78
SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING AYAM PEDAGING JANTAN Oleh : RAHMAWATI RIZKY HAPSARI NIM 060610188 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI

SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA

CERNA PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING

AYAM PEDAGING JANTAN

Oleh

RAHMAWATI RIZKY HAPSARI

NIM 060610188

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2010

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI

SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA

PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING

AYAM PEDAGING JANTAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Oleh

RAHMAWATI RIZKY HAPSARI

NIM 060610188

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Lilik Maslachah drh MKes)

Pembimbing Serta

(Dr Hj Sri Hidanah Ir MS)

Pembimbing Utama

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul

Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung

terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surabaya 19 Juli 2010

Rahmawati Rizky Hapsari

NIM 060610188

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal 9 Juli 2010

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Sekretaris Herman Setyono drh MS

Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS

Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes

Telah diuji pada

Tanggal 15 Juli 2010

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Anggota Herman Setyono drh MS

Retno Sri Wahyuni drh MS

Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Lilik Maslachah drh MKes

Surabaya 19 Juli 2010

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan

Prof Hj Romziah Sidik drh PhD

NIP 195 312 161 978 062 001

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 2: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI

SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP DAYA CERNA

PROTEIN KASAR DAN BAHAN KERING

AYAM PEDAGING JANTAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Oleh

RAHMAWATI RIZKY HAPSARI

NIM 060610188

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Lilik Maslachah drh MKes)

Pembimbing Serta

(Dr Hj Sri Hidanah Ir MS)

Pembimbing Utama

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul

Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung

terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surabaya 19 Juli 2010

Rahmawati Rizky Hapsari

NIM 060610188

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal 9 Juli 2010

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Sekretaris Herman Setyono drh MS

Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS

Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes

Telah diuji pada

Tanggal 15 Juli 2010

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Anggota Herman Setyono drh MS

Retno Sri Wahyuni drh MS

Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Lilik Maslachah drh MKes

Surabaya 19 Juli 2010

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan

Prof Hj Romziah Sidik drh PhD

NIP 195 312 161 978 062 001

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 3: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul

Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung

terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantan

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surabaya 19 Juli 2010

Rahmawati Rizky Hapsari

NIM 060610188

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal 9 Juli 2010

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Sekretaris Herman Setyono drh MS

Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS

Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes

Telah diuji pada

Tanggal 15 Juli 2010

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Anggota Herman Setyono drh MS

Retno Sri Wahyuni drh MS

Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Lilik Maslachah drh MKes

Surabaya 19 Juli 2010

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan

Prof Hj Romziah Sidik drh PhD

NIP 195 312 161 978 062 001

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 4: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal 9 Juli 2010

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Sekretaris Herman Setyono drh MS

Anggota Retno Sri Wahyuni drh MS

Pembimbing Utama Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Pembimbing Serta Lilik Maslachah drh MKes

Telah diuji pada

Tanggal 15 Juli 2010

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Anggota Herman Setyono drh MS

Retno Sri Wahyuni drh MS

Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Lilik Maslachah drh MKes

Surabaya 19 Juli 2010

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan

Prof Hj Romziah Sidik drh PhD

NIP 195 312 161 978 062 001

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 5: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Telah diuji pada

Tanggal 15 Juli 2010

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua Dr Dady S Nazar drh MSc

Anggota Herman Setyono drh MS

Retno Sri Wahyuni drh MS

Dr Hj Sri Hidanah Ir MS

Lilik Maslachah drh MKes

Surabaya 19 Juli 2010

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan

Prof Hj Romziah Sidik drh PhD

NIP 195 312 161 978 062 001

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 6: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

THE USE OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN

FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION

TO CRUDE PROTEIN AND DRY MATTER

DIGESTIBILITY OF BROILER

Rahmawati Rizky Hapsari

ABSTRACT

The purpose of this study was to know the use of fermentation recycle flour

soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to crude protein and dry matter

digestibility of broiler This study used 24 samples of broiler and it was treated by

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) The samples was

classified into four groups and six replications This research used Completely

Randomized Design method P0 as a control did not use recycle flour soybean

fermented cake (tempe) P1 used 5 P2 used 10 and P3 used 15 The time of

this experiment was two weeks The result of this research showed that the use of

fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to

crude protein and dry matter digestibility of broiler was not different significantly

with control The conclution of this research was recycle flour soybean fermented

cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage mixed broiler

feed

Key word recycle flour soybean fermentation corn substitution crude protein

digestibility dry matter digestibility broiler

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 7: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi

Jagung terhadap Daya Cerna Protein Kasar dan Bahan Kering Ayam

Pedaging Jantan

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1 Allah SWT yang telah memberi rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Prof Hj Romziah Sidik drh PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

3 Dr Hj Sri Hidanah Ir MS sebagai pembimbing utama sekaligus project

director penelitian ini yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

ikut serta dalam penelitian dan juga memberi bimbingan nasehat motivasi serta

masukan selama penyusunan skripsi ini

4 Lilik Maslachah drh MKes sebagai pembimbing serta yang telah bersedia

memberikan bimbingan saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini

5 Dr Dady S Nazar drh MSc selaku ketua penguji Herman Setyono drh

MS selaku sekretaris penguji dan Retno Sri Wahyuni drh MS selaku

anggota penguji

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 8: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

6 Mochammad Lazuardi drh MSi selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

7 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

bimbingan dan dorongan semangat serta motivasi selama mengikuti pendidikan

di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

8 Seluruh staf Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan

Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan atas bantuan dalam

proses penelitian ini

9 Kedua orangtua penulis Ayah Estu Wahjudi dan Ibu Endang Sri Hartati Kakak

penulis Rahmat Heri Priyasatya dan Novita Indriastuti serta segenap keluarga

yang selalu memberikan bantuan doa dukungan dan motivasi selama ini

10 Teman-teman penelitian Mbak Ustadzah Lyla Reny dan Putri Teman-teman

seperjuangan Agatha Luluk Linda Indira Dinar Ria dan teman-teman

angkatan 2006 lainnya yang telah banyak memberi dorongan dan semangat

kepada penulis

11 Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis hingga selesainya penulisan ini

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan

Surabaya 19 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 9: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN IDENTITAS iii

ABSTRACT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 4

13 Landasan Teori 4

14 Tujuan Penelitian 6

15 Manfaat Penelitian 6

16 Hipotesis Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Tinjauan Ayam Pedaging 8

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging 10

23 Tinjauan Limbah Tempe 12

24 Tinjauan Fermentasi 13

241 Aspergillus niger 13

242 Lactobacillus sp 14

25 Tinjauan Jagung 16

26 Daya Cerna Bahan Pakan 16

261 Daya cerna bahan kering 18

262 Daya cerna protein kasar 20

BAB 3 MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian 22

32 Materi Penelitian 22

321 Hewan percobaan 22

322 Bahan penelitian 22

323 Alat penelitian 23

33 Metode Penelitian 24

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi 24

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 10: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

332 Persiapan hewan coba 25

333 Perlakuan pada hewan coba 25

34 Rancangan Penelitian 28

35 Variabel Penelitian 28

351 Variabel bebas 28

352 Variabel tergantung 28

353 Variabel kendali 28

36 Parameter Penelitian 28

37 Analisis Data 30

38 Bagan Alur Penelitian 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN

41 Daya Cerna Protein Kasar 32

42 Daya Cerna Bahan Kering 33

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya Cerna Protein Kasar 34

52 Daya Cerna Bahan Kering 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan 38

62 Saran 38

RINGKASAN 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 11: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Persyaratan mutu standar ransum ayam pedaging fase finisher

sesuai SNI helliphelliphelliphelliphelliphellip 10

22 Komposisi kimiawi limbah tempe helliphelliphellip 12

23 Komposisi kimiawi jagung 16

31 Komposisi pakan perlakuan ayam pedaging fase finisher hellip 26

32 Kandungan gizi masing-masing ransum perlakuan helliphellip 26

41 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna bahan kering beserta

data transformasi radicy 32

42 Rata-rata dan simpangan baku daya cerna protein kasar beserta

data transformasi radicyhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 12: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Proses fermentasi tepung limbah tempe 48

2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo 49

3 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat bahan kering 50

4 Prinsip bahan alat dan cara kerja analisis proksimat protein kasar 51

5 Komposisi multivitamin Vita Stress produksi PT Medion 53

6 Komposisi pakan perlakuan fase finisher dengan kandungan tepung

limbah tempe fermentasi yang berbeda 54

7 Kandungan nutrisi bahan pakan perlakuan 55

8 Data rata-rata konsumsi pakan dua minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 56

9 Data rata-rata berat ekskreta pada minggu terakhir penelitian

per ekor per hari (gram) 57

10 Hasil analisis proksimat protein kasar dan bahan kering ekskreta

per ekor per hari () 58

11 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna protein kasar 59

12 Penghitungan statistik persentase daya cerna protein kasar ayam

pedaging dengan Anova 60

13 Data daya cerna protein kasar () dan data transformasi radicy daya

cerna bahan kering 62

14 Penghitungan statistik persentase daya cerna bahan kering ayam

pedaging dengan Anova 63

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 13: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

ANOVA Analysis of Variant

RAL Rancangan Acak Lengkap

SD Standart Deviation

SPSS Statistical Program and Service Solution

ordm C Derajat Celsius

persentase

BK Bahan Kering

kg Kilogram

pH power of Hidrogen

PK protein kasar

dkk dan kawan-kawan

et al et alii

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 14: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah

Pertambahan populasi penduduk urbanisasi serta peningkatan pendapatan

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dalam dua dasa warsa ke

depan akan sangat pesat Hal ini berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

pangan termasuk produk peternakan (FAO 2002) Peningkatan kebutuhan pangan

bukan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan

namun juga disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat termasuk

diantaranya perubahan konsumsi protein nabati ke protein hewani (Kariyasa 2003)

Oleh sebab itu Pemerintah bersama industri pangan harus saling bekerjasama dalam

membuat kebijakan serta rencana investasi jangka panjang yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan perbaikan nutrisi dan pendapatan

masyarakat serta menjaga kesehatan masyarakat luas (Purwanto 2002)

Menurut Pius (1999) semenjak munculnya krisis ekonomi moneter bulan Juli

1997 kondisi peternakan unggas yang merupakan salah satu penyedia kebutuhan

pangan masyarakat mengalami penurunan drastis Salah satu penyebab keruntuhan

industri unggas tersebut adalah meningkatnya harga pakan ternak yang mempunyai

kontribusi 70 - 80 dari biaya produksi

Keuntungan yang memadai merupakan tujuan peternak sehingga perlu dicari

cara agar biaya produksi terutama masalah pakan dapat ditekan diantaranya

menggunakan pakan secara efisien berupa pemberian ransum sesuai periode

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 15: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

pertumbuhan ayam dan kontrol terhadap pemberian ransum di kandang Selain itu

peternak juga bisa menekan harga pakan dengan membuat ransum unggas sendiri

(Arif 2005)

Ransum merupakan komponen penting dalam produksi ayam pedaging

karena tingkat kualitas dan kuantitasnya menentukan produk akhir

(Asmara dkk 2009) Jagung merupakan bahan baku utama pembuatan pakan ayam

ras dengan kontribusi mencapai 514 total bahan baku yang digunakan

(Tangendjaja dkk 2002) Namun mengingat laju produksi jagung di Indonesia ini

lambat maka impor menjadi hal yang tidak bisa dihindari dan munculah dampak

bahwa jagung impor bersaing dengan jagung produksi domestik ( Kariyasa 2003)

Perlu dilakukan suatu tindakan mencari bahan-bahan alternatif lain yang

berpotensi menjadi bahan pakan penyusun ransum ayam pedaging Syarat pemilihan

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai ransum ayam pedaging adalah mudah

didapat harga terjangkau tidak bersaing dengan manusia tidak beracun dan

mengandung zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak itu sendiri

(Sunarso dan Christiyanto 2009) Salah satu alternatif tersebut adalah dengan

memanfaatkan limbah pabrik tempe berupa kulit biji kacang kedelai yang diolah

menjadi bentuk tepung Penggunaan tepung limbah tempe ini dikarenakan

potensinya sebagai sumber energi dan mempunyai keunggulan dalam menekan kadar

kolesterol dan akumulasi lemak tubuh pada ternak (Piliang 1997) Di samping itu

serat yang dikandung dapat mengurangi absorbsi lemak sehingga simpanan lemak

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 16: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

dan kadar kolesterol produk dapat ditekan dapat meningkatkan densitas volume

epitel dan vilus di daerah jejunum ileum dan usus halus (Lundin dkk 1993)

Penggunaan 15 tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

penyusun ransum unggas (Sukada dkk 2006 )

Komposisi kimia tepung limbah tempe terdiri dari bahan kering 75 - 91

protein kasar 120 lemak kasar 19 abu 46 dan serat kasar 40

(Murni dkk 2008) Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan salah satu faktor

pembatas penggunaan tepung limbah tempe sebagai penyusun ransum unggas karena

koefisiensi kecernaan serat kasar tidak lebih dari 4 (Siswantoro 1999 Sukada

dkk 2006)

Alternatif untuk menurunkan kadar serat kasar adalah dengan cara

fermentasi sehingga bahan makanan akan mengalami perubahan-perubahan fisik

yang menguntungkan antara lain rasa tekstur kecernaan dan daya tahan terhadap

penyimpanan (Rahayu dkk 2001)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe dengan menggunakan

Aspergillus niger dan Lactobacillus sp (106

- 108cc) masing - masing sebanyak 05

dan 3 terbukti dapat meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12 menjadi

15 dan menurunkan kadar serat kasar dari 44 menjadi 40 (Hidanah dkk 2009)

Berdasarkan hal tersebut di atas timbul inisiatif untuk mengaplikasikan

bahan pakan alternatif yaitu tepung limbah tempe hasil fermentasi sebagai substitusi

jagung pada ransum sehingga dapat mengurangi pemakaian bahan pakan jagung

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 17: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

namun tetap memberi pengaruh yang baik terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan yang pada akhirnya dapat menekan biaya

produksi dalam usaha peternakan

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

disajikan adalah

1 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna protein kasar pada ayam pedaging jantan

2 Apakah pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

jagung sebanyak 5 10 dan 15 pada ransum unggas berpengaruh

terhadap daya cerna bahan kering pada ayam pedaging jantan

13 Landasan Teori

Limbah tempe merupakan salah satu hasil limbah industri yang masih belum

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dunia peternakan dalam hal pakan ternak

khususnya unggas Tepung limbah tempe memiliki kandungan serat kasar yang

cukup tinggi yaitu 44 protein kasar 12 bahan kering 95 dan kadar abu 3

(Hidanah dkk 2009)

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 18: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Pakan ternak yang mengandung serat kasar tinggi dan protein kasar rendah

dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut (Rachmawan 2001)

Upaya untuk menurunkan kadar serat kasar dapat dilakukan dengan cara

pengukusan dan fermentasi Pengukusan dapat menurunkan serat kasar karena

adanya perombakan ikatan lignoselulosa menjadi lignin dan selulosa (Basyir 1999)

Beberapa jenis kapang yang sering dipergunakan untuk fermentasi antara lain

Aspergillus niger Rhizopus oligosphorus (kapang tempe) dan Neurospora crassa

(kapang oncom merah) Pada proses fermentasi kapang merubah senyawa - senyawa

yang terkandung dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan protein

sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan protein yang

lebih tinggi Selain itu terjadi juga perombakan bahan - bahan yang kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh ternak

(Rokhmani 2009)

Proses fermentasi pada tepung limbah tempe menggunakan Aspergillus

niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat meningkatkan protein kasar yang semula

12 menjadi 15 menurunkan kadar serat kasar yang semula 44 menjadi

40 ( Hidanah dkk 2009 )

Tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kandungan serat kasar 401

protein kasar 152 bahan kering 94 dan abu 3 (Hidanah dkk 2009)

Kandungan serat kasar protein kasar bahan kering dan abu pada jagung berturut ndash

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 19: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

turut 22 89 860 dan 17 (Setyono dkk 2007) Kelemahan tepung

limbah tempe fermentasi adalah kandungan serat kasarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan jagung sehingga ada kemungkinan lebih sulit dicerna oleh ayam tetapi

tepung limbah tempe fermentasi mempunyai kelebihan pada kandungan protein dan

bahan kering yang lebih tinggi dari jagung sehingga diharapkan tepung limbah tempe

fermentasi layak dijadikan sebagai substitusi jagung (Sukada dkk2006)

14 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebesar 5 10 dan 15 sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

15 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

bahwa tepung limbah tempe fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi jagung

untuk ransum ayam pedaging

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 20: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian yang dapat

diajukan adalah

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 10 dan 15

sebagai substitusi jagung berpengaruh dalam meningkatkan daya cerna

bahan kering ayam pedaging jantan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 21: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang disebut juga broiler merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari beberapa bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi

terutama dalam memproduksi daging ayam Ayam pedaging mempunyai beberapa

sifat antara lain kualitas daging baik laju pertumbuhan dan pertambahan berat badan

cepat warna kulit kekuningan warna bulu putih konversi pakan rendah kaki tidak

mudah cacat cenderung tenang daya hidup tinggi (95) dan kemampuan

membentuk karkas tinggi Salah satu kelebihan ayam pedaging yang telah diketahui

masyarakat saat ini adalah masa pemeliharaannya singkat yaitu lima sampai enam

minggu dengan berat 18 ndash 2 kg per ekor (Jaelani 2006)

Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mammalia

unggas tidak mempunyai gigi untuk memecah makanan secara fisik Lambung

kelenjar pada unggas disebut proventrikulus Antara proventrikulus dan mulut

terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolok Makanan disimpan untuk

sementara waktu dalam tembolok dengan tujuan makanan dilunakkan sebelum

menuju ke proventrikulus Makanan secara cepat melalui proventrikulus ke

ventrikulus atau empedal Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan

menggiling makanan kasar (Anggorodi 1985)

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 22: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Unggas mengambil makanannya dengan paruh makanan tersebut disimpan

dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan

proventrikulus kemudian digiling dalam empedal Tidak ada enzim pencernaan yang

dikeluarkan oleh empedal unggas Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil

ukuran partikel makanan kemudian makanan bergerak melalui lekukan usus yang

disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas Pankreas

mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada spesies

lainnya Pankreas menghasilkan getah yang mengandung enzim amilolitik lipolitik

dan proteolitik yang memiliki fungsi masing-masing untuk menghidrolisa pati

lemak proteosa dan pepton (Anggorodi 1985)

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan

getah usus Getah tersebut mengandung erepsin yang berfungsi menyempurnakan

pencernaan protein dan menghasilkan asam amino Penyerapan terjadi melalui villi

usus halus (Anggorodi 1985)

Unggas tidak mengeluarkan urin cair Urin pada unggas mengalir ke dalam

kloaka dan dikeluarkan bersama feses Saluran pencernaan pada unggas berlangsung

dalam waktu kurang lebih empat jam (Anggorodi 1985)

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 23: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

22 Tinjauan Ransum Ayam Pedaging

Ransum adalah campuran dua bahan pakan atau lebih yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam Dalam suatu ransum harus mengandung

bahan-bahan pakan yang dapat dicerna dan diserap serta bermanfaat bagi tubuh

unggas Bahan-bahan pakan tersebut berfungsi menyediakan energi untuk

berlangsungnya berbagai proses yang terjadi didalam tubuh unggas menyediakan

bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui jaringan serta mengatur

kelangsungan proses-proses di dalamnya (Sunarso dan Christiyanto 2009) Pedoman

kebutuhan gizi pakan ayam pedaging fase finisher dapat dilihat dalam Tabel 21

Tabel 21 Persyaratan Mutu Standar Ransum Ayam Pedaging Fase

Finisher sesuai SNI

No Parameter Satuan Persyaratan

1 Kadar air (maks) 140

2 Protein kasar (min) 180 - 220

3 Lemak kasar (min) 20 ndash 70

4 Serat kasar (maks) 55

5 A b u (maks) 50 ndash 80

6 Kalsium (Ca) (min) 09 ndash 12

7 Forfor (P) (min) 07 ndash 10

8 Aflatoxin (maks) ppb 600

9 Lisin (min) 090

10 Metionin (min) 010

Sumber SNI 2003

Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial bagi keperluan tubuh

unggas Protein berfungsi sebagai bahan pembangun dan pengganti jaringan tubuh

yang rusak bahan baku pembuatan enzim hormon dan zat kekebalan atau antibodi

serta mengatur metabolisme sel (Murtidjo 1994 Sunarso dan Christiyanto 2009)

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 24: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Selain protein ayam juga membutuhkan energi yang berasal dari karbohidrat

dan lemak Karbohidrat selain berfungsi sebagai sumber energi juga bermanfaat

memelihara kesehatan serta fungsi normal pencernaan Lemak berfungsi sebagai

sumber air metabolik insulator atau ikut berperan serta dalam mengatur suhu tubuh

memperbaiki konversi pakan pelarut vitamin A D E dan K serta bahan baku

pembentukan hormon steroid (Sunarso dan Christiyanto 2009)

Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging mempunyai variasi cukup besar dan

keadaan ini tergantung pada tipe ayam strain jenis kelamin pakan tata laksana dan

temperatur lingkungan Pertumbuhan ayam pedaging relatif lebih cepat terjadi pada

umur satu hingga empat minggu kemudian pada umur lima minggu kecepatan

pertumbuhan berkurang sampai suatu saat berhenti (Siregar 2002)

Periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua yaitu periode awal

atau starter dimulai satu sampai 24 hari dan periode akhir atau finisher pada umur 25

hari hingga ayam dipasarkan (Rasyaf 2002) Laju pertumbuhan ayam pedaging

jantan lebih cepat dibanding ayam pedaging betina (Winantea 1999) Hal ini

disebabkan oleh konsumsi pakan ayam pedaging jantan lebih banyak dibanding

konsumsi pakan ayam pedaging betina demikian juga dengan efisiensi pakan ayam

pedaging jantan mempunyai efisiensi pakan yang lebih tinggi dari betina (Jull 2000)

Ayam pedaging jantan juga memilki sel leydig dalam jumlah besar yang

berfungsi memproduksi hormon testosteron sehingga menghasilkan jumlah hormon

androgen atau hormon pertumbuhan yang lebih banyak (Wahyu 2002)

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 25: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

23 Tinjauan Limbah Tempe

Tempe merupakan salah satu produk hasil olahan kedelai (Glycine max)

Tempe adalah makanan khas Indonesia yang merupakan sumber protein nabati dan

mempunyai nilai gizi tinggi sebagaimana bahan dasarnya (Anggrahini 1983) Tempe

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat rata - rata empat sampai 20 gram

hariorang (Lindajati dkk 1991)

Limbah tempe adalah limbah yang diperoleh dari proses pembuatan tempe

limbah ini berupa kulit biji kedelai yang terbuang pada saat proses pelepasan kulit

setelah direndam air panas Komposisi kimiawinya dapat dilihat dalam tabel 22

Tabel 22 Komposisi Kimiawi Limbah Tempe

Bahan kering () 9493

Protein kasar () 1269

Serat kasar () 4461

Sumber Hidanah dkk 2009

Setelah limbah tempe dibentuk menjadi tepung sebaiknya difermentasi

menggunakan beberapa bakteri non patogen sebelum diberikan pada ternak

(Rifqiyah 2005) Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa

bakteri kapang maupun khamir Fermentasi dengan menggunakan kapang

memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi

lebih mudah dicerna sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya

(Supriyati dkk 1998)

Kualitas fermentasi tergantung pada jenis mikroba serta medium padat yang

digunakan Perlakuan fermentasi pada pembuatan pakan telah dicoba pada penelitian

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 26: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

sebelumnya Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa limbah tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger (106

- 108cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp

(106

- 108cc) sebesar 3 dapat meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya

1269 menjadi 152 dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461

menjadi 401 bahan kering dari 95 menjadi 94 sedangkan kadar abu tetap pada

kisaran 3

24 Tinjauan Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan mikrobia dalam

suatu bahan untuk menghasilkan produk tertentu yang dikehendaki dan mempunyai

nilai tambah (Judoamidjoyo dkk 1990) Menurut Muhammad and Oloyede (2009)

fermentasi merupakan suatu cara untuk mengolah suatu bahan pakan yang bertujuan

untuk meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik serta menurunkan

serat kasar dan zat anti-nutrient yang terkandung didalamnya

Kualitas fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah air

suhu pH fermentator susunan bahan dasarnya dan zat yang bersifat pendukung

(Rahayu dan Sudarmadji 1990)

241 Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah sejenis jamur yang berasal dari Phylum

Ascomycota Sub Phylum Pezizomycotina Class Eurotiomycetes Ordo

Eurotiales dan Family Trichocomaceae Aspergillus niger merupakan salah

satu spesies yang paling sering ditemui dari genus Aspergillus Aspergillus

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 27: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

niger tumbuh cepat pada berbagai media buatan dan membentuk koloni-

koloni yang terdiri dari bentukan putih seperti kapas pada bagian dasarnya

berwarna kuning dan tertutupi oleh lapisan tebal berwarna cokelat gelap

sampai hitam pada bagian kepala konidianya Hifa mycelia terdiri dari septa

dan hialin Spesies ini mempunyai konidiosfor yang panjangnya 900-1600

microm berdinding halus dan berakhir pada bentukan bulat (vesikel) berwarna

cokelat muda dengan diameter 40-60 microm (Kirk dkk 2001)

Aspergillus niger berperan dalam menghasilkan enzim selulase

dimana enzim ini berfungsi untuk mengubah selulosa menjadi glukosa

sehingga dapat meningkatkan daya cerna dari suatu bahan pakan

(Klich 2002 Tzean dkk 1990)

Hidanah dkk (2009) menyebutkan bahwa hasil ikutan tempe yang

difermentasi oleh Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp 3 dapat

meningkatkan kadar protein kasar yang semula hanya 1269 menjadi 152

dan dapat menurunkan kadar serat kasar dari 4461 menjadi 401

sehingga memperbaiki daya cernanya

242 Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah bakteri gram positif yang berasal dari Phylum

Firmicutes Class Bacilli Ordo Lactobacillales dan Family Lactobacillaceae

Lactobacillus sp bersifat fakultatif anaerob atau merupakan bakteri

mikroaerofilik Sebagian besar jenis bakteri ini disebut bakteri asam laktat

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 28: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

karena dapat mengubah laktosa dan gula-gula lainnya menjadi asam laktat

Produksi asam laktat menyebabkan lingkungan menjadi asam sehingga dapat

mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan menghasilkan enzim

proteolitik di sekitar dinding sel membran sitoplasma atau di dalam sel

Lactobacillus acidophilus selama proses fermentasi selain memanfaatkan

peptida untuk pertumbuhannya bakteri tersebut juga mampu menghidrolisis

kasein dengan menggunakan protease yang diekskresikan di sekitar permukaan

dinding selnya (Trisnajaya dan Subroto 1996)

Lactobacillus sp memiliki kemampuan tahan terhadap garam empedu

kondisi asam sehingga mampu menghambat bakteri patogen antibiotik serta

dapat mengikat kolesterol Selain itu Lactobacillus sp juga dapat bertindak

sebagai probiotik (Hood dan Zottola 1998)

Menurut Abdulrahim dkk(l996) bahwa penggunaan probiotik dalam

ransum ternyata dapat menurunkan kandungan kolesterol telur Manfaat

probiotik lainnya pada unggas dilaporkan oleh Jin dkk (l997) antara lain

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan aktivitas enzim

bakteri yang merugikan sehingga dapat memperbaiki pencernaan

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 29: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

25 Tinjauan Jagung

Jagung merupakan salah satu bahan penyusun ransum ayam pedaging

Jagung adalah sumber karbohidrat yang mempunyai proporsi cukup besar dalam

penyusunan ransum Karbohidrat mempunyai manfaat penting bagi tubuh ayam

pedaging seperti menyediakan energi untuk proses metabolisme (Anggorodi 1990)

Vitamin A atau karotenoid dan vitamin E terdapat dalam komoditas ini

terutama pada jagung kuning Selain fungsinya sebagai zat gizi mikro vitamin

tersebut berperan sebagai antioksidan alami yang dapat meningkatkan imunitas

tubuh dan menghambat kerusakan degeneratif sel Jagung juga mengandung

berbagai mineral esensial seperti K Na P Ca dan Fe Faktor genetik sangat

berpengaruh terhadap komposisi kimia dan sifat fungsional (Deptan 2009)

Komposisi kimiawi jagung lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 23

Tabel 23 Komposisi kimiawi jagung

Bahan pakan Bahan kering

()

Protein kasar

()

EE

()

Serat kasar

()

Abu

()

BETN

()

Jagung 860 89 40 22 17 688

Sumber Setyono dkk 2007

Keterangan = EE = Ether Extract

BETN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen

26 Daya Cerna Bahan Pakan

Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan

pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis Hal tersebut menyangkut proses

pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 30: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

tertentu sehingga dapat diserap usus Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur

secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan Dari

pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan maka dapat

dihitung daya cernanya (Anggorodi 1990)

Menurut Tillman dkk (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna

makanan adalah (1) Komposisi makanan daya cerna makanan berhubungan erat

dengan komposisi kimiawi serat kasar mempunyai pengaruh yang terbesar

Penambahan serat kasar dalam bahan pakan dapat menurunkan daya cerna (2)

Keseimbangan protein jika imbangan protein dalam pakan menurun akan

menyebabkan bahan makanan cepat melewati saluran pencernaan sehingga

menyebabkan turunnya daya cerna dari bahan pakan tersebut (3) Perlakuan terhadap

pakan misalnya pemotongan penggilingan dan pemanasan mempengaruhi daya

cerna Bahan yang digiling untuk pakan unggas memberikan permukaan yang lebih

luas terhadap getah pencernaan sehingga dapat mempengaruhi daya cerna pakan (4)

Jenis hewan bahan pakan yang rendah serat kasarnya dapat dicerna dengan baik oleh

hewan non- ruminansia dan hewan ruminansia Tetapi bahan pakan yang tinggi serat

kasarnya dicerna lebih baik oleh hewan ruminansia dibanding dengan hewan non-

ruminannsia (5) Jumlah makanan penambahan jumlah makanan yang dimakan

mempercepat arus makanan dalam usussehingga mempengaruhi daya cerna

Jumlah air dalam tembolok juga mempengaruhi bergeraknya makanan dan

daya cerna pakan Pada keadaan kekurangan air akan terjadi penurunan kecepatan

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 31: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

pencernaan disebabkan makanan yang berada di tembolok akan mengalami

penurunan kecepatan untuk mencapai usus halus (Wahju 1992)

261 Daya cerna bahan kering

Pakan adalah semua bahan makanan yang bisa diberikan dan

bermanfaat bagi ternak ( Widayati dan Widalestari 1996) Pakan diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan energi protein vitamin dan mineral guna

mendukung aktivitas metabolisme normal dalam tubuh (Allen 1996)

Ketidakseimbangan nutrisi pakan dapat mengganggu metabolisme tubuh

Semua bahan makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari

bahan anorganik atau mineral dan bahan organik (Payne 1993)

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah bahan pakan dipanaskan

105 degC selama satu malam sehingga kadar airnya menguap Setelah

pemanasan tersebut sampel makanan disebut sampel bahan kering dan

pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar

air (Tillman dkk 1998)

Diketahui bahwa kadar bahan pakan bila diberikan pada ternak sangat

bervariasi Kadar air atau bahan kering turut mengatur konsumsi sehingga

penyusunan ransum berdasarkan bahan kering akan lebih baik dibandingkan

dengan pakan ternak yang diberikan apa adanya

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 32: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Bagan berikut merupakan pembagian unsur bahan makanan

( Tillman dkk 1993)

Kecernaan bahan kering adalah tingkat kemudahan penyusun bahan

kering dari makanan untuk dapat dipecah ikatan-ikatan senyawanya sehingga

menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Koswara dkk 2009) Daya cerna

bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap

tubuh Melalui analisis dari jumlah bahan kering baik dalam ransum maupun

dalam feses Jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang

diekskresikan dapat dihitung dan selisihnya adalah yang dapat dicerna

(Ranjhan 1982 Tillman dkk1998)

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 33: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

262 Daya cerna protein kasar

Protein merupakan bagian bahan makanan yang mengandung

persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan

non-esensial Protein mengandung atom-atom karbon hidrogen oksigen

dan nitrogen Beberapa macam protein juga mengandung sulfur fosfor atau

besi ( Frandson 1993)

Komposisi dasar protein antara lain yaitu Karbon 51 - 55

Hidrogen 65 - 73 Nitrogen 155 - 18 Oksigen 215 - 235

Sulfur 05 - 2 Fosfor 0 ndash 15 (Anggorodi 1994)

Protein merupakan materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang

dibentuk Fungsi protein dalam tubuh adalah memperbaiki jaringan

pertumbuhan jaringan baru metabolisme untuk menghasilkan energi

metabolisme ke dalam fungsi tubuh pembentukan enzim ndash enzim yang

esensial bagi tubuh dan hormon ndash hormon tertentu ( Anggorodi 1994)

Kekurangan protein dalam tubuh akan mengakibatkan hewan tidak mampu

membuat dan memelihara jaringan tubuhnya sehingga mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan (Triakoso 1996) Maka dari itu pemberian pakan

harus dapat menjamin bahwa kandungan proteinnya cukup untuk keperluan

pertumbuhan ( Gaman dan Sherington 1992)

Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian

protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 34: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

tubuhDaya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara

lain (1) Jenis protein protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein

nabati karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa

(2) Perlakuan dari protein protein yang mengalami pemanasan akan lebih

mudah dicerna karena ikatan ndash ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan

tersebut akan pecah Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau

tanpa mengalami pemanasan memiliki daya cerna protein sebesar 77

sedangkan protein yang dipanaskan 130degC selama 30 menit daya cerna

proteinnya meningkat menjadi 88 ( Dvorak dan Bray 1978) (3) Bentuk

pakan penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya

cerna protein akan meningkat (4) Faktor biologis spesies dan umur

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 35: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 3 MATERI DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya untuk

pembuatan bahan substitusi berupa tepung limbah tempe fermentasi Perlakuan pada

hewan coba dilaksanakan di Kandang Ayam Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Penelitian ini dilakukan pada awal Agustus sampai

awal September 2009

32 Materi Penelitian

321 Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam

pedaging jantan umur dua minggu ( fase starter ) Strain Arbor Acress merk

CP 707 sebanyak 24 ekor produksi PT Charoen Pokphan Hewan coba yang

dipergunakan dalam keadaan sehat

322 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan untuk substitusi adalah limbah tempe yang

diperoleh dari industri pembuatan tempe di daerah Bendul Merisi Surabaya

Bahan yang digunakan untuk memfermentasi adalah Aspergilllus niger

(106-10

8cc) sebesar 05 dan Lactobacillus sp (10

6-10

8cc) sebesar 3

Bahan yang digunakan sebagai pengencer adalah aquadest steril sebanyak

30 dari jumlah yang difermentasi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 36: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Ransum ayam pedaging fase finisher yang digunakan terdiri dari

jagung bekatul dan konsentrat dari PT Wonokoyo Jaya Corporindo untuk

lebih jelasnya komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 2 Pakan

perlakuan yang akan dicobakan adalah komposisi pakan ayam pedaging fase

finisher yang disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam jumlah yang

berbeda-beda untuk substitusi jagung perbandingan komposisi bahan pakan

dapat dilihat dalam Tabel 31

Bahan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekam

vitastress atau obat anti stres (komposisi dapat dilihat pada Lampiran 3) air

bersih dan bahan untuk fumigasi kandang yaitu formalin 40 dan kalium

permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 21 serta Lysol 3 100 cc

untuk desinfeksi

323 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi terdiri dari alat pengukus

kompor alat pencatat waktu alas plastik untuk menjemur limbah tempe

mesin penggiling pakan kantong plastik wadah steril gelas ukur tali raffia

sprayer spatula teko pipet gloves timbangan bahan KD-160 timbangan

Weston 5 kg dan spidol marker

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terhadap hewan coba yaitu

kandang indukan kandang baterai sebanyak 24 petak lampu pijar daya 100

Watt tempat pakan dan minum serta timbangan ayam

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 37: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

33 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan kerangka operasional sesuai dengan bagan

alur penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu Pembuatan tepung limbah

tempe fermentasi persiapan hewan coba dan perlakuan pada hewan coba

331 Pembuatan tepung limbah tempe fermentasi

Penelitian dimulai dengan menyiapkan limbah tempe yang

sebelumnya telah dikukus selama 30 menit kemudian dijemur dibawah sinar

matahari dengan waktu dua hingga tiga hari atau sampai kadar air plusmn 14 Hal

ini dilakukan memperpanjang masa penyimpanan serta terhindar dari bakteri

dan jamur (Widayati dan Widalestari 1996) Setelah limbah tempe kering

atau memiliki kadar air sebesar plusmn 14 dilakukan penggilingan sehingga

limbah tempe berubah menjadi bentuk tepung Aspergillus niger dan

Lactobacillus sp yang akan digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis

masing-masing 05 dan 3 disiapkan beserta larutan pengencer berupa air

steril sebanyak 30 dari berat sampel Aspergillus niger dan Lactobacillus sp

yang telah diencerkan disemprotkan ke tepung limbah tempe tersebut

diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dilubangi

dengan cara ditusuk pada bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi

fakultatif aerob selama tujuh hari Setelah proses fermentasi selesai plastik

pembungkus dibuka dan diangin-anginkan untuk kemudian limbah tempe

dikeringkan (Hidanah dkk 2009)

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 38: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

332 Persiapan hewan coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam pedaging jantan yang

dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu P0 P1 P2 dan P3 dengan

enam ulangan Sebelum diberi perlakuan ayam diadaptasikan selama satu

minggu di dalam kandang indukan dengan tujuan agar ayam dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru Kandang indukan

berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas

sekam padi kering dilapisi kertas koran dilengkapi dengan tempat pakan dan

minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt

sebagai pemanas Satu minggu sebelum anak ayam datang kandang dan

peralatan dibersihkan Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan

Lysol 3 Dosis standar dengan besar ruangan 1 m2

menggunakan larutan

lysol 3 sebanyak 100cc Selanjutnya fumigasi kandang menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4) yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40

dengan perbandingan 12 Dosis standar dengan besar ruangan 3 m3 KMnO4

20g dan formalin 40 40cc Kandang indukan dipersiapkan dan lampu pijar

dinyalakan satu hari sebelum anak ayam datang agar mencapai suhu induk

yang plusmn 32-33 ordmC

333 Perlakuan pada hewan coba

Pada saat ayam berumur tiga minggu ayam dipindahkan dari kandang

indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 39: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

minggu Pakan perlakuan dan minum diberikan secara ad libitum Adapun

perlakuan tersebut masing ndash masing adalah

1 P0 Tanpa substitusi tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

(kontrol )

2 P1 Substitusi 5 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

3 P2 Substitusi 10 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

4 P3 Substitusi 15 tepung limbah tempe fermentasi dalam ransum

Tabel 31 Komposisi Pakan Ayam Pedaging Fase Finisher ()

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Sedangkan kandungan gizi masing - masing ransum perlakuan terdapat pada

Tabel 32

Tabel 32 Kandungan Gizi Ransum Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

SK = Serat Kasar

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 40: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas

24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm Kandang baterai

ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran

pada bagian bawahnya Penempatan ayam untuk tiap-tiap perlakuan dalam kandang

baterai dilakukan secara acak sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap

Sisa konsumsi pakan masing - masing unit perlakuan selama satu minggu

terakhir penelitian ditimbang untuk dihitung rata - rata sehingga diperoleh data

konsumsi rata - rata perhari per ekor ayam dalam satuan gram Pengambilan ekskreta

juga dilakukan pada satu minggu terakhir penelitian setiap 24 jam sekali Setiap

sampel ekskreta ditimbang dan diambil seperlima dari jumlah total ekskreta per ekor

ayam kemudian segera pada hari itu juga disimpan dalam freezer (0degC) Setelah satu

minggu diambil rata - rata dari jumlah total ekskreta per ekor ayam untuk dianalisis

dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein kasar dan bahan kering

(Lampiran 10) Daya cerna protein kasar dan bahan kering dapat dihitung dengan

data yang diperoleh dari konsumsi pakan berat ekskreta beserta hasil analisis

proksimat bahan kering dan protein kasar dari konsumsi pakan dan ekskreta

Perhitungan daya cerna protein kasar dan bahan kering berdasarkan rumus yang

tersaji pada parameter penelitian

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 41: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

t (n-1) ge 15

34 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan

Rumus berikut digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

Keterangan

t = total perlakuan n = jumlah ulangan (Kusriningrum 2008)

35 Variabel Penelitian

351 Variabel bebas

Limbah tempe yang difermentasi menggunakan Aspergilllus niger

05 dan Lactobacillus sp 3

352 Variabel tergantung

Kecernaan protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan

353 Variabel kendali

Strain ayam pedaging berat badan umur dan jenis kelamin ayam

pedaging

36 Parameter Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap daya cerna bahan kering dan

protein kasar pada ayam pedaging jantan Pengamatan terhadap daya cerna pakan

dengan cara mengetahui data konsumsi pakan dan menimbang feses yang

dikeluarkan

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 42: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Pengumpulan data yang dilakukan terhadap konsumsi pakan setiap hari

selama satu minggu terakhir atau pada saat ayam berumur lima minggu 24 jam

setelah pemberian pakan pakan sisa ditimbang selisihnya adalah pakan yang

dikonsumsi

Data berat feses diambil dengan cara penimbangan feses yang dihasilkan

setiap hari Feses yang terkumpul dimasukkan dalam freezer (dengan tujuan

kandungan Nitrogen tidak hilang) dari masing-masing ayam percobaan selama

seminggu dicampur hingga homogen dan kemudian diambil sebanyak plusmn 50 g untuk

dianalisis kadar bahan kering dan protein

Perhitungan daya cerna bahan kering dan protein sebagai berikut

Anggorodi (1990)

Daya cerna bahan kering =

Daya cerna protein =

Keterangan Konsumsi Bahan Kering = Konsumsi pakan X Bahan kering pakan

Bahan kering feses = Berat feses X bahan kering feses

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 43: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

37 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Analysis of Variant

(ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perlakuan yang

diberikan kemudian dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos

Multiple Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik (Kusriningrum 2008)

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 44: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

38 Alur Penelitian

P0

Tanpa substitusi

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P1

Substitusi 5

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P3

Substitusi 15

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

P2

Substitusi 10

tepung limbah

tempe

fermentasi

dalam ransum

Pada minggu kelima dilakukan

penampungan dan penimbangan

ekskreta (selama tujuh hari)

Hasil limbah tempe dikukus selama 30 menit dan dikeringkan lalu digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi fakultatif aerob dengan Aspergilllus niger 05 dan Lactobacillus sp

3 selama 7 hari

Pemberian pakan pada 24 ekor ayam pedaging

jantan umur tiga minggu

Perlakuan selama 2 minggu

Analisis proksimat protein kasar dan bahan kering

Dicampur dengan bahan pakan jagung

bekatul dan konsentrat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 45: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging

jantan meliputi

41 Daya Cerna Protein Kasar

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 41

Tabel 41 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Protein Kasar beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Protein Kasar

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 9034 plusmn 11535 86713 plusmn 00604

P1 9245 plusmn 15774 96150 plusmn 00821

P2 9130 plusmn 14660 95548 plusmn 00663

P3 9148 plusmn 19999 95642 plusmn 01045

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna protein kasar pada panelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 46: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

42 Daya Cerna Bahan Kering

Pada minggu kelima penelitian diperoleh hasil pemberian tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan tercantum dalam Tabel 42

Tabel 42 Rata-rata dan Simpangan Baku Daya Cerna Bahan Kering beserta

Data Transformasi radicy

Perlakuan Daya Cerna Bahan Kering

Rata-rata plusmn SD () Rata-rata plusmn SD setelah

ditransformasi radicy

P0 7702 plusmn 30712 87749 plusmn 01753

P1 7947 plusmn 36702 89130 plusmn 02067

P2 7959 plusmn 25872 89206 plusmn 03398

P3 7763 plusmn 45638 88075 plusmn 02612

Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang nyata (p gt 005) pada pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi

sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam pedaging jantan

Hasil daya cerna bahan kering pada penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan

yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung hingga 15 dalam ransum

ayam pedaging

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 47: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 5 PEMBAHASAN

51 Daya cerna Protein Kasar

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan bahan

kering ayam pedaging jantan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata di

antara perlakuan Daya cerna protein kasar pada masing-masing perlakuan P0 P1

P2 dan P3 secara berurutan adalah 9034 924591309148 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan protein kasar sebesar 152 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein kasar jagung yaitu sebesar 89 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan protein kasar ada pada kisaran 18

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat protein kasar

ransum masing- masing perlakuan yaitu P0 1804 P1 1837 P2 1906 dan

P3 1891 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna protein kasar pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Pemberian perlakuan fermentasi dengan Aspergilllus niger 05 dan

Lactobacillus sp 3 pada tepung limbah tempe selama tujuh hari apabila

dibandingkan dengan hasil analisis proksimat sebelum perlakuan menunjukkan

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 48: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

terjadinya peningkatan terhadap protein kasarnya Peningkatan kandungan protein

kasar sesuai dengan terjadinya penurunan kandungan serat kasar Secara umum daya

cerna protein kasar dipengaruhi oleh spesies hewan umur hewan nilai nutrisi bahan

pakan ukuran dan bentuk pakan konsumsi pakan serta lingkungan (Ranjhan 1982)

Spesies umur bentuk dan ukuran serta lingkungan hewan pada penelitian ini adalah

sama Nilai nutrisi masing-masing ransum yang tidak jauh berbeda pada penelitian

menjadi salah satu penyebab daya cerna protein kasar ayam pedaging tidak berbeda

nyata

Daya cerna protein kasar pada ayam pedaging disebutkan Abun dan Rusmana

(2006) adalah rata-rata sebesar 85 menurut Anggorodi (1985) adalah sebesar

75 ndash 91 dan menurut Zuprisal (2008) adalah rata-rata sebesar 91 Hal ini

menunjukan bahwa hasil perhitungan daya cerna protein kasar pada penelitian ini

berada pada kisaran yang sama yakni sebesar P0 9034 P1 9245 P2 9130

dan P3 9148

52 Daya Cerna Bahan Kering

Bahan kering adalah berat konstan bahan makanan setelah dihilangkan

kandungan airnya dengan pemanasan 105degC selama satu malam sehingga kadar

airnya menguap Bahan kering terdiri atas bahan organik dan anorganik atau mineral

dimana bahan organik terdiri dari karbohidrat lemak protein dan vitamin

Produk proses pengolahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering

yang tinggi dibanding dengan produk proses pengolahan kimiawi Hal ini disebabkan

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 49: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

karena pada produk proses biologis terjadi perubahan kualitas bahan yang

disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri asam laktat

mengakibatkan perubahan kimia dari satu senyawa yang bersifat kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif

terhadap nilai kecernaan bahan kering pada ayam pedaging (Schneider dan Flat

1975 Stanton dan Yeoh 1976)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna bahan kering ayam

pedaging jantan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Daya cerna bahan kering pada masing-masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 secara

berurutan adalah 7702 7947 7959 dan 7763 (Tabel 41)

Tepung limbah tempe fermentasi pada hasil analisis proksimat menunjukkan

kandungan bahan kering sebesar 94 (Hidanah dkk 2009) lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bahan kering jagung yang sebesar 86 (Setyono dkk 2007)

Penambahan tepung limbah tempe fermentasi pada P1 P2 dan P3 masing-masing

5 10 dan 15 menunjukkan kandungan bahan kering pada kisaran yang sama

seperti tercantum pada Tabel 32 Adapun hasil analisis proksimat bahan kering

ransum masing-masing perlakuan yaitu P0 907564 P1 900478 P2 906213

dan P3 904792 (Tabel 32) Hal ini kemungkinan sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan

tepung limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 50: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi nilai daya cerna bahan kering

adalah (1) tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum (2) komposisi kimia (3)

tingkat protein ransum (4) persentase lemak dan (5) mineral (Maynard 1979 Wahju

1997) Pada penelitian ini terdapat hasil analisis proksimat yang menyatakan kadar

protein lemak serat kasar dan mineral tidak jauh berbeda sehingga menjadi faktor

pendukung tidak adanya perbedaan daya cerna bahan kering pada perlakuan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai sustitusi jagung

Daya cerna bahan kering pada ayam pedaging adalah rata-rata sebesar 7659

(Abun dan Rusmana 2006) sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Sinurat (2009) adalah rata-rata sebesar 7994 Hal ini menunjukan bahwa hasil

perhitungan daya cerna bahan kering pada penelitian ini berada pada kisaran yang

sama yakni P0 7702 P1 7947 P2 7959 dan P3 7763

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 51: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa

1 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

protein kasar dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

62 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Tepung limbah tempe fermentasi berdasarkan daya cerna protein kasar dan

bahan kering dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam

pedaging sampai persentase 15

2 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi pada pakan ayam pedaging

terhadap persentase karkas pertambahan berat badan konversi pakan dan

keuntungan dari segi ekonomi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 52: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

RINGKASAN

Rahmawati Rizky Hapsari penelitian dengan judul ldquoPemanfaatan Tepung

Limbah Tempe Fermentasi sebagai Substitusi Jagung terhadap Daya Cerna Protein

Kasar dan Bahan Kering Ayam Pedaging Jantanrdquo dibawah bimbingan Dr Hj Sri

Hidanah IrMS selaku Dosen Pembimbing Utama dan Lilik Maslachah drh MKes

selaku Dosen Pembimbing Serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji seberapa besar manfaat tepung

limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung sebesar 5 10 dan 15

terhadap daya cerna protein kasar dan bahan kering ayam pedaging jantan Penelitian

tahap persiapan dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu

Peternakan Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada awal

bulan Agustus 2009 kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian yang

dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sejumlah 24 ekor ayam pedaging jantan strain Arbor Acress merk CP 707

digunakan dalam penelitian ini Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap yang terbagi atas empat perlakuan dengan masing-masing

enam ulangan Empat perlakuan pemberian tepung limbah tempe fermentasi sebagai

substitusi jagung yang digunakan pada pakan ayam pedaging yaitu P0 (0) P1

(5) P2 (10) P3 (15) Ransum perlakuan diberikan setelah ayam berumur tiga

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 53: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

minggu sampai umur lima minggu Data dianalisis menggunakan Analisis Varian

yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncanrsquos (Duncanrsquos Multiple

Range Test) dengan tingkat signifikan 5 untuk mengetahui perlakuan yang terbaik

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemanfaatan tepung limbah

tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap daya cerna protein kasar dan

bahan kering ayam pedaging jantan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata di antara perlakuan (P gt 005) Daya cerna protein kasar pada masing-

masing perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 9034 9245 9130 dan

9148 Perhitungan daya cerna protein kasar menggunakan Anova menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga

pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna

protein kasar ayam pedaging jantan Daya cerna bahan kering pada masing - masing

perlakuan P0 P1 P2 dan P3 adalah sebesar 7702 7947 7959 dan 7763

Perhitungan daya cerna bahan kering menggunakan Anova menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan sehingga pemanfaatan

tepung limbah tempe fermentasi tidak berpengaruh terhadap daya cerna protein kasar

dan bahan kering ayam pedaging jantan

Pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai

substitusi jagung pada pakan ayam pedaging sampai persentase tertinggi serta perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pemanfaatan tepung limbah tempe

fermentasi sebagai bahan substitusi pakan ternak

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 54: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim M S Y S M Haddadin E A R Hashlamoun and R K Robinson

1996 The Effect of Lactobacillus acidophilus on the Production and

Chemical Composition on Henrsquos Eggs Poult Sci 75 491-494

Anggorodi R 1985 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggorodi R 1990 Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia Jakarta

Anggorodi R 1994 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir

Universitas Indonesia Press Jakarta

Anggrahini R 1983 Standar Gizi Makanan Olahan

http wwwsearchindonesiacom

Asmara I Y DGarnida dan W Tanwiriah 2005 Penampilan Broiler yang Diberi

Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

terhadap Karakteristik Karkas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran Bandung

Basyir A K 1999 Serat Kasar dan Pengaruhnya Pada Broiler Poultry Indonesia

Oktober 99 No 233 Hal 43-45

Deptan2009StrukturkomposisidanNutrisi Jagung httpbalitsereallitbangdeptangoid

jagungtiganol pdf[31 agustus2009]

FAO 2002 Protein Source for The Animal Feed Industry Expert Consultation and

Workshop Bangkok 29 April-3 May 2002

Frandson RD 1993 Edisi keempat Anatomi dan Fisiologi Pada Ternak

Penerjemah SrigandonoB dan K Praseno Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

Gaman PM dan KB Sherington 1992 Ilmu Pangan Pengantar Nutrisi dan

Mikrobiologi Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Gardjito M S Naruki A Murdiati dan Sardjono 1992 Ilmu Pangan Pengantar

Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi Edisi Kedua Gadjah mada

University Press Yogyakarta

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 55: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Hidanah S H Setyono D S Nazar W P Lokapirnasari dan Pratisto 2009

Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan

Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Hood S K and E A Zottola 1998 Effect of Low pH on The Ability of

Lactobacillus acidophilus to Survey and Adherence to Human Intestinal

Cells Journal of Food Science 531514-1516

Jaelani A 2006 Penataan Kebijakan Pembangunan Perunggasan nasionalMajalah

poultry Indonesia Edisi Juni 2006 Vol 1

Jin LZ YW Ho N Abdullah and S Jalaludin l997 Probiotics in Poultry

Modes of Action Worlds Poultry Sci J 53 (4) 351 ndash 368

Judoamidjoyo M A A Darwis dan E G Sarsquoid 1990 Teknologi FermentasiPAU

Bioteknologi Institut Pertanian BogorBogor

Jull YS 2000 Penggunaan Kultur Campuran terhadap Peningkatan Nilai Gizi

Onggok sebagai pakan Broiler Tesis Program Pascasarjana Institut

Pertanian BogorBogor

Kariyasa K 2003 Keterkaitan Pasar Jagung Pakan dan Daging Ayam Ras di

Indonesia Tesis Magister Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor

Kataren P P A P Sinurat D Zainuddin T Purwadaria dan I P Kompiang 1999

Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya sebagai Pakan Ayam

Pedaging Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4 (2)107-112

Kirk et al 2001 Ainsworthrsquos and Bisbyrsquos Dictionary of The Fungi Ed9

Klich M A 2002 Identification of common Aspergillus species Utrecht The

Netherlands Centraalbureau voor Schimmelcultures

Koswara S dan E Prangdimurti 2005 Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro dan

Pengukuran Daya Cerna Pati Secara In Vitro Laporan Praktikum

Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan Institut Pertanian Bogor

Bogor

Kusriningrum 2008 Perancangan Percobaan Airlangga University Press Surabaya

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 56: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lindajati K I Wahyu dan R Pratiwi 1991 Media Pengembangan Pangan Vol 17

Th4

Linton R G and JT Abrams1990 Animal Nutrition and Veterinary Dietetic3rd

EdW Green and Son Limited London

Maynard LA JK Loosli HF Hintz and RG Warner 1979 Animal Nutrition

Seventh Edition McGraw-Hill Book Company Philippine

Muhammad N O and O O Bukoye 2009 Protein fractions and amino acid profile

of Aspergillus niger-fermented Terminalia catappa seed meal African

Journal of Microbiology Research Vol 3(3) pp 101-104 Fountain

University Nigeria

Murni R Suparjo Akmal dan B L Ginting 2008 Buku Ajar Pemanfaatan Limbah

untuk Pakan Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi

Murtidjo B A 1994 Pedoman Beternak Ayam Broiler Cetakan Keenam Kanisius

Yogyakarta

Piliang W G 1997 Strategi Penyediaan Pakan Ternak Berkelanjutan Melalui

Pemanfaatan Energi Alternatif Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu

Nutrisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Pius SU Atmomarsono 1999 Ilmu Dasar Ternak Unggas Penebar Swadaya

Jakarta

Purwadaria T T Haryati A P Sinurat J Darma and T Pasaribu 1995 In Vitro

Nutrient Value of Coconut Meal Fermented with A Niger NRRL 337 at

Different Enzimatic Incubation Temperatures 2nd

Conference on

Agricultural Biotechnology Jakarta 13-15 June 1995

Purwanto Y A 2002 Budidaya Ayam Pedaging Teknis Budidaya Agrokomplek

Bogor

Rachmawan O 2001 Penanganan Telur dan daging Unggas Proyek Pengembangan

Sistem dan Standart Pengelelolaan SMK Jakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji 1990 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan Gizi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 57: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Rahayu K K dan Soedarmaji2001 Mikrobiologi Pangan PAU Pangan Dan

GiziUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta

Ranjhan SK 1982 Animal Nutrition in Tropics 2nd ed Vikas Publishjing House PUT

Ltd New Delhi 27 ndash 50

Rasyaf M 2002 Beternak Ayam Pedaging PT Penebar Swadaya Jakarta

Rifqiyah N 2005 Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Jerami Padi Terhadap

Kandungan Protein dan Serat Kasar Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya Rokhmani I W Susana 2009 Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan dari

LimbahPertanian melalui Fermentasi Balai Penelitian Ternak

Bogorhttpwwwpeternakanlitbangdeptangoidpublikasilokakaryalklc0

5-10pdf

Saputri P N 2003 Daya Cerna Bahan Organik Dan Serat Kasar Pada Beberapa Formula

Ransum Ayam Pedaging Berdasarkan Asam Amino Kritis Skripsi

Fakaultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Schneider BH dan WP Flatt 1975 The Evaluation of Feeds Through Digestibility

Experiment The University of Georgia Press New York

Setyani E 2004 Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum

terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging

Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Surabaya

Setyono H Kusriningrum Mustikoweni T NurhajatiSidik R Agustono M A

Al-Arief M Lamid A Monica dan W Paramitha 2007 Teknologi

Pakan Hewan Bagian Ilmu Peternakan Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Sinurat A D P Setiadi T Purwadaria A R Setioko dan J Darma 2009 Nilai

Gizi Bungkil kelapa yang Difermentasi dan Pemanfaatannya dalam

Ransum Itik Jantan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3) 161-168

SiregarSB 2002 Ransum Ternak Ruminansia PT Penebar Swadaya Jakarta

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 58: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Siswantoro D 1999 Pengaruh Kulit Biji Cokelat yang Difermentasi sebagai Bahan

Substitusi Pakan terhadap Kadar Protein Daging Berat Hati dan Pankreas

Ayam Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

SNI 01-3931-2003 Ransum Ayam Pedaging Fase Finisher

httpjajo66fileswordpresscom200806ransum-ayam-ras-

pedagingpdf [01 Januari 2010]

Stanton WR and QY Yeoh 1976 Low Salt Fermentation Method for Conserving

Trash Fish Waste under Southeast Asean Condition Tropical Product

Institut In Conference on Handling Processing and Marketing of

Tropical Fish London

Sukada I K I N GG Bidura dan D A Warmadewi 2006 Pengaruh

Penggunaan Pollard Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi

dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali

Jantan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Bali

Sunarso dan Christiyanto 2009 Manajemen Pakan Departemen Ilmu Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Bogor

Supriyati T Pasaribu H Hamid dan AP Sinurat 1998 Fermentasi Bungkil Inti

Sawit secara Substrat padat dengan Menggunakan ANiger Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 3 (3) 165-170

Tangendjaja B Y Yusdja dan N Ilham 2002 Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4

Juni 2002 di Bogor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta

Tilman A D Hartadi R Sudomo P Soeharto dan Soekamta 1991 Ilmu Makanan

Ternak Dasar Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1993

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima Gajah Mada University Press

Yogyakarta

Tillman AD Hartadi S Reksodiprojo S Prawirokusumo dan Lebdosoekojo 1998

Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Keenam Gajah Mada University

Press Yogyakarta

Triakoso B1996 Kesehatan ternak Penerbit Kanisius Yogyakarta Hal- 52

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 59: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Trisnajaya D dan M A Subroto 1996 Analisis Ekonomi untuk Komersialisasi

Proses Fermentasi Warta Biotek Th 10 No 31-12

Tzean D A Schuster E Dunn-Coleman N Frisvad JC and Van Dijck PW

1990 Mycological Monograph No1 Cult Coll Res Center Taiwan

Vitriasari R 1998 Pengaruh Substitusi Pakan Komersial dengan Kulit Biji Cokelat

Hasil Fermentasi terhadap Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam

Pedaging Jantan Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya

Wahju J 1992 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 1997 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Wahyu J 2002 Ilmu Nutrisi Unggas Gadjah Mada University Press Yogyakarta

Widayati E dan Y Widalestari 1996 Limbah untuk Pakan Ternak Trubus

Agrisarana Jakarta

Winantea 1999 Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma

viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada Ayam

Broiler Tesis Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung

Wonokoyo 2009 Pedoman Pemakaian dan kandungan Gizi Pakan Ayam PT

Wonokoyo Pasuruan

Yuwanta T 2001 Dasar Ternak Unggas Kanisius Yogyakarta ISBN 979-21-0-

395-3

Zuprizal 2008 Tinjauan Makronutrien Protein Pakan Gadjah Mada University

Press Yogyakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 60: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 61: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 1 Proses Fermentasi Tepung Limbah Tempe

Limbah tempe dikukus 30 menit dan

dikeringkan

Digiling menjadi bentuk

tepung

Fermentasi dengan Aspergilllus niger 05

dan Lactobacillus sp 3 selama 7 hari

Tepung Limbah Tempe

Fermentasi

Dibuka dan diangin-anginkan

Dicampur dengan bahan

pakan jagung bekatul dan

konsentrat

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 62: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 2 Komposisi KBR 2 Produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo

Bahan pakan penyusun konsentrat terdiri dari

Jagung

Pollard

Bungkil Kedelai

Rapeseed

Tepung daging

Tepung tulang

Biji batu

CPO

Vitamin

Mineral

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 63: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 3 Analisis Proksimat Bahan Kering Bebas Air

Prinsip

Bahan kering adalah bahan yang tersisa setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel ( bahan pakan) dihilangkan atau diuapkan seluruhnya

Alat yang digunakan

Cawan porselen cruss tang timbangan analitik oven exicator yang berisi

silica gel

Cara kerja

1 Cawan porselen yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105 degC selama satu

jam

2 Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

Tunggu sampai 10 ndash 15 menit lalu ditimbang ( = A gram)

3 Cawan diisi dengan sampel plusmn lima gram (berat cawan + sampel = B gram)

Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105 degC selama satu

malam

4 Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator

selama 10 ndash 15 menit Setelah dingin lalu ditimbang ( = C gram)

5 Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Sumber Setyono dkk (2007)

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 64: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 4 Analisis Proksimat Protein Kasar

Prinsip

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan

faktor 625 ( = 10016 ) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan

faktor 16 ( = 16100 ) Faktor 16 berasal dari asumsi bahwa protein

mengandung nitrogen sebanyak 16

Bahan Kimia yang digunakan

Tablet Kjeldhal H2SO4 pekat NaOH 40 Asam Borat indikator Metil

merah Brom cresol green H2SO4 001 N dan aquadest

Alat yang digunakan

Labu Kjeldhal 100 cc pemanas labu Keldhal spatula timbangan elektrik

Sartorius gelas ukur labu ukur 250 cc erlenmeyer 100 cc dan 1000 cc serta

seperangkat alat Marcam Steel

Cara kerja

1 Timbang sampel seberat plusmn 05 gram di atas kertas yang telah diketahui

beratnya kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal

Tambahkan ke dalamnya tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak

seperempat bagian kemudian 10 cc H2SO4 pekat

2 Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam

Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan

menjadi hijau atau kuning jernih ( butuh waktu plusmn 15 jam ) Biarkan

beberapa saat sampai labu menjadi dingin

3 Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan

encerkan dengan aquadest hingga volumenya menjadi 250 cc Tuangkan

larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300 cc dan kocoklah sampai

homogen

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 65: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

4 Siapkan erlenmeyer 100 cc yang diisi dengan 10 cc larutan Asam Borat

dan dua tetes indikator metil merah serta tiga tetes Brom cresol green

untuk menampung hasil penguapan

5 Siapkan alat marcam Steel Labu destilasi 2000 cc diisi dengan air 1000

cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih Taruh erlenmeyer 100 cc

yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel

6 Ambil sebanyak 10 cc larutan ( no 3) dan masukkan ke dalam corong

alat Marcam Steel Tambahkan NaOH 40 sebanyak 5 cc

7 Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam

Steel ke dalam erlenmeyer Pemanasan dilakukan selama plusmn 5 menit

terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah

mencapai 50 cc

8 Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 001

N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih

9 Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Protein kasar =

Keterangan

N adalah normolitas H2SO4 = 0014

P adalah pengenceran 250 10 = 25

Kadar protein kasar berdasarkan bahan kering bebas air

Protein kasar berdasar BK =

Sumber Setyono dkk(1997)

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 66: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 5 Komposisi Multivitamin Vita Stress Produksi PT Medion

Setiap kilogram mengandung

Vitamin A6000000 IU

Vitamin D31200000 IU

Vitamin E2500 IU

Vitamin K3 g

Vitamin B12 g

Vitamin B23 g

Vitamin B61 g

Vitamin B122 mg

Vitamin C20 g

Nicotinic acid15 g

Calcium-D-pantothenate5 g

Elektrolit berupa Na K Ca dan Mg750 g

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 67: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 6 Komposisi Pakan Perlakuan Fase Finisher dengan Kandungan

Tepung Limbah Tempe Fermentasi yang Berbeda

Bahan Pakan P0

()

P1

()

P2

()

P3

()

Jagung 60 55 50 45

Tepung Limbah Tempe Fermentasi 0 5 10 15

Konsentrat 30 30 30 30

Bekatul 10 10 10 10

Total 100 100 100 100

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 68: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Perlakuan

Sampel BK

()

Abu

()

Protein

()

Lemak

()

SK

()

BETN

()

BO

()

Energi

(Kkalkg)

P0 9076 568 1804 687 865 5147 8508 299735

P1 9005 596 1837 611 821 5140 8409 295303

P2 9062 512 1906 527 826 5290 8550 296491

P3 9048 530 1891 502 888 5237 8518 292049

Keterangan Hasil penghitungan berdasarkan analisis proksimat dari bahan pakan

(tepung limbah tempe fermentasi jagung bekatul dan konsentrat)

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 69: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 8 Data Rata-Rata Konsumsi Pakan pada Dua Minggu Terakhir

Penelitian Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9714 10571 100 10571

2 9571 10357 8571 10857

3 8643 8429 105 11071

4 9071 9643 85 10714

5 10571 10929 120 90

6 8929 9357 11357 7929

Jumlah 56499 59286 60929 59943

Rata-rata 9417 9881 10155 10024

SD 693 921 1431 1266

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 70: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 9 Data Rata-Rata Berat Ekskreta Pada Minggu Terakhir Penelitian

Per Ekor Per Hari (Gram)

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 765714 748571 721428 724285

2 741428 791428 7328 765714

3 701428 731428 701428 732857

4 732857 701428 65 731428

5 708571 711428 765714 824285

6 834285 784285 765714 757142

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 71: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 10 Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar dan Bahan Kering

Ekskreta Per Ekor Per Hari ()

Hasil Analisis Proksimat Protein Kasar Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8360 6470 9924 5931

2 7595 6536 8183 6917

3 7238 6957 7355 7680

4 7784 7219 7984 7784

5 7345 6310 7398 7646

6 7094 6835 7907 7126

Hasil Analisis Proksimat Bahan kering Ekskreta

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 251644 211975 237916 275001

2 272746 206929 253498 225369

3 263416 255624 272671 279786

4 255281 247256 272654 257534

5 249659 262547 242653 261658

6 271527 272867 259865 278649

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 72: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 11 Data Daya Cerna Protein Kasar () dan Data Transformasi

Daya Cerna Protein Kasar

Data Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8990 9413 9014 9346

2 9022 9375 8973 9357

3 9016 9067 9224 9168

4 9022 9215 9036 9200

5 9251 9348 9336 8929

6 8904 9055 9198 8891

sum 54205 55473 54781 54891

x 9034 9245 9130 9148

Data Transformasi Daya Cerna Protein Kasar

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 9481 9702 9494 9667

2 9498 9682 9472 9673

3 9495 9522 9604 9574

4 9498 9599 9505 9591

5 9618 9668 9662 9449

6 9436 9515 9590 9429

sum 57027 5769 57329 57385

x 86713 9615 9554 9564

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 73: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Protein Kasar

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Protein kasar

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

3712 3 1237 1177 344

Within Groups

21031 20 1052

Total 24743 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

pk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 74: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Case Summaries(a)

pk

substitusi limbah tempe

p0 1 94815

2 94984

3 94952

4 44984

5 96182

6 94361

Total N 6

Mean 8671300

Std Deviation 20451877

p1 1 97020

2 96824

3 95220

4 95994

5 96685

6 95157

Total N 6

Mean 9615000

Std Deviation 0821302

p2 1 94942

2 94725

3 96041

4 95057

5 96622

6 95906

Total N 6

Mean 9554883

Std Deviation 0749711

p3 1 96674

2 96731

3 95749

4 95916

5 94493

6 94292

Total N 6

Mean 9564250

Std Deviation 1046916

Total N 24

Mean 9351358

Std Deviation 10371991

a Limited to first 100 cases

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 75: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 13 Data Daya Cerna Bahan Kering () dan Data Transformasi

Daya Cerna Bahan Kering

Data Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 7814 8333 8105 7917

2 7671 8244 7608 8243

3 7644 7536 7989 7953

4 7727 8002 7699 8056

5 8156 8112 8291 7351

6 7204 7460 8066 7059

sum 46216 47687 47758 46579

x 7702 7947 7959 7763

Data Transformasi Daya Cerna Bahan Kering

Ulangan P0 P1 P2 P3

1 8839 9128 9002 8897

2 8758 9079 8722 9079

3 8742 8681 8938 8917

4 8790 8945 8774 8975

5 9031 9006 9105 8573

6 8487 8637 8981 8401

sum 52649 53478 53528 52845

x 8774 8913 8920 8807

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 76: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Lampiran 14 Perhitungan Statistik Persentase Daya Cerna Bahan Kering

Ayam Pedaging dengan Anova

ANOVA Bahan Kering

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Between Groups

098 3 033 801 508

Within Groups

815 20 041

Total 913 23

Case Processing Summary(a)

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

bk substitusi limbah tempe

24 1000 0 0 24 1000

a Limited to first 100 cases

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 77: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi

Case Summaries(a)

bk

substitusi limbah tempe

p0 1 88396

2 87584

3 87429

4 87903

5 90310

6 84876

Total N 6

Mean 8774967

Std Deviation 1754126

p1 1 91285

2 90796

3 86810

4 89453

5 90066

6 86371

Total N 6

Mean 8913017

Std Deviation 2068550

p2 1 90027

2 87223

3 89381

4 87743

5 91054

6 89810

Total N 6

Mean 8920633

Std Deviation 1453082

p3 1 88977

2 90790

3 89179

4 89755

5 85737

6 84017

Total N 6

Mean 8807583

Std Deviation 2613796

Total N 24

Mean 8854050

Std Deviation 1992272

a Limited to first 100 cases

  • Cover
  • Abstrak
Page 78: SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI …repository.unair.ac.id/21273/7/gdlhub-gdl-s1-2011-hapsarirah-19314... · pemanfaatan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi
  • Cover
  • Abstrak