Upload
fadjrianah
View
12
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
don't recycle
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikrokontroler ATMega 8535
Mikrokontroller ATMega 8535 yang merupakan IC CMOS 8-bit yang
memiliki daya rendah dalam pengoperasiannya dan berbasis pada arsitektur RISC
(Reduced Instruction Set Computing) AVR. ATMega 8535 dapat mengeksekusi
satu instruksi dalam sebuah siklus clock, dan dapat mencapai 1 MIPS per MHz.
Adapun fitur-fitur yang terdapat pada sistem mikrokontroller AVR
ATMEGA 8535 adalah sebagai berikut
1. 8 Kbyte In-System Programmable Flash dengan kemampuan membaca
ketika menulis
2. 512 byte EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory)
3. 512 byte SRAM ( Status Random Access Memory )
4. 32 general purpose I/O
5. 32 general purpose register
2 3 buah Timer/Counter dengan mode compare
6. Interrupt internal dan eksternal
7. USART yang dapat diprogram
8. Antar muka serial Two-Wire dengan orientasi byte
9. 8-channel ADC (Analog Digital Converter) 10 bit
10. Watchdog timer yang dapat diprogram dengan osilator internal
6
11. Sebuah serial port SPI ( Serial Peripheral Interface )
12. 6 buah mode power saving yang dapat dipilih dengan software
2.2.1 Konfigurasi Pin ATMega 8535
Mikrokontroller AVR ATMega memiliki 40 pin dengan 32 pin di antaranya
digunakan sebagai port paralel. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, sehingga
jumlah port pada mikrokontroller adalah 4 port, yaitu port A, port B, port C dan
port D. Sebagai contoh adalah port A memiliki pin antara port A.0 sampai dengan
port A.7, demikian selanjutnya untuk port B, port C, port D.
Diagram pin mikrokontroller dapat dilihat pada gambar 2.3. ( Wardhana,
2006 :3 )
Gambar 2.1 Diagram pin mikrokontroller ATMega 8535
(Wardhana, 2006: 4)
7
Penjelasan PIN
1. Vcc : Tegangan suplai (5 volt)
2. GND : Ground
3. RESET : Input reset level rendah, pada pin ini selama lebih dari
panjang pulasa minimum akan menghasilkan reset
walaupun clock sedang berjalan. RST pada pin 9
merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi
masukan low selama minimal 2 machine cycle maka
system akan di-reset.
4. XTAL 1 : Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian
operasi clock internal.
5. XTAL 2 : Output dari penguat osilator inverting.
6. Avcc : Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC. Pin ini harus
dihubungkan ke Vcc walaupun ADC tidak digunakan,
maka pin ini harus dihubungkan ke Vcc melalui low pass
filter.
7. Aref : Aref adalah pin referensi tegangan analog untuk ADC.
8. AGND : AGND adalah pin untuk analog ground. Hubungkan kaki
ini ke GND, kecuali jika board memiliki anlaog ground
yang terpisah.
2.2.2 Diagram blok ATMega 8535
Pada diagram blok ATMega 8535 digambarkan 32 general purpose
working register yang dihubungkan secara langsung dengan Arithmetic Logic
8
Unit (ALU). Sehingga memungkinkan dua register yang berbeda dapat diakses
dalam satu siklus clock.
Gambar 2.2 Diagram blok ATMega 8535. (Wardhana, 2006: 2)
Penjelasan dari pin-pin mikrokontroller Atmega8535 tersebut adalah sebagai
berikut :
– Port A
9
Pin 33 sampai dengan pin 40 merupakan pin dari port A. Merupakan 8-bit
directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A
(DDRA) harus disetting terlebih dahulu sebelum port A digunakan. Selain itu,
pin-pin port A juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang
dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Fungsi khusus port A
Pin Keterangan
PA.7 ADC7 (ADC Input Channel 7)
PA.6 ADC6 (ADC Input Channel 6)
PA.5 ADC5 (ADC Input Channel 5)
PA.4 ADC4 (ADC Input Channel 4)
PA.3 ADC3 (ADC Input Channel 3)
PA.2 ADC2 (ADC Input Channel 2)
PA.1 ADC1 (ADC Input Channel 1)
PA.0 ADC0 (ADC Input Channel 0)
– Port B
Pin 1 sampai dengan pin 8 merupakan pin dari port C. Merupakan 8-bit
directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B
10
(DDRB) harus disetting terlebih dahulu sebelum port B digunakan. Bit-bit DDRB
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang bersesuaian sebagai input,
atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk
fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Fungsi khusus port B
Pin Keterangan
PB.7 SCK (SPI Bus Serial Clock)
PB.6 VISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)
PB.5 VOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)
PB.4 SS (SPI Slave Select Input)
PB.3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)
OCC (Timer/Counter0 Output Compare Match
Output)
PB.2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
INT2 (External Interrupt2 Input)
PB.1 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)
PB.0 T0 (Timer/Counter0 External Counter Input)
XCK (JSART External Clock Input/Output)
– Port C
Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri
merupakan port input atau output. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-
up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus 20 mA
11
dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register
port C (DDRC) harus disetting terlebih dahulu sebelum port C digunakan. Selain
itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti
yang dapat dilihat dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Fungsi khusus port C
Pin Keterangan
PC.7 TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2)
PC.6 TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)
PC.1 SDA (Two-Wire Serial Bus Data Input/Output
Line)
PC.0 SCL (Two-Wire Serial Bus Clock Line)
– Port D
Pin 14 sampai dengan pin 20 merupakan pin dari port D. Merupakan 8-bit
directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor
(dapat diatur per bit). Output buffer port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat
mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D
(DDRD) harus disetting terlebih dahulu sebelum port D digunakan. Bit-bit DDRD
diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input,
atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk
fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.4
12
Tabel 2.4 Fungsi khusus port D
Port Pin Fungsi Khusus
PD0 RDX (UART input line)
PD1 TDX (UART output line)
PD2 INT0 ( external interrupt 0 input )
PD3 INT1 ( external interrupt 1 input )
PD4 OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output)
PD5 OC1A (Timer/Counter1 output compareA match output)
PD6 ICP (Timer/Counter1 input capture pin)
PD7 OC2 (Timer/Counter2 output compare match output)
2.2 Catu daya
Secara umum istilah catu daya biasanya berarti suatu sistem penyearah
filter (rectifier), dimana rangkaian ini mengubah tegangan AC yang berasal dari
tegangan sumber PLN menjadi tegangan DC yang murni. Komponen dasar yagn
digunakan pada rangkaian catu daya adalah transformator, penyearah, resistor,
dan kapasitor. Transformator (trafo) digunakan untuk mentransformasikan
13
D1 D2
D3 D4
AC78XX
C1RL
78XX
12V DC
05V DC
C2 C3
Ground
N1 N2
Vm Vn
tegangan AC dari 220 volt menjadi lebih kecil sehinga bisa dikelola oleh
rangkaian regulator linear. Penyearah yang terdiri dari dioda-dioda mengubah
tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, tetapi tegangan hasil penyearah
kurang konstan, artinya masih mengalami perubahan periodik yang besar. Sebab
itu diperlukan kapasitor sehingga tegangan tersebut cukup rata untuk diregulasi
oleh rangkaian regulasi yang bisa menghasilkan tegangan DC yang baik dan
konstan.
Jika suatu catu daya bekerja dengan beban maka akan terdapat keluaran
tertentu dan jika beban tersebut dilepas tegangan keluar akan naik, persentase
kenaikan tegangan dianggap sebagai regulasi dari catu daya tersebut. Regulasi
adalah perbandingan perbedaan tegangan terdapat tegangan beban penuhnya.
Agar tegangan keluaran catu daya lebih stabil, dapat digunakan suatu
komponen IC yang disebut dengan IC regulator, misalnya LM 78XX. Hal ini
memungkinkan keluaran DC catu daya dapat dibentuk sesuai kebutuhan. Gambar
2.1 menunjukan rangkaian catu daya menggunakan Regulator IC LM 78XX.
Gambar 2.3 Rangkaian Catu Daya
Vout
Vout
14
Dalam rangkaian catu daya ini dipasang IC regulator dimana berfungsi untuk
menghasilkan keluaran tegangan yang diperlukan. IC regulator dipasang untuk
mendapatkan tegangan keluaran catu daya tetap, meskipun diberikan beban. IC
regulator memiliki 3 terminal, yaitu Vin, Vout dan ground (GND). Dalam IC LM
78XX ini terdapat rangkaian regulasi yang berfungsi mengatur tegangan, sehingga
riak hilang dan tegangan keluaran tidak lagi tergantung pada arus yang mengalir.
Selain rangkaian regulasi tegangan juga sudah terdapat rangkaian pengaman yang
melindungi IC ini dari arus atau daya yang terlalu tinggi, terdapat pembatas arus
yang mengurangi tegangan keluaran kalau batas arus terlampaui. Besar dari batas
arus ini tergantung dari tegangan pada IC sehingga arus maksimal lebih kecil
kalau selisih tegangan antara Vin dan Vout lebih besar. Komponen ini memiliki
arus beban mulai dari 100 mA hingga dari 3 A. Tersedia dalam kemasan plastik
atau logam dengan harga yang murah dan mudah digunakan.
2.3 LDR Sebagai Sensor Cahaya
LDR adalah suatu komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang
besarnya tergantung pada cahaya. LDR memanfaatkan bahan semikonduktor yang
karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterimanya.
Bahan yang digunakan adalah Kadium Sulfida (CdS) dan Kadmium Selenida
(CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak,
dengan puncaknya sekitar 0,6 µm untuk CdS dan 0,75 µm untuk CdSe. Sebuah
LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ dalam kondisi gelap
gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah sumber cahaya terang.
15
10 1010 10 E (LUX)
10
10
10
0
1
2
3
1 2 3
R
Saat LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu, bisa kita amati bahwa nilai resistansi LDR tidak akan segera berubah
resistansinya pada keadaan ruang gelap tersebut, tetapi ia hanya akan bias
mencapai harga kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu (resistansi
naik secara bertahap).
Gambar 2.4 LDR
2.3.1 Karakteristik LDR
LDR mempunyai karakteristik yang dapat dilihat pada gambar 2.3. Pada
gambar dapat dilihat apabila intensitas cahaya semakin besar maka tahanan LDR
semakin kecil, sebaliknya apabila LDR dalam keadan tidak terkena cahaya (gelap)
maka tahanannya akan semakin besar bisa mencapai beberapa mega Ohm. Tetapi
bila seberkas cahaya jatuh maka nilai tahanannya akan turun sebanding dengan
intensitasnya. Pada gambar 2.4 merupakan gambar rangkaian LDR.
Gambar 2.5 Karakteristik LDR
16
Gambar 2.6 Rangkaian LDR
Berdasarkan hukum Ohm yang berlaku, dimana :
V = I . R
Pada saat LDR mendapatkan cahaya terang, maka tahanannya akan kecil,
tegangan yang didapat kecil tetapi arus yang dihasilkan besar.
Pada saat LDR mendapatkan cahaya gelap, maka tahanannya akan besar,
tegangan yang didapat besar tetapi arus yang dihasilkan kecil.
2.3.2 Prinsip kerja LDR
Pada sisi bagian atas LDR terdapat suatu garis / jalur melengkung yang
menyerupai bentuk kurva. Jalur tersebut dari bahan cadmium sulphida yang
sangat sensitif terhadap cahaya. Jalur cadmium sulphida dapat dilihat pada gambar
2.5.
17
Gambar 2.7 Jalur Cadmium Sulphida LDR
Pada gambar 2.5 jalur cadmium sulphida dibuat melengkung menyerupai
kurva agar jalur tersebut dapat dibuat panjang dalam ruang (area) yang sempit.
Cadmium sulphida (CdS) merupakan bahan semi konduktor yang memiliki gap
energi antara electron konduksi dengan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai
cadmium sulphida, maka energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi
perpindahan dari band valensi ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron
tersebut mengakibatkan hambatan dari cadmium sulphida berkurang dengan
hubungan kebalikan dari intensitas cahaya yang mengenai LDR.
( http://google.com”sensorcahaya”)
2.4 Motor DC
Motor DC memiliki dua elemen listrik yang terdiri dari bagian stator
(kumparan medan utama) dan rotor (kumparan jangkar). Kumparan jangkar
mengalirkan arus yang berasal dari komutator. Tegangan DC dialirkan ke
kumparan jangkar melalui karbon yang menempel pada komutator. Pada saat
tegangan dialirkan ke kumparan medan di stator dengan kutub utara dan selatan
18
buatan (elekromagnet), akan dihasilkan medan magnet statis (bukan medan
magnet putar). Untuk menjelaskannya, stator akan dianggap sebagai magnet
permanen.
Motor DC berputar mengakibatkan adanya dua medan magnet yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Medan pertama adalah medan magnet
utama yang berada pada kumparan stator dan medan kedua adalah medan magnet
yang berada pada jangkar. Setiap motor arus searah mempunyai bagian yang diam
(stator) dan bagian yang berputar (rotor). Di bawah ini merupakan bagian dari
konstruksi motor DC. Gambar 2.12 memperlihatkan konstruksi dari motor DC.
Gambar 2.8 Konstruksi Motor DC
Komponen-komponen motor dc antara lain :
1. Lilitan Medan
Berfungsi untuk membangkitkan fluksi medan utama dimana fluksi ini
akan berinteraksi dengan fluksi jangkar yang akan menghasilkan putaran.
2. Sepatu Kutub
19
Dengan adanya sepatu kutub ini fluksi medan utama akan tersebar merata
melingkupi seluruh belitan jangkar
3. Jangkar
Jangkar terdiri dari 3 Bagian :
a. Inti jangkar berfungsi untuk melakukan fluksi medan
b. Belitan jangkar berfungsi untuk membangkitkan fluksi jangkar yang
bersama – sama dengan fluksi utamaakan menimbulkan kopel.
c. Komutator berfungsi untuk menyearahkan arus dan tegangan jangkar.
4. Sikat Arang
Berfungsi menghubungkan belitan medan dan belitan jangkar
5. Komutator
Komutator berfungsi untuk merubah polaritas arus belitan jangkar
6. Poros
Berfungsi meletakan jangkar agar dapat berputar
7. Bantalan (bearing)
Bantalan berfungsi motor agar jangkar berputar dengan baik
8. Chasing
Chasing berfungsi untuk melindungi bagian yang bergerak dan untuk
meletakkan bantalan.
20
2.4.1 Stator
Pada motor DC, yang termasuk bagian stator (bagian yang tidak bergerak)
adalah badan motor, sikat-sikat dan inti kutub magnet. Bagian-bagian magnet
tersebut berfungsi sebagai berikut:
Badan motor
Berfungsi untuk mengalirkan fluks magnet yang dihasilkan kutub-
kutub magnet dan melindungi bagian-bagian motor lainnya.
Sikat-sikat
Sikat-sikat ini berfungsi untuk mengalirkan arus dari lilitan jangkar
dengan beban. Disamping itu pula untuk proses komutasi.
Inti kutub motor
Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik sehingga terjadinya
proses elektromagnet.
Gambar 2.13 merupakan bentuk stator yang terdiri dari rumah
dengan kutub magnet yang dibuat dari pelat-pelat yang dipejalkan
dengan gulungan magnet beserta tutup rumahnya.
(http://www.ewh.ieee.org/soc/es/Nov1998/ 12/DC_SKE W.JPG)
Gambar 2.9 Stator
21
2.4.2 Rotor
Bagian rotor adalah bagian yang berputar dari suatu motor DC. Yang
termasuk rotor ialah lilitan jangkar, jangkar, komutator, tali, isolator, poros,
bantalan dan kipas. Rotor inilah yang bergerak, maka kontruksi mekanis dari rotor
ini harus kokoh. Bagian-bagian dari rotor yaitu:
Komutator
Berfungsi sebagai penyearah mekanik, yang bersama-sama dengan sikat-sikat
membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi. Disamping itu komutator
juga berfungsi untuk menggumpulkan GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi
yang terbentuk pada sisi-sisi kumparan. Oleh karena itu, komutator dibuat dari
bahan konduktor dan bahan campuran tembaga.
Isolator
Isolator yang digunakan terletak antara komutator-komutator. Isolator
digunakan untuk menentukan kelas dari motor berdasarkan kemampuan
terhadap suhu yang timbul dalam mesin tersebut. Jadi, isolator yang
digunakan harus tahan terhadap panas.
Jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam motor arus searah adalah yang
berbentuk silinder yang diberi alur-alur pada permukaannya untuk melilitkan
kumparan-kumparan tempat terbentuknya GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi.
22
S N
Jangkar
Putaran + -
Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetic yang dimaksudkan agar lilitan
jangkar atau kumparan-kumparan terletak dalam daerah yang induksi
magnetnya besar, supaya GGL induksi yang terbentuk bertambah besar.
Lilitan jangkar
Lilitan jangkar pada motor DC berfungsi sebagai tempat terbentuknya GGL
(Gaya Gerak Listrik).
Gambar 2.14 merupakan bentuk dari rotor yang terdiri dari lilitan jangkar,
jangkar, komutator, tali, isolator, poros, bantalan dan kipas.
(http://www.ewh.ieee.org/soc/es/Nov1998/12/DC_SKEW.JPG).
Gambar 2.10 Rotor
Pada gambar 2.15 merupakan cara kerja dari motor DC, adalah sebagai berikut:
Gambar 2.11 Prinsip Dasar Motor DC
1. Motor DC mempunyai bagian yang mantap (stator) yang berupa magnet
permanen dan bagian yang bergerak (rotor) yang berupa koil atau
gulungan kawat tembaga. Dimana setiap ujungnya tersambung dengan
23
komutator. Komutator ini dihubungkan dengan katub positif (+) dan kutub
negatif (-) dari catu daya
2. Arus listrik dari kutub positif akan masuk melalui komutator, kemudian
berjalan mengikuti gulungan kawat sebelumnya, akhirnya masuk ke kutub
negatif dari catu daya. Karena adanya medan elektromagnetik maka motor
akan berputar
3. Karena putaran rotor, arus listrik didalam kawat akan berjalan bolak-balik
karena jalanya sesuai dengan medan magnet, maka rotor akan selalu
berputar terus-menerus selama arus listrik tetap mengalir di dalam kawat.
2.4.3 Pengatur Arah Putaran Motor DC
Dalam aplikasinya seringkali sebuah motor digunakan untuk arah yang
searah dengan jarum jam maupun sebaliknya. Untuk mengubah putaran dari
sebuah motor dapat dilakukan dengan mengubah arah arus yang mengalir melalui
motor tersebut. Secara sederhana seperti yang ada pada gambar 2.16 hal ini dapat
dilakukan hanya dengan mengubah polaritas tegangan motor.
Gambar 2.12 Dasar Pengaturan Arah Putar Motor DC
Untuk mengubah polaritas tegangan motor dapat dilakukkan dengan
mudah, maka dilakukan dengan menggunakan satu buah relay 5 kaki dan dua
buah relay 8 kaki seperti pada gambar 2.17 dimana relay 5 kaki befungsi sebagai
24
input memberikan tegangan ke relay 5 dan 7 secara bergantian. Sedangkan relay 5
dan 7 yang memiliki 8 kaki untuk membalik polaritas motor DC. Pada saat relay 1
mendapat tegangan, kondisi awalnya relay normaly close memberikan tegangan
ke relay 7 sehingga dari normally close menjadi normally open, maka bekerja
memberikan tegangan ke motor DC sehingga berputar ke kanan, relay 7 mendapat
polaritas positif dan relay 5 mendapat polaritas negatif. Demikian sebaliknya jika
relay 1 kondisi nomally open, relay 5 akan mendapat tegangan maka relay 5
bekerja dari normally close menjadi normally open dan memberikan tegangan ke
motor DC sehingga motor berputar ke kiri, relay 5 polaritasnya positif sedangakan
relay 7 polaritasnya negatif.
2.5 Driver Motor DC
IC L293D merupakan IC buatan SGS – Thomson Microelectronics untuk
mengontrol motor. IC ini menerima control pada level DTL maupun TTL dan
mampu menjalankan beban induktif seperti relay solenoid, motor dc maupun
motor stepper.
Untuk menyederhanakan penggunaan, bridges dipasangkan dengan sebuah
masukan enable. Masukan tegangan terpisah juga diberikan pada IC ini, dan dioda
clamp internal juga sudah diberikan.
Ic ini juga digunakan untuk aplikasi switching sampai frekuensi 5KHz.
L293D dikemas dalam 16 pin dimana ada 4 pin yang dihubungkan bersama
sebagai ground. Secara umum IC ini memiliki fitur sebagai berikut:
1. Keluaran dapat mencapai 600 mA tiap kanal.
25
2. Tersedia fasilitas enable (pengaktif)
3. Proteksi terhadap suhu berlebih
4. Logic “0” sampai tegangan 1,5 volt (High noise immunity)
5. Dioda clap internal.
Dengan menggunakan IC driver ini ada beberapa keuntungan yang bisa
didapat :
1. Berukuran kompak sehingga lebih praktis
2. Bisa mengatur arah putaran sehingga lebih praktis
3. Bisa mengatur kecepatan motor dc
Berikut akan diberikan gambar dari IC driver ini :
Gambar 2.13 Diagram Pin – Pin L293D
Adapun keterangan mengenai IC ini adalah sebagai berikut:
Pin Nama Kegunaan
1 Enable 1 Enable untuk Motor 1 (output 1 dan output 2)
2. Input 1 Masukan 1 untuk Motor 1p
26
3 Output Keluaran 1 untuk motor 1
4,5 Ground Ground
6 Output 2 Keluaran 2 untuk Motor 1
7 Input 2 Masukan 2 untuk Motor 1
8 Vs Sumber tegangan (+) untuk Motor 1 dan 2
9 Enable 2 Enable untuk motor 2 (output 3 dan output 4)
10 Input 3 Masukan 1 untuk Motor 2
11 Output 3 Keluaran 1 untuk Motor 2
12,13 Ground Ground
14 Output 4 Keluaran 2 untuk Motor 2
15 Input Masukan 2 untuk Motor 2
16 Vss Logic Power Supply IC (+5V)
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran untuk Tiap Chanel Input IC L293D
INPUT ENABLE OUTPUT
H H H
L H L
H L Z
L L Z
Dari tabel kebenaran terlihat bahwa pin enable bersifat aktif tinggi. Ini
berarti jika logika pada pin enable tinggi (‘1’) maka pada pin output akan
bersesuaian dengan pin input. Sedangkan jika pin enable rendah (disable) maka
output akan menjadi high impendance (Z). (Moh. Ibnu Malik 2006)