88
Junessa Palao K (10406001) Andra Riandita (10406012) Sella Agustin (10406017) Aa Haeruman Azam (10406021) Yunika Sopandi (10406024) Rahma Widyaningrum (10406029) Hana Nur Fitriana (10406030) Santi Deviyanti (10406040)

Standar Nasional Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Standar Nasional Indonesia. Junessa Palao K (10406001) Andra Riandita (10406012) Sella Agustin (10406017) Aa Haeruman Azam (10406021) Yunika Sopandi (10406024) Rahma Widyaningrum (10406029) Hana Nur Fitriana (10406030) Santi Deviyanti (10406040). Presentasi Mikrobiologi Analitik. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Standar Nasional  Indonesia

Junessa Palao K (10406001)Andra Riandita (10406012)

Sella Agustin (10406017)Aa Haeruman Azam (10406021)

Yunika Sopandi (10406024)Rahma Widyaningrum (10406029)

Hana Nur Fitriana (10406030)Santi Deviyanti (10406040)

Page 2: Standar Nasional  Indonesia

REGULASI MAKANAN DAN MINUMAN DI INDONESIA

Page 3: Standar Nasional  Indonesia

UU No.7 Tahun 1996 : Pangan PP No.28 Tahun 2004 : Keamanan, Mutu

dan Gizi Pangan Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh

Badan Standarisasi Nasional

Page 4: Standar Nasional  Indonesia

Keamanan yang meliputi batas maksimum cemaran mikroba, cemaran kimia, cemaran fisika dan cemaran bahan berbahaya lainnya;

Jaminan mutu yang dinilai dari proses produksi sesuai dengan cara produksi makanan yang baik.

Gizi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan antara lain informasi nilai gizi dan angka kecukupan gizi.

Keterangan dan atau pernyataan pada label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mencantumkan sekurang-kurangnya keterangan tentang:

1. Nama produk;2. Berat bersih atau isi bersih; dan3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke

dalamWilayah indonesia

Page 5: Standar Nasional  Indonesia

JUDUL STANDAR NOMOR SNI

Anggur (wine) SNI 01-4018 -1996

Anggur brem bali SNI 01-3952 -1995

Asparagus dalam kaleng SNI 01-3837 -1995

Bagea sagu SNI 01-4290 -1996

Bakpia SNI 01-4291 -1996

Bekatul SNI 01-4439 -1998

Bihun SNI 01-2975 -1992

Biskuit, Mutu dan cara uji SNI 01-2973 -1992

Bungkil kacang tanah SNI 01-3169 -1992

Bungkil kopra, Mutu dan cara uji SNI 01-2904 -1992

Dodol SNI 01-2986 -1992

Dodol cempedak SNI 01-4294 -1996

Dodol nanas SNI 01-4296 -1996

Dodol nangka SNI 01-4295 -1996

Dodol sirsak SNI 01-4297 -1996

Emping melinjo SNI 01-3712 -1995

Enting-enting kacang gepuk SNI 01-4034 -1996

Gaplek SNI 01-2905 -1992

Geplak SNI 01-4298 -1996

Halva kenari SNI 01-4442 -1998

Page 6: Standar Nasional  Indonesia

Jagung marning SNI 01-4300 -1996

Jagung muda dalam kaleng SNI 01-4032 -1996

Jamur kancing dalam kaleng / botol SNI 01-2741 -1992

Jamur merang dalam kaleng / botol SNI 01-2742 -1992

Jeruk dalam kaleng SNI 01-4860 -1998

Jipang beras SNI 01-4436 -1998

Jipang jagung SNI 01-4450 -1998

Jipang kacang tanah SNI 01-4437 -1998

Jipang ketan SNI 01-4451 -1998

Kacang garing SNI 01-4301 -1996

Kacang goyang SNI 01-4465 -1998

Katul gandum SNI 01-4440 -1998

Kecap kedelai SNI 01-3543 -1999

Kentang dalam kemasan SNI 01-4477 -1998

Keripik belimbing SNI 01-4278 -1996

Keripik gadung SNI 01-4302 -1996

Keripik kentang SNI 01-4031 -1996

Keripik nanas SNI 01-4304 -1996

Keripik nangka SNI 01-4269 -1996

Keripik pisang SNI 01-4315 -1996

Page 7: Standar Nasional  Indonesia

Keripik singkong SNI 01-4305 -1996

Keripik sukun SNI 01-4279 -1996

Keripik tahu SNI 01-4470 -1998

Keripik goreng SNI 01-2602 -1992

Keripik ubi jalar SNI 01-4306 -1996

Kerupuk beras SNI 01-4307 -1996

Kerupuk ikan SNI 01-2713 -1992

Kismis SNI 01-4862 -1998

Kolang-kaling dalam kaleng SNI 01-4472 -1998

Konsentrat buah tomat SNI 01-4217 -1996

Kue brem, Mutu dan cara uji SNI 01-2559 -1992

Kue kelapa SNI 01-4475 -1998

Kue lapis SNI 01-4309 -1996

Kue wingko SNI 01-4311 -1996

Lempok durian SNI 01-4313 -1996

Manisan pala SNI 01-4443 -1998

Marmalad SNI 01-4467 -1998

Mede gelondong SNI 01-4463 -1998

Mie basah SNI 01-2987 -1992

Mie instan SNI 01-3551 -2000

Page 8: Standar Nasional  Indonesia

Mie Kering SNI 01-2974 -1996

Minuman squash SNI 01-2984 -1998

Minyak jagung sebagai minyak makan SNI 01-3394 -1998

Minyak katul SNI 01-0610 -1989

Minyak kedelai sebagai minyak makan SNI 01-4466 -1998

Nanas dalam kaleng SNI 01-4316 -1996

Nata dalam kemasan SNI 01-4317 -1996

Persik dalam kaleng SNI 01-4861 -1998

Pisang serpihan SNI 01-4030 -1996

Ragi roti kering SNI 01-2982 -1992

Rambutan dalam kaleng SNI 01-4318 -1996

Rebung bambu dalam kaleng SNI 01-4033 -1996

Sagu tumbuk SNI 01-4459 -1998

Salak dalam kaleng SNI 01-4471 -1998

pisang SNI 01-4319 -1996

Saos cabe SNI 01-2976 -1992

Sauerkraut dalam kaleng SNI 01-2600 -1992

Selai buah SNI 01-3746 -1995

Selai buah diet diabetes SNI 01-3700 -1995

Srikaya SNI 01-3704 -1995

Page 9: Standar Nasional  Indonesia

Tahu, Mutu dan cara uji SNI 01-3142 -1998

Tapioka SNI 01-3451 -1994

Tauco SNI 01-4322 -1996

Tempe kedele, Mutu dan cara uji SNI 01-3144 -1992

Tepung beras, Mutu dan cara uji SNI 01-3549 -1994

Tepung bumbu SNI 01-4476 -1998

Tepung jagung SNI 01-3727 -1995

Tepung kacang hijau SNI 01-3728 -1995

Tepung Ketan SNI 01-4447 -1998

Tepung pisang SNI 01-3841 -1995

Tepung sagu SNI 01-3729 -1995

Tepung siap pakai untuk kue SNI 01-4469 -1998

Tepung singkong SNI 01-2997 -1996

Tepung terigu sebagai bahan makanan SNI 01-3751 -2000

Wajik SNI 01-4272 -1996

Yangko SNI 01-4325 -1996

Page 10: Standar Nasional  Indonesia

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Keadaan :

1. Bau

2. Rasa

3. Warna

Air, %, b/b

Jumlah gula sebagai sakarosa, %, b/b

Protein (N x 6,25), %, b/b

Lemak, %, b/b

Bahan Tambahan Makanan

7.1 Pemanis Buatan

Cemaran Logam :

8.1. Timbal (Pb), mg/kg

8.2. Tembaga (Cu), mg/kg

8.3. Seng (Zn), mg/kg

Arsen (As), mg/kg

Cemaran Mikroba :

10.1. Angka lempeng total

10.2. E.coli

10.3. Kapang dan Khamir

Koloni/g

APM/g

Koloni/g

Normal

Normal, khas

Normal

Maks.20

Min. 45

Min.3

Min.7

Sesuai SNI.0222-M dan Peraturan Men Kes. No.722/Men.Kes/Per/IX/88

Tidak ternyata

Maks.1,0

Maks. 10,0

Maks. 40,0

Maks. 0,5

Maks. 5,0 x 102

<3

Maks. 1,0 x 102

Page 11: Standar Nasional  Indonesia

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan- Bau - Khas- Rasa - Khas- Warna -

2 Benda-benda asing - Tidak boleh ada3 Air, (b/b) % Maks. 444 Gula (dihitung sebagai

Sukrosa), (b/b) % Min. 25

5 Bahan Tambahan Makanan- Pemanis buatan - Tidak boleh ada- Pengawet - Sesuai SNI 01-0222-1995- Pewarna tambahan - Sesuai SNI 01-0222-1995

6 Cemaran Logam :- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0- Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10,0- Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0- Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05

7 Arsen (As) Maks. 0,58 Cemaran Mikroba

- Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1,0 x 102

- Coliform APM/g Maks. 20- E. Coli APM/g < 3

9 Kapang Koloni/g Maks. 50

Page 12: Standar Nasional  Indonesia
Page 13: Standar Nasional  Indonesia
Page 14: Standar Nasional  Indonesia

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagaimakanan dan biasanya bikan merupakan ingredien khas makanan, rnempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Page 15: Standar Nasional  Indonesia

(1) Pada wadah bahan tambahan makanan harus dicantumkan label.

(2) Label bahan tambahan makanan harus mernenuhi ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Label dan Periklanan Makanan.

(3) Selain yang dimak.ud pada ayat (2) pasal ini, pada label bahan tambahan makanan harus dicantumkan pula :

Page 16: Standar Nasional  Indonesia

a. Tulisan : "Bahan Tambahan Makanan" atau "Food Additive";

b. Nama bahan tambahan makanan, khusus untuk pewarna dicantumkan puta nomor indeksnya;

c. Nama golongan bahan tambahan makanan; d. Nomor pendaftaran produsen; e. Nomor pendaftaran produk, untuk bahan

tambahan makanan yang hares didaftarkan.

(4) Selain yang dimaksud pada ayat (2) dan (3) pada label bahan tambahan makanan dalam kemasan eceran harus dicantumkan pula takaran penggunaannya.

Page 17: Standar Nasional  Indonesia

(1) Bahan tambahan rnakanan yang diizinkan dalam makanan dengan batas maksimum penggunaannya ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

(2) Bahan tambahan makanan selain yang disebut pada ayat (1), hanya boleh digunakan sebagai bahan tambahan makanan setelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan penilaian seperti yang dimaksud pada pasal 5.

Page 18: Standar Nasional  Indonesia

(1) Bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

(2) Selain yang disebut pada ayat (1), khusus untuk bahan pewarna yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan, ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya.

Page 19: Standar Nasional  Indonesia

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN(PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR :

722/MEN.KES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN)

1. Bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :◦ 1. Antioksidan (Antioxidant);◦ 2. Antikempal (Anticaking Agent);◦ 3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator);◦ 4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener);◦ 5. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment

Agent);◦ 6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier,

Stabilizer, Thickener);◦ 7. Pengawet (Preservative);◦ 8. Pengeras (Firming Agent);

Page 20: Standar Nasional  Indonesia

◦ 9. Pewarna (Colour);◦ 10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour,

Flavour Enhancer);◦ 11. Sekuestran (Sequestrant).

2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari_ satu macam antioksidan, maka basil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.

Page 21: Standar Nasional  Indonesia

4. Batas penggunaan "secukupnya" adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya.jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.

5. Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan garam benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garain sorbat sebagai asam sorbat dan senyawa sulfit sebagai SO2.

Page 22: Standar Nasional  Indonesia
Page 23: Standar Nasional  Indonesia
Page 24: Standar Nasional  Indonesia
Page 25: Standar Nasional  Indonesia
Page 26: Standar Nasional  Indonesia
Page 27: Standar Nasional  Indonesia
Page 28: Standar Nasional  Indonesia
Page 29: Standar Nasional  Indonesia
Page 30: Standar Nasional  Indonesia
Page 31: Standar Nasional  Indonesia
Page 32: Standar Nasional  Indonesia
Page 33: Standar Nasional  Indonesia
Page 34: Standar Nasional  Indonesia
Page 35: Standar Nasional  Indonesia
Page 36: Standar Nasional  Indonesia
Page 37: Standar Nasional  Indonesia

BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG DIGUNAKAN DALAM MAKANAN (PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 722/MEN.KES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN)

1. Asam Borat (Boric Acid) dan senvawanya 2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt) 3. Dietilpirokar.bonat (Di ethylpyrocarbonate, DEPC) 4. Dulsin (Dulcin) 5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate) 6. Kloramfenikol (Chloramphenicol) 7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable

oils) 8. Nitrofurazon (Nitrofurazone) 9. Formalin (Formaldehyde )

Page 38: Standar Nasional  Indonesia
Page 39: Standar Nasional  Indonesia

Standar ini meliputi : 1. syarat mutu, 2. cara pengujian mutu, 3. cara pengambilan contoh dan 4.Cara pengemasan susu pasteurisasi.

Page 40: Standar Nasional  Indonesia

Susu pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstitusi, susu rekombinasi yang telah mengalami prosss pemanasan pada tarnperatur 63°C -66°C selama minimum 30 menit atau pada pemanasan 72°C selama minimum 15 detik, kemudian segera didinginkan sampai 100 C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4,40 C.

Page 41: Standar Nasional  Indonesia

Susu pasteurisasi terdiri dari:

A. Susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa.

B. Susu pasteurisasi yang diberi panyedap cita rasa, yang masing-masing digolongkan dalam satu jenis mutu

Page 42: Standar Nasional  Indonesia
Page 43: Standar Nasional  Indonesia

Cara pengambilan contoh

Contoh diambil secara acak menurut nomor angkatan produksi yang sama. Banyaknya contoh yang diambil uhtuk dianalisa (n) dan Jumlah contoh yang tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan (c) berpedoman pada tingkat 1 dalam daftar dibawah ini

Page 44: Standar Nasional  Indonesia

Apabila dari hasil pengujian yang perta ma terdapat keberatan dari pihak yang bersangkutan, maka dapat diadakan pengujian ulangan dengan berpedoman pada tingkat 2 dalam daftar disamping ini.

Page 45: Standar Nasional  Indonesia

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

Page 46: Standar Nasional  Indonesia

Cara pengemasan Susu pasteurisasi disajikan dalam bentuk

cairan, dikemas secara aseptis dalam botol, karton yang dilapisi polyethylene, atau aluminiun foil, kantong plastik atau bahan lain yang tidak mempengaruhi isi.

Page 47: Standar Nasional  Indonesia

• Pemberian merek Pada bagian luar dari kemasan diberi tulisan dangan

jelas yang tidak mudah luntur, antara lain :• - Nama perusahaan• - Nama barang• - Isi bersih• - Nomor angkatan produksi• - Tanggal kadaluwarsa• - Cara penggunaan• - Cara penyimpanan• - Bahan dasar dan bahan tambahan• - Nomor pendaftaran pada Departemen Kesehatan

Page 48: Standar Nasional  Indonesia

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Page 49: Standar Nasional  Indonesia

Selain diutamakan untuk melindungi konsumen dari

segi kesehatan dan keselamatan, juga ditujukan

untuk:

a. Melindungi produsen;

b. Menunjang perkembangan industri hasil pertanian;

c. Menunjang ekspor non migas; dan

d. Menunjang instruksi Menteri Perindustrian No.

04/M/INS/1989.

Page 50: Standar Nasional  Indonesia

Standar ini disusun berdasarkan Kumpulan Peraturan

Perundang-undangan di Bidang Makanan, Edisi III, Jilid 1

Departemen Kesehatan RI Tahun 1993/1994 dan hasil

pembahasan dalam rapat-rapat teknis, prakonsensus

dan terakhir dirumuskan dalam rapat Konsensus pada

tanggal 4 Maret 1997 yang dihadiri oleh wakil-wakil

produsen, gabungann produsen makanan dan minuman

Indonesia, konsumen, lembaga ilmu pengetahuan dan

teknologi serta instansi pemerintahan yang terkait.

Page 51: Standar Nasional  Indonesia

Standar ini meliputi acuan, definisi,

klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan

contoh, cara uji, syarat lulus uji, cara

pengemasan dan syarat penandaan untuk

susu UHT (Ultra High Temperature).

Page 52: Standar Nasional  Indonesia

Australia Food Standards Code, Standards H1, Milk and Liquid Milk Products, June 1992.

SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan. SNI 01-0222-1995, Bahan tambahan makanan. SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman. SNI 01-2894-1992, Cara uji bahan pengawet makanan dan

bahan tambahan yang dilarang untuk makanan. SNI 01-2896-1992, Cara uji cemaran logam. SNI 01-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba. SNI 01-2950-1992, Susu UHT. SNI 01-2782-1992, Cara uji susu segar. AOAC, 1990, Official Methodeof Analysis of the Association

of Official Analytical Chemists,vol. I, 15 thed, AOAC, Arlington, Virginia.

Page 53: Standar Nasional  Indonesia

Susu UHT Produk susu yang diperoleh dengan cara

mensterilkan susu minimal pada suhu 135°C selama 2 detik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik

Page 54: Standar Nasional  Indonesia

Susu UHT tawar Susu UHT yang diberi zat penyedap

citarasa

Page 55: Standar Nasional  Indonesia
Page 56: Standar Nasional  Indonesia

Persiapan contohCara persiapan contoh sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman

KeadaanCara uji keadaan sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman

ProteinCara uji kadar protein sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman,

LemakCara uji kadar lemak susu sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan danminuman

Bahan kering tanpa lemakCara uji kadar bahan kering tanpa lemak sesuai dengan SNI 01-2782-1992, Cara uji susu segar

Page 57: Standar Nasional  Indonesia

Total padatan Prinsip

Persentase bagian yang tidak teruapkan terhadap bobot contoh. Peralatan

a) cawan gelas berdasarkan rata,b) neraca analitik,c) penangas air, dand) oven pengering.

Cara kerjaa) Timbang 2,5 g – 3 g contoh dalam cawan gelas yang sudah diketahui bobotnya.b) Panaskan di atas penangas air selama 10 –15 menit dengan bagian alas sebanyak mungkin yang kontak dengan uap air. Kemudian panaskan selama 3 jam dalam oven pada suhu 98°C – 100°C.c) Dinginkan dalam desikator dan timbang segera. Persentase residu dinyatakan sebagai kadar total padatan.

Page 58: Standar Nasional  Indonesia

• Perhitungan

Page 59: Standar Nasional  Indonesia

Pewarna tambahan Cara uji pewarna tambahan sesuai dengan SNI 01-2895-

1992, Cara uji pewarna tambahan makanan.Cemaran logam Cara uji cemaran timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn),

timah (Sn) dan raksa (Hg) sesuai dengan SNI 01-2896-1992, Cara uji cemaran logam, butir 3.Cemaran arsen Cara uji cemaran arsen (As) sesuai dengan SNI 01-2896-

1992, Cara uji cemaran logam, butir 6.Cemaran mikroba Cara uji cemaran mikroba sesuai dengan SNI 01-2897-

1992, Cara uji cemaran mikroba.

Page 60: Standar Nasional  Indonesia

Produk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi spesifikasi persyaratan mutu.

Page 61: Standar Nasional  Indonesia

Produk dikemas dalam wadah

yang tertutup baik, tidak

dipengaruhi atau mempengaruhi

isi, aman selama penyimpanan

dan pengangkutan.

Page 62: Standar Nasional  Indonesia

Syarat penandaan sesuai dengan Undang-

Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan serta peraturan tentang label

dan periklanan yang berlaku.

Page 63: Standar Nasional  Indonesia

Susu Bubuk

Page 64: Standar Nasional  Indonesia

Tujuan penyusunan standar ini sebagai acuan sehingga susu bubuk yang beredar di pasar dapat terjamin mutu dan kemanannya

Page 65: Standar Nasional  Indonesia

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh dan cara uji susu bubuk.

Page 66: Standar Nasional  Indonesia

Susu bubuk

Produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi

sebagian besar air melalui proses pengeringan susu

segar dan atau susu rekombinasi yang telah

dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin,

mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

Susu

bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak dan

tanpa lemak

Susu bubuk berlemak

Susu bubuk yang tidak diambil lemaknya

Page 67: Standar Nasional  Indonesia

susu bubuk kurang lemakSusu bubuk yang telah dikurangi sebagian lemaknya

susu bubuk bebas lemaksusu bubuk yang telah diambil lemaknya

susu rekombinasiProduk susu yang diperoleh dengan cara melarutkan kembali susu bubuk dengan air, danatau dicampur susu segar, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahantambahan pangan yang diizinkan

Page 68: Standar Nasional  Indonesia
Page 69: Standar Nasional  Indonesia
Page 70: Standar Nasional  Indonesia
Page 71: Standar Nasional  Indonesia
Page 72: Standar Nasional  Indonesia

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Page 73: Standar Nasional  Indonesia

1. Ruang lingkup

Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara pengambilan

contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan

keju cedar olahan.

2. Definisi

Keju cedar olahan (processed cheddar chesse) adalah

produk berupa padatan plastis yang diperoleh melalui

pengolahan keju cedar dengan penambahan pengemulsi

dan pemanasan dengan atau tanpa penambahan bahan

tambahan makanan lain yang diizinkan.

Page 74: Standar Nasional  Indonesia

3. Pengujian makanan, meliputi Uji keadaan secara organoleptik terhadap bau, rasa,

tekstur, dan warna Persiapan sampel untuk uji kimia (bahan semi padat),

caranya dengan memotong-motong sampel keju cedar olahan menjadi bagian-bagian yang kecil, lalu cincang gerus sampai halus

• Uji Kadar air (metode oven), prinsip: Kehilangan bobot pada pemanasan 105° C dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada sampel

Uji abu, prinsip: pada proses pengabuan zat-zat organik diuraikan menjadi air dan CO, tetapi bahan anorganik tidak

Uji protein (metode semimikro kjeldhal), prinsip: Senyawa nitrogen diubah menjadi amonium sulfat oleh H2SO4 pekat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan dititrasi dengan larutan baku asam.

Page 75: Standar Nasional  Indonesia

Uji lemak (Metoda ekstraksi langsung dengan alat

Soxhlet), prinsip: ekstraksi Iemak bebas dengan

pelarut non polar

Uji kandungan bahan tambahan makanan (zat warna

dan pengawet)

Uji cemaran logam (arsen)

4. Cara pengemasan

Keju cedar olahan dikemas dalam wadah yang

tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi

isi, aman selama pengangkutan dan penyimpanan

Page 76: Standar Nasional  Indonesia

SNI 01-7152-2006

Page 77: Standar Nasional  Indonesia

memberikan pedoman penggunaan perisa bagi industri perisa dan industri pangan

memberikan perlindungan kepada konsumen terhadap dampak merugikan akibat penyalahgunaan penggunaan perisa

memberikan jaminan mutu produk pangan, sehingga dapat meningkatkan daya saing

mendukung perkembangan industri pangan.

Page 78: Standar Nasional  Indonesia

Perisa→ bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat, dengan atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi flavor, dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam, tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan sebagai bahan pangan

Page 79: Standar Nasional  Indonesia

senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa, perisa asap, senyawa perisa identik alami, senyawa perisa artifisial, dan perisa hasil proses panas

Kelompok perisa alami

Page 80: Standar Nasional  Indonesia

• Estragol (estragole)→ tidak boleh ditambahkan

Page 81: Standar Nasional  Indonesia

Minyak Rue (Rue Oil) → boleh ditambahkan

Page 82: Standar Nasional  Indonesia
Page 83: Standar Nasional  Indonesia

Standar Nasional Indonesia

Page 84: Standar Nasional  Indonesia

Penyiapan sampel Uji cemaran logam pada makanan :

◦ Hidrolisis◦ Pengabuan kering◦ Uji Hg◦ Graphite furnace (khusus minyak)

Page 85: Standar Nasional  Indonesia

Berlaku untuk contoh buah-buahan, sayuran, daging, ikan, dan makanan dalam kaleng.

PrinsipSampel dihidrolisis dengan asam untuk memecahkan karbohidrat dan protein dalam sampel dan membebaskan logam-logam yang terkandung di dalamnya.

Page 86: Standar Nasional  Indonesia

• berlaku untuk contoh susu bubuk, kakao bubuk, ikan, tepung terigu, saos tomat, dan bahan dasar pakan ternak

• PrinsipSampel dicampur dengan larutan magnesium nitrat dalam etanol, dikeringkan, dan diabukan. Dilanjutkan pembacaan absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom.

Page 87: Standar Nasional  Indonesia

Prinsip Mereaksikan senyawa raksa dengan NaBH4

atau SnCl2 dalam keadaan asam guna membentuk gas atomik Hg.

Diikuti dengan pembacaan absorbans menggunakan spektrofotometer serapan atom tanpa nyala dengan panjang gelombang 253,7 nm.

Page 88: Standar Nasional  Indonesia

• Cemaran logam, tembaga (Cu), besi (Fe), Nikel (Ni), dan timbal (Pb) dalam minyakmenggunakan spektrofotometer serapan atom dengan graphite furnace

• Cemaran logam tembaga (Cu), besi (Fe), Nikel (Ni), dan Seng (Zu) dalam minyakPengabuan kering sampel dan pelarutan oksida logam dengan asam diikuti dengan pembacaan absorbansi larutan logam menggunakan atomizer batang karbon (graphite furnace)