Upload
leliem
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIFITAS METODE KISAH TERHADAP HASIL
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII
DI SMP ALMUBARAK PONDOK AREN TENGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh
TOMI PURWADI
208011000072
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
EFEKTIFITAS METODE KISAH DALAM PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VII DI SMP
ALMUBARAK PONDOK AREN TENGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S.Pd.I.)
Oleh
Tomi Purwadi
208011000072
Di Bawah Bimbingan
Drs. Masan A.F., M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2013
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Tomi Purwadi
NIM : 208011000072
Tempat, Tanggal lahir : Pekalongan, 14 – November - 1990
Jurusan / Fak. : Pendidikan Agama Islam / FITK
Angkatan : 2008
Alamat : JL. KH. Moch Kup RT 05 RW 02 Kel. Pinang Kec.
Pinang Kota Tangerang.
Menyatakan dengan sesungguhnya
Bahwa skripsi yang berjudul “Efektifitas Metode Kisah Terhadap Hasil
Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Kelas VIII di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan.
Nama : Drs. Masan AF., M.Pd.
NIP : 19510716 198103 1005
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan kesungguhan dan menerima
segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan karya sendiri.
Jakarta, 02 Desember - 2013
Yang menyatakan,
Tomi Purwadi
iv
ABSTRAK
Efektifitas Metode Kisah Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada
Siswa Kelas VIII di SMP Al Mubarak Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
Kata Kunci: Efektifitas, Metode Kisah, Pembelajaran Aqidah Akhlak
Penerapan metode Kisah bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan agama Islam, khususnya
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, dengan metode tersebut selain bisa cepat
mengena di hati, para siswa juga tidak mudah membuat bosan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran
berdasarkan pada konsep pendidikan Islam, kemudian penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang melalui empat
langkah metode. langkah pertama; Observasi, mengamati segala kegiatan belajar
mengajar, identifikasi kebutuhan pembelajaran, juga mengamati materi
pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, langkah
kedua; Wawancara, mewawancarai Guru dan Siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang telah peneliti amati. Langkah ketiga; Cacatan lapangan, mencatat
dan menyusun langsung segala apa yang telah diamati dan diwawancarai dalam
penelitian agar tidak lupa dan tercampur dengan informasi lain. Langkah keempat;
Dokumentasi, mendokumentasikan segala sesuatunya baik berbentuk data yakni
antara lain data adminitrasi, data pendidik, peserta didik dan data gambar
pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Kisah dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al Mubarak Pondok Aren “cukup” efektif.
Sebagai bukti bahwa proses pembelajaran itu efektif yaitu antusiasme siswa
selama proses pembelajaran, keaktifan siswa dan hasil evaluasi yang semakin
meningkat. Selain itu sekolah juga memainkan peranannya sebagai lembaga
pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
TOMI PURWADI (PAI)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan pertolongan-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. penyempurna etika manusia, yang
telah diutus untuk membawa risalah agar manusia bahagia di dunia dan di
akhirat.
Dengan penuh rendah hati, penulis sangat menyadari bahwa skripsi yang
penulis buat jauh dari kesempurnaan, namun berkat pertolongan Allah SWT,
kerja keras, serta motivasi dari berbagai pihak, hingga semua hambatan dapat
pebulis lalui dan akhirnya dapet terselesaikan sesuai dengan yang
direncanakan walaupun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sepantasnya
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Masan AF, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
mencurahkan pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi serta
arahan kepada penulis.
4. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun
materil selama menuntut ilmu dari awal hingga akhir. Terima kasih atas
semua pengorbanan, kasih sayang dan do'anya.
5. Adikku yang tersayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
do’a.
6. Seluruh guru, dan dosenku yang selama ini memberikan ilmu demi
kecerahan masa depanku.
7. Seluruh Staf Perpustakaan, BAK, Bag. Keuangan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mencurahkan tenaganya untuk memberikan pelayanan
terbaik, sehingga penulis dapat menjalankan studi dengan lancar.
vi
8. Teman-Teman angkatan 2008 atas do’a, bantuan dan dukungannya,
semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih sempurna.
9. Segenap sahabat dan semua pihak yang telah banyak memberikan
dukungan yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga Allah SWT.
membalas kebaikan kalian dengan sebaik-baik balasan, Amin
Sebagai manusia yang tak pernah luput dari kesalahan, penulis menyadari
penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan pembaca. Amin
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ...…………………………………………………. ii
LEMBAR PERNYATAAN ....………………………………………………… iii
ABSTRAK ……............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR …............................................................................... v
DAFTAR ISI ……………................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ……….................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5
F. Manfaat Penelitian …………................................................... 5
BAB II :A. KajianTeori
1. Efektivitas Metode Kisah
a. Pengertian Efektivitas ……………………………………… 7
b. Pengertian Metode Pengajaran ……………………………. 10
c. Pengertian Metode Kisah …………………………………. 13
d. Pengaruh Metode Kisah dalam Pendidikan dan Pengajaran.. 17
e. Langkah-Langkah Metode Kisah ………………….……… 18
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah ………....……... 19
2. Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Aqidah Akhlaq 20
3. Bidang Studi Aqidah Akhlak ………………………………..... 28
1. Pengertian Aqidah Akhlak ………………………………… 28
2. Ruang Lingkup AqidahAkhlak di SMP …………………… 39
3. Tujuan Aqidah Akhlak di SMP ………………….…………. 31
4. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………... 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................... 33
B. Latar Penelitian (setting) ……................................................... 33
C. Metode Penelitian …………………………… .......................... 39
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data …............... 39
E. Instrumen Penelitian ………….……………............................ 43
F. Pengecekan Data …………………….…………...................... 44
G. Analisis Data ………………………………...………………... 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data…………………................................................ 47
B. Pembahasan ……………………………………………………. 48
1. Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
di SMP Al Mubarak Pondok Aren …………..…………….... 48
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................... 61
B. Implikasi....................................................................................... 62
C. Saran ........................................................................................ 62
DARTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara dengan Guru Aqidah Akhlak
Lampiran 2 Wawancara dengan Peserta Didik kelas VIII
Lampiran 3 Gambaran Kegiatan Belajar Mengajar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah begaimana cara menyajikan materi kepada
siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien.
Disamping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya
perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam
upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.1
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusat
pendidikan formal sebagai upaya untuk mengarahkan perubahan pada diri
individu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam
interaksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalah
pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran, saran prasarana,
lingkungan, dan beberapa komponen lain yang mendukung dalam proses
pembelajaran serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuhkan
daya tarik dan semangat belajar bagi peserta didik. Perkembangan mental peserta
didik di sekolah antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi
1 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: ciputat pers, 2002),
Cet. 1, h. 31.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah begaimana cara menyajikan materi kepada siswa
secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Disamping masalah
lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama
terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu
pengajaran secara baik.1
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusat
pendidikan formal sebagai upaya untuk mengarahkan perubahan pada diri
individu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalam
interaksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalah
pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran, saran prasarana,
lingkungan, dan beberapa komponen lain yang mendukung dalam proses
pembelajaran serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuhkan
daya tarik dan semangat belajar bagi peserta didik. Perkembangan mental peserta
didik di sekolah antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi
1 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: ciputat pers, 2002),
Cet. 1, h. 31.
2
menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran harus memberikan
pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Proses
pembelajaran juga harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.
Belajar merupakan suatu usaha untuk mendapatkan pengetahuan baru, dengan
menggunakan suatu metode tertentu, dalam rangka mengubah perilaku orang
yang bersangkutan. Proses belajar bias berjalan sempurna dengan
menerapkan beberapa metode belajar. Untuk melaksanakan metode tersebut,
Allah SWT telah membekali manusia dengan alat (indera), dimana dengan
perangkat tersebut ia diharapkan kelak mampu menjadi seorang hamba yang
pandai bersyukur kepada-Nya dengan penuh kesabaran.2
Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah
dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan
pada interaksi dengan peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi
akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu
menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke
arah kedewasaan.3
Jika kembali kepada pandangan secara sempit, maka timbul pula
permasalahan kesatuan mata pelajaran dengan metode. Menurut paham dualisme,
jiwa dan dunia benda termasuk orang adalah dua dua yang terpisah dan
mempunyai alam yang berdiri sendiri, dan pandangan inipun menganggap bahwa
metode dan mata pelajaran terpisah. Mata pelajaran adalah suatu klasifikasi fakta
yang secara sistematis sudah siap. Metode mempunyai daerahnya sendiri yang
akan menyampaikan mata pelajaran secara baik dan berkesan didalam jiwa.
Secara teori, suatu ilmu dapat diduksikan kedalam jiwa dengan melalui metode
yang lengkap tetapi oleh karena pikiran itu adalah suatu gerak yang terah dari
mata pelajaran menuju kepada penyempurnaan peristiwa, dan jiwa adalah fase
intensi proses, pendapat yang memecah antara metode dengan mata pelajaran itu
adalah keliru. Kenyataannya bahan suatu ilmu pengetahuan yang terorganisasi itu
adalah bukti bahwa ia telah tersedia dimatapelajarkan bagi intelegensi, itu adalah
dimetodikkan. Dengan kata lain metode itu berarti suatu rangkaian mata pelajaran
2 Fadhilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta press, Cet- ke 1, 2005), h. 87. 3 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja rosda karya, Cet-ketujuh, 2008), h. 107.
3
yang membuatnya sangat efektif dalam penggunaan. Jadi metode itu tak pernah
berada diluar bahan pelajaran. Metode tidak bertentangan dengan mata pelajaran,
ia adalah pengarahan yang efektif bagi mata pelajaran menuju hasil yang
dihasyratkan.4
Juga sangat baik dalam memberikan pendidikan agama dihubung-hubungkan
dengan pendidikan akhlak. Metode cerita dalam pendidikan anak lebih baik
dari pada metode-metode lainnya. Guru boleh memilih salah satu metode
yang sesuai dengan waktu. Mungkin juga guru menyajikan tentang ceritera
tentang berbagai kebijakan, sehingga kalau pada akhir tahun ajaran masih ada
waktu, maka guru dapat menambah ceritera-ceritera yang lain. Perlu juga
guru menyajikan ceritera-ceritera tentang pendidikan akhlak, baik dari bahan
bacaannya atau dari pengalamannya sehari-hari. Ataupun juga murid
memperagakan tentang cerita-cerita yang telah dipelajari.5
Banyak sekali dalam mata pelajaran aqidah akhlak akan materi yang
menceritakan tentang kisah orang-orang yang baik maupun sebaliknya. Hal
tersebut perlu disajikan dengan metode kisah yang efektif dan menarik. Tetapi
kenyataan yang terjadi di banyak sekolah, khususnya di sekolah SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan pelaksanaan metode kisah masih belum
terlaksana dengan efektif. Sehingga peserta didik kurang bisa meneladani kisah-
kisah terpuji dari orang lain dan juga kurang bisa menghindari perilaku
sebagaimana dari kisah-kisah orang yang memiliki perilaku tercela. Mata
pelajaran aqidah akhlak masih merupakan mata pelajaran yang kurang menarik,
karena penyajiaan mata pelajaran tersebut masih menggunakan metode yang
dibilang monoton. Dan terkadang sarana prasarana yang mendukung diterapkan
pada metode kisah kurang memadahi.
Banyak sekali macam-macam metode yang dipergunakan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah Metode kisah.
Metode kisah adalah salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi atau pesan yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.
Guru yang mampu memberi informasi dalam penyampaian kisah akan
4 Murni Djamal, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama/IAIN , 1983), h. 49.
5 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1985), h. 197.
4
menimbulkan semangat dan minat belajar pada diri anak didik. Karena
penggunaan metode yang monoton akan menimbulkan kebosanan pada anak
didik. Karena anak didik akan tertarik pada sesuatu yang baru, oleh sebab itu
metode kisah salah satu variasi metode yang membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas peneliti bermaksud
mengadakan penelitian tentang keefektifan metode tersebut dengan sebuah judul
"EFEKTIFITAS METODE KISAH TERHADAP HASIL
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII DI
SMP ALMUBARAK PONDOK AREN TENGERANG SELATAN"
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis susun, maka penulis akan
mengidentifikasikan masalah ebagai berikut:
1. Penyajian pembelajaran mata pelajaran aqidah akhlak masih dirasakan
kurang menarik bagi peserta didik.
2. Metode yang digunakan pada mata pelajaran aqidah akhlak masih
monoton.
3. Siswa masih belum dapat mengubah perilaku dari sikap tercela menjadi
terpuji.
4. Sarana prasana untuk diterapkannya metode kisah masih belum
memadahi.
5. Penerapan metode kisah masih belum terlaksana dengan efektif.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan masalah dalam skripsi ini dan untuk
mempermudah pemahaman, maka penulisan skripsi ini dibatasi hanya membahas
tentang efektifitas metode Kisah dari segi proses pembelajaran yang meliputi,
kondisi, strategi, serta hasil (evaluasi) dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di
SMP Almubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
5
D. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah yang
akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana efektifitas penerapan metode Kisah dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak di SMP AlMubarak Pondok Aren Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dalam penelitian ini ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode Kisah dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak di SMP AlMubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan efektifitas metode Kisah dalam pembelajaran
Aqidah Akhlak di SMP AlMubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam
bidang pendidikan Islam dan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
penggunaan metode yang efektif dalam proses pembelajaran serta melatih diri
untuk bersikap kritis dan ilmiah.
2. Bagi Lembaga yang diteliti
Untuk mengetahui keberhasilan pendidik dalam menerapkan metode Kisah
pada pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya Aqidah Akhlak dan
menjadi motivasi pada lembaga tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas out
put-nya.
3. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta
6
Hasil penelitian ini dapat menambahkan koleksi bahan pustaka yang ada di
perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa dan
mahasiswi yang membaca pada umumnya. Dan sebagai wacana dalam
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan juga untuk mempersiapakan para
calon pendidik yang profesional serta memberikan kontribusi untuk
mengembangkan teori tentang metode-metode pembelajaran yang selama ini
diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Metode Kisah
a. Pengertian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:219) dikemukakan bahwa
efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau
mujarab, dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah adanya kesesuaian antara
orang yang melaksanakan tugas dengan saran yang dituju.6 Dengan kata lain,
seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
efektivitas dalam suatu kegiatan, berkenaan dengan “sejauh mana ketepatan
sasaran dari suatu proses yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau
tercapai.
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Tim Pembina mata Kuliah
Didakdik Metodik Kurikulum IKIP urabaya (1988) dalam Lince (2001:42), bahwa
efesiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik
adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar
6 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet-1, h. 82
8
dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar bisa dengan memberikan
tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek pengajaran.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan
utama keefektifan pengajaran, yaitu:
1) Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa;
3) Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan
4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.7
Sedangkan menurut Tim Penyusun Didaktik Metodik kurikulum IKIP
Surabaya, bahwa demi ketepatan dan keobjektivan di dalam pengamatan dan
penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, maka perlu digunakan
sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi 10
kriteria efektifitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu
sebagai berikut:
1) Persiapan.
2) Sikap, gaya dan suara mengajar.
3) Perumusan tujuan instruksional.
4) Bahan pelajaran.
5) Penguasaan bahan pelajaran.
6) Pengusaan situasi kelas.
7) Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar.
8) Penggunaan alat-alat peraga pengajaran.
9) Jalan pengajaran.
10) Tekhnik evaluasi.8
Selain itu guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu
berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran
dengan presentase waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan
7 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media
Kencana 2009), cet I, h.20
9
tanpa menggunakan tekhnik yang memaksa, negative atau hukuman. Selain itu
guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan simpatik
dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh
perhatian, memilki suatu rasa cinta belajar, mengusai sepenuhnya bidang studi
mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekadar mencapai suatu
prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.
Menurut Roseshine dan frust, ada 5 variabel proses guru yang
memperlihatkan keajegan hubungan dengan pencapaian tujuan, yaitu:
1) Kejelasan dalam penyajian.
2) Kegairahan mengajar.
3) Ragam kegiatan.
4) Perilaku siswa akan melaksanakan tugas dan kecekatannya.
5) Kandungan bahan pengajaran yang diliput siswa.9
Menurut pendapat Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Paradigma
Pendidikan Islam, bahwasanya keefektifan pembelajaran pendidikan agama Islam
dapat diukur melalui:
1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari.
2) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar.
3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang ditempuh.
4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar.
5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai.
6) Tingkat alih belajar.
7) Tingkat retensi belajar.10
Salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari teks tertulis dan sumber-
sumber informasi yang lain adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga
8 Team Pembina Mata Kuliah Disaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar
Didaktik Metodik Kurikulum PBM, cet.5 (Jakarta: PT. Grafindo Persada), h. 155-167 9 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media
kencana, 2009) Cet I h.21 10
10 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 156
10
siswa harus berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman mereka
sendiri terhadap teks atau apa yang diucapkan gurunya.
b. Pengertian Metode Pengajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara
kerja yang system untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Seiring dengan itu, oleh Mahmud Yunus
mengatakan metode adalah “jalan yang akan ditempuh oleh guru untuk
memberikan berbagai pelajaran pada murid-murid dalam berbagai macam jenis
pelajaran. Jalan itu ialah garis yang direncanakan sebelum masuk ke dalam kelas
dan dilaksanakan dalam kelas waktu mengajar”.11
Dan menurut Nur Uhbiyati
“Metoda berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos
yang artinya jalan atau cara. Jadi metoda artinya suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan”.12
Secara etimologi, istilah metode berasal dari Yunani “metodos”. Kata ini
terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati
dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut :
“Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah: “Cara
yang teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Sehingga dapat
dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang haru dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.13
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan
pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya
merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih
metode mengajar yang tepat.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya penggunaan metode
dalam proses belajar mengajar tidak harus terfokus kepada salah satu bentuk
11
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (JAKARTA: PT. Hidakarya
Agung), h. 85 12
Dra.Hj.Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), cet III,
h.123 13
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat pers,
2002) cet. 1, h.40
11
metode dalam proses belajar mengajar tidak harus berfokus kepada satu bentuk
metode, akan tetapi dapat memilih atau mengkombinasikan diantara metode-
metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memudahkan
si pendidik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Oleh Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan bahwa ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode
pengajaran:
1) Tujuan yang hendak dicapai
2) Kemampuan guru
3) Anak didik
4) Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung
5) Fasiiltas yang tersedia
6) Waktu yang tersedia
7) Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.14
Menurut Hasan langgung, bahwa pengajaran adalah “pemindahan
pengetahuan dari seorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang
belum mengetahui”.15
Dari pengertian di atas, terdapat unsur-unsur substansial kegiatan pengajaran
meliputi :
1. Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan.
Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai
pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar)
melalui suatu proses belajar mengajar.
Jadi pengajaran adalah suatu pemberian ilmu dan teknologi kepada peserta
didik agar nereka memilki kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik yang
dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya,
masyarakatnya dan bangsanya menuju kehidupan yang sejahtera, adil dan
makmur.
14
Ibid., h.109
12
Karena proses transfer pengetahuan yaitu dari seorang yang tidak tahu
menjadi tahu, sehingga seorang yang tidak tahu menjadi tahu itu bisa menjalankan
hidupnya lebih bermakna.
Menurut H.B Hamdani, bahwa “pendidikan” dalam arti umum mencakup
segala usaha dan perbuatan dari suatu generasi yang tua untuk mengalihkan
pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada
generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama
dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain pendidikan bertujuan agar menggunakan
segala kemampuan yang ada padanya, baik fisik, intelektual, emosionak, maupun
psikomotornya untuk menghadapi tantangan hidup dan mengatasi kesulitan-
kesulitan dan hambatan-hambatan sepanjang perjalanan hidup.16
Menurut Syaiful B. Djamarah dkk. (1995), metode memiliki kedudukan:
Sebagai alat motivasi ekstrintik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM):
Mensiasati perbedaan individual anak didik;
Untuk mencapai tujuan belajar.17
Dengan demikian pendidikan dalam konteks Islam sebagai suatu proses
pengembangan potensi kreativitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, cerdas. Trampil, memiliki etos
kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap
dirinya, bangsa dan Negara serta agama. Proses itu sendiri, sudah berlangsung
sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode
pengajaran dalam konteks pendidikan adalah suatu usaha atau cara yang
dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang
bertujuan agar siswa dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran
dengan mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
15
Hasan Nanggulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983),
h.3 16
H.B.Hamdani, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota kembang, 1987), h. 8 17
Pupuh Fathurahaman, M. Sobry Sutikno., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007) h.15
13
c. Pengertian Kisah
Qishah berasal dari kata al-qasshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Kata al-qashash menurut bahasa berasal dari bentuk mashdar yaitu kata al-qishah
yang mempunyai arti berita dan keadaan.18
Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SWT. surat Al-Kahfi, ayat 64:
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula.
Dan dalam surat Al-Qashash, ayat 11:
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah
dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya,
Qashash juga berarti berita yang berurutan, sebagaimana dalam firman Allah
surat Ali Imran, ayat 62:
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksan.”
Dan dalam surat Yusuf, ayat 111:
18
Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits fi „ulumil Qur‟an, Cet.III, t.t. hal. 305-310.
14
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman”.
1) Macam-macam Kisah.19
Dalam Al-Qur'an terdapat berbagai macam kisah yang dijelaskan dalam ayat-
ayatnya, antara lain:
a) Kisah para Nabi, yaitu mengandung cerita tentang dakwah para Nabi,
mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, akhlaq orang-orang yang
menentang Nabi, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta
akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan
yang mendustakan. Misalnya kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim, Musa,
Harun, Isa, dan lain-lain. Kisah-kisah tersebut terdapat dalam surat
AlAn'am, Al-Kahfi, Maryam dan surat-surat lainnya.
b) Kisah Al-Qur’an yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan figur-
figur orang yang belum jelas kenabiannya, seperti Kisah Thalut dan Jalut,
Dzul Qarnain, Ashhabul Kahfi, Maryam, Ashhabul Fiil, Ashhabul
Ukhdud, dan lain-lain. Kisah-kisah tersebut antara lain terdapat dalam
surat Al-Fiil, Al-Buruj, Al-Baqarah, Al-Kahfi, dan lain sebagainya.
c) Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada masa
Rasulullah SAW. seperti peristiwa perang Badar dan perang Uhud,
sebagaimana terdapat dalam surat Ali-Imron, perang Hunain dan perang
Tabuk, sebagaimana yang terdapat dalam surat At-Taubah, dan lain-lain.
19
Ibid., hlm. 431
15
2) Faedah-faedah Kisah.20
Dalam metode Kisah terdapat beberapa faedah, yaitu:
a) Penjelasan tentang dasar-dasar berdakwah dan penjelasan tentang dasar-
dasar syari’at bagi para Nabi, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-
Anbiya’: 25
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".
b) Untuk meneguhkan hati rasul dan hati umat Islam agar tetap berada pada
agama Allah, mengokohkan kepercayaan orang mukmin akan pertolongan
Allah terhadap golongan yang benar dan kehancuran umat yang salah, hal
ini terdapat dalam Q.S. Hud: 120
"Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisahkisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orangorang yang beriman".
c) Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap
mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
d) Menampakkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwahnya dengan
berita yang disampaikannya tentang hal ihwal orangorang terdahulu
disepanjang masa dan generasi.
e) Menampakkan kebohongan ahli kitab terhadap petunjuk dan penjelasan
yang mereka sembunyikan serta menantang ahli kitab dengan keterangan
dalam kitab mereka sebelum terjadi penyelewengan. Hal ini terdapat
dalam Q.S. Ali-’Imron: 93
16
.
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan
yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu
bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".
f) Qashash atau cerita merupakan bentuk dari sastra yang menarik untuk
didengarkan dan mudah meresap ke dalam jiwa sehingga menjadi sebuah
pelajaran yang sangat berharga. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S.
Yusuf: 111
3) Adapun hikmah-hikmah dalam metode Kisah adalah:21
a) Menjelaskan betapa tingginya kandungan balaghah dalam Al Qur’an
(Salah satu karakteristik balaghah, menjelaskan satu makna dalam bentuk
yang berbeda, satu cerita diulang-ulang dalam beberapa tempat dengan
uslub yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak mudah
merasa bosan, akan tetapi akan menunjukkan makna-makna baru dalam
jiwa, yang mana hal itu tidak dapat ditemukan dalam satu ayat pada ayat
yang lain.
b) Menunjukkan hebatnya kemukjizatan Al-Quran, bahkan para sastrawan
Arab tidak mampu menandingi salah satu bentukpun dalam Al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar mukjizat yang datang
dari Allah SWT.
c) Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya
lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan
20
Ibid., h. 431-432 21
Ibid., h. 432-433
17
merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya
pengaruh dari perhatian. Misalnya kisah Musa dan Fir’aun, kisah ini
menggambarkan pergulatan sengit antara kebenaran dan kebatilan,
walaupun kisah itu sering diulang-ulang tetapi tidak pernah terjadi dalam
satu surat.
d) Adanya beberapa perbedaan tujuan dari berbagai bentuk makna yang
terdapat dalam setiap pengulangan kisah-kisah tersebut.
4) Pengaruh Metode Kisah dalam Pendidikan dan Pengajaran
Sebagaimana telah diketahui bahwa kisah yang baik akan banyak diminati
dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan
mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jenuh, begitu juga nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat dicerna oleh akal, diserap ke dalam hati untuk
direalisasikan dalam tingkah laku. Dengan adanya Fenomena kejiwaan ini
seharusnya para pendidik dapat mengambil pelajaran dari metode kisah tersebut
dalam proses pembelajaran lebih-lebih dalam pendidikan agama Islam. Seorang
pendidik harus bisa memilih dan memilah kisah-kisah yang harus disampaikan
menurut masing-masing tingkatan pendidikan dan tingkat pemahaman atau
karakteristik peserta didik.
Dalam kisah-kisah Qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu
kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali peserta
didik dengan bekal kependidikan berupa peri kehidupan para Nabi, berita-berita
tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal
bangsa-bangsa, semua itu dikatakan dengan benar dan jujur. Para pendidik
hendaknya mampu menyampaikan kisah-kisah Qur’ani tersebut dengan susunan
bahasa yang sesuai dengan tingkat penalaran peserta didik dan harus sesuai
dengan tingkatan pendidikannya masing-masing.22
Relevansi metode Kisah di lingkungan sekolah seolah-olah seperti benar-
benar terjadi, kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan metode yang sangat
bermanfaat dalam menyampaikan informasi tentang materi pelajaran, maka
18
kewajiban pendidik muslim adalah memiliki kemauan yang kuat dalam
merealisasikan peranannya untuk membentuk peserta didik agar memiliki sikap-
sikap yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an karena hal itu merupakan bagian
integral dari tujuan pendidikan Islam.23
5) Langkah-langkah metode kisah
Beberapa langkah pelaksanaan metode cerita menurut beberapa ahli
pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Menurut Verna Hildebrand, langkah-langkah pelaksanaan metode cerita
adalah:
Choosing a Story, yaitu pemilihan cerita sesuai dengan situasi dan
kondisi proses belajar mengajar.
Size of Story Group, yaitu pengorganisasian kelompok cerita,
semakin sedikit jumlah anggota dalam kelompok penceritaan
semakin efektif proses dan hasilnya.
Chair or Floor for Story time, yaitu penataan posisi tempat duduk
siswa yang biasanya dilakukan diatas kursi/ lantai dengan informasi
setengah lingkaran.
Transition To Story Time, yaitu perubahan dalam penceritaan yang
merangsang aktivitas siswa untuk mendengarkan penceritaan
dengan perilaku dan sedikit kekacauan.24
b) Agus F. Tangyong, dkk, berpendapat bahwa ;
Anak didik dibiasakan mendengarkan cerita dari guru.
Guru sering meminta anak didik menceritakan kejadian penting
yang dialami.
22
Ibid., hlm. 441 23
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1994), hal. 209 24 Verna Hildebrand, Op Cit, hlm 187
19
Guru bercerita melalui gambar, kemudian siswa menceritakan
kembali dengan kalimatnya sendiri.25
c) Sheilla Ellison and Barbara Ann Barnett, Ph D.
Shella Ellison dan Barbara Ann Barnet berpendapat bahwa:
“Kids Love hearing what their parents were like at their age. Let your child
tell you a story about their life now, their friends, toys, games, events and
hobbies”.
“Anak-anak sering mendengarkan cerita tentang apa yang orang tua mereka
suka di waktu kecil. Bukankah anak muda mengungkapkan suatu cerita tentang
kehidupan mereka saat ini, teman-teman mereka, boneka-boneka main mereka,
permainan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan yang mereka suka”.26
d) Quthb
Menurut Quthb sebagaimana dikutip Lift Anis Ma’sumah bahwa guru dapat
memberikan cerita-cerita yang sederhana dan mampu dipahami oleh siswa. Hal ini
akan menunjukkan daya tarik yang menyentuh perasaan dan mempunyai pengaruh
terhadap jiwa yang tentunya sesuai dengan perkembangan jiwa anak.
Contoh penyampaian cerita/ kisah
Metode : Cerita
Teknik : Menggunakan buku bacaan (teks)
Langkah-langkah pelaksanaan:
Guru mempersiapkan alat peraga yang diperlukan
Guru mengatur organisasi kelas
Guru memberikan stimulus agar siswa mau mendengarkan/apersepsi
Guru bercerita
Pemberian tugas.
25 Agus F. Tangyong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. (Jakarta: PT
Gramedia, 1990) h. 119
20
e) Mahmud Yunus
Menurutnya langkah-langkah metode kisah ialah sebagai berikut:27
Hendaklah dimulai dengan pendahuluan yang sesuai dengan acara
kisah.
Ceritakanlah kisah itu dengan bahasa terang, lagi mudah difahami
murid-murid, serta menarik hari mereka.
Setelah selesai kisah itu hendaklah guru bersama murid-muridnya
mengambil kesimpulan tentang semangat keimanan pahlawan yang
tersebut dalam kisah itu, serta mengajak murid-murid, supaya
mempunyai semangat keimanan seperti pahlawan tersebut.
Dalam kisah nabi-nabi hendaklah guru memperbandingkan antara
orang-orang Mukmin yang mengikut rasul dengan orang-orang kafir
yang tak mau mengikut rasul dan bagaimana akibat kedua golongan
itu mendapat kesenangan dan kebahagiaan di dunia akhirat, sedangkan
orang-orang kafir merugi dan celaka. Akhirnya mengajak murid-
murid supaya patuh mengikut rasul dan mengamalkan apa-apa yang
disuruhnya.
Kemudian guru memajukan pertanyaan dalam bagian-bagian kisah itu
dari awal sampai akhirnya, supaya terang dan tetap isi kisah itu dalam
hati murid-murid.
Sesudah itu guru menyuruh murid menceritakan kisah itu berganti-
ganti.
Pada akhirnya (di kelas tinggi) guru memajukan pertanyaan yang
membutuhkan berfikir untuk menjawabnya, seperti sebab-sebab
kejadian dan akibat dalam kisah itu.
d) Kelebihan dan Kekurangan Metode kisah
26 Sheilla Ellison and Barbara Ann Barnett, 365 Ways to Help Your children Grow, (Noperville:
Illionis Source Books. Inc, 1996) h. 251
21
Kelebihan Metode Kisah
1. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik.
Karen anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti
berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan
topik kisah tersebut.
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang
terjadi pada akhir cerita.
3. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya
dan merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang,
sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita Seperti takut,
perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora
dalam lipatan cerita.
Kekurangan Metode Kisah
1) Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah
terakumulasi oleh masalah lain.
2) Bersifat monoton dan dapat menjenuhkan anak didik.
3) Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud
sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.28
Dari uraian diatas dapat disimpulkan oleh armai arif, bahwa metode cerita
adalah suatu penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis
terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau berbentuk fiktif saja. Metode
kisah/cerita dalam pendidikan islam menggunakan paradigma Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Saw., sehingga dikenal istilah “kisah Qur’ani dan kisah Nabawi.”
Kedua sumber tersebut mempunyai substansi cerita yang valid tanpa diragukan
27
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: PT Hidakarya Agung), h.28 28
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat pers,
2002) cet. 1, h.162
22
lagi kebenarannya. Namun terkadang kevalidan sebuah cerita terbentur pada SDM
yang menyampaikan cerita itu sendiri sehingga banyak kelemahannya.29
2. Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Al-Qur’an itu sendiri bukanlah buku cerita. Tetapi adalah kitab suci yang
berisi pendidikan dan tuntutan, yang sangat teliti cara penangkapannya dan
menjaga sekali segi-segi keindahan, yang membuat cerita itu, disamping tunduk
kepada maksud-maksud keagamaan tadi sangat indah dari segi satra, dan
membuat penggunaan cerita-cerita untuk pendidikan itu, disamping sifat bebasnya
menjadi bagian suatu metodologi pendidikan Islam, dengan satu syarat, yaitu
harus “bersih”.
Bersih bukanlah berarti bahwa jiwa manusia itu bersih tanpa noda. Memang
bahwa Al-Qur’an mempersiapkan seorang “tokoh” cerita dengan kesan yang
luhur, suci dan sempurna, yang patut diteladani dan dijunjung tinggi.30
Berikut ini akan kami jelaskan beberapa contoh Kisah dalam AlQur'an baik
yang memiliki kesan baik atau buruk, dan mengandung banyak hikmah yang
dapat bermanfaat sebagai pelajaran dalam kehidupan, di antaranya adalah:
a. Kisah tentang anak Adam, terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 27-30:
29
Ibid., hal. 163 30
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj., Salman Harun, (Bandung: PT
AlMa’arif, Cet-3, 1993), hal. 354-355
23
27. "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil)
dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti
membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa."
28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah,
Tuhan seru sekalian alam."
29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni
neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim."
30. "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara
orang-orang yang merugi."
Ayat di atas menjelaskan tentang kisah kedua anak Adam yang berseteru
dalam memperebutkan seorang wanita, yang mana keduanya berani
mempertaruhkan nyawanya hanya demi nafsu yang bergejolak di dalam dirinya.
Hal ini menjadi pelajaran bagi kita agar dalam melakukan segala sesuatu jangan
didasarkan pada hawa nafsu, tetapi harus berdasarkan hati yang tulus ikhlas dan
mencari ridla Allah semata, sehingga kita akan selamat baik di dunia maupun di
akhirat.
Ayat ini berpesan kepada Nabi Muhammad SAW.: Bacakanlah kepada
mereka yakni orang-orang Yahudi dan siapapun, berita yakni kisah yang terjadi
terhadap kedua putra Adam, yaitu Habil dan Qabil dengan haq, yakni menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban guna mendekatkan
diri kepada Allah, maka diterima oleh Allah qurban Habil dari yang lain, yakni
dari Qabil. Melihat kenyataan itu Qabil iri hati dan dengki, ia berkata, "aku pasti
membunuhmu!" Ancaman ini ditanggapi oleh Habil dengan ucapan yang
24
diharapkan dapat melunakkan hati saudaranya serta mengikis kedengkiannya. Ia
menjawab,"Sesungguhnya Allah hanya menerima dengan penerimaan yang
agung dan sempurna kurban dari para Muttaqin, yakni orangorang yang telah
mencapai kesempurnaan dalam ketakwaan."31
Dari uraian kandungan ayat di atas, dapat dianalisis bahwa ayat tersebut
mengandung hikmah-hikmah yang sangat penting, di antaranya adalah bahwa
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah mempunyai kedudukan yang sama
dihadapan-Nya, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketaqwaan
dari masing-masing individu sehingga kelak dihadapan Allah akan menjadi
makhluk yang paling mulia.
Kisah tersebut menjelaskan tentang akibat dari akhlak madzmumah, yaitu
penyakit hati yang berupa iri, dengki dan dzalim. Apabila saudara kita
mendapatkan ni'mat yang lebih baik dari kita maka janganlah merasa iri atau
dengki karena Allah telah mengatur pembagian rezeki untuk semua makhluk-Nya
dan hal tersebut tidak akan pernah tertukar. Karena jika hati seseorang telah
penuh dengan rasa iri dan dengki, maka dia tidak akan segan-segan melakukan
kedzaliman seperti membunuh, menyakiti, menganiaya dan lain-lain, karena dia
telah dikuasai oleh nafsu ammarah. Maka dari itu hendaklah kita pandai-pandai
bersyukur terhadap semua nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
Sebagaimana janji Allah SWT., bahwa orang yang selalu bersyukur terhadap
nikmat-Nya maka nikmat tersebut akan semakin bertambah, namun apabila orang
tersebut kufur terhadap nikmat Allah, maka Dia akan memberikan siksaan yang
sangat pedih. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT., Q.S. Ibrahim:7
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
31 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 3, 2002), hal. 72
25
b. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang terdapat dalam surat Al-Kahfi:
60-67
60: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun."
61: "Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka
lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu."
62: "Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada
muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah
merasa letih karena perjalanan kita ini."
63: "Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat
berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut
dengan cara yang aneh sekali."
64: "Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula."
26
65:"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan
yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."
66: "Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?"
67: "Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup
sabar bersama aku."
Ayat-ayat ini menguraikan suatu kisah tentang Nabi Musa dengan salah
seorang hamba Allah yang shaleh. Thabathaba’i menilai bahwa ayat-ayat ini
merupakan kisah keempat menyusul perintah bersabar dalam melaksanakan
dakwah. Ulama’ ini menulis bahwa setiap hal yang bersifat lahiriah pasti ada pula
sisi batiniahnya. Kesibukan orang-orang kafir dengan hiasan duniawi adalah
kesenangan sementara, karena itu hendaknya Nabi Muhammad SAW tidak
merasa sedih dan berat hati melihat sikap kaum musyrikin itu, karena dibalik hal-
hal lahiriyah yang mereka peragakan itu ada hal-hal batiniah yang berada di luar
kuasa Nabi SAW. dan kuasa mereka yaitu kuasa Allah SWT. Dengan demikian
pemaparan dan peringatan yang dikandung oleh ayat-ayat yang menguraikan
kisah Nabi Musa dengan hamba Allah yang shaleh itu bertujuan mengisyaratkan
bahwa kejadian dan peristiwa-peristiwa sebagaimana yang terlihat memiliki
takwil, yakni ada makna lain dibalik yang tersurat itu. Makna tersebut akan
nampak bila telah tiba waktunya. Bagi para rasul yang risalahnya ditolak oleh
umatnya, waktu tersebut tiba pada saat umatnya ”terbangun” dari tidur yang
melengahkan mereka dan ketika mereka dibangkitkan dari kubur. Ketika itu
mereka berkata, ”Sungguh rasul-rasul Tuhan kami memang telah datang
membawa kebenaran.” Demikian lebih kurang pendapat dari Thabathaba’i.32
Al-Biqa’i menyimpulkan bahwa ayat-ayat yang lalu berbicara tentang
kebangkitan menuju akhirat, yang dibuktikan keniscayaannya dengan menyebut
beberapa peristiwa yang berkaitan dengannya. Lalu dikemukakan dengan
beberapa tamtsil, aneka argumentasi dan diakhiri dengan pernyataan bahwa Allah
menangguhkan sanksi kedurhakaan dan pahala kebajikan, karena semua itu
ada waktu dan kadarnya. Setelah itu baru disusul dengan menampilkan kisah Nabi
32
Ibid, Vol 8, h. 88
27
Musa ini. Dalam kisah tersebut diuraikan bagaimana Nabi Musa berusaha
menemui hamba Allah yang shaleh itu dengan menjadikan ikan yang telah mati
bila hidup kembali dan melompat ke air, sebagi indikator tempat pertemuan
mereka. Seandainya Allah berkehendak, bisa saja pertemuan itu diadakan dengan
mudah, tanpa menentukan tempat pertemuan yang jauh. Namun yang terjadi tidak
demikian, hal tersebut untuk membuktikan bahwa tidak semua peristiwa dapat
terjadi tanpa proses dan waktu.33
Di sisi lain, kehidupan kembali ikan itu juga berkaitan dengan soal
kebangkitan setelah kematian yang dibicarakan pada ayat yang lalu. Kisah ini
mengajarkan bahwa barang siapa yang telah terbukti kedalaman ilmu dan
keutamaannya, maka dia tidak boleh dibantah kecuali oleh mereka yang memiliki
pengetahuan yang pasti dari Tuhan, dan dia tidak boleh juga diuji. Kisah ini juga
mengandung kecaman terhadap perbantahan atau diskusi yang tanpa dasar, serta
mengharuskan siapapun tunduk terhadap kebenaran yang telah dijelaskan dan
sudah terbukti. Tuntunan-tuntunan itu berkaitan dengan sifat-sifat buruk kaum
musyrikin atau manusia yang diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu. Di sisi lain kisah
ini juga mengandung pelajaran agar tidak enggan duduk bersama dengan fakir
miskin. Lihatlah bagaimana Musa Nabi dan Rasul yang memperoleh kemuliaan
berbicara dengan Allah SWT., tidak enggan belajar dari seorang hamba Allah.
Sebagaiman kisah ini mengandung kecaman kepada orang-orang Yahudi yang
mengusulkan kepada kaum musyrikin Mekkah untuk mengajukan aneka
pertanyaan kepada Nabi Muhammad SAW. sambil menyatakan, ”Kalau dia tidak
dapat menjawab, maka dia bukan Nabi.” seakan-akan ayat ini menyatakan bahwa
Nabi Musa yang diakui kenabiannya oleh Bani Isra’il dan mereka hormati, tidak
mengetahui semua persoalan, hal tersebut terbukti dalah kisah ini. Demikianlah
al-Biqa’i melihat dan merinci hubungan kisah Nabi Musa dengan uraian ayat-ayat
yang lalu.34
Dari penjelasan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelajaran yang
dapat diteladani adalah kisah tentang akhlak seorang murid terhadap gurunya.
Pada ayat tersebut diuraikan bahwa ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah
33
Ibid.. 34
Ibid., hal. 89
28
SWT. agar menemui Nabi Khidir dan menimba ilmu darinya, beliau harus
melewati beberapa peristiwa yang sangat sulit diterima oleh akal, seharusnya
sebagai seorang murid Nabi Musa tidak boleh membantah atau memprotes apa
yang dilakukan oleh Nabi Khidir, karena semua perbuatan yang beliau lakukan
semata-mata hanya berdasarkan wahyu dan petunjuk dari Allah SWT. Namun di
sini Nabi Musa tidak sabar dengan ujian-ujiannya yang mana hal tersebut menjadi
syarat beliau bisa berguru kepada Nabi Khidir, akhirnya Nabi Musa tidak berhasil
menimba ilmu kepada Nabi Khidir karena tidak sanggup memenuhi
syaratsyaratnya. Maka dari itu sebagai seorang murid seharusnya kita bersikap
yang baik terhadap guru, di antaranya adalah menghormati, patuh dan tawadlu'
serta yang lebih penting adalah jangan bersikap su'udzan terhadap guru, karena
hal tersebut bisa menjadi penyebab manfaat atau tidaknya ilmu yang kita
dapatkan.
c. Kisah Nabi Ibrahim terdapat dalam surat Al-An'am, ayat 74-79:
"Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata".
Al-Biqa'i ketika berbicara tentang hubungan ayat ini dengan tiga ayat pertama
surah Al-an'am yang antara lain meluruskan kepercayaan paham politeisme,
termasuk paham penduduk Persia atau Kaldenia masa lalu yakni kepercayaan
adanya Tuhan gelap dan Tuhan cahaya. Penduduk Persia menurut Al-Biqa'i
adalah kaum Nabi Ibrahim, beliau dikenal dan dihormati oleh orangorang Yahudi
dan Nasrani serta orang-orang Musyrik Arab dan kaum muslimin. Ayat-ayat ini
dan ayat-ayat berikutnya menguraikan sekelumit tentang pengalaman Nabi
Ibrahim "menemukan" Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, serta bantahan beliau
terhadap kaum musyrikin yang mempertuhankan bintangbintang dan membuat
29
untuk setiap bintang yang mereka puja satu berhala. Pengalaman Nabi Ibrahim itu
diingatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan kaum muslimin melalui ayat di
atas yang menyatakan, Ingat dan uraikanlah penjelasan-penjelasan yang lalu dan
ingatlah atau uraikan pula peristiwa pada waktu Ibrahim berkata kepada
bapaknya, yakni orang tuanya yang bernama atau bergelar Azar: Pantaskah
engkau memaksakan diri menentang fitrahmu memebuat dan menjadikan berhala-
berhala sebagai tuhan-tuhan yang disembah? Sesungguhnya aku melihat, yakni
menilai engkau wahai orang tuaku dan melihat juga kaummu yang sepakat
bersamamu menyembah berhala-berhala dalam kesesatan yang nyata.
Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat-ayat lalu yang berbicara
tentang pendustaan kaum Nabi Muhammad SAW. Terhadap ajaran yang beliau
sampaikan, antara lain ajaran tauhid. Ayat ini memberi contoh konkrit dan jelas
berkenaan dengan pengalaman Nabi Ibrahim dalam membuktikan kesesatan
kepercayaan kaum Musyrikin. Pengalaman itu perlu diketahui, bukan saja karena
Nabi Ibrahim merupakan Nabi pertama yang mengumandangkan ajaran
monoteisme (Tauhid) serta wujud Tuhan sebagai Rabb al-'alamin, tetapi juga
karena pengalaman itu berkaitan dengan orang tuanya sehingga menjadi sangat
obyektif dan sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat Arab yang mengakui
Nabi Ibrahim sebagai leluhurnya atau orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
mengaku agama mereka sebagai kelanjutan agama Nabi Ibrahim.35
Kesimpulannya bahwa kisah ini menguraikan tentang ajaran tauhid yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim, beliau mengajarkan agar tidak tertipu oleh sesuatu
yang nyata saja, tapi harus meyakini bahwa dibalik sesuatu itu ada yang
menciptakan dan mengatur, jadi segala sesuatu yang ada di dunia ini semua
bermuara pada Qudratullah.
Dari beberapa kisah yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa
kandungan yang sangat mendasar dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an adalah
tentang Aqidah dan Akhlak, sehingga implementasi metode Kisah dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah layak apabila digunakan dalam
materi pelajaran Aqidah Akhlak, namun tidak menutup kemungkinan juga bisa
digunakan untuk materi pelajaran lain yang relevan dengan metode Kisah, hal ini
30
bertujuan untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam menerima
materi pelajaran yang disampaikan serta mengkorelasikan antara materi pelajaran
dengan kisah-kisah dalam Al-Qur'an, hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an
merupakan kitab suci yang bersifat universal dan mengandung berbagai macam
ilmu pengetahuan sebagai bekal kehidupan kita di dunia untuk menuju kehidupan
yang abadi yaitu akhirat.
3. Bidang Studi Aqidah Akhlak
a. Pengertian Aqidah Akhlak
Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu „aqdan-„aqidatan”
yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh. Sedang secara
teknis akidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Dan tumbuhnya
kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud akidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau simpul di dalam hati.36
Dr. Ibrahim
Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna,
yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul
Muakkad), mengumpulkan (al-jam‟u), niat (an-Niyah), menguatkan
perjanjian (at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh
manusia, baik itu benar atau batil (ma yadiimu al-insani sawaun kaana
haqqan au bathilan).
2) Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai
perbuatan hati sang hamba.
3) Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia
telah terstruktur sebagai disiplin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan
tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “
ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari
35
op.cit., Vol 4, h. 158. 36
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi
Islam,(Jakarta: prenada media 2005), h.259.
31
dalil-dalil yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil
khilafiyah yang cacat.37
Sedang pengertian akhlak secara etimologis berasal dari kata khuluq dan
jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis,
akhlak berarti character, disposition, dan moral constitution. Al Ghazali
berpendapat bahwa “manusia memiliki citra lahiriyah yang disebut dengan
khulq”.38
b. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak di SMP
Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya berbagi dua, yaitu: sasaran
Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis.
Dari dua sasaaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan
manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan manusia
melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri melalui
penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau makhluk Allah
lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak pun
tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut.
Ruang lingkup pendidikan aqidah akhlak di SMP cakupan pembahasan
kurikulumnya dan hasil belajar meliputi:
1. Hubungan Manusia dengan Allah.
Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu
hubungan antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi
aqidah, yang meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-
malaikatNya, Iman kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulnya,
iman kepada hari akhir, iman kepada Qadha dan QadarNya. Banyak cara
yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah. Diantaranya dengan
tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepadaNya mencintaiNya, taqwa
kepadaNya, beribadah, meniru sifatnNya, dan selalu berusaha mencari
keridhaanNya.
37
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidah islam, (Jakarta:
Robbani press, 2000), Cet ke II, hal.4-5 38
op.cit., hal. 262
32
2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup
sesama manusia, kewajiban membiasakan berahklaq yang baik terhadap
diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran
melakukan sifat terpuji terhadap sesame manusia, antara lain:
1) Barbakti kepada orang tua, yaitu membantu orang tua merasa
senang dan bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan.
2) Menghormati tetangga dan tamu.
3) Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati
orang lain.
3. Hubungan manusia dengan alam atau Lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap akan
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup
selain manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda
tak benyawa.
Berkenaan dengan ini dalam al-Qur’an surat al-an’am (6:58) ditegaskan
bahwa binatang melata dan burung-burungpun adalah umat seperti manusia juga,
sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak boleh
diperlakukan secara aniaya.”
Untuk dapat melakukan pembelajaran pada mata pelajaran akhlak dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan:
1. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk mengugah emosi siswa
dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta member motivasi agar
ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan
akhlak yang baik.
2. Pendekatan secara rasional
Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima
ajaran Islam.
3. Pendekatan fungsional
33
Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada
anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan keteladanan
Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari manusia
yang memiliki keyakinan tauhid yang teguh dan keprilaku. Atau
menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan
kondisi, perilaku pendidik dan tetangga kependidikan lain yang
mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui
suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan
perolehan (hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika
memungkinkan pendekatan yang lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP
Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata
pelajaran aqidah akhlak di SMP untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan
siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga menjadi
muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran Aqidah akhlak adalah memberikan pengetahuan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, mengamalkan akhlak yang baik, menjauhi akhlak
yang buruk dan memberikan bekal kepada siswa untuk menjalani hidup
dikemudian hari.
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang pengaruh metode kisah terhadap
hasil belajar aqidah akhlak siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang
relevan di antaranya:
Retno Septiyani dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Metode
Bercerita Pada Siswa Di TPA AL-Barokah Tajurhalang-Bogor”. memberikan
34
kesimpulan bahwa peranan yang dilakukan guru pada metode bercerita dalam
pembelajaran siswa di TPA dinyatakan sudah cukup baik, ini berdasarkan hasil
data yang menunjukan bahwa peran metode bercerita yang dilakukan guru di
kelas dilaksanakan dengan baik.
Uhah Maftuhah dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Efektivitas
Metode Kisah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Agama Islam di
SDIT Al-Hikmah Cilandak Jak-Sel” memberikan kesimpulan bahwa Efektivitas
metode kisah mempunyai pengaruh yang cukup meyakinkan terhadap motivasi
belajar siswa pada studi agama Islam. Semakin baik efektivitas metode kisah
dilakukan maka ada kemungkinan semakin meningkatnya motivasi siswa untuk
belajar agama Islam, begitupun sebaliknya, semakin buruk efektivitas metode
kisah maka semakin tidak ada kemungkinan timbulnya motivasi belajar siswa
pada pelajaran agama Islam.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013 di
SMP Al-Mubarak Jalan Raya Jombang Kel. Pondok Kacang Timur Kec. Pondok
Aren kota Tangerang Selatan.
B. Latar Penelitian (setting)
Gambaran umum dan sejarah berdirinya SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan ialah Yayasan AL Mubarak didirikan pada tahun 1964 di
Bendungan Hilir Jakarta Pusat dan memulai pengembangan Da’wahnya dalam
bidang Pendidikan pada tahun 1964 dengan salah satu pendirinya yaitu: KH.
Abdullah Bin H. Syarmili dan KH. Abdurrahman Bin H. Muasyim (keduanya
telah Almarhum).
Pembentukan Yayasan Pendidikan Al Mubarak dilatar belakangi oleh keinginan
beliau untuk memajukan masyarakat yang berwawasan Intelektual tanpa
melupakan ajaran dan nilai-nilai Islam di Era Globalisasi dan Modernisasi yang
sebagaimana dalam sabda Rasulullah di sebutkan antara lain : “Education is
36
Investation without end” (pendidikan itu adalah modal yang ditanamkan tanpa
mengenal akhir karena mencakup kehidupan di dunia dan akhirat).
Untuk merealisasikan langkah awal beliau mencita-citanya inilah sebagai
langkah awal beliau mendirikan Pendidikan tingkat TK, SD, SLTP Al Mubarak
yang berdomisili di Jakarta Pusat. Dalam perjalanannya mendapatkan respon
positif dari masyarakat dan mengalami perkembangan, hal mana sebagai salah
satu bukti yang nyata yaitu dengan menyusul didirikannya Pendidikan Madrasah
Tsanawiyah Almubarak dilingkungan Masjid Almubarak.
Yayasan Almubarak dibawah kepengurusan KH. Abdurrahman telah
mengantisipasi sejak dini, bahwa untuk memperluas pengembangan dalam bidang
Pendidikan perlu memiliki lokasi baru dalam wilayah JABOTABEK untuk
mengikuti pengembangan pemukiman, yakni di daerah Pondok Aren Ciledug
Tangerang Selatan dengan pemikiran untuk tetap berpatisipasi dalam
pembangunan di bidang pendidikan, hal ini bersadarkan tas pertimbangan bahwa
pada lokasi tersebut oerlu adanya fasilitas pendidikan yang memadai, maka
didirikan TK, SD, SLTP dan SMU Islam Almubarak beserta rumah Dinas Guru
dan Karyawan dalam satu lokasi, yang luas ± 9350 m2 dan telah diresmikan hari
Ahad tanggal 11 April 1993 dengan pembukaan awal tahun pelajaran 1993/1994.
SMP Al Mubarak lahir dan tumbuh di era globalisasi yang mau tidak mau
dituntut berperan ganda dalam menghadapi dampak modernisasi. Di satu sisi
harus dapat mencetak generasi yang memahami teknologi, namun di sisi lain tetap
menyandang nama SMP Al Mubarak yang tetap dianggap sebagai sekolah umum
yang bermuatan agama.
SMP Al Mubarak berlokasi di pinggir jalan raya Ciledug-Jombang, berdiri di
tengah padatnya penduduk. SMP Al Mubarak berdiri satu local dengan tingakatan
sekolah lainnya baik dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Dan untuk SMP
menempati gedung di lantai 2, Bentuk fisik dan sarana SMP AL Mubarak cukup
memadai, terdiri dari ruangan belajar, ruang serba guna, ruang kepala sekolah,
ruang guru, perpustakaan, WC, gudang, musholah, ruang BK, dan serta lapangan
serba guna yang cukup luas. Dengan sarana yang cukup memadai sebenarnya
sangat kondusif terjadinya proses belajar mengajar.
37
Visi dan Misi SMP Al Mubarak
Visi
Menjadikan siswa sebagai sumberdaya manusia yang cermat dan
berahklak mulia.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah:
1. Berorientasi ke depan dengan memiliki kecerdasan yang mampu bersaing
2. Mencerminkan nilai religious yang selalu ber[edoman ada norma agama
3. Memotivasi semangat siswa untuk berjiwa mandiri
4. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab
Misi
1. Mempersiapkan peserta didik untuk mencapai aspek kecerdasan
2. Membentuk pribadi peserta didik yang religious dan berakhlak mulia
3. Menghasilkan lulusan yang berprestasi dan berjiwa mandiri
4. Membina peserta didik sehat jasmani, rohani dan bertanggung jawab.
Keadaan peserta didik, guru dan karyawan.
Keadaan peserta didik
Pada tahun 2013/2014 SMP Al Mubarak memiliki siswa sebanyak 102
peserta didik, gambaran selanjutnya mengenai jumlah menurut jenis kelamin dan
perbedaan kelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
Keadaan peserta didik SMP Al Mubarak 2013/2014
Menurut pembagian kelas dan jenis kelamin
L P Jumlah
Kelas 7 13 19 32
8 16 16 32
9 15 23 38
Jumlah 42 58 102
38
Keadaan guru dan karyawan
Keberadaan pendidik atau guru dalam suatu lembaga pendidikan
merupakan factor yang sangat penting karena seorang pendidik adalah panutan
bagi siswa-siswinya, untuk mengetahui jumlah dan bidang tugas guru SMP Al
Mubarak tahun pelajaran 2013 / 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Keadaan Pendidik dan Karyawan SP Al Mubarak
Menurut bidang tugas 2013 / 2014
NO Nama Bidang Tugas
1 Dra. Royati IPS
2 Amat Salim, S.Pd Fisika
3 Popon Rupaidah, S.Pd PAI
4 Nur Rahmah, S.Pd Bahasa Indonesia
5 Abdul Aziz, SH Olah Raga
6 M. Rusdin, SE Pembukuan
7 Neneng Supiati, SE Tataboga
8 Reni Septiati, S. Pd Bahasa Inggris
9 Idah, S.Pd IPS
10 A.Yusuf, S. Kom Komputer
11 Amrullah, S.Pd.I Aqidah Akhlak, Qur’an
hadist, SKI.
12 Ichsan Fahmi Guru Piket
13 Prasetyo Arif Fauzi SBK
14 Saiful Akbar Pramuka
15 Wilda Fizriyah Bahasa Inggris
16 Arif Riki Santoso IPA
17 Ichsan Fahmi Matematika
39
Keadaan Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan adalah factor penunjang keberhasilan
proses pendidikan pada suatu lembaga pendidikan formal termasuk media
pendidikan sebagai alat bantu dalam proses dalam proses pembelajaran. Berikut
ini penulis kemukakan hasil penelitian sarana dan prasarana yang tersedia di SMP
Al Mubarak.
Tabel 3
Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al Mubarak
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Gedung Sekolah 2 Lantai
2 Ruang Kelas 2 Lokal
3 Ruang Ibadah 1 Lokal
4 Ruang Kepala Sekolah 1 Lokal
5 Ruang Guru 1 Lokal
6 Ruang Perpustakaan 1 Lokal
7 Kamar mandi siswa 4 Lokal
8 Kamar mandi guru 2 Lokal
9 Aula 1 Lokal
10 Lab. Komputer 1 Lokal
11 Lapangan Olahraga 1 Lokal
12 Kantin 1 Lokal
13 Ruang TU 1 Lokal
14 Pos Satpam 1 Lokal
15 Mading 3 Buah
16 Tiang Bendera 1 Buah
17 Ruang Osis Lokal
Struktur Organisasi Sekolah
40
Dalam melaksanakan tugas agar dapat berjalan lancer, maka harus
dibentuk sebuah struktur organisasi. Melalui struktur organisasi dapat diketahui
masing-masing tugas.
Struktur Organisasi Sekolah
SMP Al Mubarak
C. Metode Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang efektifitas
metode Kisah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al Mubarak Pondok
Kepala Sekolah
H. Nahrawi Mughni, S.Pd.I
Wakil Kepala Bid. Kurikulum
Idah, S.Pd
Wakil Kepala Bid. BK
Abdul Aziz, SH
Wali Kelas Guru-Guru Siswa-Siswi
Wakil Kepala Bid. Kesiswaan
Popon Rupaidah, S.Pd
Wakil Kepala Sekolah
H. Naiddin, S.Pd.I
41
Aren Kota Tangerang Selatan, yang menjadi fokus adalah proses pembelajaran
dan hasilnya baik dari segi nilai maupun sikap. Sesuai dengan hal tersebut, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dan perilaku yang dapat diamati.36
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan
pada latar belakang individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan
peristilahannya.37
Menurut Lexy J. Moleong deskriptif adalah “Data yang dikumpulkan adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti”.38
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan
metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dengan metode
ini, peneliti akan dapat mengetahui secara jelas apa yang dipikirkan dan dilakukan
oleh siswa. Untuk memperoleh data penulis disini melakukan melalui observasi,
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 4 37
Ibid. 38
Ibid, hal. 11
42
peneliti berusaha mengikuti secara intensif proses belajar mengajar mata pelajaran
Aqidah Akhlaq yang dilakukan pendidik dalam menggunakan metode Kisah. Dan
hal-hal yang lebih intens di observasi oleh observer ialah dinyatakan bahwa
observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan
mendokumentasikan setiap indikator baik itu dari keadaan (tempat) kelasnya,
manusianya dan juga proses belajar mengajar Aqidah Akhlak dengan
menggunakan metode kisah yang dicapai baik yang ditumbulkan oleh tindakan
terencana maupun akibat samping lainnya.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada subyek penelitian atau informan. Wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara
sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.39
Sedangkan menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar bahwa “Wawancara
(interview) yaitu suatu proes Tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengarkan dengan telinganya endiri suaranya”.40
Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survai. Tanpa
wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh
dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data semacam itu merupakan
tulang punggung suatu penelitian survai.41
Wawancara ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu:
39
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm.193 40
Tayar Yusuf, Syaiful Anwar,. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 1995), Cet-1, hal. 222
41 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (eds.), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: PT
Pustaka LP3ES Indonesia 1998), Cet-kedua, hal.192
43
1) Wawancara langsung yaitu wawancara yang dilakukan oleh peneliti
secara langsung kepada guru mata pelajaran Aqidah Akhlaq tentang
efektivitas metode Kisah yang diterapkannya.
2) Wawancara tidak langsung yaitu wawancara yang dilakukan peneliti
kepada orang lain yang mengetahui tentang aktivitas pembelajaran
Aqidah Akhlaq di sekolah tersebut. Dalam pelaksanaan interview,
penulis berbincang-bincang dengan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak
bapak Amrullah, S. Pd.I dan juga peserta didiknya antara lain Andhika,
Ratna Sari dan Fardian Arafat.
Adapun bentuk instrument wawancara yang dilakukan saat wawancara
berlangsung ialah sebagai berikut:
NO Obyek
wawancara
Pertanyaan Wawancara Jawaban
1. Guru Sudah berapa tahun anda mengajar
di SMP Al Mubarak?
Seringkah anda menerapkan
Metode Kisah dalam materi aqidah
akhlak?
Adakah repon dari pihak murid
saat pertama kali diterpakannya
Metode Kisah?
Bagaimana proses pembelajaran
ketika menggunakan Metode
Kisah?
Adakah perbedaan antara Metode
Kisah dengan Metode yang lain?
Apakah Metode Kisah
berpengaruh terhadap kemampuan
anak didik dalam
pengaplikasiannya kehidupan
sehari-harinya?
44
Kelemahan dan kelebihan apa saja
yang dihadapi dalam menerapkan
Metode Kisah?
Berapa lama peserta didik
menyelesaikan pembelajaran
Aqidah Akhlak dengan
menggunakan Metode Kisah?
Apakah Metode Kisah
mememudahkan anak dalam
memahami pelajaran yang bapak
disampaikan?
Adakah syarat khusus ketika bapak
menggunakan Metode Kisah pada
pelajaran Aqidah Akhlak?
Kegiatan apa saja yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika
Metode Kisah berlangsung?
2. Peserta
Didik
Bagaimana anggapan dan
komentar kamu mengenai
penerapan metode Kisah dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak?
Apakah materi Aqidah Akhlak
yang disampaikan dengan
menggunakan metode kisah pada
pelajaran mudah untuk dipahami?
Jika ada kesulitan untuk
memahami, dari segi manakah
yang susah untuk dipahami?
45
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan, menurut Bogdan dan Biklen (1982:72), adalah cacatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.42
Peneliti menggunakan abstraksi berupa coretan yang berisi inti dari
pengamatan dan hasil wawancara ketika di lapangan. Penyusunan cacatan
lapangan dilakukan secara langsung setelah peneliti selesai pengamatan atau
wawancara agar tidak lupa dan tercampur dengan Informasi yang lain.
d. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan lain sebagainya.43
Menurut Lexy J. Meleong bahwa “Dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber
data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.44
Pencarian data melalui teknik dokumentasi yang penulis lakukan melalui
beberapa cara, baik berbentuk data yakni antara lain data Administrasi, data
Pendidik, Peserta didik dan data gambar pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode kisah di kelas VIII.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dijadikan penulis untuk mengukur
keberhasilan dari penggunaan metode kisah yang penulis terapkan dalam
pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Untuk mengukur keberhasilan
42
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 209 43
Suharsimi. op.cit., hlm. 202
46
proses penggunaan metode kisah, penulis menggunakan uji tes yang berupa
ulangan harian. Pelaksanaan penelitian pada tanggal 28 Maret 2013 sampai
dengan selesai, yang bertempat di SMP Al Mubarak Pondok Aren, JL. Ciledug
Raya Jombang. Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati penggunaan metode kisah
dalam proses pembelajan Aqidah Akhlak di kelas. Baik itu pendidik atau peserta
didik, karena dalam hal ini aspek pendidik dan peserta didiklah yang harus
diamati dengan teliti. Sesuai dengan tes ulangan harian tersebut, jika hasilnya
terisi maksimal maka metode kisah di kelas telah memberikan efektifitas yang
nyata, namun apabila hanya beberapa ulangan harian yang terisi, maka metode
kisah tidak dapat memperlihatkan keefektifitasannya yang nyata.
Di akhir penelitian, penulis akan mewawancarai pendidik bidang studi Aqidah
Akhlak bapak Amrullah dan beberapa peserta didik (Farhan Nizam Firdaus,
Selvy Dian Lestari dan Achmad Fathoni) mengenai metode kisah ini. Dan setelah
data terkumpul maka penulis akan memberikan interprestasi terhadap data
tersebut.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik, misalnya: ketekunan pengamatan,
perpanjangan keikutsertaan, triangulasi, pengecekan teman sejawat
(Meleong,1994:175). Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data
menggunakan dua teknik yaitu triangulasi dan pembahasan dengan teman sejawat.
Triangulasi yang dilakukan triangulasi metode dan triangulasi peneliti (Talbot,
1994; Meleong, 1994:178).
Triangulasi metode dilakukan konfirmasi data, data hasil yang dijaring lewat
observasi ditriangulasi kepada guru ataupun siswa melalui wawancara. Hal ini
biasanya dilakukan setelah pembelajaran, sedangkan masalah yang dikonfirmasi
ditandai waktu pemantauan berlangsung (dalam catatan lapangan). Triangulasi
44
Lexy. Op.cit., hlm. 217
47
dengan teman sejawat dilakukan setiap selesai pembelajaran, sekaligus sebagai
diskusi refleksi.
F. Analisis Data
Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.45
Analisis data berguna untuk mereduksi kumpulan data menjadi perwujudan
yang dapat dipahami melalui pendeskripsian secara logis dan sistematis sehingga
fokus studi dapat ditelaah, diuji dan dijawab secara cermat dan teliti.
Dalam melakukan analisis data, peneliti melakukan reduksi data, display data,
kesimpulan sementara dan verifikasi. Dalam proses reduksi data bahan-bahan
yang sudah terkumpul dianalisis, disusun secara sistematis dan ditonjolkan pokok-
pokok persoalannya.
Display data dilakukan karena data yang terkumpul cukup banyak. Data yang
cukup banyak akan kesulitan dalam menggambarkan detail secara keseluruhan
dan mengambil kesimpulan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara membuat
model, tipologi, matriks dan tabel sehingga keseluruhan data dan bagian-bagian
detailnya dapat dipetakan dengan jelas.
Analisa data akan dilakukan melalui proses klasifikasi (mengelompokan
jawaban-jawaban dari responden). Proses kategorisasi pengelompokan jawaban
berdasarkan aspek-aspek masalah. Proses interpretasi data dengan cara mencari
persamaan dan perbedaan yang mengacu kepada kerangka berfikir.
Untuk mengolah data, agar dapat hasil yang komparatif, penulis menganalisa
dokumen-dokumen dan melakukan analisa hasil observasi dan hasil wawancara
45
Ibid., hlm. 248
48
yang mengacu kepada indikator-indikator efektivitas pembelajaran aqidah akhlak
dengan menggunakan metode kisah kemudian ditarik kesimpulan. Sebagaimana
bagan dibawah ini:
1. Fokus masalah
2. Indikator
3. Efektivitas
4. Pengamatan
5. Bukti analisa kesimpulan wawancara.
Penganalisaan hasil wawancara, observasi dan catatan lapangan bertujuan
untuk mengungkapkan dua hal:
1. Profil Lembaga
2. Efektivitas penggunaan metode kisah.
49
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Data
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu pendukung keberhasilan guru
adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi, karakteristik dan kondisi siswa. Metode pembelajaran
yang digunakan harus sesuai dengan keterampilan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran, menguasai kelas, dan menarik perhatian siswa. Berikut beberapa
materi yang menggunakan metode kisah:
MA
TER
I Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
Memahami mu’jizat dan kejadian luar biasa lainnya (karomah,
maunah, dan irhash)
Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama.
50
B. Pembahasan
Analisis dan interprestasi data dari hasil penelitian selama lebih dari dua
bulan di SMP Al Mubarak Pondok Aren, dan dari data yang terkumpulkan maka
data-data itu diperiksa, diedit, dan dianalisis yang kemudian hasilnya dapat
dideskripsikan dalam sebuah kesimpulan dan diinterpretasikan sesuai dengan data
yang terkumpul.
1. Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al
Mubarak Pondok Aren
Dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu pendukung keberhasilan guru
adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi, karakteristik dan kondisi siswa.
Metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan keterampilan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, menguasai kelas, dan menarik perhatian
siswa. Semakin terampil guru dalam mengajar maka metode yang diterapkan akan
Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
hasil observasi:
30% peserta didik yang tidak memerhatikan.
hasil wawancara:
banyaknya murid yang tidak memerhatikan dikarenakan adanya renovasi bagian bangunan sekolah, oleh sebab itu murid kurang fokus terhadap kisah yang disampaikan.(Guru)
Memahami mu’jizat dan kejadian luar biasa
lainnya (karomah, maunah, dan irhash).
hasil observasi:
pendidik memberikan variasi mengajar sehingga peserta didik bersemangat untuk mendengarkan kisah yang disampaikan.
hasil wawancara:
setelah saya memberikan variasi berupa audio visual dalam membawakan kisah. agar murid terpaju akan materi ajar yang saya berikan. (Guru)
Menerapkan akhlak terpuji kepada
sesama.
hasil observasi:
seperti sebelumnya guru memberikan ice breaking sebelum memulai kisah, sehingga peserta didik mampu menerima kandungan kisah yang disampaikan.
hasil wawancara:
peserta didik dapat lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan walaupun hanya 99% setidaknya metode ini melebihi dari metode yang saya terapkan seperti yang lainnya .(Guru)
51
tepat sasaran dan menjadi efektif. Penerapan metode Kisah juga membutuhkan
kreativitas guru, hal itu harus didukung oleh beberapa elemen di antaranya adalah
sarana yang tersedia di sekolah, walaupun terkadang tidak selalu menggunakan
media namun media-media yang digunakan serta strategi yang digunakan oleh
pendidik agar penerapan metode tersebut dapat berjalan dengan baik.
Penyampaian materi pelajaran Aqidah Akhlak selama ini kebanyakan masih
menggunakan metode ceramah, yang mana metode tersebut kurang menarik
perhatian dan semangat siswa, bahkan membuat siswa cepat bosan dan tidak bisa
memahami materi yang disampaikan secara maksimal karena yang disampaikan
hanya teoritis saja. Maka perlu ada variasi dalam penggunaan metode dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak, salah satunya adalah dengan penerapan metode
Kisah, hal ini diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa sehingga
akan menghasilkan produk yang berkualitas.
Metode Kisah ini mengkorelasikan antara teori dengan ibrah atau gambaran
kehidupan pada masa lalu untuk dijadikan acuan atau bekal dalam mengarungi
kehidupan yang akan datang, sehingga kualitas hidup manusia akan semakin baik
dari waktu ke waktu.
Metode kisah yang diamati oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian pada
hasil pengamatan pertama, penulis pada pengamatan pertama masih belum
menunjukan hasil karena ada saat itu masih penyampaian materi. Baru kemudian
pada pengamatan kedua dan seterusnya guru menggunakan metode kisah pada
materi-materi khusus yang tepat.
Pada pengamatan III, IV, dan V metode kisah masih dikuasai oleh guru,
artinya murid masih enggan bertanya dan menjawab, ketika beberapa kali guru
berkomunikasi dengan peserta didik. Meskipun ada manum hanya masih beberapa
siswa saja. Hal itu berbeda dengan pengamatan yang dilakukan penulis pada
pengamatan VI, VII dan VIII siswa sudah banyak yang ikut berpartisipasi
mengikuti jalur kisah cerita yang disampaikan oleh pendidik.
Dalam penggunaan metode kisah oleh pendidik tersebut, ada dua aspek yang
penulis anggap penting untuk diangkat dalam penulisan skripsi ini. Kedua aspek
tersebut yaitu aspek pendidik dan aspek peserta didik. Asek-aspek tersebut penulis
52
anggap penting karena dalam melakukan penelitian ini yang penulis temukan
dilapangan adalah kedua aspek tersebut.
a) Aspek Pendidik
Aspek pendidik berarti melihat penggunaan metode kisah dari sisi guru yang
menggunakan metode ini sebagai salah satu metodenya dalam pengajaran.
Ketika metode ini dilihat dari aspek pendidik, terutama metode kisah yang
berlangsung di SMP Al Mubarak Pondok Aren yaitu mata pelajaran Aqidah
Akhlak dalam hal ini Amrullah S.Pd, sebagai pendidik mata pelajarannya. maka
data yang penulis tampilkan sebagaimana berikut:
1. Kemampuan pendidik dalam membawakan sebuah kisah
Kemampuan ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh pendidik dalam
rangka menghidupkan kelas sehingga peserta didik mempunyai semangat
untuk memerhatikan dan juga semangat dalam belajar. Hal ini tersebut dapat
dilihat dari:
Menceritakan kisah-kisah kontekstual
Kemampuan pendidik dalam menceritakan stimulus kisah
kaitannya dengan memberikan kisah-kisah kontekstual ditunjukan
dengan membawakan cerita sesuai tema judul materi ajarnya.
Membangkitkan minat belajar peserta didik
Dalam membangkitkan minat peserta didik untuk mendengarkan
cerita yang dibawakan pendidik biasanya menunjuk salah satu dari
peserta didik untuk menjawab atau mengemukakan dari kisah yang
telah diceritakan oleh pendidik.
Memberikan rangsangan imajinasi
Rangsangan imajinasi peserta didik akan spontan terangsang
ketika mendengarkan sebuah kisah yang disampaikan melalui
pendidik. Dan ketika itu maka terpacu pikiran dan nalar peserta didik
akan hikmah dari materi ajar yang pendidik sampaikan.
53
Kemampuan pendidik dalam mengaktifkan peserta didik dan
mengelola kelas
Kemampuan ini ditunjukan oleh guru dengan banyak cara sesuai
dengan kreatifnya. Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar kelas tidak
monoton dan membosankan. Kemampuan-kemampuan tersebut
diantaranya adalah:
Memberikan sepenggal pertanyaan kepada peserta didik yang tidak
aktif mendengarkan untuk mengemukakan sedikit dari kisah yang
disampaikan walaupun tidak banyak dalam mengemukakannya.
Tidak membiarkan peserta didik yang luput terputus dari
memerhatikan guru yang sedang bercerita. Apabila peserta didik
terputus dari memperhatikan pendidik yang sedang bercerita, maka
peserta didik akan susah memahami apa yang diceritakan pendidik.
Kemampuan pendidik dalam menyimpulkan hasil kisah
Setelah kisah usai, materi yang telah dibahas disimpulkan oleh
pendidik berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan kepada peserta
didik setelah usai bercerita.
b) Aspek Peserta Didik
Aspek peserta didik juga penting diperlukan untuk menemukan apakah
metode kisah berjalan dengan baik sehingga dapat ditentukan bahwa metode
kisah ini dapat diandalkan dan terbilang efektif.
Aspek peserta didik yang diperhatikan oleh penulis dalam penelitian ini
antara lain adalah:
Keinginan peserta didik untuk mendengarkan dan mengamati sebuah
kisah yang disampaikan pendidik. Hal itu ditunjukan banyaknya peserta
didik yang mengamati dan memerhatikan pendidik saat bercerita.
Meskipun di tengah waktu itu berlangsung masih ada yang terlepas dari
cerita yang disampaikan peserta didik.
54
Keberanian untuk bertanya usai cerita ketika ada bahasa atau cerita
yang tidak dipahami. Meskipun demikian ada juga peserta didik yang
kurang paham karena keadaan demikian sering terjadi karena jam
pelajaran yang letaknya di jam terakhir atau jam sebelum istirahat
sehingga peserta didik hanya memikirkan pulang atau istirahat saja.
karena sebagus apapun kisah yang diangkat oleh pendidik tidak akan
menciptakan keefektifan bercerita apabila tidak adanya peran juga
respon yang langsung dari peserta didik.
Adapun keaktifan peserta didik dalam kelas saat metode kisah
berlangsung menurut penulis dapat diketahui melalui beberapa hal berikut
ini, yaitu:
o Mendengarkan
Meskipun terkadang harus diperintah terlebih dahulu oleh pendidik
agar tidak bercanda atau semacamnya, namun menurut penulis hal itu
sudah merupakan salah satu bentuk keikutsertaan peserta didik atau
keaktifan mereka dalam berlangsungnya metode kisah itu.
o Bertanya ketika telah usai bercerita
Ketika cerita berlangsung biasanya ada bahasa atau jalur cerita yang
muncul ketika peserta didik untuk memahami akan isi dari cerita yang
dibawakan peserta didik.
o Meringkas kisah
Peserta didik siap menceritakan secara ringkas ketika pendidik
memerintahkan untuk meringkas cerita yang telah didengarkannya.
Karena pemahaman peserta didik terhadap materi kisah diperlukan
untuk sejauh manakah pemahaman mereka terhadap materi, yang baru
saja disampaikan kepada mereka sesuai dengan yang diharapkan.
Kemudian untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik
terhadap cerita yang disampaikan oleh pendidik melalui metode kisah. Dan hal ini
bertujuan agar dapat diketahui seberapa jauh antusiasme peserta didik dalam
55
merima pelajaran Aqidah Akhlak dan keberhasilan guru dalam menerapkan
metode tersebut. Maka hasil dari penelitian tersebut dapat diketahui berdasarkan
kutipan hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak Amrullah selaku guru
mata pelajaran Aqidah Akhlak:
“Dengan penerapan Metode Kisah dapat menambah antusiasme peserta
didik, mereka menjadi lebih mudah dalam memahami materi pelajaran
Aqidah Akhlak karena dengan metode tersebut mereka dapat mengambil
tauladan dan hikamah dari kisah-kisah yang saya sampaikan dan lebih
mengena di hati mereka sehingga hal itu akan tercermin dari tingkah laku
atau akhlak mereka sehari-hari.”30
Penerapan metode kisah ini diakui oleh guru Aqidah Akhlak bukan
merupakan sebuah pelaksanaan yang hanya memenuhi tuntutan secara normative
belaka, namun penerapan metode ini dilakukan untuk menambah perbendaharaan
metode pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik di jenjang Sekolah
Menengah Pertama, yang mana mereka mulai lebih berfikir logis dan sistematis
sehingga metode yang digunakan juga harus disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan dan karakter peserta didik.
Tujuan dari penerapan metode Kisah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
yaitu agar peserta didik dapat lebih mudah memahami pelajaran tersebut dan
menjadi lebih antusias serta bisa aktif selama proses pembelajaran, sehingga
mereka mampu menguasai materi Aqidah Akhlak sekaligus bisa mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan penerapan metode Kisah di antaranya adalah untuk
meningkatkan pemahaman tentang materi Aqidah Akhlak, baik dari segi teori
maupun dari segi penerapannya. Karena dalam metode tersebut pendidik dapat
mengkorelasikan antara materi yang ada dalam buku ajar dengan kisah-kisah dan
tauladan yang patut dicontoh untuk dijadikan acuan dalam kehidupan mereka.
Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Amrullah, selaku guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak:
"Selama ini para siswa kurang memahami tentang materi Aqidah Akhlak
yang saya sampaikan, karena kurang adanya variasi metode dan masih
30
Amrullah, Wawancara, Tangerang Selatan 20 April 2013
56
cenderung monoton, namun setelah saya coba menerapkan metode Kisah
mereka menjadi lebih antusias, lebih mudah faham, dan terlihat dari
perubahan tingkah laku mereka menjadi lebih baik, di samping itu saya juga
dapat menambah variasi metode yang efektif dan efisien dalam proses
pembelajaran Aqidah Akhlak ini."31
Keefektifan penerapan metode Kisah harus didukung oleh keterampilan guru
dalam pengelolaan kelas, penggunaan sarana dan media pembelajaran, Berikut
kutipan hasil wawancara dengan Bapak Amrullah, selaku guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak:
"Dalam penerapan metode Kisah, selain menggunakan buku panduan dan
mushaf, saya juga menggunakan media lain seperti gambar dan media audio
visual, hal ini diharapkan agar para siswa dapat ikut aktif dalam menganalisis
kisah-kisah yang saya sampaikan dan kemudian diaplikasikan dalam
kehidupannya. Jadi, menurut analisis saya metode Kisah ini sangat efektif
apabila diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, atau bisa juga
diterapkan pada materi pelajaran lain yang memiliki relevansi dengan metode
tersebut."32
Guru sebagai mediator dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peran yang
sangat penting dalam menghadapi permasalahan yang bisa terjadi selama proses
pembelajaran dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk keberhasilan
peserta didik. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Amrullah, selaku guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak:
"Di samping faktor-faktor pendukung seperti yang telah saya sebutkan, dalam
penerapan metode ini juga terdapat beberapa faktor penghambat, di antaranya
adalah waktu yang sangat terbatas, jadi guru harus mengatur strategi agar
dalam waktu yang terbatas tersebut dapat menyampaikan materi secara
maksimal, sehingga metode yang digunakan dapat terlaksana secara efektif
dan efisien."33
Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, guru harus terlebih dahulu
mempersiapkan perencanaan pengajaran agar materi yang akan disampaikan
kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan
terstruktur dengan baik.
31
Amrullah, Wawancara, Tangerang Selatan 20 April 2013 32
Amrullah, Wawancara, Tangerang Selatan 20 April 2013 33
Amrullah, Wawancara, Tangerang Selatan 20 April 2013
57
Berikut sala satu rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) yang digunakan guru
mata pelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al Mubarak Pondok Aren. (Dokumentasi
RPP guru mata pelajaran Aqidah Akhlak).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
SMP : Al Mubarak
Mata Pelajaran : AQIDAH AKHLAK
Kelas/Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : 2x40 Menit (1 Kali Pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama.
B. KOMPETENSI DASAR
• Menjelaskan pengertian dan pentingnya menerapkan akhlak terpuji kepada
sesama.
INDIKATOR
Menjelaskan definisi husnudz dzon
Menjelaskan definisi tawadlu
Menjelaskan definisi tasamuh
Menjelaskan definisi ta’awun
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya husnudz dzon
Dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya tawadlu
Dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya tasamuh
Dapat menjelaskan pengertian dan pentingnya ta’awun
C. MATERI PEMBELAJARAN
58
Akhlak terpuji pada sesama (husnudz dzon, tawadlu’, tasamuh dan
ta’awun).
METODE PEMBELAJARAN
Ceramah
Kisah
Tanya Jawab
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Pendahuluan :
Apersepsi dan Motivasi :
Menanyakan kepada siswa tentang akhlak terpuji
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaatnya dalam
kehidupan
Kegiatan inti
Siswa mendengarkan penjelasan tentang pengertian, dasar,
dan tujuan akhlak terpuji. (eksplorasi)
Siswa menyimak kisah cerita sahabat (umar bin khatab)
sebagai sumber kisah tentang akhlak terpuji. (Eksplorasi)
Siswa bertanya jawab dengan guru tentang hal-hal yang
masih belum jelas pada kisah umar bin khatab (elaborasi)
Guru memberikan penguatan tentang kesimpulan akhlak
terpuji. (Konfirmasi)
Kegiatan penutup.
Guru melaksanakan penilaian lisan
Memberikan tugas pengayaan
E. SUMBER PEMBELAJARAN
Buku paket Aqidah Akhlaq kls VIII, Penerbit Toha Putra, Semarang
Buku lain yang relevan
Al-Qur’an
F. ASSESSMENT/ PENILAIAN
59
Indikator
Pencapaian
Jenis
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh Instrumen
menjelaskan
pengertian dan
pentingnya
husnudz dzon
menjelaskan
pengertian dan
pentingnyataw
adlu
menjelaskan
pengertian dan
pentingnya
tasamuh
menjelaskan
pengertian dan
pentingnya
ta’awun
Tes tulis
Tes tulis
Tes Lisan
Tes Lisan
Penugasan
Penugasan
Penugasan
Penugasan
Jelaskan
pengertian dan
pentingnya
husnudz dzon!
Jelaskan
pengertian dan
pentingnya
tawadlu!
Jelaskan
pengertian dan
pentingnya
tasamuh!
Jelaskan
pengertian dan
pentingnya
ta’awun!
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus selalu merencanakan
pelaksanaan pengajaran meskipun dengan waktu yang sangat minim, karena
dengan perencanaan yang bagus akan tercipta proses pembelajaran yang efektif.
Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari kerjasama yang baik antara guru dan
siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Perencanaan pengajaran dirancang untuk memudahkan dalam proses
pembelajaran. Selain langkah-langkah yang sistematis, sarana dan metode,
keadaan siswa juga menunjang efektifitas pembelajaran.
Keefektifan metode Kisah dapat dilihat dari proses penerapan yang
dilakukan, hasil belajar juga dapat dijadikan tolak ukur efektifitas metode
tersebut. Hal ini dapat diketahui setelah guru mengadakan evaluasi terhadap siswa
baik secara lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran di sekolah.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Amrullah, selaku guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak:
60
"Metode Kisah sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak,
hal ini terlihat dari hasil pembelajarannya, yaitu para siswa dapat lebih aktif
dalam menanggapi materi yang saya sampaikan dan nilai ulangan yang
semakin meningkat dibandingkan sebelum menggunakan metode Kisah, hasil
yang sangat terlihat adalah dari tingkah laku mereka sehari-hari yang semakin
baik, khususnya di sekolah baik terhadap guru, teman sebaya atau adik
kelasnya serta orang-orang yang ada di sekitarnya."34
Perencanaan pengajaran dirancang untuk memudahkan dalam proses
pembelajaran. Selain langkah-langkah yang sistematis, sarana dan metode,
keadaan siswa juga menunjang efektifitas pembelajaran.
“Keefektifan metode Kisah dapat dilihat dari proses penerapan yang
dilakukan, hasil belajar juga dapat dijadikan tolak ukur efektifitas metode
tersebut. Hal ini dapat diketahui setelah pendidik mengadakan evaluasi
terhadap peserta didik baik secara lisan, tulisan maupun tingkah laku yang
dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran di sekolah.”35
"Kemudian penerapan Metode Kisah sangat efektif pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak, hal ini terlihat dari hasil pembelajarannya, yaitu para peserta
didik dapat lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan
walaupun hanya 99% setidaknya metode ini melebihi dari metode yang saya
terapkan seperti yang lainnya, dan nilai ulangan yang semakin meningkat
dibandingkan sebelum menggunakan metode Kisah, hasil yang sangat terlihat
adalah dari tingkah laku mereka sehari-hari yang semakin baik, khususnya di
sekolah baik terhadap guru, teman sebaya atau adik kelasnya serta orang-
orang yang ada di sekitarnya."36
Adapun hasil wawancara pada peserta didik, mereka juga memberikan
beberapa tanggapan dan komentar mengenai penerapan metode Kisah dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak, berikut sebagian kutipan hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa kelas dua, tanggal 16 Mei 2013:
"Menurut saya metode Kisah ini sangat efektif karena kita menjadi lebih
mudah dalam memahami maksud dari pelajaran tersebut, kemudian dengan
kisah-kisah yang disampaikan pak Am dapat kita jadikan sebagai contoh
dalam sehari-hari dan kita juga tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran
Aqidah Akhlak." 37
34
Amrullah, Wawancara, Tangerang Selatan 20 April 2013 35
Amrullah, Wawancara, 11 Mei 2013 36
Amrullah, Wawancara, 11 Mei 2013 37
Dian Lestari, Wawancara, 16 Mei 2013
61
"Menurut saya metode Kisah ini lebih bisa membuat para siswa mengerti
tentang materi yang disampaikan karena disertai dengan contoh kisah-kisah,
sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, dan proses
pembelajaran menjadi lebih enak, dan itu kita juga bisa mengamalkan isi dari
materi tersebut dalam kehidupan bermasyarakat"38
"Saya merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak,
karena sebelum metode ini diterapkan saya merasa cepat bosan karena
kebanyakan materinya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah.
Tapi setelah diterapkan metode Kisah saya tidak merasa bosan lagi dengan
pelajaran ini, karena saya bisa lebih memahami dan mendalami materi yang
disampaikan dan hasil ujian saya juga lebih bagus.”39
Dari beberapa hasil wawancara yang kami kutip dengan beberapa peserta
didik tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Kisah dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak cukup efektif, karena mereka menjadi lebih mudah
memahami dan tidak mudah merasa bosan selama mengikuti pelajaran tersebut.
Jadi ada relevansi antara teori dengan kehidupan nyata melalui penerapan metode
Kisah ini, sehingga lebih mudah mengena dalam hati para peserta didik.
Karena efektifitas merupakan suatu pelaksanaan yang merupakan tahap untuk
mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Jadi, dalam penerapan metode
Kisah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak diharapkan dapat membantu pendidik
dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
Adapun tujuan dari pembelajaran Aqidah Akhlak adalah Memberikan
pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada peserta didik akan hal-hal yang
harus diaqidahkan, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-
hari. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam
hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia maupun dengan alam
sekitarnya. Memberikan bekal kepada peserta didik tentang aqidah dan akhlak
untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam penerapan metode Kisah, pendidik mempunyai peran yang sangat
penting dalam kelas dan juga tanggung jawab untuk keberhasilan siswa. Maka
38
Achmad Fathoni, Wawancara, 16 Mei 2013 39
Farhan Nizam Firdaus, Wawancara, 16 Mei 2013
62
pendidik sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan seharusnya terlebih
dahulu membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan disampaikan
sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Setelah dilakukan evaluasi
terhadap para siswa yang menjadi responden peneliti baik secara tertulis, lisan
maupun sikap mereka selama proses pembelajaran atau setelahnya, maka dapat
disimpulkan bahwa metode Kisah merupakan metode yang cukup efektif apabila
diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak .
Efektifitas juga dapat diketahui dengan kesesuaian prosedur penerapan yang
dilakukan oleh pendidik dan hasil belajar peserta didik, baik dalam segi penilaian
secara tertulis, lisan, unjuk kerja dan perubahan sikap mereka.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa penerapan
metode Kisah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al Mubarak “cukup”
efektif, indikatornya adalah :
1. Menambah antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
Aqidah Akhlak.
2. Membuat peserta didik menjadi lebih senang dan mudah memahami
materi yang disampaikan.
3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik baik secara tertulis, lisan
maupun perbuatan.
4. Peserta didik mampu mengamalkan materi yang di dapatkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Beberapa indikator di atas bisa dijadikan sebagai tolak ukur dari efektifitas
pembelajaran Aqidah Akhlak di SMP Al Mubarak Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan, karena penggunaan metode pembelajaran yang efektif sangat membantu
pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran dan dapat mewujudkan peserta
didik sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
63
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan penelitian dan melakukan pengolahan terhadap data yang
penulis peroleh, selanjutnya penulis akan memberikan kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
berdasarkan uraian keseluruhan dari hasil penelitian dilapangan dan
pembahasan yang disajikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan temuan-
temuan dan penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat hasil yang cukup efektifitas, karena penerapan metode kisah pada
pembelajaran Aqidah Akhlak dapat membantu dan juga motivasi belajar
peserta didik di SMP Al Mubarak Pondok Aren.
2. Metode kisah diterapkan daam pembelajaran Aqidah Akhlak sebagai salah
satu bentuk variasi metode dan diharapkan dapat membantu pendidik dalam
64
3. proses belajar mengajar agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran
dan memberikan hasil yang maksimal.
4. Penerapan metode kisah dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dinilai efektif
karena dapat membuat siswa lebih antusias selama proses pembelajaran
berlangsung dan membuat para siswa lebih mudah memahami materi pelajaran
serta dapat memberikan tauladan dalam bersikap dan bertingkah laku.
B. Implikasi
Berhubungan dengan kesimpulan di atas, bahwa metode kisah pada pembelajaran
Aqidah Akhlak dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran. Karena hal
ini telah di terapkan di sekolah SMP Al Mubarak Kelas VIII dan hasilnya cukup
efektif. Akan tetapi dengan banyak metode dan materi ajar. Pendidik harus dapat
memilih dan menepati materi apa yang cocok dengan metode kisah. Dan juga oleh
sebab itu pendidik perlu adanya persiapan kisah agar metode kisah dapat berjalan
dengan baik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, selanjutnya penulis akan
memberikan saran-saran antara lain sebagai berikut:
1. Bagi lembaga pendidikan hendaknya memerhatikan sarana dan prasarana
pendidikan khususnya berkaitan dengan media pengajaran yang dibutuhkan oleh
pendidik maupun siswa. Ketika metode pengajaran ditetapkan haruslah ada
faktor penunjang sebagai upaya pencapaian keefektifan dalam pengajaran
sehingga anak-anak dapat mudah mencerna suatu pelajaran.
2. Khususnya kepada pendidik, penulis menyarankan agar ketika mengajar perlu
diperhatikan metode yang tepat digunakan sesuai dengan materi pelajaran,
65
ketepatan waktu, dan kondisi siswa baik minat maupun bakat yang dimilikinya
dan lingkungan yang menunjang.
3. Kepada para peserta didik, diharapkan dapat mengikuti setiap proses
pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan metode kisah ini dengan
lebih baik lagi sehingga apa yang telah kisah disampaikan oleh pendidik dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Suralaga, Fadhilah, dkk., PsikologiPendidikanDalamPerspektif Islam, (Jakarta: UIN
Jakarta press, Cet- ke 1, 2005)
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja rosda karya, Cet-ketujuh, 2008)
Djamal, Murni dkk., MetodologiPengajaran Agama Islam, (Jakarta:
ProyekPembinaanPerguruanTinggi Agama/IAIN , 1983)
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: DirekturPembinaanPerguruanTinggi Agama Islam, 1985)
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) , Cet-1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media Kencana
2009), cet I,
Team Pembina Mata Kuliah Disaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar
Didaktik Metodik Kurikulum PBM, cet.5 (Jakarta: PT. Grafindo Persada)
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media kencana,
2009) Cet I
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)
Yunus, Mahmud Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (JAKARTA: PT. Hidakarya
Agung)
Uhbiyati, Nur Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV PustakaSetia, 2005) , cet III
Arief, Armai Pengantar Ilmudan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat pers,
2002) cet. 1
Nanggulung, Hasan Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1983)
H.B.Hamdani, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota kembang, 1987)
Fathurahaman, Pupuh, dan Sutikno Sobry, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT
RefikaAditama, 2007)
Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits fi ‘ulumil Qur’an, Cet.III
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994)
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: PT HidakaryaAgung)
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputatpers,
2002), cet. 1
Quthb Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, terj., Salman Harun, (Bandung: PT
AlMa’arif, Cet-3, 1993)
Shihab Quraisy, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 3, 2002)
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasandan Wawasan Studi
Islam,(Jakarta: prenada media 2005)
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidahislam, (Jakarta:
Robbani press, 2000), Cetke II
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002)
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989)
Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 1995), Cet-1
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (eds.), Metode Penelitian Survai, (Jakarta: PT
Pustaka LP3ES Indonesia 1998), Cet-kedua
Shihab M. Quraisy, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, Vol. 8, 2002)
Shihab M. Quraisy, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, Vol. 4, 2002)
Lampiran
Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Metode kisah
Lampiran
Wawancara dengan Guru Aqidah Akhlak kelas VIII di SMP Al Mubarak
Berita wawancara dengan guru bidang studi fiqih kelas VIII SMP Al Mubarak
Nama responden : Amrullah
Latar belakang pendidikan : S. Pd
Jabatan : Guru Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist, dan Fiqih
Masalah : Seputar Efektivitas metode kisah terhadap
pembeljaran bidang studi aqidah akhlak di SMP Al
Mubarak.
1. Sudah berapa tahun bapak mengajar di SMP Al Mubarak?
Jawaban : saya mengajar di SMP Almubarak sejak tahun 2010
2. Kapan pertama kali SMP Al Mubarak menerapkan Metode Kisah?
Jawaban : pertama kali metode kisah ini saya terapkan sudah lama, tetapi
tidak murni metode, karena saya iringi dengan metode lainnya.
3. Adakah repon dari pihak murid saat pertama kali diterapkannya Metode
Kisah?
Jawaban : Dengan penerapan Metode Kisah dapat menambah antusiasme
peserta didik, mereka menjadi lebih mudah dalam memahami materi
pelajaran Aqidah Akhlak karena dengan metode tersebut mereka dapat
mengambil tauladan dan hikamah dari kisah-kisah yang saya sampaikan
dan lebih mengena di hati mereka sehingga hal itu akan tercermin dari
tingkah laku atau akhlak mereka sehari-hari.
4. Lalu bagaimana proses pembelajaran ketika menggunakan Metode Kisah?
• Jawaban : Selama ini para siswa kurang memahami tentang materi Aqidah
Akhlak yang saya sampaikan, karena kurang adanya variasi metode dan masih
cenderung monoton, namun setelah saya coba menerapkan metode Kisah setelah
saya memberikan variasi berupa audio visual dalam membawakan kisah. agar
murid terpaju akan materi ajar yang saya berikan mereka menjadi lebih antusias,
lebih mudah faham, dan terlihat dari perubahan positif mereka menjadi lebih
baik, di samping itu saya juga dapat menambah variasi metode yang efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak ini.
5. Adakah perbedaan antara Metode Kisah dengan Metode yang lain?
Jawaban : perbedaan metode kisah dengan metode yang lain sudah tentu
ada. Namun di antara metode-metode pembelajaran memiliki kekurangan
dan kelebihan, bagaimana seorang guru memilih dan menerapkannya.
6. Apakah Metode Kisah berpengaruh terhadap kemampuan anak didik
dalam pengaplikasiannya kehidupan sehari-harinya?
Jawaban : sudah tentu berpengaruh, seperti yang jawab tadi. Jika metode
kisah yang di terapkan berhasil efektif maka hasilnya juga berpengaruh
terhadap kemampuan anak didik dalam pengaplikasiannya dalam
kehidupan sehari-harinya. karena penggunaan metode kisah ini hakikatnya
adalah agar dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga
melihat bahkan mengaplikasikannya secara langsung. Dan dapat menambah
pengalaman bagi siswa.
7. Berapa lama peserta didik menyelesaikan pembelajaran Aqidah Akhlak
dengan menggukan Metode Kisah?
Jawaban : dalam pembelajaran saya menggunakan metode kisah dalam
waktu 20 menit. Dan itu disertai dengan saya bercerita.
8. Apakah Metode Kisah mememudahkan anak dalam memahami pelajaran
yang disampaikan?
Jawaban : menurut saya, metode kisah cukup memudahkan murid untuk
memahami pelajaran yang disampaikan. Apalagi di terapkan ke pelajaran
Aqidah akhlak, saya rasa itu cukup tepat.
9. Kemudian adakah syarat khusus ketika guru menggunakan Metode Kisah
pada pelajaran Aqidah Akhlak?
Jawaban : tentu ada, dimana seorang guru yang ingin menggunakan
metode kisah harus memiliki bahan cerita yang jelas. Dan juga guru harus
memiliki intonasi suara agar kisah dapat terlakasana dengan baik.
10. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan di dalam kelas ketika Metode Kisah
berlangsung?
Jawaban : kegiatannya, ketika dan setelah saya bercerita seiring waktu
saya bertanya dan berkomunikasi dengan murid. Agar murid dapat
mengembalikan fokusnya terhadap cerita.
11. Apakah ketika membawakan metode kisah, suara bapak keras dan yakin
terdengar selalu hingga bagian belakang kelas?
Jawaban : Ya, bagi seorang guru menyampaikan pelajaran dengan suara yang
keras dan jelas akan dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang
disampaikan.
12. Apakah bapak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesudah
atau selama metode kisah berlangsung?
Jawaban : ya, bahwa guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi kisah yang telah disampaikan di depan kelas. Agar
siswa tidak salah paham mengenai kisah yang disampaikan.
13. Bagaimana cara yang bapak lakukan agar suasana kelas terasa nyaman pada saat
pelajaran aqidah akhlak berlangsung?
Jawaban : pandai berkomunikasi dengan siswa sehingga suasana kelas terasa
hidup dan dengan menciptakan dan mengembangkan suasana kelas yang akrab
dan positif merupakan salah satu persyaratan utama keefektifan pengajaran.
14. Menurut bapak apakah sarana prasaran di sekolah memadai untuk diadakannya
metode kisah?
Jawaban : di sekolah ini memang sarana prasarana untuk melaksanakan metode
kisah sudah memadai karena ada media yang di persiapkan oleh sekolah berupa
alat bantu visual ataupun audio. Dalam penerapan metode Kisah, selain
menggunakan buku panduan dan mushaf, saya juga terkadang menggunakan
media lain seperti gambar dan media audio visual, hal ini diharapkan agar para
siswa dapat ikut aktif dalam menganalisis kisah-kisah yang saya sampaikan dan
kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya. Jadi, menurut analisis saya metode
Kisah ini sangat efektif apabila diterapkan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak,
atau bisa juga diterapkan pada materi pelajaran lain yang memiliki relevansi
dengan metode tersebut.
15. Apakah ada hambatan ketika metode kisah berlangsung?
Jawaban : Iya, di samping faktor-faktor pendukung seperti yang telah saya
sebutkan, dalam penerapan metode ini juga terdapat beberapa faktor penghambat,
di antaranya adalah waktu yang sangat terbatas, jadi guru harus mengatur strategi
agar dalam waktu yang terbatas tersebut dapat menyampaikan materi secara
maksimal, sehingga metode yang digunakan dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Dan juga pada saat itu banyaknya murid yang tidak memerhatikan
dikarenakan adanya renovasi bagian bangunan sekolah, oleh sebab itu murid
kurang fokus terhadap kisah yang disampaikan.
16. Menurut bapak apakah suasana di dalam kelas tidak kondusif saat metode kisah
berlangsung?
Jawaban : ya, memang terkadang suasana kelas tidak kondusif dikarenakan
adanya renovasi bangunan sekolah., itupun jika sedang bekerja. Namun jika
tidak, Alhamdulillah kelas selalu kondusif dan tertib.
17. Apakah menurut bapak, setelah melakukan metode kisah ini efektif di terapkan
dalam pelajaran Aqidah Akhlak?
Jawaban : Iya, saya rasa Metode Kisah cukup efektif diterapkan pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak, hal ini terlihat dari hasil pembelajarannya, yaitu para
siswa dapat lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan dan nilai
ulangan yang semakin meningkat dibandingkan sebelum menggunakan metode
Kisah, hasil yang sangat terlihat adalah dari tingkah laku mereka sehari-hari yang
semakin baik, khususnya di sekolah baik terhadap guru, teman sebaya atau adik
kelasnya serta orang-orang yang ada di sekitarnya.
18. Dari segi apa bapak biasa mengetahui bahwa metode kisah ini efektif atau tidak?
Jawaban : Penerapan Metode Kisah cukup efektif pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak, hal ini terlihat dari hasil pembelajarannya, yaitu para peserta didik dapat
lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan walaupun hanya 99%
setidaknya metode ini melebihi dari metode yang saya terapkan seperti yang
lainnya, dan nilai ulangan yang semakin meningkat dibandingkan sebelum
menggunakan metode Kisah, hasil yang sangat terlihat adalah dari tingkah laku
mereka sehari-hari yang semakin baik, khususnya di sekolah baik terhadap guru,
teman sebaya atau adik kelasnya serta orang-orang yang ada di sekitarnya.
Lampiran
Wawancara dengan peserta didik kelas VIII di SMP Al Mubarak
Dengan Ahmad Fathoni
1. Bagaimana anggapan dan komentar kamu mengenai penerapan metode Kisah
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak?
Jawaban: Menurut saya metode Kisah ini lebih bisa membuat para siswa
mengerti tentang materi yang disampaikan karena disertai dengan contoh kisah-
kisah, sehingga saya bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, dan proses
pembelajaran menjadi lebih enak, dan itu kita juga bisa mengamalkan isi dari
materi tersebut dalam kehidupan sehar-hari.
2. Apakah materi Aqidah Akhlak yang disampaikan dengan menggunakan metode
kisah pada pelajaran mudah untuk dipahami?
Jawaban: Mudah di pahami, karena saya suka dengan cerita.
3. Jika ada kesulitan untuk memahami, dari segi manakah yang susah untuk
dipahami?
Jawaban: Terkadang pak Am menceritakan kisah-kisah sahabat nabi, ada kata-
kata yang jarang saya dengar dan pahami.
Wawancara dengan Dian Lestari
1. Apakah materi Aqidah Akhlak yang disampaikan dengan menggunakan metode
kisah pada pelajaran mudah untuk dipahami?
Jawaban: Menurut saya metode Kisah ini lebih mudah dan membuat para siswa
mengerti tentang materi yang disampaikan karena disertai dengan contoh kisah-
kisah, sehingga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, dan proses
pembelajaran menjadi lebih enak, dan itu kita juga bisa mengamalkan isi dari
materi tersebut.
2. Jika ada kesulitan untuk memahami, dari segi manakah yang susah untuk
dipahami?
Jawaban: Kesulitannya mungkin hanya di kata-kata. Itu juga kemudian
dijelaskan saat ada yang bertanya. Menurut saya tidak ada kesulitan.
3. Bagaimana anggapan dan komentar kamu mengenai penerapan metode Kisah
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak?
Jawaban: Anggapan saya sangat baik, jika pak am selalu bercerita dengan kisah-
kisah yang sama dengan pelajaran.
Wawancara dengan Farhat Nizam Firdaus
1. Apakah materi Aqidah Akhlak yang disampaikan dengan menggunakan metode
kisah pada pelajaran mudah untuk dipahami?
Jawaban: Saya merasa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Aqidah
Akhlak, karena sebelum metode ini diterapkan saya merasa cepat bosan karena
kebanyakan materinya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Tapi
setelah diterapkan metode Kisah saya tidak merasa bosan lagi dengan pelajaran
ini, karena saya bisa lebih memahami dan mendalami materi yang disampaikan
dan hasil ujian saya juga lebih bagus.
2. Jika ada kesulitan untuk memahami, dari segi manakah yang susah untuk
dipahami?
Jawaban: Alhamdulillah tidak ada yang tidak dipahami.
3. Bagaimana anggapan dan komentar kamu mengenai penerapan metode Kisah
dalam pembelajaran Aqidah Akhlak?
Jawaban: Anggapan saya mengenai penerapan metode kisah ini agar dapat
semakin di teruskan.
UJI REFERENSI
Nama : Tomi Purwadi
NIM : 208011000072
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Efektifitas Metode Kisah Pada Pembelajaran Aqidah
Akhlak Kelas VIII di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Dosen Pembimbing : Drs. Masan AF., M.Pd.
No Nama Buku Halaman Paraf
Pembimbing
1. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, (Jakarta: ciputat pers, 2002), Cet. 1
31
2. Fadhilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan
Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
press, Cet- ke 1, 2005)
87
3. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja rosda
karya, Cet-ketujuh, 2008)
107
4. Murni Djamal, dkk., Metodologi Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama/IAIN , 1983)
49
5. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi
Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama
Islam, 1985)
197
6. E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, 82
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) , Cet-1
7. Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif, (Jakarta: Media Kencana
2009), cet I,
20
8. Team Pembina Mata Kuliah Disaktik Metodik
Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, cet.5 (Jakarta: PT.
Grafindo Persada)
155-167
9. Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif, (Jakarta: Media kencana,
2009) Cet I
21
10
.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya
mengefektifkan Pendidikan agama Islam di
Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004)
156
11
.
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran, (JAKARTA: PT. Hidakarya Agung)
85
12
.
Dra.Hj.Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan islam,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2005) , cet III
123
13
.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat pers, 2002)
cet. 1
40 - 109
14
.
Hasan Nanggulung, Pendidikan dan Peradaban
Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983)
3
15
.
H.B.Hamdani, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta:
Kota kembang, 1987)
8
16
.
Pupuh Fathurahaman, M. Sobry Sutikno.,
Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007)
15
17
.
Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits fi ‘ulumil
Qur’an, Cet.III
305-310.
431-441.
18 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori 209
. Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1994)
19
.
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan
Agama (Jakarta: PT Hidakarya Agung)
28
20 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat pers, 2002),
cet. 1
162-163
21
.
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam,
terj., Salman Harun, (Bandung: PT AlMa’arif,
Cet-3, 1993)
354-355
22
.
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 3, 2002)
72
23
.
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir,
Kawasan dan Wawasan Studi Islam,(Jakarta:
prenada media 2005)
259 - 262
24 Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan,
Pengantar Study Aqidah islam, (Jakarta: Robbani
press, 2000), Cet ke II
4-5
25
.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002)
4
26
.
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta:
Andi Offset, 1989)
193
27
.
Tayar Yusuf, Syaiful Anwar,. Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada 1995), Cet-1
222
28 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (eds.),
Metode Penelitian Survai, (Jakarta: PT Pustaka
LP3ES Indonesia 1998), Cet-kedua
192
29
.
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 8, 2002)
88-89
30
.
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 4, 2002)
158