SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    1/22

    SOLIDIFIKASI

    1. TUJUAN PERCOBAAN

    Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasilimbah berbahaya agar kontaminan dalam terlarut dapat larut atau terekstrak kembali

    ke air atau tidak menyebar ke lingkungan.

    2. ALAT YANG DI GUNAKAN- Pengaduk- Wadah polyetilen- Gelas piala 100ml, 1000ml, 2000ml- Gelas ukur 100ml, 500 ml- Alat uji tekan- Ph meter

    3. BAHAN YANG DI GUNAKAN- Lumpur dan limbah padat- Semen- Fly ash

    4. DASAR TEORI

    Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedemikian rupa sehingga

    mempunyai sifat fisik dan kimia yang stabil sehingga aman untuk penangan. Proses

    selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan sementara sampai penyimpanan lestari. Bahan

    yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash

    SUMBER LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ( B3 )

    Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI,

    ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industri

    skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga

    memiliki potensi menghasilkan limbah B3.

    1. Industri Tekstil dan kulit

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    2/22

    Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil adalah penggunaan zat warna.

    Beberapa zat warna dikenal mengandung Cr, seperti senyawa Na 2Cr 3O7 atau senyawa

    Na 2Cr 3O7. Industri batik menggunakan senyawa Naftol yang sangat berbahaya.

    Senyawa lain dalam kategori B3 adalah H 2O2 yang sangat reaktif

    dan HClO yang bersifat toksik.

    Beberapa tahap proses pada indusrti kulit yang mneghasilkan limbah B3

    antara lain washing, soaking, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling,

    dan degreasing. Tahap selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing.

    Proses tersebut menggunakan pewarna yang mengandung Cr dan H2SO4. Hal

    inilah yang menjadi pertimbangan untuk memasukkan industrikulit dalam

    kategori penghasil limbah B3.

    2. Pabrik kertas dan percetakan

    Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas berasal dari proses

    pengambilan kmebali (recovery) bahan kimia yang memerlukan stabilisasi

    sebelum ditimbun. Sumber limbah lainnya ada pada permesinan kertas, pada

    pembuangan (blow down) boiler dan proses pematangan kertas yang

    menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut diolah, dihasilkan

    konsentrat lumpur beracun.

    Produk samping proses percetakan yang dianggap berbahaya dan beracun

    adalah dari limbah cair pencucian rol film, pembersihan mesin, dan

    pemrosesan film. Proses ini menghasilkan konsentrat lumpur sebesar 1-4

    persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri persuratkabaran yang

    memiliki tiras jutaan eksemplar ternyata memiliki potensi sebagai

    penghasil limbah B3.

    3.

    Industri kimia besarKelompok industri ini masuk dalam kategori penghasil limbah B3, yang antara

    lain meliputi pabrik pembuatan resin, pabrik pembuat bahan pengawet kayu,

    pabrik cat, pabrik tinta, industri gas, pupuk, pestisida, pigmen, dan

    sabun. Limbah cair pabrik resin yang sudah diolah menghasilkan lumpur beracun

    sebesar 3-5 persen dari volume limbah cair yang diolah. Pembuatan cat

    menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (water-base) maupun

    zat pelarut (solvent-base). Sedangkan industri tinta menghasilkan limbah

    terbesar dari dari pembersihan bejana-bejana produksi, baik cairan maupun

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    3/22

    lumpur pekat. Sementara, timbulnya limbah beracun dari industri pestisida

    bergantung pada jenis proses pada pabrik tersebut, yaitu apakah ia

    benar-benar membuat bahan atau hanya memformulasikan saja.

    4. Industri farmasi

    Kelompok indusrti farmasi terbagi dalam dua sub-kelompok, yaitu

    sub-kelompok pembuat bahan dasar obat dan sub-kelompok formulasi dan

    pengepakan obat. Umumnya di Indonesia adalah sub-kelompok kedua yang tidak

    begitu membahayakan. Tapi, limbah industri farmasi yang memproduksi

    atibiotik memiliki tingkat bahaya cukup tinggi. Limbah industri farmasi

    umumnya berasal dari proses pencucian peralatan dan produk yang tidak

    terjual dan kadaluarsa.

    5. Industri logam dasar

    Industri logam dasar nonbesi menghasilkan limbah padat dari pengecoran,

    percetakan, dan pelapisan, yang mengahasilkan limbah cair pekat beracun

    sebesar 3 persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri logam untuk

    keperluan rumah tangga menghasilkan sedikit cairan pickling yang tidak

    dapat diolah di lokasi pabrik dan memerlukan pengolahan khusus. Selain itu

    juga terdapat cairan pembersih bahan dan peralatan, yang konsentratnya

    masuk kategori limbah B3.

    6. Industri perakitan kendaraan bermotor

    Kelompok ini meliputi perakitan kendaraan bermotor seperti mesin, disel,

    dan pembuatan badan kendaraan (karoseri). Limbahnya lebih banyak bersifat

    padatan, tetapi dikategorikan sebagai non B3. Yang termasuk B3 berasal dari

    proses penyiapan logam (bondering) dan pengecatan yang mengandung logam

    berat seperti Zn dan Cr.

    7. Industri baterai kering dan aki

    Limbah padat baterai kering yang dianggap bahaya berasal dari proses

    filtrasi. Sedangkan limbah cairnya berasal dari proses penyegelan. Industri

    aki menghasilkan limbah cair yang beracun, karena menggunakan H2SO4 sebagai

    cairan elektrolit.

    8. Rumah sakit

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    4/22

    Rumah sakit menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair, bahkan juga

    limbah gas, bakteri, maupun virus. Limbah padatnya berupa sisa obat-obatan,

    bekas pembalut, bungkus obat, serta bungkus zat kimia. Sedangkan limbah

    cairnya berasal dari hasil cucian, sisa-sisa obat atau bahan kimia

    laboratorium dan lain-lain. Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai

    karateristik bisa mengakibatkan infeksi atau penularan penyakit. Sebagian

    juga beracun dan bersifat radioaktif.

    SECARA SINGKAT SUMBER- SUMBER LIMBAH B3

    1. Industri Farmasi : Umumnya berasal dari proses pencucian peralatan dan produk

    yang tidak terjual dan kadaluarsa dan juga dari sisa-sisa obat-obatan.

    2. Industri Logam : Umumnya menghasilkan limbah padat dari pengecoran

    ,percetakan ,dan pelapisan logam.

    3. Industri Kendaraan Bermotor : Umumnya berasal dari proses penyiapan logam

    (bandering) dan pengecatan yang mengandung logam berat.

    4. Industri Kimia : Umumnya berupa limbah cair dan lumpur yang berkonsentrasi

    pekat.

    5. Industri Tekstil : Umumnya dari penggunaan zat pewarna yang mengandung Cr.

    6. Industri Kertas : Umumnya bersal dari proses pengambilan kembali (recovery)

    bahan kimia yang memerlukan stabilisasi sebelum ditimbun.

    7. Rumah Sakit : Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai karakteristik yang

    bisa mengakibatkan infeksi atau penularan racun. sebagian juga beracun dan bersifat

    korosif. Umumnya berasal dari pencucian alat-alat medis dan sisa obat-obatan atau

    jarum suntik.

    8. Rumah Tangga : Umumnya berasal dari sisa-sisa makanan yang mengandung unsur

    B3.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    5/22

    UNIT PENGOLAHAN LIMBAH B3

    LANGKAH- LANGKAH PENGOLAHAN LIMBAH B3

    a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi ( deep wel l i nj ection )

    Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah

    dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,

    di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,

    limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah

    maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau

    korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes

    kelapisan tanah.

    b. Kolam penyimpanan ( sur face impoundments )

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    6/22

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    7/22

    Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

    a. Concentration thickening

    Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah

    dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya

    digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge .

    Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi

    kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler

    gravity thickener dan centrifuge , beberapa unit pengolahan limbah

    menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

    b. Treatment, stabilization, and conditioning

    Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan

    menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses

    pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia

    berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia

    dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan

    memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan

    destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses

    destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yangterlibat pada tahapan ini ialah lagooning , anaerobic digestion , aerobic

    digestion , heat treatment , polyelectrolite flocculation , chemical conditioning ,

    dan elutriation .

    c. De-watering and drying

    De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

    kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat

    pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasadigunakan adalah drying bed , filter press , centrifuge , vacuum filter , dan belt

    press .

    d. Disposal

    Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang

    terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis , wet air oxidation , dan

    composting . Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary

    landfill , crop land , atau injection well .

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    8/22

    2. Solidification/Stabilization

    Di samping chemical conditiong , teknologi solidification/stabilization juga dapat

    diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan

    sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan

    menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi

    toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses

    pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut

    seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses

    solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,

    yaitu:

    1. Macroencapsulation , yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah

    dibungkus dalam matriks struktur yang besar

    2. Microencapsulation , yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan

    pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat

    mikroskopik

    3. Precipitation

    4. Adsorpsi , yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada

    bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

    5. Absorbsi , yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke

    bahan padat

    6. Detoxification , yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi

    senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama

    sekali

    Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan

    bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum

    mixing, in-situ mixing , dan plant mixing . Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi

    diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-

    04/BAPEDAL/09/1995.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    9/22

    3. Incineration

    Teknologi pembakaran ( incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi

    pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar

    90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari

    sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah

    dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses

    insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki

    beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat

    dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan

    lahan yang relatif kecil.

    Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi ( heating

    value ) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan

    berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi

    yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum

    diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln , multiple hearth ,

    fluidized bed , open pit , single chamber , multiple chamber , aqueous waste injection ,

    dan starved air unit . Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai

    kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secarasimultan.

    Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3

    Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga

    mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam

    jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul

    umumnya menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan

    lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon

    dioksida (CO 2), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang.

    Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah

    limbah B3.

    Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran

    dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi

    senyawa sederhana seperti CO 2 dan H2O.

    http://limbahb3.com/index.php/limbah-b3.htmlhttp://limbahb3.com/index.php/limbah-b3-2.htmlhttp://limbahb3.com/index.php/limbah.htmlhttp://limbahb3.com/index.php/limbah.htmlhttp://limbahb3.com/index.php/limbah-b3-2.htmlhttp://limbahb3.com/index.php/limbah-b3.html
  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    10/22

    Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair,

    gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik

    seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat

    karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator

    dioperasikan I

    Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai senyawa

    organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus yang sudah

    terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain dan

    potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan

    operasional.

    Penanganan Limbah B3

    Hazardous Material Container

    Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang

    mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk

    proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan

    sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan

    bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan

    kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di

    dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana

    kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahankenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan

    peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan

    kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak

    mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang

    dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang

    memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    11/22

    Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan

    dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan

    harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 22 kemasan. Limbah-limbah

    harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel.

    Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan

    melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus

    memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan

    dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif

    memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas

    untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan

    korosi.

    Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan

    pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan

    pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal

    pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan

    yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi

    pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang

    berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasantidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi

    dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas

    untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan

    khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang

    ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

    Gambar secured Landfil

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    12/22

    Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-faktor

    lainnya harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak lingkungan. Pemantauan

    pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air tidak terkontaminasi

    oleh limbah B3.

    Pembuangan Limbah B3 ( Disposal )

    Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang

    tersedia harus berakhir pada pembuangan ( disposal ). Tempat pembuangan akhir yang banyak

    digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well ( sumur

    pembuangan ). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah

    diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

    Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured

    landfill double liner , (2) secured landfill single liner , dan (3) landfill clay liner dan masing-

    masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

    Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar,

    sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahanlindi ( leachate ), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem

    pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup

    terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung

    drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus

    dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar

    mengetahui apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak

    boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    13/22

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    14/22

    seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi.

    Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.

    Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis

    limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima

    limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat

    mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam

    kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang

    lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.

    Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke

    sumur dalam ( deep injection well ). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan olehAmerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:

    1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal

    keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.

    2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas,

    limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.

    5. PROSEDUR KERJA- Tahap awal dilakukan pencampuran antara semen dan air- Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) di mulai dari 20 sampai 40 % dari

    berat semen. Diambil pencampuran yang paling baik

    - Kemudian ditimbang semen sebanyak. . . gram dan lumpur .. . gram dan dimasukkan

    ke dalam wadah 2 liter dan diaduk.

    - Setelah pencampuran limbah semen dan lumpur maka ditambahkan ke campuran

    tersebut air sebanyak..ml dengan pH.. lalu diaduk sehingga merata.- Kemudian hasil adukan tersebut dimasukkan kedalam wadah polyetilen yang tersedia.

    Lalu digetarkan lebih kurang 1 menit, Setelah itu tabung ditutup dan diperam selama

    beberapa hari.

    - Setelah pemeraman dilakukan pengujian terhadap kuat tekan, uji permibilitas dan uji

    lindi.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    15/22

    6. DATA PENGAMATAN

    1. Titrasi sebelum solidifikasi

    NO Sampel

    Volume titran (ml)

    KMnO4 0,1 M Perubahan warna

    1 Sampel 1 3,6 Dari warna bening

    menjadi agak ungu

    muda

    2 Sampel 2 2

    3 Sampel 3 1,1

    2. Titrasi setelah solidifikasi

    NO Sampel

    Volume titran (ml)

    KMnO 4 0,1 M Perubahan warna

    1 Sampel 1 0,5 Dari warna keruh

    menjadi ungu muda2 Sampel 2 0,3

    3 Sampel 3 0,1

    3. Kuat tekan setelah solidifikasi

    NO Sampel Tekanan

    1 Sampel 1 Sangat kuat

    2 Sampel 2 Kuat

    3 Sampel 3 Cukup kuat

    7. PERHITUNGAN

    1. Pembuatan Larutan- Pembuatan Larutan KMnO 4

    Gr BM = M v BM

    = 0,1 mol/ l x 0,5 l x 158, 0363 gr/mol

    = 7, 9018 gr

    - Larutan H 2SO 4 0,5 M 100 ml

    M1 = x g x1000

    BM

    = 1,84 gr/mol x 0,98 x 1000 mol/l

    98,08 gr/mol

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    16/22

    = 18, 38 mol/l

    M1. V1 = M2. V2

    M1 = M2 V2

    V1

    M1 = 0,5 mol/l . 0,1 l

    18, 09 gr/ mol

    M1 = 2,72 . 10-3 L

    M1 = 2, 72 ml

    2. Perhitungan Konsentrasi Fe +

    Menentukan Konsentrasi Fe+ pada sampel sebelum disolidifikasi

    - Sampel 1

    Volume titran = 3,6 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    3,6 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+

    55, 85 mol/ ml

    Mg Fe2+ = 20, 106 mg

    Kosentrasi Fe2+ = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 20, 106 mg

    0, 025 l

    = 804, 24 mg/ l- Sampel 2

    Volume titran = 2 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    2 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+55, 85 mol/ ml

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    17/22

    Mg Fe2+ = 11, 17 mg

    Kosentrasi Fe2+ = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 11, 17 mg

    0, 025 l

    = 446, 28 mg/ l

    - Sampel 3

    Volume titran = 1,1 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    1,1 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+

    55, 85 mol/ ml

    Mg Fe2+ = 6, 1435 mg

    Kosentrasi Fe2+ = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 6, 1435 mg

    0, 025 l

    = 245, 74 mg/ l

    Menentukan Konsentrasi Fe+ pada sampel setelah disolidifikasi

    - Sampel 1

    Volume titran = 0,5 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    0,5 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+

    55, 85 mol/ ml

    Mg Fe2+ = 2, 7925 mg

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    18/22

    Kosentrasi Fe2+ ( ppm ) = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 2, 7925 mg

    0, 025 l

    = 111,7 ppm

    - Sampel 2

    Volume titran = 0,3 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    0,3 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+

    55, 85 mol/ ml

    Mg Fe2+ = 1,6755 mg

    Kosentrasi Fe2+ ( ppm ) = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 1, 6755 mg

    0, 025 l

    = 67, 02 ppm

    - Sampel 3

    Volume titran = 0,1 ml

    KMnO4 = 0,1 mol/l

    Mmol titran = mmol analit

    M KMnO4 x V KMnO4 = mg Fe 2+

    BA Fe 2+

    0,1 ml x 0,1 mol/ml = mg Fe 2+

    55, 85 mol/ ml

    Mg Fe2+ = 0, 5585 mg

    Kosentrasi Fe2+ ( ppm ) = mg Fe2+

    V Fe 2+

    = 0, 5585 mg0, 025 l

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    19/22

    = 22, 34 ppm

    3. Menentukan Efisiensi Solidifikasi

    1. Sampel 1

    Efisiensi = ppm sebelum ppm sesudah x 100 %

    ppm sebelum

    = 804, 24 ppm x 111, 7 ppm

    804, 24 ppm

    = 86, 11 %

    2. Sampel 2

    Efisiensi = ppm sebelum ppm sesudah x 100 %

    ppm sebelum

    = 446, 8 ppm x 67, 02 ppm

    446, 8 ppm

    = 85 %

    3. Sampel 3

    Efisiensi = ppm sebelum ppm sesudah x 100 %

    ppm sebelum

    = 245, 74 ppm x 22, 34 ppm

    245, 74 ppm

    = 90,90 %

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    20/22

    8. ANALISA PERCOBAAN

    Dari percobaan yang dilakukan yaitu solidifikasi limbah dengan menggunakan semen.

    Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedemikian rupa sehingga

    mempunyai sifat fisik dan kimia yang stabil sehingga aman untuk penangan. Proses

    selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan sementara sampai penyimpanan lestari. Pada

    praktikum ini bahan yang digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen. Sedangkan

    kadar limbah yang akan di solidifikasi adalah limbah yang mengandung unsur Fe 2+.

    Sebelum di lakukan proses solidifikasi limbah dilakukan pengecekan konsentrasi kadar Fe2+

    pada limbah yaitu dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan KMnO4. Proses tersebut

    dilakukan dengan cara mengambil sampel limbah sebanyak 25 ml dan di tambahkan dengan

    larutan H2SO4 25 ml kemudian di tambahkan dengan indikator kemudian di titrasi. Setelahsemua konsentrasi sampel diketahui, di masukan semen ke dalam cairan sampel untuk

    dilakukan proses solidifikasi yaitu pada wadah yang terbuat dari polyetilen. Proses

    solidifikasi ini berlangsung selama 1 hari yaitu semen tersebut akan mengeras dan mengikat

    Fe2+ yang berlebih, sehingga konsentrasi nya akan mengecil.

    Setelah 1 hari, hasil solidifikasi di tambahkan dengan air aquadest, di biarkan 30 menit,

    kemudian air tadi di lakukan pengecekan kadar Fe2+ dengan cara yang sama sebelum di

    lakukan solidifikasi tadi. Kadar Fe2+ yang terkandung setelah dilakukan solidifikasi sangat

    kecil di bandingkan sebelum solidifikasi, ini membuktikan bahwa proses solidifikasi yang

    dilakukan cukup efektif. Limbah yang sering di tangani dengan cara solidifikasi umumnya

    adalah limbah B3 yaitu seperti : Limbah Industri Farmasi umumnya berasal dari proses

    pencucian peralatan dan produk yang tidak terjual dan kadaluarsa dan juga dari sisa-sisa obat-

    obatan, Limbah Industri Logam umumnya menghasilkan limbah padat dari pengecoran

    ,percetakan ,dan pelapisan logam, Limbah Industri Kendaraan Bermotor umumnya berasal

    dari proses penyiapan logam (bandering) dan pengecatan yang mengandung logam berat,Limbah Industri Kimia umumnya berupa limbah cair dan lumpur yang berkonsentrasi pekat,

    limbah Industri Tekstil, Limbah Industri dan Limbah Rumah Sakit.

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    21/22

    9. KESIMPULAN

    Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

    - solidifikasi limbah dengan menggunakan semen. Solidifikasi adalah proses pemadatan

    limbah berbahaya sedemikian rupa sehingga mempunyai sifat fisik dan kimia yang

    stabil sehingga aman untuk penangan

    - ppm sebelum disolidifikasi

    sampel 1 = 804, 24 ppm

    sampel 2 = 446,8 ppm

    sampel 3 = 245,74 ppm

    - ppm setelah disolidifikasi

    sampel 1 = 111,7 ppm

    sampel 2 = 67,02 ppm

    sampel 3 = 22, 34 ppm

    - Efisiensi

    sampel 1 = 86 %

    sampel 2 = 85 %

    sampel 3 = 90,90 %

    DAFTAR PUSTAKA

    Jobsheet. Penuntun praktikum Teknik pengolahan limbah. Politeknik Negeri Sriwijaya. 2013.

    Palembang

    Sumber-sumber lain yang terkait

  • 8/10/2019 SOLIDIFIKASI laporan ttp.docx

    22/22

    LAMPIRAN GAMBAR

    Sebelum Solidifikasi

    Sampel sebelum dititrasi sampel setelah dititrasi sebelum solidifikasi

    Setelah Solidifikasi

    Setelah di solidifikasi penambahan air setelah disolidifikasi

    Sampel sebelum dititrasi sampel setelah dititrasi