Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
SKRIPSI
PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) SEBELUM DAN SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI
KEBIDANAN D-III TINGKAT I DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN 2018
OLEH :
EVI MARIENSE BR BARUS NIM : P07524414014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
2
SKRIPSI
PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) SEBELUM DAN SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI
KEBIDANAN D-III TINGKAT I DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV
EVI MARIENSE BR BARUS
NIM : P07524414014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
3
4
5
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, JULI 2018 EVI MARIENSE BR BARUS Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018 xii+ 46 halaman,6 tabel,11 gambar,11 lampiran
ABSTRAK Dismenorea merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang dapat meyebabkan gangguan melakukan aktivitas. Dengan hipnoterapi, dismenore dapat diatasi, karena hipnosis merupakan komunikasi dimana seseorang diberikan sugesti positif yang akan tertanam di pikiran alam bawah sadar sehingga menjadi terapi non farmakologis untuk mengatasi dismenore. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan tingkat dismenore sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan Jenis penelitian ini adalah penelitian true eksperimen yaitu dengan rancangan one group pretest posttest dimana pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden adalah 20 orang mahasiswi kebidanan D-III tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Medan dimana waktu penelitian dilaksanakan pada April sampai Juli 2018 dengan analisa data pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon Signed Ranks Test
Hasil penelitian didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000 melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang artinya 0,000
6
HEALTH MEDAN POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, JULY 2018 EVI MARIENSE BR BARUS Comparison Rate Dysmenorrhea (dysmenorrhoea) Before and After Hypnotherapy on Student Midwifery D-III Level I at the Polytechnic Ministry of Health Medan 2018 xii + 46 pages, 6 tables, 11 pictures, 11 attachments
ABSTRACT Dysmenorrhoea is someone circumstances women experience pain during menstruation may cause interference with activities. With hypnotherapy, dysmenorrhea can be overcome, because hypnosis is a communication where a person is given positive suggestions which will be embedded in the subconscious mind so that a non-pharmacological therapy for dysmenorrhea. The purpose of this study to compare the level of dysmenorrhea before and after hypnotherapy in midwifery student D-III level I at the Polytechnic Ministry of Health Medan This type of research is true experimental research that is with one group pretest posttest design where sampling with purposive sampling technique. The number of respondents is 20 female students of midwifery D-III level 1 Poltekkes MoH Medan. Analysis of the data in this study is a test Wilcoxon Signed Ranks Test ,
Research result earned value Asymp. Sig. (2-tailed) is 0.000 through test Wilcoxon Signed Ranks Test which means that 0.000
7
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”.
Dalam skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan dating. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak ,oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada : 1. Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dan selaku pembimbing utama yang telah memberikan kesempatan, mendukung, dan membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi serta mengizinkan saya untuk penelitian di Poltekkes Kemenkes RI.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi.
4. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku pembimbing akademik dan Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan di semester 1-7 yang telah mendukung dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Yulina Dwi Hastuty S.Kep, Ners, M.Biomed selaku dosen pembimbing II dan Dosen Penguji I yang mendukung dalam proses penyelesaian skripsi.
6. Tri Marini SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Drs. E. Barus dan ibunda Dra. S.N Sembiring , yang telah memberikan cinta kasih yang tulus dalam mendidik, membesarkan dan selalu membawa nama penulis dalam setiap doa-doanya, memberikan dukungan moril, ekonomi serta kepercayaan selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8. Adik penulis yang tersayang, Fredrik Maga dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta penulis Yolanda Damaris, Rika Anggrenisa, Elpera Siska Dearni yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan bersama tugas-tugas akhir.
10. Abang tersayang Hendra Armanda yang telah memberikan doa, dukungan, perhatian dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
i
8
11. Teman-teman sepelayanan yang terkasih, Guru Sekolah Minggu (KAKR) dan Permata Gamaliel Rg. Namo Simpur-Lau Cekala yang telah mendoakan dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
12. Kakak dan teman yaitu kak Yesika Lumbangaol dan Natalia Girsang yang telah bersedia menjadi enumerator (menghipnoterapi responden) dalam penyelesaian penelitan skripsi ini.
13. Teman satu bimbingan penulis yaitu Afipah Septalina dan Ayu yang sudah berjuang bersama dan saling mendukung dari awal penyusunan skripsi.
14. Kakak angkat tersayang yaitu kak Tia Karolina dan kak Romaida Vianney, juga adik angkat dan adik kelas tersayang yaitu Elsa Noviyanti, Ericha Christine, Putri Diliyana serta seluruh adik D-III Kebidanan Tingkat I yang telah mendukung, berpartisipasi dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
15. Seluruh teman-teman angkatan tahun 2014 dan teman seperjuangan selama 4 tahun bersama yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat, terima kasih untuk semua kenangan dan pengalaman, serta kekeluargaan yang kalian berikan selama kita bersama
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan praktik kebidanan. Terimakasih.
Medan, Juli 2018
Penulis
Evi Mariense Br Barus NIM : P07524414014
ii
9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................... LEMBAR PENGESAHAN........................................................ ABSTRAK…………..................................................................i KATA PENGANTAR................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................iii DAFTAR TABEL..................................................................... v DAFTAR GAMBAR..................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN...............................................................vii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................ 1 B. Rumusan Masalah................................................. 3 C. Tujuan ................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian.................................................. 3 E. Keaslian Penelitian................................................. 4
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teori......................................................... 6 A.1 Menstruasi.........................................................6 A.1.1 Pengertian Menstruasi................................... 6 A.1.2 Siklus Menstruasi.......................................... 7 A.1.3 Gangguan Menstruasi................................... 9
A.2 Nyeri.............................................................. 16 A.2.1 Definisi Nyeri................................................. 16 A.2.2 Teori-teori tentang Nyeri................................. 17
A.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri............................................................... 17
A.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri................................. 20 A.2.5 Pengkajian terhadap Nyeri............................ 21 A.2.6 Skala atau Pengukuran Nyeri........................ 23 A.3 Hipnoterapi................................................... 26 A.3.1 Konsep Dasar Hipnoterapi............................. 26 A.4 Nyeri dan Hipnoterapi................................. 29
B. Kerangka Teori....................................................... 30 C. Kerangka Konsep................................................... 31 D. Defenisi Operasional.............................................. 31
Hipotesis................................................................. 32
BAB III Metode Penelitian A. Jenis dan Metode Penelitian................................... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................. 33 C. Populasi dan Sampel.............................................. 34
iii
10
D. Jenis dan Cara pengumpulan data......................... 35 E. Alat/Instrumen dan bahan penelitian...................... 35 F. Prosedur Penelitian................................................ 35
G. Pengolahan dan Analisis Data............................... 37 H. Etika Penelitian...................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...................................................... 39
A.1 Analisis Univariat………………………………….39 A.2 Analisis Bivariat………………………………… .40
B. Pembahasan….……………......................................41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………….................................... 46 B. Saran………………………….................................. 46
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… LAMPIRAN…………………………………………………………………
iv
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku ............................... 25 Tabel 2.2 Definisi Operasional ............................................................. 31 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden ........... 39
Tabel 4.2 Distribusi Responden Tingkat Nyeri Haid Sebelum Hipnoterapi 39 Tabel 4.3 Distribusi Responden Tingkat Nyeri Haid Sesudah Hipnoterapi 40
Tabel 4.4 Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi ............................................................ 40
v
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Numeric Pain Intensity Scale ............................................... 22 Gambar 2.2 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana ............................... 23 Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik ................................................... 24 Gambar 2.4 Skala Analog Visual ..................................................................... 24 Gambar 2.5 Skala Nyeri Muka ........................................................................ 24 Gambar 2.6 Skala Peringkat Intensitas Nyeri ................................................. 25 Gambar 2.7 Skala Nyeri Muka (Wong Baker Facial Gramace Scale) ............ 25 Gambar 2.8 Skala Nyeri dari FLACC .............................................................. 26 Gambar 2.9 Kerangka Teori ............................................................................ 30 Gambar 2.10 Kerangka Konsep ...................................................................... 31 Gambar 3.1 Rancangan Pretest dan Posttest ................................................ 33
vi
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lembar Persetujuan menjadi responden .................................. 2. Kuesioner............................................................................................. 3. Lembar Observasi Teknik Hipnoterapi ..................................... 4. Lembar Observasi Pengkajian Nyeri Sesudah Intervensi ......... 5. Pernyataan............................................................................... 6. Etical Clirence...................................................................................... 7. Surat Izin Penelitian............................................................................. 8. Surat Selesai Penelitian....................................................................... 9. Lembar Konsultasi Skripsi ........................................................ 10. Master Tabel........................................................................................ 11. Lembar Output SPSS..........................................................................
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dismenorea adalah gejala kekambuhan, atau istilah medisnya disebut
catmenial pelvic pain, merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri
saat menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas
harian karena nyeri yang dirasakannya. (Afiyanti dan Pratiwi, 2016). Nyeri
menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas hingga betis. (Sinaga, E,
dkk, 2017).
Dismenore dapat menyerang perempuan yang mengalami haid pada usia
berapapun. Tidak ada batasan usia. Hampir semua perempuan mengalami rasa
tidak nyaman selama haid biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan.
Jika sudah seperti ini, tentunya nyeri haid tidak boleh dibiarkan begitu saja. Nyeri
haid harus diatasi dengan benar. (Anugoro dan Wulandari, 2011)
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif.
Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu
bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak
sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis),
adapula yang tidak sanggup beraktivitas karena nyerinya (Proverawati dan Misaroh,
2009).
Di Amerika Serikat, prevalensi dismenorea diperkirakan 45 – 90%.
Dismenorea juga berpengaruh atas ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah
dimana sebanyak 13 – 51% perempuan telah absen sedikitnya sekali, dan 5 – 14%
berulang kali absen. Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12 -17
tahun) di Amerika Serikat, Klein dan Lift melaporkan prevalensi dismenorea 59,7%.
Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12% tergolong berat, 37% sedang, dan 49%
ringan. Studi ini juga melaporkan bahwa dismenorea menyebabkan 14% remaja
putri sering tidak masuk sekolah. Puncak insiden dismenore primer terjadi pada
akhir masa remaja dan di awal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri
1
2
dilaporkan sekitar 92%. Kerugian ekonomi di AS tiap tahun dari kasus dismenorea
diperkirakan mencapai 600 juta jam kerja dan 2 miliar dolar. Dari 1266 mahasiswi di
Firat University, Turki, sejumlah 45,3 % merasakan nyeri di setiap haid 42,5 %
kadang-kadang nyeri, dan 12,2 % tidak mengalami nyeri. (Anugoro dan Wulandari,
2011) .
Hasil penelitian Lestari, H, dkk, 2009 di Manado, dari 98,5 % yang
mengalami dismenore terdapat 10,1 % mengalami mual muntah, 14,1 % nyeri
kepala, 33,7 % gangguan emosi dan 1% pingsan. Begitu juga, penelitian Indarsita,
D, dkk, 2016 di SMPN 1 Pancurbatu, ada 93,3 % responden yang terganggu
aktivitasnya dan 70% yang sulit beraktivitas belajar karena dismenore.
Dismenore ini dapat diatasi dengan pendekatan farmakologis dan non
farmakologis. Salah satu pendekatan non farmakologis yang dapat digunakan
adalah hipnoterapi. Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari
yang negatif menjadi positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah
memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahan dapat
diketahui dengan tepat. (Anugoro dan Wulandari, 2011). Dengan hipnoterapi,
sebagian besar masalah menstruasi dapat disembuhkan atau paling tidak
berkurang. Karena pada dasarnya hiposis merupakan teknik komunikasi langsung
dengan pikiran alam bawah sadar kita. (Najmi, 2016)
Hasil penelitian Purnama, W, 2013 di Pemangkat, terapi non farmakologis
dapat mengatasi dismenore tanpa memberikan efek samping yang membahayakan.
Tidak sama halnya dengan terapi farmakologis yang paling sering untuk kasus nyeri
haid adalah dengan obat-obatan golongan non steroid anti inflammatory drugs
(NSAID) dapat mengurangi ketidaknyamanan, tetapi terapi ini memberikan efek
samping terhadap saluran cerna yang sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Hasil penelitian Triana, H 2014 di STiKes Immanuel, menunjukkan tingkat
nyeri yang dialami remaja hampir sama jumlahnya pada kelompok intervensi
(diberikan hipnoterapi) dan kontrol, dimana pada pre tes kelompok intervensi
terdapat 24 orang remaja merasakan nyeri pada tingkat “lebih nyeri” sedangkan
pada kontrol terdapat 23 orang. Namun pada postest pada kelompok intervensi
tingkat nyeri remaja mengalami penurunan yang drastis dialami remaja seluruhnya
(100%) lebih dari 3 hari. Sementara pada kontrol tidak mengalami penurunan
tingkat nyeri.
3
Berdasarkan latar belakang diatas, didukung dengan survei awal peneliti pada
mahasisiwi kebidanan D-III tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Medan, dari 20 orang
mahasiswi yang diambil secara acak, ada 14 orang mahasiswi yang mengalami
dismenore, dimana 3 orang nyeri ringan dan 11 orang nyeri sedang, maka peneliti
tertarik untuk melihat berapa besar tingkat dismenore yang bisa diturunkan dengan
hipnoterapi maka peneliti mengangkat judul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid
(Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III
Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah apakah ada perbandingan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah
hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes
Medan?
C. Tujuan
C.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan
hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes
Medan.
C.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat nyeri haid sebelum dilakukan hipnoterapi
2. Mengetahui tingkat nyeri haid setelah dilakukan hipnoterapi
3. Mengukur perbedaan tingkat nyeri haid sebelum dan setelah dilakukan
hipnoterapi
D. Manfaat
D.1 Manfaat Teoritis
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai
tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang perbedaan tingkat nyeri
haid sebelum dan setelah dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III
tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan.
4
D.2 Manfaat Praktik
Manfaat praktik yang bisa diperoleh adalah menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai efektivitas hipnoterapi, baik bagi peneliti, responden maupun
orang-orang yang membaca penelitian ini sehingga hipnoterapi ini dapat digunakan
ataupun dimanfaatkan sebagai salah satu jenis terapi non-farmakologis dalam
penanganan nyeri haid.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang mendahului adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina
Pradhipta (2011) yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik terhadap Nyeri Haid
(Dismenorea) pada Remaja Putri SMA N 1 Karangnongko Klaten”. Penelitian ini
bertujuan untuk diketahuinya pengaruh terapi musik terhadap nyeri haid
(Dismenorea) pada remaja putri SMA N 1 Karangnongko Klaten. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan
one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
putri usia 16-18 tahun di SMA N 1 Karangnongko Klaten yang mengalami nyeri haid
(dismenore). Total sampel 25 responden dengan uji statistik menggunakan uji
paired t-test. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik paired t-test
didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang nilainya sebesar 11,255 lebih besar
dari t tabel t (0,05)(24) = 1,711 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti terapi musik
diterima memiliki peran penting dalam mempengaruhi nyeri haid (dismenore) remaja
putri SMA N 1 Karangnongko Klaten.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yang berjudul
“Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Senam
Dismenore pada Remaja Putri di SMAN 2 Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah
senam dismenore pada remaja putri di SMAN 2 Jember. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan non
equivalent control grup. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMAN 2
Jember yang mengalami dismenore. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-test
dependen. Dari hasil statistic berhubungan dengan uji tersebut didapatkan nilai rata-
rata 0,933 ; nilai t = 1,262 (t hitung < t tabel yaitu 1,262 < 1,701) dan p = 0,218 (p >
α yaitu 0,218 > 0,05); sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak artinya
5
tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sesudah senam dismenore (kedua kelompok sama).
Penelitian kali ini berjudul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea)
Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I di
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah
dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes Kemenkes
Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true
eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest dan dengan uji Wilcoxon.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes
Kemenkes Medan yang mengalami nyeri haid.
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel dependennya. Perbedaan dari
kedua penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode
penelitian yang digunakan dimana penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina
Pradhipta (2011) dengan quasi eksperimen. Berbeda juga dengan penelitian ini
yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yaitu dengan metode quasi eksperimen
dengan rancangan non equivalent control grup. Sedangkan, penelitian yang akan
dilakukan ini dengan metode true eksperimen dengan rancangan one group pretest
posttest. Begitu juga terletak perbedaan pada variabel independen dimana
penelitian terdahulu variabel independennya terapi musik, juga senam dismenore
sedangkan penelitian ini adalah hipnoterapi. Kemudian dari segi uji juga berbeda,
dimana penelitian sebelumnya baik yang dilakukan Nurul begitu juga Arifa dengan
T-Test sedangkan penelitian yang sudah dilakukan ini dengan menggunakan uji
Wilcoxon.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
A.1 Menstruasi
A.1.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan
secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi
kehamilan. Masa menstruasi biasa juga disebut dengan mens, menstruasi,
atau dating bulan. Pada saat menstruasi, darah yang keluar sebenarnya
merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah
menstruasi tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian
keluar melalui vagina. (Najmi, 2016)
Haid atau menstruasi atau datang bulan merupakan salah satu ciri
kedewasaan perempuan. Haid biasanya diawali pada usia remaja, 9-12
tahun. Ada sebagian kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13-15 tahun
meski sangat jarang terjadi. Cepat atau lambat usia untuk mulai haid sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kesehatan pribadi perempuan
yang bersangkutan, nutrisi, berat badan, dan kondisi psikologis serta
emosionalnya. Sejak saat itu, perempuan akan mengalami haid sepanjang
hidupnya, setiap bulan hingga mencapai usia 45-55 tahun yang biasa disebut
menopause.
Masa rata-rata perempuan haid antara 3-8 hari dengan siklus rata-rata
haid selama 28 hari. Masa rata-rata dan siklus rata-rata antara satu
perempuan dengan perempuan yang lain berbeda-beda dan sangat
bervariasi. Hal ini lagi-lagi kembali tergantung berbagai faktor, seperti kondisi
kesehatan, siklus nutrisi, dan emosi perempuan yang bersangkutan.
Haid adalah siklus alami yang terjadi secara regular untuk
mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan.
Siklus haid ini melibatkan beberapa tahapan yang dikendalikan oleh interaksi
hormon yang dikeluarkan hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan
6
7
indung telur. Pada permulaan siklus, lapisan sel rahim yang akan mulai
berkembang dan menebal.
Hormon-hormon tersebut akan memberikan sinyal pada telur di dalam
indung telur untuk mulai berkembang. Tidak lama kemudian, telur akan
dilepaskan dari indung telur perempuan dan mulai bergerak menuju tuba
fallopi terus menuju rahim. Apabila telur tersebut tidak dibuahi oleh sperma
melalui senggama atau inseminasi buatan maka lapisan rahim akan berpisah
dari dinding uterus dan mulai meluruh. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
Peluruhan tersebut akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah inilah yang disebut dengan haid (diistilahkan juga dengan
menstruasi atau dating bulan). Apabila perempuan hamil maka ia akan
berhenti haid. Itulah sebbanya perempuan yang berhenti haid serinng
menjadi tanda kehamilan, meskipun tidak berarti berhenti haid sudah pasti
hamil. Kadang ada penyakit tertentu yang menyebabkan seorang perempuan
berhenti haid. Kondisi emosional yang tidak stabil dan stress juga dapat
memicu tidak terjadi haid selama kurun waktu tertentu.
Pada saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami
berbagai gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang
mengalami kram karena kontraksi otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit
perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat,
bahkan selalu ingin menangis. Selain itu ada juga yang mengalami
kemarahan tak berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang
berlebihan, hingga nyeri haid yang luar biasa. Semua kondisi gangguan haid
tersebut haruslah ditangani dengan bijaksana agar tidak mengganggu
kesehatan secara keseluruhan (Anurogo dan Wulandari, 2011)
A.1.2 Siklus Menstruasi
Haid adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan
pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat
terjadi kehamilan. Hari pertama terjadinya haid dihitung sebagai awal setiap
siklus haid (hari ke-1). Haid akan terjadi 3-7 hari. Hari terakhir haid adalah
8
waktu berakhir sebelum mulai siklus haid berikutnya. Rata-rata perempuan
mengalmi siklus haid selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15% perempuan
yang mengalamisiklus haid selama 28 hari. Jarak siklus haid yang paling
panjang biasanya terjadi setelah haid yang pertama (menarche) dan sesaat
sebelum berhenti haid (menopause). Jarak di antara waktu tersebut biasanya
2 bulan atau bahkan 1 bulan terjadi 2 kali siklus. Ini hal yang normal dan
tidak perlu dirisaukan. Dalam rentang waktu tertentu semenjak menarche,
siklus akan berlangsung normal. Pada perempuan yang akan menopause,
kondisi tersebut tidak perlu dicemaskan. Selama kesehatan tetap terjaga,
menopause tidak perlu ditakuti.
Untuk dapat mengetahui siklus haid secara pasti, sebaiknya setiap
perempuan membuat kalender haid. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menandai kalender pada saat terjadi haid setiap bulannya. Setelah beberapa
bulan akan dapat diketahui siklus haid secara pasti. Ini akan membantu kita
untuk menentukan dan memperkirakan kapan haid berikutnya akan dating.
Terutama bagi mereka yang biasa memiliki masalah dan ganggua saat haid.
Jadi, dapat mempersiapkan segala sesuatunya hingga peristiwa penting
tidak perlu terganggu dengan adanya masalah haid. (Anurogo dan
Wulandari, 2011)
Siklus haid terdiri dari 3 fase, yaitu fase folikuler, fase ovulatoir, dan
fase luteal.
1. Fase folikuler
Fase ini dimulai dari hari ke 1 hingga sesaat sebelum kadar LH
(Luteinizing Hormone), hormon gonatropik yang disekresi oleh kelenjar
pituitary anterior serta berfungsi merangsang pelepasan sel telur dan
membantu pematangan serta perkembangan sel telur; meningkat dan terjadi
peepasan sel telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikuler karena pada masa
ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.Pada masa pertengahan
fase folikuler, kadar FSH meningkat sehingga merangsang pertumbuhan
folikel sebanyal 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur.
Hanya satu folikel yang terus tumbuh dan yang lainnya akan hancur. Fsh
9
adalah hormon gonadotropin yang merangsang sel telur untuk memproduksi
folikel dominan yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuai saat
ovulasi (pelepasan sel telur), dan berperan untuk menstimulasi folikel
ovarium untuk memproduksi hormone esterogen.
Pada suatu siklus, sebagian indung telur dilepaskan sebagai respons
terhadap penurunan kadar hormon esterogen dan hormon progesteron.
Indung telur terdiri dari 3 lapisan. Lapisan yang paling atas dan lapisan
tengah adalah bagian yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk membentuk kedua
lapisan yang telah dilepaskan. Darah haid tidak membeku, kecuali jika terjadi
perdarahan yang hebat. Setiap kali haid, darah yang hilang sebanyak 28-283
gram.
2. Fase Ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel telur
dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur
dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar LH. Folikel yang
matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur sehingga
akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel
telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada
perut bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa menit hingga
beberapa jam, mengikuti proses pelepasan telur.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14
hari. Setelalh melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup
dan membentuk korpus luteum (disebut juga yellow body, struk anatomis
yang kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa
subur atau reproduksi wanita, corpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi
atau pelepasan sel telur) yang menghasilkan progesterone dalam jumlah
cukup besar. Hormone progesterone ini akan menyebabkan suhu tubuh
10
meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus
yang baru dimulai. Peningkatan suhu tubuh ini dapat digunakan sebagai
perkiraan terjadinya ovulasi.
Setelah 14 hari, corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan
dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam masa aktif
reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan.
Jika telur dibuahi maka corpus luteum akan menghasilkan HCG (Human
Chorionic Gonadotropine) yang memelihara progesterone hingga dapat
menghasilkan hormone sendiri. Tes kehamilan didasarkan pada adanya
peningkatan kadar HCG. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
A.1.3 Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam :
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorea atau Menoragia
Adalah perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lama dari normal
(lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Tindakan bidan : memeberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/
injeksi; KIE (Konseling, Informasi, Edukasi) untuk pemeriksaan selanjutnya;
merujuk ke fasilitas yang tinggi dan lengkap
b. Hipomenorea
Adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa
yang disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari
kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Tindakan bidan
: merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
2. Kelainan Siklus
a. Polimenorea atau Epimenoragia
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21
hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Terapi : stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormone esterogen
11
dan stadium sekresi menggunakan hormone kombinasi esterogen dan
progesterone.
b. Oligomenorea
Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan
jumlah perdarahan tetap sama. Terapi : Jika oligomenore yang disebabkan
ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila mendekati amenorea
diusahakan dengan ovulasi.
c. Amenorea
Keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenore
terbagi 2 yaitu amenore primer dan sekunder. Amenore Primer, apabila
belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun. Amenore Sekunder,
apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan. Terapi : tergantung pada etiologinya.
Secara umum dapat diberikan hormone-hormon yang merangsang ovulasi,
iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan
antara kerja, rekreasi dan istirahat.
3. Perdarahan di luar haid
a. Metrorargia
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid. Terapi : kuretase dan hormonal.
4. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid
a. Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Adalah ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid
bahkan sampai menstruasi berlangsung yang terjadi pada usia 30-40 tahun
dan disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone esterogen dan
progesterone menjelang menstruasi. Terapi : olahraga, perubahan diet
(tanpa garam, kopi dan alkohol, mengurangi stress, mengkonsumsi anti
depressan bila perlu, menekan fungsi ovulasi, konsultasi dengan tenaga ahli,
KIE untuk pemerikassan lebih lanjut.
12
b. Mastodinia atau Mastalgia
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid yang disebabkan
oleh dominasi hormone esterogen, sehingga terjadi retensi air dan garam
yang disertai hiperemia di daerah payudara
c. Mittelschemerz (Rasa nyeri pada ovulasi)
Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi
dimana ini terjadi karena pecahnya folikel de graff. (Proverawati, A, 2013)
d. Dismenorea
1) Pengertian Dismenorea
Secara etimologi, dismenorea berasal dari kata dalam bahasa Yunani
kuno (Greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus.
(Judha, M,2012). Dengan demikian, secara singkat dismenorea dapat
didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang
mengalami nyeri. (Anugoro dan Wulandari, 2011)
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Nyeri
menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar
hingga ke pungung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga
betis. Nyeri bias juga disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal
dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah
menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian
menyebabkan otot- otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit
atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi
juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah,
pinggang, panggul, paha hingga betis. (Ernawati,dkk,2017)
2) Faktor Risiko Dismenore
Faktor-faktor risiko berikut ini berhubungan dengan episode dismenore
yang berat :
a) Haid pertama pada usia amat dini
b) Periode haid yang lama
13
c) Aliran darah haid yang hebat
d) Merokok
e) Riwayat keluarga yan positif terkena penyakit
f) Kegemukan
g) Mengkonsumsi alcohol
(Anugoro dan Wulandari, 2011)
3) Jenis Dismenore
a) Dismenore Primer
(1) Pengertian Dismenore Primer
Dismenore Primer adalah nyeri menstruasi yang biasa dirasakan oleh
perempuan saat mengalami haid tanpa adanya kelainan pada alat
reproduksi. Rasa nyeri ini biasanya terjadi setelah 12 bulan atau lebih,
dimulai sejak haid yang pertama. Bahkan ada sebagian perempuan yang
selalu merasakan nyeri setiap menstruasi datang. (Najmi, 2016)
(2) Pathogenesis Dismenore Primer
Dismenore Primer adalah karena prostaglandin F2 alpha (PGF2alpha),
suatu stimulant miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit
pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Respons terhadap
inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien dengan dismenore
mendukung pernyataan bahwa dismenore diperantarai oleh prostaglandin.
Banyak bukti kuat menghubungkan dismenore dengan kontraksi uterus yang
memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium
perempuan dengan dismenore dan berhubungna baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari
fase folikuler menuju fase luteal dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi
selama haid. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan
tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotrine (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat,
bertanggung jawab atas terjadinya contraction (penyusutan atau penciutan)
14
otot polos (smooth muscle) proses peradangan juga elah diterima ahli untuk
mempertinggi sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene yag
signifikan telah ditunjukkan di endometrium perempuan penderita dismenore
primer yang tidak merespons terapi antagonis prostaglandin.
Hormon pituitary posterior, vasopressin terlibat pada hipersensitivitas
miometrium, mengurangi aliran darah uterus , dan nyeri pada penderita
dismenore primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan
dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis neunoral juga telah
direkomendasikan untuk pathogenesis dismenore primer. Neuron nyeri tipe
C di stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic
endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membran mukosa kelenjar
ang melapisi rahim). (Anugoro dan Wulandari, 2011)
(3) Penyebab Dismenore Primer
- Faktor Endokrin
Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus luteum. Hormon
progesterone menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan
hormone esterogen meragsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat juga
dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing (respons
involunter / tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh
kapiler kulit, dapatberupa warna kemerahan/ sensasi panas). (Anugoro dan
Wulandari, 2011)
- Faktor Kejiwaan
Pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti mudah marah
dan cepat tersinggung), apalagi jika tidak mengetahui serta tidak
medapatkan pengetahuan yang baik tentang proses menstruasi, maka hal ini
dapat menyebabkan timbulnya nyeri mensttruasi. (Najmi, 2016)
15
- Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang dapat pula
menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Adapun faktor konstitusi
ini bentuknya seperti anemia atau penyakit menahun yang dapat
mempengaruhi timbulnya nyeri saat menstruasi. (Judha, M, 2012)
- Faktor Alergi
Faktor ini merupakan teori yang dikemukakan setelah dilakukan
penelitian tentang adanya hubungan antara dismenore dan migrain atau
asma. Melalui penelitian tersebut, diduga bahwa penyebab alergi ini ialah
karena adanya toksin haid. (Najmi, 2016)
b) Dismenore Sekunder
(1) Pengertian Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder atau yang disebut juga dismenore ekstrinsik
adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya
endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. (Proverawati dan
Misaroh, 2013).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah
ada. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
(2) Penyebab Dismenore Sekunder
- Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim)
- Adenomyosis (adanya endometrium selain di dalam rahim)
- Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot)
- Uterine polyps (tumor jinak di dalam rahim)
- Adhesions (perlekatan)
- Kista ovarium
- Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
- Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di
panggul)
16
- Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)
- Penyakit radang panggul kronis
- Tumor ovarium, polip endometrium
- Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi dan
retrofleksi terfiksasi
- Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan
pasangan, gangguan libido . (Anurogo dan Wulandari, 2011)
(3) Potret Klinis Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya
berhubungan dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan
nyeri punggung. Secara khas, nyeri meningkat secara progresif selama fase
luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah potret klinis
dismenorea sekunder :
- Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
- Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
- Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,
pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease
(penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis)
- Sedikit atau tidak ada respon terhadap obat golongan NSAID
(nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti inflamasi non-steroid,
kontrasepsi oral atau keduanya
Menurut Laurel D. Edmudson, dismenore sekunder memiliki ciri khas
sebagai berikut:
- Onset pada usia sekitar 20-30 tahun, setelah siklus haid yang relatif tidak
nyeri di masa lalu
- Infertilitas
- Darah haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur
- Rasa nyeri saat berhubungan seks
- Vaginal discharge (keluar cairan yang tidak normal dari vagina)
- Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid
17
- Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi NSAID.
(Anurogo dan Wulandari, 2011)
A.2 Nyeri
A.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.Nyeri
adalah alasan seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Menurut Smeltzer & Bare, International Association for the Study of Pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. Nyeri biasa terjadi karena
adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung-ujung
syaraf bebas yang disebut nosireseptor. (Judha, M, 2012).
Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat,
berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua,
yaitu nyeri kronis dan nyeri akut, beda diantara keduanya adalah:
- Nyeri akut
Sebagian besar, diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri
jaringan. Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-tiba, sebagai contoh, setelah
trauma atau pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distress
emosional. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah
terjadi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan.
Penyebab nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnose dan
pengobatan. Dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.
- Nyeri kronik
Nyeri kronik konstan dan intermitten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri kronik menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh
18
lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama
(lebih dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten
terhadap pengobatan. Nyeri ini dapat dan sering mengakibatkan masalah
yang berat bagi pasien. (Judha, M, 2012).
A.2.2 Teori-Teori tentang Nyeri
1. Teori Affect
Menurut teori ini, nyeri merupakan suatu emosi. Intensitasnya
bergantung pada bagaimana klien mengartikan nyeri tersebut.
2. Teori Endorphin
Teori ini mengatakan, bahwa tubuh memproduksi zat kimia yang
disebut endorphin yang berperan untuk menolong tubuh dalam melawan
rasa nyeri secara alamiah. Endorfin mempengaruhi tranmisi implus nyeri.
Endorfin memiliki serupa dengan narkotik, yaitu menghambat rasa nyeri.
Endorfin muncul dengan cara memisahkan diri dari DNA tubuh. Ketika
endorfin terpisah dari DNA, Endorfin membuat kehidupan dalam situasi
normal menjadi terasa tidak menyakitkan. Endorfin harus diusahakan timbul
pada situasi yang menyebabkan rasa nyeri. (Solehati dan Eli, 2015)
Jenis-Jenis Nyeri
Price & Wilson (2005), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi
atau sumber, antara lain:
1) Nyeri somatik superficial (Kulit)
2) Nyeri somatik dalam
3) Nyeri visera
4) Nyeri alih
5) Nyeri neuropati (Judha, M, 2012).
19
A.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry &
Potter (2005), antara lain:
1) Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2) Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam
respon terhadap nyeri.Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap
individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005),
menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku
psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi
pengeluaran fisiologis opiate endogen dan sehingga terjadilah
persepsi nyeri.
4) Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara
berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita
yang melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena
pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan
nyeri klien berhubungan dengan makna nyeri.
20
5) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsenterasi klien
pada stimulus yang lain, ini termasuk nyeri pada kesadaran yang
perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu
meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya
selama waktu pengalihan.
6) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan anisietas. Price (Cit Perry, Potter 2005),
melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
sistem limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya
ansietas.Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang
terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
7) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkn kemampuan
koping.Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika
mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri
berkurang.
8) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan
21
juga sebaliknya. Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
9) Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.
10) Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka
terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang
bermakna bagi pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri
membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang
yang member dukungan sangat berguna karena membuat seseorang
merasa lebih nyaman. (Judha, M, 2012).
A.2.4 Tanda Dan Gejala Nyeri
Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon
psikologis berupa:
1) Suara
- Menangis
- Merintih
- Menarik/menghembuskan nafas
2) Ekspresi wajah
- Meringis
- Menggigit lidah, mengatupkan gigi
- Dahi berkerut
- Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
- Menggigit bibir
3) Pergerakan tubuh
- Kegelisahan
22
- Mondar-mandir
- Gerakan menggosok atau berirama
- Bergerak melindungi bagian tubuh
- Immobilisasi
- Otot tegang
4) Interaksi sosial
- Menghindari percakapan dan kontak sosial
- Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
- Disorientasi waktu
Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan
penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non farmakologis tidak begitu
banyak dilakukan.Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri ini sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan
distraksi/relaksasi cukup efektif.Terapi distraksi/relaksasi yang umum
digunakan adalah menarik nafas dalam yang diberikan atau dilakukan
bersamaan dengan munculnya rasa nyeri akibat dari suatu hal misalnya saat
mengganti balutan.
Terapi lain yang juga dapat dilakukan adalah terapi sentuhan/counter
pressure yang dilakukan pada saat orang yang akan melahirkan timbul his.
Terapi ini cukup efektif, karena pada saat muncul his yang menyebabkan
nyeri, maka jarak spinal dan syaraf yang menghantar nyeri akan di blockade
sehingga tidak sampai ke pusat nyeri di otak. Keefektifan tindakan counter
pressure dibuktikan dengan pasien selalu meminta agar daerah lumbar di
gosok-gosok dan menurutnya teknik ini sangat efektif untuk mengurangi
nyeri akibat his.
Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi
rasa nyeri adalah mengurangi nyeri dengan kompres hangat. Terapi ini dapat
diberikan pada saat seseorang mengalami kolik renal.Untuk nyeri-nyeri
kronik yang sudah lama dan muncul secara terus menerus dan hebat, dapat
digunakan teknik mengaliri aliran listrik yang kecil atau bisa juga memberikan
23
pancaran panas dengan skala kecil dengan menerapkan terapi
distraksi/relaksasi dan ditambah dengan nafas dalam. (Judha, M, 2012).
A.2.5 Pengkajian Terhadap Nyeri
Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang
antara lain:
a. Intensitas nyeri
Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Misal, tidak nyeri, sedikit
nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala
nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan
menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri
sangat hebat.
b. Karakteristik nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,
durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,
hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas) dan kualitas
(nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau
bahkan seperti di gencet).
Karakteristik nyeri dapat juga dilihat berdasarkan metode PQRST, P
Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut ini keterangan
lengkapnya:
1. P : Provocate
Tenaga kesehatan harus mengkaji penyebab terjadinya nyeri pada
penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana
yang mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang
diderita dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadinya nyeru hebat
karena dari faktor psikologis bukan dari lukanya.
24
2. Q : Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti
ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial atau bahkan seperti di
gencet.
3. R : Region
Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk
melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kea
rah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri
yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
4. S : Severe
Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan
oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas
nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya
kuantitas.
Gambar 2.1 Numeric Pain Intensity Scale
5. T : Time
Tenaga kessehatan mengkaji tentang frekuensi, durasi dan rangkaian
nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama
menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain. (Solehati dan
Eli, 2016)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
25
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri
Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan
tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Selain itu
adalah apa-apa yang dipercaya sifatnya psikologis pada penderita dapat
membantu mengatasi nyeri.
d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti
sulit tidur, tidak nafsu makan, sulit konsenterasi. Nyeri akut sering berkaitan
dengan ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri
Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri
seperti beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap peran
dan perubahan citra diri.
f. Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap nyeri
Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indicator nyeri yan
lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan
pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indicator rangsanga saraf otonom
dan bukan nyeri. Respon perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis,
merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau
menarik diri. Respon lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung.
(Judha, M, 2012).
A.2.6 Skala atau Pengukuran Nyeri
Ada beberapa skala atau pengukuran nyeri, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
Gambar 2.2 Skala Deskripsi Intensiitas Nyeri Sederhana
26
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik
3. Skala Analog Visual
Gambar 2.4 Skala Analog Visual
Keterangan:
0 : Tidak Nyeri ; 1 – 5 : Nyeri Sedang ; 6 – 10 : Nyeri sangat hebat
4. Skala Nyeri “Muka”
Gambar 2.5 Skala Nyeri Muka
5. kala Nyeri dengan “Observasi Perilaku”
Tabel 2.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No
Pain Moderate Pain
Worst
Possible
Pain
27
PENGUKURAN SKOR
0 1 2
1. Penjagaan (Guarding)
2. Memegang Area yang Sakit
(Bracing)
3. Menggosok (Rubbing)
4. Meringis (Grimacing)
5. Mendesah (Sighing)
6. Skala Peringkat Intensitas Nyeri
Gambar 2.6 Skala Peringkat Intensitas Nyeri
7. Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
Gambar 2.7 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
28
8. Skala Nyeri dari FLACC
Gambar 2.8 Skala Nyeri dari FLACC
(Judha, M, dkk, 2012)
A.3 Hipnoterapi
A.3.1 Konsep Dasar Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran
menggunakan hipnotis. Hipnotis dapat diartikan sebagai ilmu untuk member
sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar. (Setiawan, 2014)
Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk
menyembuhkan nyeri haid.salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah
pola piker dari yang negative ke positif. Pendekatan yang umumnya
dilakukan adalah memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang
permasalahan dapat diketahui dengan tepat. (Anugoro dan Wulandari,
2011)
Terdapat 2 macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah sebesar 12 %
sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Pikiran sadar dan bawah
29
sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatanyang
sangat tinggi.
Empat fungsi spesifik pikiran sadar
1. Mengidentifikasi informasi yang masuk
Informasi ini diterima melalui panca indera, penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, sentuhan atau perasaan.
2. Membandingkan
Informasi yang masuk dibandingkan dengan database (referensi
pengalaman dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar
3. Menganalisis
4. Memutuskan
Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut
:
1. Kebiasaan (baik, buruk, refleks)
2. Emosi
3. Memori jangka panjang
4. Kepribadian
5. Intuisin
6. Kreativitas
7. Persepsi
8. Belief dan value
Terapi konvensional biasanya membutuhkan waktu yang relative lama
karena hanya bermain pada level pikiran sadar. Ada 5 cara untuk melewati
filter mental dan masuk ke pikiran bawah sadar.
1. Pengulangan / Repetisi
Segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang-ulang
akan masuk ke bawah sadar dan menjadi kebiasaan
2. Identifikasi kelompok/ keluarga
30
Hidup dalam keluarga yang memiliki latar belakang budaya tertentu
akan membuat kita mengikuti kebiasaan yang ada di dalam keluarga,
kelompok gang atau masyarakat.
3. Ide yang disampaikan oleh figure yang dipandang memiliki otoritas
Apa yang disampaikan oleh seseorang yang dipandang memiliki
otoritas, seorang pakar, seseorang yang kita hormati dan kagumi akan dapat
diterima oleh pikiran bawah sadar dengan mudah.
4. Emosi yang intens
Setiap kejadian yang kita alami, bila disertai dengan intensitas emosi
yang tinggi, baik positif Maupin negative, akan sangat membekas di pikiran
bawah sadar.
5. Hypnosis/ kondisi alfa
Hypnosis menjangkau pikiran bawah sadar dengan teknik komunikasi
yang mampu melewati pikiran sadar. (Gunawan,A, 2006)
Kunci untuk mengubah program yang ada di bawah sadar terletak pada
bagaimana kita dapat mem-by-pass atau melewati pikiran sadar. Dari lima
cara di atas, hypnosis adalah cara yang paling cepat dan efektif untuk masuk
ke pikiran bawah sadar.
Hipnosis menggunakan cara yang sangat cepat untuk menonaktifkan
filter mental dan masuk ke pikiran bawah sadar, saat pikiran nonaktif, setiap
sugesti yang diberikan memiliki kekuatan sembilan kali lebih kuat dari pada
dalam situasi biasa.
Struktur Hypnosis
1. Pre-Induction Talk
Proses yang dilakukan sebelum langkah induction. Pada prinsipnya
pada proses ini Hypnotist melakukan pengenalan terhadap subjek,
melakukan Suggestibility Test dan menerapkan Hypnotic Training. Dalam
konteks Hypnotherapy, maka Hypnotherapist melakukan eksplorasi
permasalahan Client secara detail pada proses ini.
31
2. Induction
Teknik untuk membawa Subyek ke kondisi Hypnotic State.
- Instant Induction (Rapid, Shock) bagi Subyek yang memiliki tingkat
sugestivitas tinggi
- Extended Progressive Relaxation bagi Subyek yang memiliki tingkar
sugestivitas yang moderat dan rendah.
3. Deepening
Teknik untuk memperdalam kondisi Trance dari Subyek. Terdapat
sangat banyak Script untuk keperluan deepening dikelompokkan menjadi 3
jenis, yaitu:
- Hitungan (Simple Deepening), yaitu deepening dengan mengistirahatkan
sisi Conscious Mind dari subyek.
- Tempat kenyamanan, yaitu Deepening dengan memandu subyek pergi ke
suatu tempat yang nyaman untuknya.
- Aktivitas, yaitu Deepening dengan memandu subyek untuk melakukan
aktivitas tertentu (menuruni tangga, menuruni gedung menggunakan lift,
dsb).
4. Depth Level Test
Suatu teknik untuk memeriksa kedalaman dari subyek. Dapat
dilakukan dengan dengan cara, antara lain:
- Dengan melakukan konfirmasi secara langsung kepada subyek (misal
dengan teknik Ideo Motor Response)
- Dengan cara mengamati tanda-tanda di fisik subyek (Trance Signal)
- Dengan membandingkan tanda-tanda kedalaman dengan Depth Trance
Scale (skala kedalaman Trance)
5. Suggestion
Inti dari proses Hypnosis, yaitu pemberian kata-kata Sugesti, sesuai
dengan kebutuhan. Terdapat dua jenis suggestion, yaitu yang dapat
menghasilkan efek Therapeutic (Hypnotherapy) dan Suggestion yang tidak
menghasilkan efek Therapeutic (Stage Hypnotism).
32
Dalam konteks Hypnotherapy, suggestion yang bertentangan dengan
nilai dasar dan sistem keyakinan dari client tidak akan bertahan lama.
6. Termination (Emerging)
Teknik untuk mengembalikan subyek kembali ke kondisi normal.
Harus dilakukan secara bertahap dan tegas. (The Indonesian Board of
Hypnotherapy, 2015)
A.4 Nyeri dan Hipnoterapi
Masalah menstruasi dapat diatasi dengan hipnoterapi. Mungkin banyak
orang-orang tidak percaya, tetapi bisa dirasakan manfaatnya. Namun, ketika
melakukan hipnoterapi, sebaiknya jangan saat menstruasi.Dengan
hipnoterapi, sebagian besar masalah menstruasi dapat disembuhkan atau
paling tidak berkurang. Karena pada dasarnya hypnosis merupakan teknik
komunikasi langsung dengan pikiran alam bawah sadar kita. Pikiran bawah
sadar adalah bagian dari pikiran yang mengatur semua proses biologis yang
tidak kita sadari.
Salah satu metode hipnoterapi yang banyak digunakan dalam
mengatasi khususnya dalam hal nyeri adalah dengan mengubah pola piker
dari yang negatif ke positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan yaitu
memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakag permasalahan dapat
diketahui dengan tepat. Caranya, saat menstruasi belum datang, rilekskan
tubuh. Nonaktifkan pikiran. Dengan mata terpejam, sadari kondisi saat itu.
Setelah benar-benar rileks dan nyaman, instruksikan sebuah perintah “Rasa
sakit yang biasanya datang saat menstruasi ,hilang!” Ucapkan kalimat
tersebut berulang sembari meyakini bahwa hal itu pasti terjadi. Menstruasi itu
tidak harus sakit. Selama ini, pikiran terpola bahwa menstruasi itu sakit,
sehingga benar-benar sakit saat menstruasi. (Najmi, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Primatama dan Ardiansyah, 2014,
didapatkan nilai Visual analog scale / VAS responden sebelum menjalani
perlakuan pada kelompok hipnoterapi dengan total jumlah sampel 16 orang
paling banyak pada nilai 7 atau skala nyeri berat berjumlah 5 orang (31,2 %)
33
- Primer
dan paling sedikit pada nilai 4 atau skala nyeri sedang berjumlah 2 orang
(12,5 %). Setelah dilakukan perlakuan (hipnoterapi), mengalami penurunan
dengan persentase sebesar 18,8 % pada intensitas skala nyeri sedang, 50 %
nyeri ringan dan 21,2 % tidak nyeri.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.9 Kerangka Teori
Pengobatan :
. 1. Pengobatan Herbal
2. Penggunaan Suplemen
3. Perawatan Medis
4. Relaksasi
Dismenore :
6. Akupuntur
- Sekunder
= Diteliti Diteliti
Tidak Diteliti
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
Tingkat Nyeri :
1. Tidak Nyeri
2. Nyeri Ringan
3. Nyeri sedang
4. Nyeri berat
5. Nyeri sangat
berat
5.
Hipnoterapi
Hipnoterapi
Tingkat Nyeri Haid
(Dismenore)
34
D. Definisi Operasaional
Tabel 2.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
Independen
:
Hipnoterapi
Merupakan salah
satu cara yang dapat
dilakukan responden
untuk mengurangi
nyeri haid dengan
cara mengubah pola
pikir dari negatif ke
positif dengan
memunculkan pikiran
bawah sadar.
Lembar
teknik
hipnoterapi
Nominal - Ya
- Tidak
Dependen :
Nyeri Haid
(Dismenore)
Perasaaan tidak
nyaman yang
dirasakan responden
saat menstruasi
akibat kontraksi
uterus
- Lembar
Kuesione
r
- Lembar
observasi
Rasio Skala nyeri
(0-10)
- Tidak nyeri
(0)
- Nyeri ringan
(1-3)
- Nyeri
sedang (4-
6)
- Nyeri berat
(7-10)
E. Hipotesis Penelitian
35
Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti
m