Upload
phungquynh
View
235
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI
SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA
CERNA PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING
AYAM PEDAGING JANTAN
Oleh
RAHMAWATI RIZKY HAPSARI
NIM 060610188
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI
SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA
PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING
AYAM PEDAGING JANTAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Oleh
RAHMAWATI RIZKY HAPSARI
NIM 060610188
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Lilik Maslachah drh MKes)
Pembimbing Serta
(Dr Hj Sri Hidanah Ir MS)
Pembimbing Utama
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul
Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung
terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Surabaya 19 Juli 2010
Rahmawati Rizky Hapsari
NIM 060610188
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian
Tanggal 9 Juli 2010
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Sekretaris Herman Setyono drh MS
Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS
Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes
Telah diuji pada
Tanggal 15 Juli 2010
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Anggota Herman Setyono drh MS
Retno Sri Wahyuni drh MS
Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Lilik Maslachah drh MKes
Surabaya 19 Juli 2010
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Dekan
Prof Hj Romziah Sidik drh PhD
NIP 195 312 161 978 062 001
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI
SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA
PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING
AYAM PEDAGING JANTAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Oleh
RAHMAWATI RIZKY HAPSARI
NIM 060610188
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Lilik Maslachah drh MKes)
Pembimbing Serta
(Dr Hj Sri Hidanah Ir MS)
Pembimbing Utama
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul
Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung
terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Surabaya 19 Juli 2010
Rahmawati Rizky Hapsari
NIM 060610188
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian
Tanggal 9 Juli 2010
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Sekretaris Herman Setyono drh MS
Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS
Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes
Telah diuji pada
Tanggal 15 Juli 2010
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Anggota Herman Setyono drh MS
Retno Sri Wahyuni drh MS
Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Lilik Maslachah drh MKes
Surabaya 19 Juli 2010
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Dekan
Prof Hj Romziah Sidik drh PhD
NIP 195 312 161 978 062 001
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul
Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung
terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Surabaya 19 Juli 2010
Rahmawati Rizky Hapsari
NIM 060610188
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian
Tanggal 9 Juli 2010
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Sekretaris Herman Setyono drh MS
Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS
Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes
Telah diuji pada
Tanggal 15 Juli 2010
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Anggota Herman Setyono drh MS
Retno Sri Wahyuni drh MS
Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Lilik Maslachah drh MKes
Surabaya 19 Juli 2010
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Dekan
Prof Hj Romziah Sidik drh PhD
NIP 195 312 161 978 062 001
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian
Tanggal 9 Juli 2010
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Sekretaris Herman Setyono drh MS
Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS
Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes
Telah diuji pada
Tanggal 15 Juli 2010
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Anggota Herman Setyono drh MS
Retno Sri Wahyuni drh MS
Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Lilik Maslachah drh MKes
Surabaya 19 Juli 2010
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Dekan
Prof Hj Romziah Sidik drh PhD
NIP 195 312 161 978 062 001
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Telah diuji pada
Tanggal 15 Juli 2010
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc
Anggota Herman Setyono drh MS
Retno Sri Wahyuni drh MS
Dr Hj Sri Hidanah Ir MS
Lilik Maslachah drh MKes
Surabaya 19 Juli 2010
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga
Dekan
Prof Hj Romziah Sidik drh PhD
NIP 195 312 161 978 062 001
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN
FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION
TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER
DIGESTIBILITY OF BROILER
Rahmawati Rizky Hapsari
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour
soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter
digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was
classified into four groups and six replications This research used Completely
Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean
fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of
this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of
fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to
crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly
with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented
cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler
feed
Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein
digestibility dry matter digestibility broiler
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi
Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam
Pedaging Jantan
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project
director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta
masukan selama penyusunan skripsi ini
4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia
memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini
5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh
MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku
anggota penguji
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas
bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan
Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam
proses penelitian ini
9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak
penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga
yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini
10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman
seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat
kepada penulis
11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga selesainya penulisan ini
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan
Surabaya 19 Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN IDENTITAS iii
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Landasan Teori 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
16 Hipotesis Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10
23 Tinjauan Limbah Tempe 12
24 Tinjauan Fermentasi 13
241 Aspergillus niger 13
242 Lactobacillus sp 14
25 Tinjauan Jagung 16
26 Daya Cerna Bahan Pakan 16
261 Daya cerna bahan kering 18
262 Daya cerna protein kasar 20
BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22
32 Materi Penelitian 22
321 Hewan percobaan 22
322 Bahan penelitian 22
323 Alat penelitian 23
33 Metode Penelitian 24
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
332 Persiapan hewan coba 25
333 Perlakuan pada hewan coba 25
34 Rancangan Penelitian 28
35 Variabel Penelitian 28
351 Variabel bebas 28
352 Variabel tergantung 28
353 Variabel kendali 28
36 Parameter Penelitian 28
37 Analisis Data 30
38 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 4 HASIL PENELITIAN
41 Daya Cerna Protein Kasar 32
42 Daya Cerna Bahan Kering 33
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya Cerna Protein Kasar 34
52 Daya Cerna Bahan Kering 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan 38
62 Saran 38
RINGKASAN 39
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher
sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10
22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12
23 Komposisi kimiawi jagung 16
31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26
32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26
41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta
data transformasi radicy 32
42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta
data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48
2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49
3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50
4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51
5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53
6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung
limbah tempe fermentasi yang berbeda 54
7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55
8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 56
9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian
per ekor per hari (gram) 57
10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta
per ekor per hari () 58
11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna protein kasar 59
12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam
pedaging dengan Anova 60
13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya
cerna bahan kering 62
14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam
pedaging dengan Anova 63
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
ANOVA Analysis of Variant
RAL Rancangan Acak Lengkap
SD Standart Deviation
SPSS Statistical Program and Service Solution
ordm C Derajat Celsius
persentase
BK Bahan Kering
kg Kilogram
pH power of Hidrogen
PK protein kasar
dkk dan kawan-kawan
et al et alii
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke
depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan
bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan
namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk
diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)
Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam
membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan
masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)
Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli
1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan
pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan
industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai
kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi
Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari
cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya
menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu
peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri
(Arif 2005)
Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging
karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir
(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam
ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan
(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini
lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak
bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)
Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang
berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan
bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah
didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan
mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri
(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan
memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah
menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan
potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar
kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu
serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume
epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)
Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )
Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91
protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40
(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor
pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena
koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada
dkk 2006)
Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara
fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik
yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap
penyimpanan (Rahayu dkk 2001)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan
Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106
- 108cc) masing - masing sebanyak 05
dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi
15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)
Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan
bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi
jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya
produksi dalam usaha peternakan
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat
disajikan adalah
1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan
2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh
terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan
13 Landasan Teori
Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak
khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang
cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3
(Hidanah dkk 2009)
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah
dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut (Rachmawan 2001)
Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara
pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena
adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)
Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain
Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa
(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa
yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein
sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang
lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak
(Rokhmani 2009)
Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus
niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula
12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi
40 ( Hidanah dkk 2009 )
Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401
protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)
Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung
limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi
tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan
bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe
fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)
14 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
15 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung
untuk ransum ayam pedaging
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
16 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat
diajukan adalah
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15
sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna
bahan kering ayam pedaging jantan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Ayam Pedaging
Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi
terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa
sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan
cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak
mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan
membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui
masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam
minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia
unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung
kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut
terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk
sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum
menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke
ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan
menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan
dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil
ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies
lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik
dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati
lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan
pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi
usus halus (Anggorodi 1985)
Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam
kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung
dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging
Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung
bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh
unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk
berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan
bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur
kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman
kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21
Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase
Finisher sesuai SNI
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air (maks) 140
2 Protein kasar (min) 180 - 220
3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70
4 Serat kasar (maks) 55
5 A b u (maks) 50 ndash 80
6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12
7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10
8 Aflatoxin (maks) ppb 600
9 Lisin (min) 090
10 Metionin (min) 010
Sumber SNI 2003
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh
unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh
yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi
serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat
dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat
memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai
sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh
memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku
pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)
Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan
keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan
temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada
umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan
pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)
Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal
atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25
hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging
jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini
disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding
konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam
pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)
Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang
berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon
androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
23 Tinjauan Limbah Tempe
Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan
mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram
hariorang (Lindajati dkk 1991)
Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe
limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit
setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22
Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe
Bahan kering () 9493
Protein kasar () 1269
Serat kasar () 4461
Sumber Hidanah dkk 2009
Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi
menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak
(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa
bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang
memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi
lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya
(Supriyati dkk 1998)
Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang
digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger (106
- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp
(106
- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya
1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461
menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada
kisaran 3
24 Tinjauan Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam
suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai
nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)
fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan
untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan
serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya
Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air
suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung
(Rahayu dan Sudarmadji 1990)
241 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum
Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo
Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-
koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya
berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap
sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa
dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600
microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna
cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)
Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase
dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan
(Klich 2002 Tzean dkk 1990)
Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang
difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat
meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152
dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401
sehingga memperbaiki daya cernanya
242 Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum
Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae
Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri
mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat
Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat
mencegah pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim
proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel
Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan
peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis
kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan
dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)
Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu
kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta
dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak
sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)
Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam
ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat
probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim
bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
25 Tinjauan Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging
Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam
penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam
pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)
Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini
terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin
tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas
tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung
berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)
Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23
Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung
Bahan pakan Bahan kering
()
Protein kasar
()
EE
()
Serat kasar
()
Abu
()
BETN
()
Jagung 860 89 40 22 17 688
Sumber Setyono dkk 2007
Keterangan = EE = Ether Extract
BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
26 Daya Cerna Bahan Pakan
Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan
pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses
pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur
secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari
pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat
dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)
Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna
makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat
dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar
Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)
Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan
menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga
menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap
pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya
cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih
luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)
Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh
hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat
kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-
ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan
mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna
Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan
daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami
penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)
261 Daya cerna bahan kering
Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan
bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna
mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)
Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh
Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari
bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan
105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
air (Tillman dkk 1998)
Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat
bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga
penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan
dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan
( Tillman dkk 1993)
Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan
kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga
menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna
bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap
tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun
dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang
diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna
(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
262 Daya cerna protein kasar
Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung
persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan
non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen
dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau
besi ( Frandson 1993)
Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55
Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235
Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)
Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang
dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan
pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi
metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang
esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)
Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu
membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan
harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan
pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)
Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian
protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara
lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein
nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa
(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih
mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan
tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau
tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77
sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna
proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk
pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya
cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 3 MATERI DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk
pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada
hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai
awal September 2009
32 Materi Penelitian
321 Hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam
pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk
CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang
dipergunakan dalam keadaan sehat
322 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang
diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya
Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger
(106-10
8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10
6-10
8cc) sebesar 3
Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak
30 dari jumlah yang difermentasi
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari
jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk
lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan
perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase
finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang
berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan
dapat dilihat dalam Tabel 31
Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam
vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air
bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium
permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc
untuk desinfeksi
323 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus
kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe
mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia
sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan
Weston 5 kg dan spidol marker
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu
kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100
Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
33 Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan
alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah
tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba
331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi
Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang
sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar
matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal
ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri
dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering
atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga
limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan
Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis
masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air
steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp
yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi
dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi
fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik
pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe
dikeringkan (Hidanah dkk 2009)
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
332 Persiapan hewan coba
Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang
dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan
enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu
minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan
berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas
sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt
sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan
peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan
Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2
menggunakan larutan
lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan
Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40
dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4
20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar
dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk
yang plusmn 32-33 ordmC
333 Perlakuan pada hewan coba
Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang
indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun
perlakuan tersebut masing ndash masing adalah
1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
(kontrol )
2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum
Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada
Tabel 32
Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas
24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai
ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran
pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang
baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap
Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu
terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data
konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta
juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap
sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor
ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu
minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis
dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering
(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan
data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis
proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta
Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang
tersaji pada parameter penelitian
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
t (n-1) ge 15
34 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan
Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
Keterangan
t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)
35 Variabel Penelitian
351 Variabel bebas
Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger
05 dan Lactobacillus sp 3
352 Variabel tergantung
Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan
353 Variabel kendali
Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam
pedaging
36 Parameter Penelitian
Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan
protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan
dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang
dikeluarkan
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari
selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam
setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang
dikonsumsi
Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan
setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan
kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama
seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk
dianalisis kadar bahan kering dan protein
Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut
Anggorodi (1990)
Daya cerna bahan kering =
Daya cerna protein =
Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan
Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
37 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang
diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos
Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan
yang terbaik (Kusriningrum 2008)
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
38 Alur Penelitian
P0
Tanpa substitusi
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P1
Substitusi 5
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P3
Substitusi 15
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
P2
Substitusi 10
tepung limbah
tempe
fermentasi
dalam ransum
Pada minggu kelima dilakukan
penampungan dan penimbangan
ekskreta (selama tujuh hari)
Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp
3 selama 7 hari
Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging
jantan umur tiga minggu
Perlakuan selama 2 minggu
Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering
Dicampur dengan bahan pakan jagung
bekatul dan konsentrat
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging
jantan meliputi
41 Daya Cerna Protein Kasar
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41
Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604
P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821
P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663
P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
42 Daya Cerna Bahan Kering
Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42
Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta
Data Transformasi radicy
Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering
Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah
ditransformasi radicy
P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753
P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067
P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398
P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612
Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi
sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan
Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum
ayam pedaging
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 5 PEMBAHASAN
51 Daya cerna Protein Kasar
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan
kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di
antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1
P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar
ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan
P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan
Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila
dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein
kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya
cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan
pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)
Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah
sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian
menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda
nyata
Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana
(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar
75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini
menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini
berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130
dan P3 9148
52 Daya Cerna Bahan Kering
Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan
kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar
airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral
dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin
Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering
yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang
disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat
mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif
terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat
1975 Stanton dan Yeoh 1976)
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam
pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan
Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara
berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)
Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan
kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)
Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing
5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama
seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering
ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213
dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan
tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering
adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)
tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju
1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar
protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor
pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung
Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659
(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil
perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang
sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa
1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
62 Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan
bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam
pedaging sampai persentase 15
2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging
terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan
keuntungan dari segi ekonomi
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
RINGKASAN
Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung
Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein
Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri
Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes
selaku Dosen Pembimbing Serta
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung
limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15
terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian
tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu
Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal
bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang
dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707
digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing
enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai
substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1
(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian
yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple
Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah
tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan
bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-
masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan
9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga
pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna
protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing
perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763
Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan
tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar
dan bahan kering ayam pedaging jantan
Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai
substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe
fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson
1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and
Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494
Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta
Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir
Universitas Indonesia Press Jakarta
Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan
http wwwsearchindonesiacom
Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi
Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung
Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia
Oktober 99 No 233 Hal 43-45
Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid
jagungtiganol pdf[31 agustus2009]
FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and
Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002
Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak
Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan
Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada
University Press Yogyakarta
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan
Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of
Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal
Cells Journal of Food Science 531514-1516
Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah
poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1
Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry
Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368
Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU
Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor
Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi
Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian BogorBogor
Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di
Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor
Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999
Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam
Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112
Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9
Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The
Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures
Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan
Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum
Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor
Bogor
Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17
Th4
Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd
EdW Green and Son Limited London
Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition
Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine
Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile
of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African
Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain
University Nigeria
Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius
Yogyakarta
Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui
Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya
Jakarta
Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro
Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at
Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd
Conference on
Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995
Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek
Bogor
Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan
Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan
GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta
Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT
Ltd New Delhi 27 ndash 50
Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta
Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap
Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari
LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak
Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0
5-10pdf
Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula
Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi
Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility
Experiment The University of Georgia Press New York
Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum
terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging
Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Surabaya
Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A
Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi
Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai
Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168
SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan
Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas
Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher
httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-
pedagingpdf [01 Januari 2010]
Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving
Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product
Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of
Tropical Fish London
Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh
Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi
dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali
Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali
Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor
Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti
Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170
Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung
untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4
Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta
Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan
Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press
Yogyakarta
Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998
Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University
Press Yogyakarta
Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi
Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12
Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW
1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan
Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat
Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam
Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga Surabaya
Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus
Agrisarana Jakarta
Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma
viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam
Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung
Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT
Wonokoyo Pasuruan
Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-
395-3
Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University
Press Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe
Limbah tempe dikukus 30 menit dan
dikeringkan
Digiling menjadi bentuk
tepung
Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05
dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari
Tepung Limbah Tempe
Fermentasi
Dibuka dan diangin-anginkan
Dicampur dengan bahan
pakan jagung bekatul dan
konsentrat
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo
Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari
Jagung
Pollard
Bungkil Kedelai
Rapeseed
Tepung daging
Tepung tulang
Biji batu
CPO
Vitamin
Mineral
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air
Prinsip
Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya
Alat yang digunakan
Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi
silica gel
Cara kerja
1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu
jam
2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)
3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)
Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu
malam
4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator
selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)
5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Sumber Setyono dkk (2007)
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar
Prinsip
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan
faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan
faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein
mengandung nitrogen sebanyak 16
Bahan Kimia yang digunakan
Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil
merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest
Alat yang digunakan
Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik
Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta
seperangkat alat Marcam Steel
Cara kerja
1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui
beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal
Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak
seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat
2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam
Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan
menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan
beberapa saat sampai labu menjadi dingin
3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan
encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan
larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai
homogen
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat
dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green
untuk menampung hasil penguapan
5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000
cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc
yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel
6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong
alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc
7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam
Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit
terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah
mencapai 50 cc
8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001
N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih
9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Protein kasar =
Keterangan
N adalah normolitas H2SO4 = 0014
P adalah pengenceran 250 10 = 25
Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air
Protein kasar berdasar BK =
Sumber Setyono dkk(1997)
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion
Setiap kilogram mengandung
Vitamin A6000000 IU
Vitamin D31200000 IU
Vitamin E2500 IU
Vitamin K3 g
Vitamin B12 g
Vitamin B23 g
Vitamin B61 g
Vitamin B122 mg
Vitamin C20 g
Nicotinic acid15 g
Calcium-D-pantothenate5 g
Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan
Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda
Bahan Pakan P0
()
P1
()
P2
()
P3
()
Jagung 60 55 50 45
Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15
Konsentrat 30 30 30 30
Bekatul 10 10 10 10
Total 100 100 100 100
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan
Sampel BK
()
Abu
()
Protein
()
Lemak
()
SK
()
BETN
()
BO
()
Energi
(Kkalkg)
P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735
P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303
P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491
P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049
Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan
(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir
Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9714 10571 100 10571
2 9571 10357 8571 10857
3 8643 8429 105 11071
4 9071 9643 85 10714
5 10571 10929 120 90
6 8929 9357 11357 7929
Jumlah 56499 59286 60929 59943
Rata-rata 9417 9881 10155 10024
SD 693 921 1431 1266
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian
Per Ekor Per Hari (Gram)
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 765714 748571 721428 724285
2 741428 791428 7328 765714
3 701428 731428 701428 732857
4 732857 701428 65 731428
5 708571 711428 765714 824285
6 834285 784285 765714 757142
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering
Ekskreta Per Ekor Per Hari ()
Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8360 6470 9924 5931
2 7595 6536 8183 6917
3 7238 6957 7355 7680
4 7784 7219 7984 7784
5 7345 6310 7398 7646
6 7094 6835 7907 7126
Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 251644 211975 237916 275001
2 272746 206929 253498 225369
3 263416 255624 272671 279786
4 255281 247256 272654 257534
5 249659 262547 242653 261658
6 271527 272867 259865 278649
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi
Daya Cerna Protein Kasar
Data Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8990 9413 9014 9346
2 9022 9375 8973 9357
3 9016 9067 9224 9168
4 9022 9215 9036 9200
5 9251 9348 9336 8929
6 8904 9055 9198 8891
sum 54205 55473 54781 54891
x 9034 9245 9130 9148
Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 9481 9702 9494 9667
2 9498 9682 9472 9673
3 9495 9522 9604 9574
4 9498 9599 9505 9591
5 9618 9668 9662 9449
6 9436 9515 9590 9429
sum 57027 5769 57329 57385
x 86713 9615 9554 9564
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Protein kasar
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
3712 3 1237 1177 344
Within Groups
21031 20 1052
Total 24743 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
pk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
pk
substitusi limbah tempe
p0 1 94815
2 94984
3 94952
4 44984
5 96182
6 94361
Total N 6
Mean 8671300
Std Deviation 20451877
p1 1 97020
2 96824
3 95220
4 95994
5 96685
6 95157
Total N 6
Mean 9615000
Std Deviation 0821302
p2 1 94942
2 94725
3 96041
4 95057
5 96622
6 95906
Total N 6
Mean 9554883
Std Deviation 0749711
p3 1 96674
2 96731
3 95749
4 95916
5 94493
6 94292
Total N 6
Mean 9564250
Std Deviation 1046916
Total N 24
Mean 9351358
Std Deviation 10371991
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi
Daya Cerna Bahan Kering
Data Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 7814 8333 8105 7917
2 7671 8244 7608 8243
3 7644 7536 7989 7953
4 7727 8002 7699 8056
5 8156 8112 8291 7351
6 7204 7460 8066 7059
sum 46216 47687 47758 46579
x 7702 7947 7959 7763
Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering
Ulangan P0 P1 P2 P3
1 8839 9128 9002 8897
2 8758 9079 8722 9079
3 8742 8681 8938 8917
4 8790 8945 8774 8975
5 9031 9006 9105 8573
6 8487 8637 8981 8401
sum 52649 53478 53528 52845
x 8774 8913 8920 8807
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering
Ayam Pedaging dengan Anova
ANOVA Bahan Kering
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Between Groups
098 3 033 801 508
Within Groups
815 20 041
Total 913 23
Case Processing Summary(a)
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
bk substitusi limbah tempe
24 1000 0 0 24 1000
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases
Case Summaries(a)
bk
substitusi limbah tempe
p0 1 88396
2 87584
3 87429
4 87903
5 90310
6 84876
Total N 6
Mean 8774967
Std Deviation 1754126
p1 1 91285
2 90796
3 86810
4 89453
5 90066
6 86371
Total N 6
Mean 8913017
Std Deviation 2068550
p2 1 90027
2 87223
3 89381
4 87743
5 91054
6 89810
Total N 6
Mean 8920633
Std Deviation 1453082
p3 1 88977
2 90790
3 89179
4 89755
5 85737
6 84017
Total N 6
Mean 8807583
Std Deviation 2613796
Total N 24
Mean 8854050
Std Deviation 1992272
a Limited to first 100 cases