Upload
ngodieu
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Analisis
Terdapat beberapa pengertian analisis, menurut kamus besar bahasa
Indonesia “analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagaian-
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan yang padu”.
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap, “analisis adalah memecahkan
atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”.
2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
dilaksanakan oleh perusahaan, dan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Menurut Arens (2003;13) definisi akuntansi adalah :
“Accounting is the recording, classifying and summarizing of economic
events in a logical manner for the purpose of providing financial
information for decision making”.
Proses akuntansi meliputi pengumpulan dan pengelolaan data keuangan
perusahaan. Dalam proses akuntansi didefinisikan berbagai transaksi atau
peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui
pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran transaksi-transaksi
sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak
tentang keadaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam suatu periode yang
akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
14
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2002;2), adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
beberapa cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh harga”.
Sesuai dengan yang dinyatakan dalam SAK, S.Munawir (2004;5)
mengemukakan sebagai berikut :
“Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan
Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal, dimana neraca menunjukkan
atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) Laba-
Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang
menyebabkan perubahan modal perusahaan”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pokoknya laporan-
laporan untuk suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan
tentang posisi keuangan perusahaan, tentang hasil operasi perusahaan dan tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan.
Posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu dilaporkan dalam
neraca, operasi-operasi perusahaan selama suatu periode tertentu dilaporkan
dalam laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam modal perusahaan.
Pengertian laporan keuangan seperti yang dinyatakan diatas merupakan
laporan keuangan dalam artian formal. Laporan keuangan tersebut bersifat umum
15
dan ditunjukan bagi pihak diluar perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2004;4) adalah “menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam keputusan ekonomi”.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan
atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya, keputusan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan
untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.2.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif, yaitu :
e. Dapat Dipahami
Kualitas penting inforamasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahan untuk segera dipahami oleh pemakai. Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak
dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut
terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
16
f. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
g. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi
memiliki kualitas handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
h. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
perusahaan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut, antar periode perusahaan yang sama untuk perusahaan yang
berbeda.
2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi
yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
17
a) Investor. Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan resio yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.
b) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat
pensiun dan kesempatan kerja. Pemberi Pinjaman. Pemberi pinjaman
tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
c) Pemasok dan Kreditor. Usaha Lainnya. Pemasok dan kreditor usaha
lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh
tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang
waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
d) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
e) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik
lainnya.
18
f) Masyarakat. Perusahaan memperngaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi seperti
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.5 Isi Laporan Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran laporan keuangan
adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini di identifikasikan sebagai
berikut :
2.2.5.1 Neraca
Adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun
fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet.
Menurut S.Munawir (2004;13), neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva,
hutang dan modal.
1. Pengertian Aktiva
Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang
berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud
lainnya misalnya, goodwill, hak patent, hak penerbitan dan sebagainya.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;13), aktiva
adalah:
19
“Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh”.
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama
yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam
periode berikutnya (paling lama satu atau dalam perputaran kegiatan perusahaan
yang normal).
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :
a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan.
Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para
langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau
demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali
setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
b. Investasi jangka pendek (surat berharga atau marketable securities),
adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud
untuk memanfaatkan uang kas untuk sementara belum dibutuhkan dalam
operasi. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah:
1. Deposit di bank.
2. Surat berharga yang berwujud saham obligasi dan surat hipotek,
sertifikat bank dan lain-lain investasi yang mudah diperjual-
belikan.
c. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-
undang.
d. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara
kredit.
20
e. Persediaan. Untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan
persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan
manufacturing (yang memproduksi barang) maka persediaan yang dimiliki
meliputi :
1. Persediaan barang mentah.
2. Persediaan barang dalam proses.
3. Persediaan barang jadi.
f. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus dibayar,
adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan
telah memberikan jasa/prestasi, tetapi belum diterima pembayarannya,
sehingga merupakan tagihan.
g. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum
menjadi biaya atau jasa prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh
perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan
relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih satu
tahun atau tidak habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang
termasuk aktiva tidak lancar adalah :
a. Investasi jangka panjang. Bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti
mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari
yang dibutuhkan, maka perusahaan ini dapat menanamkan modalnya
dalam investasi jangka panjang di luar usaha pokoknya. Investasi jangka
panjang ini dapat berupa:
1. Saham dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman kepada
perusahaan lain.
2. Aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan
ataupun
3. Dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu.
21
b. Aktiva tetap , adalah kekayaan yang yang dimiliki perusahaan yang
fisiknya nampak (konkrit). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai
aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan
dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur
kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode
kegiatan perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tetap ini meliputi:
1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi,
misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir dan lain
sebagainya.
2. Bangunan, baik bangunan kantor, toko bangunan untuk pabrik.
3. Mesin.
4. Inventaris.
5. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
c. Aktiva tetap tidak berwujud , adalah kekayaan perusahaan yang secara
fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan
dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Yang termasuk dalam aktiva tidak berwujud ini antara lain meliputi: hak
cipta, merk dagang, biaya pendirian, lisensi, goodwill, dan sebagainya.
d. Beban yang ditangguhkan, adalah menunjukkan adanya pengeluaran
atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode
berikutnya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: biaya pemasaran,
diskonto obligasi, biaya pembukuan perusahaan, biaya penelitian dan
sebagainya.
e. Aktiva lain-lain , adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan
yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-
klasifikasi sebelumnya, misalnya: gedung dalam proses, tanah dalam
penyelesaian, pihutang jangka panjang dan sebagainya.
22
2. Pengertian Hutang
Menurut S.Munawir (2004;18), hutang adalah:
“Semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditur”.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;13) kewajiban
adalah :
“Hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang
lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.
Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain :
a. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
b. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk
melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu di masa yang akan
datang.
c. Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun
pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya yang sudah terjadi tetapi
belum dilakukan pembayarannya.
e. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian
(seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka
pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f. Penghasilan yang diterima di muka, adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang/jasa yang belum direalisasi.
23
Hutang jangka panjang, adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun
sejak tanggal neraca), yang meliputi; hutang obligasi, hutang hipotik dan
pinjaman jangka panjang yang lain.
3. Pengertian Modal
Menurut S.Munawir (2004;13), modal adalah:
“Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang-hutangnya”.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;13) ekuitas
adalah:
“Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.
Bentuk Neraca
Bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman di antara
perusahaan-perusahaan yang tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai,
tetapi neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bentuk skontro dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang
serta modal tercantum sebelah kanan/kredit.
2. Bentuk Vertikal, dalam bentuk ini semua aktiva tampak di bagian atas yang
selanjutnya di ikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta
modal.
3. bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan
perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang
dikehendaki nampak lebih jelas.
24
Tabel 2.1
Contoh neraca bentuk skronto
PT.X
Neraca
Per 31 Desember,…
Aktiva Passiva
Aktiva lancar Hutang lancar
Kas xxx Hutang dagang xxx
Surat-surat berharga xxx Wesel bayar xxx
Piutang wesel xxx Biaya yang masih
Piutang dagang xxx harus dibayar xxx
Persediaan barang dagangan xxx Hutang pajak pendapatan xxx
Penghasilan yang masih harus Pajak buruh yang
diterima xxx belum disetor xxx
Persekot biaya xxx + Penerimaan dimuka xxx
Jumlah aktiva lancar xxxx Persekot biaya xxx +
Investasi Jumlah hutang lancar xxxx
Saham PT. ABC xxxx Hutang Jangka Panjang
Aktiva tetap Hutang hipotik xxx
Tanah xxx Hutang obligasi xxx
Bangunan xxx Jumlah hutang xxxx
Akumulasi penyusutan xxx - Equity
xxx Modal saham xxx
Mesin-mesin xxx laba ditahan xxx
Akumulasi penyusutan xxx - Cadangan pelunasan obligasi xxx
Xxx
xxxx
Inventaris kantor xxx
Akumulasi penyusutan xxx -
25
xxx +
Jumlah aktiva tetap xxxx
Intangible :
Goodwill xxx
Patent xxx +
xxx
Beban yang ditangguhkan xxxx
Aktiva lain-lain :
Piutang jangka panjang xxx
Bangunan dalam konstruksi xxx +
Jumlah aktiva lain-lain xxxx
Total aktiva xxxx Total Passiva xxxx
Sumber S.Munawir (2004;22)
Tabel 2.2
Neraca bentuk vertikal
PT.X
Neraca
Per 31 Desember,…
Aktiva
Aktiva lancar
Kas xxx
Surat-surat berharga xxx
Wesel tagih xxx
Piutang dagang xxx
Persediaan barang dagangan xxx
Penghasilan yang masih harus diterima xxx
Persekot biaya xxx +
Total aktiva lancar xxxx
26
Investasi
Saham PT.ABC xxx
Obligasi negara xxx +
xxxx
Aktiva tetap
Tanah xxx
Bangunan xxx
Akumulasi penyusutan xxx - xxx
Mesin-mesin xxx
Akumulasi penyusutan xxx - xxx
Inventaris kantor xxx
Akumulasi penyusutan xxx - xxx +
Jumlah aktiva tetap xxxx
Aktiva tetap intangible
Goodwill xxx
Patent xxx +
xxxx
Beban yang ditangguhkan xxxx
Aktiva lain-lain :
Piutang dagang xxx
Bangunan dalam konstruksi xxx +
Jumlah aktiva lain-lain xxxx +
Total aktiva xxxx
Passiva
Hutang lancar
Hutang dagang xxx
Wesel bayar xxx
Biaya yang masih harus dibayar xxx
Hutang-hutang pajak xxx
27
Penerimaan dimuka xxx
Total hutang lancar xxxx
Hutang jangka panjang
Hutang hipotik xxx
Hutang obligasi xxx
xxxx
Equity
Modal saham xxx
Laba yang ditahan xxx
Cadangan pelunasan obligasi xxx
xxxx +
Total passiva xxxx
Sumber S.Munawir (2004;23)
Tabel 2.3
bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan
perusahaan
PT.X
Neraca
Per 31 Desember,…
Aktiva lancar xxxx
Hutang jangka pendek xxxx -
Modal kerja netto xxxx
Investasi xxxx
Aktiva tetap tangible xxxx
Aktiva tetap intangible xxxx
Aktiva lain-lain xxxx +
xxxx
Hutang jangka panjang xxxx -
Modal xxxx
Sumber S.Munawir (2004;24)
28
2.2.5.2 Laporan Perhitungan Laba Rugi
Laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
pernghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-
rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umum diterapkan
adalah sebagai berikut :
Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan aau memberikan service) di ikuti
dengan harga pokok dari barang/service yang dijual, sehingga diperoleh laba
kotor.
Bagian yang kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari
biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense).
Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha
pokok perusahaan (non operating/financial income and expense).
Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang isidential
(extraordinary gain or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum pajak
pendapatan.
Bentuk Laporan Laba-Rugi
Bentuk dari laporan laba-rugi yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan satu
kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung
laba/rugi hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya
tetap terhadap total penghasilan.
29
Tabel 2.4
Contoh bentuk single step
PT.X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember…
Pendapatan
Penjualan bersih xxx
Pendapatan deviden xxx
Pendapatan sewa xxx +
Total pendapatan xxx
Beban
Harga pokok penjualan xxx
Beban pemasaran xxx
Beban administrasi xxx
Beban bunga xxx
Beban pajak penghasilan xxx +
Total beban xxx +
Laba bersih xxx
Sumber Keiso & Weygandt (2001:183)
2. Bentuk multiple step, yaitu dengan melakukan pengelompokkan yang lebih
teliti dan terinci sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
Tabel 2.5
Contoh bentuk multiple step
PT.X
Laporan laba/rugi
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 desember…
Penjualan bruto xxx
Potongan/retur penjualan xxx -
30
Penjualan netto xxx
Harga pokok penjualan xxx -
Laba penjualan xxx
Biaya-biaya operasi :
Biaya penjualan xxx
Biaya umum dan administrasi xxx +
Laba bersih operasional xxx
Penghasilan dan biaya non operasional :
Penghasilan xxx
Biaya xxx +
xxx +
Pendapatan netto sebelum pajak xxx
Sumber Keiso & Weygandt (2001:186)
2.2.5.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan posisi keuangan
merupakan suatu laporan yang memuat seluruh kegiatan penanaman modal dan
pembiayaannya. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan aliran modal kerja
selama periode tertentu dan perubahan unsur kerja selama periode yang
bersangkutan.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004;1.17) dinyatakan bahwa:
“Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih arau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali
untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham
seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama
periode yang bersangkutan”.
31
Tabel 2.6
Contoh laporan perubahan ekuitas
PT.X
Laporan perubahan ekuitas
Per 31 Desember,…
Laba ditahan, 1 Januari,… xxx
Ditambah laba bersih untuk tahun ini xxx+
xxx
Dikurangi dividen yang diumumkan pada :
Saham preferen xxx
Saham biasa xxx + xxx-
Laba ditahan, 31 Desember,… xxx
Sumber S.Munawir (2004;29)
2.2.5.4 Laporan Arus Kas
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai laporan keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan
dalam menghasilkan kas dan setara kas.
Arus kas merupakan jiwa bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi
eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya semua
perusahaan membayar semua kewajibannya. Laporan arus kas disusun dengan
tujuan utama memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan dengan basis kas (Cash Basis).
Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi
historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan selama periode akuntansi tertentu.
32
Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti
neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba ditahan, laporan arus kas mempunyai
kegunaan memberikan informasi untuk :
a. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan
mempengaruhi arus kas.
b. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
c. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang
arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
d. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah
waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
e. Meneliti kecermatan taksiran arus kas depan serta menentukan hubungan
antara profitabilitas dan arus kas serta dampak perubahan harga.
Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pengeluaran kas, dan
perubahan kas, baik yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, maupun
pendanaan. Informasi tersebut dapat menunjukkan bagaimana mungkin sebuah
perusahaan yang melaporkan kerugian tetap dapat membeli aktiva tetap atau
membayar deviden. Pelaporan kenaikan dan penurunan bersih kas menjadi
berguna karena investor, kreditor, dan pihak lainnya ingin mengetahui apa yang
sedang terjadi dengan sumber dana perusahaan yang paling likuid yaitu kas.
Tabel 2.7
Contoh laporan arus kas
PT.X
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember…
A. Arus kas dari kegiatan operasional :
Kas masuk xxx
Kas keluar xxx -
33
Arus kas masuk(keluar) bersih dari
kegiatan investasi xxx
B. Arus kas dari kegiatan investasi :
Arus kas masuk xxx
Arus kas keluar xxx –
Arus kas masuk(keluar) bersih
dari kegiatan investasi (xxx)
C. Arus kas masuk dari kegiatan pembiayaan :
Arus kas masuk xxx
Arus kas keluar xxx-
Arus kas masuk(keluar) dari kegiatan
pembiayaan xxxx
D. Saldo kas awal akhir
Kenaikan kas periode ini xxxx
Saldo kas awal periode xxxx
Saldo kas akhir periode xxxx
Sumber Sofyan Syafri Harahap (2006;262)
2.2.5.5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004;1.10) menyatakan bahwa :
“Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam
34
Pernyataan Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara
wajar”.
Catatan laporan keuangan mengungkapkan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas.
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan
dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan
atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut :
a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan.
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan
sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan
urutan penyajian komponen laporan keuangan.
c. Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan
keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non keuangan.
2.2.6 Keterbatasan Laporan keuangan
Menurut S.Munawir (2004;9), mengemukakan bahwa laporan keuangan
itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (Laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan hasil final. Karena itu semua
jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak
menunjukkan nilai likuiditas atau realisasi di mana interim report ini
35
terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh
akuntan atau management yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar
nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat
berdasarkan konsep going concern atau anggapan perusahaan akan
berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis
atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva
tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang
tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang
belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di
mana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan
unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya
harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat
harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna
apabila hanya dilihat secara sepintas saja. Laporan keuangan baru bisa
memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu
perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis.
Sejalan dengan itu S.Munawir (2004;31), menyatakan bahwa :
“laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
36
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila data tersebut
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut
sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan
yang akan diambil”.
Jadi informasi ataupun data keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan bisa berguna apabila dianalisis. Dengan kata lain laporan keuangan
suatu perusahaan perlu dianalisis karena dengan analisis tersebut akan diperoleh
semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil-
hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2006;190), yaitu :
“menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif
maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat”.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan
digunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan melalui
informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini
membantu mendapatkan pengertian keuangan yang lebih baik tentang keadaan
keuangan perusahaan. Para pengambil keputusan memerlukan informasi-
informasi yang tepat dan relevan sebelum suatu keputusan diambil dan informasi
dalam bentuk “mentah” sering tidak menunjukkan hubungan-hubungan yang
penting.
Karena analisis ini digunakan sebagai satu dasar untuk mengambil
keputusan, maka hasil analisis ini harus disajikan dengan jelas dan dapat
dimengerti.
37
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis lapran keuangan yang dilakukan bertujuan untuk menambah
informasi yang ada dalam laporan keuangan. Tujuan dari analisis laporan
keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya Analisis kritis atas
laporan keuangan (2006;195) adalah :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada
yang
terdapat dari laporan keuangan biasa
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan
(implicit)
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi
yang diperoleh dari luar perusahaan
5. Mengetahui sifat-sifat hubunganyang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating)
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu
laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara
lain :
1) Dapat menilai prestasi perusahaan
2) Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan
3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari
aspek waktu tertentu :
a. Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Modal)
b. Hasi usaha perusahaan (Hasil dan Biaya)
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
38
e. Aktivitas
f. Rentabilitas dan Profitabilitas
g. Indikator Pasar Modal
4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana
7. Dapat menetukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria yang
sudah dikenal dalam dunia bisnsi
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar normal atau standar ideal
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,
baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di
masa yang akan datang”.
2.3.3 Prosedur Analisis
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis
mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh
perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh
perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang
akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum
menganalisis laporan keuangan tersebut.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai
pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi
yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend
(kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi; perubahan
teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi
seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan
39
pajak; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti
perubahan posisi manajemen kunci.
3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan
Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai
karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis laporan
keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan
keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun
kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini
adalah untuk memastikan laporan keuangan telah cukup menggambarkan
data keuangan yang relevan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang berlaku.
4. Menganalisis laporan keuangan
Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan,
maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada
dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil
tersebut.
2.3.4 Metode Analisis Laporan Keuangan
Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan
keuangan, yaitu :
a. Analisis Horizontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga
akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula
sebagai analisis dinamis.
b. Analisis Vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu membandingkan antara pos
yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga
hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu
saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis
karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja
tanpa mengetahui perkembangannya.
40
2.3.5 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan
teknik
analisa dengan cara perbandingan laporan keuangan untuk dua periode
atau lebih.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan laporan keuangan perusahaan
yang dinyatakan dalam prosentasi suatu metode atau teknik analisa untuk
tendensi daripada keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik
atau bahkan menurun.
3. Laporan dengan prosentasi per komponen atau common size
statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk
mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam suatu
periode tertentu.
5. Analisa sumber dan penggunaan kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6. Analisis perubahan laba kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor
suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu.
7. Analisis Break-Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
41
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan.
8. Analisis rasio, adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut
Karena di Indonesia belum ada standar rasio yang ditetapkan, maka
penganalisis dapat membuat standar rasio. Menurut S.Munawir (2004;66),
menyebutkan langkah-langkah untuk membuat standar rasio sebagai berikut :
1. Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat
diperbandingkan
(homogen dalam operasi dan data yang seragam dalam arti keseragaman
dalam kebijaksanaan keuangan, penilaian aktiva dan metode depresiasi,
serta menggambarkan atau mewakili kelompok yang homogen dalam
aktivitasnya maupun jenis perusahaan dalam industri).
2. Menghitung angka rasio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan dalam
industri.
3. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah
dan Menghapus rasio yang extreme (terlalu tinggi atau terlalu rendah).
4. Menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan mediannya”.
Standar rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau
bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio dapat digunakan
sebagai pedoman atau pegangan bagi penganalisis.
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2006;298), keunggulan analisis rasio adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca atau ditaksirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi.
42
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. lebih mudah untuk melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus dihindari sewaktu penggunaannya.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2006;299), keterbatasan analisis rasio adalah :
1. Keterbatasan akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan
teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran atau judgement yang dapat dinilai bias atau
subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi biasa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
2. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
3. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
4. Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karena itu jika dilakukan perbandingan bias
menimbulkan kesalahan”.
2.3.6 Analisis Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan, analisis
laporan keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang biasanya
sering digunakan adalah rasio/indeks yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio
43
dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai kondisis finansial dan
prestasi suatu perusahaan dan akan lebih bermanfaat jika angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar.
Memang standar itu bisa bermacam-macam bahkan akal sehat, logika,
kebiasaan, kelaziman, juga dapat digunakan. Namun jika kita ingin menilai
perusahaan secara lebih objektif mestinya rasio itu juga objektif. Menurut Sofyan
Syafri Harahap dalam bukunya Analisis Kritis atas Laporan Keuangan
(2006:314), menyatakan bahwa untuk mendapatkan rasio pembanding dapat
digunakan :
1. Rasio perusahaan yang terbaikdalam industri yang bersangkutan
2. Budget (anggaran) perusahaan
3. Standar ilmiah
4. Rasio yang dikeluarkan lembaga atau badan pengatur (regulator)
5. Rata-rata industri atau Industrial norm.
Jenis-jenis Rasio :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang menunjukkan tingkat keamanan
kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya. Rasio likuiditas terdiri dari :
a. Current Ratio , merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.
Current Ratio = %100×bilitiesCurrentLia
etsCurrentAss
b. Quick Ratio (Acid test ratio), rasio ini menunjukan besarnya alat
likuid yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.
Oleh karena itu, persediaan dianggap sebagai aktiva lancar y6ang
kurang likuid harus dikurangkan dari aktiva lancar.
Quick Ratio = %100×−bilitesCurrentLia
InventoryAssetsCurrent
44
c. Cash Ratio, Rasio yang mengukur kemampuan membayar utang yang
segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan
efek yang dapat segera diuangkan.
Cash Ratio = %100×+bilitiesCurrentLia
SecuritiesCash
d. Working Capital to Total Asset Ratio, rasio yang mengukur likiditas
dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva.
WorkingCapitaltoTotalAsset= sTotalAsset
blitiesCurrentLiaetsCurrentAss −
2. Ratio Profitabilitas , adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas terdiri dari :
a. Gross Profit Margin , yaitu rasio yang mengukur prosentase besarnya
laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Gross Profit Margin = %100×−NetSales
COGSNetSales
b. Net Profit Margin , yaitu rasio yang mengukur prosentase besarnya
laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Net Profit Margin = %100×NetSales
EAT
c. Rate of Return On Total Asset (ROA), sering disebut sebagai
rentabilitas ekonomis yang, yaitu merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan.
Return On Total Asset = %100×TotalAsset
EBIT
d. Operating Income Ratio (Operating Profit Margin) adalah rasio
yang mengukur prosentase besarnya laba operasi yang dihasilkan dari
penjualan bersih
Operating Profit Margin = %100×NetSales
EBIT
45
e. Operating Ratio, yaitu rasio yang mengukur prentase besarnya laba
operasi yang dihasilkan dari penjualan bersih
Operating Ratio = %100×+NetSales
ostOperatingCCOGS
f. Rate of Return On Investment (ROI), yaitu rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan .
Return on Investment (ROI) = %100×yTotalEquit
EAT
g. Return on Equity, rasio ini sering disebut dengan rate of return on
net worth, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh
perusahaan, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas
modal sendiri..
Return on Equity = %100×NetEquity
EAT
h. Earning Per Share (EPS), merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan per lembar saham pemilik.
Earning Per Share = %100tan
×dingShareOuts
EAT
3. Rasio Solvabilitas, adalah mengukur seberapa besar peranan dana pihak
ketiga (hutang) digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Rasio Leverege
terdiri atas :
a. Total Debt To Equity Ratio, rasio yang mengukur perimbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan dengan modal sendiri.
TotalDebtToEquityRatio = %100×yTotalEquit
TotalDebt
b. Total Debt to Total Asset Ratio, rasio yang mengukur prosentase
besarnya dana yang berasal dari pinjaman.
Total Debt to Total Asset Ratio = %100×TotalAsset
TotalDebt
46
c. Time Interest Earned Ratio, rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang
diperolehnya.
Time Interest Earned Ratio = timeInterest
EBIT1×
d. Fixed Charge Coverage Ratio, rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga beserta angsuran
pokok pinjaman, pembayaran dividen saham preferent, dan sewa
dengan laba yang diperolehnya.
Fixed Charge Coverage Ratio = timentInterest
ntEBIT1
Re
Re ×+
+
e. Debt Service Coverage Ratio, rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran.
= %100arg
×eInterestCh
TaxtAndIncomeoreInteresEarningBef
4. Aktivitas Rasio, yaitu mengukur keefektivitasan perusahaan dalam
mempergunakan sumber-sumbernya. Aktivitas rasio terdiri atas :
a. Total Assets Turn Over (Perputaran Aktiva), rasio yang mengukur
efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan
perusahaan. semakin besar perputaran aktiva semakin efektif
perusahaan mengelola aktivanya.
Total Assets Turn Over = timex1Assets Total
SalesNet
b. Receivable Turn Over (Perputaran Piutang Dagang), rasio yang
mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran
piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya.
Receivable Turn Over = timex1 Receivable Average
ditSalesOnCre
c. Receivabel Collection Period (Periode Pengumpulan Piutang)
adalah rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
Receivabel Collection Period = ditSalesOnCre
360daysReceivable Average ×
47
d. Inventory Turn Over (Perputaran Persediaan), yaitu menunjukkan
siklus berputarnya persediaan dalam satu tahun.
Inventory Turn Over = timex1Inventory Average
NetSales
e. Average Day’s Inventory Turn Over, rasio yang mengukur periode
rata-rata persediaan barang berada di gudang sebelum dijual atau
masuk ke proses produksi.
Average Day’s Inventory = NetSales
360daysInventoryx Average
2.3.7 Standar Pembanding Analisis Ratio
Dalam melakukan analisis rasio khususnya untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan terdapat suatu standar yang dapat dijadikan sebagai angka
pembanding, agar hasil dari analisis lebih bermanfaat. Berikut ini adalah daftar
skor penilaian menurut Keputusan Mentri BUMN No.100/MBU/2002
Tabel 2.8
Daftar skor penilaian ROE
ROE (%) Skor Penilaian
15 < ROE 20
13 < ROE < = 15 18 11 < ROE < = 13 16
9 < ROE < = 11 14 7,9 < ROE < = 9 12
6,6 < ROE < = 7,9 10 5,3 < ROE < = 6,6 8,5
4 < ROE < = 5,3 7
2,5 < ROE < = 4 5,5 1 < ROE < = 2,5 4
0 < ROE < = 1 2 ROE < 1 0
Tabel 2.9
Daftar skor penilaian ROI
ROI (%) Skor Penilaian
18 < ROI 15 15 < ROI < = 18 13,5
13 < ROI < = 15 12
48
12 < ROI < = 13 10,5 10,5< ROI < = 12 9
9 < ROI < = 10,5 7,5 7 < ROI < = 9 6
5 < ROI < = 7 5
3 < ROI < = 5 4 1 < ROI < = 3 3
0 < ROI < = 1 2 ROI < 1 1
Tabel 2.10
Daftar Skor Cash Ratio
Cash Ratio (%) Skor Penilaian X > = 35 5 25 < = X > 35 4 15 < = X > 25 3 4 < = X > 15 2 5 < = X > 4 1 0 < = X > 5 0
Tabel 2.11
Daftar Skor Current Ratio
Current Ratio (%) Skor Penilaian 125 < = X 5
110 < = X < 125 4 100 < = X < 110 3 95 < = X < 100 2 90 < = X < 95 1
< 90 0 Tabel 2.12
Daftar skor penilaian Collection Periods
CP = X (hari) Perbaikan = X (%) Skor Penilaian X < = 60 X > 35 5 60 < X < = 90 30 < X < = 35 4.5 90 < X < = 120 25 < X < = 30 4 120 < X < = 150 20 < X < = 25 3.5 150 < X < = 180 15 < X < = 20 3 180 < X < = 210 10 < X < = 15 2.4 210 < X < = 240 6 < X < = 10 1.8 240 < X < = 270 3 < X < = 6 1.2 270 < X < = 300 1 < X < = 3 0.6 300 < X 0 < X < = 1 0
49
Tabel 2.13
Daftar Skor penilaian inventory turn over
PP = X (hari) Perbaikan = X (%) Skor Penilaian X < = 60 35 < X 5 60 < X < = 90 30 < X < = 35 4.5 90 < X < = 120 25 < X < = 30 4 120 < X < = 150 20 < X < = 25 3.5 150 < X < = 180 15 < X < = 20 3 180 < X < = 210 10 < X < = 15 2.4 210 < X < = 240 6 < X < = 10 1.8 240 < X < = 270 3 < X < = 6 1.2 270 < X < = 300 1 < X < = 3 0.6 300 < X 0 < X < = 1 0
Tabel 2.14
penilaian perputaran Total asset
TATO = x (%) Perbaikan = X (%) Skor Penilaian 120 < X 20 < X 5 105 < X < = 120 15 < X < = 20 4,5 90 < X < = 105 10 < X < = 15 4 75 < X < = 90 5 < X < = 10 3,5 60 < X < = 75 0 < X < = 5 3 40 < X < = 60 X < = 0 2,5 20 < X < = 40 X < = 0 2 X < = 20 X < = 0 1,5
Tabel 2.15
Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset
Total Equity to Total Asset (%) Skor Penilaian
X < 0 0 0 < = X < 10 4
10 < = X < 20 6 20 < = X < 30 7,25
30 < = X < 40 10
40 < = X < 50 9 50 < = X < 60 8,5
60 < = X < 70 8 70 < = X < 80 7,5
80 < = X < 90 7 90 < = X < 100 6,5
50
2.4 Kinerja
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi
kebutuhan masyarakat sangat tergantung kepada kinerja perusahaan dan manajer
perusahaan di dalam melaksanakan semua tanggung jawabnya.
2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan dan Penilaian Kinerja
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai
laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Kinerja keuangan
dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai secara
kuantitatif dalam bentuk uang yang dilihat dari segi pengelolaannya,
pergerakannya, maupun tujuannya.
Pengertian kinerja menurut Jumingan (2006:239), adalah sebagai berikut:
“Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam
kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek
pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek
teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya”.
Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Jumingan (2006:239),
adalah sebagai berikut :
“kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas”.
Dari definisi kinerja ataupun kinerja keuangan yang dipaparkan, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu pencapaian akan sesuatu
hal yang akan selalu diukur oleh perusahaan dengan menggunakan berbagai alat
ukur dengan tujuan untuk meningkatkan keefektifitpan dan keefisienan
perusahaan dalam menghasilkan income bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Penialian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjelaskan
pengertian mengenai penilaian dan kinerja , yaitu :
“Penilaian mempunyai arti proses atau cara menilai. Dalam bahasa Inggris
sering diartikan dengan kata measurment yang berarti sistem pengukuran”.
51
“Kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja atau sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Dalam bahasa Inggris sering
diartikan dengan performance yang mempunyai arti pelaksanaan”.
Jika kedua pengertian ini digabungkan, maka pengertian dari penilaian
kinerja menurut Mulyadi (2001:415) adalah sebagai berikut :
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
2.4.2 Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mengandung makna suatu sistem pengukuran mengenai
pelaksanaan kemampuan kinerja suatu organisasi.
Dengan demikian pengukuran meliputi seluruh aktivitas dari berbagai
level organisasi atau perusahaan. Aktivitas organisasi dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu :
1. Eksternal effectivenees yang pengukurannya pada stokeholder
2. Internal effectivenees yang pengukurannya berbasis pada effisiensi dan
produktivitas
Jadi pada prinsipnya penilaian kinerja bertujuan untuk meningkatkan
kinerja perusahaan melalui suatu proses yaitu cara atau tolak ukur kinerja
perusahaan.
2.4.3 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk
pada para manajer dan untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur
penilaian kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama
dalam organisasi atau perusahaan. Karena alat ukur penilaian kinerja dapat
mempengaruhi perilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat
keserasian tujuan. Dengan kata lain, kinerja berpengaruh dalam mewujudkan
tujuan perusahaan.
52
Cara penilaian kinerja yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah
Balance Scorecard. Karena Balance scorecard telah terbukti cukup sukses dalam
menilai kinerja perusahaan, dan juga sangat membantu manajemen dalam
mengambil keputusan yang strategik dalam menciptakan nilai ekonomis di masa
depan.
Pengertian Balance Scorecard menurut Mulyadi dalam bukunya Balance
Scorecard (2001: ) adalah
“ sebuah sistem manajemen stratejik untuk menciptakan nilai ekonomis
suatu entitas dengan mengintregrasikan berbagai ukuran kinerja secara
seimbang antara aspek finansial dengan non finansial yang diturunkan
dalam visi dan misi perusahaan”.
Cara Balance scorecard bekerja dalam menilai kinerja adalah sebagai
berikut Balance scorecard menggabungkan dua aspek penting dalam proses bisnis
yaitu keuangan dan non keuangan. Dari dua aspek ini dikembangkan menjadi
empat perspektif yang astu sama lain memiliki arti penting yang sama, empat
perspektif itu adalah
1. Perspektif keuangan (Finansial)
2. Perspektif Pelanggan (Customer)
3. Perspektif proses bisnis internal
4. Perspektif pembelajaran
Namun demikian , empat perspektif tersebut harus dilihat sebagai sebuah
model (Template), bukan sebagai aturan baku yang tidak bisa dirubah.
Ukuran kinerja dari perspektif keuangan (finansial), dalam penerapan
Balance scorecard untuk pengukuran kinerja keuangan (finansial), perusahaan
perlu menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan siklus hidup bisnis
perusahaan pada saat perusahaan harus bertahan hidup, mencapai kesuksesan dan
kesejahteraan perusahaan, dan kemudian menentukan ukuran hasil (outcome
measure) dari setiap sasaran strategik tersebut.
53
Tabel 2.16
gambar Ukuran Kinerja dari Perspektif Keuangan (finansial)
Sasaran Strategik
Bertahan hidup (survive)
Berhasi (success)
Sejahtera (prosper)
Ukuran hasil
Arus Kas
Pertumbuhan pendapatan penjualan
kuartalan dan pertumbuhan laba
operasi kuartalan
Kenaikan pangsa pasar dan ROE
Ukuran kinerja dari perspektif pelanggan (Customer), balance scorecard
menuntut manager untuk menerjemahkan visi organisasi ke dalam sasaran-sasaran
strategik yang benar-benar ditujukan untuk memuaskan kebutuhan custome.
Dalam penerapan balance scorecard untuk pengukuran kinerja dari perspekitf
customer, perusahaan perlu menentukan sasaran strategik yang berkaitan dengan
waktu, kualitas kerja dan layanan, serta biaya, dan kemudian menentukan ukuran
hasil (outcome measure) untuk setiap sasaran strategik tersebut.
Ukuran kinerja dari perspektif proses bisnis internal, kinerja perusahaan
dari perspektif customer diperoleh dari proses bisnis internal yang
diselenggarakan oleh perusahaan. Manager harus memfokuskan perhatiannya
kepada proses bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan dan manager juga
harus fokus kepada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan
costumer, perusahaan harsu memilih proses dan kompetensi yang menjadi
unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja proses dan
kompetensi tersebut.Dalam penerapan Balance scorecard untuk pengukuran
kinerja dari perspektif bisnis internal, perusahaan perlu menentukan sasaran
strtegik yang berkaitan dengan cycle time, kualitas, keterampilan karyawan,
produktivitas dan kemudian menentukan hasil (outcome measures) untuk setiap
sasaran strategik tersebut.
Ukuran kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dalam
penerapan Balance scorecard untuk pengukuran kinerja dari perspekitf
54
pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan perlu menentukan strategik yang
berkaitan dengan kompetensi dan komitmen personel, ketersediaan sarana
prasarana dan teknologi, dan kemudian menentukan ukuran hasil (outcome
measure) untuk setiap sasaran strtegik tersebut.
Selain Balance Scorecard, juga terdapat beberapa cara penilaian kinerja
perusahaan lainnya. Salah satunya menurut Hansen Mowen dalam bukunya
Manajemen Biaya (2001:822) adalah :
a) Laba atas investasi (ROI)
Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi,
yaitu alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva
yang akan dipakai adalah menghitung laba yang akan dihasilkan per
rupiah investasi
b) Laba Residual (residual income)
Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian
rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan
c) Nilai Tambah Ekonomis (economic value added)
Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya tahunan. Jika
EVA positif, berarti perusahaan sedang menghasilkan kekayaan. Jika
EVA negatif, maka perusahaan tidak menghasilkan kekayaan.
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan khususnya BUMN terdapat
ketentuan penilaian tingkat kesehatan, berdasarkan SK mentri BUMN
No.100/MBU/2002 untuk melihat sejauh mana tingkat kesehatan perusahaan total
bobot kinerja perusahaan ditentukan pada Bab II pasal 3 yaitu sebagai berikut :
a. Sehat, yang terdiri dari :
� AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95
� AA apabila 80 < TS < = 95
� A apabila 65 < TS < = 80
b. Kurang Sehat, yang terdiri dari :
� BBB apabila 50 < TS < = 65
� BB apabila 40 < TS < = 50
55
� B apabila 30 < TS < = 40
c. Tidak Sehat, yang terdiri dari :
� CCC apabila 20 < TS < = 30
� CC apabila 10 < TS < = 20
� C apabila TS < = 10
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap
kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian :
a. Aspek keuangan
b. Aspek Operasional
c. Aspek Administrasi
Penilaian tingkat kesehatan BUMN sesuai keputusan ini hanya diterapkan
bagi BUMN apabila hasil pemeriksaan akuntan terhadap perhitungan keuangan
tahunan perusahaan yang bersangkutan dinyatakan dengan kualifikasi “ wajar
tanpa pengecualian” atau kualifikasi “ wajar dengan pngecualian “ dari akuntan
publik atau badan pemeriksa keuangan dan pembangunan.
Penilaian tingkat kesehatan BUMN ditetapkan setiap tahun dalam
pengesahan laporan tahunan rapat umum pemegang saham atau mentri BUMN
untuk perusahaan umum (PERUM).
2.4.4 Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja mempunyai manfaat yang
dapat digunakan oleh manajemen, anatara lain :
1. Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan menyediakan kriteria, seleksi dan evaluasi proses pelatihan
karyawan
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
56
5. Menyediakan suatu dasar hasil distribusi penghargaan
2.4.5 Tahap-tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:420) penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua
tahap utama, yaitu :
1. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci :
a) Penentuan daerah pertanggung jawaban dan manajer yang
bertanggung jawab
b) Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja
c) Pengukuran kinerja yang sesungguhnya
2. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :
a) Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapakn sebelumnya
b) Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja
sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar
c) Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan
2.4.6 Kriteria Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2001:428),
menyebutkan bahwa kriteria penilaian kinerja manajer yang dipilih harus sesuai
dengan ruang lingkup tanggung jawabnya yang dibebankan kepada manajer,
yaitu :
1. Manajer pusat laba dinilai kinerjanya berdasarkan pencapaian ROI,
Residual Income, dan produktivitas yang telah ditetapkan
2. Manajer pusat biaya teknik dinilai kinerjanya berdasarkan pencapaian
target produksi dengan biaya di bawah yang dianggarkan atau
produktivitas
3. Manajer pusat biaya kebijakan dinilai kinerjanya berdasarkan
keberhasilan untuk melaksanakan semua tugasnya dalam batas yang
telah ditetapkan dalam anggaran
57
2.5 Hubungan Kinerja Perusahaan Dengan Analisis Laporan Keuangan
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai
laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Performa suatu
perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari
laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan selama periode tertentu.
Harrington (1991:1), menyatakan pendapat sebagai berikut :
“The primary resources of information these analyst use to evaluate a firm
performance are it’s financial statement, the historical record of it’s past
performance”.
Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis
atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil tersebut dapat diketahui
prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Interpretasi atau analisis laporan keuangan suatu
perusahaan adalah sangat penting bagi pihak yang berkepentingan dan perusahaan
yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing berbeda.
Selanjutnya dikatakan pula oleh Harrington (1991:1), bahwa :
“The finacial performance of coorporation is of vital interest to many
groups and individual”.
Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulakn bahwa kinerja keuangan
perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama
bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu manajemen
perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerja dari periode ke periode.
Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kesehatan perusahaan
dengan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a) Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dan kesehatan
perusahaan, yaitu cara melakukan analisis atau interpretasi terhadap
laporan keuangan
58
b) Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-
pihak yang berkpentingan dengan perusahaan, untuk membantu
mereka dalam proses pengambilan keputusan
c) Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan, maka dapat membantu
manajemen dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kondisi
keuangan di masa yang akan datang
Melakukan analisis dan interpretasi terhadap lapran keuangan sangat
bermanfaat, dan menjadi keharusan bagi setiap perusahaan. Hal tersebut berguna
bagi perusahaan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan perusahaan yang
bersangkutan, terutam bagi pimpinan atau manjer perusahaan, sehingga dapat
diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan
selama periode yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka manajemen atau pimpinan
perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan, penyusunan rencana dan
kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. Selain itu,
manajemen dapat mempertahankan bahkan meningkatkan hasil-hasil yang telah
dicapai perusahaan pada periode sebelumnya.