14
SNI 03-2493-1991 1 METODA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LABORATORIUM BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan oleh tenaga laboran damal pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium. 1.1.2 Tujuan Tujuan metoda ini adalah untuk mendapatkan benda uji di laboratorium yang memenuhi syarat. 1.2 Ruang Lingkup Metoda ini mencakup cara pembuatan benda uji beton di laboratorium sampai saat pengujian dilakukan dengan proporsi sesuai rancang campur yang ditentukan, dimana ketelitian dalam pengawasan bahan dan kondisi pengujian diperlukan, dan berlaku untuk beton yang dipadatkan dengan cara penusukan atau penggetaran. 1.3 Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) Penggetar internal adalah penggetar berbentuk jarum yang dalam penggunaannya dimaksukkan ke dalam beton yang dipadatkan; 2) Penggetar eskternal adalah penggetar berbentuk meja/papan yang dapat penggunaannya beton yang dipadatkan disimpan diatasnya; 3) Batang penusuk adalah batang yang terbuat dari logam yang digunakan untuk memadatkan beton; 4) Pengaduk beton adalah drum pengaduk yang digerakkan dengan tenaga penggerak yang digunakan untuk mengaduk campuran beton; 5) Beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk hingga beberapa saat karakteristiknya belum berubah; 6) Beton keras adalah adukan beton yang terdiri dari campuran semen Portland atau sejenisnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang telah mengeras; 7) Segregasi adalah terpisanya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.

SNI 03-2493-1991.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

1

METODA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LABORATORIUM

BAB I DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan oleh tenaga laboran damal pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.

1.1.2 Tujuan Tujuan metoda ini adalah untuk mendapatkan benda uji di laboratorium yang memenuhi syarat.

1.2 Ruang Lingkup

Metoda ini mencakup cara pembuatan benda uji beton di laboratorium sampai saat pengujian dilakukan dengan proporsi sesuai rancang campur yang ditentukan, dimana ketelitian dalam pengawasan bahan dan kondisi pengujian diperlukan, dan berlaku untuk beton yang dipadatkan dengan cara penusukan atau penggetaran.

1.3 Pengertian

Yang dimaksud dengan :

1) Penggetar internal adalah penggetar berbentuk jarum yang dalam penggunaannya dimaksukkan ke dalam beton yang dipadatkan;

2) Penggetar eskternal adalah penggetar berbentuk meja/papan yang dapat penggunaannya beton yang dipadatkan disimpan diatasnya;

3) Batang penusuk adalah batang yang terbuat dari logam yang digunakan untuk memadatkan beton;

4) Pengaduk beton adalah drum pengaduk yang digerakkan dengan tenaga penggerak yang digunakan untuk mengaduk campuran beton;

5) Beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk hingga beberapa saat karakteristiknya belum berubah;

6) Beton keras adalah adukan beton yang terdiri dari campuran semen Portland atau sejenisnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang telah mengeras;

7) Segregasi adalah terpisanya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.

Page 2: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

2

BAB II PERSYARATAN-PERSYARATAN

2.1 Alat-alat

2.1.1 Cetakan Cetakan untuk membuat benda uji yang berhubungan langsung dengan beton harus terbuat dari baja, besi atau bahan lain yang tidak menyerap air dan tidak bersifat reaktif terhadap beton atau semen. Cetakan harus sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, atau sesuai pada Tabel 1 dibawah.

Tabel 1 Ukuran Cetakan Benda Uji Beton

Jenis Cetakan Contoh Uji Ukuran Bagian Dalam Cetakan

Kubus 150 x 150 x 150 200 x 200 x 200

Balok 500 x 100 x 100 600 x 150 x 150

Silinder diameter 50 dan tinggi 100

diameter 150 dan tinggi 300 Cetakan terdiri dari bidang-bidang yang rata betul, kuat, kedap air dan setiap pertemuan dari masing-masing bagian cetakan dapat diberi bahan yang lunak seperti vaselin/stempet lemak atau bahan yang sejenis. Permukaan cetakan bagian dalam harus dioles dengan minyak pelumas seperti oli, solar atau bahan sejenisnya sebelum digunakan agar dalam pelepasan benda uji dari cetakan tidak mengalami kesulitan.

2.1.2 Batang Penusuk Batang penusuk terdiri dari dua macam :

1) Batang penusuk besar, dengan diameter 16 mm dan panjang 610 mm;

2) Batang penusuk kecil dengan diamater 10 mm dan panjang 305 mm.

2.1.3 Palu/Pemukul Palu/pemukul harus terbuat dari bahan karet, plastik atau bahan lain yang lunak dengan berat antara 0,34 sampai 0,8 kg.

2.1.4 Penggetar Ada dua macam alat penggetar yang biasa digunakan, yaitu jarum getar (penggetar internal) dan meja/papan getar (penggetar eksternal).

1) Penggetar Internal, dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Penggetar internal/jarum getar dapat berbentuk tangki yang fleksibel dengan ujung

yang kaku, digerakkan dengan tenaga motor listrik; (2) Frekuensi penggetaran pada saat digunakan 7000 getaran per menit atau lebih;

Page 3: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

3

(3) Diameter penggetar antara 19 mm sampai 38 mm; (4) Panjang keseluruhan elemen penggetar melampaui kedalaman bagian yang digetar

sedikitnya 76 mm; (5) Diameter tangki atau ukuran lura dari penggetar internal tidak boleh lebih besar dari

sepertiga lebar cetakan. Dalam hal ini adalah balok atau kubus; (6) Untuk cetakan silinder perbandingan diameter silinder dengan diameter elemen

penggetar harus empat atau lebih tinggi; (7) Pada pemadatan benda uji penggetar tidak boleh dibiarkan bersandar atau

menyentuh dasar atau sisi cetakan atau memukul sekeliling cetakan; (8) Pada saat menjelang selesai penggetaran, penggetar dikeluarkan dengan hati-hati

agar gelembung udara tidak tertinggal.

2) Penggetar Eksternal, dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Apabila digunakan penggetar eksternal, harus dilakukan dengan hati-hati dan harus

yakin bahwa cetakan cukup stabil melekat dengan kokoh pada alas penggetar dan tidak mudah bergeser;

(2) Alat penggetar eksternal dapat berbentuk meja getar atau papan getar dengan frekuensi getaran tidak kurang dari 3600 per menit, dan dilengkapi dengan alat penjepit untuk penahan cetakan.

2.1.5 Alat Uji Slump Alat untuk mengukur slump harus sesuai dengan spesifikasi alat yang tercakup dalam buku standar cara pengukuran slump SNI 03-1972-1990.

2.1.6 Wadah Adukan Untuk Contoh Uji Wadah adukan terbuat dari plat yang datar dari bahan sejenis metal, kedap air dan licin sehingga mudah dalam pengadukan dengan menggunakan sendok aduk maupun sekop. Bila pengadukan menggunakan mesin aduk, wadah tersebut harus mampu menahan beban adukan dan memungkinkan dapat diaduk kembali dengan sendok semen atau sekop.

2.1.7 Ayakan Bila diperlukan pengayakan basah, peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Metode Pengambilan Contoh Beton Segar menurut SNI 03-2458-1991.

2.1.8 Alat Uji Kadar Udara Alat-alat untuk mengukur kadar udara harus sesuai dengan spesifikasi alat yang ditentukan dalam buku standar/metoda pengujian kadar udara.

2.1.9 Timbangan Timbangan harus mempunyai ketelitian 0,3% dari berat yang ditimbang atau 0,1% dari kapasitas maksimum timbangan.

2.1.10 Pengaduk Beton Pengaduk beton berupa drum pengaduk dengan tenaga penggerak, wadah adukan yang dapat berjungkit, atau wadah yang berputar dengan baik/wadah dengan pendayung yang berputar. Alat ini harus dapat mengaduk secara langsung sesuai dengan banyaknya adukan dengan slump yang diperlukan.

Page 4: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

4

2.2 Benda Uji

2.2.1 Benda Uji Silinder Benda uji silinder digunakan untuk berbagai macam pengujian seperti kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah dan lain-lain, terdiri dari berbagai variasi ukuran dengan minimum berdiameter 50 mm dan panjang 100 mm. Bila diperlukan hubungan atau perbandingan dengan silinder yang digunakan di lapangan, ukuran silinder harus berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Untuk ukuran silinder yang lain dapat dilihat pada Bab 3.3 di bawah.

2.2.2 Benda Uji Berbentuk Prisma Benda uji berbentuk prisma seperti balok untuk kuat lentur, kubus untuk kuat tekan, kuat rekat, dan lain-lain harus dicetak dengan sumbu memanjang terletak horisontal dan harus sesuai dengan ukuran yang ditentukan untuk pengujian tertentu. Ukuran benda uji yang biasa digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Ukuran Benda Uji Berbentuk Prisma

Jenis Benda Uji Ukuran (mm)

Kubus 150 x 150 x 150 200 x 200 x 200

Balok 500 x 100 x 100 600 x 150 x 150

2.2.3 Ukuran Benda Uji Yang Disesuaikan dengan Ukuran Agregat Diameter dari contoh uji silinder dan ukuran prisma tidak boleh kurang dari 3 kali diameter maksimum dari agregat kasar yang digunakan dalam beton. Agregat yang lebih besar daripada yang diijinkan harus dibuang keluar pada waktu pencetakan benda uji, atau dilakukan pengayakan terlebih dahulu sebelum agregat digunakan untuk campuran beton.

2.3 Bahan-bahan

2.3.1 Semen Semen yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai yang ditentukan dalam Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, SK SNI 03-6851-2002.

2.3.2 Agregat Agregat yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai yang ditentukan dalam Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, SK SNI S 03-6861.1-2002.

2.3.3 Air Air yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai yang ditentukan dalam Spesifikasi Bahan Bangunan A, SK SNI 03-6861.1-2002.

Page 5: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

5

2.3.4 Bahan Tambahan Untuk Beton Bahan tambahan untuk beton harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan pada buku standar mengenai bahan tambahan untuk beton SNI 03-2496-1991.

Page 6: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

6

BAB III KETENTUAN-KETENTUAN

3.1 Jumlah Benda Uji

Banyaknya benda uji minimum 3 buah untuk setiap jenis, umur dan kondisi pengujian. Bila contoh uji yang mencakup variabel yang ditentukan harus dibuat dari 3 kali adukan terpisah dari berbagai umur pengujian. Umur pengujian yang biasa dilakukan adalah 7 dan 28 hari untuk kuat tekan, kecuali beton yang menggunakan bahan tambahan jenis mempercepat waktu pengikatan atau menggunakan semen tipe III pengujian juga dilakukan pada umur 3 hari, serta 14 dan 28 hari untuk kuat lentur.

3.2 Temperatur

Bahan-bahan disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang seragam antara 20-30oC sebelum pengadukan.

3.3 Semen

Penyimpanan semen harus ditempat yang kering atau dalam wadah yang kedap air, sebaiknya terbuat dari logam. Untuk mendapatkan semen yang seragam, dapat dilakukan pengadukan secara menyeluruh. Semen harus lolos ayakan 1 mm dan setelah diayak dilakukan pengadukan diatas lembaran plastik selanjutnya disimpan dalam wadah.

3.4 Agregat

Dalam pengadaan agregat, apabila terdapat susunan besar butir yang tidak masuk dalam batas gradasi yang ditetapkan sehingga dapat menimbulkan segregasi, maka harus dilakukan pengayakan dan dipisahkan masing-masing fraksi kemudian digabung kembali sesuai dengan kebutuhan agar didapatkan agregat dengan besar butir yang beragam dan masuk dalam batas grading. Sebelum pencampuran beton, kondisi dan kadar air seluruh agregat harus dijamin seragam. Untuk hal ini, agregat dapat disimpan dalam ruangan lembab sampai saat agregat digunakan. Apabila agregat dalam kondisi alami, maka besarnya penyerapan air yang sebenarnya harus dihitung dan ditambahkan pada jumlah air adukan. Untuk beton yang menggunakan agregat ringan, dijelaskan pada buku standar ini.

Page 7: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

7

BAB IV CARA PELAKSANAAN

4.1 Penimbangan Bahan

Timbanglah masing-masing bahan dengan menggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian sesuai yang ditetapkan pada Bab 2.1.9. Banyaknya bahan sesuai yang ditetapkan dari hasil rancang campur beton (concrete mix design) dengan koreksi seperlunya bila agregat dalam kondisi alami.

4.2 Cara Pembuatan

4.2.1 Pengadukan Beton meliputi : 1) Umum

Aduklah beton dalam sebuah pengaduk yang umum digunakan atau diaduk dengan tangan dalam sebuah wadah yang banyaknya 10% melebihi dari adukan beton yang diperlukan dalam pencetakan benda uji.

Cara pengadukan dengan tangan kurang begitu bagus untuk kadar udara pada beton disamping nilai slump juga tidak tetap.

Pengadukan dengan tangan tidak boleh lebih dari 7 liter setiap mengaduknya.

2) Pengadukan dengan Mesin

Jalan mesin aduk terlebih dahulu kemudian dimasukkan agregat kasar dan sejumlah air adukan, atau disesuaikan dengan tipe mesin adukan.

Apabila digunakan bahan tambahan untuk beton, bahan tersebut dicampurkan terlebih dahulu pada air adukan atau disesuaikan dengan petunjuk penggunaan selanjutnya ditambahkan bahan agregat halus, semen, dan seluruh sisa air adukan.

Apabila penambahan bahan tersebut tidak dapat dilakukan pada saat mesin aduk berjalan, maka mesin aduk dapat dihentikan terlebih dahulu.

Beton diaduk kembali setelah seluruh bahan masuk kedalam tempat pengaduk (mixer) selama 3 menit, kemudian 3 menit berhenti dan dilanjutkan 2 menit diaduk kembali sampai rata betul.

Selama berhenti dalam pengadukan, tempat adukan (mixer) harus ditutup rapat.

Agar tidak terjadi segregasi, sisa adukan dibersihkan dan dicampur kembali kedalam campuran dan diaduk kembali dengan menggunakan sendok aduk atau sekop sampai didapatkan adukan yang rata.

3) Pengadukan dengan Tangan

Campurlah adukan pada sebuah wadah yang bersih dan kedap air yang telah dibasahi terlebih dahulu.

Alat pengaduk dapat digunakan sekop, dengan kondisi agregat sesuai dengan yang telah diuraikan pada Bab 3.4 yang pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

Page 8: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

8

− Campurlah semen dengan bubuk bahan tambahan (apabila berupa bubuk dan tidak larut dalam air) dan pasir tanpa air terlebih dahulu hingga didapatkan campuran yang rata.

− Tambahkan agregat kasar dan diaduk tanpa air terlebih dahulu sampai distribusi kerikil terlihat rata betul dan sempurna.

Selanjutnya air adukan yang telah dicampur dengan bahan tambahan (bila digunakan berupa cairan) ditambahkan dan diaduk sampai didapatkan adukan beton yang homogen dan kekentalan yang sesuai dengan beton yang diinginkan.

4) Adukan Beton

Ambillah adukan beton untuk pencetakan benda uji yang dapat mewakili sifat dan kondisi adukan beton.

Sebelum dicetak, dilakukan kembali pengadukan selanjutnya ditutup rapat permukaannya agar tidak terjadi penguapan.

4.2.2 Slump dan Kadar Udara 1) Slump

Ukurlah slump dari tiap-tiap pengadukan secepatnya setelah selesai pengadukan, sesuai dengan metoda dalam buku standar cara pengukuran slump.

2) Kadar Udara

Bila dibutuhkan, ukurlah kadar udara dari adukan beton dengan metoda yang sesuai dengan buku standar cara penentuan kadar udara pada beton segar.

4.2.3 Pembuatan Benda Uji 1) Penempatan Cetakan

Tempatkan cetakan dekat dengan penyimpanan awal dimana benda uji akan disimpan selama 24 jam. Apabila pencetakan benda uji tidak dapat dikerjakan dekat tempat penyimpanan awal, benda uji tersebut harus dipindahkan segera setelah dibentuk.

Cetakan ditempatkan pada tempat yang permukaannya rata, keras, bebas dari getaran dan gangguan lainnya.

Permukaan contoh uji harus dihindari dari benturan, jungkitan dan goresan pada saat pemindahan ke tempat penyimpanan/perawatan.

2) Pencetakan

Masukkan adukan beton dalam cetakan dengan menggunakan sendok aduk, sendok bahan atau sekop.

Setiap pengambilan adukan dari wadah harus dapat mewakili dari campuran tersebut. Apabila diperlukan campuran beton diaduk kembali dengan menggunakan sendok aduk agar tidak terjadi segregasi selama pencetakan benda uji.

Sekop atau sendok aduk diletakkan dibawah permukaan bagian atas cetakan dimana adukan beton akan dituangkan, untuk menjamin distribusi atau mengurangi segregasi agregat kasar pada cetakan.

Selanjutnya beton diratakan dengan menggunakan alat penusuk terlebih dahulu untukl pemadatan awal. Pada lapisan akhir, ditambahkan adukan beton sampai melebihi permukaan cetakan agar tidak perlu penambahan kembali setelah beton dipadatkan.

Page 9: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

9

3) Jumlah Lapisan

Jumlah lapisan pencetakan benda uji harus sesuai pada Tabel 3 di bawah.

Tabel 3 Jumlah Lapisan Pada Pembuatan Benda Uji

Jenis benda uji

Tinggi (mm)

Cara pemadatan Jumlah lapisan

Tebal lapisan (mm)

Silinder < 300 > 300 < 400 > 400

ditusuk ditusuk digetar digetar

3 sesuai yang dibutuhkan

2 3 atau lebih

100 100 200 200

Prisma < 200 > 200 < 200 > 200

ditusuk ditusuk digetar digetar

2 3 atau lebih

1 2 atau lebih

100 100 200 200

4.2.4 Pemadatan 1) Metode Pemadatan

Metode pemadatan dapat dilakukan dengan cara ditusuk, digetar dari dalam (dengan jarum getar/getaran internal) atau digetar dari luar (dengan meja getar).

Pemilihan metoda yang akan digunakan berdasarkan nilai slump dari adukan beton yang akan digunakan.

Adukan beton dengan slump lebih dari 75 mm, pemadatan dilakukan dengan cara ditusuk. Slump antara 25 sampai dengan 75 mm dapat ditusuk atau digetar, dan slump dibawah 25 mm dilakukan dengan cara digetar.

Pemadatan dengan getaran internal jangan dilakukan untuk contoh uji silinder dengan diameter 100 mm atau kurang, dan contoh uji prisma atau balok dengan sisi 100 mm atau kurang. Catatan :

Untuk beton dengan kadar air rendah atau dengan slump nol, tidak tercakup dalam metode ini.

2) Penusukan

Tuangkanlah adukan beton pada cetakan dengan ketebalan dan jumlah lapisan sesuai dengan yang ditetapkan.

Tusuklah setiap lapisan ditusuk dengan ujung bagian yang runcingnya dari batang penusuk, yang mana jumlah tusukan dan besar batang penusuk sesuai dengan Tabel 4.

Page 10: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

10

Tabel 4 Diameter Batang Penusuk dan Jumlah Tusukan pada Pencetakan Benda Uji

Jenis benda uji Diameter batang penusuk (mm)

Jumlah pemadatan tiap lapis

Silinder dengan diameter 50-150 mm

150 mm 200 mm 250 mm

10 16 16 16

25 25 50 75

Prisma dengan luas permukaan (cm2)

160 165-310

320

10 10 16

25 1 x per 7 cm2 luas permukaan 1 x per 7 cm2 luas permukaan

Tusuklah lapisan yang paling bawah ditusuk hingga menembus ketebalannya. Penusukkan dilakukan secara merata pada penampang permukaan cetakan dan untuk setiap lapisan atas batang penusuk dibiarkan menembus sedalam 12 mm kedalam lapisan dibawahnya, untuk lapisan setebal 100 mm dan kira-kira 25 mm untuk lapisan setebal diatas 100 mm. Setelah selesai penusukan, bagian luar dipukul-pukul secara ringan dengan palu karet agar lubang udara tertutup. Setelah seluruh lapisan ditusuk, permukaan cetakan diratakan dengan alat perata seperti roskam, atau alat lainnya agar dipadatkan permukaan benda uji yang licin dan rata.

3) Penggetaran

Lamanya penggetaran tergantung pada tingkat kemudahan pengerjaan beton dan efektifitas dari alat getar.

Pada umumnya penggetaran yang cukup dilakukan sampai permukaan beton menjadi licin.

Penggetaran dilakukan terus menerus pada setiap lapis sampai diperoleh beton yang cukup padat.

Penggetaran yang berlebihan akan menyebabkan pemisahan agregat dan pasata semen. Semua beton dituangkan kedalam setiap lapisan cetakan sebelum penggetaran dilakukan. Permukaan dilicinkan selama penggetaran, jika digunakan alat getar eksternal (meja getar) atau sesudah penggetaran jika digunakan alat penggetar internal.

Khusus untuk pencetakkan benda uji berbentuk silinder, gunakan tiga sisipan penggetar pada titik yang berbeda untuk setiap lapisan.

Biarkan penggetar menembus melalui lapisan yang sedang digetar, dan kedalam lapisan dibawahnya sampai mendekati mm. Setelah masing-masing lapisan digetar, pukul bagian luar cetakan sebanyak 10 sampai 15 kali dengan palu/pemukul.

Page 11: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

11

4.2.5 Penyelesaian Setelah dipadatkan dengan salah satu dari berbagai metoda di atas, kecuali contoh uji yang dapat dilicinkan/diselesaikan pada saat penggetaran, permukaan diratakan dengan roskam dan bagian sisanya (kelebihannya) dibuang hingga didapatkan permukaan beton yang betul-betul rata dan licin. Untuk contoh uji silinder, selesai dipadatkan permukaannya diratakan dengan batang penusuk bila kekentalannya memungkinkan dan dengan roskam apabila kekentalannya tidak memungkinkan. Bila diinginkan, permukaan silinder dapat diberi lapisan tipis dari pasta semen portland sebagai perata.

4.3 Cara Perawatan

4.3.1 Penutupan Setelah Penyelesaian Untuk menjaga penguapan air dari beton segar, benda uji setelah diselesaikan/dilicinkan harus ditutup dengan bahan yang tidak mudah menyerap air, tidak reaktif dan mudah digunakan, tetapi juga harus dapat menjaga kelembaban sampai saat contoh uji dilepas dari cetakan. Bila digunakan lembaran plastik tersebut dihamparkan melebihi permukaan dari seluruh benda uji untuk menjaga kelembabannya. Permukaan cetakan bagian luar harus dijaga jangan sampai berhubungan langsung dengan air selama 24 jam pertama setelah beton dicetak, sebab dapat merubah air dalam adukan dan menyebabkan rusaknya benda uji.

4.3.2 Pelepasan Benda Uji dari Cetakan Lepaslah benda uji dari cetakan setelah 20 jam dan jangan lebih dari 48 jam setelah pencetakan.

4.3.3 Perawatan Benda Uji Jika tidak ditentukan dengan cara lain, rendamlah seluruh benda uji dalam air yang mempunyai suhu 23 ± 2oC mulai pelepasan dari cetakan hingga saat pengujian dilakukan. Ruang penyimpanan harus bebas dari getaran terutama pada waktu 48 jam pertama setelah benda uji disimpan. Untuk pencetakan ulang, perlakuan kondisi perawatan harus sama seperti yang diuraikan di atas. Kondisi perawatan seperti inijuga dapat dilakukan dengan cara merendam didalam air yang jenuh kapur juga dapat disimpan didalam ruang lembab atau dalam lemari lembab. Benda uji harus dijaga dari tetesan air atau aliran air dari luar.

4.3.4 Benda Uji untuk Kuat Lentur Perlakuan benda uji untuk kuat lentur sama seperti di atas, (4.3.3), kecuali pada akhir perawatan selema minimum 24 jam sebelum diuji harus direndam dahulu dalam air yang jenuh kapur dengan suhu 23 ± 2oC. Setelah itu keluarkan benda uji dari tempat perendaman beberapa saat sebelum dilakukan pengujian agar permukaannya cukup kering terlebih dahulu.

Page 12: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

12

BAB V LAPORAN

5.1 Ketelitian Pekerjaan

Untuk mengetahui ketelitian dari pekerjaan, dibuat laporan dari berbagai hasil pengujian. Dari data-data tersebut dianalisa untuk mendapatkan nilai deviasi standar berdasarkan pelaksana pengujian pada laboratorium yang sama dan juga dibandingkan dengan hasil dari laboratorium yang lain. Selanjutnya hasil yang diperoleh dibandingkan dengan ketentuan pada Tabel 5 di bawah.

Tabel 5 Nilai Standar Deviasi yang Diijinkan untuk Ketelitian Pekerjaan di Laboratorium dengan Minimum 2 Kali Pengujian

Jumlah Nilai standar deviasi Pelaksana Percobaan Laboratorium Slump

(cm) Kadar

Udara (%) Berat Isi (kg/m3)

Kuat Tekan 7 hari (Mpa)

1 orang 1 1 1,8 0,3 14 1,4 2 orang 2 1 5,0 0,8 40 4,1 > 2 orang > 2 > 2 2,5 0,4 22 2,5

5.2 Data-data Bahan

Semua data-data bahan dan proporsi adukan yang digunakan dalam pembuatan beton harus dicatat dan dilaporkan dalam bentuk formulir seperti contoh berikut :

Page 13: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

13

Tabel 6 Formulir Penerimaan Bahan dan Proporsi Adukan

No Uraian Keterangan

1. Nama Bahan ………………………………………. 2. Asal Bahan ………………………………………. 3. Pengiriim ………………………………………. 4. Tanggal diterima ………………………………………. 5. Minta diuji ………………………………………. 6. Tanggal diuji ………………………………………. 7. Proporsi Adukan : ………………………………………. − Semen (kg) ………………………………………. − Pasir (kg) ………………………………………. − Kerikil (kg) ………………………………………. − Air (kg) ………………………………………. − Bahan Tambahan (%) ……………………………………….

Tempat dan tanggal diterima

Mengetahui Penanggung Jawab;

ttd

………………………………

nama jelas

Yang mengirim;

ttd

………………………………

nama jelas

Yang menerima;

ttd

………………………………

nama jelas

Page 14: SNI 03-2493-1991.pdf

SNI 03-2493-1991

14

LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

Batang penusuk : Tamping roads Penggetar internal/jarum getar : Internal vibratiors Penggetar eksternal/meja getar : External vibratiors Alat uji slump : Slump apparatus Alat uji kadar udara : Air content apparaturs Pengaduk beton : Concrete mixer Beton segar : Freshly concrete Beton keras : Hardened concrete Sekop : Shovel Sendok aduk : Hand scoop Lembab : Mosit Perawatan : Curing