Upload
dwiesty11192
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1. Pengkajian perilaku masyarakat
Hal - hal yang perlu dikaji dalam perilaku masyarakat meliputi :
Faktor internal, hal yang harus dikaji dari masyarakat di Provinsi A
adalah : pendidikan, pengetahuan terhadap penyakit, persepsi, emosi,
motivasi, usia, dan lain-lain.
Faktor eksternal yang harus dikaji dari Provinsi A adalah : lingkungan,
baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Perlu di kaji juga lingkungan dan faktor genetiknya. Perilaku dipengaruhi oleh
genetik dan keturunan.
Bentuk perilaku masyarakat di Provinsi A (Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni)
a. Bentuk pasif
Masyarakat A mengetahu tentang vaksin TB namun tidak mengikuti vaksinasi,
cara pencegahan AIDS dan diare, serta menjaga kesehatan untuk menghindari
penyakit degeneratif namun mereka tidak mau melakukan pencegahn-
pencegahan terhadap penyakit tersebut
b. Bentuk Aktif
Masyarakat mengetahui cara pencegahan, dan mau melakukan pencegahan
Rematik
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa senam rematik itu dapat
mencegah rematik tapi orang tersebut tidak menerapkannya dalam
kehidupannya.
b. Bentuk aktif : orang tersebut sering mengikuti senam rematik.
Jantung
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa merokok dapat memicu
penyakit jantung, tapi orang tersebut tidak menghentikan kebiasaan
merokoknya.
b. Bentuk aktif : orang tersebut menghentikan kebiasaan merokoknya.
Diabetes Melitus
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa pola hidup yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula
dapat menyebabkan penyakit DM, tapi orang tersebut tidak bisa
mengatur pola makannya yang salah.
b. Bentuk aktif : orang tersebut bisa mengatur pola makannya ke dalam
pola makan yang sehat.
Hipertensi
a. Bentuk pasif : seseorang mengetahui bahwa olahraga yang cukup dan
teratur dapat mengurangi resiko hipertensi, tapi orang tersebut jarang
berolahraga.
b. Bentuk aktif : orang tersebut rajin berolahraga untuk kesehatan
tubuhnya.
2. Perilaku Kesehatan Masyarakat Provinsi A
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap rangsangan atau objek yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.
a). Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
TB dan ISPA
Peningkatan masalah TB dan ISPA di masyarakat A bisa dipengaruhi oleh
perilaku kesehatan masyarakat A yang tidak tahu tentang cara peningkatan
pemeliharaan kesehatannya, perlu kita kaji hal- hal seperti sepert mengusahakan sanitasi
yang baik dalam lingkungan rumah, menjemur barang-barang, memakan makanan yang
bergizi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, berolahraga, serta kepadatan penduduk,
perlu dikaji juga tentang perilaku masyarakat terhadap imunisasi dan vaksinasi
pencegahan penyakit TB, kaji juga perilaku terhadap kebiasaan meludah, batuk, dan
bersin sembarangan.
Diare
Peningkatan masalah diare di masyarakat A bisa di pengaruhi oleh tindakan
masyrakat yang tidak selalu mencuci tangan dan mencuci makanan tertentu sebelum
makan, jajan sembarangan, lingkungan sekitar rumah yang dekt dengan sampah,kaji
keluarga yang tidak memiliki MCK, sumber air minum, serta personal hygine, hal
tersebut perlu dikaji.
HIV/AIDS
Peningkatan masalah AIDS bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan perlu
dikaji tentang pemeliharaan kesehatan berkaitan dengan pengetahuan pencegahan
AIDS, berupa setia terhadap pasangan, penularan lewat cairan tubuh, penggunaan jarum
suntik ang steril, transfusi darah, pelaku homo/biseksual, penderita hemofilia serta
penularan dari ibu ke anak dan konsumsi mkanan brgizi.
Rematik
Peningkatan masalah rematik di masyarakat A bisa dipengaruhi oleh perilaku kesehatan
masyarakat A yang tidak atau kurang mengetahui pencetus dari penyakit rematik
seperti stress, obesitas, sikap posisi yang tidak benar.
Diabetes mellitus
Peningkatan masalah DM bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang apa yang
menyebabkan penyakit dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya, perlu dikaji
tentang pemeliharaan kesehatan berkaitan dengan pengetahuan pencegahan DM,
berupa olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan.
Penyakit Jantung
Peningkatan masalah penyakit jantung bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat provinsi A faktor yang dapat menyebabkan penyakit jantung, pengaturan
pola makan yang sehat (contohnya: konsumsi kacang-kacangan, batasi makanan yang
mengandung minyak jenuh karena dapet menyebabkan radang arteri, dan lain-lain), dan
pola hidup sehat.
Hipertensi
Peningkatan masalah hipertensi bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
provinsi A tentang :
- Peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour)
Makan makanan bergizi, batasi konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol
tinggi serta garam, tidak merokok, dan olahraga teratur.
- Pencegahan penyakit (health prevention behaviour)
Hindari stress, rokok, dan alkohol, dan olahraga teratur.
b). Perilaku sehubungan pencarian pengobatan terhadap penyakit
Hal ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan pemahaman dan
pendidikan serta kemampuan ekonomi masyarakat terhadap penyakit
tersebut. Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang mungkin
akan menggunakan pengobatan yang tidak teruji secara klinis, mengobati
dengan caranya sendiri, pengobatan turun temurun dari nenek moyang
bahkan tidak melakukan pengobatan sama sekali. Bagi masyarakat
dengan pendidikan yang baik, cenderung akan menggunakan fasilitas
kesehatan modern seperti klinik, RS, puskesmas, mantri dsb.
c). Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Kaji sikap dan respon masyarakat Provinsi A terhadap pelayanan kesehatan yang
ada baik itu pelayanan kesehatan modern ataupun tradisional, meliputi pengetahuan,
persepsi, fasilitas, obat-obatan yang ada di fasilitas kesehatan tersebut.
d). Perilaku terhadap makanan
Kaji pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan makanan bergizi, serta
kandungan makanan, bagaimana masyarakat mengolah bahan makanan serta kebersihan
makanan. Gali pengetahuan masyarakat tentang makanan yang dapat mengakibatkan
penyakit yang dialami dan makanan yang dapat memperburuk kondisi sakitnya.
e). Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Pengkajian lingkungankesehatan mencakup
a. Air bersih: komponen, emanafaatn, serta pengguanaan air besih
b. Pembuangan sampah dan limbah: pemeliharaannya, pemanfaatannya
c. Rumah sehat: sanitasi, pencahayaan, ventilasi, kebersihan
d. Lingkungan sekitar prumah: pembersihan dari vektor-vektor sumber penyakit
Promosi Kesehatan
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Dengan bantuan
kontribusi dari profesional kesehatan (perawat, bidan, penilik kesehatan)
dengan cara memotivasi perilaku positif masyarakat kearah hidup sehat
melalui
Kamus keperawatan edisi 31 Christine Brooker PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC
Promosi kesehatan merupakan upaya atau kegiatan menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, keluarga, dan individu sebagai
bagian dari tingkat pencegahan penyakit (health promotion, specific
protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation,
and rehabilitation).
Dalam kata lain promosi kesehatan juga dikenal dengan pendidkan
kesehatan (health education), karena pendidikan kesehatan pada
prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai kesehatan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan
ini adalah : mendorong setiap individu untuk proaktif dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyaki,
melindungi diri dari penyakit, menumbuhkan peran aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
3. Metode Promosi Kesehatan
Berikut ini beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).
Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode ini dilakukan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang
yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku.
Bentuk pendekatan ini, antara lain :
a. Bimbingan/ penyuluhan (Guidance and conceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas kesehatan lebih intensif.
Pada kasus ini, cara bimbingan/ konseling dapat dilakukan pada pasien
HIV/AIDS, karena pasien cenderung malu dengan kondisinya, jadi jika
pasien hanya bertemu dengan petugas kesehatan tanpa ada orang banyak, ia
akan lebih mudah mengutarakan permasalahnnya, dan akhirnya klien
tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran akan mengubah perilaku
(misalnya pola makan akan meningkatkan daya tahan tubuh, dan merubah
pandangan negatif terhadap dirinya)
b. Wawancara (Interview)
Petugas kesehatan mewawancarai klien untuk menggali infromasi mengapa
ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak
terhadap perubahan.
Metode pendidikan kelompok
a. Kelompok besar (lebih dari 15 orang)
- Ceramah ( untuk sasaran yang berpendidikan tinggi atau rendah)
Metode sangat cocok dilakukan di Provinsi A karena sasarannya bisa
menyeluruh tanpa memandang status pendidikan. Materi yang
disampaikan bisa dibagi kedalam 2 sesi yaitu tentang penyakit infeksi
(ISPA, TBC, HIV/AIDS, dan diare) dan penyakit kronis (hipertensi, DM,
Jantung, dan rheumatic).
- Seminar (untuk kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas)
Setelah dilakukan pengkajian mengenai tingkat pendidikan masyarakat
di Provinsi A, kita dapat menentukan metode mana yang cocok untuk
dilakukan, dengan sasaran lebih dari 15 orang.
b. Kelompok kecil (kurang dari 15 orang)
- Diskusi kelompok
Semua anggota bebas berpartisipasi dalam diskusi. Anggota perlu
diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang
akan dibahas agar proses diskusi dapat berlangsung. (Metode ini kurang
cocok untuk kasus 1, karena kemungkinan jumlah masyarakat di
Provinsi A yang menderita penyakit infeksi dan kronis melebihi 15
orang)
- Curah pendapat (Brain stroming)
Anggota meberikan pendapatnya setelah pemimpin diskusi memberikan
contoh kasus.
- Bola salju (Snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang= 2 orang),
kemudian diberikan suatu kasus setelah beberapa menit mereka
mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya.
- Kelompok-kelompok kecil (Buzz gropu)
Kelompok kecil akan diberikan kasus yang sama atau tidak dengan
kelompok lain dan kemudian mereka mendiskusikannya kembali.
- Memainkan Peranan (Role Play)
- Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode Pendidikan Massa
Metode ini untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat dan biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh metode:
- Ceramah umum
- Pidato-pidato atau Diskusi tentang kesehatan mealui media elektronik
- Simulasi
- Tulisan-tulisan di Majalah atau Koran
- Billboard
(metode ini kurang cocok dilakukan di provinsi A, karena kemungkinan
tidak akan terjadi perubahan perilaku masyarakat tersebut)
Dalam kasus ini metode yang dipakai dalam promosi kesehatan adalah
gabungan antara metode kelommpok besar dan metode massa. Dari metode
kelompok besar bisa menggunakan seminar, sedangkan dari metode massa bisa
dengan cara pemasangan poster-poster, penyebaran pamflet-pamflet, dan
penyebaran materi.
4. Alat bantu/ Media Promosi Kesehatan
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.
Macam-macam Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
a. Alat Bantu Lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulai
indra mata (penglihatan). Alat ini ada 2 bentuk :
- Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film stripe dll.
- Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
2 dimensi, gambar peta, bagan, dsb.
3 dimensi, bola dunia, boneka, dll.
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat menstimulasi indra
pendengaran. Misalnya piring hitam, radio, pita suara, dll.
c. Alat bantu lihat dengar, seperti TV dan video cassete, lebih dikenal dengan
audio visual aids (AVA).
5. Strategi Promosi Kesehatan
Penyakit Infeksi
Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu,
sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan
individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan
kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
TB, ISPA, HIV, diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakat pada
umumnya. Saat klien telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka
kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah
yang bersangkutan.
Bilamana seorang individu mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan
dapat diberikan bantuan langsung dengan mengajaknya ke dalam proses
pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community
development)..
Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada menyetujui perilaku
tersebut..
Bina suasana yang akan dipakai dalam promosi kesehatan dengan
masalah kesehatan di Provinsi A ini menggunakan proses bina suasana
public. Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi.
Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media massa
tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang
perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau
opini publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat
umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai (social pressure) oleh
individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
Advokasi
Advokasi adalah upaya terencana untuk mendapatkan dan dukungan
tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan
sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau
penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,
opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat..
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu
(1) mengetahui atau menyadari adanya masalah
(2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah
(3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternative pemecahan masalah,
(4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah dan
(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana,
cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus
disiapkan dengan matang, yaitu:
1) Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi.
2) Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
3) Memuat peran sasaran dalam pemecahan masalah.
4) Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based.
5) Dikemas secara menarik dan jelas.
6) Sesuai dengan waktu yang tersedia
Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-dukung, maka
sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang
diharapkan. Sebagai konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus
ditentukan secara cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.
Pada kasus ini kita dapat mengadvokasikan kepada Gubernur Provinsi A
sehingga masalah kesehatan di masyarakat khususnya seperti penyakit
infeksi(ISPA, TBC, HIV/AIDS,Diare) dapat ditangani dengan baik dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan
lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu
Kesetaraan, Keterbukaan, saling menguntungkan.
Penyakit Kronis
Strategi merupakan teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi
dan misi promosi kesehatan secara berhasil dan berdaya guna. Berdasarkan
rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3
hal, yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk
masalah kesehatan di provinsi A dapat dilakukan ketiga strategi di atas.
a. Advokasi (Advocacy)
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan
di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan. Salah satu advokasi yang bisa
dilakukan untuk masalah kesehatan (penyakit kronis) di masyarakat
provinsi A adalah pengembangan kawasan tanpa rokok (KTR) dengan
dukungan peraturan perundangan dan pembentukan aliansi walikota dan
bupati.
b. Dukungan sosial (Social Support)
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat. Dalam kasus ini kita bisa bekerja sama dengan tokoh
masyarakat Provinsi A. Tokoh masyarakat di Provinsi A dibekali dengan
pelatihan, seminar, lokakarya, dan bimbingan tentang penyakit kronis
(hipertensi, DM, jantung, rematik). Hal ini dilakukan agar masyarakat
dapat menerima program dari sektor kesehatan.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Strategi ini ditujukan langsung kepada masyarakat dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Jika kesejahteraan
masyarakat di suatu daerah meningkat, hal ini dapat mempengaruhi
peningkatan pemeliharaan kesehatan mereka. Salah satu contoh strategi
pemberdayaan masyarakat adalah mengadakan pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga seperti : pembentukan
kelompok sentra kerajinan di Provinsi A.
Pendekatan promosi kesehatan
Pendekatan Tujuan Kegiatan
promosi
kesehatan
Nilai yang
penting
Contoh kasus:
TBC
Medikal sembuh dari
penyakit dan
kecacatan yang
didefinisikan
secara medik
Promosi
intervensi
kedokteran
untuk mencegah
atau
mengurangi
gangguan
kesehatan
Kepatuhan pasien
terhadap
prosedur
kedokteran
pencegahan
Tujuan:
Mengurangi gejala atau
bahkan sembuh dari
penyakit TBC
Kegiatan :
Medorong individu
mengupayakan
pengobatan
1. Pengobatan yang
cukup dan tepat
2. Melacak
penderita lalai
berobat 2 hari
(kategori 1) atau
seminggu
(kategori 2
Perubahan
perilaku
perilaku yang
mendukung bagi
keadaan sembuh
dari penyakit
Perubahan sikap
dan perilaku
yang
mendorong
penerimaan
gaya hidup
yang lebih sehat
Aya hidup sehat
seperti yang
didefinisikan
oleh promotor
kesehatan
Tujuan:
Individu dapat
melaksanakan pola hidup
sehat yang dapat
menunjang kesembuhan
dan pencegahan
penyakit TBC
Kegiatan:
Pendidikan yang
persuatif tentang
pencegahan TBC,
Misalnya beri informasi
tentang:
Menjemur tempat
tidur bekas penderita
secara teratur karena
kuman TBC akan
mati bila terkena sinar
matahari.
Menutup mulut
pada waktu ada orang
batuk ataupun bersin
dan menjaga jarak
aman saat berhadapan
dengan penderita
TBC.
Jangan Tidak
sembarangan,
sebaiknya meludah
pada tempat yang
tarkena sinar matahari
atau ditempat khusus
seperti tempat
sampah.
Menjaga
kesehatan tubuh agar
kekebalan tubuh tetap
meningkat dan
melakukan imunisasi
pada bayi termasuk
imunisasi untuk
mencegah penyakit
TBC – Tuberkulosis.
Mengkonsumsi
makanan yang
mengandung banyak
gizi dalam jumlah
cukup serta hindari
hal-hal yang dapat
melemahkan imunitas
tubuh seperti
begadang dan kurang
istirahat.
Melakukan
olahraga teratur
secara rutin untuk
meningkatkan
kekebalan tubuh dan
menjaga kesehatan
jantung.
Edukasional Individu dengan
pengetahuan dan
pengertian yang
mampu membuat
mereka
mengambil
keputusan dan
sikap atas dasar
informasi yang
memadai
Informasi
tentang sebab-
akibat dari
faktor-faktor
yang
menurunkan
derajat
kesehatan.
Eksploitasi nilai
dan sikap.
Pengembangan
keterampilan
yang diperlukan
untuk
kehidupan yang
sehat.
Hak asasi
individu dalam
hal kebebasan
memilih
tanggung jawab
promotor adalah
mengidentifikasi
isi pendidikan
kesehatan
Tujuan :
Klien mengetahui
pentingnya minum obat
anti TB (OAT) selama 6
bulan. Mereka
mengambil sikap apakah
mereka akan
melaksanakan minum
obat atau tidak
Kegiatan :
Memberi informasi
kepada klien tentang
efek pengobatan,
membantu mereka
belajar minum obat yang
benar dan tepat selama 6
bulan dengan prinsip 5
BENAR
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar cara
5. Benar waktu
berpusat Bekerja sama
untuk kepentingan
Bekerja dalam
hal-hal
Klien dan
penyedila
Isu perkembangan
penyakit TBCdijadikan
pada klien klien kesehatan
membuat
pilihan dan
melakukan
tindakan yang
diidentifikasi
oleh klien
memberdayakan
klien
layanan adalah
sejajar.
Hak klien untuk
menetapkan
agenda
pemberdayaan
diri klien
pertimbangan bila klien
mengidentifikasikan apa
yang mereka ketahui dan
kerjakan berkaitan
dengan hal itu
Perubahan
sosial
Lingkungan fisik
dan sosial yang
memungkinkan
pemilihan
terhadap gaya
hidup yang lebih
sehat
Aksi
politik/sosial
untuk
mengubah
lingkungan
fisik dan sosial
Hak asasi dan
kebutuhan akan
penciptaan
lingkungan yang
meningkatkan
derajat kesehatan.
Tujuan :
Membuat penderita TBC
diterima secara sosial
sehingga lebih mudah
dalam melakukan
penyembuhan dan
interaksi sosial
Kegiatan :
Memberikan informasi
kepada masyarakat
tentang bagaimana TBC
bisa menular
Memberikan informasi
tentang bagaimana cara
bergaul dengan pasien
TBC agar tidak tertular
misalnya:
Hindari
menggunakan
peralatan makan yang
sama dengan si
penderita
Gunakan masker
jika Anda sering
kontak langsung
dengan penderita
Jauhkan anak-
anak dari penderita
Banyak makan
makanan yang begizi
dan suplemen agar
meningkatkan
kekebalan tubuh
(sumber teori: Ewles dan simnett, 19945:57-58) pendekatan promosi kesehatan
Evaluasi Promosi Kesehatan
Hal- hal yang akan dikaji setelah melakukan promosi kesehatan ialah pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit tersebut, sikap masyarakat mengahadapi masalah
kesehatan dan kebiasaan sehat masyarakat. Untuk tindakan non perilaku, indikatornya
tergantung dari kegiatan, budaya, dan lingkungan masyarakat. Hal ini bisa di ukur
dengan indikator-indikator sbb:
Penunjuk masalah kesehatan:
Penyakit Infeksi
- jumlah masyarakat yang menderita penyakit infeksi semakin
menurun, dan pada yang masa akan dating tidak ada lagi
peningkatan.
- Status kematin menurun
- masyarakat memahami pentingnya makanan bergizi dan mampu
mengkonsumsinya.
- Serta perilaku sehat seperti, mencuci tangan, menjaga kebersihan
makanan, menjaga kebersihan lingkungan
Penyakit Kronis
- jumlah masyarakat yang menderita penyakit kronis semakin
menurun.
- Status kematian menurun
- masyarakat memahami pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi,
pola makan yang teratur dan dapat mengurangi makanan yang
meningkatkan penyakit kronis.
- Masyarakat dapat menjadi perilaku sehat seperti, kebiasaan
berolahraga secara teratur
- Masyarakat dapat menghidari faktor pencetus dari penyakit kronis
seperti merokok, minuman keras dan stress.
Sumber daya kesehatan:
Penyakit Infeksi
- bertambahnya tenaga medis modern yang akurat,
- fasilitas kesehatan memadai dan terjangkau
- dan pendanaan kesehatan yang memudahkan masyarakat ekonomi
rendah untuk memperoleh pealayanan kesehatan.
Penyakit Kronis
- bertambahnya tenaga medis modern yang akurat,
- fasilitas kesehatan memadai dan terjangkau
- dan pendanaan kesehatan yang memudahkan masyarakat ekonomi
rendah untuk memperoleh pealayanan kesehatan.
Kesling:
- sumber air bersih dan layak konsumsi
- perumahan layak dan sehat dengan sanitasi dan kepadatan yang
sehat
- lingkungan masyarakat yang bebas dari vector penyakit menular
- PHBS
Kebijakan kesehatan: UUD/aturan kesehatan, politk kesehatan yang
mengarah kepada peningkatan status kesehatan masyarakat.