163
SKRIPSI METODE DAKWAH MAJELIS TA’LIM AL-HIDAYAH DALAM MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA DESA LABUHAN RATU VI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2018/2019 Oleh : ESI ELFIKA SARI NPM.14125396 Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Ushuludin, Adab, dan Dakwah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO TAHUN 1440 H/ 2018 M

SKRIPSI...Surat Tugas Dari IAIN Metro 7. Surat Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur 8. Surat Balasan Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur 9. Foto-Foto Dokumentasi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • SKRIPSI

    METODE DAKWAH MAJELIS TA’LIM AL-HIDAYAH DALAM

    MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA

    DESA LABUHAN RATU VI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

    TAHUN 2018/2019

    Oleh :

    ESI ELFIKA SARI

    NPM.14125396

    Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

    Fakultas : Ushuludin, Adab, dan Dakwah

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

    TAHUN 1440 H/ 2018 M

  • METODE DAKWAH MAJELIS TA’LIM AL-HIDAYAH DALAM

    MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA

    DESA LABUHAN RATU VI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

    TAHUN 2018/2019

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh :

    ESI ELFIKA SARI

    NPM.14125396

    Pembimbing I : Hemlan Elhany, S. Ag, M. Ag

    Pembimbing II : Ika Selviana, MA., Hum

    Jurusan: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

    Fakultas: Ushuluddin, Adab, dan Dakwah

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

    TAHUN 1439 H/ 2018 M

  • ABSTRAK

    METODE DAKWAH MAJELIS TAKLIM AL- HIDAYAH DALAM

    MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA

    DI DESA LABUHAN RATU VI LAMPUNG TIMUR TAHUN 2018/2019.

    Oleh:

    Esi Elfika Sari

    Penelitiaan ini berjudul “ Metode Dawah Majelis Taklim Al-Hidayah

    Dalam Mennamakan Ahklakul Karimah Pada Kalangan Remaja Di Desa Labuahn

    Ratu 6”. Majelis taklim sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam yang bersifat

    nonformal nampak sangat dibutuhkan di kalangan masyarakat Islam, sebagai

    pengamalan agama dan sarana untuk meningkatkan akhlakul karimah remaja.

    Berdasarkan hal tersebut yang menjadi bahan rumusan masalah dalam skripsi

    penulis yaitu bagaimana metode dakwah majelis taklim al-hidayah dalam

    menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di desa labuahan ratu 6.

    Tujuan penelitian ialah mengetahui metode dakwah majelis taklim al-

    hidayah dalam menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di Desa

    labuahan Ratu 6. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif . sumber

    data dalam penelitian ini ketua majelis taklim, pembina, dan remaja selaku

    sebagai jamaah dalam majelis taklim al-hidayah.

    Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,

    dokumetasi. Pada prosesnya majelis taklim al-hidayah berfungsi antara lain

    sebagai tempat kajian Islam di masyarakat dan pusat pengembangan dakwah.

    adapun metode dakwah yang diberdayakan tersebut dapat meningkatkan akhlakul

    karimah pada remaja di labuahan ratu 6, seperti metode mutaba’ah yaumiyah

    (buku amalan sehari-hari), bil-lisan (kajian ilmu fiqih), metode dakwah dengan

    rihlah (hiburan).

    Namun berangsurnya waktu keberadaan majelis taklim al-hidayah sangat

    penting, karena banyak hal-hal positif yang diperoleh oleh remaja di Desa labuahn

    Ratu 6, terlebih dalam hal ahklakul karimah yang semakin membaik serta ilmu

    keagmaan yang mendalam. Berikut beberapa faktor pendukung untuk

    memperbaiki akhlakul karimah yaitu faktor internal ( faktor ideologi, remaja

    menyadari bahwa mereka minim akan pengetahuan syariat dan ajaran agama

    Islam) dan faktor eksternal diantaranya faktor keluarga dan faktor lingkungan.

    Faktor penghambat masa remaja bisa dibilang adalah masa pencarian jati diri, hal

    ini terlihat masih ada beberapa remaja laki-laki maupun perempuan yang ada di

    majelis taklim al-hidayah yang imannya kadang naik dan juga turun, sehingga hal

    ini berpengaruh pada jumlah anggota majelis taklim.

  • MOTTO

    Artinya : dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

    takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

    bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

    (Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 2)

  • PERSEMBAHAN

    Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

    karunia dan hidayah-Nya, maka akan penlis persembahkan karya ini kepada:

    1. Kedua Orang Tua tercinta Bapak Sarwono dan Ibu Siti Improhatin yang

    terbaik, penuh kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengorbananyang

    tak pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan anak-anaknya.

    2. Adik tersayang, Khoirul Irvan Syah yang membantu memberikan

    semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    3. Sahabat-sahabatku terimakasih atas motivasi dan semangat kerja keras

    yang selalu diberikan kepada penulis.

    4. Dosen-dosen yang telah membagi ilmu pengetahuan kepada penulis.

    5. Almamater tercinta IAIN Metro.

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

    NOTA DINAS ................................................................................................. iv

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vi

    ORISINILITAS PENELITIAN .................................................................... vii

    MOTTO .......................................................................................................... viii

    PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5 D. Penelitian Relevan .......................................................................... 7

    BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 11

    A. Dakwah .......................................................................................... 11 1. Pengertian Dakwah .................................................................. 11 2. Pengertian Metode Dakwah ..................................................... 17 3. Macam-Macam Metode Dakwah. ............................................ 23

    B. Majelis Ta’lim ................................................................................ 26 1. Pengertian Majelis Ta’lim ........................................................ 26 2. Tujuan Majelis Ta’lim.............................................................. 28 3. Pengertian Akhlakul Karimah .................................................. 29 4. Pengertian Remaja. .................................................................. 38 5. Batasan Usia Remaja................................................................ 39

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 43

    A. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................ 43 B. Sumber Data ................................................................................ 44 C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 45 D. Teknik Penjamin Keabsahan Data .............................................. 48 E. Teknik Analisis Data .................................................................. 48

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50

    A. Gambaran Umum Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur. ........ 50 1. Sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu VI............................... 50 2. Sejarah Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI. ........................ 52

    3. Visi Dan Misi Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur. ...... 56

  • B. Gambaran Umum Penelitian Di Majelis Taklim Al-Hidayah........ 57 1. Sejarah Terbentuknya Majelis Taklim Al-Hidayah ................. 58 2. Visi Majelis Taklim Al-Hidayah. ............................................. 61 3. Misi Majelis Taklim Al-Hidayah. ............................................ 61 4. Struktur Organisasi Majelis Taklim. ........................................ 62

    C. Analisis Metode Dakwah Majelis Taklim Al-Hidayah Dalam Menanamkan Ahklakul Karimah Pada Kalangan Remaja Di

    Desa Labuhan Ratu VI. .................................................................. 62

    1. Metode Dakwah yang di gunakan Majelis Taklim Al-Hidayah Di Desa Labuhan Ratu VI. ........................................ 67

    2. Bagaimana Dampak Dari Metode Yang Di Gunakan Di Majelis Taklim Al-Hidayah Untuk Menanamkan Akhlakul

    Karimah Pada Remaja Di Desa Labuhan Ratu VI. .................. 74

    3. Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Majelis Taklim Al- Hidayah Di Desa Labuahan Ratu VI. ................................ 76

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79 A. Simpulan ........................................................................................ 79 B. Saran ............................................................................................... 81

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN –LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kartu Bimbingan Skripsi

    2. Alat Pengumpul Data (APD)

    3. Outline

    4. Nota Dinas

    5. SK bimbingan

    6. Surat Tugas Dari IAIN Metro

    7. Surat Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur

    8. Surat Balasan Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur

    9. Foto-Foto Dokumentasi Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama

    rahmatan lil alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk

    hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara dakwah

    Islam juga suatu cara bagaimana seseorang menyampaikan ajaran-ajaran

    Islam kepada umat manusia dan mengajak atau menyeru mereka untuk terus

    beriman kepada Allah SWT dan mencintai Rasullulah SAW serta

    mengajarkan apa-apa diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi larangan-

    larangannya dengan penuh keikhlasan juga menjalankan sunnah Rasulullah

    SAW dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman dalam Al-Quran Surah

    Al-Imran Ayat 104

    لُْمنَكرِّ َوأُو لَْمْعُروفِّ َويَْْنَْوَن َعنِّ أ

    أ لَْخْْيِّ َويَأُْمُروَن بِّ

    ََل أٌِة يَْدُعوَن إ نُُكْ ُأمَّ ُ َولَْتُكن م ِّ ُُ ََ ِّ ِئ ٰٓ َ ل

    لُْمْفلُِّحونَ أ

    Artinya : (dan hendaklah ada di antara kamu, satu golongan yang

    mengajak (manusia) kepada kebaikan, dan menyuruh mereka melakukan

    yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar dan mereka itulah

    orang–orang yang berhasil).1

    Ayat ini menegaskan bahwa hasil dari mengajak dalam kebaikan dan

    mencegah yang munkar itu adalah nyata. Dan hendaklah ada dari kalian

    sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah. Di sini

    1 QS. Ali- Imron (3) : 104.

  • dijelasakan bahwa Allah SWT, memperintahkan agar supaya di antara umat

    Islam, ada golongan umat yang dengan tegas menyerukan kepada kabaikan,

    menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar

    (keji). dan mengajak dengan cara yang baik. Perintah ini yang perlu untuk

    kita laksanakan, sebagaimana telah menjadi kewajiban setiap muslim dalam

    menjalankan aktifitas dakwah.

    Dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah suatu

    kaum kepada yang lebih baik dan sempurna, baik kepada individu maupun

    masyarakat. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai kegiatan mengajak,

    mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah (pengetahuan)

    untuk meniti di jalan Allah dan istiqomah di jalan-Nya, serta berjuang

    bersama meninggikan agama Allah.2

    Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan

    muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai agama Islam. Keberadaanya

    menjadikan Islam tegak dan kokoh di atas muka bumi ini. Aktifitas dakwah

    yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya

    aktifitas dakwah yang lesu berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena

    itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakan kewajiban berdakwah di

    pundak setiap pemeluknya.

    Metode dakwah penting digunakan saat proses dakwah berlangsung

    karena metode dakwah merupakan strategi yang menentukan keberhasilan

    dakwah seorang da’i di masyarakat. Ada ungkapan yang berkata bahwa tata

    2 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003) h. 1.

  • cara atau metode dakwah lebih penting dari materi yang dalam bahasa Arab

    dikenal dengan Al-Thariqah ahammu min Al-maddah.3

    Dengan demikian sangatlah dibutuhkan segolongan umat yang

    mampu mengingatkan dan mengajak kembali kepada jalan yang lebih baik.

    Upaya yang dilakukan dalam memperbaiki karakter jiwa manusia yang lebih

    baik tentu tidak terlepas dari kegiatan dakwah.

    Dimana dakwah adalah upaya yang dilakukan oleh seorang da’i atau

    dai’ah menyampaikan nilai-nilai ke Islaman kepada mad’u atau masyarakat

    tanpa memandang siapa mereka, dari suku mana, ataupun lain sebagainya.

    Setiap individu mempunyai kewajiban untuk berdakwah baik dengan Bil

    Lisan, Bil Hal, maupun Bil Qolam, metode mana yang akan diterapkan oleh

    seorang dai’i, itu tergantung pada kondisi apa dan siapa mad’u yang menjadi

    sasaran dakwahnya. Dan dengan kapasitas ilmu yang dimiliki serta sesuai

    dengan Al-Quran dan hadits.

    Oleh sebab itu perlu adanya sistem pembinaan, seperti majlis taklim,

    atau sering dikenal dengan sebutan halaqoh, guna agar lebih efektif dalam

    memberikan pemahaman tentang Islam, terutama dalam pembinaan ahklak.

    Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan

    pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. aktual dalam

    arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat.

    Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan

    menyangkut problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Para juru

    3 Habibi Abdullah, Kelengkapan Dakwah, (Semarang: Kalam Mulia, 2005) h. 3.

  • dakwah, hendaknya memiliki ilmu dari segala bidang ilmu yang dapat diramu

    untuk mengetahui keadaan yang dibutuhkan oleh mad’u.

    Peneliti melakukan survei di majelis ta’lim Al-Hidayah di Desa

    Labuhan Ratu VI Lampung Timur, bahwasanya seorang da’i cukup baik

    dalam menyampaikan dakwahnya namun pada saat da’i selesai

    menyampaikan materinya, masih ada beberapa remajanya belum bisa

    menerapkan dengan baik apa yang telah di sampaiakn oleh da’i tersebut.

    Menurut ibu Wahyumi sebagai tokoh dakwah di Desa Labuahan Ratu VI

    Lampung Timur mengatakan bahwasanya, akhlakul karimah saat ini

    diabaikan oleh remaja, remaja susah diatur oleh orang tua dan berani

    melawan perkataan orang tua, jarang mengikuti perkumpulan keagamaan,

    tidak melakukan ibadah sholat lima waktu, tidak bisa membatasi pergaulan,

    belum bisa istiqomah dalam berhijab, mudah terpengaruh oleh hal-hal yang

    bersifat negatif, serta ukhuwah Islamiyah yang sangat rendah. Setelah

    mengetahui fenomena yang terjadi maka dakwah tersebut dapat dikatakan

    belum berhasil. Para remajanya hanya menerima pesan dan ilmu dari seorang

    da’i, namun belum mampu menerapkan di kehidupan sehari-hari.4

    Berdasarkan survei yang peneliti lakukan dapat dijelaskan bahwa

    persoalan metode dakwah perlu mendapat perhatian, dikaji, dan diteliti.

    Karena metode dakwah merupakan suatu unsur penting atas tercapainya

    keberhasilan dakwah khususnya dalam organisasi majelis taklim Al-hidayah

    di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.

    4Wawancara: Pada Tanggal 10 Februari 2018 Dengan Ibu Wahyumi Seorang Tokoh

    Dakwah Mengenai Permasalahan Remaja Di Desa Labuahan Ratu VI Lampung Timur.

  • Dari permasalahan yang ada di dalam majelis taklim Al-Hidayah

    tersebut penulis tertarik mengangangkat tema “Metode Dakwah Majelis

    Ta’lim Al-Hidayah dalam menanamkan Akhlakul Karimah pada kalangan

    remaja di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur”. Karena penulis

    menganggap permasalahan ini layak untuk diteliti.

    B. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka

    pertanyaan penelitian meliputi:

    1. Metode Dakwah Apa Yang Digunakan Majelis Taklim Al-Hidayah

    Dalam Menanamkan Akhlakul Karimah Pada Remaja Di Labuhan Ratu

    VI ?

    2. Bagaimana Dampak Dari Metode Dakwah Di Majelis Taklim Al-

    Hidayah Dalam Menanamkan Akhlakul Karimah Pada Remaja Di

    Labuhan Ratu VI?

    3. Apa Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Menanamkan Akhlakul

    Karimah Pada Remaja Di Labuhan Ratu VI ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

    yaitu:

    a. Untuk mengetahui metode dakwah di majelis taklim al-hidayah

    dalam menanamkan akhlakul karimah remaja Desa Labuhan Ratu

    VI.

  • b. Untuk mengetahui dampak dari metode dakwah di majelis taklim

    al-hidayah dalam menanamkan akhlakul karimah pada remaja

    Labuhan Ratu VI.

    c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam

    menanamkan akhlakul karimah pada remaja didesa labuhan ratu VI.

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,

    yaitu:

    a. Manfaat Teoritis

    1) Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

    khasanah (keilmuan) karya ilmiah di bidang dakwah dalam

    rangka peningkatan akhlakul karimah.

    2) Bagi peneliti sebagai pengalaman dan pendorong bekal untuk

    mengadakan penilitian lebih lanjut.

    b. Manfaat praktis

    1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan,

    serta dapat memberikan kontribuksi pemikiran, bagi

    pengembangan ilmu pengetahuan mengenai praktek metode

    ilmu dakwah yang digunakan majelis taklim dalam

    meningkatkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di Desa

    Labuhan Ratu VI.

  • 2) Hasil penelitian dapat meningkatkan metode dakwah

    pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Labuhan Ratu

    VI.

    D. Penelitian Relevan

    Peneliti menyajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian yang

    diteliti antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini perlu

    peneliti kemukakan untuk menghindari adanya pengulangan kajian

    terhadap hal-hal sama. Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa yang

    membedakan antara penelitian yang akan dilakukan dengan

    penelitian sebelumnya.

    Penelitian Skripsi yang ditulis oleh saudara Muhammad Saiful

    Hasyim (2014) Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah

    Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang

    berjudul “Majelis Ta’lim Mar’atun Amaliyah Dalam Meningkatkan Uhkuwah

    Islamiyah Remaja Di Desa Way Hui Dusun V Kecamatan Jati Agung

    Kabupaten Lampung Selatan”.5

    Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan Erni

    Wulandari. persamaanya sama-sama mengkaji majelis taklim untuk remaja,

    yang membedakan adalah tujuan penelitiannya. penelitian Muhammad Saiful

    Hasyim memfokuskan pada usaha-usaha yang dilakukan pengajian majelis

    taklim dalam meningkatkan Uhkuwah Islamiyah para remaja di Desa Way

    Hui. menurutnya usaha-usaha dalam meningkatkan Uhkuwah Islamiyah

    5 Erni Nur Inayah, Majelis Ta’lim Wal Mujahadah Sebagai Sarana Meningkatkan

    Religiusitas Remaja , Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta 2014

  • remaja yaitu dengan pengajian yang dilakukan secara rutin selain itu

    dilakukan juga rihlah (liburan religi) dan agenda tukar kado antar remaja di

    majelis ta’lim Mar’atun Amaliyah, yang di laksanakan tiga bulan sekali.

    sedangakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dakwah

    majelis taklim untuk menanamkan akhlakul karimah pada remaja di Desa

    Labuhan Ratu VI Lampung Timur.

    Penelitian Sigit Wicaksono fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN

    Sunan Kalijaga yang berjudul “Majelis Ta’lim Minhajul Karomah Dan

    Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Desa Wedomartani Ngemplak Sleman”.6

    Terdapat persamaaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan Sigit

    Wicaksono.Persamaannya sama-sama mengkaji Majelis taklim, yang

    membedakan adalah tujuan dan objek penelitiannya. Penelitian Sigit

    Wicaksono ditujukan untuk mengetahui usaha-usaha dan pengaruh yang

    dilakukan kelompok pengajian minhajul karomah dalam meningkatan

    pengetahuan keagamaan dan ibadah masyarakat di Desa Wedomartini.

    Sedangkan penelitian ini ditujukkan untuk mengetahui metode yang di

    gunakan di majelis taklim, dan perubahan akhlak remaja setelah mengikuti

    majelis taklim. Objek penelitian sigit wicaksono masyarakat di Desa

    Wedomartini sedangkan objek penelitian ini remaja di Desa Labuhan Ratu VI

    Lampung Timur.

    Penelitian Trias Rahmad fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga yang

    berjudul “Strategi Dakwah Majelis Taklim Ittiba’us Sunnah Dalam

    6 Sigit Wicaksono, Majelis Ta’lim Minhajul Karomah Dan Pengaruhnya , Skripsi,

    Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2009

  • Mengkomunikasikan Ajaran Agama Islam Kepada Masyarakat Kabupaten

    Klaten.7

    Pembeda dan persamaan antara penilitian ini dengan penelitian Trias

    Rahmad terlihat dari objek dan masalah yang diangkat. Berdasarkan objeknya

    penelitian Trias Rahmad dengan penelitian ini memiliki objek yang serupa

    yakni sama-sama meneliti di sebuah daerah namun tempatnya berbeda.

    Penelitian Trias Rahmad berada di Kabupaten Klaten. sedangkan penelitian

    ini berada di Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur. Meskipun

    sama-sama mengkaji majelis taklim namun berbeda dalam masalah yang akan

    dibahas, selain itu tujuan dalam penelitian ini dengan penelitian Trias

    Rahmad sangat jelas terlihat perbedaannya penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui metode yang digunakan dalam majelis taklim untuk menanamkan

    akhlak remaja, sedangkan penelitian Trias Rahmad bertujuan untuk

    mengetahui strategi yang akan dilakukan oleh majelis taklim untuk menarik

    perhatian masyarakat agar dapat menerima ajaran keagamaan.

    Pada penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian. Penelitian

    tersebut digunakan sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini.

    Beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah yang penulis angkat

    dalam penelitian antara lain, memiliki subjek yang sama yaitu majelis taklim,

    namun penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian

    yang sebelumnya, karena penulis berfokus pada metode dakwah yang

    7Trias Rahmad, Strategi Dakwah Majelis Taklim Ittiba’us Sunnah Dalam

    Mengkomunikasikan Ajaran Islam Kepada Masyarakat Kabupaten Klaten, Skripsi, Fakultas

    Dakwah Uin Sunan Kalijaga, 2012.

  • diberdayakan majelis ta’lim, sebagai sarana memperbaiki akhlakul karimah

    remaja di Desa Labuhan Ratu VI kabupaten Lampug Timur.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Dakwah

    1. Pengertian Dakwah

    Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah

    berasal dari bahasa Arab, da’a yad’u- da’watan, artinya mengajak,

    menyeru, memanggil.1 Sedangkan menurut terminologi dakwah adalah

    merupakan suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan

    menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada

    Allah SWT, dengan menjalankan syari’atnya sehingga mereka dapat

    hidup bahagia di dunia dan akhirat.2

    Dakwah juga mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan

    ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya

    yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi

    orang lain baik secara individual maupun secara kelompok supaya timbul

    dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta

    pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan

    kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.3

    Pengertian integralistik dakwah merupakan proses yang

    berkesinambungan yang ditangani oleh pengembang dakwah untuk

    mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kepada ajaran Allah

    1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1. 2 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas. 2001), h. 20. 3 Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h. 6.

  • SWT, dengan cara bertahap menuju kepribadian yang Islami.

    Sedangakan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali definisi

    tentang dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dakwah4

    antara lain:

    Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang

    benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan

    mereka di dunia dan akhirat.

    Dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini

    dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu

    telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.

    Memotifasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti

    petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran agar

    mereka memproleh kebahagian dunia maupun akhirat.

    Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan

    kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam

    tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang

    melipiti al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai

    macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing

    pengalamanaya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan

    bernegara.5

    Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar

    orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah

    4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 2. 5 Ibid., h. 3.

  • diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada

    Allah seakan-akan melihatnya.6

    Berdasarkan pendapat ahli, dapat dijelasakan bahwasanya

    dakwah merupakan aktifitas yang di lakukan dengan menggunakan

    metode-metode yang tepat untuk mengubah akhlakul karimah pada

    manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak

    baik kepada situasi yang lebih baik.

    Sebagaimana setiap muslim secara otomatis sebagai

    pengembang misi dakwah sebagaimana sabda Rasulullah Swt yang

    berbunyi:

    بَ لُِّغوا َعِّنِّ َوَلوآَية Artinya: Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. (HR. Al

    Bukhari).7

    dakwah merupakan proses penyampaian ajaran agama Islam

    kepada umat manusia di muka bumi yang dilakukan dengan penuh

    kebijaksanaan dan nasihat-nasihat yang baik menuju jalan yang benar

    sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk keselamatan dan kebahagian

    mereka di dunia maupun di akhirat.

    6 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 5. 7 Ibid., h. 16.

  • Adapun ayat dan hadits tentang dakwah sebagi berikut:

    a) Ayat dakwah

    Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi

    petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi

    petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih

    mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.8

    Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang mengetahui sungguh-

    sunguh siapakah yang benar terpimpin atau yang tetrsesat itu hanya

    Allah sendiri. Manusia terpengaruh oleh bayangan yang tidak

    diketahui hakekatnya. Manusia menyangka bayangan yang terlihat

    olehnya disangkanya itulah hakekat yang sebenarnya padahal

    bayangan itu fatamorgana yang tidak ada hakekatnya bahkan nyata

    tipuan semata-mata. Dan ayat dakwah yang selanjutnya Allah

    berfirman:

    Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan

    sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada

    pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki

    keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat

    menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

    selain Dia.9

    8 QS. Al- An’am (6): 117. 9 QS. Ar-Ra’d (13) : 11.

  • Ayat di atas, menunjuk pada suatu makna, bahwa Allah tidak

    akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang

    terlebih dahulu berupaya merubah nasibnya. Makna tersebut berarti,

    Allah SWT akan memberikan jalan kepada perubahan apabila ada

    ikhtiar atau usaha merubah nasib mereka kepada yang lebih baik,

    mempertinggi mutu diri dan mutu amal, melepaskan diri dari

    perbudakan selain Allah. ayat dakwah yang selanjutnya Allah

    berfirman:

    Artinya: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, Dan

    mudahkanlah untukku urusanku, Dan lepaskanlah kekakuan dari

    lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.10

    Ayat ini adalah doa Nabi Musa As, ketika menyampaikan

    dakwah, dan doa ini adalah doa yang amat bermanfaat. Doa ini berisi

    hal meminta kemudahan pada Allah dan agar dimudahkan untuk

    memahamkan orang lain ketika ingin berdakwah. Kemudian agar

    hati ini selalu lapang dan tidak sempit sehingga mudah

    menyampaikan dakwah pada orang lain dan mudah memahamkan

    orang lain. Lalu doa ini juga mengandung makna agar segala

    kekakuan lisan kita ini bisa dilepaskan dengan pertolongan Allah

    10 QS. Tha-ha (20) : 25-28.

  • Swt, sehingga tidak mengatakan hal yang menyakitkan atau

    menyindir mad’u.

    b) hadits tentang dakwah

    ٍرو َأنَّ النَِّبَّ َصلَّى ا للَُّه َعَلي ِه َوَسلََّم قَالَ َعن َعب ِد اللَِّه ب ِن َعم بَ لُِّغوا َعِّنِّ َوَلو آيَة

    Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan,

    bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku

    walaupun satu ayat”. (HR.Bukhari).11

    ِِ فَِبلِ من رََأى ِمن ُكم ُمن َكًرا فَ ل يُ َغي ِّر ُه بَِيِدِه فَ ََ ْ ََ َي اِِِه ِإن َْعَ ِِ فَِبَقل ِبِه َوَذِلَك َأض ََ ْ ََ َي َمَانِ فِإن ُف اْ ِ

    Artinya: “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya

    ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak

    mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan

    lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah

    selemah-lemah iman”.12

    Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih

    mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan Muslim.

    Bahkan, Allah SWT, mengancam siapa saja yang meninggalkan

    dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiatan dengan “tidak

    terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi

    ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan

    mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia

    ikut berbuat maksiat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan

    11 HR. Bukhari 3/N0 3274. 12 Imam Nawawi, Arba’in,(Bandung: Husaini, 1992) h. 34.

  • dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan

    sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di

    dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam

    bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah

    bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang

    meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah

    adalah wajib.

    2. Pengertian Metode Dakwah

    Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan

    gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau

    sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah atau cara. Metode dalam

    bahasa arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti

    tata cara, sementara itu dalam kamus Bahasa Indonesia metode artinya

    cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu

    pengetahuan) untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi Metode dapat

    diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyampaikan dakwah, baik

    individu, kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah

    tersebut mudah di terima.13

    Metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepat dan

    sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan-pesan

    dakwah sudah selayaknya penerapan metode dakwah mendapat perhatian

    yang serius dari penyampai dakwah. Berbagai pendekatan dakwah baik

    13 Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2009) h. 5.

  • dakwah bil al- lisan, dakwah bi al-qalam (dakwah melalui tulisan, media

    cetak), maupun dahwah bi al-hal (dakwah dengan amal nyata,

    keteladanan) perlu dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan objek

    yang akan di dakwahi.14 Karna apabilla metode dan cara yang

    dipergunakan dalam menyampaikan materi dakwah tidak sesuai dan

    tidak pas, akan mengakibatkan hal yang tidak di harapakan.

    Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah,

    selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam al-qur’an surah Al-Nahl ayat

    125:

    Artinya: (serulah manusia ke jalan tuhanmu, dengan cara hikmah,

    pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara

    yang baik pula. Sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih

    mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah

    yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).15

    Ayat ini menjelaskan, sekurang-kurangnya ada tiga cara atau

    metode dakwah dalam al-quran, yakni metode hikmah, metode

    mau’izhah dan metode mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan

    sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang da’i atau da’iyah

    dimedan dakwahnya. Ketiga metode dakwah tersebut iyalah:

    14 Samsul Munir, Amin Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) h.13. 15 QS. Al- Nahl (74) : 1-7.

  • 1) Metode Al-Hikmah

    Kata hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian

    bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak

    objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas

    kemauanya sendiri, tidak merasa ada paksaan konflik, maupun rasa

    tertekan.16 Sebagaimana ketentuan Al-Quran sebagai berikut:

    Artinya: Bahwasanya engkau itu adalah yang memberi

    peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.17

    Menurut Sa’id Bin Ali Bin Wakif Al-Qahthani, bahwa Al-

    hikmah mempunyai arti sebagai berikut:

    a. Secara Etimologi (Bahasa)

    1. Adil, ilmu, sabar, kenabian, dan al-quran

    2. Memperbaiaki (membuat menajadi baik atau pas) dan

    terhindar dari kerusakan

    3. Objek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal

    4. Pengetahuan atau makrifat

    16 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 98. 17 QS. Al-Ghasyiyah (88) : 21-22.

  • b. Secara Terminologi (Istilah)

    Para ulama berbeda penafsiran mengenali kata al-hikamah,

    baik yang ada dalam al-qur’an maupun sunnah, antara lain:

    1. Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan

    2. Mengetahui yang benar dan mengamalakan (ilmu dan amal)

    3. Wara’ dalm din (agama) Allah

    4. Meletakakan sesuatu pada tempatnya

    5. Menjawab dengan tegas dan tepat dan seterusnya.18

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-

    hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dan ketepatan da’i

    dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan

    kondisi objektif mad’u. Disamping itu juga Al-Hikmah merupakan

    kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta

    realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang

    komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang

    menyatukan antara kemampuan, teoritis dan praktis dalam

    berdakwah.

    2) Metode Mau’izhah Hasanah

    Mau’idzah hasanah yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk

    kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati

    agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenaan di hati, enak

    didengar menyentuh perasaan, lurus dipikiran menghindari sikap

    18 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 99.

  • kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audien

    (mad’u) sehingga pihak objek dakwah terdorong untuk berbuat baik

    dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan

    oleh pihak subjek dakwah (da’i). bukan propaganda yang

    memaksakan kehendak kepada orang lain.19

    Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan

    yang mengandung unsur nasehat atau petuah, bimbingan, pengajaran

    (pendidikan), kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (al- Basyir

    dan al-Nadzir), pesan-pesan positif (wasiyat), yang bisa dijadikan

    pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan

    akhirat.20

    Jadi kesimpulan dari mau’idzah hasanah, akan mengandung

    arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih

    sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak

    membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab

    kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan

    hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah

    melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.

    3) Metode Mujadalah atau Diskusi

    Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang dari cara-

    cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang

    digunakan untuk berdakwah, manakala kedua cara terakhir yang

    19 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 100. 20 M.Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2003) h.3.

  • digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju,

    dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal

    keagamaan dari utusan sebelumnya. oleh karna itu, AI-Quran juga

    telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang

    berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik, Allah

    berfirman :

    Artinya: dan jangan kamu berdebat dengan ahli kitab (yahudi

    dan nasrani) melaikan dengan cara yang lebih baik. Kecuali dengan

    orang-orang zhalim diantara mereka.21

    Dari ayat tersebut, kaum muslimin (terutama juru dakwah)

    dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab cara yang baik, sopan

    santun dan lemah lembut kecuali jika mereka telah memperlihatkan

    keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari batas kewajaran.

    Metode ini muncul dalam bentuk:

    a. As’ilah wa ajwibah (tanya jawab) dan

    b. Al- hiwar (diskusi).

    21 Qs.Al- Al-‘Ankabut ( 29): 46.

  • 3. Macam-Macam Metode Dakwah.

    Metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang

    lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. Metode- metode tersebut

    adalah sebagai berikut:

    a. Metode ceramah

    Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan

    maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian,

    dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan

    menggunakan lisan.22

    Metode ceramah juga merupakan suatu teknik dakwah yang

    banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang

    da’i pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi

    dengan kepanduan khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-

    faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan

    ceramahnya.

    Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bi al-lisan,

    dapat berkembang menjadi metode-metode yang lain, seperti

    metode diskusi dan tanya jawab.

    b. Metode tanya jawab

    Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan

    menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana

    ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai

    materi dakwah, di samping itu, juga untuk merangsang perhatian

    penerima dakwah.23

    22 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah 2013) h.101 23 Ibid., h. 102

  • Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah

    harus digunakan bersama-sama dengan metode lainya, seperti

    metode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu

    kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.

    Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang

    efektif apabilla ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek

    dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum

    dikuasi oleh mad’u sehingga akan terjadi hubungan timbal balik

    antara subjek dakwah dengan objek dakwah.

    a. Metode diskusi

    Diskusi yang dimaksud sebagai pertukaran pikiran

    (gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara

    lisan untuk membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan

    secara teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.24

    Melalui metode diskusi, da’i dapat mengembangkan

    kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat

    memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan.

    b. Mutaba’ah Yaumiyah

    Adalah metode dakwah dengan menggunakan kegiatan

    evaluasi amal sehari – hari baik wajib maupun sunnah. Istilah

    24 A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas 1978) h.31.

  • umum mutaba’ah yaumi kurang lebih menjadi muhasabah atau

    renungan untuk memperhatikan kualitas iman kita.25

    Melakukan mutaba’ah yaumiyah merupakan salah satu cara

    untuk mengecek kualitas iman. Rasulullah Saw bersabda bahwa

    “Iman itu naik dan turun, maka sentiasa perbaharui iman kamu”.

    Beberapa amalan harian itu antara lain sholat berjamaah di masjid,

    tilawah, qiyamullail, ma’tsurat, shaum senin-kamis, shaum

    ayyamul bidh (tengah bulan), tadabbur Allam, hafalan Al-Qur’an,

    membantu kedua orang tua dan beberapa poin lainnya.

    c. Dakwah Bil Al-Qalam

    Dakwah bil al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang

    dilakukan dengan keahlian menulis disurat kabar, majalah, buku,

    maupun di internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi

    al-qalam ini lebih luas dari media lisan, demikian pula metode yang

    digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk

    kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah

    dapat menikmati sajian dakwah bi al-qalam ini.

    d. Dakwah Bil Al-Hal

    Dakwah bil al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata

    yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya

    25 Fathi Yakan, Isti’ab Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Surabaya : Robbani

    Press, 2015) h.69.

  • nyata yang dari karya nyata tersebut hasinya dapat dirasakan secara

    konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah.26

    Metode ini dapat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan

    dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan

    segala aspek kehidupan manusia.

    e. Metode silaturahmi (home visit)

    Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau

    silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan

    kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka

    menyampaikan isi dakwah kepada mad’u.27

    Dakwah dengan metode ini dapat dilakukan melalui

    silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah, dan lain-lain.

    B. Majelis Ta’lim

    6. Pengertian Majelis Ta’lim

    Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya majelis taklim terdiri

    dari dua akar kata bahasa Arab yaitu majelis yang berarti tempat duduk,

    tempat sidang atau dewan, sedangkan taklim berarti pengajaran.28 Jika

    kita gabungkan dua kata itu dan mengartikanaya secara istilah, maka

    dapatlah kita simpulkan bahwasanya majelis taklim memiliki arti tempat

    berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khusunya ilmu agama)

    bersifat non formal.

    26 Samsul Munir, Ilmu Dakwah., h. 11 27 Ibid., h.104 28 Tuti Alawiah as. Stategi Dakwah Dilingkungan Majelis Ta’lim.(Bandung: MIZAN,

    2003) h. 78

  • Di samping itu menurut pengamatan majalah Media Pembinaan,

    majelis taklim disebut pula sebagai kegiatan “pengajian rutin” atau

    “rutinan”. Kelompok remaja malah menyebutnya dengan istilah

    “halaqoh”, didasarkan pada pelaksanaan kegiatannya yang dilakukan

    secara berkelompok.29

    beberapa istilah diatas jika disatukan akan muncul gambaran

    sebuah suasana dimana para umat muslimin berkumpul disuatu tempat

    untuk melakukan kegiatan keagamaaan. Kegiatan keagamaan yang

    dimaksud tidak hanya berupa pengajian namun juga kegiatan untuk

    menggali potensi dan wawasan para jama’ahnya.

    Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan dari majelis ta’lim

    yaitu:

    1) Majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau lembaga

    pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh

    waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan

    atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraanya pun

    tidak terikat, bisa pagi, siang, sore,atau malam. Tempat pengajaranya

    pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung, aula,

    halaman dan sebagainya. Selain itu majelis ta’lim memiliki dua

    fungsi segaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga

    pendidikan non formal. Fleksibelitas majelis ta’lim inilah yang

    menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan

    29 Ibid.

  • lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat

    (masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi.

    2) Majelis ta’lim Merupakan komunikasi yang paling kuat antara

    masyarakat awam dengan para mualim, dan diantara sesama anggota

    jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

    7. Tujuan Majelis Ta’lim

    Tujuan majelis ta’lim dalam rumusanya macam-macam. Tuti

    Alawiah As merumuskan tujuan ta’lim sebagai berikut:

    1) sebagai tampat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah untuk

    menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong

    pengalaman ajaran agama.

    2) sebagai kontak kontak sosial, maka tujuanya adalah untuk

    silatuhrahmi.

    3) Sebagai pengenalan Islam.

    “Tak kenal maka tak sayang”, mungkin pribahasa ini dapat

    dinisbatkan kepada remaja tentang Islam, bukan hanya remaja.

    Siapaun tidak akan merasa bangga dengan agamanya jika dia tidak

    mengetahui apa hakekat dan agama tersebut.

    Jadi mereka harus mengenal Islam lebih sempurna lagi,

    walaupun kesempurnaan itu sulit dicapai, tapi itulah upaya majelis

    taklim yang didalamnya memberikan pengenalan tentang Islam

    melalui materi-materi yang disampaikan, sebagai contoh adalah

    materi mempelajari Al-Quran, mempelajari ilmu fiqih, disini para

  • remaja juga di perbolehkan untuk menayakan seputar ajaran dan

    hukum Islam seperti muamaah,sholat, puasa, zakat, haji.

    4) Sebagai pembinaan akhlak.

    Pembinaan akhlak terhadap remaja yang menyangkut

    penanaman nilai-nilai akhlak secara langsung adalah berupa

    pengajian, yaitu memberikan ceramah-ceramah yang berhubungan

    degan tauhid, fiqih ibadah, dan lain-lain.30

    Secara sederhana tujuan dari majelis ta’lim dari apa yang

    diungkapkan di atas adalah, tempat berkumpulnya manusia yang

    didalamnya membahas pengetahuan keagamaan, menjalin tali

    silahturahmi dengan sesama manusia, serta untuk membina insan muslim

    yang beriman, berilmu, berakhlak dan bertakwa kepada Allah SWT.

    8. Pengertian Akhlakul Karimah

    Akhlakul karimah berasal dari bahasa Arab yang berati akhlak

    yang mulia, pengertian akhlak kerapkali disamakan dengan perbuatan

    atau nilai-nilai luhur etika Islam. Nilai–nilai luhur tersebut memiliki

    sifat terpuji (mahmudah). Sehingga akhlakul karimah disebut pula

    akhlakul mahmudah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah

    Rasulullah Saw.31 Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji tadi ialah :

    a. Bebuat baik kepada orang tua (birrul waalidaini).

    Dalam hubungan hidup keluarga dam masyarakat wajib

    dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki

    30 Tuti Alawiah as, Stategi Dakwah Dilingkungan Majelis Ta’lim., h. 80. 31 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta, Pt Rineka Cipta, 2001) h. 391.

  • posisi yang paling utama. walaupun demikian kewajiban ibadah

    kepada Allah dan taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan

    horisontal. Berarti bahwa, dalam tertib kewajiban berbakti,

    mengabdi, dan menghormati kedua orang tua (ayah dan ibu)

    menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada Allah dan taat

    kepada Rasulnya.32

    Motivasi atau dorongan dan kehendak berbuat baik kepada

    orang tua (birrul waalidaini) telah menjadi salah satu akhlaq yang

    tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah dan

    ibulah yang paling besar dan terbanyak berjasa kepada setiap anak-

    anaknya. ayah adalah penanggung jawab dan pelindung anak dalam

    segala hal, baik segi ekonomi, keamanan, kesehatan, pendidikan:

    pada prinsipnya ayah menjadi sumber kehidupan dan yang telah

    menghidupkan masa depan anak. Sedangkan ibu tidak kalah besar

    pengorbanannya, ibulah yang hamil dengan susah payah,

    kemudiyan melahirkan dengan penderitaan yang tiada tara, lalu

    membesarkannya sebagai anggota kelurga.

    Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Luqman ayat 14, yaitu:

    Artinya: dan kamu perintahkan kepada manusia (berbuat

    baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah

    32 Ibid.,h. 391

  • mengadungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,

    dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada dua

    orangtua ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu

    (QS.Luqman (31): 14).33

    Dapat di pahami bahwa di dalam memelihara hubungan

    horisontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, ayah dan ibu

    sepatutnya mendapat prioritas pertama dan dalam posisi paling

    utama. Dalam pemahaman dan kesadaran etika/akhlakul karimah,

    sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan

    baik dengan orang lain, sedang hubungan etis keslaman dengan

    ayah dan ibunya diabaikan, apabilla mendurhakai keduanya. Secara

    imperatif kategoris, dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh

    birrul waalidaini patut dilaksanakan oleh seorang anak kepada

    ayah dan ibunya.

    Perwujudan dari sifat mahmudah berbuatlah baik kepada

    ayah dan ibu meliputi segala aspek kegiatan manusia, baik

    perbuatan maupun ucapan. Dapat dinilai sebagai berbuat baik

    kepada orang tua, jika anak mendoakan kepada Allah agar

    keduanya mendapat rahmatnya, bertingkah laku sopan, lemah

    lembut dan hormat dihadapan ayah dan ibu. Berbuat baik dalam

    ucapan berarti anak merendahkan suara, bertutur kata sopan,

    terhadap keduanya. Prinsip-prinsip tersebut telah dibentangkan di

    dalam kitab suci. Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu

    jangan menyembah selain dia dan supaya kamu berbuat baik ke ibu

    33 QS.Luqman (31): 14)

  • bapak jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya ada

    dekat denganmu (dalam memeliharamu) sampai berumur lanjut,

    sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya “ah” , jangan

    pula kamu bentak keduanya, dan ucapkan kepada keduanya dengan

    penuh kasih sayang, dan katakanlah, wahai tuhanku, kasihinalah

    kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihi aku

    ketika aku masih kecil.34 dapat dilihat dalam surat Al-Isra’ ayat 23-

    24, yaitu:

    Artinya: dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu

    jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat

    baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah

    seorang di antara keduanya atau dua-duanya sampai berumur

    lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah

    kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan

    jangannlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada

    mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’ (17) :23).35

    Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

    dengan penuh penuh kesayangan dan ucapkanlah ” wahai tuhanku,

    34 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 394. 35 QS. Al-Isra’ (17) :23.

  • kasihi lah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

    mendidik aku waktu kecil”. 36

    Ditinjau dari segi kewajiban, nilai-nilai ahklakul karimah

    yaitu ingin memperkokoh kehidupan dalam keluarga. Tata cara

    berbakti kepada ayah dan ibu yang diturunkan Al-Quran memiliki

    arti yang paling asasi bagi kehidupan rumah tangga. Dapat

    diperhatikan, kedua orang tua akan merasa senang, bahagia, dan

    damai jika anak-anaknya mau berbakti dalam perbuatan maupun

    ucapan. Tata cara komunikasi Islamiyah di dalam mewujudkan

    keluarga harmonis, rumah tangga sakianah yang penuh rahmah.

    b. Berlaku benar, atau (ash-shidqu)

    Termasuk sifat baik yang dinilai terpuji menurut etika Islam

    dengan tujuan untuk menyisihkan setiap manusia dari perbuatan

    jahat terhadap orang lain, menurut etika Islam sifat tersebut adalah

    ash-shidqu dalam makna lughawi ash-shidqu adalah, benar dan

    jujur. Dalam pengertian etika Islam sifat ash-shidqu adalah sikap

    mental yang mampu memberi mendorong kuat untuk beramal

    sesuai dengan keutamaan yang sesungguhnya baik dalam ucapan

    maupun perbuatan.37 Dalam kaitanya ini Allah berfirman di dalam

    surat Ath-Taubah ayat 119, yaitu:

    36 Qs. Al-Isyra (17) :24. 37 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 397.

  • Artinya: hai orang –orang yang beriman, bertakwalah kepada

    Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.38

    Dalam kaitan dengan akhlaq, memiliki sifat terpuji ash-

    shidqu merupakan suatu kewajiban juga dalam tata hubungan

    antara makhluk dengan sesamanya merupakan kebaikan individual

    dan kemasyarakatan. Kebenaran atau kejujuran adalah sendi

    terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan

    hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat

    tercipta adanya saling pengertian satu sama lain atau masyarakat

    dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi saling

    tolong-menolong.

    Sifat shidiq tidak hanya memberi janji- janji kebaikan

    individual dan kemasyarakatn duniawi akan di bidang ukhrawipun

    akan dapat menjumpai kaebaikan hakiki. Nabi Saw bersabda:

    sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu

    membawa ke syurga. Seseorang yang membiasakan diri berkata

    benar hingga tercatat di sisi Allah sebagai shidiq (orang yang

    benar). Muttafaqun alaihi. Riwayat Bukhori.39

    sifat ash-shidqu tersebut di wujudkan dalam kehidupan

    sehari-hari maka kebenaran atau kejujuran yang telah mempribadi

    dapat tercemin di dalam perbuatan dan perkataan setiap pemilik

    sifat. Jika seseorang bersifat shidiq maka dirinya akan bertingkah

    38 Qs. Ath-Taubah (9): 119. 39 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h.399.

  • laku yang tidak merusak atau merugikan orang lain apalagi

    merugikan dirinya baik bersifat materil maupun non materil. Jika

    masyarakat atau bangsa yang bersifat shidiq, maka mereka akan

    hidup tenang tentram, damai penuh barokahanya dan terhindar dari

    cela, dosa taupun kecurigaan.

    c. Perasaan malu (al- haya)

    Bagi seorang mukmin, rasa malu kepada Allah merupakan

    basis nilai keutamaan dan menjadi dasar akhlaq yang mulia

    (akhlalkul karimah). Sebab malu kepada Allah akan menjadi dasar

    timbulnnya perasaan malu kepada Allah, kepada orang lain dan diri

    sendiri, seorang mukmin yang malu kepada Allah tidak akan

    mendurhakainya dengan melanggar larangan atau melalaikan

    perintahnya. Menurut tuntunan Islam, malu (al-haya) termasuk

    salah satu cabang iman.

    Ahklakul karimah dan tuntutan tauhid antara al-hiya dan

    aqidah keimanana merupakan dua sisi yang paling melengkapi,

    keduanya membentuk sikap mental dan kepribadian yang utuh.

    Malu dan iman itu dua hal yang digandengkan yang tidak dapat

    dipisahkan. billa salah satu diambil , yang lain ikut termbil pula.

    Jadi yang wajib dipahami adalah:

    1) Seorang mukmin akan utuh nilainya kepada Allah selama masih ada perasaan malu di dalam jiwa untuk melakukan

    perbuatan tercela menurut khitabullah dan norma-norma dasar

    kemanusiaan.

  • 2) Sebaliknya, lenyapnya perasaan, sikap mental atau sifat malu untuk melakukan perbuatan tercela menurut khithabullah dan

    norma-norma Allah, bahkan hilang sama sekali.40

    d. Memelihara kecucian diri ( al-iffah)

    Termasuk salah satu sifat yang terpuji (mahmudah) baik

    dari segi nilai ilahiyah maupun kemanusiaan. Sifat tersebut ialah:

    al-iffah, sifat al-iffah pada hakekatnya merupakan pri keadaan jiwa

    yang mampu untuk menjaga diri dari perbuatan jahat.

    Memelihara kesucian diri, termasuk dalam rangkain fadillah

    atau akhlakul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Hendaklah

    dilakukan pada setiap waktu. Dengan menjaga diri dengan secara

    ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada

    status kesucian

    nilai iffah menjadi salah satu nilai luhur yang harus dimiliki

    oleh setiap pribadi muslim. Salah satu perwujudan dari nilai al-

    iffah iyalah menjaga pergaulan antara laki dan perempuan.

    Di sebutkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 33

    40 Ibid.,h.400.

  • Artinya: Dan orang- orang yang tidak mampu menikah

    hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi

    kemampuan kepada mereka dengan karunianya.Dan jika

    hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian

    (kebebasan), hendklah kamu buat perjajian dengan mereka,

    jika kamu mengetahui ada kebaikan kepada mereka, dan

    berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang di

    karuniakannya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba

    sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang

    mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak

    mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa

    memaksa mereka, maka sungguh, Allah maha pengampun,

    maha penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.41

    memelihara kesucian diri dari perbuatan zina merupakan

    pertanggung jawaban setiap manusia. Dalam hubungna dengan

    Allah, pelanggaran terhadap norma-norma agama Islam.

    Sedangkan menurut pandangan kemanusiaan perbuatan yang

    melanggar norma-norma sosial dan susila.

    Menurut pengertian umum, perbuatan zina adalah hubungan

    seksual yang tidak syah. Islam melarang segala bentuk hubungan

    seksual diluar perkawinan, dan menentapkan hukuman yang berat

    terhadap pelanggaran hukum42.

    9. Pengertian Remaja.

    Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

    tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa43. Istilah adolensence

    mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencangkup kemantangan

    41 Qs. An-nur (24): 33. 42 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h. 402. 43 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. (Bandung : Cv Pustaka

    Setia, 2004). h. 65.

  • mental, emosional sosial dan fisik. Definisi remaja menurut para

    ahli

    a. Masa remaja merupakan masa kanak-kanak dan masa dewasa,

    yang mulai pada saat terjadinya kematangn seksual yaitu antara

    usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang

    masa dewasa muda.44

    b. fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

    sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ-organ

    fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.45

    c. menjelaskan bahwa masa remaja merupakan salah satu priode

    dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa

    perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

    dewasa, yang meliputi perubahan biologik, perubahan,

    psikologik, dan perubahan sosial.46

    remaja adalah masa perubahan dari anak ke dewasa. Dan

    dalam menghadapi remaja memang bukan hal yang mudah. Dalam

    memahami jiwa remaja serta mencari solusi yang baik dan tepat bagi

    permasalahan yang ada, maka penting bagi kita baik orang tua

    maupun para remaja itu sendiri memahami dan mengerti jiwa

    remajatersebut serta perkembanfan psikologinya, yaitu dari konsep

    44 Ibid., h. 48. 45 Syamsu Yusuf, Psikologi Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2004). h. 5. 46 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja., h. 48.

  • diri, emosi,motif seksual, dan moral, serta religi pada diri mereka

    (remaja).

    Masalah remaja sekarang ini memang harus dilakukan dan

    perhatikan secara lebih profesional, lebih ilmiah. Dikarenakan situasi

    yang mereka hadapi saat ini memang jauh lebih rumit dan sulit dari

    pada situasi pada saat ataupun masa-masa yang silam. Di masa yang

    lalu pendidikan orang tua yang didasarkan pada naluri saja sudah

    cukup untuk membimbing remaja kemasa dewasanya. Sekarang ini,

    pendidikan yang semata-mata berdasarkan naluri saja sering berakhir

    dengan konflik hubungan anak dengan orang tua pun dapat

    mempengaruhi perkembangan anak menjadi remaja yang

    bermasalah.

    10. Batasan Usia Remaja.

    Remaja adalah pemuda yang berada pada masa perkembagan

    yang disebut massa remaja menuju kedewasaan masa ini merupakn

    taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang

    sudah tidak dapat dikatakan anak kecil lagi, tapi juga belum dapat

    disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya

    disebut massa pancaroba yaitu massa pelaihan dari anak-anak

    menuju kearah dewasa.47

    47 Melli Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara,

    2002) h.1.

  • Menegenai batas usia remaja menurut sarlito wirawan usia 12

    tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun

    bagi pria.48

    Adapun tahap-tahap usia remaja yang digolongkan menjadi 4

    tahap yaitu:

    1) Usia 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanak (infancy). Tahap ini

    didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (

    paint) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih

    sama dengan binatang.

    2) Usia 5-12 tahun: masa bandel (savege stage). Tahap ini

    mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam

    evolusi manusia. Perasaan- perasaan yang dominan dalam

    periode ini adalah ingin main-main, lari- lari, loncat-loncat dan

    sebagainya, yang pada pokoknya untuk melatih ketajamna indra

    dan keterampilan angota-anggota tubuh. Kemampuan akal

    masih sanangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau

    bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan

    formal seperti berhitung dan membaca.

    3) Usia- 12- 15 tahun: bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan

    kesadaran diri ( self consciousness). Dalam masa ini terdapat

    energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh

    keinginana tahu dan keinginana coba-coba dalam periode ini,

    48 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikolog Remaja, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada,2003), h.27.

  • buku yang baik dibaca adalah buku-buku petualangan seperti

    “Robinson Crousoe”. Anak dianjurkan belajar tentang alam dan

    kesenian, tetapi yang paling penting adalah proses belajarnya,

    bukan hasilnya. Anak akan belajar dengan sendirinya, karena

    priode ini mencerminkan era perkembangan ilmu pengetahuan

    dan evolusi manusia.

    4) Usia 15-20 tahun. Dinamakan masa pertumbuhan kesempurnaan

    remaja (edolescence proper) dan merupakan puncak

    perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari

    kencendrungan mementingkan diri sendiri kepada

    kencendrungan memerhatikan kepentingan orang lain dan

    kencendrungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang

    timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya hormon seks49.

    Dari uraian diatas menurut para pendapat pakar psikolog

    remaja, maka batasan remaja mulai dari usia 15-20 tahun, karena

    pada usia ini remaja terjadi perubahan dari kencendrungan

    mementingkan diri sendiri kepada kencendrungan memerhatikan

    kepentingan orang lain dan kencendrungan memperhatikan harga

    diri.

    Oleh karna itu setiap remaja memiliki priode atau masa yang

    sangat penting untuk perkembangan selanjutnya. Seperti remaja akan

    merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai dengan gaya

    49 Sarlito W. Sarwono, Psikilogi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).

    h.27.

  • hidup yang berada dari masa sebelumnya, remaja akan melewati

    masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan cenderung

    lebih mandiri, dan remaja akan melewati masa pencarian identitas

    untuk menjelaskan tentang siapa dirinya.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Sifat Penelitian

    Penelitian dengan judul metode dakwah majelis taklim al-hidayah

    dalam menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di desa labuhan

    ratu 6 ini akan dilakukan menggunakan jenis penelitian lapangan (field

    research), yaitu prosedur penelitian lapangan yang menghasilkan data

    deskriptif, yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan

    penelitian yang diamati. jenis penelitian yang pengumpulan datanya

    dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga

    dan organisasi kemasyarakatan serta lembaga pendidikan.1

    Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu

    menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta yang

    bertujuan mengumpulkan informasi untuk disusun, dijelaskan, serta

    dianalisis. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan

    bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode

    kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi

    kunci terhadap apa yang sudah diteliti.2 Sifat penelitian kualitatif bertolak dari

    data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir

    dengan suatu teori.

    1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2008), h. 4. 2 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2010), h. 11.

  • B. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

    diperoleh, merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta dan angka yang

    dijadikan bahan untuk menyusun informasi.3 Sumber data penelitian ini

    mencakup sumber data primer dan sekunder yakni sebagai berikut:

    1. Sumber data primer

    Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera

    diperoleh dari sumber data untuk tujuan penelitian.4 Sumber data primer

    dalam penelitian ini adalah ibu Wahyumi tokoh dakwah di Desa Labuhan

    Ratu VI, Ibu Agris sebagai ketua di majelis taklim al-hidayah, Ibu Siti

    Muaini pembina remaja putri di majelis taklim al- hidayah , Bapak

    Rhamdani pembina remaja putra di majelis taklim al-hidayah Desa

    Labuhan Ratu IV, remaja putra 4 orang yang akan penulis wawancarai,

    dan 5 remaja putri di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur, 3

    masyarakat Desa Labuhan Ratu VI dan 1 jajaran pemerintah desa.

    2. Sumber data sekunder

    Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang menjadi

    pelengkap atau penunjang dari sumber data primer.5 Data ini diperoleh

    dari pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan penelitian, tetapi

    berhubungan dengan objek penelitian. dokumen-dokumen resmi, buku-

    3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV,

    (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.129. 4Winario Suratman, Pengantar Penenelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,

    (Bandung:Tarsito, 1985), h.163. 5Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu

    Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.32.

  • buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, majalah,

    koran, makalah, artikel dan lain sebagainya yang berhubungan dengan

    metode dakwah majelis taklim al-hidayah dalam menanamkan akhlakul

    karimah pada kalangan remaja di Desa Labuahan Ratu VI.

    3. Sumber data tersier.

    Sumber data terrsier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer

    dan sumber sekunder. Sumber tersier dalam peneitian ini adalah Kamus

    bahasa Indonesia, pedoman penulisan karya ilmiah.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat berfungsi sebagai

    instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri

    mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview

    secara lebih rinci, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Wawancara

    Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat penting

    dalam penelitian komunikasi. Wawancara adalah teknik pengumpulan

    data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara

    lisan.Sugiyono menjelelaskan bahwa wawancara merupakan teknik

    pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk menemukan

  • permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari

    responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang sedikit.6

    Wawancara dalam penelitian ini diberikan kepada responden

    yang penulis wawancari dalam hal ini akan dilakukan kepada: satu jajaran

    pemerintah Desa Bapak Prayetno untuk mendapatkan data sejarah desa,

    Ibu Wahyumi dan Ibu Nur Jannah tokoh dakwah di Desa Labuhan Ratu

    VI Lampung Timur, Ibu Agris sebagai ketua di majelis taklim, Ibu Siti

    Muaini sebagai pembina remaja putri di majelis taklim al-hidayah, Bapak

    Rhamdani sebagi pembina remaja putra di majelis taklim al-hidayah

    Desa Labuhan Ratu VI, remaja putri 5 orang yang akan di wawancarai

    dari 24 jamaah putri, dan 3 orang dari 12 remaja putra di Desa Labuhan

    Ratu VI Lampung Timur, dan juga 3 masyarakat (orang tua remaja).

    untuk Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni

    wawancara terpimpin, di mana wawancara dilakukan berdasarkan

    pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh penulis

    dalam bentuk APD (Alat Pengumpul Data) supaya pertanyaan yang

    diberikan lebih terkonsep dan terarah.

    2. Observasi

    Metode observasi ialah pengamatan dan pencatatan

    secarasistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan.7

    Dalam hal ini observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

    6Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA,

    2012), h. 137. 7 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 158.

  • dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Secara sederhana

    observasi berarti bagian dalam pengumpulan data langsung dari lapangan.

    Dalam observasi peneliti ditutut agar mampu merasakan dan memahai

    terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti sehingga peneliti

    mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

    observasi dilakukan untuk mencocokan data yang diperoleh

    melalui wawancara dengan kenyataan di lapangan, dalam hal ini

    observasi dilakukan pada saat kegiatan majelis taklim sedang

    berlangsung, dan kegiatan- kegiatan yang ada di majelis taklim al-hidayah

    Desa Labuhan Ratu VI, serta remaja yang mengikuti majelis taklim al-

    hidayah di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya peristiwa

    yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

    memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-

    dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen

    rapat, catatan harian dan sebagainya.9

    Data dari dokumentasi sangat bermanfaat bagi penulis sebagai

    penyokong informasi dalam penelitian. Dokumen yang diperlukan dalam

    penelian ini berupa Sejarah Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur,

    berdirinnya majelis taklim Al-Hidayah di Desa Labuahn Ratu VI, Visi,

    Misi dan Struktur Organisasi majelis taklim Al-Hidayah di Desa Labuhan

    8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 187. 9Ibid.,h.145.

  • Ratu VI, Struktur Organisasi majelis taklim Al-Hidayah Desa Labuhan

    Ratu VI, Catatan dan foto-foto dokumentasi selama penelitian .

    D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

    Penelitian yang kredibel memerlukan penjamin keabsahan data agar

    data yang ada dipertangung jawabkan Demi menjaga keaslian dan keabsahan

    data dalam penelitian ini maka, untuk menjamin hal tersebut penulis

    menggunakan triangulasi yakni mengecek kredibilitas data dengan berbagai

    teknik pengumpulan data dari berbagai sumber.10 Menurut Sugiyono

    triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

    menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

    yang telah ada,11 serta dapat digunakan sebagai penguji kredibilitas data.

    Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

    teknik yakni teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan

    data dari sumber yang sama. Teknik yang digunakan antara lain observasi

    partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.

    E. Teknik Analisis Data

    Untuk menganalisis data, peneliti akan menggunakan teknik analisis

    kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data

    kualitatif maupun data kuantitatif. Terhadap data kualitatif dalam hal ini

    dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa

    prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan

    terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran

    10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,. h. 245. 11Ibid.

  • baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.

    Jadi bentuk analisis ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan

    berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya.12

    Untuk menarik kesimpulan hasil penelitian, maka dipakai

    pendekatan berfikir induktif atau analisis sintetik yang bertitik tolak dari fakta

    yang bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum, seperti

    yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi bahwa: "Berangkat dari fakta yang

    khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau

    peristiwa-peristiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi

    yang mempunyai sifat umum”.13

    Berdasarkan judul yang peneliti angkat jelaslah bahwa peneliti

    menggunakan analisis induktif tersebut bertitik tolak dari hal-hal khusus

    kemudian ditarik kesimpulannya yang bersifat umum sehingga kesimpulan

    tersebut berlaku secara umum.

    12 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka

    Cipta, 2006), h. 106. 13 Sutrisno Hadi, Metode Rised, jilid I, Yayasan Fakultas Psikologi,(Yogyakarta,UGM:

    1985), h. 42.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.

    1. Sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu VI.

    Awal mula Desa Labuhan Ratu VI iyalah merupakan satu kawasan

    hutan yang belum terjamah oleh orang. Pada Tahun 1968 Kodim 0411

    Lampung Tengah mempunyai tahanan Politik G.30 S/PKI malam

    Golongan C yang dibina oleh Puterpra/Koramil 411-21 Way Jepara

    berjumlah 200 orang Kepala Keluarga ( KK ). 200 orang tersebut pada

    tanggal 15 Januari 1969 dimasukkan kehutan diwilayah Desa Labuhan

    Ratu atas pemberian Kepala Negeri Labuhan Maringgai atas binaan

    Kodim 0411 Lampung Tengah dan Koramil 411-21 Way Jepara. Hutan

    yang dibuka oleh ke 200 orang tersebut, oleh Komandan Kodim 0411

    L/T, diberi nama Pemukiman Proyek Pancasila dengan Pelaksana Tugas

    Bapak Marwanto selaku Hansip Inti dibantu oleh Bapak Sumadi, Bapak

    Paimin dan Bapak Sarju, segala sesuatu yang menyangkut administrsai

    dikendalikan oleh Koramil dan Kodim. (1969 –1972).1

    Pada Tahun (1973 – 1985) Pemukiman Proyek Pancasila

    pengelolaan administrasinya dilimpahkan pada Desa Labuhan Ratu,

    sehingga oleh Kepala Desa Labuhan Ratu, dari Pemukiman Proyek

    Pancasila menjadi Dusun Proyek Pancasila dengan Kepala Dusunya

    adalah Bapak Marwanto.

    1 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.

  • Pada tanggal 09 September 1986, Dusun Proyek Pancasila

    berubah status menjadi Desa Persiapan, yaitu Desa Persiapan Labuhan

    Ratu VI, Pejabat sementara Kepala Desa adalah Bapak Marwanto.

    Pada tyanggal 14-11-1990 Desa Persiapan Labuhan Ratu VI

    berubah status menjadi Desa Definitif Labuhan Ratu VI No. SK. No-

    G/403/B.III/AK/1990 dengan Pjs. Kepala Desa Bapak A. Sofyan Ali

    (MPP Kec.Way Jepara ).2

    Luas Desa Labuhan Ratu VI secara keseluruhan adalah 1.187,33

    Ha, Dengan batas-batas sebagai berikut.

    No.

    Arah

    Perbatasan

    Desa

    Desa/Kelurahan Kecamatan

    1. Sebelah Utara Labuhan Ratu VIII Labuhan Ratu

    2. SebelahTimur Labuhan Ratu VII Labuhan Ratu

    3. Sebelah Selatan Hutan T.N. Way

    Kambas

    Labuhan Ratu

    4. Sebelah Barat Labuhan Ratu VI Labuhan Ratu Tabel 1: 1 Tabel Perbatasan Desa Labuhan Ratu VI

    Jumlah penduduk 3.652 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 1.837

    jiwa, perempuan : 1.815 orang dan 1.010 KK, yang terbagi dalam 8

    (Delapan) wilayah dusun. Kondisi ekonomi masyarakat sebagian besar di

    sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani Sayur,

    tukang kayu, tukang batu, pedagang dan 56 buruh perkebunan karet

    sebagian kecil di sektor formal seperti Pegawai Negeri Sipil ( PNS),

    Honorer, guru, tenaga medis, TNI/Polri, Kryawan Bank. Jumlah

    2 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.

  • Keagamaan Desa Labuhan Ratu VI yaitu 3.623 beragama Islam, 24

    beragama kristen dan 5 beragama hindu.3

    2. Sejarah Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI.

    Secara administrasi Desa Labuhan Ratu VI membawahi 8

    (Delapan) Dusun dan 37 Rukun Tetangga ( RT ). Dalam rangka

    mengendalikan dan mengkoordinasikan roda Pemerintahan dan

    Pembangunan, maka Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI telah beberapa

    kali terjadi pergantian Kepala Desa yaitu:

    a. Pada tahun 1986 Desa Labuhan Ratu VI di resmikan menjadi Desa Definitif, yang di pimpin oleh Pejabat Sementara Kepala Desa

    Labuhan Ratu VI yang pertama bernama Bapak Marwanto dan

    Sekretaris Desanya Bapak Komarudin mulai dari tahun 1986 sampai

    dengan tahun 1988.

    b. Pada tahun 1989 Bapak marwanto mengundurkan diri dari Pejabat Sementara Kepala Desa Labuhan Ratu VI, selanjutnya kedudukan

    Pejabat Kepala Desa Labuhan Ratu VI diduduki oleh Bapak A.

    Sofyan Ali dan Sekretaris Desanya Bapak Slamet Riayadi sampai

    pada tahun 1990.

    c. Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1993 Desa Labuhan Ratu VI

    dipimpin oleh Pejabat Sementara kepala Desa Labuahn Ratu IV yaitu

    Bapak Sutrisno dan Sekretaris Desa Bapak Maksum.

    d. Pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1994 Desa Labuhan Ratu VI

    dipimpin oleh Pejabat Sementara Kepala Desa Labuhan Ratu VI yaitu

    Bapak Kaidjo dan seketaris Bapak Misdi.

    e. Pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2002 Desa Labuhan Ratu VI

    masih di pimpin oleh Bapak Kaidjo sebagai kepala Desa definitif. dan

    seketarisnya Bapak Bejo S.

    3 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.

  • f. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 Desa Labuhan Ratu VI dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Prayetno sebagai kepala Desa

    definitif hasil dari pemilihan Kepala Desa Labuhan Ratu VI dan

    Sekretaris Desanya Bapak Bejo S.

    g. Pada tahun 2009 sampi dengan tahun 2011 Desa Labuahn Ratu IV

    masih dipimpin oleh Bapak Prayetno sebagai penjabat Kepala Desa

    semenara dan Bapak Suparji sebagai seketaris Desa.

    h. Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 Desa Labuahn Ratu IV

    masih dipimpin oleh Bapak Prayetno sebagai penjabat Kepala Desa

    definitif dan Bapak Suparji sebagai seketaris Desa.4

    Kepemimpinan Bapak Prayetno pertama kalinya di adakan

    peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV pada tanggal 14

    november yang sangat meriah dan kemeriahan itu berlanjut sampai

    dengan sekarang bahkan semakin lama semakin meriah dengan diisi

    banyak sekali kegiatan.

    Sudah menjadi tradisi bagi warga masyarakat Desa Labuhan Ratu

    VI bahwa setiap Tanggal 14 November mengadakan Peringatan Hari Jadi

    atau Ulang Tuhun Desa Labuahn Ratu VI untuk memohon Kepada

    Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Labuhan Ratu VI

    senantiasa mendapatkan 5K yaitu Kesehatan, Keamanan, Kedamaian,

    Ketentraman dan Kesejahteraan.

    Maksud dan tujuan memperingati hari ulang tahun Desa Labuhan

    Ratu VI yaitu sebagai berikut:

    1) Peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV mempunyai maksud agar generasi yang sekarang dan generasi yang akan

    4 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur Tahun 2005.

  • datang tidak melupakan sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu

    VI.

    2) Peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV juga bertujuan agar masyarakat dapat berfikir lebih maju dalam

    membangun desanya kearah yang lebih baik supaya dapat

    mengikuti perkembangan zaman.5

    Jenis-jenis kegiatan Hari Ulang Tahun Desa Labuahan Ratu IV

    yaitu seperti Kompetisi Sep