22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 Mikrokontroller ATMega 8535 yang merupakan IC CMOS 8-bit yang memiliki daya rendah dalam pengoperasiannya dan berbasis pada arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) AVR. ATMega 8535 dapat mengeksekusi satu instruksi dalam sebuah siklus clock, dan dapat mencapai 1 MIPS per MHz. Adapun fitur-fitur yang terdapat pada sistem mikrokontroller AVR ATMEGA 8535 adalah sebagai berikut 1. 8 Kbyte In-System Programmable Flash dengan kemampuan membaca ketika menulis 2. 512 byte EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) 3. 512 byte SRAM ( Status Random Access Memory ) 4. 32 general purpose I/O 5. 32 general purpose register 2 3 buah Timer/Counter dengan mode compare 6. Interrupt internal dan eksternal 7. USART yang dapat diprogram 8. Antar muka serial Two-Wire dengan orientasi byte 9. 8-channel ADC (Analog Digital Converter) 10 bit 10. Watchdog timer yang dapat diprogram dengan osilator internal

Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

Embed Size (px)

DESCRIPTION

don't recycle

Citation preview

Page 1: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrokontroler ATMega 8535

Mikrokontroller ATMega 8535 yang merupakan IC CMOS 8-bit yang

memiliki daya rendah dalam pengoperasiannya dan berbasis pada arsitektur RISC

(Reduced Instruction Set Computing) AVR. ATMega 8535 dapat mengeksekusi

satu instruksi dalam sebuah siklus clock, dan dapat mencapai 1 MIPS per MHz.

Adapun fitur-fitur yang terdapat pada sistem mikrokontroller AVR

ATMEGA 8535 adalah sebagai berikut

1. 8 Kbyte In-System Programmable Flash dengan kemampuan membaca

ketika menulis

2. 512 byte EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read Only

Memory)

3. 512 byte SRAM ( Status Random Access Memory )

4. 32 general purpose I/O

5. 32 general purpose register

2 3 buah Timer/Counter dengan mode compare

6. Interrupt internal dan eksternal

7. USART yang dapat diprogram

8. Antar muka serial Two-Wire dengan orientasi byte

9. 8-channel ADC (Analog Digital Converter) 10 bit

10. Watchdog timer yang dapat diprogram dengan osilator internal

Page 2: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

6

11. Sebuah serial port SPI ( Serial Peripheral Interface )

12. 6 buah mode power saving yang dapat dipilih dengan software

2.2.1 Konfigurasi Pin ATMega 8535

Mikrokontroller AVR ATMega memiliki 40 pin dengan 32 pin di antaranya

digunakan sebagai port paralel. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, sehingga

jumlah port pada mikrokontroller adalah 4 port, yaitu port A, port B, port C dan

port D. Sebagai contoh adalah port A memiliki pin antara port A.0 sampai dengan

port A.7, demikian selanjutnya untuk port B, port C, port D.

Diagram pin mikrokontroller dapat dilihat pada gambar 2.3. ( Wardhana,

2006 :3 )

Gambar 2.1 Diagram pin mikrokontroller ATMega 8535

(Wardhana, 2006: 4)

Page 3: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

7

Penjelasan PIN

1. Vcc : Tegangan suplai (5 volt)

2. GND : Ground

3. RESET : Input reset level rendah, pada pin ini selama lebih dari

panjang pulasa minimum akan menghasilkan reset

walaupun clock sedang berjalan. RST pada pin 9

merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi

masukan low selama minimal 2 machine cycle maka

system akan di-reset.

4. XTAL 1 : Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian

operasi clock internal.

5. XTAL 2 : Output dari penguat osilator inverting.

6. Avcc : Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC. Pin ini harus

dihubungkan ke Vcc walaupun ADC tidak digunakan,

maka pin ini harus dihubungkan ke Vcc melalui low pass

filter.

7. Aref : Aref adalah pin referensi tegangan analog untuk ADC.

8. AGND : AGND adalah pin untuk analog ground. Hubungkan kaki

ini ke GND, kecuali jika board memiliki anlaog ground

yang terpisah.

2.2.2 Diagram blok ATMega 8535

Pada diagram blok ATMega 8535 digambarkan 32 general purpose

working register yang dihubungkan secara langsung dengan Arithmetic Logic

Page 4: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

8

Unit (ALU). Sehingga memungkinkan dua register yang berbeda dapat diakses

dalam satu siklus clock.

Gambar 2.2 Diagram blok ATMega 8535. (Wardhana, 2006: 2)

Penjelasan dari pin-pin mikrokontroller Atmega8535 tersebut adalah sebagai

berikut :

– Port A

Page 5: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

9

Pin 33 sampai dengan pin 40 merupakan pin dari port A. Merupakan 8-bit

directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor

(dapat diatur per bit). Output buffer port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat

mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A

(DDRA) harus disetting terlebih dahulu sebelum port A digunakan. Selain itu,

pin-pin port A juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang

dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Fungsi khusus port A

Pin Keterangan

PA.7 ADC7 (ADC Input Channel 7)

PA.6 ADC6 (ADC Input Channel 6)

PA.5 ADC5 (ADC Input Channel 5)

PA.4 ADC4 (ADC Input Channel 4)

PA.3 ADC3 (ADC Input Channel 3)

PA.2 ADC2 (ADC Input Channel 2)

PA.1 ADC1 (ADC Input Channel 1)

PA.0 ADC0 (ADC Input Channel 0)

– Port B

Pin 1 sampai dengan pin 8 merupakan pin dari port C. Merupakan 8-bit

directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor

(dapat diatur per bit). Output buffer port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat

mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B

Page 6: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

10

(DDRB) harus disetting terlebih dahulu sebelum port B digunakan. Bit-bit DDRB

diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang bersesuaian sebagai input,

atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk

fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.2

Tabel 2.2 Fungsi khusus port B

Pin Keterangan

PB.7 SCK (SPI Bus Serial Clock)

PB.6 VISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)

PB.5 VOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)

PB.4 SS (SPI Slave Select Input)

PB.3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)

OCC (Timer/Counter0 Output Compare Match

Output)

PB.2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)

INT2 (External Interrupt2 Input)

PB.1 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)

PB.0 T0 (Timer/Counter0 External Counter Input)

XCK (JSART External Clock Input/Output)

– Port C

Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri

merupakan port input atau output. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-

up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus 20 mA

Page 7: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

11

dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register

port C (DDRC) harus disetting terlebih dahulu sebelum port C digunakan. Selain

itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti

yang dapat dilihat dalam tabel 2.3

Tabel 2.3 Fungsi khusus port C

Pin Keterangan

PC.7 TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2)

PC.6 TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)

PC.1 SDA (Two-Wire Serial Bus Data Input/Output

Line)

PC.0 SCL (Two-Wire Serial Bus Clock Line)

– Port D

Pin 14 sampai dengan pin 20 merupakan pin dari port D. Merupakan 8-bit

directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor

(dapat diatur per bit). Output buffer port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat

mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D

(DDRD) harus disetting terlebih dahulu sebelum port D digunakan. Bit-bit DDRD

diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input,

atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk

fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.4

Page 8: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

12

Tabel 2.4 Fungsi khusus port D

Port Pin Fungsi Khusus

PD0 RDX (UART input line)

PD1 TDX (UART output line)

PD2 INT0 ( external interrupt 0 input )

PD3 INT1 ( external interrupt 1 input )

PD4 OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output)

PD5 OC1A (Timer/Counter1 output compareA match output)

PD6 ICP (Timer/Counter1 input capture pin)

PD7 OC2 (Timer/Counter2 output compare match output)

2.2 Catu daya

Secara umum istilah catu daya biasanya berarti suatu sistem penyearah

filter (rectifier), dimana rangkaian ini mengubah tegangan AC yang berasal dari

tegangan sumber PLN menjadi tegangan DC yang murni. Komponen dasar yagn

digunakan pada rangkaian catu daya adalah transformator, penyearah, resistor,

dan kapasitor. Transformator (trafo) digunakan untuk mentransformasikan

Page 9: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

13

D1 D2

D3 D4

AC78XX

C1RL

78XX

12V DC

05V DC

C2 C3

Ground

N1 N2

Vm Vn

tegangan AC dari 220 volt menjadi lebih kecil sehinga bisa dikelola oleh

rangkaian regulator linear. Penyearah yang terdiri dari dioda-dioda mengubah

tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, tetapi tegangan hasil penyearah

kurang konstan, artinya masih mengalami perubahan periodik yang besar. Sebab

itu diperlukan kapasitor sehingga tegangan tersebut cukup rata untuk diregulasi

oleh rangkaian regulasi yang bisa menghasilkan tegangan DC yang baik dan

konstan.

Jika suatu catu daya bekerja dengan beban maka akan terdapat keluaran

tertentu dan jika beban tersebut dilepas tegangan keluar akan naik, persentase

kenaikan tegangan dianggap sebagai regulasi dari catu daya tersebut. Regulasi

adalah perbandingan perbedaan tegangan terdapat tegangan beban penuhnya.

Agar tegangan keluaran catu daya lebih stabil, dapat digunakan suatu

komponen IC yang disebut dengan IC regulator, misalnya LM 78XX. Hal ini

memungkinkan keluaran DC catu daya dapat dibentuk sesuai kebutuhan. Gambar

2.1 menunjukan rangkaian catu daya menggunakan Regulator IC LM 78XX.

Gambar 2.3 Rangkaian Catu Daya

Vout

Vout

Page 10: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

14

Dalam rangkaian catu daya ini dipasang IC regulator dimana berfungsi untuk

menghasilkan keluaran tegangan yang diperlukan. IC regulator dipasang untuk

mendapatkan tegangan keluaran catu daya tetap, meskipun diberikan beban. IC

regulator memiliki 3 terminal, yaitu Vin, Vout dan ground (GND). Dalam IC LM

78XX ini terdapat rangkaian regulasi yang berfungsi mengatur tegangan, sehingga

riak hilang dan tegangan keluaran tidak lagi tergantung pada arus yang mengalir.

Selain rangkaian regulasi tegangan juga sudah terdapat rangkaian pengaman yang

melindungi IC ini dari arus atau daya yang terlalu tinggi, terdapat pembatas arus

yang mengurangi tegangan keluaran kalau batas arus terlampaui. Besar dari batas

arus ini tergantung dari tegangan pada IC sehingga arus maksimal lebih kecil

kalau selisih tegangan antara Vin dan Vout lebih besar. Komponen ini memiliki

arus beban mulai dari 100 mA hingga dari 3 A. Tersedia dalam kemasan plastik

atau logam dengan harga yang murah dan mudah digunakan.

2.3 LDR Sebagai Sensor Cahaya

LDR adalah suatu komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang

besarnya tergantung pada cahaya. LDR memanfaatkan bahan semikonduktor yang

karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterimanya.

Bahan yang digunakan adalah Kadium Sulfida (CdS) dan Kadmium Selenida

(CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak,

dengan puncaknya sekitar 0,6 µm untuk CdS dan 0,75 µm untuk CdSe. Sebuah

LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ dalam kondisi gelap

gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah sumber cahaya terang.

Page 11: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

15

10 1010 10 E (LUX)

10

10

10

0

1

2

3

1 2 3

R

Saat LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya

tertentu, bisa kita amati bahwa nilai resistansi LDR tidak akan segera berubah

resistansinya pada keadaan ruang gelap tersebut, tetapi ia hanya akan bias

mencapai harga kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu (resistansi

naik secara bertahap).

Gambar 2.4 LDR

2.3.1 Karakteristik LDR

LDR mempunyai karakteristik yang dapat dilihat pada gambar 2.3. Pada

gambar dapat dilihat apabila intensitas cahaya semakin besar maka tahanan LDR

semakin kecil, sebaliknya apabila LDR dalam keadan tidak terkena cahaya (gelap)

maka tahanannya akan semakin besar bisa mencapai beberapa mega Ohm. Tetapi

bila seberkas cahaya jatuh maka nilai tahanannya akan turun sebanding dengan

intensitasnya. Pada gambar 2.4 merupakan gambar rangkaian LDR.

Gambar 2.5 Karakteristik LDR

Page 12: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

16

Gambar 2.6 Rangkaian LDR

Berdasarkan hukum Ohm yang berlaku, dimana :

V = I . R

Pada saat LDR mendapatkan cahaya terang, maka tahanannya akan kecil,

tegangan yang didapat kecil tetapi arus yang dihasilkan besar.

Pada saat LDR mendapatkan cahaya gelap, maka tahanannya akan besar,

tegangan yang didapat besar tetapi arus yang dihasilkan kecil.

2.3.2 Prinsip kerja LDR

Pada sisi bagian atas LDR terdapat suatu garis / jalur melengkung yang

menyerupai bentuk kurva. Jalur tersebut dari bahan cadmium sulphida yang

sangat sensitif terhadap cahaya. Jalur cadmium sulphida dapat dilihat pada gambar

2.5.

Page 13: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

17

Gambar 2.7 Jalur Cadmium Sulphida LDR

Pada gambar 2.5 jalur cadmium sulphida dibuat melengkung menyerupai

kurva agar jalur tersebut dapat dibuat panjang dalam ruang (area) yang sempit.

Cadmium sulphida (CdS) merupakan bahan semi konduktor yang memiliki gap

energi antara electron konduksi dengan elektron valensi. Ketika cahaya mengenai

cadmium sulphida, maka energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi

perpindahan dari band valensi ke band konduksi. Akibat perpindahan elektron

tersebut mengakibatkan hambatan dari cadmium sulphida berkurang dengan

hubungan kebalikan dari intensitas cahaya yang mengenai LDR.

( http://google.com”sensorcahaya”)

2.4 Motor DC

Motor DC memiliki dua elemen listrik yang terdiri dari bagian stator

(kumparan medan utama) dan rotor (kumparan jangkar). Kumparan jangkar

mengalirkan arus yang berasal dari komutator. Tegangan DC dialirkan ke

kumparan jangkar melalui karbon yang menempel pada komutator. Pada saat

tegangan dialirkan ke kumparan medan di stator dengan kutub utara dan selatan

Page 14: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

18

buatan (elekromagnet), akan dihasilkan medan magnet statis (bukan medan

magnet putar). Untuk menjelaskannya, stator akan dianggap sebagai magnet

permanen.

Motor DC berputar mengakibatkan adanya dua medan magnet yang saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya. Medan pertama adalah medan magnet

utama yang berada pada kumparan stator dan medan kedua adalah medan magnet

yang berada pada jangkar. Setiap motor arus searah mempunyai bagian yang diam

(stator) dan bagian yang berputar (rotor). Di bawah ini merupakan bagian dari

konstruksi motor DC. Gambar 2.12 memperlihatkan konstruksi dari motor DC.

Gambar 2.8 Konstruksi Motor DC

Komponen-komponen motor dc antara lain :

1. Lilitan Medan

Berfungsi untuk membangkitkan fluksi medan utama dimana fluksi ini

akan berinteraksi dengan fluksi jangkar yang akan menghasilkan putaran.

2. Sepatu Kutub

Page 15: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

19

Dengan adanya sepatu kutub ini fluksi medan utama akan tersebar merata

melingkupi seluruh belitan jangkar

3. Jangkar

Jangkar terdiri dari 3 Bagian :

a. Inti jangkar berfungsi untuk melakukan fluksi medan

b. Belitan jangkar berfungsi untuk membangkitkan fluksi jangkar yang

bersama – sama dengan fluksi utamaakan menimbulkan kopel.

c. Komutator berfungsi untuk menyearahkan arus dan tegangan jangkar.

4. Sikat Arang

Berfungsi menghubungkan belitan medan dan belitan jangkar

5. Komutator

Komutator berfungsi untuk merubah polaritas arus belitan jangkar

6. Poros

Berfungsi meletakan jangkar agar dapat berputar

7. Bantalan (bearing)

Bantalan berfungsi motor agar jangkar berputar dengan baik

8. Chasing

Chasing berfungsi untuk melindungi bagian yang bergerak dan untuk

meletakkan bantalan.

Page 16: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

20

2.4.1 Stator

Pada motor DC, yang termasuk bagian stator (bagian yang tidak bergerak)

adalah badan motor, sikat-sikat dan inti kutub magnet. Bagian-bagian magnet

tersebut berfungsi sebagai berikut:

Badan motor

Berfungsi untuk mengalirkan fluks magnet yang dihasilkan kutub-

kutub magnet dan melindungi bagian-bagian motor lainnya.

Sikat-sikat

Sikat-sikat ini berfungsi untuk mengalirkan arus dari lilitan jangkar

dengan beban. Disamping itu pula untuk proses komutasi.

Inti kutub motor

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik sehingga terjadinya

proses elektromagnet.

Gambar 2.13 merupakan bentuk stator yang terdiri dari rumah

dengan kutub magnet yang dibuat dari pelat-pelat yang dipejalkan

dengan gulungan magnet beserta tutup rumahnya.

(http://www.ewh.ieee.org/soc/es/Nov1998/ 12/DC_SKE W.JPG)

Gambar 2.9 Stator

Page 17: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

21

2.4.2 Rotor

Bagian rotor adalah bagian yang berputar dari suatu motor DC. Yang

termasuk rotor ialah lilitan jangkar, jangkar, komutator, tali, isolator, poros,

bantalan dan kipas. Rotor inilah yang bergerak, maka kontruksi mekanis dari rotor

ini harus kokoh. Bagian-bagian dari rotor yaitu:

Komutator

Berfungsi sebagai penyearah mekanik, yang bersama-sama dengan sikat-sikat

membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi. Disamping itu komutator

juga berfungsi untuk menggumpulkan GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi

yang terbentuk pada sisi-sisi kumparan. Oleh karena itu, komutator dibuat dari

bahan konduktor dan bahan campuran tembaga.

Isolator

Isolator yang digunakan terletak antara komutator-komutator. Isolator

digunakan untuk menentukan kelas dari motor berdasarkan kemampuan

terhadap suhu yang timbul dalam mesin tersebut. Jadi, isolator yang

digunakan harus tahan terhadap panas.

Jangkar

Jangkar yang umum digunakan dalam motor arus searah adalah yang

berbentuk silinder yang diberi alur-alur pada permukaannya untuk melilitkan

kumparan-kumparan tempat terbentuknya GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi.

Page 18: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

22

S N

Jangkar

Putaran + -

Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetic yang dimaksudkan agar lilitan

jangkar atau kumparan-kumparan terletak dalam daerah yang induksi

magnetnya besar, supaya GGL induksi yang terbentuk bertambah besar.

Lilitan jangkar

Lilitan jangkar pada motor DC berfungsi sebagai tempat terbentuknya GGL

(Gaya Gerak Listrik).

Gambar 2.14 merupakan bentuk dari rotor yang terdiri dari lilitan jangkar,

jangkar, komutator, tali, isolator, poros, bantalan dan kipas.

(http://www.ewh.ieee.org/soc/es/Nov1998/12/DC_SKEW.JPG).

Gambar 2.10 Rotor

Pada gambar 2.15 merupakan cara kerja dari motor DC, adalah sebagai berikut:

Gambar 2.11 Prinsip Dasar Motor DC

1. Motor DC mempunyai bagian yang mantap (stator) yang berupa magnet

permanen dan bagian yang bergerak (rotor) yang berupa koil atau

gulungan kawat tembaga. Dimana setiap ujungnya tersambung dengan

Page 19: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

23

komutator. Komutator ini dihubungkan dengan katub positif (+) dan kutub

negatif (-) dari catu daya

2. Arus listrik dari kutub positif akan masuk melalui komutator, kemudian

berjalan mengikuti gulungan kawat sebelumnya, akhirnya masuk ke kutub

negatif dari catu daya. Karena adanya medan elektromagnetik maka motor

akan berputar

3. Karena putaran rotor, arus listrik didalam kawat akan berjalan bolak-balik

karena jalanya sesuai dengan medan magnet, maka rotor akan selalu

berputar terus-menerus selama arus listrik tetap mengalir di dalam kawat.

2.4.3 Pengatur Arah Putaran Motor DC

Dalam aplikasinya seringkali sebuah motor digunakan untuk arah yang

searah dengan jarum jam maupun sebaliknya. Untuk mengubah putaran dari

sebuah motor dapat dilakukan dengan mengubah arah arus yang mengalir melalui

motor tersebut. Secara sederhana seperti yang ada pada gambar 2.16 hal ini dapat

dilakukan hanya dengan mengubah polaritas tegangan motor.

Gambar 2.12 Dasar Pengaturan Arah Putar Motor DC

Untuk mengubah polaritas tegangan motor dapat dilakukkan dengan

mudah, maka dilakukan dengan menggunakan satu buah relay 5 kaki dan dua

buah relay 8 kaki seperti pada gambar 2.17 dimana relay 5 kaki befungsi sebagai

Page 20: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

24

input memberikan tegangan ke relay 5 dan 7 secara bergantian. Sedangkan relay 5

dan 7 yang memiliki 8 kaki untuk membalik polaritas motor DC. Pada saat relay 1

mendapat tegangan, kondisi awalnya relay normaly close memberikan tegangan

ke relay 7 sehingga dari normally close menjadi normally open, maka bekerja

memberikan tegangan ke motor DC sehingga berputar ke kanan, relay 7 mendapat

polaritas positif dan relay 5 mendapat polaritas negatif. Demikian sebaliknya jika

relay 1 kondisi nomally open, relay 5 akan mendapat tegangan maka relay 5

bekerja dari normally close menjadi normally open dan memberikan tegangan ke

motor DC sehingga motor berputar ke kiri, relay 5 polaritasnya positif sedangakan

relay 7 polaritasnya negatif.

2.5 Driver Motor DC

IC L293D merupakan IC buatan SGS – Thomson Microelectronics untuk

mengontrol motor. IC ini menerima control pada level DTL maupun TTL dan

mampu menjalankan beban induktif seperti relay solenoid, motor dc maupun

motor stepper.

Untuk menyederhanakan penggunaan, bridges dipasangkan dengan sebuah

masukan enable. Masukan tegangan terpisah juga diberikan pada IC ini, dan dioda

clamp internal juga sudah diberikan.

Ic ini juga digunakan untuk aplikasi switching sampai frekuensi 5KHz.

L293D dikemas dalam 16 pin dimana ada 4 pin yang dihubungkan bersama

sebagai ground. Secara umum IC ini memiliki fitur sebagai berikut:

1. Keluaran dapat mencapai 600 mA tiap kanal.

Page 21: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

25

2. Tersedia fasilitas enable (pengaktif)

3. Proteksi terhadap suhu berlebih

4. Logic “0” sampai tegangan 1,5 volt (High noise immunity)

5. Dioda clap internal.

Dengan menggunakan IC driver ini ada beberapa keuntungan yang bisa

didapat :

1. Berukuran kompak sehingga lebih praktis

2. Bisa mengatur arah putaran sehingga lebih praktis

3. Bisa mengatur kecepatan motor dc

Berikut akan diberikan gambar dari IC driver ini :

Gambar 2.13 Diagram Pin – Pin L293D

Adapun keterangan mengenai IC ini adalah sebagai berikut:

Pin Nama Kegunaan

1 Enable 1 Enable untuk Motor 1 (output 1 dan output 2)

2. Input 1 Masukan 1 untuk Motor 1p

Page 22: Ssptpolsri Gdl Muhammadum 5178 3 Babiit A

26

3 Output Keluaran 1 untuk motor 1

4,5 Ground Ground

6 Output 2 Keluaran 2 untuk Motor 1

7 Input 2 Masukan 2 untuk Motor 1

8 Vs Sumber tegangan (+) untuk Motor 1 dan 2

9 Enable 2 Enable untuk motor 2 (output 3 dan output 4)

10 Input 3 Masukan 1 untuk Motor 2

11 Output 3 Keluaran 1 untuk Motor 2

12,13 Ground Ground

14 Output 4 Keluaran 2 untuk Motor 2

15 Input Masukan 2 untuk Motor 2

16 Vss Logic Power Supply IC (+5V)

Tabel 2.5 Tabel Kebenaran untuk Tiap Chanel Input IC L293D

INPUT ENABLE OUTPUT

H H H

L H L

H L Z

L L Z

Dari tabel kebenaran terlihat bahwa pin enable bersifat aktif tinggi. Ini

berarti jika logika pada pin enable tinggi (‘1’) maka pada pin output akan

bersesuaian dengan pin input. Sedangkan jika pin enable rendah (disable) maka

output akan menjadi high impendance (Z). (Moh. Ibnu Malik 2006)