00 s/d 16.00 sedangkan pada
hari Jum‟at : 07.30 s/d 16.30.
Kuantitas pekerjaan arsiparis telah ditentukan pada Peraturan
Menteri Negara Pandayagunaan Aparatur Negara Nomor :
Per/3/M.Pan/3/2009 Tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan Angka
Kreditnya. Namun untuk memenuhi angka kredit sasaran kerja yang telah
harus disesuaikan dengan kondisi unit kerja.
Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terkait
beban kerja tenaga arsiparis di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin
terhadap arsiparis :
“Memuaskan, kadang sedikit kadang banyak. Kita menyelesaikan sesuai dengan target NPK (Nilai Prestasi Kerja), tidak bisa berlebihan tidak bisa kurang, artinya sedang-sedang. Beban kerja kan bisa kita atur. jadi saya itu disni berkeja sesuai tupoksi, yaitu mengelolah arsip aktif dan pemberkasan” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa, 02 Februari 2018 pukul 10.00 WITA).
Hal yang sama mengenai beban kerja yang sesuai dikemukakan
oleh pegawai honorner yang bertugas sebagai staf administrasi (informan
P.6) di unit kearsipan Universitas Hasanuddin, berikut hasil wawancaranya
:
“Kalau saya disni masih pegawai baru, mulai bekerja per januari. kalau beban kerja tidak terlalu, biasa saja. Kalau jam kerja sudah sesuai dari jam 7.30 sampai 16.00” (Wancara Informan P.6 pada hari Senin, 01 Februari 2018 13.00 WITA).
56
Namun hal ini menjadi berlawanan manakala peneliti
mewawancarai informan P.5 honorer yang memiliki pendapat yang
berbeda mengenai beban kerja pegawai :
“Jam kerja mulai jam 7.30, mengimput data arsip inaktif. Kalau mengenai beban kerja yah banyak, contohnya ini yang terakhir mengenai transkrip nilai dari semua fakultas diinput melalui komputer, kemudian diberikan nomor, terus dimasukkan ke dalam dos, kemudian saya juga yang angkat ke lemari. Tapi semenjak masuknya karyawan baru 1 orang yah, setidaknya meringankan sedikit, dan biasanya juga ada anak PKL yah lumayan membantu sedikitlah. Disini masih kurang pegawai, harusnya ditambah lagi pegawai yang muda-muda karena disini pegawainya sudah tua-tua” (Wawancara Informan P.5 hari Selasa 02 Februari 2018 pukul 15.00 WITA).
Hal yang sama dikemukakan oleh informan P.2, terkait kuantitas
kerja yang berhubungan dengan beban kerja arsiparis yang ada, berikut
petikan wawancaranya:
“Kalau disini, termasuk berlebihan beban kerja, tapi kita bekerja sesuai kemampuan saja. Kalau masalah pekerjaan memang banyak sekali, sedangkan kita disini cuman berapa orang tenaga, jadi kita bekerja sesuai dengan jam kerja saja. Kalau kami bekerja sesuai dengan jam kerja, kita mulai jam 7.30 sampai 16.00 senin sampai-kamis, kalau hari jumat pulang 16.30” (Wawancara pada hari Selasa, 02 Februari 2018 pukul 09.30).
Hal tersebut semakin diperkuat manakala peneliti mewawancarai
informan P.1 yang memiliki jabatan di unit kearsipan mengenai beban
kerja di unit kearsipan Universitas Hasanuddin berikut petikan
wawancaranya :
“iya sudah sesuai dengan standar kerja. Tapi sebenarnya lebih banyak pekerjaan yang dilakukan dibandingkan orangnya jadi kelebihan beban kerja sebenarnya pegawai disini. Dari jenis pekerjaan saja masih banyak yang belum terisi misalkan pengelolaan arsip statis audiovisual,
57
visual dan sebagainya. Itu belum ada disni, kemudian belum ada juga sdm yang dibagian dokumentasi jika ada kegiatan kampus seperti pemeilihan rektor dll, kan nantinya hasil dokumentasinya di arsipkan disimpan sebagai sejarah universitas. dan kami sudah mengusulkan ke pipinan Universitas” (Wawancara informan P.1, Selasa 02 Februari 11.00).
Selain informasi mengenai beban kerja dan jam kerja peneliti juga
menggali informasi mengenai kesesuaian jumlah pegawai di unit
kearsipan Universitas Hasanuddin. Berikut petikan wawancara :
“Persoalan sdm disni kita masih kurang, artinya belum maksimal antara pekerjaan dan tenaga, tidak seimbang. Kan seharusnya seperti di UGM itu, masing-masing punya ruangan. misalkan arsip aktif dikelolah oleh orang khusus berjumlah 3 orang yang terdiri dari kepala sub dengan anggota pengelolah. masing-masing punya bagian misalkan khusus arsip statis atau khusus arsip inaktif. sedangkan kalau kita disini mengerkjakan semuanya” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa, 02 Februari 2018 pukul 10.00 WITA).
Hal yang sama diutarakan oleh informan P.1 yang menyatakan di
unit kerasipan Unhas masih membutuhkan pegawai arsiparis. Berikut
adalah petikan wawancara yang dilakukan pada hari selasa, 02 Februari
2018 pukul 11.00 WITA:
“Jumlah pegwai disini belum mencukupi, karena jika dilihat dari volume arsip yang ada kita masih kekurangan tenaga. Jadi dampaknya kami sampai saat ini menunda menarik (akuisisi) arsip dari fakultas lagi karena pekerjaan yang dahulu masih berjalan belum selesai, sedangkan seharusnya kan proses penyerahan arsip ke unit kearsipan berjalan terus-menerus. Jadi proses akuisisi tidak berjalan dengan baik. dan susahnya pejabat disni belum memahami pentingnya arsip”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti menganalisa bahwa
pegawai sudah memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk bekerja yakni
mulai 7.30 sampai 16.00 secara baik dan standar pekerjaan telah berjalan
58
sebagaimana mestinya. Namun pegawai memiliki beban kerja yang belum
merata. Hal ini disebabkan karena jumlah pegawai belum sesuai dengan
volume pekerjaan (arsip) yang ada. Hal ini dikuatkan dengan hasil
observasi yang dilakukan peneliti yang menemukan masih banyaknya
arsip yang belum diolah, sehingga terjadi penumpukan arsip dan dampak
yang ditimbulkan yaitu tidak berjalannya akuisisi (penarikan) arsip dari
faklutas-fakultas dan unit-unit yang ada di universitas Hasanuddin.
Berikut rekapitulasi jumlah arsip Transkrip nilai mahasiswa
berdasarkan Fakultas yang telah terimput pada Unit Kearsipan Universitas
Hasanuddin 2016 s/d Januari 2018, yakni :
Tabel 3. Data jumlah Arsip Transkrip Nilai Mahasiswa berdasarkan
Fakultas Tahun 2016 s/d Januari 2018.
No Fakultas Jumlah Arsip Rentan waktu arsip
1 Sosial dan Ilmu Politik 461 1997-2001
2 Kesehatan Gigi 2778 1979-2010
3 Pertanian dan Kehutanan 7248 1988-2010
4 Ekonomi 8683 1995-2008
5 Kesehatan Masyarakat 3428 1996-2009
6 Ilmu Kelautan dan Perikanan 2020 1996-2009
7 Teknik 12916 1996-2015
8 Sastra 4327 1997-2011
9 Hukum 3813 1981-2010
10 Peternakan 1738 1990-2009
59
11 MIPA 347 1993-2015
Sumber Data : Unit Kearsipan Tahun 2018.
Berdasarkan tabel 3. Mengenai jumlah arsip transkrip nilai
mahasiswa yang telah di input pada unit kearsipan tahun 2016 s/d januari
2018 berjumlah 47759 arsip . Sedangkan untuk penanggung jawab
pengelolaan arsip statis hanya 2 arsiparis (Arsiparis terampil dan Arsiparis
Ahli) yang memiliki jabatan fungsional arsiparis yang berbeda dan dibantu
oleh 2 tenaga hononrer. Shingga yang melakukan verifikasi arsip hanya 1
arsiparis (Arsiparis Ahli) dan Pemberkasan dan pengimputan dilakukan
oleh arsiparis terampil dibantu tenaga hononer. Sehingga jika terhitung
sejak masuknya arsip di unit kearsipan yakni mulai tahun 2016 s/d tahun
2018 pegawai (1 arsiparis 2 tenaga honorer) seharusnya menyelesaikan
pemberkasan dan pengimputan sebanyak ± 5.000 berkas arsip pertahun,
sedangkan target yang ditentukan yaitu sebanyak 3.000-3.500 per tahun.
Arsip transkrip nilai ini didatangkan dari Bagian Akademik yang
ada direktorat secara karungan, sehigga masih tercampur dengan arsip
yang seharusnya musnah. Oleh karena itu tidak diketahui jumlah arsip
saat diserahkan kepada unit kearsipan, disamping itu arsiparis juga harus
memilah ulang arsip yang statis dan yang musnah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kuantitas kerja antara lain jam kerja,
volume kerja, beban kerja dan jumlah pegawai belum sesuai. Namun jika
dilihat dari penyelesaian kerja sesuai dengan sasaran kerja, kinerja
pegawai dari segi kuantitas sudah terpenuhi.
60
V.2. Quality of work (kualitas Pekerjaan)
Kualitas kerja merupakan salah satu indikator penentu kinerja
peagawai. Kualitas kerja dapat terlihat dari hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai. Kualitas kerja pegawai dapat dipengaruhi dari internal
pegawai maupun dari external pegawai itu sendiri. Faktor internal yang
dapat mempengaruhi kualitas kerja pegawai pendidikan atau penguasaan
pekerjaan dan faktor eksternal yaitu sarana prasarana dan target yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
Kualitas kerja arsiparis dapat dipengaruhi oleh target yang dituntut
untuk diselesaikan, diklat atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
pekerjaan, ketelitian dan kerapian arsiparis dalam mengelolah arsip, serta
sarana dan prasarana yang menunjang dalam pengelolaan arsip inaktif
atau statis (ruang peyimpanan arsip, rak arsip, box arsip dll) sehingga
arsip dapat dengan mudah di temukan ketika diperlukan.
Adapun kegiatan arsiparis dalam pengolahan arsip statis yang
teridir dari 1) akuisisi yakni penambahan khazanah asip statis dengan
menerima kemudian menilai arsip. 2) pengolahan yaitu penyimpinan arsip-
arsip statis sesuai dengan aturan, yakni pengelompokan arsip yang
sejenis kemudian di boxkan dan diberi penomoran/abjad dan disimpan
pada rank arsip. 3) Preservasi arsip yaitu perawatan arsip agar
informasinya tetap terjaga dengan merawat fisik arsip dengan terhindar
dari faktor-faktor perusak arsip seperti, rayap, kutu, suhu dan jamur. 4)
akses arsip yaitu penyediaan layanan bagi masyarakat kampus yang ingin
61
mencari arsipnya. Hal ini semua tentunya ditunjang dengan sarana-
prasarana yang sesuai agar penemuan kembali dapat secara efektif dan
efisien.
Berikut wawancara yang mengenai kualitas kerja pegawai terkait
dengan target dalam menyeleesiakan pekerjaan di unit kearsipan
Universitas Hasanuddin (Wawancara oleh informan P.4 pada hari Selasa,
02 Februari 2018, Pukul 13.00 WITA) :
“iya ada target dalam jangka satu tahun seperti, pekerjaan saya ini (mengimput arsip transkrip) dikerjakan dalam jangka satu tahun. kita atur pekerjaan perhari, Tapi kita sesuaikan dengan Target yang ada. Banyangkan saja dalam satu fakultas itu ada 7000 ada 8000 arsip transkrip sedangkan target yang telah dihitung adalah 3500 per tahun. dan kita tidak bisa juga mengambil target terlalu banyak, karena jika target tidak terpenuhi maka di SKP penilaiannya akan menurun”.
Senada dengan penyataan diatas, hasil wawancara dari informan
P.3 pada hasi Selasa, 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA sebagai
berikut :
“iya ada target, kan ada namanya NPK target satu tahun. Kalau tidak terpenuhi target maka penilaian prestasi kerja akan menurun”.
Sama halnya dengan hasil wawancara informan P.6 yang dilakukan
pada 01 Februari 02 2018, pukul 13.00 WITA :
“iya, ada. sekarang itu di Unhas ada sistemnya, namanya SKP. Ada
targetnya, perbulan itu ada dan pertahun”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pegawai di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin selalu dituntut
62
untuk menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan taerget yang telah
ditentukan di dalam sasaran kerja pegawai.
Selain itu peneliti menggali informasi mengenai upaya apa yang
dilakukan guna meningkatkan kualitas kerja pegawai. Berikut petikan
wawancara oleh informan P.4 pada hari Selasa, 02 Februari 2018. pukul
13.00 WITA :
“yah sudah cukup, tapikan setiap tahun ada perkembangan, seharusnya tiap tahun diperbaharui, kalau misal 1-2 kali saja kan bisa dilupa tpi kalau berkali-kali ikut pelatihan atau diklat kan diasah kembali pengetahuan kita”.
Hal yang sama dikemukakan oleh informan P.2 yang diwawancarai
pada hari selasa tanggal 02 Februari 2018 pukul 09.00 WITA :
“Saya pernah ikut diklat di bogor 2 kali, pelatihan arsiparis dan angka kredit, pernah juga ikut pelatihan di Unhas maupun di bogor. Kalau diklat yagn pernah diikuti semestinya belum cukup, karena kan pengarsipan ini terus berkembang selalu ada hal yang baru, semestinya kalau ada perkembangan-perkembangan dipusat kita juga diikutkan, tapi sekarang kan ganti-gantian, bukan kita sendiri, teman-teman juga”.
Pentingnya diklat untuk pegawai dikemukakan juga oleh informan
P.1 yang diwawancarai pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00
WITA :
“Seharusnya sering dilakukan diklat, kan ilmu itu selalu berkembang. Dan arsip sekrang ini juga ikut berkembang. Saat ini sudah era teknologi dan pengelolaan arsip juga masuk kerana itu. Disamping itu diklat juga dibutuhkan untuk memberikan semangat kerja. makanya diklat itu diperlukan secara berkelanjutan dan perkembangan. tapi pegawai disini juga kurang keinginan untuk mengikuti diklat. Karena kita disini semua kan impasing bukan ijazah kearsipan makanya kita harusnya perbanyak diklat. Terkadang kita ingin kirim orang untuk diklat tetapi tdak diikutkan, ada yang ingin dan ada yang tidak ingin mengikuti diklat”.
63
Berdasarkan wawncara diatas dapat disimpulkan bahwa diklat
dibutuhkan pegawai guna meningkatkan kualitas kerjanya, disamping itu
diklat haruslah berkelanjutan seiring perkembangan baik dari teknologi
maupun kebijakan. Namun kenyataan yang terjadi di unit kearsipan bahwa
tidak semua pegawai yang ingin mengikuti diklat yang berarti
mengakitbatkan tidak meningkatnya kualitas pegawai menegnai pekerjaan
yang diemban.
Adapun kendala yang dihadapi oleh arsiparis di unit kearsipan
Universitas Hasanuddin yang adapat mempengaruhi kualitas kerja adalah
terkait sarana dana prasarana yang masih kurang lengkap. Berikut petikan
wawancara informan P.3 (Sleasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA) :
“Dari segi srana-prasarana, seharusnya kita sudah ingin menata rapi arsip, tapi sarananya masih kurang, seperti lemari. Kan itu arsip di dalam masih berhamburan boxnya. Kita sudah ajukan kepimpinan rektorat tapi belum terealisasi. Ini kendalanya kita ingin menata arsip dengan baik tapi ternyata fasilitas belum ada jadi kualitas nya juga seadanya”.
Hal yang senada juga dikemukakan oleh informaan P.4 yang
diwawancarai pada hari Selasa 02 Februari 2018 pukul 13.00 WITA,
berikut petikan wawancaranya :
“Yah sarana-prasarana seperti rak arsip yang sudah penuh, sedangkan arsip terus bertambah jadi box arsip di tumpuk dilantai karena tidak memiliki tempat dirak arsip lagi. Jadi sasarannya nanti kalau kita mencari arsip akan kwalahan karena box arsip yang tidak teratur. sedangkan kita sudah meminta untuk diadakan tapi belum ada”.
64
Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kualitas pegawai di
perkuat oleh informan P.1 yang diwawancarai pada hari Selasa 02
Februari 2018, pukul 11.00 WITA, berikut perikan wawancaranya :
“Sebagian ada pegawai yang teliti dan rapi, namun kan tipe orang kan berbeda-beda, tapi secara keseluruhan ya pegawai teliti dan rapi. Namun kendalanya lagi yaitu saran-prasarana harus ada dukungan pimpinan universitas, mengenai sarana prasarana dan bagaimana mencipkan ruangan yang memenuhi standar. Pimpinan harus tau itu. Sedangkan kami sudah sejak tahun 2017 mengusulkan rak tapi belum ada sampai sekarang”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kendala-kendala yang mempengaruhi kualitas kerja pegawai yaitu
sarana dan prasarana yang mendukung hasil kerja arsiparis dan disisi lain
kurangnya perhatian pimpinan Universitas terhadap arsip Universitas
Hasanuddin membuat pengelolaan arsip di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin berjalan lambat.
Tenaga arsiparis di Unit Kearsipan telah memiliki dan mampu
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan target dan secara umum tenaga
arsiparis teliti dan rapi dalam bekerja. Namun hal itu tidak ditunjang
dengan sarana prasarana yang ada seperti masih kurangnya rak arsip
dan ruang penyimpnan arsip yang sudah hampir penuh. Sedangkan hasil
dari pekerjaan seorang arsiparis akan menghasilkan kumpulan-kumpulan
arsip yang disatukan dalam box arsip yang tentunya akan mebutuhkan
rak arsip dan ruangan pemyimpanan serta sarana prasarana lain yang
memadai agar arsip tidak mudah rusak atau hilang. Sejalan dengan hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan arsip-arsip yang berada
65
di Unit kearsipan di ruang penyimpanan arsip statis, arsip yang telah
berada di dalam box hanya diimpan tertumpuk di lantai ruang
penyimpanan arsip. Sedangkan arsip yang telah berada di dalam box
arsip seharusnya disimpan di rak arsip dan diurutkan berdasarkan nomor
dan klasifikasi arsip yang telah tertera di depan box arsip. Hal ini berguna
agar dalam proses penemuan kembali arsip, mudah untuk ditemukan dan
tidak mudah rusak karena kelembaban lantai atau faktor perusak lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas kerja arsiparis di Unit Kearsipan
Universitas Hasanuddin masih kurang baik.
V.3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan)
Pengetahuan terhadap pekerjaan merupakan hal paling mendasar
yang wajib diketahui oleh seorang pegawai untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang baik dan sesuai. Pengetahuan sorang pegawai dapat
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Kesesuaian pendidikan yang
ditempuh dengan pekerjaan yang dijalankan akan memberikan hasil kerja
yang lebih optimal. Dalam dunia kearsipan, pengangkatan seseorang
manjadi arsiparis ada dengan dua cara yakni pengangkatan berdasarkan
kesesuaian latar belakang pendidikan terakhir sepeeri Diploma III
kearsipan atau Sarjana Kearsipan. Kedua yaitu dengan cara pelatihan
atau diklat, yakni pegawai yang telah berkerja disuatu organisasi/kantor
dapat menjabat menjadi arsiparis ketika telah mengikuti diklat mengenai
kearsipan atau sertifikasi kearsipan meskipun latar belakang pendidikan
bukan dari kearsipan (inpassing).
66
Selain dari pendidikan pengetahuan terhadap pekerjaan di
pengaruhi oleh pengetahuan mengenai tanggungjawab dan tugas pokok
dan fungsi pegawai. Seorang arsiparis yang berada di unit kearsipan
betanggungjawab melakukan akuisisi arsip statis, pengolahan arsip statis,
preservasi arsip statis dan pelayanan akses arsip statis. Dalam
menjalankan keempat le=kegiatan tersebut masing-masing arsiparis
memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang tertera pada sasaran kerja,
yang merupakan acuan keberhasilan atau tercapainya tingkat
pengetahuan yang baik oleh arsiparis.
Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai latar
belakang pendidikan :
“kalau saya latar belakangnya S1 Administrasi Negara, sebetulnya pekerjaan dan latarbelakang pendidikan belum sesuai, kan disini kita mengerjakan arsip sedangkan jurusan yang diambil Administrasi Negara. Kita juga hanya ditunjuk oleh pimpinan Universitas untuk berkeja di bidang kearsipan. tapi kan ada pelatihan sebelumnya kita dapatkan” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Hal yang sama dikemukanan oleh salah satu arsiparis mengenai
latar belakang pendidikan :
“Saya dulu tamatan SMA dan diangkat disni tahun 1988 sebagai staf biasa dan masuk diangkat menjadi arsiparis tahun 2007” (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
Hal yang sama dipertegas oleh salah satu informan mengenai latar
belakang pendidikan seorang arsiparis :
“Kalau berbicara pendidikan yah mungkin belum sesuai. Tapi kan kalau di kearsipan itu bukan pendidikan yang utama, tetapi jabatan. Kalau
67
jabatan ada yang tidak tepat. Misalkan ada teman saya arsiparis muda tetapi masih mengelolah arsip aktif, sedangkan itu sudah bukan ranahnya. jadi kita selalu dianjurkan untuk bekerja sesuai jabatnya yang diatur di permenpan” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti menganalisa
bahwa pegawai di unit kearsipan belum ada yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan.
Selain latar belakang pendidikan peneliti juga menggali mengenai
pengetahuan dan tupoksi pegawai mengenai pekerjaannya. Berikut
petikan wawancaranya :
“sampai saat ini dipahami, karena pekerjaan kita itu saja yang berulang seperti mengimput arsip inaktif. Itu saya lakukan dari pertama menjadi pegawai disini. Yang harus ditau juga mengenai arsip statis namun belum menuju kesana” (Wawancara informan P.5 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 15.00 WITA).
Hal yang sama dikemukakan oleh tenaga arsiparis lain yang
mengatakan pegawai sudah memahami pekerjaannya dan sesuai dengan
tupoksi. Berikut hasil wawancaranya
“Taulah, karena setiap hari berulang-ulang. Jika misalkan ada pegawai yang mengerjakan bukan tupoksinya, kan diuraian tugas ada yang namanya pekerjaan yang lain yang diberikan pimpinan. Jika dia tidak ada pekerjaan maka dia mengerjakan pekerjaan arsip, dan itu masuk kategori pekerjaan lain-lain dengan persetujuan pimpinan. tupoksi masing-masing ada tetapi jika ada pekerjaan yang urgent maka itu yang kita kerjakan terlebih dahulu karena di uraian tugas ada yang namanya "Pekerjaan yang lain-lain" (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018 pukul 11.00 WITA).
68
Senada dengan pernyataan diatas, saat peneliti menanyakan
kesesuaian pekerjaan dengan tugas pokok dan fungsi. Berikut petikan
wawancaranya :
“iya sudah sesuai, kecuali ada seruan dari atasan yah itu kita kerjakan” (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, Pukul 13.00 WITA).
“Iya, sudah sesuai dengan tupoksi, kecuali kalau ada pekerjaan lain, tapi itupun harus ada perintah dari pimpinan. saya kan di bagian arsip aktif dan pemberkasan, jadi saya mengelolah arsip yang masih sering diibutuhkan oleh pimpinan. Arsip yang di ambil dari rektorat kemudian kita pilah, sesuai dengan pokok masalahnya, kemudian kita entri” ( Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Menurut salah satu informan bahwa pekerjaan sesuai dengan
tupoksi da nada juga tugas tambahan yang dapat dijadikan penilaian
tambahan di Sasaran kerja pegawai. Berikut Petikan wawancranya :
“sebenarnya kita tangani semua arsip inaktif, tapi disini tidak ada pembagian sub bidang seperti di ANRI satu orang memiliki tugas khusus, tapi kalau disini tidak, kan kita disini hanya beberapa orang saja, jadi kita yang input, kita yang simpan, kita yang berkaskan, kalau ada pengunjung kita juga yang layani. jadi seandainya seperti yang di ANRI yang memiliki fokus tugas misalnya ada orang khusus untuk menyimpan arsip, tpi disini semuanya dikerja, karena masih kurang tenaganya. seharusnya ada yang khusus mengimput, ada yang khusus menyimpan dll. jadi siapa yang kurang pekerjaannya biasa dia yang layani orang yang cari arsipnya, ganti-gantian dengan pegwai lainnya” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai tupoksi, diketahui
bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh arsiparis yang ada di unit kearsipan
Universitas Hasanuddin sudah sesuai dengan tupoksi yang ada. Namun
karena masih kurangnya tenaga arsiparis yang ada di unit kearsipan,
69
sehingga pegawai dituntut untuk mengerjakan selain tupoksinya, hal ini
juga dikarenakan belum terbentuknya sub-sub di unit kearsipan.
Berdasarkan Latar pendidikan tenaga arsiparsi yang bekerja di unit
kearsipan Universitas Hasanuddin, belum ada tenaga yang memiliki latar
belakang pendidikan kerasipan. Arsiparis yang ada di unit kerasipan
Universitas Hasanuddin merupakan pegawai negeri sipil dari jabatan lain
yang kemudian diangkat sebagai arsiparis. Hal ini sesuai dengan UU No.
43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, yang menyebutkan bahwa arsiparis
adalah seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan dan pelatihan
kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung jawab
melaksanakan kegiatan kearsipan. Sehingga pengangkatan tenaga
arsiparis tidak harus berdasarkan latar belakang pendidikan. Berdasarkan
Kepmempan No. 3 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Arsiparis
menyebutkan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke
dalam jabatan Arsiparis dapat dipertimbangkan dengan ketentuan
memiliki pengalaman di bidang kearsipan selama 2 tahun dan telah
mengikuti dan lulus diklat pengangkatan dalam jabatan fungsional
arsiparis.
Adapun pekerjaan yang dikerjakan oleh arsiparis di unit kearsipan
Universitas Hasanuddin sudah sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Karena meskipun tenaga arsiparis yang mengerjakan bukan tupoksinya
namun pekerjaan tersebut merupakan tugas tambahan yang telah diatur
70
dalam uraian tugas yaitu kategori pekerjaan yang lain-lain dan merupakan
penilaian tamabahn dalam SKP (sasaran kinerja pegawai). Hal ini
mengingat jumlah pegawai yang masih kurang, sehingga pimpinan
menerapkan hal yang demikian. Sehingga dapat disimpulkan
pengetahuan arsiparis terhadap pekerjaan sudah baik.
V.4. Creativiness (Kreativitas) Kreativitas merupakan keaslian gagasan-gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tidakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang ada. Kreativitas biasanya merupakan pengembangan atas
pemecahan masalah dan menjadi soulusi dari pemasalahan atau
pekerjaan yang telah berjalan. Penyampaian ide atau gagasan biasanya
terjadi didalam forum diskusi atau rapat, namun tidak menutup
kemungkinan gagasan atau ide timbul saat bekerja.
Kreativitas arsiparis dapat tergambarkan bilamana seorang
arsiparis sering memberikan ide atau gagasan dalam hal pekerjaan serta
adanya ruang/ kesempatan yang diberikan oleh pimpinan untuk
menyalurkan/menyampaikan gagasan oleh arsiparis.
Berikut adalah hasil wawancara mengenai kreativitas pegawai di
unitkearsipan Universitas Hasanuddin :
“iaa selalu kita adakan diskusi atau tukar fikiran. Biasanya itu mengenai penanggulangan untuk sementara arsip-arsip yang ada, sedangkan sarana dan prasana seperti rak belum ada, itu kita diskusikan. Kalau saran kita dinilai bagus yah itu yang diikuti” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
71
Arsiparis lain juga mengumkapkan bahwa pemyampaian gagasan
atau ide biasa dilakukan kepada pimpinan. Berikut petikan wawancaranya
:
iya, biasanya memberikan saran misalkan pengkodean yang seharusnya. Kalau misal masuk akal saran yang kita sampaikan pimpinan juga terima” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Kemudian terungkap bahwa pegawai di unit kearsipan sangat
jarang melakukan rapat antar pegawai di unit kearsipan dengan pimpinan.
Berikut petikan wawancaranya :
“Kalau gagasan ide biasa saja , sebenarnya kita tidak pernah rapat internal disini. Namun jika ada keluhan atau permasalahan kita sampaikan ke pimpinan. Pimpinan juga terbuka untuk menerima saran dari pegawai.” (Wawancara informan P.5 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 15.00 WITA).
“Ibu selalu bilang "kita ini sama, hanya kebetulan saya terangkat sebagai pimpinan”, tapi siapa yang pendapatnya dinilai benar dan bagus pimpinan akan terima masukan kita” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dalam penyampaian ide dan
gagasan hanya disampaikan ketika ada permasalahan yang menghambat
pekerjaan dan pimpinan selalu terbuka untuk menerima ide dan gagasan
dari pegawai.
Salah satu informan mengungkapkan bahwa penyampaian ide dan
gagasan dipengaruhi oleh faktor usia dan rata-rata pegawai yang ada di
unit kearsipan memasuki usia lanjut, sehingga ide dan gagasan pegawai
hanya sewaktu-waktu. Berikut perikan wawancaranya :
72
“Tidak selalu, tapi kadang-kadang iya ada. yah berjalan begitu saja. Biasanya itu orang-orang muda yang memiliki banyak ide” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
Dari wawancara diatas dapat terlihat bahwa penyampaian ide dan
gagasan berjalan lambat hal ini dikarenakan rata-rata usia pegawai yang
sudah memasuki usia lanjut. Selain itu kurangnya kuantitas rapat yang
dilakukan, hal ini diindikasikan karena jumlah pegawai yang hanya 6
(enam) orang dan tata ruang yang memungkinkan para pegawai dapat
berkomunikasi satu sama lain dari meja kerjanya sendiri. Sehingga dirasa
tidak perlu dilakukan rapat. Namun disisi lain komunikasi antar pegawai
dan pimpinan berjalan dengan baik. Penyelesaian dan penyampaian
masalah-masalah yang dihadapi oleh pegawai terselesaikan tanpa harus
melakukan rapat, namun hanya dengan komunikasi antar personal
(pegawai dan pimpinan, pegawai dan pegawai).
V.5. Cooperation (Kerjasama) Manusia merukapan mahkluk yang tidak bisa hidup dengan
mengandalkan dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan manusia memiliki sifat
dasar sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya. Oleh karena itu setiap manusia membutuhkan bantuan dari
manusia lainnya, sehingga terjalin kerjasama anatar individu atau
kelompok. Kerjasama dalam dunia kerja berarti pegawai saling membantu
dalam hal pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Kerjasama antar pegawai di suatu organisasi/kantor
bermanfaat guna menumbuhkan semangat persatuan dan mempermudah
73
pekerjaan sehingga dapat terselesaikan dengan cepat. Berikut petikan
wawancara mengenai kerjasama yang terjalin di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin, berikut petikan wawancaranya :
“Kalau masalah kerja sama teman-teman disini cukuplah, bagus. Misalkan kita terlambat selesai kita juga dibantu, ataukah kita tidak masuk. kita tidak beranggapan kalau pekerjaanmu yah pekerjaanmu saja. kalau kebetulan kita tidak masuk atau ada hal lain sedangkan dia (pegawai) telah menyelesaikan pekerjaannya maka dia juga membantu kita, dan kita juga begitu. kita disni seperti saudara, mungkin karena sedikit” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Sejalan dengan wawancara diatas, tenaga arsiparis lain
menyatakan mengenai kerjasama berjalan dengan baik antar sesama
pegawai di unit kearsipan Universitas Hasanuddin, berikut perikan
wawancaranya :
“Iya bagus, saling membantu, kita bekerja bersama. Misalkan perawatan arsip itu biasanya diberikan kapur barus, siapa yang luang waktunya dia biasa yang memberikan kapurbarus di dalam ruang penyimpanan arsip. Kalau ada pekerjaan-pekerjaan mendesak kita kerja sama semua tidak ada yang bilang "ini tugasnya pak ini, jadi tidak dikerjakan" tidak ada yang begitu, kita kerjasama” (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
“Sudah bagus, tinggal bajunya seragamnya yang kurang. Artinya kita disini saling membantu satu sama lain dan kompak” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Selain itu Kepala unit kearsipan Universitas Hasanuddin
memperkuat pernyataan mengenai kerjasama yang tercipta antar pegawai
sudah baik. Berikut petikan wawancaranya :
“Kerjasama tetap ada. tidak ada kata-kata "ini bukan tugas saya" kan itu wujud nya kerjasama” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
74
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menganalisa
bahwa kerja sama antar pegawai sudah berjalan dengan baik. Karena
pegawai tidak pernah beranggapan bahwa pekrjaan yang dikerjakan
hanya pekerjaan yang sesuai dengan porsi/tupoksinya saja. Hal ini juga
terlihat berdsarkan hasil obeservasi, yang menemukan terlihat suasana
kekeluargaan dalam unit kearsipan tersebut. Selain itu pimpinan juga
berperan dalam merangkul pegawai untuk bekerjasama. Hal tersebut
tercermin berdasarkan uraian pekerjaan masing-masing pegawai yang
dimana uraian tugas terakhir yaitu melaksanakan tugas kedinasan lain
yang diberikan oleh pimpinan. Sehingga ketika ada pekerjaan yang
urgen/mendesak pegawai bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
tersebut. Hal yang lain berdasarkan analisa kerjasama berjalan dengan
baik karena jumlah pegawai yang sedikit dan volume kerja yang banyak,
sehingga secara tidak langsung pegawai saling membutuhkan bantuan.
V.6. Dependability (Keteguhan dalam pekerjaan)
Keteguhan dalam pekerjaan berkaitan dengan kesadaran pegawai
terhadap tanggungjawab pekerjaannya dan penyelesaian kerjanya serta
kedisiplinan pegawai. Seorang pegawai dituntut untu bertanggungjawab
terhadap tugas yang diembannya karena akan mempengaruhi pencapaian
tujuan dari orgasniasi. Kedisiplinan (Kehadiran) pegawai juga dapat
membantu organisasi dalam pencapaian tujuan.
Berikut hasil wawancara mengenai kedisiplinan arsiparis yang ada
di unit kearsipan Universitas Hasanuddin :
75
“iya lumayan, kita itu ceklok dan tanda tangan manual” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Selain itu pegwai arsiparis lain mengatakan bahwa kehadiran dapat
berpengaruh terhadap upah yang akan di peroleh. Berikut petikan
wawancaranya:
“ya baik, semua sama disini rajin-rajin pegawainya. Karena jika kita terlambat maka gaji kita juga akan berkurang”. (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
Hal yang senada diungkapkan oleh kepala unit kearsipan
Universitas Hasanuddin, yang bependapat bahwa kehadiran akan
mempengaruhi penilaian kinerja pegawai. Berikut petikan wawancaranya :
“Kehadiran harus. Karena itu terkait dengan kinerja kita. Yah bagus kehdiran pegawai disni. Tapi ada satu yang sering terlambat” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
Kemudian peneliti menggali infomasi mengenai sanksi yang
diberikan kepada pegawai yang tidak disiplin, hal ini terkait dengan upaya
meningkatkan kedisiplinan pegawai yang ada di unit kearsipan Universitas
Hasanuddin. Berikut petikan wawancaranya :
“Ada perhitungan kerja, yang dihitung sesuai dengan absennya. Dan pimpinan yang punya wewenang mengenai hal itu. Jadi biasanya nilai kinerja yang berkurang. biasanya dilakukan pemanggilan langsung secara lisan kepada pegawai, dan dibeikan arahan untuk memperbaiki kedisiplinan” (Wawancara informan P.5 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 15.00 WITA).
“Biasanya dipanggil secara lisan atau tertulis kemudia diberikan pengarahan” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10,00 WITA).
76
Pegawai yang kurang disiplin diasanya dipanggil secara lisan oleh
pimpinan dan sanksi yang diberikan terikait dengan upah yang dikurangi
sesuai dengan jumlah kedisiplinan. Ini diperkuat oleh kepala unit
kearsipan Universitas Hasanudduin sebagai berikut :
“Ditegur dan nilai prestasi kerja kan saya yang tentukan. Jika ada pegawai yang terlambat maka penilaian kinerjanya akan menurun yang berefek nilai prestasi kerja. Dan itu transparan. Dan itu akan berpengaruh kepada penghasilan. Makanya disini sudah jarang orang malas-malasan terlambat. karena terlambat semenit saja sudah menurun penilaian” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
Selain dari kedisiplinan faktor yang lain untuk melihat keteguhan
bekerja sorang pegawai yakni tanggungjawab terhadap pekerjaannya.
Secara umum tanggungjawab tehadap pekerjaan pegawai di unit
kearsipan Universitas Hasanuddin sudah baik. Hal ini berdsarakan hasil
wawancara dilakukan oleh peneliti. Berikut hasil wawancaranya :
“Kita disini, apa yang dikatakan pimpinan kita ikuti. Kalau misal kita sedang bekerja sedangkan ada teman yang datang minta tolong untuk dibantu, kalau pekerjaan kita tidak mendesak bisa kita bantu, tapi kalau yang di bantu juga tidak mendesak yah kita kerja dulu pekerjaan kita, disesuaikanlah yang mana prioritas atau yang mana mendesak” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Hal yang senada dikemukakan oleh salah satu tenaga arsiparis
mengenai tanggungjawab :
“Iya bertanggugjawab, misalkan kalau ada teman meminta bantuan sedangkan saya juga ada pekerjaan, kita liat kondisinya yang mana lebih penting yang tidak bisa ditunda itu yang kita kerjakan terlebih dahulu (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
77
“Kita harus selesaikan pekerjaan kita, jika ada teman meminta bantuan maka kita lihat yang mana prioritas dan mendesak” (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dianalisa bahwa setiap
pegawai bertanggunjawab dengan pekerjaan masing-masing adapun
pekerjaan yang lain di luar dari tupoksi pegawai tersebut, dikerjakan ketika
pekerjaan lain tersebut pekerjaan yang penting dan mendesak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan dan tanggungjawab
arsiparis terhadap pekerjaan sudah baik dan adapun upaya yang
dilakukan pimpinan dalam meningkatkan kedisiplinan tenaga arsiparis
yaitu dengan melakukan teguran terhadap pegawai yang kurang disiplin
dan transaparansi Nilai Prestasi Kerja yang berdampak pada gaji
arsiparis.
V.7. Initiative (inisiatif) Selama melaksanakan pekerjaan seorang pegawai tentunya selalu
punya cara untuk menyelesaikan pekerjaan baik secara kuantitas yakni
dengan disiplin waktu dalam menyelesaikan tugas sesuai target dan
tanggungjawab tanpa harus menunggu perintah maupun dapat
memberikan solusi atas permasalah yang dihadapi. Semangat untuk
melaksanakan tugas-tugas baru seharusnya dimiliki setiap pegawai untuk
menunjang penilaian kinerjanya. Biasa pegawai yanag memiliki inisiatif
yang tinggi mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sehingga
pekerjaannya tidak menumpuk. Berikut adalah hasil wawancara mengenai
inisiatif pegawai di unit kearsipan Universitas Hasanuddin :
78
“Kita perhatikan pekerjaan dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan, disamping itu misal pekerjaan bisa selesai sebelum waktunya yah kita kerjakan” (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
“Kalau misalkan kita sehat dan bugar, tidak sakit kita usahakan untuk bekerja sampai selesai” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Arsiparis lain juga mengatakan bahwa dalam inisiatif dalam bekerja
dengan tidak menunda-nunda pekerjaan yang telah ditugaskan. Berikut
petikan wawancaranya :
“Kalau persoalan pekerjaan disini tidak pernah ada habisnya, tapi kita tetap berusaha menyelesaikan, tidak pernah berkata bahwa “ini besok saja dikerjakan" (menunda), yang penting kerja terus sampai pulang. Kalau ditunda lagi, maka makin banyak pekerjaan nantinya. kalau misal masih ada beberapa jam lagi sebelum pulang, yah kita kerja terus sampai jam pulang, bahkan kita biasanya terlambat 3-5 menit untuk ceklok pulang” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Berdsarkan hasil wawncara di atas, peneliti dapat menganalisa
bahwa pegawai di unit kearsipan bertanggungjawab terhadap
pekerjaannya dan selalu berinisiatif untuk menyelesaiakn pekerjaan
secara cepat.
Selain itu peneliti juga menayakan bagaimana jika pimpinan tidak
sedang berada dikantor. Berikut hasil wawancara arsiparis yang
menyatakan bahwa pekerjaan harus dikerjakan meskipun pimpinan tidak
berada di kantor karena merupakan tanggungjawab setiap pegawai :
“Tetap bekerja, tidak ada bedanya kalau ada pimpinan dan tidak ada pimpinan kita tetap bekerja. Intinya kita benar-benar bekerja ikhlas. Pimpinan juga percaya sama kita, walaupun ditingalkan, pekerjaan juga
79
selesai. Misalkan pimpinan keluar sedangkan pekerjaan kita tidak selesai pimpinan bakal tidak percaya lagi sama pegawai (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
seperti biasa, tidak ada beedanya (Wawancara informan P.4 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 13.00 WITA).
“Kita tetap bekerja seperti biasa, tanpa ada pimpinan atau ada pimpinan kita tetap kerja” (Wawancara infroman P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 10.00 WITA).
Berdasarakan hasil wawancara diatas peneliti dapat menganalisa
bahwa peagwai dalam bekerja tidak terpengaruh dengan keberadaan
pimpinan. Kepercayaan dan tanggungjawab arsiparis dinilai sudah baik.
Inisiatif arsiparis dalam melaksanakan pekerjaannya dinilai sudah
baik. Tercermin dari rasa tanggungjawab yang besar terhadap pekerjaan.
Sehingga menimbulkan kepercayaan pimpinan kepada pegawai dalam
menjalankan tugasnya. Tugas arsiparis yang berada di unit kearsipan
merupakan tugas yang berulang sehingga arsiparis paham mengenai
tanggungjawab yang diberikan.
V.8. Personal qualities (kualitas Pribadi) Kualitas pribadi merupkan faktor yang timbul dari masing-masing
individu. Kualitas pribadi yang dimaksud mengenai kepribadian yaitu
kemauan arsiparis untuk mengerjakan pekerjaannya dan keramahan
dalam melakukan pelayanan, kepemimpinan yaitu pola kepemimpinan
yang diterapkan di suatu oragnisasi/instansi yang dapat mempengaruhi
hubungan kerja dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan dan
80
integritas pribadi yaitu kejujuran dan tanggung jawab dalam bekerja.
Berikut hasil wawancara mengenai kualitas pegawai terkait dengan
kepemimpinan di unit kearsipan Universitas Hasanuddin :
“Bagus, pimpinan selalu terbuka dengan pegawai-pegawai disini. Mau menerima masukan dari kami. Kalau pimpinan melihat kita kesulitan, pimpinan juga turuntangan ikut membantu kita” (Wawancara informan P.2 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 09.00 WITA).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, arsiparis lain juga
mengemukakan bahwa pola kepemimpinan yang diterapkan diunit
kearsipan yaitu pola kekeluargaan. Berikut petikan wawancaranya :
“Bagus, selalu mengarahkan dan terbuka. Jadi kita juga merasa nyaman” (Wawancara informan P.3 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pada pukul 10.00 WITA).
“Komunikasi yang baik, musyawarah mufakat. Jadi itu yang diluar adalah mitra kerja saya. Semua diselesaikan dengan diskusi dalam masalah apapun” (Wawancara informan P.1 pada hari Selasa 02 Februari 2018, pukul 11.00 WITA).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pola
kepemimpinan yang ada di unit kearsipan Universitas Hasanuddin
berjalan dengan baik dengan menggunakan pola kepemimpinan
kekeluargaan atau demokrasi. Tidak adanya sekat antara pimpinan dan
pegawai membuat penyelesaian pekerjaan lebih mudah, karena
keterbukaan pimpinan untuk menerima saran dan dapat bekerjasama
dalam menyelesaian permasalahan yang ada di unit kearsipan. Pimpinan
juga memberikan kepercayaan kepada bawahan, sehingga arsiparis
bertanggungjawab atas setiap pekerjaan yang dilakukan. Sistem
81
kepemimpinan seperti ini memudahkan penyelesaian masalah secara
berasama-sama.
Berdasarkan hasil observasi, selama peneliti melakukan penelitian
kurang lebih satu minggu, peneliti tidak menemukan adanya
kunjungan/orang yang mencari arsip di unit kerasipan Universitas
Hasanuddin. Namun berdasarkan pengalaman yang dirasakan langsung
oleh peneliti. Dapat terlihat keramahtamahan dari pelayanan yang
diberikan oleh arsipari/pegawai yang ada di unit kearsipan. Ini terbukti
ketika peneliti pertamakali datang ke unit kearsipan dan direspon baik dan
cepat oleh arsiparis yang ada mengenai keperluan dari peneliti.
Adapun permasalahan yang terjadi di unit kearsipan mengenai
perhatian pimpinan Universitas terhadap pengelolaan arsip di lingkup
Unhas belum baik. Hal ini karena disebabkan pihak pimpinan universitas
belum mengetahui manfaat sebenarnya dari pengelolaan arsip dan masih
kurangnya sadar arsip dilingkup pimpinan Universitas. Pengelolaan arsip
akan berjalan dengan baik manakala pimpinan memperhatikan arsip mulai
dari saat penciptaan. Karena akar permasalahan yang ada mengenai
pengelolaan arsip yakni masih kurangnya arsiparis-arsiparis yang di
tempatkan di setap unit/fakultas. Sehingga arsip yang diserahkan ke unit
kearsipan masih dalam karungan dan ini yang mebuat siklus pengelolaan
arsip berjalan dengan lambat.
82
83
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja arsiparis di unit
kearsipan Universitas Hasanuddin maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kuantitas Kerja. Jika di tinjau dari sasaran kerja arsiparis
mampu menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan target.
Namun dari segi volume pekerjaan belum sesuai dengan jumlah
pegawai yang ada dan beban kerja arsiparis belum merata.
2. Kualitas Kerja. Secara umum tenaga arsiparis mampu
menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang ditentukan dengan
teliti dan rapi. Namun kurangnya sarana-prasarana yang
memadai sehingga menghambat proses pekerjaan
terselesaikan dengan baik.
3. Job knowledge (Pengetahuan terhadap pekerjaan).
Berdasarkan latar belakang pendidikan tenaga arsiparis yang
ada di unit kearsipan belum sesuai. Namun wajar ketika hal
tersebut terjadi, karena telah diatur di dalam Undang-Undang
No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan bahwa pengangkatan
tenaga arsiparis dapat melalui pendidikan formal dan informal.
Pengetahuan arsiparis mengenai tugas pokok dan fungsinya
sudah baik, namun arsiparis masih sering mengerjakan tugas
84
diluar tupoksinya yang dikarekan kurangnya tenaga arsiparis,
sehingga arsiparis di unit kearsipan saling membantu.
4. Kreativiness (Kreativitas). Pemberian ide dan gagasan-gagasan
oleh arsiparis terhadap penyelesaian pekerjaan dinilai masih
kurang. Hal ini dikarenakan kecenderungan tenaga arsiparis
hanya mengerjakan pekerjaan yang berulang sehingga
penyelesaian kerja yang kurang memerulukan sesuatu metode
yang baru dan melaksanakan pekerjaan sesuai perintah
pimpinan. Namun dalam hal komunikasi antara pimpinan dan
bawahan berjalan dengan baik.
5. Cooperation (Kerjasama). Kerjasama antara pegawai telah
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan jumlah pegawai yang
sedikit, sehingga pegawai membutuhkan satusama lain
sehingga terjalin kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan.
Selain itu kebijakan yang diterapkan oleh pimpinan memberikan
dorongan kepada arsiparis untuk saling bekerjasama.
6. Dependability (keteguhan dalam bekerja). Secara umum
tanggungjawab dan kedisiplinan arsiparis terhadap
pekerjaannya sudah baik. Hal ini dikarenakan terkait dengan
penilaian prestasi kerja. Sehingga pegawai bertanggungjawab
terhadap pekerjaannya serta disiplin dalam bekerja. Selain itu
usaha pimpinan dalam meningkatkan disiplin pegawai dengan
85
mengkomunikasikan permasalahan dengan baik dan berimbas
pada penilaian kinerja pagawai.
7. Initiative (inisiatif). Inisiatif tenaga arsiparis cukup baik dalam
menyelesaikan pekrjaannya, tetapi hanya berorientasi kepada
penyelesaian pekerjaan sesuai target. Dalam hal memberikan
masukan ide dan gagasan kepada pimpinan terhadap
penyelesaiakan pekerjaan, inisiatif arsiparis masih kurang.
8. Personal qualities (kualitas Pribadi). Pola kepemimpinan yang
diterapkan di unit kearsipan merupakan pola kekeluargaan atau
demokrasi. Pelayanan di unit kearsipan dinilai memuaskan,
kerena setiap pegawai berusaha memberikan pelayanan yang
ramah dan saling bergatian dalam melayanan manakala ada
pegawai yang sedang mengerjakan pekerjaan lain.
Selain indikator atas ditemukan pula permasalahan kurangnya perhatian
pimpinan Universitas terhadap penyelenggaraan kerasipan turut
menghambat kinerja dan pengelolaan arsip yang ada di unit kearsipan, ini
tercermin dari proses pengadaan fasilitas kearsipan yang lama. Disamping
itu kurangnya tenaga arsiparis di lingkup Universitas belum maksimal
seperti arsiparis disetiap fakultas yang belum terpenuhi. Sedangkan untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan arsip di unit Kearsipan Universitas
Hasanuddin diperlukan pengelolaan yang baik, diawali oleh dari pencipta
arsip yakni yang berasal dari tiap-tiap fakultas atau unit-unit kerja lingkup
Universitas sehingga arsip yang telah inaktif diserahkan ke unit kearsipan
86
Universitas tertata dengan baik. Namun kenyataan saat ini bahwa
pengelolaan arsip inaktif dari fakultas dan unit-unit lingkup Universitas
belum berjalan dngan baik dan berdampak pada volume arsip yang
diserahkan ke unit kearsipan melebihi kemapuan arsiparis yang ada.
VI.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang
direkomendasikan oleh peneliti terkait dengan Kinerja Arsiparis di Unit
Kearsipan Universitas Hasanuddin yaitu :
1. Diharapkan kepada pimpinan-pimpinan Universitas untuk lebih
memperhatikan penyelenggaraan kearsipan yang berjalan di
Universitas Hasanuddin. Agar memori organisasi tetap terjaga
keautentikannya.
2. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, kiranya masih
diperlukan pengembangan tenaga arsiparis dari segi kualitas dan
kuantitas. Mengingat peran sumber daya manusia sebagai
penggerak berjalannya penyelenggaraan kearsipan.
3. Diharapkan adanya anggaran khusus dalam rangka
penyelenggaraan kearsipan di Unit Kerasipan Universitas
Hasanuddin. Mengingat dalam menjalankan manajemen kerasipan
yang baik diperlukan sarana dan prasarana yang memedai.
87
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja, Falsafah, Teori dan
Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Gomes, Faustino Kardoso. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Penerbit Andi Yigyakarta. Yogyakarta.
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Ketiga. Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Grasindo. Jakarta.
Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja SUmberdaya Manusia.
Tunggal Mandiri Publishing. Malang.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
DOKUMEN :
Al-Hadist.
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 5 Tahun 2017,
Tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Jabatan Fungsional
Arsiparis.
Peraturan Menteri Negara Pandayagunaan Aparatur Negara Nomor :
Per/3/M.Pan/3/2009 Tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan
Angka Kreditnya.
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2011, Tentang tata cara Akuisisi Arsip Statis.
Sidokare, Abu Ahmad as. 2009. Kitab Shahih Bukhari. Pustaka Pribadi.
88
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan.
JURNAL :
Destiasari, Selvi, 2015. Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Cipocok
Jaya Kota Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Novriani, Riri. 2014. Kinerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Pasaman Barat. Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol.2.No.1.
Bahana Manajemen Pendidikan.
Scenario Planning Peningkatan Kinerja Lembaga Kearsipan dalam
Pengolahan Arsip Statis Guna Meningkatkan Akses dan Pelayanan
Publik. Jurnal Kearsipan VOL 8/ANRI/12/2013. Jakarta.
Wardani, Nesya Ayu, 2012. Analisis Kinerja Pegawai di Sekertarian DPRD
Provinsi Banten. Universitas Ageng Tirtayasa.
Zaenuddin, 2013. Lembaga Kearsipan Perguruan Tinggi di Indonesia:
Bentuk, Tugas dan Kelengkapannya. Jurnal Kearsipan VOL
8/ANRI/12/2013. Jakarta.
89
Pedoman wawancara I Pimpinan
Indikator Kisi-kisi wawancara
Quantity of work (kuantitas Kerja) 1) Pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tupoksi dan beban kerja?
2) pegawai berkeja sesuai dengan jam kerja?
Quality of work (kualitas kerja) 1) Bagaimana kualitas dan hasil kerja pegawai?
2) upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai?
3) apakah diklat yang dilakukan sudah cukup meningkatkan kualitas pegawai?
Job Knowladge (Pengetahuan) 1) Pekerjaan yang anda berikan sesuai denga tupoksi bawahan?
2) bagaimana pengetahuan pegawai tentang pekerjaan?
3) Apakah pegawai sudah memahami tugas dan kewajiban masing-masing
Creativeness (Kreativitas) 1) Bagaimana inisiatif pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan manakala anda tidak ditempat kerja?
2) Apakah pegawai selalu menyampaiakan ide dan gagasannya?
Cooperation (Kerjasama) 1) Bagaimana wujud kerjasama antar pegawai dibidang anda?
2) Apakah seluruh pegawai dapat bekerja dalam satu tim?
Dependability (Keteguhan ndalam bekerja) 1) Bagaimana tingkat kehadiran pegawai di bidang anda?
2) Penyelesaian pekerjaan dibidang anda seperti apa?
3) Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin pegawai?
Initiative (inisiatif) 1) Bagaimana tanggungjawab pegawai terhadap pekerjaannya?
Personal Qualities (Kualitas Pribadi) 1) Pola kepemimpinan yang seperti apa yang anda terapkan pada bagian anda?
90
Pedoman Wawancara II
Pegawai/Arsiparis
Indikator Kisi-kisi wawancara
Quantity of work (kuantitas Kerja) 1) Pekerjaan yang anda lakukan sesuai dengan tupoksi dan beban kerja?
2) anda berkeja sesuai dengan jam kerja?
Quality of work (kualitas kerja) 1) upaya apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kualitas kerja?
2) apakah diklat yang anda lakukan sudah cukup meningkatkan kualitas anda?
Job Knowladge (Pengetahuan) 1) Pekerjaan yang anda dapatkan sesuai denga tupoksi?
2) bagaimana pengetahuan anda tentang pekerjaan anda?
3) Apakah anda sudah memahami tugas dan kewajiban anda?
Creativeness (Kreativitas) 1) Bagaimana inisiatif anda dalam menyelesaikan pekerjaan manakala pimpinan tidak ditempat kerja?
2) Apakah anda selalu menyampaiakan ide dan gagasan anda?
Cooperation (Kerjasama) 1) Bagaimana wujud kerjasamai dibidang anda?
2) Apakah anda dan seluruh pegawai dapat bekerja dalam satu tim?
Dependability (Keteguhan ndalam bekerja) 1) tingkat kehadiran anda apakah cukup bagus?
2) Penyelesaian kerja dibidang anda seperti apa?
3) Usaha yang dilakukan pimpinan untuk meningkatkan disiplin?
Initiative (inisiatif) 1) Bagaimana tanggungjawab anda terhadap pekerjaan?
Personal Qualities (Kualitas Pribadi) 1) Pola kepemimpinan yang seperti apa yang diterapkan oleh pimpinan anda?
91
Kuantitas
1. apakah pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar kerja dan beban kerja
2. apakah pegawai bekerja sesuai dengan jam kerja - bagaimana dengan pegawainya apak sudah cukup?
Kualitas 3. bagaimana dengan hasil kerja pegawai apaka sudah efektif? 4. bagaimana kuaitas dan hasil kerja pegawai? 5. Upaya apa yang dilakukan utuk meningkatkan kualitas kerja pegawai?
- kalau dari segi kelengkapan dan tata ruang apakah dapat mempengaruhi kualitas kerja pegawai?
6. Apakah sering dilakukan diklat untuk meningkatkan kualitas pegawai? 7. menurut anda, apakah pegawai selalu teliti dan rapi dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan? 8. apakah pegawai selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat?
Pengetahuan 9. Apakah penempatan pegawai sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan? 10. apakah pekerjaan yang anda berikan sesuai denga tupoksi bawahan? 11. bagaimana dengan pengethauan pegawai mengenai pekerjaannya?
- bagaumana dengan pegawai yang memang sudah bekerja sesuai tupoksinya akan tetapi juga merangkap ke kepkerjaan lain?
12. apakah pegawai sudah memahami tugas dan kewajiban masing”? Kreativitas
13. Apakah pegawai dilignkungan anada selalu menyampaikan iden dan gagasan? 14. Apakah anda selalu memberikan kesempatan pada para pegawai untuk
memberikan gagasan dan ide pemikiran dalam memecahkan persoalan yang ada?
Kerjasama 15. Bagaimana wujud kerjasamaantar pegawai? 16. apakah seluruh pekerja bisa bekerja dalam satu tim? 17. apakah pegawai mampu mengembangkan kerjasama yang haromonis dengan
atasan, rekan kerja? 18. apakah pegawai hanya bekerja sama dalam kelompok/bidangnya saja????
Kesungguhan dalam bekerja 19. Bagaimana tingkat kehadiran pegawai? 20. Usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin pegawai?
- bagaimana mengenai kehadiran apel paagi? Inisiatif
21. apakah pegawai memiliki inisiatif dan motivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya?
22. bagaimana tanggungjawab pegawai terhadap pekerjaannya? 23. apa ada koordinasi antara pimpinan unit kearsipan dengan pimpinan universitas
dalam hal penignkatan manajemen kearsipan? Kepemimpinan
24. pola kepemimpinan apa yang anda terapkan pada bagian anda?
92
25. Sanksi apa yang akan diberikan kepada pegawai yagn tiddk disiplin? Kuantitas
1. apakah anda bekerja sesuai dengan jam kerja dan beban kerja? 2. apakah volume pekerjaan yang diberikan oleh atasa selsau banyak?
kualitas 3. apakah dalam menyelesakan pekerjaan anda dituntut target? 4. apakah dalam bekerja, anda memperhatikan kualitas kerja? 5. upaya apa yang anda lakukan untuk meningkatkan kualitas kerja? 6. apakah diklat yang anda daptkan sudah cukup untuk meningkatkan kualitas
pegawai? 7. permasalahan apa yang sering muncul yang dapat menagnggu kualitas kerja
anda? 8. apakah anda selalu teliti dan rapi daam menyelesaikan pekrjaan anda? 9. apakah anda selalu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat?
Pengetahuan 10. apakah penempatan anda sesuai dengan latar belakang pendidikan anda? 11. apakah pekerjaan yang anda dapatkan sesuai dengan tupoksi? 12. bagaimana pengetahuan anda mengenai pekerjaan anada? 13. apakah anda seudah memahami tugas dan kewajiban anda? 14. apakah ada hal yang menghambat dalam penyelesaian pkerja anda?
kreativitas 15. apakah anda sering memberikan ide atau gagasan kepada pimpinan dalam hal
pekerjaan? 16. apakah pimpinan selalu memberikan ruang untuk memaparkan gagasan dan ide
anda? Kerjasama
17. bagaiamana eujud kerja sama yang anda lakukan di bidang anda? kesungguhan dalam bekerja
18. bagaimana tingkat kehadiran anda dan pegawai? 19. sanksi apa yang diberikan pimpinan bila pegwai tidk disiplin? 20. usaha apa yang dilakukan oleh pimpinan dalam meningkatkan displin? 21. bagaimana dengan tanggungjawab anda terhadap pekerjaan?
Inisiatif 22. Inistaif apa yang anda.pegawai lakukan dalam menyelesaikan Pekerjaan? 23. apa yang anda lakukan bila pimpinan tidak ada kantor? 24. bagaimana anda meningkatkan kedisiplinan dalam hal pekerjaan?
Kepemimpinan 25. pola kepemimpinan apa yang diterapkan oleh pipinan anda? 26. bagaimana bentuk sanksi bagi pegawai yang tidak disiplin?
93
WAWANCARA KEPADA INFORMAN
Gambar 1. Wawancara Arsiparis Gambar 2. Wawancara Arsiparis Gambar 3. Wawancara Petugas Administrasi Gambar 4. Wawancara Arsiparis
94
DEPO ARSIP (PENYIMPANAN ARSIP)
Keterangan : Terlihat Sebagian arsip tidak ditempatkan pada rak arsip, karena rak arsip yang tersedia sudah penuh. Sehingga Sebgian box yang berisi arsip hanya digeletakkan di meja-meja dan kursi serta lantai .
Gambar 5. Rak Arsip Gambar 6. Arsip Statis
Gambar 7. Ruang Penyimpanan Arsip Gambar 8. Ruang Penyimpanan Arsip
Gambar 9. Ruang penyimpanan arsip statis Gambar 10. Arsip keuangan
95
Peyimpanan Arsip Aktif
Ruang Kerja Unit Kearsipan
Keterangan : Unit Kearsipan terletak lantai atas perpustakaan yakni lantai 4. Terlihat bila kita naik di lantai 4 banyak ruangan yang terbengkalai, satu-satunya ruangan yang terpakai adalah Unit kearsipan.
Gambar 11. Penyimpanan Arsip Aktif Gambar 12. Filing Kabinet (map
Gantung/Guide)
Gambar 13. Lingkungan Unit Kearsipan Gambar 14. Ruangan Unit Kearsipan
Gambar 15. Ruangan Unit Kearsipan Gambar 16. Ruangan Unit Kearsipan
96
Penyimpanan Arsp Audio dan Visual
Keterangan : Terlihat penyimpanan arsip audio visual belum efektif. Seharunyaarsip peta di bungkus dengan map khusus dengan kadar asam yang tinggi sehingga arsip dan informasinya dapat terjaga
Gambar 17. Arsip Audio Visual Gambar 18. Arsip Peta
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAI\[ PEIIIDIDIKA]\I TINGGIUNIVERSITAS HASANUDDIN
KAMPUS TAMALANREAJALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM.IO MAKASSAR 90245
TELEPON : 041l-586200 (6 SALLIRAN), 584002, FAX. 585188
Nomor : 2888/1IN4.3.1/PL.00.0012018Hal : IzinPenelitian
2 Februari 2018
Yth. : Kepala Unit Kearsipan Universitas HasanuddindiMakassar
Dengan hormat, menindaklanjuti surat Kepala Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan Nomor : 9l2lS.0llPTSP/2018 tanggal30 Januari 2018 perihal tersebut di atas, disampaikan bahwa mahasiswa :
NamaNIMFakultasProgram StudiPekerjaan
Muhammad Ridwan MB.Ezttt3730Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UnhasAdministrasi NegaraMahasiswa (S1)
akan melakukan penelitian di Universitas Hasanuddin yang berkaitan dengan penyusunanSkripsi yang berjudul ".KINERIA ARSIPARIS DI UNIT KEAP"SIPAN WIVERSITASHASANUDDIAP',
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 31 Januari s.d 28 Februari 2018. Untuk maksudtersebut, dimohon bantuan kiranya dapat mengizinkan mahasiswa tersebut di atas untukmelakukan penelitian di unit kerja Saudara.
Atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.
NIP 19640821 t99t03 200r
wtuntyB0rQlls.&
r!
r ilrflrfrIflililtriltfltillflffilrilil [ I12A18'l 91420948
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SETATANDINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
BIDANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN
Berdasarkan surat Wakil Dekan Bid. Akademik dan Pengembangan FISIP UNHAS Makassar Nomor: 1471UN4.8.1/PL.00.00/20187 tanggal30 Januari2018 perihaltersebut diatas, mahasiswa/peneliti dibawah ini:
Nomor : 912/S.01fPTSP/2018Lampiran :
Perihal : lzin Penelitian
NamaNomor PokokProgram StudiPekerjaan/LembagaAlamat
MUHAMMAD RIDWAN MBF.21113730Adm. NegaraMahasiswa(S1)Jl, Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar
KepadaYth.Rektor Univ. Hasanuddin Makassar
di-Tempat
SULAI'I'ESI SELATANPelayanan Perizinan Terpadu
Bermaksud untuk melakukan penelitian di daerahlkantor saudara dalam rangka penyusunan Skripsi, denganjudul :
. KINERJA ARSIPARIS DI UNIT KEARSIPAN UNIVERSITAS HASANUDDIN'
Yang akan dilaksanakan dari : Tgl. 3f Januari sld 28 Februari ZAfi
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada prinsipnya kami menyetujui kegiatan dimaksud denganketentuan yang tertera dibelakang surat izin penelitian.
Demikian Surat Keterangan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Diterbitkan di MakassarPada tanggal : 30 Januari 2018
A.n. GUBERNUR SUI.AWESI $EI-ATANKEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU
TembusanYth1, Wakil Del€n Bid. Akademik dan Pengembangan FISIP UNHAS Makassar di Makassa[2. Pertinggal.
ina Utama Madya0513 199002 1 002
a
KEMENTERIAN RISET. TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNI VERS ITAS HASANUDDIN
FAKT.IT,TAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKKAMPUS TAMALANREA
Jl PIIRINTIS KITMERDEKAAN KM. I0 MAKASSAR 90245TEI,P. /F /LX(041 I ) s8s024, (?Sw. t I 6s)
NomorLamp.Hal
', //7/<n,7 P //P/ o0'oa,/*at7 30 Januari 20 1 8
: Permohonan Izin MelakukanPenelitian / Wawancara
Kepada YthGubernur Sulawesi Selatanc.q. Kepala UPT P2T, BKPMD Prov. Srrlseldi-Makassar.
Dengan horlnat, kami sarnpaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilrrru Sosial dan [lrnu pblitikUniversitas Hasanuddin yang tersebut berikut ini .
Nama : Muharnrnad Ridwan MB
No. pokok '. EZt I 13 730
Departemen : Ilrnu Adrninistrasr
Prog.Studi : Adnrinistrasi Negara
Alamat : Kornpleks Unhas Antang Blok Gl 6lll5
Bermakstrd untuk melakukan penelitian lapangan/kepustakaan dalarn rangka penyusunarlskripsi yang beritrdul . "Kinerja Arsiparis di unit Kearsipan Universitas Hasa,uddln
Sehubungan dengan hal tersebut, rnaka karni mohon agar vang bersangkutan diberikanizin rnelakukan penelitian yang di rnaksud.
Demikian penyarnpaian kami, atas perlratian dan bantrrannya diucapkan terima kasih.
Dekan Bidang Akademik {
A. Kambo, M.A&
T'emhuson '
Ll)akan [,isip (lnhas (.sebagui laporun)2. Kelua I)epartemen3.Arsip
ffi0uaIly
'jl*Jgt
3 I 998022001
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGIUNIVERSITAS HASAN UDDIN
UNIT KEARSIPANJALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM. 10 KAMPUS TAMAI.ANREA IUAKASSAR 90245
TELEPON (041 1) 586200, 584002 FAX (041 1) 585188
SURAT KETERANGAN
Uo.D8ruN+'33/KP.051201 8
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
NIP
PangkaUGol.
Jabatan
lnstansi
Menerangkan
Nama
Nomor Pokok
Fakultas
Program Studi
Wa Ode Numia Rahim, SE., MM
19660101 198701 2AO2
Pembina/GollV/a
Kepala Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin
Universitas Hasanuddin
Muhammad Ridwan MB
821113730
llmu Sosialdan llmu Potitik
Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen
Kearsipan
Bdhwa benar telah melaksanakan Penelitian di Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin,
dengan judul skripsi "Kineria Arsiparis di llnit Kearsipan lJniversitas Hasanuddin KotaMakassar'. Demikian kami sampaikan untuk di pergunakan sebagaimana mestinya.
,09 Februari 2018
fiffi,r,.,W*Oile.Nrliniia Rahim, SE., MM'Y4fry-,*,.5F'.,r,r'r:N&:1,q96$tr01 1 98701 2 OO2