SP Neuro SGD 6 Isi Last Editt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurologi

Citation preview

ABSTRAK

Cerebral PalsyAngga Satria, Komang Agus, Agung, Budi, Rusmaya, Brahmasta, Adi, Wina, Satwika

Cerebral palsy (CP) merupakan suatu penyakit kerusakan jaringan otak yang permanen akibat cedera otak yang dapat terjadi selama di dalam kandungan dan proses kelahiran. Kejadian CP juga akan meningkat apabila bayi/janin mengalami: letak sungsang, proses persalinan sulit, prematuritas, malformasi SSP, perdarahan maternal, proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan, dan mental retardasi. Angka kejadian CP lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar serta usia ibu yang lebih dari 40 tahun. Mekanisme yang kini diketahui dengan jelas adalah CP pada kasus bayi lahir prematur yang membutuhkan ventilator mekanik. Temuan radiologis menunjukan adanya periventricular leukomalacia (PVL), yang merupakan cedera substantia alba dalam cerebri yang dekat dengan ventrikel lateral cerebri. Oleh karena itu akan terjadi kelemahan spastik pada kaki penderitanya. Gejala klinis yang muncul tergantung tipe CP pada anggota tubuh yang terkena seperti CP spastik adanya peningkatan refleks pada tendon, tremor, dan gaya berjalan seperti gunting, Pada tipe CP diskinesia adanya kesulitan pergerakan tangan dan kaki, lengan yang memburuk selama periode stres dan dalam keadaan tidur, tipe CP ataksia adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi. Diagnosa CP dapat ditegakan melalui pemeriksaan neuroradiologik seperti CT scan pada kepala, MRI kepala, dan USG (pada bayi dalam kandungan). Terapi yang diberikan dapat berupa fisioterapi, pembedahan, pendidikan dan obat-obatan. Prognosis pada anakanak penderita CP terkena dampak paling parah pada GMFCS (Gross Motor Function Classification System) tingkat V.Kata Kunci : Cerebral palsy, sistem saraf pusat, periventricular leukomalacia.BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otak merupakan salah satu komponen utama susunan saraf pusat yang mengisi seluruh cavitas crania. Kerusakan pada salah satu bagian otak akan menimbulkan gangguan pada tubuh, seperti pada penyakit cerebral palsy (CP). CP merupakan suatu penyakit kerusakan jaringan otak yang permanen dan non progresif akibat cedera otak yang dapat terjadi selama di dalam kandungan dan proses kelahiran.1,2,3 Kerusakan jaringan otak dapat mempengaruhi perkembangan otak normal, sehingga muncul kelainan dalam sikap, kelainan pergerakan disertai dengan kelainan neurologis akibat cedera pada sistem saraf pusat selama awal masa perkembangan yang dapat berupa kelumpuhan spastik, gangguan pada ganglia basal, gangguan pada cerebellum, dan kelainan mental kelainan dalam sikap.1Studi di Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir telah memberikan data statistik mengenai insidensi CP yaitu sekitar 764.000 anak-anak dan orang dewasa menderita CP. Sekitar 500.000 anak dibawah usia 18 tahun menderita CP dan sekitar 2 sampai 3 anak dari setiap 1000 anak menderita CP.4Dalam kesempatan ini penulis akan memberikan paparan terkait dengan penyakit ini dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya para calon dokter terhadap penyakit ini. Selain itu, penulis juga berharap deteksi dini penyakit ini semakin mudah dilaksanakan agar angka kesakitan penyakit ini menurun.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan student project ini adalah untuk mengetahui CP dalam kaitannya dengan definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, prognosis, dan pengobatanya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DefinisiCerebral palsy (CP) merupakan suatu penyakit kerusakan jaringan otak yang permanen akibat cedera otak yang dapat terjadi selama di dalam kandungan dan proses kelahiran.1 Beberapa kepustakaan menyatakan CP sebagai static encephalopathy karena sindrom yang terjadi secara non progresif.2,3 Namun istilah static encephalopathy tidak tepat lagi karena dalam beberapa kasus CP justru terjadi secara progresif.5 Kerusakan jaringan otak dapat mempengaruhi perkembangan otak normal, sehingga muncul kelainan dalam sikap, kelainan pergerakan disertai dengan kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastik, gangguan pada ganglia basal, gangguan pada cerebellum, dan kelainan mental.1,2,3,52.2 EpidemiologiStudi di Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir telah memberikan data statistik mengenai insidensi CP yaitu sekitar 764.000 anak-anak dan orang dewasa. Sekitar 500.000 anak dibawah usia 18 tahun menderita CP dan sekitar 2 sampai 3 anak dari setiap 1000 anak menderita CP.4Di Indonesia, penderita CP lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan dan terdapat pada anak pertama. Angka kejadian CP lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu hamil dengan anak yang mrenderita CP seringkali lebih dari 40 tahun. Prevalensi dari penyakit ini diperkirakan 1 sampai 5 tiap 1000 kelahiran hidup.62.3 Etiologi

CP merupakan penyakit dengan beragam penyebab (tabel 1). Kejadian CP juga akan meningkat apabila bayi/janin mengalami: (1) letak sungsang (2) proses persalinan sulit (3) apgar skor rendah (4) BBLR dan prematuritas (5) kehamilan ganda (6) malformasi SSP (7) perdarahan maternal dan proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan (8) hipertiroidism maternal, mental retardasi, dan kejang (9) kejang pada bayi waktu lahir.7Tabel 1. Pengelompokan CP Sindrom MotorikNeuropathologiPenyebab Utama

Spastik DiplegiaPeriventricularLeukomalacia (periventricular leukomalacic [PVL])PrematurIskemiaInfeksiEndokrin/metabolik (thyroid)

Spastik quadriplegiaPVLMulticystic encephalomalaciaMalformationsIskemiaInfeksiEndokrin/metabolikGenetik

HemiplegiaStroke: in utero atau pada fase neonatesThrombophilic disordersInfeksiGenetik Periventricular hemorrhagic infarction

Extrapyramidal (athetoid, dyskinetic)Kondisi patologis pada basal ganglia: putamen, globus pallidus, thalamusAsphyxiaKernicterusMitochondrialGenetik

Dikutip dari Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed dengan modifikasi.2.4 Patofisiologi

Terjadinya CP oleh beberapa penyebab kebanyakan belum diketahui mekanismenya secara jelas.2,5 Mekanisme yang kini diketahui dengan jelas adalah CP pada kasus bayi lahir prematur yang membutuhkan ventilator mekanik. Temuan radilologis menunjukan adanya periventricular leukomalacia (PVL), yang merupakan cedera substantia alba dalam cerebri yang dekat dengan ventrikel lateral cerebri. Area periventricular tersusun atas sejumlah akson dari cortical upper motor neurons yang terproyeksi dalam lumbar spinal cord, memiliki sinaps pada spinal motor neurons yang berfungsi mempersarafi tungkai bawah. Oleh karena itu akan terjadi kelemahan spastik pada kaki penderitanya. Faktor fisiologis yang mendukung terjadinya PVL yaitu mudah pecahnya pembuluh periventricular, terhambatnya kemampuan auto-regulasi cerebrovascular, astrosit imatur sehingga respon terhadap cedera kurang, dan tingginya komposisi air dalam otak neunatus. Kaitan antara infeksi dan PVL diperkirakan karena timbulnya cedera neurologis yang diakibatkan oleh sitokin.22.5 Gejala KlinisGejala klinis yang muncul pada pasien dengan CP berdasarkan tipe adalah sebagai berikut :

1. Pasien dengan CP spastik sekitar 70-80% pasien menunjukkan adanya peningkatan refleks pada tendon, tremor, hipertonik otot, kelemahan, dan gaya berjalan seperti gunting yang nampak khas.

2. Pasien dengan CP diskinesia sekitar 10-20% pasien menunjukkan adanya kesulitan pergerakan tangan, kaki, lengan yang memburuk selama periode stres dan dalam keadaan tidur.

3. Pasien dengan CP ataksia pada 5-10% pasien yang didominasi dengan adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi. Pasien berjalan dengan gaya berjalan yang lebar yang disertai tremor yang megganggu aktivitas sehari-hari, sehingga diperlukan adanya fungsi motorik yang baik.

Gangguan intelektual terjadi pada sekitar 2-3 pasien dengan CP. Sekitar setengah dari anak-anak dengan CP mengalami kejang, masalah pertumbuhan, gangguan penglihatan atau pendengaraan serta gangguan perabaan yang diakibatkan oleh abnormalitas neurologik.82.6 DiagnosisKriteria yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis adalah dengan membagim kelainan motorik menjadi 6 kategori, yaitu : (1) Postur dan pola pergerakan (2) pola motor oral (3) strabismus (4) tonus otot (5) evaluasi reaksi yang menonjol dan postural (6) tendoin bagian dalam, infantil dan platar reflex. Menurut Levine disimpulkan bahwa: (1) diagnosis CP dapat ditegakkan, jika minimum terdapat 4 abnormalitas dari 6 kriteria diatas (2) dengan kriteria di atas dapat dibedakan apakah ini CP atau bukan (3) apabila terdapat hanya 1 kategori kelainan motorik, diagnosis tidak dapat ditegakkan melainkan hanya dicurigai CP.7

Selain dengan kriteria di atas, diagnosis juga dapat ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan lain yaitu : pemeriksaan neuroradiologik seperti CT scan pada kepala, MRI kepala, dan USG (pada bayi dalam kandungan). Gejala lain yang berhubungan CP seperti kejang, gangguan mental, dan visus atau masalah pendengaran memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang lain. Jika diduga adanya penyakit kejang, EEG harus dilakukan untuk membantu dokter untuk melihat aktivitas elektrik. Pemeriksaan intelegensi perlu dikerjakan untuk menentukan derajat gangguan mental. Jika diduga ada masalah pengelihatan, dokter harus merujuk penderita CP ke optalmologist untuk dilakukan pemeriksaan, begitu pula jika terdapat gangguan pendengaran, dapat dirujuk ke otologist. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita CP. Identifikasi kelainan penyerta sangat penting sehingga diagnosis dini akan lebih mudah ditegakkan.72.7 Pengobatan dan Edukasi

Terapi dini dapat mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologi CP, meskipun hingga saat ini belum ada terapi yang spesifik. Terapi yang diberikan dapat berupa fisioterapi, pembedahan, pendidikan dan obat-obatan. Jenis terapi atau latihan pada pasien CP dapat diberikan berdasarkan pada penggolongan derajat kemampuan fungsional yaitu (1) pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin, dan sebagainya, (2) pada keadaan tonus otot berlebihan, dapat diberikan obat dari golongan benzodiazepin, misalnya diazepam, klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon), (3) pada penderita dengan depresi dapat diberikan golongan golongan imipramin, (4) pada keadaan koreoatestosis diberikan obat dari golongan artan.9Tujuan terapi pasien CP adalah membantu pasien dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga penderita diharapkan bisa lebih mandiri. Keluarga atau orang-orang terdekat dari pasien CP diharapkan dapat memberi perhatian yang optimal, memberi motivasi dalam perawatan pasien seperti berkomunikasi yang baik yaitu dengan tersenyum, menggunakan kata-kata yang sederhana, tidak memaksa pasien untuk berbicara, sehingga pasien akan semakin mudah menerima kondisi dialaminya dan mempelajari sedini mungkin tanda-tanda peringatan kejang yang akan muncul.92.8 PrognosisAnak-anak yang mengalami CP terkena dampak paling parah pada GMFCS (gross motor function classification system) tingkat V dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi termasuk yang mengalami infeksi saluran pernapasan. Anak-anak dengan kesulitan gerak kepala, tidak bisa berguling, atau pemberian asupan makanan melalui tabung gastrostomi pada usia 5 tahun yang memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan anak-anak lain dengan CP. Anak-anak dengan kejang berulang (berat) atau dengan pneumonitis aspirasi berulang juga memiliki prognosis buruk.10BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

CP (CP) merupakan suatu penyakit kerusakan jaringan otak yang permanen akibat cedera otak yang dapat terjadi selama di dalam kandungan dan proses kelahiran. CP adalah penyebab tersering kecatatan pada anak, yang selama dua dekade terakhir ini semakin meningkat prevalensinya yaitu sekitar 2,4% untuk kasus CP ataksia, 2,6% untuk kasus CP diskinesia 15,4 % dan 76,9% untuk CP spastik. CP dapat disebabkan oleh iskemia, infeksi, genetic, dan lain - lain. Diagnosa CP dapat ditegakan melalui pemeriksaan neuroradiologik seperti CT Scan pada kepala, MRI kepala, dan USG (pada bayi dalam kandungan). Pada temuan radilologis CP menunjukan adanya periventricular leukomalacia (PVL). Terapi yang diberikan dapat berupa fisioterapi, pembedahan, pendidikan dan obat-obatan. Prognosis pada anak - anak penderita CP terkena dampak paling parah pada GMFCS tingkat V.3.2 Saran

Oleh karena seringnya kasus dari CP di Indonesia, dalam kesempatan ini penulis menyarankan agar mahasiswa kedokteran lebih memahami gejala khas serta mekanisme dari penyakit ini, dengan harapan pencegahan dan penatalaksanaan dapat dilakukan sedini mungkinDaftar pustaka

1. Fairhurst C. Cerebral palsy : the whys and hows. Arch Dis Child Educ Pract 2012. Ed 97. 122-131

2. Heilbroner P L, Castaneda G Y.Pediatric Neurology: Essentials for General Practice: Essentials for General Practice, 1st Ed.USA:Lippincott Williams & Wilkins;2007

3. Flaherty, A W. Rost, N S.Massachusetts General Hospital Handbook of Neurology, The, 2nd Ed.Lippincott.USA:Williams & Wilkins;2007.p 134

4. Anonim. About Cerebral Palsy. MyChild. 2012. Cerebralpalsy.org/about-cerebral-palsy/ ( 11 November 2012)

5. Kliegman R M, Behrman R E, Jenson H B, Stanton B F. Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders, An Imprint of Elsevier. USA. 2007

6. Thornhill A. Naarden KV. et al. Cerebral palsy: Classification and Epidemiology. Philadelphia. Elsevier Inc. 2009

7. Saharso D. Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana. Surabaya. OpenUrika Creative Multimedia and Presentations Division. 2006

8. Krigger KW. CP. American Family Physician. 2006 ; 73 (1) : 91-100

9. Anonym. How you can help your child with cerebral palsy. www.cbm.org/article/downloads/54741/cerebral_palsy_Toolkit_-_Part_1_Flipchart_English_ .pdf

10. Gregory S. Liptak, Nancy A. Murphy and the Council on Children With Disabilities. Providing a Primary Care Medical Home for Children and Youth With Cerebral Palsy. 2011.p 5 available at http://pediatrics.aappublications.org/content/128/5/e1321.full.html8