Upload
doannhi
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA
MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH:
NI WAYAN SUMIANI
10.8.03.51.31.1.5.2979
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2014
i
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA
MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH:
NI WAYAN SUMIANI
10.8.03.51.31.1.5.2979
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2014
ii
SKRIPSI
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR SARJANAPENDIDIKAN PROGRAM S1 PADA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Dra. I G.A Pt Tuti Indrawati,M.Hum Dr.Drs.Nyoman Suparsa,M.S
NIP.19620219 198803 2 001 NIP.19601218 198602 1 001
iii
TIM PENGUJI
UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM SI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
PENGUJI UTAMA,
Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum
NIP. 19590225 198703 2 001
Penguji I, Penguji II,
Dra.IG.A.Pt Tuti Indrawati, M.Hum Dr.Drs.Nyoman Suparsa.M.S
NIP. 19620219 198803 2 001 NIP.1960 1218 19860 2 1001
iv
DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI
SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Hari :
Tanggal :
MENGESAHKAN :
KETUA , SEKRETARIS,
Prof. Dr. Wayan Maba Dra.Ni Luh Sukanadi,M.Hum
NIP. 19581231 198303 1 032 NIP. 19610101 198703 2 002
v
KATA PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat tepat waktu menyelesaikan
penyusunan karya ilmiah ini.
Melalui skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku yang tercinta serta mertuaku,
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.
2. Suami dan anak-anakku yang tercinta, yang selalu
membuatku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Adik-adikku tercinta yang selalu memberikan
dukungan.
vi
MOTTO
Kesuksesan belajar itu bukan karena kecerdasan, melainkan
karena besarnya kemauan dan kesungguhan hati, untuk
meraih sukses tidaklah mudah kita harus sabar dan tetaplah
berdoa serta lakukan dengan usaha kelak kesuksesan akan
tercapai.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya melimpahkan segala yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat mengerjakan proses penyusunan skripsi dari awal hingga
akhir. Selama proses penyusunan, tentu ada banyak pihak yang penulis libatkan
dalam proses penyusunan skripsi ini agar penulis dapat mengatasi kesulitan-
kesulitan yang penulis hadapi.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr.Drs. I Made Sukamerta.M.Pd selaku Rektor Universitas Mahasaraswati
Denpasar, atas fasilitas dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa;
2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba selaku Dekan FKIP UNMAS Denpasar
yang telah banyak memberikan nasehat dan petunjuk kepada penulis;
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum, selaku Ketua Program Studi (KPS)
Pendidikan Bahasa dab Sastra Indonesia FKIP UNMAS Denpasar, yang
telah memberikan peluang kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
4. Ibu Dra. I G.A Tuti Indrawati, M.Hum, selaku pembimbing I yang banyak
memberikan masukan dan bimbingan sehingga semakin terbuka wawasan
keilmuan dalam penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Dr. Drs. Nyoman Suparsa, M.S, selaku pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya dalam menyusun
skripsi ini;
6. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah mengasuh penulis selama berada di fakultas
viii
Keguruan dan Ilmu pendidikan universitas Mahasaraswati yang telah
membagi ilmunya;
7. Lembaga FKIP UNMAS Denpasar yang sudah menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang aktivitas perkuliahan serta penulisan skripsi ini.
8. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bangli atas izinnya untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut guna memperoleh data yang
diperlukan dalam menyusun skripsi ini;
9. Guru pengajar Bahasa Indonesia di kelas VII E SMP Negeri 2 bangli yang
telah banyak berkontribusi dalam pengumpulan data dalam penelitian;
10. Siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 yang
telah bersedia menjadi subjek penelitian dalam skripsi yang penulis susun;
dan
11. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
atas segala bantuannya di dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi yang penulis susun masih banyak kekurangannya,
karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Denpasar, Agustus 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL ……………………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ii
TIM PENGUJI……………………………………………………… iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………… iv
KATA PERSEMBAHAN………………………………………….. v
MOTTO………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………… vii
DAFTAR ISI……………………………………………………… … ix
DAFTAR TABEL………………………………………………… … xi
DAFTAR GRAFIK………………………………………………… . xii
ABSTRAK………………………………………………………….. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….............. 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian………………………………............. 7
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………. 8
1.6 Asumsi…………………………………………………………… 9
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Naratif……………………………………………… … 10
2.2 Pengertian Pendekatan………………………………………….. 13
2.3 Keterampilan Berbicara………………………………………… 20
2.4 Keterampilan Menulis…………………………………………… 23
x
Isi Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….. 24
3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian………………… ………… 25
3.2.1 Subjek Penelitian………………………………. ………… 25
3.2.2 Objek Penelitian……………………………….. ………… 25
3.2.3 Tempat Penelitian……………………………… ………… 26
3.3 Rancangan Penelitian………………………………… ………… 26
3.4 Prosedur Penelitian…………………………………… ………… 30
3.5 Metode Pengumpulan Data………………………….. ………… 34
3.6 Analisis Data…………………………………………. ………… 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian………………………………………. ………… 42
4.1.1 Refleksi Awal………………………………. ………… 43
4.1.2 Hasil Data Penelitian Siklus I……………… ………… 46
4.1.3 Hasil Data Penelitian Siklus II………………. ………… 52
4.1.4 Hasil Data Penelitian Siklus III……………. ………… 57
4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian…………………………. 61
4.2 Pembahasan……………………………………………………..... 62
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ………………………………………………………. .. 65
5.2 Saran…………………………………………………………... .. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
0.1 Skenario Pembelajaran……………………………………….. 33
0.2 Kriteria Penilaian………………………………………………. 38
0.3 Pedoman Penskoran………………………………………….. 41
0.4 Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 44
0.5 Persentase tes Awal (Prasiklus)……………………………… 45
0.6 Hasil Tes Siklus I Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 47
0.7 Persentase Data Siklus I…………………………………….. 49
0.8 Skenario Pembelajaran……………………………………… 52
0.9 Hasil Tes Siklus II Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 54
10. Persentase Data Siklus II……………………………………… 56
11. Skenario Pembelajaran……………………………………….. 57
12. Hasil TesSiklus III Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 59
13.Persentase Data Siklus III…………………………………….. 61
14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III,
dalam Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP
Negeri 2 BangliTahun Pelajaran 2013/2014………………… 62
xiii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL
WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI
TAHUN PELAJARAN 20013/20014
Nama : Ni Wayan Sumiani
NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2979
Tebal : xiv, 67 Halaman
Tahun : 2014
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 05 Mei 2014. Motivasi dan
kemampuan menulis siswa sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh
jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang
menonjol dalam pembelajaran mengarang, hasil karangan siswa masih agak
singkat rata-rata ½ halaman, ide/gagasan siswa kurang berkembang, penggunaan
tanda baca serta ejaan kalimatnya kurang terarah, perpaduan paragraf juga kurang
diperhatikan, rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya 41%. Melihat fenomena
itu, terdorong keinginan penulis untuk meneliti kemampuan mengembangkan
hasil wawancara menjadi karangan naratif. Berdasarkan latar belakang diatas
penulis mengambil judul ’’ Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil
Wawancara menjadi Karangan Naratif dengan Pendekatan Integratif siswa kelas
VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014’’.
Rumusan masalah penelitian ini (1) Apakah pendekatan integratif dapat
meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif.(2) Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan integratif dalam
meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif.Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif dengan menggunakan pendekatan integratif. Untuk mengetahui langkah-
langkah penerapan pendekatan integratif dalam meningkatkan kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini membahas beberapa hal sebagai acuan dalam melakukan
penelitian yaitu (1)Pengertian Naratif, (2)Pengertian Pendekatan Integratif,
(3)Keterampilan Berbicara, (4) Keterampilan Menulis. Penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan kelas (PTK).Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli yang berjumlah 28 orang dengan komposisi
laki-laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15 orang.Objek penelitian
xiv
ini adalah penerapan pendekatan integratif.Tempat penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 2 Bangli. Metode pengumpulan data penelitian ini ada dua 1) Metode
Tes,2) Metode Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus. Pada prasiklus
dengan persentase nilai rata-rata 4,71 dikatagorikan hampir cukup.Siklus I dengan
persentase rata-rata siswa 6,14 dikategorikan cukup. Siklus II dengan persentase
nilai rata-rata 7,0 dikatagorikan lebih dari cukup. Siklus III dengan persentase
nilai rata-rata 7,64 dikatagorikan baik, ini berarti aktivitas siswa dalam
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif sudah mencapai
kategori ketuntasan atau memenuhi KKM.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
integratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Langkah – langkah yang
diterapkan dalam pendekatan Integratif, (1) Berwawancara (2) Menulis Hasil
Wawancara (3) Menulis karangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diharapkan siswa perlu
melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif
dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa diharapkan lebih meningkatkan
berbagai aktivitas dan mengembangkan berbagai metode belajar sekaligus sebagai
sarana memperluas pengetahuan dan wawasan. Dalam proses mengajar sebaiknya
guru menggunakan strategi mengajar yang bervariasi dengan memperhatikan
kondisi siswa. Dengan demikian motivasi siswa akan meningkat pada mata
pelajaran mengembangkan hasil wawancara. Disarankan bagi peneliti berikutnya
untuk dapat mengembangkan penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada
dasarnya terdapat beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata kunci : Wawancara, Karangan Naratif, Pendekatan Integratif
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diarahkan pada penguasaan
empat keterampilan berbahasa dan sastra.Pada keempat keterampilan berbahasa
siswa diharapkan terampil menyimak, berbicara, membaca serta menulis.Keempat
keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyajikan pikiran, gagasan,
dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis sesuai dengan konteks
komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Keterampilan berbahasa
menurut aktivitas penggunaannya terbagi dalam keterampilan yang bersifat
reseptif dan keterampilan yang bersifat produktif. Menurut Tarigan(1981:2)
keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan reseptif,
sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan
produktif, karena keterampilan reseptif hanya mengandalkan kemampuan untuk
menerima informasi. Hal ini berkebalikan dengan keterampilan produktif yang
dituntut untuk menghasilkan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang berupa ide, gagasan atau menghasilkan sebuah produk, karena sifatnya
menghasilkan produk, maka keterampilan berbicara dianggap oleh sebagian hal
yang sulit, selain itu pembelajaran berbicara di kelas lebih sedikit porsinya.
Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai
siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu,
pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan.Selain
2
satu realita kongkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi
pembelajaran keterampilan menulis di kelas VIIE.
Berdasarkan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis di
kelas VII E serta wawancara awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa
motivasi dan kemampuan menulis, termasuk menulis wacana naratif siswa masih
sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang,
tidak ada siswa mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran
mengarang, dan hasil karangan naratif siswa sangat memprihatinkan yang
dibuktikan dengan tes mengarang siswa yang hanya sekitar 41% siswa mencapai
target KKM 72.
Karangan naratif siswa masih agak singkat (rata-rata ½ halaman),
ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosakata yang digunakan sederhana dan
terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan naratif kurang terarah.
Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah tersebut
adalah sistem pembelajaran menulis yang diterapkan oleh guru cenderung
menoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah), pembelajaran dengan
sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah (guru - siswa), dan
lebih berorientasi kepada penghafalan materi pembelajaran. Masalah yang timbul
dalam proses pembelajaran menulis serta kemampuan siswa dalam menulis yang
belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebutdisebabkan oleh dua
faktor utamayaitu : faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa, Adapun faktor
yang berasal dari siswa, antara lain: (1)motivasi siswa dalam menulis sangat
minim; (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi
3
tulisan sangat terbatas; (3) kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis
sangat rendah; (4) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam
bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta
diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara
lain: (1) sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif; (2)
kurangnya hubungan antara guru dan siswa serta dengan siswa lainnya sehingga
proses interaksi menjadi vakum. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan
pembenahan dalam pembelajaran menulis.Kompetensi siswa dalam menulis
karangan naratif dapat ditingkatkan dengan membenahi segala hal yang menjadi
titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara umum, menulis merupakan suatu
proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih
untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat
dengan situasi dan konteksnya.
Pendekatan integratif ini merupakan proses pengintegrasian atau
penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan menulis, serta dalam
penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan
materi. Pendekatan integratif penting karena dapat digunakan dalam pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan wawancara siswa.Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan saat guru
menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya diatur secara
tipis.Bahkan, guru pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa merasakan perpindahan materi.Integratif sangat diharapkan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis kompetensi
4
ini.Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu dimiliki
siswa.Materi tidak bisa dipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara menarik.
Kemampuan menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan
dan menyatakan kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan
dapat dipikirkan dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah
kemampuan yang diwarisi turun-temurun dan tidak datang dengan
sendirinya.Keterampilan ini menuntut pelatihan yang cukup teratur serta
pembelajaran yang terprogram. Dalam proses belajar menulis (mengarang),
berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai siswa secara serentak. Semua
kemampuan itu dapat dikuasai siswa melalui suatu proses, setahap demi setahap.
Oleh karena, kemampuan itu tidak dapat dikuasai secara serentak, untuk
mempermudah mempelajari perlu dibuat skala prioritas.Penentuan prioritas ini
diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis,
sebagai strategi dasar, prioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu
rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan.
Karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide yang bersumber dari
pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan keyakinan dengan
menggunakan media tulis sebagai alatnya.Menyusun sebuah karangan bukanlah
hal yang mudah. Adakalanya siswa memiliki pengetahuan, gagasan ide yang luas
tetapi sangat susah menuangkan dalam bentuk tertulis. Siswa kadang tidak
mampu merangkai kata yang membentuk sebuah paragraf. Siswa kadang kurang
menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Akhirnya
sering ditemukan beberapa kalimat sumbang.Kalimat sumbang dalam sebuah
5
paragraf dapat menimbulkan kekaburan makna atau isi sebuah karangan.
Sebaliknya, sebuah karangan akan lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya
tersusun rapi. Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil
penalaran siswa. Penalaran ini terutama terkait dengan proses penafsiran fakta
sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjaditulisan. Setiap penulis harus dapat
menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke dalam tulisannya. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan curah
gagasan. Curah gagasan yang digunakan untuk menuntun siswa
mengembangkanidenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau peristiwa
yang pernah dialami siswa.
Untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis oleh
siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa mencermati
suatu bentuk teks dan menyajikannya kembali dalam bentuk yang berbeda,
misalnya dari teks wawancara menjadi karangan naratif. Hal itu merupakan salah
satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII
SMP sebagai penguasaan empat pembelajaran menulis, yaitu kemampuan
mengubah jenis tulisan (wacana) yang satu ke jenis tulisan (wacana) yang lain,
termasuk pengubahan teks wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk
wacana yang berbentuk monolog, seperti karangan naratif. Wawancara dengan
narasumber (siswa) merupakan salah satu sumber informasi yang
aktual.Mewawancarai seseorang merupakan salah satu teknik untuk memperoleh
informasi sebagai bahan tulisan.Hasil wawancara dapat dikembangkan dan
disajikan dalam bentuk paragraf -paragraf.
6
Berkaitan dengan pembelajaran berbicara, khususnya wawancara
membahas keefektivan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan
wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangli. Hal ini didasarkan pada
beberapa alasan, yaitu (1) pembelajaran dengan pendekatan integratif belum
pernah digunakan dalam pembelajaran wawancara pada kelas VII SMP Negeri 2
Bangli, (2) untuk mengetahui pendekatan ini dapat menghasilkan keterampilan
wawancara yang lebih baik.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara menjadi Karangan
Naratif dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
ini.
1. Apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas
VIIESMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pendekatan Integratif dalam
meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi
karangan naratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran
2013/2014?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus
1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan kemampuan menarasikan hasil wawancara.
b. Untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas VII E SMP Negeri
2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.
c. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan
kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran
2013/2014
b. Untuk mengetahui langkah–langkah penerapan pendekatan Integratif
dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun
pelajaran 2013/2014
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memberi arahan yang jelas dan pasti dalam penelitian ini, maka
dipandang perlu menentukan ruang lingkup penelitian terhadap peningkatan
kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan
menggunakan pendekatan integratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada
kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana memperkuat teori
pengajaran berbicara khususnya wawancara yang ada.
b. Bahan kajian dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis Naratif.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa, yaitu melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif,
inovatif;meningkatkan motivasi dan rasa kesetiakawanan sosial siswa;
menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkan kemampuan dalam
menulis dan meningkatkan berbicara siswa khususnya keterampilan
wawancara.
b. Manfaat bagi Guru,dapat mengembangkan keterampilam praktik
pembelajaran jugadapat mengadakan perbaikan dan peningkatan praktik
pembelajaran.
c. Manfaat bagi Peneliti, sebagai bahan masukan atau pengalaman dalam
melakukan penelitian tindakan kelas, khususnya yang terkait dengan
cara meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif.
9
1.6 Asumsi
Asumsi merupakan paduan dari kata postulat (dalil) keduanya disejajarkan
dasar atau praduga dalam Bahasa Indonesia.Jadi asumsi atau anggapan dasar
diartikan sebagai jawaban sementara atau perkiraan saja yang tidak perlu
dibuktikan lagi, yang menjadi asumsi penelitian ini adalah :
1. Pengajaran Bahasa Indonesia telah berorientasi pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga proses pembelajaran dan
pelaksanaan evaluasinya telah terencana sistematis;
2. Kondisi sekolah maupun keprofesionalan guru pada SMP Negeri 2 Bangli
telah memenuhi persyaratan dan kewenangan mengajar;
3. Kondisi fisik dan psikologi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah sama;
4. Semua siswa mendapat pelajaran bahasa Indonesia yang sama, baik
kualitas maupun kuantitasnya; dan
5. Perbedaan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian yang baik adalah penelitian yang berdasarkan teori. Tujuan
penelitian akan berhasil dengan baik, jika menggunakan beberapa acuan satuan
teori yang relevan dengan masalah yang dibahas. Buku acuan yang dimaksud,
pada dasarnya memuat penerapan teori struktural yang secara nyata mampu
memberi penjelasan terhadap permasalahan yang muncul dalam penelitian.
Sehubungan dengan hal di atas,peneliti menyajikan beberapa satuan teori
sebagai landasan berpijak dalam melakukan penelitian ini antara lain: (1)
PengertianNaratif, (2)Pengertian pendekatan Integratif, (3)Keterampilan
Berbicara, (4)Keterampilan Menulis.
2.1 Pengertian Naratif
Naratif Adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikansuatu
peristiwa atau kejadian sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri
oleh para pembaca (Keraf, 2001:17).Narasi menyajikan peristiwa berdasarkan
urutan waktu dan rangkaian peristiwa kecil-kecil yang bertalian.
Ambo Enre (1994:156) mengemukakan bahwa narasi (wacana
pengisahan) berhubungan dengan penyajian beberapa peristiwa dalam suatu
karangan yang utuh. Pokok masalahnya adalah tindakan atau perbuatan dalam
hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita. Lebih
lanjut, Ambo Enre (1994:157) berpendapat bahwa kata cerita sering dihubungkan
dengan sebuah bentuk tulisan yang menunjukkan urutan perkembangan;
11
pengisahan dalam arti sebenarnya terbatas pada peristiwa dalam kerangka waktu
tertentu. Seperti halnya dengan pemerian, narasi bertolak dari suatu perkenalan
menuju kepada hal yang lebih kongkret dan hidup. Meskipun fiksi modern
memperlihatkan beberapa teknik penceritaan, tetapi pengisahan dalam arti
dasarnya adalah rangkaian peristiwa yang dijalin sedemikian rupa untuk
mengantarkan pembaca dari suatu permulaan menuju kepada suatu akhir dengan
cara membangkitkan kesan atau kenyataan yang hidup.
Selanjutnya, Arifin & Tasai (1987:130) mengatakan bahwa karangan
narasi biasanya dihubungkan dengan cerita.Oleh karena itu, sebuah karangan
narasi atau paragraf narasi hanya terdapat dalam novel, cerpen atau hikayat.
Sejalan dengan itu, Syamsuddin, dkk. (1998:15) menyatakan bahwa karangan
naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal
atau kejadian melalui penonjolan tokoh pelaku (orang I atau III) dengan maksud
memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan karangan ini
terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur
melalui alur (plot).Jadi Narasi adalah jenis wacana berupa cerita yang menyajikan
suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu sehingga peristiwa itu
tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca, bertujuan menyampaikan atau
menceritakan rangkaian peristiwa/pengalaman manusia berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu.Atar Semi (2003:31) mengemukakan ciri-ciri
karangan narasi, antara lain sebagai berikut.
1. Berupa cerita tentang peristiwa/pengalaman penulis
12
Karangan narasi yang ceritanya tentang peristiwa atu kejadian yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bisa juga cerita mencerikan tentang
kehidupan pengarang.
2. Kejadian/peristiwa yang disampaikan benar terjadi dan berupa imajinasi
Sebuah karangan narasi dapat bersumber dari kejadian yang benar-benar
terjadiatau dialami (nyata atau fakta). Misalnya ketika melihat terjadinya
kecelakaan, bencana alam, banjir dan sebagainya.Karangan berupa imajinasi
yaitu karangan bersumber dari fiksi atau rekayasa bukan atas dasar kejadian
sebenarnya.
3. Berdasarkan konflik
Karangan narasi yang berdasarkan masalah.
4. Memiliki nilai estetika
Karangan narasi memiliki nilai yang berkenaan dengan seni dan keindahan
yang bersumber pada unsur perasaan(emosi) manusia.
Ambo Enre (1994:156-161) mengemukakan, bahwa unsur-unsur struktur
narasi (1) urutan waktu yakni seperangkat kejadian dalam rentang waktu, (2)
motif yakni semua pengisahan yang berhubungan dengan tindakan manusia atau
ide/tujuan yang ada pada benak pelaku yang mendorongnya melakukan suatu
tindakan, (3) pertikaian (konflik) yaitu perbenturan dua kepentingan yang
berbeda, (4) titik kisah (sudut pandang) yang paling umum digunakan adalah yang
bersifat analitik, (5) pusat perhatian yaitu cara menyelesaikan masalah yang
diciptakan dalam cerita tersebut.
13
Keraf (1989:136) mengemukakan , bahwa narasi mempunyai dua bentuk,
yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan
menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui hal yang dikisahkan.Sasaran
utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah
membaca kisah tersebut.Narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai
berlangsungnya suatu peristiwa.Narasi ekspositoris ini dapat bersifat khas
(khusus) dan dapat bersifat generalisasi.Narasi yang bersifat khusus adalah narasi
yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu
kali, peristiwa yang tidak dapat diulang kembali. Narasi generalisasi
menyampaikan suatu proses yang umum yang dapat dilakukan secara berulang-
ulang.Narasi sugestif mempunyai tujuan atau sasaran utama untuk memberi
makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman sehingga selalu
melibatkan daya khayal/imajinasi.(Keraf,1989:137).
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa Narasi adalah bentuk percakapan atau
tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu sehingga
peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca.
2.2 Pengertian Pendekatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),pendekatan didefinisikan
suatu usaha dalam aktivitas untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti,metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah
penelitian. Menurut Muchlison.(1993:3),pendekatan adalah cara terbaik untuk
mencapai sesuatu, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
14
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum,didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach).
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern.Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa,
menejemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa.Pada pendekatan ini siswa
memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreatifitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktifitas secara langsung sesuai dengan
minat dan keinginannya.
Pendekatan ini , selanjutnya menurunkan strategi pembelajaran induktif, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada strategi ini peran guru lebih
menempatkan diri sebagai fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi lebih terarah.
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered
approach)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat
klasik.Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba
15
tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar.Pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru memiliki ciri bahwa manajemen dan pengelolaan
pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru.Peran siswa pada pendekatan ini
hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk guru.Siswa hampir tidak
memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan
keinginannya.Selanjutnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (derect instruction).Pada strategi ini
peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi atau materi pelajaran
maupun penentuan proses pembelajaran.
Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pendekatan
adalah suatu metode atau carayang digunakan untuk mengatasi permasalahan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Definisi ini sesuai dengan proses
pembelajaran, yaitu siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep pengetahuan
dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.1Pengertian Pendekatan Integratif
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut untuk
menguasai 4 keterampilan, baik itu keterampilan berbahasa maupun bersastra.
Guru harus dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan setiap proses
pembelajaran. Hal itu diharapkan agar hasil pembelajaran siswa dapat maksimal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integratif adalah penggabungan
atau penyatuan, pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh. Menurut
Suyatno (2004:26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek dalam satu
proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang
16
studi.Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi kemudian
diintegrasikan. Misalnya, pembelajaran berbicara diintegrasikan dengan
pembelajaran menyimak dan menulis, sedangkan antar bidang studi merupakan
pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.Misalnya, Bahasa Indonesia
dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Menurut Djiwandono (1996:10), pendekatan integratif diibaratkan sebuah
bahasa. Bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-
komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa.Bahasa merupakan
suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil dan membentuk menjadi bagian-bagian
yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian
yang lebih besar apalagi yang pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa
bahasa yang seutuhnya. Sementara itu, menurut Sri Murtiningsih,(2003:6-7),
pembelajaran wawancara secara integratif merupakan pembelajaran wawancara
yang diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman
pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pendekatan Integratif adalah ancangan
(kebijakan) pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu,
yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan ajar sehingga
tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Wawancara dengan Pendekatan Integratif
Pembelajaran dengan pendekatan integratif merupakan sebuah proses
pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan
17
menulis,maka menurut Sri Murtiningsih,(2003:104) pembelajaran dengan
pendekatan integratif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Berwawancara
Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan
hasil wawancara. Sebelum siswa melakukan wawancara dengan nara
sumber (siswa), guru dan siswa berdiskusi dahulu tentang beberapa hal,
yaitu: (1) persiapan wawancara, dan (2) pemagian kelompok. Adapun
persiapan berwawancara yaitu: (1) menentukan tema/pokok masalah yang
akan ditanyakan, (2) menentukan narasumber, (3) menyusun pokok-pokok
yang akan ditanyakan. Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu
kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang.Setelah melakukan persiapan
wawancara dan pembagian kelompok, para siswa bisa melakukan
wawancara dengan sikap sopan dan bahasa yang santun.
2) Menulis Hasil Wawancara
Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa
melakukan wawancara/membaca tes, siswa merangkum pokok-pokok hasil
wawancara kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi.
3) Diskusi Hasil Wawancara
Diskusi hasil wawancara merupakan pertanggung jawaban kelompok
dalam berwawancara.Meskipun demikian, tidak boleh ada seorang siswa
pun yang membagi tugas dalam kelompoknya.Misalnya, ada yang
berwawancara, ada yang menyusun laporan, ada yang menulis.Untuk
mengantisipasi hal itu, maka dialokasikan waktu untuk diskusi.
18
4) Memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi
Pembelajaran ini pelaksanaanya bisa lebih efektif jika diintegrasikan
dengan KD keterampilan yang lain. Dalam pembahasan ini,
memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi dilaksanakan
terpadu dengan presentasi atau diskusi hasil wawancara, sebelum diskusi
atau presentasi berlangsung, moderator dapat memperkenalkan diri dan
teman-temannya yang merupakan anggota kelompok. Setelah itu baru
diskusi atau presentasi dapat dimulai.
5) Menulis rangkuman pendapat
Dalam menulis rangkuman pendapat, materi pokoknya adalah berbagai
pendapat dari para nara sumber yang diwawancarai serta diskusi
kelompok. Menulis rangkuman pendapat ini dapat dilakukan pada waktu
wawancara lalu tulisan disempurnakan ketika penyaji dalam diskusi
menyampaikan laporan hasil wawancaranya.
2.2.3 Pemanfaatan pendekatan Integratif dalam Peningkatan Kemampuan
Wawancara
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Integratif berarti menyatukan
beberapa aspek dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi
dan antar bidang studi (Suyatno 2004:26). Interbidang studi lebih banyak
digunakan saat guru menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya
diatur secara tipis.Bahkan guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian
materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif
sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis
19
kompetensi ini.Pengintegrasian diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu
dimiliki siswa. Materi tidak dapatdipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara
menarik.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, empat keterampilan
yang ada tidak dapat terpusat penyajiannya. Hal itu disebabkan antara satu
keterampilan dengan keterampilkan yang lain saling berkaitan atau berhubungan.
Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan keterampilan
berbahasa yang lain. hal itu dilakukan oleh pengajar supaya proses pembelajaran
berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.Oleh karena, pada penelitian
ini tentang pembelajaran wawancara maka pembelajaran dalam wawancara ini
diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat,
dan memperkenalkan diri kepada orang lain dalam forum resmi.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran wawancara dengan pendekatan
integratif ini kemampuan berbahasa dalam aspek berbicara akan meningkat pada
siswa ketika siswa melakukan wawancara.Dalam kegiatan ini mereka berlatih
untuk mencari informasi dengan bertanya, menanggapi lawan bicara, dan berani
menanyakan kembali informasi yang kurang jelas. Selain itu, peningkatan
kemampuan berbicara dapat dilihat pada proses pertanggung jawaban
“wawancara” yaitu dalam kegiatan diskusi hasil wawancara. Dengan pendekatan
integratif kemampuan berbahasa aspek menulis juga akan meningkat pada siswa,
yaitu dengan menulis hasil wawancara yang memperhatikan struktur ragam tulis
dan EYD.
20
Jadi dapat disimpulkan pemanfaatan pendekatan integratif dalam
peningkatan wawancara adalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada
siswa khususnya wawancara karena siswa yang pemalu, pendiam atau tidak berani
berbicara dengan orang lain akan timbul keberaniannya untuk berbicara.
2.3 Keterampilan Berbicara
Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan berbicara mempunyai
peranan penting. Untuk menyampaikan pesan atau informasi kita juga
memerlukan keterampilan berbicara agar semua pesan yang kita miliki dapat
disampaikan kepada orang lain dengan baik.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:276), berbicara adalah aktivitas
berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, setelah
mendengarkan. Berbicara adalah berkata, bercakap. Berbahasa, melahirkan
pendapat dengan perkataan (KBBI,2005:148). Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(Tarigan,1981:15).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan
kegiatan mengungkapkan sesuatu hal dengan perkataan, yaitu dapat berupa
gagasan, pikiran, ide-ide dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.3.1 Tujuan berbicara
Kegiatan apapun yang dilakukan manusia dalam kehidupan ini selalu
mempunyai maksud dan tujuan ,begitujuga dengan kegiatan berbicara. Tujuan
21
utama kegiatan berbicara adalah untuk berkomunikasi (AzharArsjad,1993:17),
agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,sebaiknya pembicara betul-
betul memahami isi pembicaraannya, disamping itu juga harus mengevaluasi
komunikasinya terhadap pendengar. Jadi,bukan hanya apa yang akan dibicarakan,
tetapi bagaimana mengemukakannya.Sementara itu,menurut Tarigan (1981:15)
bahwa untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif sebaiknya seorang
pembicara memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pendengar
dan prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum
maupun perorangan.
Jadi, tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi serta menyampaikan informasi
secara efektif kepada pendengar atau orang lain baik secara umum maupun
perorangan.
2.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan berbicara
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.seseorang
diharapkan mampu mengungkapkan gagasan,ide,pikiran dan perasaan melalui
kegiatan berbicara. Di dalam pembelajaran keterampilan berbicara, siswa harus
mendapatkan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan berbicara.kegiatan
berbicara yang diajarkan di sekolah,pada umumnya bertujuan melatih kemampuan
berbicara secara aktif produktif. Artinya siswa dapat mengungkapkan ekspresinya
secara tertulis melalui berbagai cara. Ada beberapa bentuk kegiatan berbicara
yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
berbicara siswa (Nurgiantoro 2001: 25-28), rinciannya sebagai berikut.
1) Berbicara berdasarkan gambar
22
Kegiatan berbicara berdasarkan gambar adalah berbicara dengan
menyebutkan tulisan-tulisan yang terdapat di bawah gambar.Gambar
tersebut disajikan secara terpisah.Rangsangan dari gambar tersebut sangat
baik untuk melatih anak-anak yang baru memulai belajar bahasa asing.
2) Bercerita
Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dapat mengungkapkan
kemampuan berbicara siswa. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai
siswa dalam bercerita yaitu unsur linguistik dan unsurapa yang
diceritakan. Ketetapan ucapan, tata bahasa, kosakata, dan kelancaran,
menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.
3) Wawancara
Kegiatan wawancara biasanya dilakukan terhadap siswa yang sudah
memiliki kemampuan berbicara yang sudah memadai terhadap bahasa
yang telah dipelajari, sehingga mereka mampu mengungkapkan pikiran
dan gagasannya secara lisan.
4) Pidato
Berbicara sangat berperan di hadapan suatu massa. Kegiatan berpidato
melatih siswa berbicara mengemukakan pendapatnya di depan kelas
dengan tujuan yang dikemukakan dapat diterima oleh temannya sebagai
pendengar.
5) Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan berbicara yang dapat memancing kreativitas
siswa.Di dalam diskusi siswa dilatih untuk berbicara dengan berpikir
23
secara logis untuk mengemukakan pikiran dan gagasannya disertai dengan
argumentasi yang harus dipertahankan.
Dari uraian di atas tentang bentuk-bentuk berbicara dapat diketahui bahwa
wawancara adalah salah satu bentuk kegiatan berbicara yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran, bentuk pembelajaran tersebut sesuai
dengan yang akan diteliti.
2.4 Keterampilan Menulis
Menulismerupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.Menulis
bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah.Menulis dikatakan
bukan hal yang sulit bila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas
mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan
unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti membaca.Sementara itu,
sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab
diperlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis.Menurut
Nurgiantoro (2001:273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan
melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana,
menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat
dalam bahasa tulis.Menurut Semi (1993:47) menulis sebagai tindakan
pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan
lambang-lambang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan
ide, gagasan atau pendapat dan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa
tulisdengan menggunakan lambang-lambang.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian tentang peningkatan kemampuan mengembangkan hasil
wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas
VII E SMP Negeri 2 Bangli adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan (2)
melaksanakan dan merefleksikan tindakan sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. (Kusumah dan Dwitagama, 2008:9).
Penelitian tindakan kelas harusdilakukan di kelas yang sehari-hari diajar,
bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah,
artinya penelitian tindakan kelas ini padadasarnya dilakukan oleh seorang guru di
kelasnya sendiri untuk mengetahui dan berusaha meningkatkan kemampuan
siswanya dengan penerapan metode pembelajaran yang inovatif pada pembahasan
mengenai materi tertentu. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang
berbasis kepada kelas.Hasil PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu
proses belajar-mengajar (PBM) sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah,
siswa, dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model
mengajar yang bervariatif, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta
penggunaan media dan sumber belajar yang tepatdan memadai.Dengan penerapan
hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di sekolah tidak
membosankan serta menyenangkan siswa atau sering disebut PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan menyenangkan).
25
Tiga konsep atau unsur penelitian tindakan kelas menurut Kunandar,
(2010:45) yaitu sebagai berikut.
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metode
ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianallisis untuk menyelesaikan
suatu permasalahan.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki
atau kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adalah sekolah siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari suatu pelajaran.
Jadi dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadidalam sebuah kelas secara bersama.
3.2Subjek, objek, dan tempat penelitian
3.2.1 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh siswa kelas VII E SMP
Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 28 siswa dengan
komposisi
siswa laki – laki 13orang dan siswa perempuan 15 orang.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian yang dimaksud adalah penerapanpendekatan integratif sebagai
upaya peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi
26
karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran
2013/2014.Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus hanya meneliti tentang
upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi
karangan naratif dengan penekatan integratif.
3.2.3.Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran
2013/2014 yang beralamat di JalanNusantara No. 144 Bangli, Kabupaten
Bangli.Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur
kegiatan penelitian dalam rangka memperoleh, mengumpulkan, menyusun,
mengklarifikasi dan menganalisis data (Arikunto, 2010:10).
Rancangan penelitian merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation), refleksi
(reflecting) Arikunto dan Supardi, (2006:16-19).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis
untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas
hendaknya tersusun dan dari segi efinisi harus prospektif apa tindakan, rencana itu
harus memandang ke depan. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan
hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan
27
dapat mengidentifikasi aspek dan hasil PBM, sekaligus mengungkapkan faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan.
2. Pelaksanaan (acting)
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang
merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.Praktik diakui sebagai
gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi
pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat
untuk memperbaiki keadaan.
PTK didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh
berupa peningkatan PBM optimal.Pelaksanaan PTK adalah guru kelas yang
bersangkutan dengan berkolaborasi dengan pihak lain (teman sejawat).Hal
yang dilakukan adalah tindakan yang telah direncanakan.
3. Observasi (observation)
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akandatang, memberikan dasar
bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan.
Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh
keadaan realitas dan semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas
pada waktu yang lalu. Observasi perlu direncanakan dan juga diasarkan dengan
keterbukaanpandangan dan pikiran. Observasi adalah seluruh proses tindakan
terkait, pengaruhnya (yang sengaja dan tidak sengaja), keadaan dan kendala
tindakan direncanakan dan pengaruhnya.
4. Refleksi(reflecting)
28
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tinddakan persis
seperti yang dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahamiproses,
masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi
biasanya dibantu oleh diskusi di antara peneliti dan kolaborator.Melalui diskusi,
refleksi memberikan dasar perbaikan rencana.Refleksi memiliki aspek evaluatif-
reflektif meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalaman untuk
menilai memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan
pekerjaan.Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan
eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang telah diperoleh dari
observasi atas pelaksanaan tindakan.
29
Gambar 1 : Siklus Kegiatan PTK
(Suharsimi Arikunto, dkk .2007:74)
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
Siklus II
Pelaksanaan
Siklus II
Refleksi
Siklus II
Pengamatan
Siklus II
Apabila Permasalahan
belum terselesaikan Dilanjutkan ke
Siklus berikutnya
Perencanaan
Siklus I
Pelaksanaan
Siklus I Permasalahan
Pengamatan
Siklus I
Refleksi
Siklus I
30
3.4 Prosedur Penelitian
Prinsiputama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan
dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut
digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian
tindakan diawali dengan perencanaan tindakan.Tahap berikutnya adalah
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (Arikunto dkk,
2007:104).Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis.PTK merupakan
penelitian yang bersiklus.Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.Penelitian ini dilakukan
sebanyak tiga siklus, dan setiap siklus dilaksanakan secara bertahap.Sebelum
dilaksanakn pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam wawancara.
3.4.1 Refleksi Awal
Refleksi awal kegiatan yang dilakukan adalah melakukan obsevasi lapangan
untuk mengetahui kendala-kendala awal yang dialami oleh, baik siswa maupun
guru dalam proses pembelajaran, sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan
terhadap kelemahan model yang diterapkan dalam proses pembelajaran.
Dalam tahap ini, peneliti berusaha memahami proses, masalah dan kendala-
kendala awal dalam tindakan. Refleksi awal terlebih dahulu dilakukan sebelum
melaksanakan penelitian.Hal ini dilakukan agar setelah refleksi awal
dilaksanakan, peneliti dapat membuat rancangan penelitian yang nantinya
diharapkan dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang telah
teridentifikasi.Kegiatan observasi sebagai dasar refleksi dimulai dengan
menelusuri kemampuan siswa dengan melihat hasil belajar siswa dalam
kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.Keadaan
31
awal tentang keterampilan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif siswa kelas VII/E SMP Negeri 2 Bangli, terungkap bahwa kemampuan
dalam membuat karangan naratif masih rendah.
Dari kondisi tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pendekatan integratif
sebagai model pembelajaran siswa dalam meningkatkan kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif i kelas VII E SMP
negeri 2 Bangli. Diharapkan dengan penerapan pendekatan integratif
dapatdigunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran.
3.4.2 Rancangan PTK Siklus I
1.Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bersama
menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan
keterampilan subjek yang diinginkan melalui :
1. Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran
wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif;
2. Menyiapkan scenario pelaksanaan tindakan kelas;
3. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes; dan
4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Proses
pbelajaran dilakukan sesuai jadwal pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII E, materi
32
yang akan diberikan adalah mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif. Adapun tindakan yang harus dilakukan, yaitu:
Tabel 01.Skenario Pembelajaran
No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan siswa
(1) (2) (3) (4)
1
2 Kegiatan Inti
1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
ruang, media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran siswa
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan materi
tentang wawancara ,
termasuk pembahasan
mengenai kalimat langsung
an tak langsung, Kemudian
siswa membentuk
kelompok.
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat
dalam buku/majalah
3. Guru menugaskan siswa
untuk merangkum pokok-
pokok cerita dan mengubah
teks wawancara menjadi
narasi.
1. Siswa berdoa bersama
2. Siswa mempersiapkan
sarana yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan
keadaan teman yang
tidak hadir
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru dan
membentuk kelompok.
2. Siswa mempelajari teks
yang diberikan
3. Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh
guru.
Elaborasi
Guru membimbing siswa
dan membantu
permasalahan yang
dihadapi terkait dengan
materi.
Konfirmasi
Guru menugaskan masing-
masing siswa untuk
mempresentasikan hasil
Siswa berdiskusi dan
menanyakan kesulitan
yang dihadapi terkait
dengan materi.
Siswa mempresentasikan
hasil kerjanya secara
bergiliran.
33
(1) (2) (3) (4)
3
Kegiatan
Akhir
kerjanya
Refleksi
1. Guru bersama-sama
siswa merefleksi
kegiatan pembelajaran
dengan menanyakan
kesulitan siswa dalam
pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2. Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa bersama.
1. Siswa menyampaikan
hal-hal yang mereka
dapatkan pada saat
pembelajaran
2. Siswa berdoa bersama
3. Observasi/evaluasi
Observasi ini dilakukan terhadap subjek penelitian, yaitu siswa kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli.Observasi ini dilakukan terhadap aktivitas dalam praktik
pembelajaran di kelas, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi ini dilakukan berupa tes terhadap kemampuan siswa dalam
meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif dengan pendekatan Integratif yang bertujuan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan siswa.
4 Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti
yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah,
persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi (renungan)
merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap
34
semua informasi yang telah diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.
Hasil observasi yang telah dideskripsikan, didiskusikan bersama guru kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli berupa komentar dan tanggapan terhadap tindakan yang
telah dilakukan sehingga tingkat keberhasilan setiap aspek yang dinilai belum
berhasil akan ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan dua jenis metode, yaitu
(1) metode tes, (2) metode observasi.Kedua hal ini akan diuraikan berikut ini.
1. Metode Tes
Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Riyanto 2001:103).Instrumen yang
digunakan yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan
hasil wawancara menjadi karangan naratif.
Contoh teks wawancara:
Cabai Kathur
Evy S : ‟‟Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?‟‟
Sartono : ‟‟Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur,Jawa)
Evy S :‟‟Apakah ciri-ciri cabai kathur?‟‟
Sartono : Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila ditekan
terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar airnya
rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih segar)
dan tahan pengangkutan jarak jauh.
35
Evy S :‟‟Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk
memanen kathur ini Pak?‟‟
Sartono : ‟‟Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung
hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama
lagi.‟‟
Evy S : ‟‟ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa panen
ini?‟‟
Sartono : ‟‟Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena
bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen
harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat
pasokan cabai rawit kosong.
Evy S : ‟‟ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?‟‟
Sartono : Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman
pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat
keseragaman pertumbuhan tinggi.
Evy S : „‟Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?‟‟
Sartono : Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air tersedia.
Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal pada
musim kemarau tiba-tiba hujan.
Evy S : ‟‟Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?‟‟
Sartono : ‟‟Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya
Aphisgossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati.
Pada percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian
36
100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida.
Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit,
petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau
pada cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali
seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali sebulan,
kalau hibrida 1 kali per minggu.
2. Metode Observasi
Observasi yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto,2001:96). Metode ini digunakan
untuk mengamati proses pembelajaran menulis deskripsi untuk melihat
perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Sementara itu, observasi
terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Tiap-tiap soal yang dinilai dengan rentang skor dan aspek penilaian dapat dilihat
di bawah ini :
Tabel 02.Kreteria Penilaian
No Aspek Penilaian Rentang Skor
1 Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1-20
2 Kepaduan paragraph 1-20
3 Kelengkapan unsur narasi 1-20
4 Keefektifan kalimat 1-20
5 Ketepatan ejaan dan tanda baca 1-20
Jumlah 100
37
Berdasarkan data diatas dapat diuraikan skor maksimal ideal yaitu
menjumlahkan hasil belajar siswa yang diperoleh masing-masing
mengembangkan teks wawancara menjadi karangan narasi, karena aspek yang
dinilai dalam mengembangkan teks wawancara adalah lima soal dan masing-
masing diberi bobot sebagai berikut:
a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara diberi rentang nilai 1-20;
b. Kepaduan paragrafdiberi rentang nilai 1-20;
c. Kelengkapan unsur narasi diberi rentang nilai 1-20;
d. Keefektifan kalimat 1-20;
e. Ketepan ejaan dan tandabaca 1-20 dan
Jadi nilai maksimal idealnya adalah 5 x 20 = 100
Nurkancana, 1981:25)
3.Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara
klasikal.Setiap aspek diberi rentang nilai 1-20. Penskoran hasil tes menggunakan
rumus sebagai berikut :
S = R
Keterangan :
S = Skor
R = Jumlah aspek yang dinilai
Untuk menentukan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi karangan
narasi, skor mentah selanjutnya dikonversikan menjadi skor standar. Teknik
38
penkonversiannya digunakan norma absolut skala sebelas dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI)
Caranya dengan mengalikan 5 aspek yang dinilai dengan rentang tertinggi
adalah 10.Dengan demikian SMI = 5 x 20 = 100
2. Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk teks tersebut dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
MI = ½ x MI
3. Mencari Standar Devisiasi Ideal (SDI) dengan rumus :
SDI = 1/3 x MI
4. Membuat Pedoman Konversi dengan ketentuan sebagai berikut :
M + 2,25 SD ____________________________ 10
M + 1,75 SD ____________________________ 9
M + 1,25 SD ____________________________ 8
M + 0,75 SD ____________________________ 7
M + 0,25 SD ____________________________ 6
M - 0,25 SD ____________________________ 5
M - 0,75 SD ____________________________ 4
M - 1,25 SD ____________________________ 3
M – 1,75 SD ____________________________ 2
M – 2,25 SD ____________________________ 1
( Nurkancana, 1986 : 93)
39
Atas dasar rumusan diatas, maka penyelesaiannya sebagai berikut, hasil tes
yang berupa skor mentah dikonversi menjadiskor standar dengan menggunakan
norma absolut skala sebelas.
SMI = 100
MI = ½ x 100 = 50
SDI =1/3 x50 = 16,66
Keterangan :
SMI = skor maksimal ideal
MI = angka rata – rata ideal
SDI =Standar devisiasi
Dari rumus diatas, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :
MI + 2,25 SDI = 50 + (2,25 x 16,66) = 87 _____________________ 10
MI + 1,75 SDI = 50 + (1,75 x 16,66) = 79 ______________________ 9
MI + 1,25 SDI = 50 + (1,25 x 16,66) = 71 ______________________ 8
MI + 0,75 SDI = 50 + (0,75 x 16,66) = 62 ______________________ 7
MI + 0,25 SDI = 50 + (0,25 x 16,66) = 54 ______________________ 6
MI - 0,25 SDI = 50 -(0,25 x 16,66) = 46_______________________ 5
MI - 0,75 SDI= 50 -(0,75 x 16,66) = 38_______________________ 4
MI - 1,25 SDI= 50 -(1,25 x 16,66) = 29_______________________ 3
MI -1,75 SDI = 50 -(1,25 x 16,66) = 21_______________________ 2
MI - 2,25 SDI =50 - (2,25 x 16,66) = 13_______________________ 1
Dengan berpedoman pada ketentuan diatas, maka dapat ditentukan skor standar
yang didapat oleh masing – masing siswa, jika siswa yang mencapai skor mentah
40
87 ke atas, maka ia mendapat skor standar 10, tetapi bila siswa mendapat skor
mentah 79, maka siswa mendapat skor standar 9 dan begitu seterusnya dengan
tabel kemampuan siswa dalam mengembangkan teks wawancara menjadi
karangan narasi, seperti di bawah ini :
Tabel 03.Pedoman Konversi Nilai
N0 Rentangan Skor
(Skor mentah)
Skor Standar Predikat
(1) (2) (3) (4)
01. 87 – 100 10 Istimewa
02. 79 – 86 9 Baik sekali
03. 71 – 78 8 Baik
04. 62-70 7 Lebih dari cukup
05. 54–61 6 Cukup
06. 46-53 5 Hampir cukup
07. 38 – 45 4 Kurang
08. 29–37 3 Kurang sekali
09. 21–28 2 Buruk
10. 13–20 1 Buruk sekali
(Nurkancana dan Suartana, 1986:129)
3.6 Analisis Data
Dalam menentukan skor rata-rata kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun
pelajaran 2013/2014 dengan rumus sebagai berikut:
41
Rumus : M = ∑FX
N
Keterangan :
M = skor rata – rata kelas
∑Fx = jumlah skor siswa
N = jumlah siswa
(Nurkancana, 1992:99)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Bab ini akan menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama peneliti
melakukan penelitian di kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, tindakan yang
dilakukan telah sesuai dengan rancangan dan prosedur penelitian yang sudah
ditetapkan.Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) telah diperoleh data
observasi terhadap guru dan siswa, serta data hasil tes kemampuan
mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif.
4.1.1 Refleksi Awal
Pada Refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 05 Mei
2014, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa sudah cukup
baik, tetapi cara siswa dalam membuat karangan naratif masih kurang, hal ini
diketahui dari kegiatan penugasan yang diberikan oleh guru yaitu
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi, ternyata siswa masih
sulit mengembangkan sehingga hasil penugasan tersebut terkesan asal-asalan.
4.1.1.1 Hasil Observasi Awal
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan
mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif dilakukan oleh
siswa sudah berjalan dengan cukup baik, namun pola pengembangan paragrafnya
masih belum tepat serta ejaan dan tanda bacanya juga kurang diperhatikan.Siswa
43
yang mendapatkan atau mencapai nilai hanya 41% persen dikatagorikan
memenuhi KKM.
4.1.1.2 Hasil Tes Awal
Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabelberikut :
Tabel 04.Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara
Menjadi Karangan Naratif SiswaKelas VII E SMP Negeri 2
Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jumlah
Skor Nilai Ket A B C D E
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
01. Indah Fransiska
Sari 10 10 10 10 10 50 5 HC
02. Dwiki Tirtawati 10 10 5 5 10 40 4 K
03. Dila Juliyanti 5 5 5 10 10 40 4 K
04. Kartikayana 10 10 10 10 10 50 5 HC
05. Suandana 5 10 5 10 10 40 4 K
06. Angga Mei Arta 10 10 5 5 10 40 4 K
07. Harimbawa 10 10 5 10 10 45 4 K
08. A.A. Puspawati 10 10 5 5 10 40 4 K
09. Made Artini 10 10 10 10 10 50 5 HC
10. Emi Irma Yani 10 10 10 10 10 50 5 HC
11. Pastika Yasa 10 10 5 10 10 45 4 K
12. Didi Widiawan 10 10 10 10 10 50 5 HC
13. Andika Wirawan 10 10 10 10 10 50 5 HC
14. Juliantari 10 15 10 10 10 55 6 C
15. NovianKusuma
Dewi 10 10 10 10 10 50 5 HC
16. Aditya Wirawan 10 10 10 10 10 50 5 HC
17. Gede Supana 10 10 5 5 10 40 4 K
18. Aldo Wiratama 10 10 5 5 10 40 4 K
19. Winda Savitri 10 10 10 10 10 50 5 HC
20. Yosep Mario 10 10 10 10 10 50 5 HC
21. Pradnyadari 10 10 5 5 10 40 4 K
22. Aldi Dwiguna 10 10 10 10 10 50 5 HC
23. Yuli Adeani 10 10 10 10 15 55 6 C
24. Pradnyadari 10 10 10 10 10 50 5 HC
44
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
25. Sutresni 10 15 10 10 10 55 6 C
26. Nonik Apriani 10 10 10 10 10 50 5 HC
27. Candra Suarbawa 10 10 5 5 10 40 4 K
28. Ira Maharani 10 10 10 10 10 50 5 HC
Jumlah 270 290 225 245 285 1.315 132
Rata – rata 9,64 10,35 8,03 8,75 10,17 46,96 4,71 HC
Keterangan Aspek penilaian :
A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
B. Kepaduan Paragraf
C. Kelengkapan unsure narasi
D. Keefektifan kalimat
E. Ketepatan ejaan dan tanda baca
4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal
Berdasarkan tabel hasil dari tes awal bahwa jumlah skor standar yang
dikumpulkan sejumlah rata-rata siswa keseluruhan adalah 4,71yang dapat
dikatagorikan dengan hampir cukup. Oleh karena itu, memang benar sekali
kemampuan siswa sangatlah rendah.Hal tersebut dapat rata-rata kelas tidak
mencapai KKM yaitu 72. Dapat dilihat pada pengelompokan prestasi sebagai
berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 3 orang, persentasenya
adalah3x 100% = 14,28%
28
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 14 orang, persentasenya
adalah14x 100% = 46,42%
28
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 4 sebanyak 11 orang, persentasenya
45
adalah11x 100% = 39,28%
28
Tabel 05.Persentase Tes Awal (Prasiklus)
No Kategori
Rentangan
Skor X F FX Persen
Nilai
Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%
= 132
28
= 4,71
(Hampir
Cukup)
02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0%
03. Baik 71-78 8 0 0 0%
04. Lebih dari cukup 62-70 7 0 0 0%
05. Cukup 54-61 6 3 18 14,28%
06. Hampir Cukup 46-53 5 14 70 46,42%
07. Kurang 38-45 4 11 44 39,28%
08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%
09. Buruk 21-28 2 0 0 0%
10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%
Total 28 132 100%
Keterangan :
X : Skor Standar
F : Frekuensi
Fx : Jumlah nilai
4.1.1.4 Refleksi
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa per
individu diketahui 28 siswa yang menjadi subjek, siswa yang mendapat nilai 6
(14,28%) sebanyak 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 5 (46,42%) sebanyak
14 orang, siswa yang memperoleh nilai 4 (39,28% ) sebanyak 11 orang, sehingga
pemahaman siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif
dapat dikelompokan dengan katagori hampir cukup. Oleh karena itu, perlu
dilakukan
46
peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap selanjutnya ke siklus I.
4.1.2 Hasil Data PenelitianSiklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 09 Mei 2014. Perencanaan dan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada tindakan siklus I telah
dipaparkan pada bab III. Adapun hasil evaluasi berupa hasil obsevasi dan tes
dalam upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif adalah sebagai berikut :
4.1.2.1 Hasil Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ada beberapa hal yang peneliti catat
yaitu pembelajaran berjalan dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat dengan tekun
dan antusias mendengarkan penjelasan guru.Situasi pembelajaran cukup kondusif
dan tergolong aktif.
4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I
Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus, dan setelah dilakukan
pengamatan terhadap minat belajar siswa, diperoleh hasil tes siklus I sebagai
berikut :
Tabel 06. Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Mengembangkan
Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII SMP
N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh
Skor Nilai Ket
A B C D E
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
01. Indah Fransiska
Sari 10 15 10 15 15 65 7 LDC
02. Dwiki Tirtawati 10 10 10 10 10 50 5 HC
03. Dila Juliyanti 10 10 10 10 10 50 5 HC
04. Kartikayana 15 10 10 10 10 55 6 C
05. W.Suandana 10 10 10 10 10 50 5 HC
06. Angga Mei Arta 10 10 10 10 15 55 6 C
47
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
07. W.Harimbawa 10 10 10 10 10 50 5 HC
08. A.Puspawati 10 10 10 10 15 55 6 C
09. Ni Made Artini 10 10 10 10 15 55 6 C
10. Emi Irma Yani 15 10 10 15 10 60 6 C
11. Pastika Yasa 15 10 10 10 10 55 6 C
12. Didi Widiawan 15 15 10 10 15 65 7 LDC
13. Andika
Wirawan 15 10 10 10 10 55 6 C
14. Juliantari 15 15 10 15 15 70 7 LDC
15. Novian Kusuma
Dewi 10 15 10 10 15 60 6 C
16. Aditya
Wirawan 15 15 10 15 10 65 7 LDC
17. I Gede Supana 15 15 10 10 15 65 7 LDC
18. Aldo Wiratama 10 10 10 10 15 55 6 C
19. Winda Savitri 10 15 10 10 15 60 6 C
20. Yosep Mario 15 10 10 10 15 60 6 C
21. Sandra
Pradnyani 15 10 10 5 10 55 6 C
22. Aldi Dwiguna 10 10 15 10 10 55 6 C
23. Yuli Adeani 15 15 10 10 15 65 7 LDC
24. Natalia
Pradnyadari 10 15 10 10 15 60 6 C
25. Sutresni 15 10 10 15 15 65 7 LDC
26. Nonik Apriani 15 10 10 10 15 60 6 C
27. Candra
Suarbawa 15 10 10 10 10 55 6 C
28. Ira Maharani 15 15 10 10 15 65 7 LDC
Jumlah 355 330 285 290 360 1.635 172
Rata - rata 12,67 11,78 10,17 10,35 12,85 58,39 6,14 C
Keterangan Aspek penilaian :
A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
B. Kepaduan Paragraf
C. Kelengkapan unsur narasi
48
D. Keefektifan kalimat
E. Ketepatan ejaan dan tanda baca
4.1.2.3 Analisis Data Siklus I
Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang
diperoleh siswa adalah sejumlah 172 dengan rata-rata 6,14 dengan kategori cukup.
Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan
norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai
yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 8 orang, persentasenya
Adalah 8x 100% = 28,57%
28
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 16 orang,
Pesentasenya adalah16 x 100% = 57,14
28
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 4 orang, persentasenya
Adalah 4x 100% = 14,28%
28
Tabel 07. Persentase Data Siklus I
No Kategori
Rentangan
Skor X F FX Persen
Nilai
Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%
= 172
28
= 6,14
(Cukup)
02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0%
03. Baik 71-78 8 0 0 0%
04. Lebih dari cukup 62-70 7 8 56 28,57%
05. Cukup 54-61 6 16 96 57,14%
06. Hampir Cukup 46-53 5 4 20 14,28%
07. Kurang 38-45 4 0 0 0%
08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%
49
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
09. Buruk 21-28 2 0 0 0%
10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%
Total 28 72 100%
Keterangan :
X : Skor Standar
F : Frekuensi
Fx : Jumlah nilai
Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang
menjadi subjek, 28,57% (8 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 57,14% ( 16
orang) mendapat nilai 6, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 5, masih banyak
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata pada
siklus I adalah 6,14 dikatagorikan cukup.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I
Proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan perencanaan.Hasil siklus I menggambarkan bahwa dengan pendekatan
integrative dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif.Dibandingkan dengan tes awal (Prasiklus), hasil siklus I
sudah mengalami peningkatan, namun belum mencapai ketuntasan yang
ditentukan.
Berdasarkan analisis terhadap hasil yang diperoleh pada siklus I, ternyata
masih ada beberapa maasalah yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran
siklus I yang dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan siklus selanjutnya. Masalah
yang muncul yaitu masih banyak siswa yang belum konsentrasi dalam
50
pembelajaran dan masih ada siswa yang belum memenuhi target yang diharapkan
yaitu masih dibawah KKM.
4.1.3 Hasil Data Penelitian Siklus II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II merupakan rangkaian
dari kegiatan pembelajaran siklus I, kegiatan ini dilakukan karena pada kegiatan
pembelajaran siklus I kemampuan siswa dalam mengubah hasil wawancara
menjadi karangan naratif belum mengenai sasaran, yaitu nilai rata-rata siswa
masih dibawah KKM. Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan untuk
memperbaiki kelemahan– kelemahan yang terjadi pada tahap sebelumnya,
sehingga diharapkan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini
dapat kontribusi terhadap perkembangan kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi.
Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, tahapan pelaksanaanya
sama seperti tahapan kegiatan pembelajaran siklus I, yaitu terdiri dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.
4.1.3.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan di kelas, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit.Pelaksanaan siklus II
dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Juni 2014 di kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli.
Dalam tahap ini, penulis menyiapkan beberapa hal, adapun hal – hal yang perlu
disiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah :
1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dalam buku paket siswa.
51
3. Menyiapkan teks wawancara yang akan dibagikan.
4. Memberikan motivasi belajar.
4.1.3.2 Pelaksanaan
Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan
siklus I.adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan
mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif.
Tabel 08. Skenario Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2) (3)
Pendahuluan 1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
ruang, media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran siswa.
1. Siswa berdoa bersama
2. Siswa mempersiapkan
sarana yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan
keadaan teman yang tidak
hadir
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan materi
tentang wawancara.
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat
dalam buku
3. Guru menugaskan siswa
mengubah teks
wawancaramenjadi narasi.
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru
2. Siswa mempelajari teks
yang diberikan
3. Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Elaborasi
Guru membimbing dan
membantu permasalahan
yang dihadapi terkait
dengan materi.
Siswa menanyakan
kesulitan yang dihadapi
terkait dengan materi
pembelajaran
Konfirmasi
Memberikan kesempatan
untuk bertanya dan
berdiskusi tentang
permasalahan yang dihadapi
Siswa bertanya dan
berduski untuk bertukar
pikiran
52
(1) (2) (3)
Penutup Refleksi
Guru bersama siswa
merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan
menanyakan kesulitan
siswa dalam pembelajaran
yang telah dilaksanaka
Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa bersama
Siswa menyampaikan
hal-hal yang mereka
dapatkan pada saat
pembelajaran.
Siswa berdoa bersama
4.1.3.3 Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, ada beberapa hal yang peneliti catat
yaitu, pembelajaran berlangsung dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat lebih
tekun mendengarkan guru.Suasana kelas mulai ribut ketika guru membacakan
hasil tes siklus I. banyak siswa merasa kecewa atas nilai yang mereka peroleh
dapatdalam pelaksanaan siklus I. situasi dapat dikendalikan ketika guru
memberikan motivasi untuk dapat memperbaiki hasil tes siklus II.Pembelajaran
menyenangkan saat siswa diminta untuk mengerjakan tugas untuk mengubah hasil
wawancara menjadi karangan naratif.
4.1.3.4 Hasil Data Tes Siklus II
Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus II, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 09. Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Mengembangkan
Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif.
No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh
Skor Nilai ket A B C D E
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
01. Indah Fransiska
Sari 15 15 10 15 15 70 7 LDC
02. Dwiki Tirtawati 15 10 10 10 10 55 6 C
53
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
03. Dila Juliyanti 10 10 10 10 15 55 6 C
04. Kartikayana 15 10 15 15 10 65 7 LDC
05. W.Suandana 10 10 10 10 15 55 6 C
06. Angga Mei Arta 15 15 10 10 15 65 7 LDC
07. W.Harimbawa 10 10 10 10 15 55 6 C
08. A.Puspawati 15 15 10 10 15 65 7 LDC
09. Ni Made Artini 10 15 10 10 15 65 7 LDC
10. Emi Irma Yani 15 10 10 15 15 65 7 LDC
11. W.Pastika Yasa 15 10 10 10 15 65 7 LDC
12. Didi Widiawan 15 15 15 15 15 75 8 B
13. Andika
Wirawan 15 15 10 10 15 65 7 LDC
14. Juliantari 15 15 15 15 15 75 8 B
15. Novian Kusuma 15 15 10 10 15 65 7 LDC
16. Aditya
Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 B
17. I Gede Supana 15 15 10 15 15 70 7 LDC
18. Aldo Wiratama 15 15 10 10 15 65 7 LDC
19. Winda Savitri 15 10 10 15 15 65 7 LDC
20. Yosep Mario 15 10 10 15 15 65 7 LDC
21. Sandra
Pradnyani 15 15 10 10 15 65 7 LDC
22. Dwiguna 15 15 15 10 15 65 7 LDC
23. Yuli Adeani 15 15 10 15 15 70 7 LDC
24. Natalia
Pradnyadari 15 15 10 10 15 65 7 LDC
25. Sutresni 15 15 10 15 15 70 7 LDC
26. Nonik Apriani 15 10 15 10 15 65 7 LDC
27. Candra
Suarbawa 15 15 10 10 15 65 7 LDC
28. Ira Maharani 15 15 15 15 15 75 8 B
Jumlah 400 355 310 340 410 1.840 196
Rata - rata 14,28 12,67 11,07 12,14 14,64 65,71 7,0 LDC
Keterangan Aspek penilaian :
a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
b. Kepaduan Paragraf
54
c. Kelengkapan unsur narasi
d. Keefektifan kalimat
e. Ketepatan ejaan dan tanda baca
4.1.3.5 Analisis Data Tes Siklus II
Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang
diperoleh siswa adalah sejumlah 196 dengan rata-rata 7,0 dengan kategori lebih
dari cukup. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan
menggunakan norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase
pengelompokan nilai yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 4 orang, persentasenya
adalah: 4x 100% = 14,28%
28
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 20 orang, persentasenya
adalah20x 100% =71,42%
28
3.Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 4 orang, persentasenya
adalah 4 x 100% = 14,28%
28
Tabel 10. Persentase Data Siklus II
No Kategori Rentang
Skor
X F FX Persen Nilai Rata-
rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Istimewa 87-100 10 0 0 0 = 196
28
= 7,0
02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0
03. Baik 71-78 8 4 32 14,28%
04. Lebih dari cukup 62-70 7 20 140 71,42%
55
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (Lebih dari
cukup) 05. Cukup 54-61 6 4 24 14,28%
06. Hampir Cukup 46-53 5 0 0 0
07. Kurang 38-45 4 0 0 0
08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0
09. Buruk 21-28 2 0 0 0
10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0
Total 28 196 100%
Keterangan :
X : Skor Standar
F : Frekuensi
Fx : Jumlah nilai
Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang
menjadi subjek,71,42%(20 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 14,28% (4 orang)
mendapat nilai 8, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 6.Nilai rata-rata pada
siklus II adalah 7,0 dengan kategori lebih dari cukup, jadi nilai siswa belum
memenuhi KKM yaitu 7,2. Maka peneliti melanjutkan lagi ke siklus III.
4.1.4 Data Penellitian Siklus III
Pelaksanaan siklus III melalui tahap yang sama dengan siklus II dilakukan
dengan empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi,
dan tahap refleksi..siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Juni 2014 ini
merupakan lanjutan siklus II dan merupakan perbaikan hasil kegiatan pada siklus
II.
4.1.4.1 Perencanaan
Adapun hal – hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).
56
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.
3. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dari buku/majalah.
4. Membagikan teks wawancara
4.1.4.2 Pelaksanaan
Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan
siklus II. Adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan
mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif.
Tabel 11. Skenario Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2) (3)
Pendahuluan
1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
ruang, serta media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran siswa
1. Siswa melaksanakan doa
bersama
2. Siswa mempersiapkan
sarana yang akan
digunakan dalam
pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan
keadaan teman yang tidak
hadir
Kegiatan
Inti
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan cara
mengubah tes wawancara
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat
dalam buku
3. Guru menugaskan siswa
untuk merangkum pokok-
pokok cerita dan mengubah
teks wawancaramenjadi
narasi.
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru
2. Siswa mempelajari teks
yang diberikan
3. Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru
57
(1) (2) (3)
Elaborasi
Guru membimbing siswa dan
membantu permasalahan yang
dihadapi terkait dengan
materi.
Siswa berdiskusi dan
menanyakan kesulitan
yang dihadapi terkait
dengan materi
pembelajaran.
Konfirmasi
Memberikan kesempatan untuk
bertanya dan berdiskusi
memikirkan permasalahan
yang dihadapi
Siswa bertanya dan
berdiskusi untuk
bertukar pikiran
Penutup Refleksi
Guru bersama-sama siswa
merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan
menanyakan kesulitan siswa
dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Guru menutup pembelajaran
dengan berdoa bersama
Siswa menyampaikan
hal-hal yang mereka
dapatkan pada saat
pembelajaran.
Siswa berdoa bersama
4.1.4.3 Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus III ini, banyak siswa menunjukkan
peningkatan yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan berani
bertanya
serta percaya diri.
4.1.4.4 Data Hasil Tes Siklus III
Hasil tes siklus III dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil Tes Siklus III Peningkatan Kemampuan Mengembangkan
Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E
SMP N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh
Skor Nilai ket A B C D E
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
01. Indah Fransiska 15 20 10 15 15 75 8 LDC
58
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
02. Dwiki Tirtawati 15 15 10 15 15 70 7 LDC
03. Dila Juliyanti 15 15 10 15 15 70 7 LDC
04. Kartikayana 15 15 15 15 10 70 7 LDC
05. Suandana 10 20 10 15 15 75 7 LDC
06. Angga Mei Arta 15 15 10 15 15 75 8 LDC
07. Harimbawa 15 20 10 15 15 70 7 LDC
08. A.Puspawati 15 15 10 15 15 75 8 LDC
09. Ni Made Artini 15 15 15 15 15 75 8 LDC
10. Emi Irma Yani 15 15 15 15 15 75 8 LDC
11. Pastika Yasa 15 15 15 15 15 70 8 LDC
12. Didi Widiawan 15 15 15 15 15 75 8 B
13. Andika Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 LDC
14. Juliantari 15 15 15 15 20 80 9 B
15. Novian Kusuma
Dewi 15 20 15 15 15 75 8 LDC
16. Aditya Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 B
17. I Gede Supana 15 15 15 15 15 75 8 LDC
18. Aldo Wiratama 15 15 10 15 15 70 7 LDC
19. Winda Savitri 20 15 15 15 15 75 8 LDC
20. Yosep Mario 15 15 10 15 15 70 7 LDC
21. Pradnyani 15 15 10 15 15 70 7 LDC
22. Aldi Dwiguna 15 15 15 15 15 75 8 LDC
23. Yuli Adeani 15 20 10 15 15 75 8 LDC
24. Natalia
Pradnyadari 15 15 10 15 15 70 7 LDC
25. Sutresni 15 20 10 15 15 75 8 LDC
26. Nonik Apriani 15 15 15 10 15 70 7 LDC
27. Candra
Suarbawa 15 15 15 10 15 70 7 LDC
28. Ira Maharani 15 15 15 15 15 75 8 B
Jumlah 420 455 355 405 425 2.055 214
Rata - rata 15,17 16,07 12,67 14,46 15,17 73,39 7,64 Tuntas
Keterangan Aspek penilaian :
A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
B. Kepaduan Paragraf
59
C. Kelengkapan unsur narasi
D. Keefektifan kalimat
E. Ketepatan ejaan dan tanda baca
4.1.4.5 Analisis Data Hasil Tes Siklus III
Dari hasil tes siklus III di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang
diperoleh siswa adalah sejumlah 214 dengan rata-rata 7,64 dengan kategori baik.
Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan
norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai
yang diperoleh siswa, pengelompokan persentase siswa dapat diuraikan sebagai
berikut
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 9 sebanyak 1 orang, persentasenya
adalah1 x 100% =3,57%
28
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 16 orang,persentasenya
adalah 16 x 100% = 57,14%
28
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 11orang, persentasenya
adalah11 x 100% = 39,28%
28
Tabel 13. Persentase Data Siklus III
No Kategori Rentang
an Skor
X F FX Persen Nilai
Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%
= 214
28
= 7,64
02. Baik sekali 79-86 9 1 9 3,57%
03. Baik 71-78 8 16 128 57,14%
04. Lebih dari cukup 62-70 7 11 77 39,28%
05. Cukup 54-61 6 0 0 0%
06. Hampir Cukup 46-53 5 0 0 0%
07. Kurang 38-45 4 0 0 0%
60
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (Baik)
08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%
09. Buruk 21-28 2 0 0 0%
10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%
Total 28 214 100%
Keterangan :
X : Skor Standar
F : Frekuensi
Fx : Jumlah nilai
Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui bahwa siswa kelas VII E
SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan
integratif dapat mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan dan sudah
memenuhi nilai ketuntasan, terbukti dari 28 siswa yang menjadi subjek penelitian
ini, terdapat 3,57% ( 1 orang) mendapat nilai 9, terdapat 57,14% ( 16 orang)
mendapat nilai 8 dan nilai 39,28 % (11 orang) mendapat nilai 7. Nilai rata-rata
yang diperoleh pada siklus III ini adalah 7,64
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan
integratif pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014 pada siklus III sudah mencapai target KKM maka penelitian ini dapat
dihentikan.
4.1.4.6 Refleksi
Dari data yang terkumpul melalui hasil observasi dan hasil tes pada
akhir tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan
61
mengenai kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan
naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli
tahun pelajaran 2013/2014.Semua masalah yang terdapat pada siklus I dan silus II
dibenahi pada siklus III sehingga siswa memiliki kemampuan dib atas rata-rata
dan mengalami peningkatan sesuai dengan KKM yang ditentukan.Pada siklus III
persentase siswa memperoleh nilai ketuntasan sampai dengan 100%.Dengan
demikian tindakan cukup pada siklus III saja, dan penelitian dapat dihentikan.
4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi adalah hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian dari
tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III.
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal,Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara
Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa
Kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Siswa Nilai Siklus
Keterangan Awal I II III
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Ni Nengah Indah Fransiska Sari 5 7 7 8 Meningkat
02. Kadek Dwiki Tirtawati 4 5 6 7 Meningkat
03. Ni Luh Dila Juliyanti 4 5 6 7 Meningkat
04. I Nengah Kartikayana 5 6 7 7 Meningkat
05. I Wayan Suandana 4 5 6 7 Meningkat
06. I Kadek Angga Mei Arta 4 6 7 8 Meningkat
07. Wayan Harimbawa 4 5 6 7 Meningkat
08. I Dewa Agung Ayu Puspawati 4 6 7 8 Meningkat
09. Ni Made Artini 5 6 7 8 Meningkat
10. Ni Luh Wayan Emi Irma Yani 5 6 7 8 Meningkat
11. I Wayan Pastika Yasa 4 6 7 8 Meningkat
12. I Wayan Didi Widiawan 5 7 8 8 Meningkat
13. I Wayan Agus Andika Wirawan 5 6 7 8 Meningkat
14. Ni Putu Juliantari 6 7 8 9 Meningkat
15. Ni Kadek Novian Kusuma Dewi 5 6 7 8 Meningkat
62
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
16. I Putu Aditya Wirawan 5 7 8 8 Meningkat
17. I Gede Supana 4 7 7 8 Meningkat
18. I Wayan Aldo Wiratama 4 6 7 7 Meningkat
19. I.A.Gede Winda Savitri 5 6 7 8 Meningkat
20. Yosep Mario Alfarinando Lero 5 6 7 7 Meningkat
21. Desak Md Sandra Pradnyani 4 6 7 7 Meningkat
22. I Kadek Aldi Dwiguna 5 6 7 8 Meningkat
23. Ni Kadek Yuli Adeani 6 7 7 8 Meningkat
24. I.A.Md Natalia Pradnyadari 5 6 7 7 Meningkat
25. Ni Komang Sutresni 6 7 7 8 Meningkat
26. Ni Kadek Nonik Apriani 5 6 7 7 Meningkat
27. I Wayan Candra Suarbawa 4 6 7 7 Meningkat
28. Ni Putu Ira Maharani 5 7 8 8 Meningkat
Jumlah 132 172 196 214 Tuntas
Rata-rata 4,71 6,14 7,0 7,64
4.2 Pembahasan
Berdasarkan rekapitulasi di atas, bahwa hasil tes awal sampai tes siklus III,
terlihat adanya peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata 4,71 pada tes awal, menjadi
6,14pada siklus I, meningkat menjadi 7,0 pada siklus II, dan meningkat lagi
menjadi 7,64 pada siklus III.
Dengan pencapaian nilai rata-rata7,64 pada siklus III telah menunjukkan
pencapaian nilai yang ditetapkan yaitu 7,2 telah terpenuhi. Dengan hasil ini,
penelitian yang berjudul ”Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara
Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VII E SMP
Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014”, berakhir pada siklus III.
Langkah-langkah Pembelajaran
1. Berwawancara (teks wawancara)
63
Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil
wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa
terdiri dari 5-6 orang.
2. Menulis Hasil Wawancara
Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa
melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan.Siswa
mencari pokok-pokok hasil wawancara.
3. Menulis Karangan
Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil
wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi
karangan narasi sesuai dengan konteksnya, keefektifan kalimat,
perpaduanparagraf dan sesuai dengan ketepatan ejaan dan tanda baca.
4.2.1 Grafik
Grafik merupakan suatu bentuk pemetaan data dengan menggunakan
garis/batang untuk memudahkan dalam menentukan peningkatan tiap periode
dalam jangka waktu tertentu,untuk mengukur sejauh mana peningkatan yang
diperoleh. Grafik peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014 sebagai berikut :
64
Grafik 01. Tes awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III.
Keterangan :
1. Tes awal : 4,71
2. Siklus I : 6,14
3. Siklus II : 7,0
4. Siklus III : 7,64
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Tes Awal Siklus ISiklus II
Siklus III
Nilai rata-rata
65
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, peneliti kemukakan tentang simpulan dan saran dari hasil
penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya, maka pembahasan pada
bab ini akan diisi pemaparan secara terperinci tentang simpulan dan saran-saran.
Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dipaparkan
dalam bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut.
5.1.1 Pendekatan Integratif dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan
hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2
Bangli.
1. Pada hasil tes pra siklus siswa memperoleh nilai rata-rata 4,71 dengan
rincian nilai 6 sebanyak 3 orang (14,28%) dengan katagori cukup, nilai 5
sebanyak 14 orang (46,42%) dengan katagori hampir cukup, dan nilai 4
sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori kurang, sehingga kemampuan siswa
dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan
kurang.
2. Pada hasil tes siklus Isiswa memperoleh nilai rata-rata 6,14 dengan rincian
nilai 7 sebanyak 8 orang (28,57%) dengan katagori lebih dari cukup, nilai 6
sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori cukup, dan nilai 5 sebanyak 4
orang (14,28%) dikatagori hampir cukup, sehingga kemampuan siswa
66
dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan
cukup.
3. Pada hasil tes siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 7,0 dengan rincian
nilai 8 sebanyak 4 orang (14,28%) dengan katagori baik, nilai 7 sebanyak
20 orang (71,42%) dengan katagori lebih dari cukup, dan nilai 6 sebanyak 4
orang (41,28%) dikatagori cukup, sehingga kemampuan siswa dalam
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan lebih
dari cukup.
4. Pada hasil tes siklus III siswa memperoleh nilai rata-rata 7,64 dengan
rincian nilai 9 sebanyak 1 orang (3,57%) dengan katagori baik sekali, nilai 8
sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori hampir cukup baik, dan nilai 7
sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori lebih dari cukup, sehingga
kemampuan siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi
karangan narasi dikatakan baik.
5.1.2 Langkah-langkah yang diterapkan dalam pendekatan Integratif
1. Berwawancara
Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan
hasil wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu
kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang.
2. Menulis Hasil Wawancara
Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa
melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan.
Siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara.
67
3. Menulis karangan
Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil
wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi
karangan narasi sesuai dengan konteksnya, perpaduan paragraph dan
sesuai dengan ejaan dan tanda baca.
5.2 Saran
1. Siswa perlu melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara
menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa
diharapkan lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan
berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas
pengetahuan dan wawasan.
2. Dalam proses mengajar sebaiknya guru menggunakan strategi mengajar
yang bervariasi dengan memperhatikan kondisi siswa.Dengan demikian
motivasisiswa akan meningkat pada mata pelajaranmengembangkan hasil
wawancara.
3. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan
penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada dasarnya terdapat
beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Supardi.2006. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi, dkk.2007. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : Bumi Aksara.
_____________________.2010.Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi
Aksara.
Atar Semi.1993. Metode penelitian sastra.Bandung : Angkasa.
_________.2003.Bahasa dan Sastra Indonesia.Singaraja : Biro Penelitian FKIP
Universitas Udayana.
Arifin, E & Amran Tasai.1987 Cermat berbahasa Indonesia.Jakarta mediatama
Sarana Perkasa.
Ambo Enre, Fachruddin. 1994 Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung
Pandang: FKIP Ujung Pandang.
Azhar Arsjad dkk,1993.Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia.Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :
Balai Pustaka.
Djiwandono,S. 1996 Tes Bahasa dan Pengajaran. Bandung:ITB.
Keraf, Gorys.1989.Tata Bahasa Indonesia.Nusa Indah.
___________. 2001. Argumentasi dan Narasi.Jakarta : PT Gramedia.
Kunandar, 2010.Langkah Mudah PenelitianTindakan Kelas Sebagai
PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT.Rajawali Pers.
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Indeks.
________________________________.2010.Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Muchlison, dkk. 1993.Pendidikan Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud.
Muchlison, dkk. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 modul 1-9.Jakarta:
Depdikbud.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan 1995. Penilaian dalam pengajaran Bahasa dan sastra.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
___________________.2001.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Nurkancana dan Sunartana, 1992.Evaluasi hasil belajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurkancana, Wayan 1986.Evaluasi Pendidikan.Surabaya : UsahaNasional.
Riyanto, Yatim, 2004. Metodelogi Penelitian dan Pendidikan.Surabaya : IKAPI.
Sri Murtiningsih. 2003. Pembelajaran Menulis Sastra dan Non Sastra di SMU
Kelas I secara terpadu berdasarkan KBK. Yogyakarta:Balai Bahasa.
Suyatno, 2004.Teknik pembelajaran Bahasa dan Sastra.Surabaya; SIC.
Syamsuddin,dkk. 1998. Studi Wacana Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur, 1981. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
http://andriew.blogspot.com/2011/02/upaya-peningkatan-kemampuan-wawancara.
html
http://btqsman1grati39.wordpress.com/2013/06/pendekatan-strategi-dan-
model-pembelajaran
UNIYERSITAS MAHASARASWATI DENPASARFAKULTAS KEGURUATI DAI\[ ILMU PENDIDIKAII
Sekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar - BaliE-Mail : [email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985
Denpasar, 26 April 7014
Tempat
Dengan Hormat,Melalui Surat ini kami mohon ijin kehadapan BapaMbu untuk mahasiswa kami :
NomorLampiranHal
Kepada
di-
NamaNPMSemesterFakultasProgram StudiAlamat
K.880.0 1.0 I /IV/FKrP/LTNMAS/20 I 4l(Satu)Gabungljin Penelitian
Yth. BapaMbu Kepala Sekolah SMP Negeri 2Bangli
Ni Wayan Sumiani1 0.8.03.5 I .31.t.s.2979VIII @elapan)Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati DenpasarPendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaBr,susut Kelod,Ds,susut,Kec,Susut,Kab,Bangl i
untuk melakukan kegiatan Penelitian pada SekolaW Lembaga yang BapaMbu pimpin dengan judul :
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCAR.A MENJADIKARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF KELAS VII E SMP NEGERI 2BANGLT 20t3t2014.Sebagar batran pertimbangan BapaMbu bersama ini kami lampirkan proposal penelitian ( terlampir ).Demikian surat permohonan ini disampaikan atas perhatian dan perkenan BapaMbu kami haturkanterima kasih.
1118 198103 1 001 NIP. 19550127 198602 1001
"flIffi N'I*:hffi^?ffi
"rfi
TJ#NAH.-Sekretariat : JalanXamboja I lA, Denpasar _ Bali
Ttp/Fax : (0361) z4}irs/ (0361) iqOgssE _ Mail : [email protected]
Dengan hormat SURAT KETERANGAN SLAP JILID
Yang bertanda tangan dibarvah ini,kami !=osen
penguji skripsi progrem Studi pendidikan Bahasadan sastra lndonesia FKI, unmas Denpasar,dengan ini'menerangkan.Nama :-_t[ ula{4n \,umrantNPMJudul Skripsi
Dcmikian surat ini dibuat dengan semestinya agar dapat digu :an seperiunl,a.Terimakasih
fi,femang benar kamitelah membaca dengan teliti skripsi tesiap jilid. ut diatas dan kami menl,atakan sudah
,i!''l'3st$ q8{, I OQI
Peneq[J-Urqma
(lr#)@drl&ffiryM,H(m\tPigtrgoaxg i?BT0g I col
j6+us ?ot2.dan Sastra Indonesia
NIP.ig(.xotg
di.M.Hu
Alamat: Jln.
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGASMP NEGERI2 BANGLI
E-mail : s mp2 bangli@1 mail. com
Nusantara No. 144 Bangti, Telp; (0366) gl4|7
SURAT KETERANGANNo*o.777ffi814
Yang berranda tangan di bawah ini Kepala SMp Negeri2 Banglimenerangkan bahwa
Ni Wayan Sumiani
I 0.8.03.5 1.3 1.1.s.297 9
Br. Susut Kelod, Kec Susut, Kab.Bangli
Dusun Mas, 03 Desember 1986
FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
VIII
Memang benar bahw a yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian disekolah kami dari ranggal 09 Mei 2014 sampai 04 Juni 2014.
Dernikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Nama
NPM.
Alamat
Tempat/Tgl. Lahir
Fakultas
Program Studi
Semester
Agustus 2014
r99012 I 00i
UNIVERSITAS MAIIASAIIT{SWATI DENPASARr:AKUUTAS KEGURUAI\I DAN ILMU PENDIDIKAIT
TERAKREDITASISekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar-Bali
E-Mail : [email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ni Wayan Sumiani
NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2979
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil wawancara
Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif
Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun pelajaran
2013t2014.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ini
memang benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menanggung segala akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
Demikian pemyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
f)enpasar, Agustus 2014METERAI N.e),
;**IT,,.WJd{ww/w ffi
ilr lVayan Sumiani
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VII / II (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar kompetensi : 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk
narasi dan pesan singkat
Kompetensi Dasar : 1.1Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
memperhatikan cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung
Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat
tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk
narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan
tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil
wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan
paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan
menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat.
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan
konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (Respect)
Tekun (Diligence)
II. Materi Pembelajaran
Naskah wawancara
Cabai Kathur
Evy S : ’’Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?’’
Sartono : ’’Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit
(ngathur,Jawa)
Evy S : ’’Apakah ciri-ciri cabai kathur?’’
Sartono : Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila
ditekan terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar
airnya rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih
segar) dan tahan pengangkutan jarak jauh.
Evy S : ’’Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk
memanen kathur ini Pak?’’
Sartono : ’’Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung
hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama
lagi.’’
Evy S : ’’ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa
panen ini?’’
Sartono : ’’Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena
bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen
harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat
pasokan cabai rawit kosong.
Evy S : ’’ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?’’
Sartono : Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman
pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat
keseragaman pertumbuhan tinggi.
Evy S : ‘’Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?’’
Sartono : Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air
tersedia. Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal
pada musim kemarau tiba-tiba hujan.
Evy S : ’’Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?’’
Sartono : ’’Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya Aphis
gossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati. Pada
percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian
100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida.
Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit,
petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau
paa cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali
seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali
sebulan, kalau hibrida 1 kali per minggu.
III. A. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penugasan
B. Strategi Pembelajaran
Pendekatan : Integratif
IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan siswa
(1) (2) (3)
1 Pendahuluan 1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan
siswa, ruang, media yang
akan digunakan dalam
1. Siswa berdoa bersama
2. Siswa mempersiapkan
sarana yang akan
digunakan dalam
proses pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran
siswa
proses pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan
keadaan teman yang
tidak hadir
2 Kegiatan
Inti
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan materi
tentang wawancara ,
termasuk pembahasan
mengenai kalimat
langsung an tak langsung,
Kemudian siswa
membentuk kelompok.
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat
dalam buku/majalah
3. Guru menugaskan siswa
untuk merangkum pokok-
pokok cerita dan
mengubah teks
wawancara menjadi
narasi.
Elaborasi
Guru membimbing siswa
dan membantu
permasalahan yang
dihadapi terkait dengan
materi.
Konfirmasi
Guru menugaskan
masing-masing siswa
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru dan
membentuk
kelompok.
2. Siswa mempelajari
teks yang diberikan
3. Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan
oleh guru.
Siswa berdiskusi dan
menanyakan
kesulitan yang
dihadapi terkait
dengan materi.
Siswa
mempresentasikan
hasil kerjanya secara
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya
bergiliran.
3 Kegiatan
Akhir
Refleksi
1. Guru bersama-sama
siswa merefleksi
kegiatan pembelajaran
dengan menanyakan
kesulitan siswa dalam
pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
2. Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa bersama.
1. Siswa menyampaikan
hal-hal yang mereka
dapatkan pada saat
pembelajaran
2. Siswa berdoa bersama
V. Sumber Belajar
1. Teks wawancara
2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII
VI. Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi
No Aspek penilaian Skor
1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20
2. Kepaduan paragraph 1 – 20
3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20
4. Keefektifan kalimat 1 – 20
5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 - 20
Jumlah 100
Bangli, 09 Mei 2014
Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani
NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra
NIP.19561231 199012 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli
Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
memperhatikan cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung
Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat
tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk
narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan
tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil
wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan
paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan
menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan
konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (Respect)
Tekun (Diligence)
II. Materi Pembelajaran
Naskah wawancara
Membangun Community of Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia
merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk
memperoleh informasi, entertainmen. Wawancara dengan ahli telematika Roy
suryo (narasumber).
Penanya : Sejak kapan menekuni bidang komunikasi dan telematika, dan
mengapa memutuskan total di bidang ini?
Narasumber : Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-
atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah
mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang.
Semakin lama saya ikuti, semakinmenyenangkan. Dari hobi
itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih
nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai
bagian dari kehidupan.
Penanya : Bagaimana Anda melihat teknologi komunikasi dan
telematika Indonesia saat ini, terutama dengan hadirnya 3G?
Narasumber :Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat
dari sosialisasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang
timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian
yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya.
Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya
untuk hal agamis. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk
konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Penanya : Apakah dampak negatif lain dari 3G? Kesehatan, lingkungan,
atau mungkin kriminalisasi?
Narasumber : Pertanyaan ini selalu muncul. Semua perangkat ini
memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada
ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal
Communication Commission) yang menguji kelayakan produk
elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik.
Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal.
Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang
punya kreativitas, perlu dibina.
Penanya : Solusi atau dampak negatif yang muncul?
Narasumber : Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan
teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti
sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum
yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa
dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara
adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita
menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-
tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa
teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penanya : Siapa yang berperan terhadap baik-buruknya teknologi?
Narasumber : Semua punya keterlibatan dalam perkembangan teknologi.
Mulai operator, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga
masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau
ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain,
hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan
komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan
harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat
untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi.
III. A. Metode Pembelajaran
4. Diskusi
5. Tanya jawab
6. Penugasan
B. Strategi Pembelajaran
Pendekatan : Integratif
IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2) (3)
Pendahuluan
Kegiatan Inti
1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
ruang, media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran siswa.
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan materi
tentang wawancara.
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat dalam
buku
3. Guru menugaskan siswa
mengubah teks wawancara
menjadi narasi.
1. Bersama guru berdoa bersama
2. Siswa mempersiapkan sarana
yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan keadaan
teman yang tidak hadir
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru
2. Siswa mempelajari teks yang
diberikan
3. Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
Penutup
Elaborasi
Guru membimbing,membantu
permasalahan yang dihadapi
terkait dengan materi.
Konfirmasi
Memberikan kesempatan
untuk bertanya dan
berdiskusi yang dihadapi
memikirkan permasalaha
Refleksi
Guru bersama siswa
merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan
menanyakan kesulitan siswa
dalam pembelajaran yang
telah dilaksanaka
Guru menutup pembelajaran
dengan berdoa bersama
Siswa menanyakan
kesulitan yang dihadapi
terkait dengan materi.
Siswa bertanya dan
berdiskusi untuk bertukar
pikiran
Siswa menyampaikan hal-hal
yang mereka dapatkan pada
saat pembelajaran.
Siswa berdoa bersama
V. Sumber Belajar
1. Teks wawancara
2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII
VI. Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi
No Aspek penilaian Skor
1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20
2. Kepaduan paragraph 1 – 20
3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20
4. Keefektifan kalimat 1 – 20
5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 – 20
Jumlah 100
Bangli, 03 Juni 2014
Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani
NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra
NIP.19561231 199012 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VII / II (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar kompetensi : 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk
narasi dan pesan singkat
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
memperhatikan cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung
Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat
tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk
narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan
tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil
wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan
paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung
2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan
menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan
konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (Respect)
Tekun (Diligence)
II. Materi Pembelajaran
Naskah wawancara
PENYEBAB TIFUS
Wika : Dok, akhir-akhir ini banyak teman saya yang terkena penyakit
tifus.Bagaimanakah tifus itu terjadi?
Dr. Agung: Penyakit tifus terjadi karena infeksi kuman salmonella.Kuman ini
masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar.
Dalam tubuh, kuman ini bermarkas di usus halus.Selanjutnya, kuman
ini menerobos masuk ke pembuluh darah.Saat terjadi agresi ini,
tubuh berusaha melawannya dengan memproduksi
antibodi.Namun,gejala sakitnya baru muncul setelah 10-14 hari sejak
masa invasi.
Wika : Apakah tanda-tanda seseorang diserang penyakit tifus?
Dr.Agung: Biasanya pasien mengalami deman pada sore/malam hari. Suhu tubuh
mencapai 39-40 C
Wika : Berarti jika seseorang mengalami gejala seperti itu ia harus segera ke
dokter.
Dr. Agung : Benar, Nak jika seseorang mengalami gejala seperti yang saya
jelaskan tadi,segera bawa ke Dokter.
Wika : Dok ,megapa kuman Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman?
Dr. Agung: Karena makanan yang kita makan tidak selalu makanan yang
bersih,sehat dan matang.
Wika : Mengapa demikian, Dok Padahal sebagian besar makanan yang kita
makan adalah makanan yang telah dimasak.
Dr. Agung : Memang benar. Makanan yang kita makan sehari-hari adalah
makanan matang. Tetapi, kita’kan tidak tahu seberapa matangkah
makanan itu dimasak.Apakah sayur yang kita makan sudah benar-
benar mendidih pada suhu 100 C.
Wika : Apa akibat makanan yang tidak dimasak sampai mendidih pada suhu
100 C Dok?
Dr. Agung: Pada bahan makanan/air bisa jadi terdapat kuman Salmonella.Padahal
penyakit tifus disebabkan oleh kuman ini.Agar kuman mati, bahan
makanan itu harus dimasak sampai suhu 100 C. Air yang akan kita
minum pun harus mendidih sampai 100 C.
Wika : Bagaimana dengan buah dan sayuran, Dok?
Dr. Agung: Pastikan buah dan sayuran itu sudah di cuci dengan bersih. Bukan
hanya dicuci dengan air keran,melainkan dengan air matang.Tidak
harus menggunakan air panas untuk mencucinya.
Wika : Berarti jika memang harus hiup bersih untuk mencegah terserang
tifus,ya
Dr. Agung : Itu sudah pasti. Jika sudah terserang tifus, kita akan repot. Kita tidak
bisa makan sembarang makanan. Pasien tifus harus makan makanan
yang lembek, seperti bubur. Pasien tifus juga tidak boleh makan
gorengan.
Wika : Wah, itu tentu sangat menyiksa. Apalagi jika yang terkena tifus orang
yang suka makanan enak dan mahal.
Dr.Agung : Makanya,sebaiknya kita memang hidup bersih dan sehat.Hindari hal
yang mengakibatkan sakit.Kamu sudah pernah merasakan sakit. Apa
yang kamu rasakan.
Wika : Sudah, saya pernah muntaber ketika masih SD. Rasanya sedih sekali.
Saya harus bolak-balik ke kamar kecil dan berkali-kali
muntah.Badan rasanya lemas. Jangankan makan, minum pun rasanya
malas. Saya jadi iri melihat orang lain yang tidak sakit.
Dr.Agung: Nah,makanya kita harus hidup bersih dan sehat,Kalau sudah jatuh
sakit,biasanya orang merasa bahwa sehat itu menyenangkan.Kita
tidak merasakan sakit. Mau melakukan aktivitas apapun bisa. Belum
lagi biaya pengobatan bisa mencapai jutaan rupiah jika sakitnya
parah.
Wika :’’Betul juga. Dok.’’
Dr.Agung: Nah ingat-ingatlah! Kita lebih baik mencegah sakit daripada
mengobati.kalau membiasakan hidup sehat dan bersih, kta akan
selalu sehat.
Wika : Pesan Dokter akan saya laksanakan dan saya sampaikan kepada teman-
teman.Terima kasih, Dokter sudah bersedia memberikan penjelasan
kepada saya, saya mohon diri. Selamat sore.
Dr. Agung : Selamat sore, Nak! Mudah-mudahan penjelasan saya berguna.
III. A. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penugasan
B. Strategi Pembelajaran
Pendekatan : Integratif
IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2) (3)
Pendahuluan
Kegiatan
Inti
1. Berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
ruang, media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran siswa.
Eksplorasi
1. Guru menjelaskan cara
mengubah tes wawancara
2. Guru memberikan teks
wawancara yang terdapat
dalam buku
3. Guru menugaskan siswa
untuk merangkum pokok-
pokok cerita dan mengubah
teks wawancara menjadi
narasi.
Elaborasi
Guru membimbing siswa dan
membantu permasalahan yang
dihadapi terkait dengan materi.
Konfirmasi
Memberikan kesempatan untuk
1. Berdoa bersama
2. Siswa mempersiapkan
sarana yang akan
digunakan dalam
pembelajaran.
3. Siswa menyampaikan
keadaan teman yang tidak
hadir.
1. Siswa mendengarkan
menjelaskan guru
2. Siswa mempelajari teks
yang diberikan
3. Siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Siswa menanyakan
kesulitan yang dihadapi
terkait dengan materi.
Siswa bertanya dan
Penutup
bertanya dan berdiskusi
memikirkan permasalahan
yang dihadapi
Refleksi
1. Guru bersama-sama siswa
merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan
menanyakan kesulitan siswa
dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2. Guru menutup pembelajaran
dengan berdoa bersama
berdiskusi untuk
bertukar pikiran
1. Siswa menyampaikan
hal-hal yang mereka
dapatkan pada saat
pembelajaran.
2. Siswa berdoa bersama
V. Sumber Belajar
1. Teks wawancara
2. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII
VI. Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi
No Aspek penilaian Skor
1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20
2. Kepaduan paragraph 1 – 20
3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20
4. Keefektifan kalimat 1 – 20
5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 – 20
Jumlah 100
Bangli, 04 Juni 2014
Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani
NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra
NIP.19561231 199012 1 001
RIWAYAT HIDUP
Ni Wayan Sumiani dilahirkan di Dusun Mas, Desa
Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar
pada tanggal 03 Desember 1986. Anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan I Made Jadra dengan
Ni Made Ani.
Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD
N 5 Bedulu tahun 1999, setelah itu melanjutkan ke
sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Blahbatuh lulus tahun 2002,
kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMK Negeri 1 Gianyar lulus
tahun 2005, kemudian tahun 2010 melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi di
FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar, program studi pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.