120
STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM UPAYA DERADIKALISASI PEMAHAMAN AGAMA NARAPIDANA TERORISME DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LP) CIPINANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos) Oleh: SITI NURMALITA SARI 1111053000022 KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

  • Upload
    lehanh

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

TERORISME (BNPT) DALAM UPAYA DERADIKALISASI

PEMAHAMAN AGAMA NARAPIDANA TERORISME DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LP) CIPINANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos)

Oleh:

SITI NURMALITA SARI

1111053000022

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 3: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 4: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 5: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

i

ABSTRAK

Siti Nurmalita Sari, 1111053000022, Strategi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (Bnpt) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman

Agama Narapidana Terorisme Di Lembaga Pemasyarakatan (Lp) Cipinang di

bawah bimbingan Drs. HasanudinIbnu Hibban, MA

Maraknya tindak pidana terorisme mengatasnamakan Islam di penjuru

dunia, menuntut berbagai pihak berpendapat sekaligus mengambil peran untuk

mengatasinya. Sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi HAM, pasca

dikoyak dengan bom Bali l dan beberapa ledakan lain, pemerintah Indonesia

segera membentuk BNPT sebagai lembaga nonkementrian sebagai lembaga yang

bertanggung jawab terhadap penanggulangan terorisme di Indonesia. Islam

sebagai ajaran yang sejak awal mendeklarasikan diri menjadi rahmatan lil a’lamin

sekaligus menjadi agama mayotitas Indonesia, tentu bisa dijadikan sudut pandang

terhadap program deradikalisasi. Dalam hal ini, penulis ingin menganalisis

startegi program deradikalisasi BNPT terhadap pelaku kejahatan terorisme

khususnya di LP Cipinang.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu dengan menggunakan penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Dengan

memilih metode kualitatif ini, penulis dapat memperoleh data yang akurat.

Ditinjau dari sifat penyajian datanya, metode deskriptif merupakan penelitian

yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau

prediksi.

Hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa melalui

kebijakannya BNPT menekankan strategi soft approach dalam konsep

deradikalisasi untuk menanggulangi terorisme di Indonesia. yakni pendekatan

yang mengutamakan dialog secara komprehensif, persuasive, penuh kelembutan

dan kasih sayang.

Kata kunci : deradikalisasi, narapidana, dan paham keagamaan.

Page 6: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT yang telah member

taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita semua

mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat nanti.

Alhamdulillahhirabbil’alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

yang berjudul “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme Di

Lembaga Pemasyarakatan (Lp) Cipinang”, yang disusun untuk memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Starata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan, dan sampai masa

penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik dari keluarga, sahabat, teman, maupun dari berbagai pihak

lainnya yang telah banyak berjasa dan mendukung bagi penulis. Dengan

selesainya skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA

selaku Wakil Dekan II, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III.

2. Drs. CecepCastrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan

Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.

Page 7: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

iii

3. Drs. Hasanudin, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,

mengarahkan, dan menyemangati penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Terima kasih banyak atas semuanya.

4. Tim penguji sidang skripsi pada tanggal 30 Agustus 2016. Drs. Cecep

Castrawijaya, MA sebagai Ketua Sidang, Drs. Sugiharto, MA., selaku

Sekretaris Sidang, Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Penguji I, Nasichah, MA,

selaku Penguji II.

5. Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik, serta

seluruh dosen pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima

kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

6. Keluarga dan staff jajaran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT), yang telah memberikan izin, dukungan, bantuan, arahan, saran kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ayahanda Asep dan Ibunda Aas Askanayyah yang selalu memberikan kasih

sayang tiada batas, dukungan, semangat, arahan, serta selalu percaya pada

penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Semoga selalu dalam

lindungan Allah SWT. Amiin.

8. Sahabat tercinta, May Larafjani, Dini Nurani, Aliyah, Nourma Linda, Aretha

Poetry, Kiki Dzikriyah, Irfa Ismatullah dan Melly Haryani, yang selalu

menemani, memberi motivasi dan masukan selama empat tahun terakhir.

9. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah 2011, khususnya Konsentrasi

Manajemen Ziswaf yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga silaturahmi tetap terjaga. Amiin.

Page 8: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

iv

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah

refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan

dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin

yarobbal‘alamin.

Jakarta, 2 Juli 2016

Siti Nurmalita Sari

Page 9: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............. 9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................... 10

D. Metodologi Penelitian ................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka ........................................................... 14

F. Sistematika Penulisan .................................................... 15

BAB II : TINJAUAN TEORITIS ................................................ 18

A. Strategi .......................................................................... 18

1. Pengertian Strategi ................................................. 18

2. Faktor-faktor Strategi ............................................. 21

3. Tahapan-tahapan Strategi ....................................... 25

B. Radikalisme ................................................................... 27

1. Pengertian Radikalisame dan Ciri Radikalisasi ..... 27

2. Proses dan Faktor Radikalisai ................................ 32

C. Deradikalisasi ................................................................ 35

1. Pengertian Deradikalisasi ........................................ 35

2. Proses dan Langkah Deradikalisasi Agama ............ 36

D. Pemahaman Agama ....................................................... 39

Page 10: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

vi

1. Pengertian Pemahman Agama ................................ 39

E. Narapidana .................................................................... 43

1. Pengertian Narapidana ............................................ 43

2. Hak-Hak Narapidana ............................................... 44

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTAN BNPT ........................ 46

A. Sejarah BNPT ................................................................ 46

B. Tugas Pokok dan Fungsi BNPT .................................... 48

C. Sasaran Strategis BNPT ................................................ 49

D. Tujuan, Visi dan Misi BNPT ........................................ 50

E. Satuan Tugas BNPT ...................................................... 51

F. Struktur Kelembagaan BNPT........................................ 52

G. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja BNPT .................. 52

BAB IV : STRATEGI BNPT DALAM UPAYA DERADIKALISASI

PAHAM KEAGAMAAN NARAPIDANA LP CIPINANG 68

A. Pelaksanaan Strategi BNPT Dalam Upaya Deradikalisasi di LP

Cipinang ........................................................................ 68

B. Analisis Pelaksanaan Strategi Deradikalisasi BNPT di LP Cipinang

....................................................................................... 80

BAB V : PENUTUP ....................................................................... 87

A. Kesimpulan.................................................................... 87

B. Saran .............................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 89

LAMPIRAN ....................................................................................

Page 11: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak sekali kekacauan-kekacauan di sekitar

kita yang mengatasnamakan pembelaan terhadap agama, baik yang

dilakukan oleh perorangan, kelompok kecil hingga kelompok

besar. Padahal sejatinya semua agama mengajarkan kebaikan

kepada setiap pemeluknya. Setiap agama mengajarkan kedamaian

baik selama pemeluk agama maupun terhadap pemeluk agama lain.

Namun terdapat pihak-pihak tertentu yang menyalahartikan

terhadap ajaran suatu agama, seperti memahami agama secara

tekstual saja, memahami secara berlebihan atau bahkan

membenarkan sesuatu yang menurutnya benar.

Maraknya aksi teror yang terjadi dengan jatuhnya banyak

korban telah mengidentifikasikan bahwa terorisme adalah sebuah

kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Teror telah

menunjukkan gerakan nyata sebagai tragedi atas hak asasi

manusia. Pada dasarnya, tindak pidana terorisme adalah kejahatan

yang tergolong luar biasa (extraordinary crime). Derajat “keluar-

biasaan” ini pula yang menjadi salah satu alasan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Anti terorisme

dan pemberlakuannya secara retroaktif (asas berlaku surut) untuk

kasus bom Bali.

Page 12: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

2

Pasca tumbangnya rezim Orde Baru gerakan radikalisme

Islam tumbuh subur dan bergentayangan menghantui kehidupan

umat beragama di Indonesia. Terror tersebar di mana-mana atas

nama Islam dan ia juga menjadi entitas misterius yang menakutkan

bagi siapapun. Kekerasan dan segenap aktivitas anarkis – destruktif

yang diyakini dan dilakukan kaum radikalis – fundamentalis

menjadikan Islam lekat dengan predikat sebagai agama kekerasan.

Padahal Islam sejatinya adalah agama yang santun dan cinta

perdamaian. Sebagai sebuah paham, radikalisme Islam tidak dapat

dipisahkan dari gerakan fundamentalisme Islam Karena keduanya

merupakan gerakan keislaman yang seirama dan beriringan satu

sama lainnya.

Konsep dan bentuk radikalisme Islam bukan berasal dari

rahim Islam sendiri, akan tetapi merupakan produk yang diimpor

dari Negara Barat dalam hal ini adalah Amerika Serikat. Berawal

dari serangan terhadap World Trade Center (WTC) pada

September 2011, Islam muncul sebagai fokus perhatian dunia.

Disusul dengan serentetan aksi Bom bunuh diri di seantero

Nusantara semakin memperkuat kenyataan bahwa radikalisme

Islam kembali tumbuh subur dan menyita perhatian dari berbagai

kalangan di Indonesia.

Terorisme seringkali ditudingkan kepada umat Islam,

terutama golongan Wahabi. Sebagian orang mengira bahwa

tudingan itu hanya sekedar propaganda barat untuk menjatuhkan

Page 13: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

3

harga diri kaum muslimin di mata dunia internasional. Sehingga

mereka senantiasa menuduh barat sebagai dalang di balik

munculnya fenomena radikal semacam itu. Sebagian lagi

sebaliknya, mengira bahwa terorisme dengan melakukan

pengeboman di tempat-tempat umum- merupakan bagian dari jihad

fi sabilillah dan tergolong amal salih yang paling utama. Sehingga

mereka beranggapan bahwa pelaku bom bunuh diri adalah sosok

mujahid dan mati syahid.

Terlepas dari apa yang mereka sangka, sebenarnya kita bisa

melihat dengan kaca mata yang adil dan objektif bahwa di samping

adanya makar musuh-musuh Islam dari luar, sebenarnya kita juga

menghadapi musuh-musuh dalam selimut yang berupaya

meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah satu di antara

mereka adalah sekte Khawarij di masa silam dan para penganut

pemikiran sekte tersebut di masa kini yang gemar melakukan aksi

teror dengan mengatasnamakan jihad. Mereka menampakkan diri

sebagai kaum muslimin yang punya komitmen terhadap agama,

berpenampilan seperti layaknya orang-orang salih dan taat, dan

bersikap seakan-akan membela ajaran Islam, namun sebenarnya

mereka sedang melakukan upaya penghancuran Islam dari dalam,

disadari ataupun tidak.

Apabila kita melihat dari sudut pandang sejarah

kemunculan gerakan radikalisme Islam di Indonesia bukanlah

suatu fenomena yang baru. Bermula dari kekecewaan umat Islam

Page 14: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

4

di Indonesia waktu itu terkait penentuan dasar Negara. Ketika itu

usulan dari tokoh-tokoh Islam seperti Wahid Hasyim dan Teuku

Muhammad Hasan mengenai pengakuan Islam sebagai agama

resmi Negara, hingga kewajiban untuk menjalankan syari’at Islam

bagi para pemeluknya (yang dikenal dengan Piagam Jakarta)

ditolak oleh sebagian besar anggota sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Meskipun penolakan tersebut

akhirnya dapat diterima dengan beberapa pertimbangan dan alasan,

umat Islam pada waktu itu memandang hal tersebut sebagai

tindakan penipuan dan pengkerdilan cita-cita umat Islam.1

Kekecewaan tersebut berbuntut kepada pemberontakan

yang terjadi di Indonesia pada saat itu, salah satunya yang paling

dikenal adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam

Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dan

meskipun pemberontakan tersebut sudah berhasil diatasi oleh

pemerintah pada saat itu namun pengaruh ideologis DI/TII tidak

dapat dihilangkan begitu saja. Hal ini terbukti dengan munculnya

organisasi Islam radikal lain pasca tumbangnya orde baru, seperti

Hisbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia

(MMI), Front Pembela Islam (FPI), Forum Betawi Rembug (FBR)

dan organisasi Islam Radikal lain. 2

1Akhmad Elang Muttaqin, “Mengakrabi Radikalisme Islam” dalam Erlangga

Husada, dkk. Kajian Islam Kontemporer, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2007), h.5. 2Akhmad Elang Muttaqin, “Mengakrabi Radikalisme Islam” dalam Erlangga

Husada…, h. 6.

Page 15: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

5

Di Indonesia radikalisme cenderung dikaitkan dengan

tindakan atau gerakan militan, anti barat, dan jika melakukan

demonstrasi selalu ricuh. Padahal radikalisme mempunyai sisi

positif yaitu sebagai pembaharu (tajdid) dan perbaikan (islah)

terhadap hal-hal yang dianggap melanggar syariat islam. Hanya

saja terkadang dalam penyampaiannya terkesan “preman” seperti

merusak beberapa tempat-tempat yang dianggap maksiat. Sehingga

opini publik menjudge organisasi-organisasi radikal sebagai

organisasi yang merusak.

Tujuan organisasi-organisasi radikal di Indonesia adalah

menegakkan syariat islam sebagai ideologi bangsa. Organisasi

radikal di Indonesia yang lantang mengumandangkan berdirinya

syariat Islam salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

yang lebih kuat berorientasi pada politik dengan cita-cita

membentuk kekhalifahan Islam. Apabila dilakukan suatu analisis

yang lebih mendalam dapat berakibat buruk bagi stabilitas

nasional. Mengingat salah satu dari empat pilar bangsa Indonesia

adalah NKRI maka dapat dipastikan dengan pertumbuhan

organisasi radikal semacam ini dapat mengganggu stabilitas

keamanan suatu Negara.3

Namun saat ini terjadi banyak sekali kekacauan-kekacauan

di sekitar kita dengan dalih pembelaaan terhadap agama, baik yang

dilakukan oleh perseorangan, keompok kecil hingga kelompok

3Jamhari dan Jajang Jahroni, “Gerakan Salafi Radikal di Indonesia”, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2010), h. 43

Page 16: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

6

besar yang berafiliasi di beberapa negara konflik di timur tengah.

Padahal, sejatinya semua agama mengajarkan kebaikan kepada

setiap pemeluknya. Setiap agama mengajarkan kedamaian baik

sesama pemeluknya maupun kepada pemeluk agama lainnya.

Namun terdapat pihak-pihak tertentu yang menyalah artikan

terhadap ajaran suatu agama, seperti pemahaman sesuatu secara

tekstual saja, memahami sesuatu secara berlebihan atau bahkan

membenarkan sesuatu yang menurutnya benar. Inilah yang sering

kita sebut pemahaman yang radikal.

Radikal disini tidak akan berbahaya jika hanya sebatas

pemikiran ataupun pendapat. Tetapi ketika radikal sudah

menyangkut perilaku ataupun perbuatan maka dari sinilah akan

muncul tindakan-tindakan yang dapat merugikan bahkan

membayakan banyak pihak dan masyarakat pada umunya, seperti

klaim kebenaran dan pengkafiran terhadap pihak lain/orang lain,

hingga aksi pengeboman yang dapat membahayakan banyak orang.

Hal tersebut kini sering kita temui di lingkungan sekitar kita. Salah

satunya seperti pada peristiwa berikut: Nama Bahrun Naim

disebut-sebut sebagai orang yang berada di balik serangan teror di

Sarinah, Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis(14/1/2016)

siang. Ia pernah ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror

pada 9 November 2010 di Solo atas tuduhan kepemilikan senjata

api dan bahan peledak ilegal.Hakim menjatuhkan vonis dua tahun

enam bulan penjara kepada Bachrum.Selepas dari bui, ia hijrah ke

Page 17: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

7

Suriah untuk bergabung dengan Islam State of Iraq and

Syria(ISIS).4

Kasus diatas merupakan akibat dari paham radikal yang

telah meningkat menjadi sebuah tindakan yang sangat merugikan

bahkan membahayakan banyak pihak dan masyarakat umumnya

yang menjadi korban. Apabila paham radikalisme ini dibiarkan

terus tumbuh, tentu akan membawa dampak negatif yang lebih

besar dari kehidupan beragama. Sehingga untuk memangkas

pertumbuhan radikalisme ini perlu adanya deradikalisasi, dimana

dalam pemahaman agama diajarkan keterampilan, pemecahan

masalah tanpa kekerasan, berfikir kritis, toleransi, dan pemahaman

agama secara intergratif sehingga tidak menimbulkan bias.

Selanjutnya, jika pemerintah menggunakan strategi perang

(represif) dalam menghadapi teroris, yang terjadi justru perlawanan

secara sengit sehingga penimbulkan peperangan. Bukan tanpa

fakta, bahwa selama ini pemerintah lebih menekankan tindakan

represif dalam menghadapi teroris, bahkan cenderung

mengabaikan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM).5Gerakan

mereka semakin masif dan terbuka. Bahkan, mereka dengan berani

dan terbuka mengebom Pos Polisi di Jalan Sarinah Thamrin pada

4Fabian Januarius Kuwado,

http://nasional.kompas.com/read/2016/01/15/07230891/Bachrum.Naim.Bom.Sarinah.dan.Konser.y

ang.Tertunda, Jumat, 15 Januari 2016, diakses Sabtu, 25 April 2016, pukul. 14.29 WIB. 5Mufti Makaarim dan Wendy Andika (eds),Almanak Hak Asasi Manusia di Sektor

Keamanan Indonesia 2009, (Jakarta: institut For Defence Security and Peace Studies (IDSPS),

2009) hal. 14-15.

Page 18: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

8

pukul 10.00 WIB bahkan terjadi tembak menembak kepada aparat

hukum yang menyebabkan tewasnya warga sipil.

Terdapat suatu teori yang diutarakan oleh Thomas More

(1478-1535), bahwa memberantas kejahatan dengan tindakan

kekerasan tidak akan membuat kejahatan itu berhenti6 begitu juga

dalam konteks pemeberantasan terorisme, strategi represif

kuranglah tepat.

Karena gerakan teroris tersebut didasari atas dasar faham

radikal, maka deradikalisasi adalah jawabannya. Deradikalisasi

merupakan suatu upaya untuk menetralisir paham-paham radikal

melalui pendekatan interdisipliner, seperti hukum, psikologi,

agama, dan sosial budaya bagi mereka yang dipengaruhi paham

radikal dan/atau pro kekerasan. Proses deradikalisasi lebih

mengutamakan dialog dari pada tindakan fisik sehingga lebih

mengena dan aman dari pelanggaran HAM.

Deradikalisasi juga di terapkan oleh negara-negara lain

seperti Arab Saudi, Yaman, Mesir, Singapura, Malaysia, Colombia,

Al Jazair dan Tajikistan. Di Indonesia sendiri pemerintah

membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam membuat

kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terosrisme.

Para narapidana terorisme yang saat ini ditahan di Lembaga

Pemasyarakatan (LP) Cipinang juga diantisipasi mendapatkan

6 Dikutip oleh Hendrojono, Kriminologi, pengaruh Perubahan Masyrakat dan

Hukum, (Surabaya: PT. Dieta Persada, 2005), hal. 13

Page 19: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

9

deradikalisasi pemahan agama yang dilakukan oleh BNPT itu

sendiri sehingga mencegah adanya penyebaran paham radikal di

kalangan narapidana itu sendiri juga pasca bebas dari lembaga

tersebut agar tidak melakukan hal serupa bahkan dapat

bekerjasama dalam upaya deradikalisasi di kalangan masyarakat

luas.

Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh bangsa

Indonesia. Menekankan kepada perdamaian dan mendeklarasikan

diri sebagai ajaran Rahmatan Lil A’lamin tentu dapat menjadi sudut

pandang tersendiri terhadap strategi deradikalisasi yang

menekankan soft aprroach rancangan BNPT. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk mengambil tema, “Strategi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi

Pemahaman Agama Pada Narapidana Terorisme Di Lembaga

Pemasyarakatan (LP) Cipinang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah dan

terperinci, penulis membatasi permaslahan yang akan dibahas pada

“Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana

Terorisme Di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang”.

Page 20: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

10

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana stategi yang dilakukan Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam upaya deradikalisasi

narapidana terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Cipinang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam upaya

deradekalisasi paham keagamaan pada narapidana terorisme di

Lemaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang.

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang penulis lakukan ini dapat dilihat dari

dua aspek, yakni:

a. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

Khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama

jurusan Manajemen Dakwah agar dapat mengetahui Strategi

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengenai

radikalisme dan deradikalisasi paham keagamaan.

b. Segi Praktis

Page 21: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

11

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,

masukan, pedoman dan pengetahuan tentang disiplin ilmu

dakwah terutama informasi mengenai bagaimana pandangan

pemahaman keagamaan radikal dan Strategi yang dilakukan

oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini

dalam upaya deradikalisasi paham keagamaan. Penelitian ini

diharapkan bisa memberikan wawasan konsep strategi

Deradikalisasi yang lebih nyata dalam tatanan hidup serta

menjadi dapat dikembangkan dan dilakukan oleh lembaga

pendidikan lainnya khususnya kalangan lebaga keagamaan

lainnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan.7

Menurut M. Nazir dalam buku metodologi penelitian

menyatakan. Bahwa metode penelitian deskriptif merupakan

proses pencarian fakta, gambaran atau lukisan secara sistematis,

7 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 2007), Cet. Ke-24, h. 26.

Page 22: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

12

faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diteliti. 8

Untuk melengkapi data yang sudah ada, penulis

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Data Primer (Primary Data), merupakan data utama yang

diperoleh langsung dari responden barupa catatan tertulis dari

hasil wawancara, serta dokumentasi.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang

berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini,

seperti buku-buku, diktat dan literatur terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, penulis mengambil

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan

langsung pada objek penelitian dengan maksud memperoleh

data yang konkrit tentang hal-hal yang menjadi obyek

penelitian.

b. Wawancara

Penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan

beberapa pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik

secara lisan maupun tulisan dan mendengarkan langsung

8 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 1998), Cet ke-3, h. 63.

Page 23: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

13

keterangan-keterangan atau informasi dari jajaran pimpinan

BNPT selaku narasumber juga kepada narapidana terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang.9

c. Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data seputar kegiatan

yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) dan para narapidana terorisme di lembaga

pemasyarakatan (LP) Cipinang, foto-foto yang berhubungan

dengan kegiatan dan strategi Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) dalam deradikalisasi paham keagamaan

pada para narapidana terorisme di Lembaga Pemasyarakatan

(LP) Cipinang.

3. Teknik Pengelolaan Data

Setelah data diperoleh, maka penulis selanjutnya mengelola

data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-berkas

data telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat

diketahui dan dapat dinyatakan baik.

4. Lokasi dan waktu penelitian

Adapun waktu yang di tentukan dalam penelitian ini

dimulai dari Februari 2016 s/d Juni 2016. Penelitian ini di

laksanakan di kantor pusat Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) di Kompleks IPSC Jl. Anyar Desa Tangkil

Sentul - Kabupaten Bogor - Provinsi Jawa Barat 16180. Emai

9Jaaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11,h. 24.

Page 24: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

14

:[email protected] dan di Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Cipinang yang beralamat Jalan Raya Bekasi Timur No. 170 C

Cipinang, Jakarta Telepon : 021-8612005 / 021-8615061. Email

:[email protected]

5. Analisis Data

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu

penulis berusaha menggambarkan objek penelitian (StrategiBadan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam Upaya

Deradekalisasi Paham Keagamaan pada narapidana terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang dengan apa adanya yaitu

sesuai dengan kenyataan.

Adapun pedoman yang digunakan dalam teknik penulisan

skripsi ini adalah buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi

Tesis, dan Desertasi)” yang diterbitkan oleh Center For Quality

Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 cetakan pertama.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengadakan

tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan

judul untuk menghindari bentuk pelagiat, diantaranya:

1. Judul Skripsi : “Strategi Dakwah Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI) dalam meningkatkan ibadah anggota”.

Nama : Mahyudi, Nim : 103053028750

Page 25: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

15

Jurusan : Manajemen Dakwah tahun 2008.

Isi pokok pembahasan : skripsi ini berisi tentang bagaimana

strategi dakwah PITI, respon anggota dan pengaruh strattegi

dakwah PITI kepada anggota. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrument yang

digunakan adalah wawancara dengan para pengurus PITI dan

angket untuk anggota PITI

2. Judul skripsi : “Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi si Pitung

Dalam Pembinaan Pemuda Si Wilayah Rawa Belong Jakarta

Barat”

Nama : Ahmad Rifqi, Nim : 106053001989

Jurusan : Manajemen Dawah tahun 2011

Isi pokok pembahasan : skripsi ini berisi tentang strategi Dakwah

Sanggay Budaya si Pitung melalui pendekatan budaya lokal dan

langkah-langkah serta pengaruh melalui metode wawancara dan

observasi kepada pengurus dan dan anggota sanggar.

Berbeda dengan karya ilmiah di atas bahwa penelitian yang

penulis lakukan berjudul “Strategi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam Upaya

Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme Di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang”.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membagi

atas lima rinci, sebagai berikut :

Page 26: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

16

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini mengurainkan Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI,

DERADIKALISASI, PEMAHAMAN AGAMA DAN

NARAPIDANA.

Tinjauan teoritis terdiri dari beberapa hal diantaranya

Pengertian Strategi, faktor-faktor, tahapan-tahapan strategi.

Selain itu juga akan membahas mengenai pengertian

deradikalisasi, proses deradikalisasi, langkah dalam

deradikalisasi agama, pengertian pehaman agama, hal-hal

yang mempengaruhi paham keagamaan, pengertian

narapidana dan macam-macam narapidana.

BAB III TINJAUAN UMUM BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT)

Pada bab ini dijelaskan profil dan sejarah latar belakang

berdirinya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT), Struktur ogranisasi, tugas pokok dan fungsi BNPT,

sasaran strategis BNPT, tujuan, serta visi dan misi, satuan

tugas BNPT, struktur kelelmbagaan dan fungsi unit kerja

selain itu juga akan di bahas mengenai data statistik napi

terorisme di lp cipinang.

Page 27: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

17

BAB IV STRATEGI BNPT DALAM UPAYA

DERADIKALISASI PAHAM KEAGAMAAN

Bab ini berisi tentang pelaksanaan strategi program

deradikalisasi BNPT, analisis implementasi strategi

deradikalisasi BNPT di LP Cipinang

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari seluruh

pembahasan sebelumnya den sekaligus menjawab

permasalahan pokok yang ditemukan sebelumnya.

Page 28: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Pengertian Stategi Secara bahasa (Etimologi) strategi

berasal dari bahasa yunani, yaitu “Strattegeia” atau sering disebut

stratos yang berarti militer. Dalam konteks awalnya strategi diartikan

sebagai generalsshift atau suatu yang dilakukan oleh para jendral

dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan

memenangkan perang.1

Menurut istilah, strategi adalah proses penentuan rencana yang

disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan

strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.2 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia disebutkan Strategi adalah seni atau ilmu yang

menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tertentu.3

Dalam pengertian diatas, strategi juga dapat dipahami sebagai

suatu seni para jendral dalam menjalankan taktiknya dimedan

1 Troton PB, Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing,

(Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008), h. 12. 2Geoge A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 1997), h.41 (Terjemahan) 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1997), hal.199

Page 29: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

19

pertempuran. Dari sudut etiologis strategi dalam sebuah organisasi

dapat diartikan yaitu sebagai suatu kiat, cara dan taktik yang

dirancang, secara sistematis dan terarah dalam melaksanakan fungsi-

fungsi organisasi.4

Pada buku Erinie Tisnawati yang berjudul pengantar

manajemen menurut Griffin (2000) strategi sebgaai rencana

komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. (Startegy is a

Comprehensig plan for accomplishing an organization’s goals).

Tidak hanya sekedar mencapai, akan tetapi strategi juga di

maksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi di

lingkungan dimana organisasi tersebut menjalankan aktivitasnya.5

Konsep tentang strategi ternyata dewasa ini tidak hanya

dipergunakan oleh kalangan militer, akan tetapi oleh organisasi non

militer. Dalam hal ini startegi yaitu bersinggungan dengan masalah-

masalah yang berkaitan dengan efektivitas dan efisien. Dengan

demikian strategi dalam sebuah organisasi hasruslah memanfaatkan

kemampuan organisasi dengan sedikian rupa, dengan

memperhitungkan kesempatan dan resiko, sehingga pemanfaatan

kemampuan organisasi tersebut mendatangkan efektivitas dan efisien

yang akan dicapai dalam waktu tertentu. Ciri-ciri yang tercipta dalam

4 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi : Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan

Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajamada University Press, 2005), hal. 147. 5 Erinie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta:

Kencana, 2005), h. 132

Page 30: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

20

pemanfaatan dana, daya dan tenaga yang sesuai dengan perubahan

lingkunganlah yang dimaksud dengan strategi.6

Menurut Syarif Usman strategi adalah kebijaksanaan dalam

upaya menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya

dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan

kebahagiaan.7

Sedangkan menurut Din Syamsudin mengandung arti antara

lain:

a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan.

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan

fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan

bertahap.8

Menurut Fuad Amsyari Strategi adalah metode atau taktik

untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan yang

berbentuk pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan

memakai senjata atau tenaga manusia. Sedangkan dalam istilah

dibidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau

6 Sondang P. Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Struktur Organisasi,

(Jakarta: CV Haji Masagung, 1994), hal. 16-17 7 Syarif Usman, Strategi pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,

(Jakarta: Firma Jakarta, 1998), h. 60 8 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:

Logos 2000), Cet ke1, h. 127

Page 31: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

21

teknik untuk memengkan suatu persaingan antara kelompok yang

berbeda orientasi hidupnya.9

Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan

strategi adalah rencana yang akan dilakukan oleh suatu organisasi

dengan melalui beberapa tahap dalam penentuan strategi tersebut

sehingga strategi dapat dilakukan secara sistematis atau

merupakan proses tingkah laku yang sudah direncanakan, di

tentukan dan diarahkan kepada suatu program jangka panjang

atau jangka pendek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas,

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang

diharapkan oleh suatu organisasi tersebut.

2. Faktor-faktor strategi

Setiap organisasi yang berdiri sudah pasti memiliki tujuan

yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan defini organisasi itu

sendiri yaitu, sekelompok orang yang terdiri dari 2 atau lebih yang

berhimpun dalam sebuah tujuan sama yang akan dicapainya.

Dalam merealisasikan tujuan tersebut biasanya beberapa organisasi

memiliki sebuah cara tersendiri yang akan dilakukan. Hal tersebut

dilakukan untuk mempermudah proses realisasi dan tujuan tersebut

dengan berbagai cara yang akan dilakukan, walaupun cara itu

buruk untuk organisasi lainnya yang biasa disebut strategi.

9 Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h.

40

Page 32: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

22

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan

berbagai sasarannya akan cenderung di tentukan oleh dinamika

organisasi yang bersangkutan. Dinamika yang tercipta dalam

sebuah organisasi tersebut sejatinya disebabkan oleh adanya

interaksi baik antara organisasi dengan lingkungannya, maupun

satuan kerja dalam organisasi tersebut. Pada gilirannya interaksi

yang terjadi merupakan suatu akibat dan bukan merupakan

tuntutan dari interdepedensi yang terdapat dari organisasi dan

lingkungannya dan antara berbagai sub sistem dalam organisasi.

Bila kita cermati terdapat beberapa faktor yang turut

berpengaruh dalam penyusunan strategi sebuah organisasi.

Diantara faktor-faktor yang turut andil dalam mempengaruhi

penentuan strategi adalah faktor lingkungan, baik itu yang berasal

dari dalam organisasi (internal factor) ataupun faktor lain yang

berasal dari lingkungan luar organisasi itu sendiri (eksternal

factor).

Dalam bukunya Prof. Sondang, P siagian mensinyalir

setidaknya terdapat empat faktor dalam menetukan strategi yaitu:10

a) Faktor ekonomi

Tidak hanya dalam organisasi profit, organisasi non ptofitpun

dalam menentukan dan menerapkan strateginya pastilah

10

Sondang P. Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Struktur

Organisasi, ,,,,.,,,,hal. 107-108).

Page 33: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

23

bergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber

Daya Manusia (SDA) yang dimilikinya. Hal tersebut

dikarenakan program-program yang telah tersusun dalam

suatu organisasi pastilah tidak akan bisa berjalan tanpa adanya

SDM dan SDA yang mendukungnya.

Dalam hal ini faktor ekonomi menjadi hal yang paling

berpengaruh dalam penerapan strategi sutu organisasi dalam

menentukan langkahnya pastilah akan berorientasi pada

sumber daya yang ada, baik itu sumber daya yang bersifat

material maupun immaterial. Meskipun target yang akan

dicapai tinggi akan tetapi tanpa ada dukungan dari sisi materi

maka dapat dipastikan target tersebut akan sulit terealisasi.

b) Faktor politik

Politik yang sedang hangat terjadi baik dalam lingkungan

internal organisasi maupun di luar organisasi turut pula

berpengaruh pada strategi yang diterapkan pada suatu

organisasi.Politik yang mempengaruhi penetapan strategi

dalam suatu organisasi ketika tidak disikapi dalam

kemashlahatan bersama dalam pencapaian tujuan organisasi

dapat membawa dampak buruk terhadap organisasi yang

bersangkutan.

Organisasi bisa jadi dimanfaatkan oleh segelintir orang

yang tidak bertanggung jawab demi mencapai tujuan

Page 34: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

24

pribadinya.Sebagai suatu contoh “gap” yang terjadi antara

personal anggota dalam suatu organisasi dikarenakan

perbedaan politik, maka sudah pasti strategi yang sudah

dirancangkan kurang bisa terlaksana seperti apa yang menjadi

tujuan organisasi tersebut.

c) Faktor dari implikasi kebijakan pemerintah

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku bagi suatu

negara tentunya berimbas pula pada semua lini kehidupan tak

terkecuali sebuah organisasi.Hal demikian dikarenakan

peraturan yang ditetapkan oleh suatu pemerintah wajib

dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, dan hal inilah

yang turut pula mewarnai dalam strategi yang diterapkan pada

suatu organisasi.

d) Faktor teknologi

Teknologi sebagai sebuah sarana yang dimiliki oleh sebuah

organisasi, tentunya akan mendukung penetapan strategi yang

lebih baik dibandingkan dengan organisasi yang masih

menggunakan data manual. Begitupula berlaku bagi suatu

organisasi yang masih menggunakan peralatan seadanya,

tentunya target dari strategi yang dihasilkan akan bergantung

dari sarana dan prasarana yang mendukungnya. Organisasi

yang telah memiliki seperangkat teknologi yang telah maju,

Page 35: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

25

memungkinkan menerapkan strategi dengan teknologi yang

telah ada.

Dari faktor-faktor yang tersebut diatas, tentunya kita

mengetahui bahwa strategi yang diterapkan pada suatu organisasi

adalah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, baik itu

lingkungan dalam maupun lingkungan luar organisasi.

3. Tahapan-tahapan strategi

Dalam menentukan suatu strategi maka di butuhkan proses

dan tahapan-tahapan yang jelas sehingga dalam penentuan strategi

di tidak salah dalam menentuakan langkah yang tepat pada

penentuannya.

Strategi juga melalui tiga tahap dalam prosesnya, secara

garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:11

a) Perumusan strategi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan

strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya

adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman

eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara

internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi

alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam

perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk

11

Stainer, George dan Johm Miller, Manajemen Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2008), h.

65.

Page 36: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

26

memutuskan. Memperluas, menghindari, atau melakukan

suatu keputusan dalam proses kegiatan.12

b) Implementasi strategi

Setelah kita memutuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan

strategi yang telah ditetapkan tersebut.Dalam tahap

pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan

komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota

organisasi.

c) Evaluasi strategi

Tahap akhi dari strategi adalah evaluasi, strategi ini

diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat

diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya.Evaluasi

menjadi tolak ukur untuk strategi yang dilaksanakan kembali

untuk sebuah organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk

memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses

yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam

organisasi. Tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai

berikut:

d) Analisis lingkungan

12

Fred R David, Strategic Management Concept and Cases, (New Jersey: Prentice Hall,

2001), h. 5

Page 37: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

27

Analisis lingkunngan merupakan proses awal menetapkan

strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi sesuatu yang

mempengaruhi kinerja lingkungan organisasi.

Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua

komponen pokok yatiu analisis lingkungan internal dan

analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal

dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity,

Thteats).

B. Radikalisme

1. Pengertian dan Ciri Radikalisasi

Secara epitimologi radikalisasi merupakan serapan dari

bahasa latin yaitu “radix”yang berarti akar. Dalam kamus politik

radikal di artikan amat keras menuntut perubahan yang

menyangkut undang-undang dan ketentuan pemerintah. 13

Eko Endrarmoko dalam bukunya menjelaskan arti radikal

sinonim dengan fundamental, mendasar, primer, esensial,

ekstrim, fanatik, keras, reaksioner, revolusioner, progresif, liberal,

reformis dan seterusnya.14

Pada awalnya istilah radikalisme justru diintrodusi dari

tradisi Barat, terutama yaitu dikalangan keagamaan. Kristen

13

B.N. Marbun, Kamus Politik, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 462 14

Eko Endarmoko, Treasur Bahasa Indonesia, (Jakarta: GPU, 2006), h. 501

Page 38: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

28

protestan AS pada tahu 1960-an. Dalam perkembangannya,

seperti yang telah disampaikan oleh Roger Graudy yang

merupakan filosof dari Prancis menyatakan, bahwa radikalisme

tidak berkisar hanya pada paham keagamaan, akan tetapi istilah

tersebut telah menjelma dalam kehidupan sosial, politik dan

budaya. Dengan demikian berarti, setiap idelogi atau pemikiran

yang mempunyai dampak negatif (side effect) yang dapat

membawa seseorang menjadi militan dan fanatik maka hal

tersebut dapat dikategorikan dalam radikalisme.15

Radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki

adanya perubahan, pergantian dan penjebolan suatu sistem di

masyarakat sampai keakarnya. Radikalisme menginginkan

adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua

aspek kehidupan masyarakat.

Dengan demikian cakupan dari istilah radikalisme ini

tergantung dari mana kita melihat dan mengkajinya, yang dalam

penelitian ini yaitu penulis membatasi radikalisme dalam bentuk

agama yang dalam hal ini yang dimaksud adalah agama Islam.

Pada hakikatnya paham radikalisme pada suatu agama

adalah tidak merupakan suatumasalah yang menjadi momok dan

menakutkan, selama masih dalam koridor pemikiran (ideologi)

15

A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama ; Masa Depan Moderatisme di

Indonesia, (Jawa Timur: PWNU Jawa Timur, 2010), hal. 30-32

Page 39: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

29

para pengikutnya.Akan tetapi ketika ideologi tersebut telah

menggeser dan menjelma menjadi gerakan-gerakan yang

menimbulkan keresahan, kekerasan dan masalah lain, yang dapat

menggangu stabilitas masyarakat dan memporak porandakan

tatanan yang sudah ada, maka disinilah radikalisasi agama yang

timbul perlu mendapatkan perhatian bersama. Hal tersebut

dikarenakan, fenomena-fenomena sebagaimana disebutkan akan

dapat menyebabkan suatu konflik, dikarenakan perbedaan

persepsi dan pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Bahkan

pada level yang lebih tinggi dapat memunculkan kekerasan antara

dua kelompok yang berbeda paham tersebut.

Umat beragama islam, dalam kasus ini merupakan

kelompok yang sering merespon globalisasi secara emosional dan

reaksioner, sehingga menempatkan Islam seakan-akan

bertabrakan dengan kondisi perkembangan yang selalu terjadi di

tengah masyarakat. Respom reaksioner umat Islam sering kali

diperlihatkan dalam “wajah Islam” yang tidak santun, yakni

radikal dan penuh dengan kekerasan.16

Ketika agama telah memasuki ranah ideologi, maka ketika

iyu agama telah menjadi bagian dari kebenaran yang harus

dipertahankan dan diperjuangkan dengan berbagai cara termasuk

cara-cara yang hakikatnya “melawan” teks agama itu sendiri.

16

Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 53

Page 40: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

30

Perusakan, pembakaran, penghancuran dan pengeboman atas

nama agama yang dilakukan dengan mengucapkan takbir (Allahu

Akbar) adalah sekelumit kisah tentang wajah agama dengan

tafsirnya yang keras, radikal atau fundamental.17

Melihat pengertian radikalisme yang telah di deskripsikan

diatas, Rubaidi yang mengadopsi istilah Martin E. Marty,

mensinyalir radikalisme agama memiliki ciri sebagai berikut:18

Pertama, fundamentalisme, menurutnya hal ini dilakukan

sebagai gerakan perlawanan yang banyak kasus biasanya

dilakukan secara radikal, yang demikian merupakan respon dari

ancaman yang mereka sinyalir dapat mengganggu eksistensi dari

agama mereka, adalah seperti modernisasi, sekuralisasi, serta

tatanan nilai barat lainnya. Adapun acuan yang digunaka oleh

mereka adalah bersumber dari kitab suci mereka.

Dengan demikian, gerakan perlawanan yang dilakukan

aktivis gerakan Islam fundamentalis sejatinya merupakan

tindakan subjektif-individual, yang dibangun berdasarkan nilai-

nilai kolektif yang berkembang dalam sebuah gerakan. Tindakan

subjektif yang dimaksud dapat berupa tindakan nyata yang

diarahkan kepada pihak tertentu atau agama lain maupun

17

Nur Syam, Tantangan Indonesia Dari Radikalisme Menuju kebangsaan, (Yogyakarta:

Kanisius, 2009), h. 132 18

A. Rubaidi, Radikalisme Islam Nahdatul Ulama…,hal. 35-37

Page 41: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

31

tindakan yang bersifat membatin dan sangat subjektif baik berupa

pengetahuan, pemahaman, maupun persepsinya.19

Kedua, penolakan terhadap hermeutika.Hal ini dapat

dipahami bahwa kaum radikal menolak terhadap sikap kritis teks

agama dan segala bentuk interpretasinya. Teks-teks Al-Qur‟an

hanya dimaknai apa adanya. Kitab suci dimaknai adanya tanpa

mempertimbangkan rasionalitas (nalar) dan sabab nuzul ayat,

sehingga dalam implementasinya mereka hanya mengandalkan

Al-Qur‟an secara literal, sesuai dengan apa yang tertera tanpa

adanya pertimbangan akal.

Ketiga, penolakan terhadap adanya pluralisme dan

relativisme.Bagi kaum radikal plurisme merupakan pemahaman

yang keliru terhadap teks-teks kitab suci.Intervensi nalar tehadap

Al-Qur‟an dan perkembangan sosial di masyarakat yang telah

lepas dari kendali agama, serta pandangan yang tidak sejalan

dengan kaum radikalis adalah potret dari bentuk relativisme

keagamaan yang ada.

Keempat, penolakan terhadap perkembangan historis dan

sosiologis.Perkembangan ini dinilai oleh kaum radikalis sebagai

muara ketidaksesuaian dalam keberagamaan, mereka menilai

bukan Al-Qur‟an yang harus mengikuti nalar, tetapi akalah yang

19

Umi Simbullah, Konfigurasi Fundamentalisme Islam, ( Malang: UIN Malang Press,

2009), h. 22

Page 42: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

32

seharusnya tunduk dan patuh terhadap semua nilai-nilai Al-

Qur‟an dalam menginterpretasi nilai-nilai agama.

2. Proses dan Faktor Radikalisasi

Terbentuknya radikalisme dicapai melalui proses radikalisi

dimana terdapat tiga aspek yang memiliki peranan penting

selama proses tersebut berlangsung, yaitu:

a. Proses individu

Radikalisasi dipandang sebagai suatu proses pencarian

identitas bagi individu (anak muda pada umumny). Bagi anak

muda, pencarian identitas merupakan bagian dari proses

mendefinisikan hubungan seseorang dengan dunia.

b. Dinamika interpersona

Radikalisasi memerlukam diamika interpersonal dengan

aktor-aktor lain untuk merangsang dan mempengaruhi proses

pemahaman atau pemikiran individu yang menjadi target

radikalisme.

c. Pengaruh lingkungan

Page 43: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

33

Narasi dan kosakata politik organisasi keagamaan yang

memiliki pengaruh besar dilingkungan masyarakat dapat menjadi

masukan narasi bagi kelompok-kelompok radikal.20

Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan munculnya

radikalisme di kalangan kaum muda dalam beragama,

diantaranya:

a. Kesehatan mental

Menurut Michael McCullough daqn Timothy Smith

dalam Zuly Qodir, kesehatan mental yang ada pada diri kaum

muda sebagai posisi yang sangat rentan, sehingga kaum muda

mudah mengalami guncangan jiwa (depression) yang disebabkan

oleh berbagai faktor dalam hidup.21

b. Ekonomi yang timpang

Kesenjangan ekonomi yang selama ini terjadi akan

dengan mudah menciptakan kemarahan sosial. Jika keadilan

ekonomi ini terus berlangsung dan menimpa sebagian masyarakat

kecil, dan mereka mentransformasikan kepada generasi muda

maka dengan mudah dapat digerakan untuk melakukan

perlawanan atas ketidakadilan ekonomi yang sistematik.22

20

Ady Sutio, “Radikalisme Keagamaan dan Terorisma”, Academia edu Ferbuari 2014,

https://www.academia.edu/7242507/Radikalisme_Keagamaan_dan_Terorisme diakses pada 25 April

2016, pukul 15.35 WIB 21

Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia,…h. 91 22

Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia,…h. 95

Page 44: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

34

c. Kondisi sosial politik yang berpengaruh pada adanya

perubahan perilaku dan bentuk organisasi keagamaan.

Menurut Pieter Bayer dalam Zuly Qodir, memberikan

penjelasan bahwa sekarang dan mendatang karena perubahan

kebijakan politik dunia, sebagai bagian dari politik globalisasi

akan menimbukan perubahan-perubahan dalam pola (bentuk) dari

sikap keagamaan dan pengorganisasian keagamaan. Perubahan-

perubahan masyarakat akan berpengaruh pada sikap dan

pandangan keagamaan seseorang dan kelompok dalam menyikapi

globalisasi yang kadang tidak menguntungkan kelompok yang

lebih besar, tetapi menguntungkan kelompok kecil sebagai

pemilik modal besar dan pembuat kebijakan global.23

Globalisasi politik kemudian menumbuhkan apa yang

dinamakan situasi baru dalam masyarakat, menumbuhkan

berbagai variasi dalam masyarakat yang kadang menjadi friksi

(distinction) yang bersifat contensted antara satu kelompok

dengan kelompok lainnya. Disinilah globalisasi politik kemudian

secara nyata menumbuhkan religio-political movement, termasuk

dikalangan kaum muda yang masih labil secara ekonomi dan

emosi.

d. Religious commitment dari pemahaman keagamaan.

23

Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia,…h. 96

Page 45: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

35

Kepastian-kepastian orang dan kelompok yang hidup

menjadi tuntutan yang nyaris selalu hadir.Terdapat banyak alasan

mengapa orang menhendaki kepastian-kepastian dalam

hidup.Ketidakpastian hidup kemudian diakhiri dengan „jalan

pintas‟ kepastian beragama yang dikenal dengan jihad.Disinilah

kaum muda sering kali menjadi sasaran kaum jihadis yang

memaknai jihad adalah perlawanan dengan kekerasan dan perang

fisik.Kaum muda dapat tergiur karna alasan religious

commitment yang di kostruksika adalah sebagai pembela

keadilan Tuhan dimuka bumi, dan yang membelanya adalah

pahlawan agama yang mendapat tempat mulia di sisi Tuhan.24

C. Deradikalisasi

1. Pengertian Deradikalisasi

Deradikalisasi berasal dari bahasa inggris deradicalization

dengan dasar kata radical, mendapat awalan de yang memiliki arti

opposite, reverse, remove, reduce, get off, (kebalikan atau

membalik). Mendapat imbuhan akhir –isasi- dari kata –ize, yang

berarti cause to be of resemble adopt or spread the manner of

activity or the teaching of (suatu sebab untuk menjadi atau

menyerupai, memakai atau penyebaran cara atau mengajari).

24

Zuly Qadir, Radikal Agama di Indonesia,…h. 99

Page 46: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

36

Secara sederhana deradikalisasi dapat dimaknai suatu proses atau

upaya untuk menghilangkan radikalisme.25

Secara lebih luas, deradikalisasi merupakan segala upaya

untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan

interdisipliner, seperti hukum, psikologi, agama dan sosial budaya

bagi merekayang dipengaruhi paham radikal dan/atau pro

kekerasan. Sedangkan dalam konteks terorisme yang muncul

akibat paham keberagamaan radikal, deradikalisasi dimaknai

sebagai proses untuk meluruskan pemahaman keagamaan yang

sempit mendasar, menjadi moderat, luas dan komprehensif. 26

2. Proses dan langkah dalam deradikalisasi agama

Radikalisasi agama yang kian menggejala saat ini, adalah

tidak bisa terlepas dari apa yang dinamakan dengan “politik

identitas”. Adanya eksistensi dan gejala imprealisme global

melalui sikap Barat, khususnya kebijakan politik Amerika dalam

merancang bangun perpolitkan dunia dengan memperlakukan

dunia Islam secara hegemonik.

Mengutik tulisan Afandi Muchtar dalam judul

“Deradikalisasi Lunak” yang di muat di harian REPUBLIKA, 16

November 2011, Ahmad Shidqi mengungkapkan, proses

25

Petrus Reindard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Soul Approach Dan Menyentuh

Akar Rumput, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisian, 2009), h. 62 26

Amirsyah, Meluruskan Salah Paham Terhadap Deradikalisasipemikiran, Konsep Dan

Strategi Pelaksanaan, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012), h. 35-36.

Page 47: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

37

deradikalisasi hendaknya dilakukan tidak hanya melibatkan aparat

saja, akan tetapi juga harus melibatkan tokoh masyarakat dan

lembaga-lembaga yang ada. Menurut strategi deradikalisasi agama

yang diterapkan harus mengacu pada tiga langkah strategi yaitu:

langkah Prevention (pencegahan), rehabilitation (rehabilitasi), dan

aftercare (pembinaan pasca pelepasan). Dalam tulisannya

“Deradikalisasi Melalui Pesantren” ia menyebutkan langkah

tersebut dapat diaplikasikan sebagai berikut:27

Pertama, pencegahan. Hal tersebut dapat dilakukan antara

aparat bekerjasama dengan para Ulama atau pengasuh pesantren.

Hal tersebut mengingat jumlah pesantren yang banyak di

Indonesia.

Kedua, rehabilitasi dan pasca pembinaan (aftercare), kyai

dengan pesantren yang dimilikinya dinilai sebagai tempat yang

cukup strategis bagi rehabilitasi dan pembinaan bagi rehabilitasi

muda untuk menuntut ilmu dan mengarahkan mereka dari praktik

keagamaan yang menyimpang.

Perlu kita fahami bahwa deradikalisasi merupakan strategi

penanganan kontra radikal, konsep pribumisasi Islam yang

digagas oleh KH. Abdurahman Wahid yang mempunyai nilai-

nilai deradikalisasi yang dimaksud, menurutnya gagasan

27Ahmad Shidqi, dalam “Deradikalisasi melalui Pesantren” diakses dari

http://budisansblog.blogspot.com/2011/11/deradikalisasi-berbasis-pesantren.html pada 14 Mei 2016,

pukul. 16.35 WIB

Page 48: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

38

pribumisasi Islam adalah dimaksudkan untuk mencairkan pola dan

karakter Islam sebagai prilaku normatif, praktik keagamaan yang

kontekstual dan akomodasi ajaran agama Islam kedalam nilai-nilai

budaya.28

Oleh Imdadun Rahmat dalam “Islam

PribumiMendialogkan Agama Membaca Realitas”, Syarif

mengemukakan lima gagasan dalam pribumisasi Islam yaitu:29

Pertama, Kontekstual, yaitu Islam dipahami sebagai ajaran

yang terkait zaman dan tempat. Ini berarti Islam adalah suatu

agama yang dinamis, terus memperbaharui diri, dan respon

terhadap perubahan zaman, serta lentur dan mampu berdialog

dengan kondisi masyarakat yang berbeda untuk melakukan

adaptasi kritis, sehingga Islam bisa dinilai sebagai ajaran yang

shahih li kulli zaman wa al makan (relevan dengan perkembangan

zaman dan tempat).

Kedua, Toleran, sikap toleran dalam beragama dan toleran

terhadap perbedaan penafsiran dapat menumbuhkan kesadaran

untuk bersikap. Hal tersebut dikarenakn konteks dan kultur

keindonesiaan yang plural, menuntut pula pengakuan tulus bagi

kesedrajatan terhadap agama-agama lain.

Ketiga, Menghargai tradisi, disini suatu etika hendaknya

mengacu pada zaman Rasul. Islam dibangun diatas penghargaan

28

Syarif Hidayatullah, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di indonesia,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 50 29

Syarif Hidayatullah, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di Indonesia…, h.51-52

Page 49: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

39

pada tradisi lama yang baik, karena sesungguhnya Islam tidak

memusuhi tradisi lokal melainkan tradisi tersebut dijadikan

sebagai sarana dakwah Islam.

Keempat, Progresif, dengan perubahan terhadap praktik

keagamaan dimana ia berada. Islam berarti harus siap dan lapang

dada menerima tradisi pemikiran orang lain kendatipun berasal

dari Barat.

Kelima, Membebaskan, disini Islam sebagai suatu agama

yang dapat menjawab problematika kemanusiaan yang ada secara

universal tanpa membedakan agama dan etnik. Dengan semangat

pembebasan tersebut, sebagai agama yang rahmatan lil a’lamin

Islam harus siap melawan penindasan, kemiskinan,

keterbelakangan anarki sosial, dan lain sebagainya.

D. Pemahaman agama

1. Pengertian pemahaman agama

Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan

seseorang untuk mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau

menyatakan sesuatau dengan caranya sendiri tentang pengetahuan

yang pernah di terimanya. 30

30

Arif Sukadi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta:

Mediatama Sarana Perkasa, 1946), cet ke-l, h. 109.

Page 50: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

40

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman adalah

suatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.31

Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah

bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduka

(estimate), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali dan

memperkirakan.32

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk

membuktikan bahwa ia memahami hubungan diantara fakta-fakta

atau konsep.

Agama sebagai sistem keyakinan dapat menjadi bagian inti

dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari

masyarakat yang bersangkutan33

mendefinisiikan agama sebagai

seperangkat kepercayaan atau aturan yang pasti untuk

membimbing manusia dalam tindakannya terhaap Tuhan, orang

lain, dan terhadap dirinya sendiri.

Defini tersebut memberikan pemahaman adanya hubungan

manusia dengan tuhan dan juga hubungan antara manusia dengan

sesamanya yang secara umum meliputi berbagai aspek kehidupan.

Fungsi paling mendasar dan universal dari semua agama adalah

bahwa agama memberikan orientasi dan motivasi serta membantu

31

Amran Ys Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,

2002), Cet V, h. 427-428.

32

Suharsimi Arkunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara,

2009), h. 118.

33

Mozer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi

Islam Penerjemah Machnun Husein, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995), H. 21.

Page 51: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

41

manusia mengenal sesuatu yang bersifat sakral. Lewat pengalaman

beragama (religious experience) yakni penghayatan terhadap tuhan

atau agama yang diyakininya.

Agama merupakan sistem yang mencakup cara bertingkah

laku dan berperasaan yang bercorak khusus dan merupakan sistem

kepercayaan yang juga bercorak khusus. Agama berkeyakinan

bahwa ada sejenis dunia spiritual yang mengajukan tuntutan

terhadap perilaku, cara berfikir, dan perasaan kita.

Agama dapat mempengaruhi sikap praktis manusia

terhadap berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.34

Ia dipandang

sebagai jalan hidup yang dipegang dan di warisi secara turun

menurun oleh masyarakat manusia. Agar hidup mereka menjadi

damai, tertib dan tidak kacau, yang menjadi unsur agama ialah:

1) Pengakuan bahwa adanya alam gaib yang menguasai dan

mempengaruhi kehidupan manusia.

2) Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung

pada adanya hubungan baik antara manusia dan kekuatan

gaib.

3) Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib,

seperti sikap takut, hormat, cinta, harap, pasrah dan lain-

lain.

34

Thomas E Odea, Sosiologi Agamasuatu Pengenalan Awal, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996), H. 21.

Page 52: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

42

4) Tingkah laku tertentu yang dapat diamati seperti sholat,

doa, puasa, zakat, suka menolong, tidak korupsi dan lain

sebagainya.

Unsur-unsur ini sejalan dengan pandangan Nur Cholis

Madjid yang mengatakan bahwa orang yang beragama harus

memiliki tiga hal yang dikenal dengan trilogy ajaran ilahi yakni

iman, Islam dan Ihsan. Islam (Al Islam) tidak absah tanpa Iman (Al

Iman), dan Iman tidak sempurna tanpa Ihsan (Al Ihsan).

Sebaliknya, Ihsan akan mustahil tanpa iman dan Iman juga tidak

mungkin tanpa tanpa ada inisial Islam. Iman, Islam, Ihsan

merupakan pilar/pokok (rukun dalam beragama dan dipahami

sebagai sebuah sistem ajaran demi tegaknya ajaran Islam.35

Antara Iman, Islam dan Ihsan ketiganya tidak bisa

dipisahkan oleh manusia di dunia ini, kalau diibaratkan hubungan

antara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu

dengan sisi lainnya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan

terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia

yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan anatara

Iman, Islam dan Ihsan.36

35

Nur Cholis Madjid, Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta:

Penerbit Yayasan Paramadina, 2005), hal. 23

36 Marhamah,H., Lc., MA., Kuliah Ibadah dan

Syahadah,http://marhamahsaleh.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Mei 2016, pukul. 15.37 WIB

Page 53: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

43

E. Narapidana

1. Pengertian Narapidana

Berdasarkan ketentuan pasal 1 nomor 7 UU

Pemasyarakatan menentukan bahwa narapidana adalah terpidana

yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga

Pemasyarakatan.

Narapidana adalah orang-orang yang sedang menjalani

sanksi kurungan atau sanksi lainnya, menurut perundang-

undangan. Pengertian narapidana menurut kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani

hukuman) karena tindak pidana.37

Dengan demikian pengertian narapidana adalah seseorang

yang melakukan tindak kejahatan dan telah menjalani persidangan,

telah di vonis hukuman pidana serta ditempatkan dalam suatu

bangunan yang disebut penjara.

Narapidana secara umum adalah orang yang kurang

mendapat perhatian, baik dari masyarakat maupun dari

keluarganya. Sebab itu ia memerlukan perhatian yang cukup dari

petugas Rutan, untuk dapat memulihkan rasa percaya diri.

37

Marini Mansyur, Peranan Rumah Tahanan Nagara Dalam Pembinaan Narapidana,

(Makasar: UNHAS Skripsi, 2011), h. 14.

Page 54: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

44

Perhatian dalam pembinaan, akan membawa banyak

perubahan dalam diri narapidana, sehingga akan sangat

berpengaruh dalam merealisasikan perubahan diri sendiri.

2. Hak-hak Narapidana

Mengenai hak-hak narapidana diatur dalam ketentuan pasal 14

ayat (1) UU Pemasyarakatan, yang menyebutkan bahwa:

Narapidana berhak:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan Agama atau

kepercayaannya.

b. Mendapat perawat, baik perawat jasmani maupun rohani.

c. Mendapat pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang

layak.

e. Menyampaikan keluhan.

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media

massa lainnya dan tidak di larang.

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang

dilakukan.

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang

tertentu lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

Page 55: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

45

j. Mendapatkan kesempatan berasimilisasi termasuk cuti

mengunjungi keluarga.

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat.

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 56: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

46

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG BNPT

A. Sejarah BNPT

Badan Nasional penanggulangan terorisme selanjutnya disebut

BNPT, merupakan lembaga pemerintah nonkementrian (LPNK) di

Indonesia yang mempunyai tugas dari pemerintah untuk melakukan

penanggulangan terorisme.1

Berdirinya BNPT tidak bisa dilepaskan dari peristiwa bom Bali I

pada 12 Oktober 2002. Selaku orang nomor saru di negeri ini, Megawati

segera mengeluarkan instruksi presiden nomor 4 tahun 2002 pasca

terjadinya peledakan bom yang menewaskan lebih kurang 200 orang

tersebut. Presiden tersebut memberikan mandat kepada Menkopolkam

(Mentri Koordinator Bidang Politik dan keamanan) yang saat itu dijabat

oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membuat kajian dan

strategi nasional penanggulangan terorisme.2

Segera setelah memperoleh mandat Menkopolkam membentuk

Desk Koordinasi Pemberantas Terorisme (DKPT) berdasarkan keputusan

Menteri Nomor : Kep-26/Menko/Polkam/11/2002. DKPT mempunyai

tugas untuk membantu Menkopolkam dalam merumusakan kebijakan bagi

pemberantasan tidak pidana terorisme, meliputi aspek penangkalan,

pencegahan, penanggulangan, penghentian penyelesaian dan segala

1 Tugas tersebut berdasarkan pasal 2 dalam peraturan presiden nomor 46 tahun 2010

tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 2 Diakses dari http://www.bnpt.go.id/profil.php pada tanggal 20 Mei 2016 pada

pukul 11.02 WIB.

Page 57: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

47

tindakan hukum yang diperlukan.Serta menunjuk Dirj. Pol Drs. Ansyaad

Mbai, MM sebagai ketua DKPT.

Pada tanggal 21 Agustus 2009, dalam rapat kerja komisi I DPR

dengan Menkopolkam, DPR merumuskan beberapa keputusan dan

rekomendasi, yakni :

a. Mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan dan

memberantas terorisme.

b. Terorisme adalah kejahatan manusia luar biasa yang harus dijadikan

musuh bersama.

c. Upaya meningkatkan kapasitas dan keterpaduan penanggulangan

terorisme, agar meningkatkan peran masyarakat.

d. Merekomendasi kepada pemerintah untuk membentuk suatu “badan”

yang berwenang secara operasional melakukan tugas

pemberantasan/penanggulangan terorisme.

e. Menerbitkan regulasi sebagai elaborasi UU No. 34/2004 tentang TNI

dan UU No. 2/2002 tentang Polri, untuk mengatur ketentuan lebih rinci

tentang “Rule Of Engagment” (aturan perlibatan) TNI, terkait tugas

Operasi Militer selain perang, termasuk aturan perlibatan TNI dalam

mentgatasi terorisme dan tugas perbantuan TNI terhadap Polri.

Berdasarkan rekomendasi Komisi I DPR tersebut dan assesment

terhadap dinamika terorisme, maka pada tanggal 16 Juli 2010 Presiden

Republk Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden Nomor. 46 tahun

2010 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan

Page 58: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

48

mengangkat Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai, MM sebagai kepala

BNPT berdasarkan keputusan Presiden Nomor 121/M Tahun 2010.

B. Tugas Pokok dan Fungsi BNPT

Sesuai peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010, BNPT

mempunyai beberapa tugas, yakni:

a. Menyusun kebijakan, strategi dan program Nasional di bidang

penanggulangan terorisme.

b. Mengkoordinasikan Instansi pemerintah terkait dalam

melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme.

c. Membentuk satuan tugas-tugas yang terdiri dari unsur instansi

pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan

masing-masing.

Selain mempunyai beberapa tugas pokok diatas, BNPT juga

mempunyai beberapa fungsi, yakni:

1. Menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang

penanggulangan terorisme.

2. Monitoring, analisa, dan evaluasi dibidang penanggulangan

terorisme.

3. Koordinasi dalam pencegahan dan pelaksanaan kegiatan melawan

propaganda ideologi radikal.

4. Pelaksanaan deradikalisasi.

5. Perlindungan terhadap objek-objek yang potensial menjadi target

serangan terorisme.

Page 59: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

49

6. Pelaksanaan penindakan, pembinaan kemampuan dan kesiap-

siagaan Nasional.

7. Pelaksanaan kerjasama internasional di bidang penanggulangan

terorisme.

8. Perencanaan, pembinaan dan pengendalian terdhadap program,

administrasi dan sumber daya serta kerjasama antar instansi.

9. Pengoprasionalan saatuan tugas- satuan tugas pencegahan,

perlindungan, deradikalisasi, penindakan dan penyiapan

kesiapsiagaan nasional dibidang penanggulangan terorisme.

C. Sasaran strategis BNPT

a. Meningkatnyadayatangkalmasyarakatdaripengaruhradikalterorisme;

b. Terlindunginyasecaraefektifobyek vital, wilayahpemukiman,

wilayahpublikdanaset Indonesia di luarnegeridariseranganteroris;

c. Meningkatnyakapasitasdanprofesionalitasaparatpemerintahpelaksanap

enanggulanganterorisme;

d. Tercapainyakepentingandanpengakuanperan Indonesia

dalampenanggulanganterorismemelaluikerjasamainternasional; dan

e. Tercapainyaefektivitaspelaksanaantugaslembagadalampenanggulangan

terorismemelaluipengelolaanmanajemen internal yang profesional.3

D. Tujuan, Visi, dan Misi

a. Tujuan

3Diakses dari http://www.bnpt.go.id/profil.php pada tanggal 14 Mei 2016 Pukul.

20.34 WIB

Page 60: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

50

Pemberantasan terorisme bertujuan melindungi warga negara dan

kepentingan nasional serta menciptakan lingkungan nasional dan

internasional yang aman dan damai dengan tidak menyuburkan

radikalisasi dan menghentikan terorisme.

b. Visi

Terorisme adalah anacaman nyata dan aktif, apabila tidak

dilakukan upaya penanganan secara komprehensif di tingkat nasional

dan kewilayahan, dapat membahayakan stabilitas kehidupan berbangsa

dan bernegara.Upaya komprehensif tersebut, mencakup upaya-upaya

penindakan secara operasional, proteksi (perlindungan), pencegahan

dan penangkalan, penanganan dan permasalahan hulu (akar masalah)

dan upaya deradikalisasi.

c. Misi

Untuk melakukan pemberantasan terorisme perlu diupayakn

langkah-langkah4 :

1) Menangkal dan mencegah terorisme dengan menghilangkan

faktor-faktor korelatif penyebab yang dapat dieksploitasi

menjadi alasan pembenar aksi terorisme.

2) Memberantas terorisme dengan mengalahkan organisasi

terorisme dengan menghancurkan persembunyiannya,

kepemimpinan, komando, control, komunikasi, dukungan

materiil dan keuangan.

4Di aakses dari http://www.bnpt.go.id/profil.php pada tanggal 30 Mei 2016.Pukul.

17.15

Page 61: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

51

3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan terhadap ancaman

serangan terorisme.

4) Melindungi prasarana vital dari ancarman serangan terorisme.

E. Satuan Tugas BNPT

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi BNPT dibentuklah satuan

tugas-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur terkait, juga dapat

melibatkan masyarakat. Penugasan TNI dan Polri dalam Satgas BNPT

bersifat “disiapkan” atau Bawah Kendali Operasi (BKO). Satuan tugas

BNPT dalam rangka penindakan harus tetap menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia (HAM), terutama didalam penggunaan kekerasan dan senjata api

dengan memegang teguh pada prinsip-prinsip dasar:

a. Setiap anggota satgas melakukan tugas berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Penggunaan senjata api adalah perupakan upaya terakhir setelah

upaya-upaya lain non kekerasan tidak efektif lagai (Last Resort).

c. Penggunaan senjata api hanya dalam keadaan terpaksa atau dalam

pembelaan darurat sesuai dengan pasal 48 KUHP (Overmacth) dan

pasal 49 (Noodweer).

d. Penggunaan kekerasan dengan senjata harus seimbang (prosuderal)

dengan ancaman yang dihadapi.

e. Setiap tindakan yang diambil harus dipertanggung jawabkan secara

hukum (Accountable).

Page 62: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

52

F. Struktur kelembagaan BNPT

G. Tugas pokok dan funsi unit kerja

a. Kepala BNPT

Kepala mempunyai tugas memimpin BNPT dalammenjalankan

tugas dan fungsi BNPT.

b. Sekretariat Utama

Mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan

perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program,

administrasi dan sumber daya serta kerja sama.

Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi :

1. Pengkoordinasian dan sinkronisasi penyusunan kebijakan dan

perencanaan di lingkungan BNPT;

Page 63: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

53

2. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum,

dan peraturan perundang-undangan, organisasi, tata laksana,

kepegawaian, keuangan, persandian, perlengkapan, dan rumah

tangga BNPT;

3. Pembinaan dan pelaksanaan hubungan kelembagaan dan

protokol;

4. Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi kelompok ahli di

lingkungan BNPT;

5. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BNPT.

c. Biro Perencanaan dan Hubungan Antar Lembaga

Melaksanakan perencanaan program dan anggaran, evaluasi,

melaksanakan persidangan dan hubungan antar lembaga.

Biro Perencanaan dan Hubungan Antar Lembaga

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan evaluasi program anggaran;

2. Penyelenggaraan persidangan dan hubungan antar lembaga;

3. Penyusunan laporan anggaran.

d. Biro Umum

Mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga,

penatausahaan, pengelolaan kepegawaian dan organisasi, keuangan

dan pelaksanaan tata usaha pimpinan.

Biro Umum menyelenggarakan fungsi :

1. Pengelolaan kerumahtanggaan dan penatausahaan;

Page 64: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

54

2. Pengelolaan kepegawaian dan organisasi;

3. Pengelolaan administrasi keuangan;

4. Pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan.

e. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi

Mempunyai tugas merumuskan, mengkoordinasikan, dan

melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang pencegahan, perlindungan, dan

deradikalisasi.

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi

menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai ancaman terorisme di

bidang pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi;

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang pencegahan, perlindungan,

dan deradikalisasi;

3. Koordinasi pelaksanaan penanggulangan terorisme di bidang

pencegahan ideologi radikal;

4. Pelaksanaan kegiatan melawan propaganda ideologi radikal;

5. Pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme di bidang

pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi;

6. Koordinasi pelaksanaan program-program re-edukasi dan re-

sosialisasi dalam rangka deradikalisasi;

7. Koordinasi pelaksanaan program-program pemulihan terhadap

korban aksi terorisme.

Page 65: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

55

f. Direktorat Pencegahan

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan, pengkoordinasian dan

pelaksanaan kebijakan serta strategi di bidang pengawasan, kontra

propaganda dan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme.

Direktorat Pencegahan menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai ancaman terorisme di

bidang pengawasan, kontra propaganda dan kewaspadaan;

2. Penyiapan penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang pengawasan, kontra

propaganda dan kewaspadaan;

3. Penyiapan koordinasi pelaksanaan penanggulangan terorisme di

bidang pengawasan, kontra propaganda dan kewaspadaan;

4. Pelaksanaan penanggulangan terorisme di bidang pengawasan,

kontra propaganda dan kewaspadaan;

5. Pemantauan penanggulangan terorisme di bidang pengawasan,

kontra propaganda dan kewaspadaan;

6. Pengendalian program-program pencegahan bagi korban aksi

terorisme.

g. Direktorat Perlindungan

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan, pengkoordinasian dan

pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang pengamanan objek vital,

transportasi dan VVIP dan pengamanan lingkungan dalam rangka

pencegahan.

Page 66: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

56

Direktorat Perlindungan menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi di bidang pengamanan objek

vital, transportasi dan VVIP serta pengamanan lingkungan;

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional di

bidang pengamanan objek vital, transportasi dan VVIP serta

pengamanan lingkungan;

3. Pelaksanaan pengamanan objek vital, transportasi dan VVIP

serta pengamanan lingkungan;

4. Pemantauan pelaksanaan pengamanan objek vital, transportasi

dan VVIP serta pengamanan lingkungan;

5. Pengendalian pengamanan objek vital, transportasi dan VVIP

serta pengamanan lingkungan.

h. Direktorat Deradikalisasi

Mempunyai tugas menyiapkan perumusan, pengkoordinasian dan

pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang penangkalan, re-

sosialisasi dan rehabilitasi.

Direktorat Deradikalisasi menyelenggarakan fungsi:

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai kegiatan

kelompok-kelompok radikal dan aktivitas radikalisme serta

terorisme;

Page 67: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

57

2. Penyusunan rancangan kebijakan, strategi, dan program

nasional penanggulangan radikalisme dan terorisme;

3. Penyiapan koordinasi pelaksanaan penanggulangan terorisme

di bidang deradikalisasi;

4. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan penanggulangan radikalisme;

5. Pemantauan dan pengendalian program-program

penanggulangan radikalisme.

i. Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan

Mempunyai tugas merumuskan, mengkoordinasikan, dan

melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang penindakan dan pembinaan

kemampuan.

Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan

menyelenggarakan fungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai ancaman terorisme

di bidang penindakan, pembinaan kemampuan, dan penyiapan

kesiapsiagaan nasional;

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang penindakan, pembinaan

kemampuan, dan penyiapan kesiapsiagaan nasional;

Page 68: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

58

3. Koordinasi dalam penentuan tingkat ancaman dan upaya

persiapan penindakan;

4. Koordinasi pelaksanaan perlindungan korban, saksi, dan aparat

penegak hukum terkait ancaman terorisme;

5. Koordinasi pelaksanaan pembinaan kemampuan organisasi dan

penyiapan kesiapsiagaan nasional dalam penanggulangan

terorisme;

6. Pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme di bidang

penindakan, pembinaan kemampuan, dan penyiapan

kesiapsiagaan nasional;

j. Direktorat Penindakan

Mempunyai tugas mendukung perumusan, pengkoordinasian dan

pelaksanaan dukungan operasional (intelijen), kesiapsiagaan, dan

penanganan krisis dalam rangka penindakan aksi terorisme.

Direktorat Penindakan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelidikan, monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai

ancaman terorisme;

2. Penyiapan rancangan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang penindakan meliputi

dukungan operasional (intelijen), kesiapsiagaan dan

penanganan krisis;

Page 69: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

59

3. Koordinasi dalam penentuan tingkat ancaman dan upaya

persiapan penindakan;

4. Penyiapan standar prosedur operasi (SOP) dan aturan pelibatan

satuan-satuan dalam penindakan terorisme

5. Koordinasi pelaksanaan perlindungan korban, saksi, dan aparat

penegak hukum terkait ancaman terorisme;

6. Pelaksanaan penanggulangan terorisme di bidang operasional

(intelijen), kesiapsiagaan dan penanganan krisis.

7. Pemantauan dan pengendalian penindakan meliputi dukungan

operasional (intelijen), kesiapsiagaan dan penanganan krisis.

k. Direktorat Pembinaan Kemampuan

Mempunyai tugas mendukung perumusan, pengkoordinasian,

pelaksanaan dan pemantauan di bidang pelatihan, dan pengembangan

sistem operasi dalam rangka penanggulangan terorisme.

Direktorat Pembinaan Kemampuan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rancangan kebijakan dan program pembinaan

kemampuan meliputi pelatihan, dan pengembangan sistem

operasi dalam rangka penanggulangan terorisme;

2. Penyiapan koordinasi program-program pelatihan dan

pengembangan sistem operasi dalam rangka penanggulangan

terorisme;

Page 70: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

60

3. Pelaksanaan program pelatihan, dan pengembangan sistem

operasi dalam rangka penanggulangan terorisme;

4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pelatihan, dan

pengembangan sistem operasi.

l. Direktorat Penegakan Hukum

Mempunyaitugasmendukungperumusan, pengkoordinasian,

pelaksanaan, danpemantauan, evaluasi, analisa di

bidangkerjasamaaparatpenegakhukum, danperlindunganhukum.

DirektoratPenegakanHukummenyelenggarakanfungsi :

1. Penyiapan rancangan kebijakan, strategi dan program

kerjasama aparat penegak hukum, dan perlidungan hukum

dalam rangka penindakan dan pembinaan kemampuan;

2. Pelaksanaan dan koordinasi program-program kerjasama aparat

penegak hukum, dan perlidungan hukum dalam rangka

penindakan dan pembinaan kemampuan;

3. Pelaksanaan kerjasama bidang hukum dan penelaahan

perundang-undangan dengan kementerian/lembaga terkait;

4. Pemantauan, evaluasi dan analisa pelaksanaan program

kerjasama aparat penegak hukum, dan perlidungan hukum

dalam rangka penindakan dan pembinaan kemampuan.

Page 71: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

61

m. Deputi Bidang Kerjasama Internasional

Mempunyaitugasmerumuskan,

mengkoordinasikandanmelaksanakankebijakan, strategi, dan program

nasional di

bidangkerjasamainternasionaldalamrangkapenanggulanganterorisme.

DeputiBidangKerjasamaInternasionalmenyelenggarakanfungsi :

1. Monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai ancaman terorisme

internasional dan kerjasama internasional dalam

menanggulangi terorisme;

2. Penyusunan kebijakan, strategi, dan program kerjasama

internasional di bidang penanggulangan terorisme;

3. Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama internasional di

bidang penanggulangan terorisme;

4. Koordinasi pelaksanaan perlindungan warga negara Indonesia

dan kepentingan nasional di luar negeri dari ancaman

terorisme.

n. Direktorat Kerjasama Bilateral

Page 72: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

62

Mempunyaitugasperumusan, pengkoordinasian, pemantauan,

analisa,

evaluasidanpelaksanaankebijakanbagikepentingandanpenetapanposisi

Indonesia dalamkerjasama bilateral, yang meliputikawasan Asia Pasifik,

Afrika, Timur Tengah, AmerikadanEropa.

DirektoratKerjasama Bilateral menyelenggarakanfungsi :

1. Penyiapan rumusan kebijakan dan penetapan posisi Indonesia

mengenai masalah terorisme di kawasan Asia Pasifik, Afrika,

Timur Tengah, Amerika dan Eropa;

2. Koordinasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan dalam forum

bilateral di bidang penanggulangan terorisme;

3. Pengembangan kerjasama bilateral dengan negara tertentu guna

mencegah berkembangnya jaringan terorisme;

4. Pengkajian kemampuan aparat keamanan dan sistem

penanganan terorisme di berbagai negara guna meningkatkan

kemampuan sumber daya dalam negeri;

5. Fasilitasi instansi terkait untuk mengembangkan program-

program kerjasama dengan negara lain guna peningkatan

kemampuan dan pengembangan kemitraan;

6. Evaluasi kerjasama peningkatan kualitas dan perluasan

pelatihan;

Page 73: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

63

7. Pemantauan, analisis dan evaluasi atas perkembangan

terorisme internasional yang berdampak bagi keamanan dalam

negeri.

o. Direktorat Kerjasama Regional dan Multilateral

Mempunyaitugasmendukungperumusankebijakan,

pengkoordinasiandanmelaksanakankebijakanbagikepentingandanpenetapa

nposisi Indonesia, sertamelaksanakanpemantauan, analisa,

evaluasiataspelaksanaan program kerjasama regional dan multilateral.

DirektoratKerjasama Regional dan Multilateral

menyelenggarakanfungsi :

1. Penyiapan rumusan dan melaksanakan kebijakan bagi

kepentingan dan penetapan posisi Indonedia di forum ASEAN,

APEC, ASEM, dan FEALAC serta PBB dan Non PBB;

2. Koordinasi pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan yang

dihasilkan dalam forum bilateral;

3. Pengembangan kerja sama bilateral dengan negara tertentu

guna mencegah berkembangnya jaringan terorisme;

4. Pengkajian kemampuan aparat keamanan dan sistem

penanggulangan terorisme di berbagai negara guna

meningkatkan kemampuan sumber daya dalam negeri;

Page 74: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

64

5. Fasilitasi instansi terkait untuk mengembangkan program-

program kerja sama dengan negara lain guna peningkatan

kemampuan dan pengembangan kerjasama kemitraan;

6. Evaluasi kerja sama peningkatan kualitas dan perluasan

pelatihan;

7. Pemantauan atas perkembangan terorisme internasional,

analisis dan evaluasi dampaknya bagi keamanan dalam negeri.

p. Direktorat Konvensi dan Perangkat Hukum Internasional

Mempunyai tugas penyiapan rumusan kebijakan, analisa dan

evaluasi serta pemantauan tentang konvensi internasional, resolusi

PBB dan resolusi Badan Non PBB yang menyangkut masalah

terorisme.

DirektoratKonvensidanPerangkatHukumInternasionalmenyelengga

rakanfungsi :

1. Penyiapan rumusan kebijakan, analisa dan evaluasi atas

konvensi-konvensi internasional yang telah/belum diratifikasi

yang menyangkut masalah terorisme;

2. Penyiapan kajian untuk mendorong diratifikasikannya konvensi

internasional dan regional;

Page 75: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

65

3. Pemantauan dan analisa konvensi internasional dan perangkat

hukum dalam rangka Resolusi PBB atau Resolusi Badan Non

PBB yang menyangkut masalah terorisme;

4. Pengkajian mengenai kewajiban yang dibebankan kepada

Indonesia dalam kedudukannya sebagai negara Anggota PBB

dan negara pihak pada konvensi internasional;

5. Melaksanakan koordinasi untuk memenuhi kewajiban

Indonesia atau mencarikan solusi atas putusan PBB dan Badan

Non PBB yang belum dilaksanakan.

q. Inspektorat

Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap

pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan BNPT.

Inspektorat menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan BNPT;

2. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan

melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya;

3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan

Kepala BNPT;

4. Penyusunan laporan hasil pengawasan.

Page 76: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

66

H. Data Narapidana terorisme Lp Cipinang

Terdapat tujuh belas narapidana yaitu :

1. Syaiful Bahri alias Apuy alias Ahmad, terlibat kasus bom kedutaan

besar Australia.

2. Muhammad Nuh alias Kholid alias Olid bin Muji Taba, terlibat dalam

kasus bom kramat jati indah.

3. Lilik Purnomo alias Haris alias Arman, terlibat dalam kasus bom Poso.

4. Ahmad Syahrul Uman alias Doni alias Faesol, selaku deman dekat Abu

Duzana.

5. Nur Arifudin alias Suharto alias Haryanto bin Suyadi.

6. Azis Mustofa alias Ari alias Bangkit

7. Zuhroni alias Zainudin Fahmi alias Oni alias Mbah alias Abu Irsyad

alias Zarkasyi alias Nu’aim

8. Ainul Bahri alias Nurson Mahmudi alias Abu Dujana alias Abu Musa

alias Sorim alias Abu Sobirin alias Pak Guru alias Dedi alias Mahsun

alias Tamli Tamimi.

9. Taufik Masduki alias Abu Khotib alias Gianto alias abdul Rojak alias

Suraji alias Ruli alias Yasid alias Taufik Kondang alias Ahmad

Asropi, menyembunyikan informasi terorisme pada bom poso.

10. Hargobind P Tahilramani, pelaku SMS teror ke kedutaan besar

Amerika.

11. Tengku Ismuhadi bin Jafar, terlibat bom Bursa Efek Jakarta.

Page 77: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

67

12. Wahyudi alias Piyo alias Gunawan, membantu malakukan tindak

pidana terorisme, memiliki senjata api dan menimbulkan suasana

teror.

13. Sukarso Abdillah alias Abdurahman alias Rohman, membantu tindak

pidana terorisme, kepemilikan senjata api dan menimbulkan suasana

teror pada tindak pidana terorisme di Palembang.

14. Sugiarto alias Sugicheng alias Raja.

15. Mohammad Hasan bin Saynudin alias Fajar Taslim alias Zaida alias

Omar alias Ust. Alim melakukan tindak pidana terorisme dan

menimbulkan suasana terorisme di Palembang.

16. Parmin alias Yoser Abdul Baar, mengetahui keberadaan Nurdin M

Top juga penerjemah buku tentang jihad.

Page 78: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

68

BAB IV

STRATEGI BNPT DALAM UPAYA DERADIKALISASI

PAHAM KEAGAMAAN NARAPIDANA LP CIPINANG

A. Pelaksanaan Strategi BNPT dalam upaya deradikalisasi di Lp

Cipinang

Kehadiran reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde baru di

Indonesia pada tahun 1998, diikuti pula era berkembang bebasnya

berbagai ideologi, tak terkecuali radikalisme. Dalam pandangan BNPT.

Setidaknya ada 5 tipologi kelompok radikal yang berkembang di

Indonesia ini1, yaitu:

1. Kelompok radikal gagasan

Kelompok ini adalah kelompok yang dapat dikatakan radikal

dari segi gagasan dan pemikirannya, namun tidak menggunakan tindak

kekerasan. Seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI dan Majlis Mujahidin

Indonesia dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

2. Kelompok Radikal Non Teroris

Kelompok ini bergerak dalam bentuk residivis kelompok

radikal non terorisme, gangsterisme, atau vandalism. Contoh dari

kelompok ini adalah Front Pembela Islam (FPI)

3. Kelompok Radikal Milisi

1Disampaikan oleh Muslih, Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT dalam dialog publik

“Radikalisasi, Terorisme Dan Deradikalisasi Paham Radikal” oleh Majelis Ulama Indonesia Prov DKI

Jakarta di Kantor MUI DKI Jakarta, pada 3 Desember 2014.

Page 79: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

69

Kelompok ini merupakan kelompok milisiyang terlibat dalam

konflik-konflik komunal seperti konflik Ambon dan Poso. Contoh dari

kelompok ini adalah laskar Jihad, Laskar Jundullah, dan Laskar

Mujahidin Indonesia.

4. Kelompok Radikal Separatis

Kelompok ini mempunyai tujuan untuk memisahkan diri dari

Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Negara Islam

Indonesia (NII).

5. Kelompok Radikal Terorisme

Kelompok ini mempunyai tujuan untuk menegakan hukum-

hukum Islam dengan melakukan aksi-aksi terorisme. Contohnya

seperti Jamaah Islamiyah.

Sebelum terbentuknya individu yang radikal, biasanya

seseorang tersebut akan mengalami empat tahapan, yakni:

1. Pra Radikalisasi, dimana seorang individu masih menjalani

aktivitas dan rutinitas sebagaimana mestinya.

2. Identifikasi diri, individu mulai mengidentifikasi diri dan berfikir

kearaf radikal.

3. Indoktrinasi, mulai mengintensifkan dan memfokuskan

kepercayaan terhadap gerakan yang akan diambil.

4. Jihadisasi, seorang individu melaksanakan aksi atau tindakan atas

keyakinannya yang dianggap sebagai bentuk jihad.

Page 80: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

70

Proses yang membedakan akan berpengaruh sejauh mana aksi

radikal dilakukan oleh masing-masing individu.

Tidak semua dari lima tipologi radikalisme di atas mendapat

tindakan langsung dari pemerintah, karena itu akan berbenturan dengan

HAM juga kebebasan berfikir dan berpendapatyang dijamin oleh undang-

undang. Setidaknya ada tiga kelompok yang dianggap mengancam

keutuhan NKRI sehingga harus mendapat tindakan langsung dari

pemerintah, yakni radikalisme milisi, separatism, dan terorisme.

Munculnya Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) sebagai

akar kelahiran BNPT pada tahun 2002 tidak lain sebagai respon terhadap

maraknya radikalisme dan terorisme atas nama agama. Alhasil, sebanyak

260 orang di tangkap, 160 dalam proses hukum, 5 hukum mati, dan tokoh

terorisme (Nurdin M Top dan Dr. Azhari) juga di hukum mati.

Dalam rangka mengemban tugas untuk menyusun dan melaksanakan

program penanggunalangan terorisme di Indonesia, Irfan Idris selaku

Direktur Deradikalisasi BNPT mengenalkan dua strategi pendekatan, yakni

Hard Approach dan Soft Approach, merupakan pendekatan dengan

menekankan pada penjaminan keamanan dan penegakan hukum oleh

militer dan Polri, sehingga Soft Approach yakni pendekatan dengan

komprehensif, persuasif dan penuh kelembutan dan kasih sayang. Namun

demikian, strategi kedua (Soft Approach) saat ini lebih di tekankan oleh

Page 81: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

71

BNPT khususnya yang berada di beberapa lapas yang juga di lakukan di

lapas Cipinang, mengingat tindakan represif aparat terbukti tidak bisa

menyelesaikan maraknya tindak kejahatan terorisme yang terjadi di

Indonesia.2

Selain bukti ketidak mampuan startegi represif untuk menuntaskan

terorisme di Indonesia, strategi deradikalisasi di pilih mengingat beberapa

hal, antara lain:3

Pertama, kejahatan terorisme yang marak belakangan bukanlah

kejahatan biasa, yang tidak cukup diselesaikan dengan membuat undang-

undang, membentuk pasukan khusus anti teror, menangkap pada pelaku

dan terakhir memberikan hukum mati pada mereka. Jauh dari itu, terorisme

tersebut merupakan bentuk kejahatan yang lahir atas dasar faham atau ide

keagamaan radikal. Sehingga, perang terhadap ide atau faham

keberagamaan yang radikal yang mengakibatkan tindak kejaahatan

terorisme tersebutlah yang harus diutamakan (war of idea).

Kedua, pasca Boomingnya isu Hak Asasi Manusia (HAM) dalam

kancah Internasional, masyarakat dunia saat ini mengecam berbagai tindak

kekerasan terhadap sesama atau dasar apapun, termasuk melawan

kejahatan terorisme.

2Wawancara dengan Prof. Irfan Idris , Direktur Deradikalisasi BNPT di Jakarta, 26 Mei

2016

3 Nur Syam, Tantangan Indonesia Dari Radikalisme Menuju kebangsaan, (Yogyakarta:

Kanisius, 2009), h. 154

Page 82: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

72

Ketiga, jika dalam suatu masa pemerintah dengan strategi represif

mampu menunpas seluruh pelaku kejahatan terorisme, tidak ada garansi

suatu negara akan bebas dari terorisme untuk selamanya. Bahkan dalam

kurun waktu 10-15 tahun yang akan datang bisa jadi wajah terorisme akan

lebih berbahaya.

Alasanya cukup sederhana, di saat keturunan para teroris yang

terbunuh sudah tumbuh dewasa, ketika spirit jihad telah terwariskan dalam

diri mereka, kejahatan terorisme dipastikan akan lebih kejam. Bukan hanya

jihad yang mendasari aksi mereka, melainkan juga motivasi balas dendam.

Beberapa alasan diatas seolah ikut mengamini apa yang telah diteorikan

oleh Thomas More, yang dikutip oleh Hendrojono (2005).4 Bahwa

pemberantasan kejahatan dengan tindak kekerasan tidak akan membuat

kejahatan itu berhenti.

Secara aplikatif, Irfan menambahkan bahwa dalam proses upaya

deradikalisasi terhadap pelaku kejahatan terorisme, khususnya pada

lembaga pemasyarakatan Cipinang, BNPT secara garis besar

mencanangkan tiga macam program pembinaan, yaitu: pembinaan

kepribadian, pembinaan kemandirian dan pembinaan preventif

berkelanjutan5.

4Hendrojono, Kriminologi, Pengaruh Perubahan Masyarakat dan Hukum, (Surabaya:

PT. Dieta Persada, 2005) h. 13

5 Wawancara dengan Prof. Irfan Idris , Direktur Deradikalisasi BNPT di Jakarta, 26

Mei 2016

Page 83: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

73

Pertama, pembinaan kepribadian, pembinaan tersebut terkait mindset

atau cara berfikir seorang narapidana teroris dan keluarga mereka yang

radikal dan bertentangan dengan ideologi Pancasila dan NKRIuntuk

kembali ke jalur yang bisa di terima dan diterima oleh negara dan

warganya. Dalam pembinaan kepribadian ini, BNPT menjadikan dialog

dari hati ke hati sebagai strategi untuk mengubah doktrin yang sudah

tertanam dalam mindset masing-masing individu.

Kedua, pembinaan kemandirian, pembinaan kemandirian ini

merupakan serangkaian proses yang bertujuan untuk membekali para

narapidana terorisme dan keluarga mereka dari sisi pencaharian atau

ekonomi. Pembinaan dilakukan dengan cara pemberian skill khusus untuk

mengembangkan perekonomian kepada para narapidana terorisme dan

keluarga mereka pasca mereka bebas dari masa penahanan dari ideologi

terorisme.

Ketiga, pembinaan perventif berkelanjutan. Pembinaan ini

dimaksudkan agar masyarakat bisa mengidentifikasi dan mengantisipasi

terhadap masuknya ideologi terorisme. Objek dalam pembinaan ini adalah

masyarakat luas dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi melalui berbagai

institusi sebagai lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan,

organisasi pemuda, LSM dan sebagainya.

Dari beberapa konsep besar program diatas, BNPT menelurkan beberapa

program kerja yang telah dan akan dilaksanakan pada tahun 2016, anatara

lain:

Page 84: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

74

1. Resosialisasi tetang mantan terorisme dan keluarga

Yaitu keluarga untuk mensosialisasikan kembali mantan

terorisme dan keluarga di tengah masyarakat melalui pendekatan-

pendekatan khusus kepada tokoh masyarakat, agama, pendidikan,

budaya, pemuda, pejabat, pemerintahan dan lain sebagainya agar

mereka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pentingnya

kegiatan ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar

masyarakat menolak kehadiran para mantan terorisme walaupun

kondisinya meninggal dunia.

2. Rehabilitasi mantan teroris di lapas

Rehabilitasi ini diisi dengan berbagai kegiatan pembinaan yaitu

dengan pendekatan keagamaan, mental/psikologi/busaya, pendidikan,

ekonomi/wirausaha/kesejahteraan, dan lain sebagainya. Pentingnya

kegiatan ini untuk memantau perkembangan pemahaman baik tentang

agama, maupun negara dan aktivitas mereka sekaligus untuk

membekali narapidana terorisme dengan berbagai pemahaman dan

keterampilan sehingga ketika mereka keluar dari lapas, dapat menjadi

warga negara yang baik.

3. Rehabilitasi mantan terorisme dan keluarga

Kegiatan ini diarahkan bukan hanya kepada narapidana

terorisme, melainkan juga kepada para keluarganya, yaitu dengan

pendekatan keagamaan, mental/psikologi/budaya, ekonomi,

kewirausahaan, kesejahteraan dan lain sebagainya. Pentingnya kegiatan

Page 85: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

75

ini untuk memantau perkembangan pemahaman baik tentang agama

maupun negara dan aktivitas mereka sekaligus untuk membekali

narapidana terorisme dan keluarganyadengan berbagai pemahaman dan

keterampilan agar menjadi warga yang baik.

4. Pelatihan anti radikalisme dan terorisme kepada ormas

Kegiatan ini dirahkan untuk membekali para pimpinan ormas

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakar di

masyarakat dengan pemahaman-pemahaman kontra radikalisme dan

terorisme. Kegiatan ini juga sekaligus sebagai upaya penggalangan

langkah bersama dikalangan ormas untuk secara bersama melakukan

penanggulangan terhadap radikalisme dan terorisme. Pentingnya

kegiatan ini karena keberadaan ormas yan langsung di masyarakat dan

ormas-ormas tersebut dapat melakukan pembinaan kepada masyarakat

sehingga akan terselenggara proses pembinaan kontra radikalisme dan

terorisme setiap saat kepada seluruh masyarakat Indonesia.

5. Koordinasi pebnangkalan dan rehabilitasi di bidang deradikalisasi di

15 provinsi

Kegiatan ini merupakan upaya pengkoordinasian kepada

komponen-komponen bangsa baik instansi pemerintah, pendidikan,

organisasi keagamaan, kepemudaan, sosial dan politik, badan usaha,

seni dan budaya, dan lain sebagainya yang tersebar di wilayah

Indonesia, akan tetapi pada tahun 2016 dilakukan di 15 provinsi,

pentingnya kegiatan ini juga sebagai upaya untuk memantapkan

Page 86: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

76

sekaligus mensinergikan kegiatan-kegiatan pengkalan terhadap gerakan

radikalisme dan terorisme dan rehabilitasi kepada mantan terorisme dan

keluarga besarnya.

6. TOT anti radikaisme dan terorisme

Kegiatan ini secara khusus dimaksudkan agar terwujudnya

trainer-trainer anti radikalisme dan terorisme yang dapat disebar

diseluruh wilayah Indonesia untuk melakukan pembinaan dan pelatihan

kepada masyarakat tentang anti radikalisme dan terorisme. Pentingnya

kegiatan ini dikarenakan minimnya orang-orang yang dapat dijadikan

trainer anti radikalisme dan terorisme.

7. Workshop kurikulum pendidikan agama

Kegiatan ini diarahkan untuk menkaji kurikulum pendidikan agama

yang selama ini berjalan di lembaga-lembaga pendidikan agama yang

sesuai dengan deradikalisasi.

8. Penyusunan buku-buku deradikalisasi untuk tingkat SD/SLTP/SLTA

Kegiatan ini merupakan upaya untuk melakukan deradikalisasi kepada

para pelajar SD. Ini berarti sejak usia dini, para pelajar sudah

ditanamkan cara-cara bersikap untuk saling menhormati, hidup rukun,

nasionalisme, anti kekerasan dan menjadi warga negara yang baik dan

bertanggung jawab.

9. Pendirian pusat kajian deradikalisasi di perguruan tinggi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mamasyarakatkan kegiatan-kegiatan

deradikalisasi di kalangan di kalangan dosen, mahasiswa dan civitas

Page 87: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

77

akademika perguruan tinggi. Pusat-pusat ini didirikan untuk

mengkoordinasikan gerakan-gerakan deradikalisasi di perguruan tinggi.

Dengan adanya pusat-pusat deradikalisasi tersebut, diharapkan

kalangan perguruan tinggi dapat berperan aktif dalam gerakan

deradikalisasi secara lebih luas.

10. Penyusunan dan sosialisasi buku pedoman deradikalisasi

Kegiatan ini diarahkan untuk membuat pedoman dalam ramgka

deradikalisasi di masyarakat agar pelaksanaan deradikalisasi di

masyarakat dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien dan tepat

sasaran. Setelah pedoman tersebut disusun, maka disosialisasikan di

seluruuh komponen masyarakat agar mereka mengetahui dan

mempedomani buku tersebut agar terwujud sinergitas langkah-langkah

dalam rangka deradikalisasi.

11. Penelitian anatomi kelompok radikal

Penelitian ini memperoleh data-data akurat dilapangan tentang

apa dan bagaimana kerja kelompok-kelompok radikal, mulai dari jati

diri dari kelompok, doktrin kelompok, rekrutmen anggota, proses

pemantapan menjadi anggota, transformasi faham-faham radikal,

jejaring kelompok radikal dan dukungan-dukungan kelompok terhadap

kelompok-kelompok radikal.

Menurut Muslih Nashoha, Kasi Resosialisai dan Rehabilitasi

BNPT, tidak semata kepada narapidana, rehabilitasi juga dilakukan

pada keluarga terorisme. Muslih yang selama menjadi orang terdepan

Page 88: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

78

dalam melakukan deradikalisasi terhadap pelaku kejahatan terorisme

memaparkan sejauh ini pembinaan kemandirian terhadap narapidan

terorisme baru bisa dilakukan di Jakarta, Palu dan Palembang dan

termasuk LP Cipinang. Bentuk pembinaanya pun baru satu format

yakni pemberian pelatihan perbengkelan. Sedangkan pembinaan

kemandirian terhadap keluarga narapidana dilaksanakan di Palu dan

Jakarta dengan cara memberikan pelatihan pembuatan kue kering dan

basah.6

Lebih lanjut, Muslih memaparkan bahwa rehabilitasi tidak an

sich dilakukan kepada keluarga inti, melainkan keluarga besar pelaku

terorisme. Salah satu Muslih adalah dari sembilan narapidana terorisme

di Cipinang, sekitar 60 orang anggota keluarga yang mengikuti

pelatihan pengembangan skill pembuatan kue kering tersebut. “Tidak

lain karena sejauh ini kita menyadari bahwa hubungan keluarga

menjadi faktor dominan dalam penyebaran doktrin terorisme”. Jelas

Muslih.

Muslih juga menambahkan, pembinaan terhadap keluarga

narapidana terorisme di Palu tidak sekedar kemandirian, tapi juga

pembinaan kepribadian. Di sela-sela pelatihan pengembangan skill

pembuatan kue basah dan kue kering, beliau mengajak dialog dengan

hati kepada mereka terkait faham keberagamaan. “Walhasil ada

6 Wawancara dengan Muslih, Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT, Jakarta 1 Juni

2016

Page 89: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

79

beberapa istri dan keluarga narapidana terorisme yang mau melepaskan

cadar dan kembali kepada kehidupan semula dan kembali

bersosialisasi”, pengakuan pria kelahiran Demak tersebut.

Walau demikian, diakui oleh Muslih pembinaan kepribadian

adalah proses yang paling berat, setidaknya ada dua alasan: Pertama,

para teroris dan keluarga mereka phobia dan anti pemerintah yang

dianggap tidak islami. Parahnya dalam sudut pandang mereka BNPT

merupakan skenario Amerika yang hendak menghancurkan Islam.

Kedua, sebagian besar para pelaku kejahatan terorisme mempunyai

landasan baik nash maupun rasionalisasi yang kuat mengapa mereka

melakukan teror.

Namun semua itu bagi Muslih bukanlah penghalang bagi

BNPT menhentikan rehabilitasi terhadap pelaku kejahatan terorisme.

Menyiasati dua tantangan berat tersebut, Muslih mempunyai strategi

tersendiri; Pertama, karena mereka dengan BNPT, maka untuk masuk

dalam dunia mereka BNPT harus menggunakan baju selain BNPT,

Muslih sendiri setiap melakukan kunjungan ke berbagai lapas

khususnya lapas Cipinang selalu menggunakan baju MUI.

Kedua, karena mereka memiliki landasan yang kuat secara

nash maupun rasionalisasi, maka perlu membangun dialog faham

keagamaan dengan mereka. Satu tips yang selama ini digunakan

Muslih adalah jangan pernah menjastifikasi atau memberi vonis salah

terhadap mereka, hormati dan berusaha menerima keadaan mereka,

Page 90: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

80

sehingga mereka akan menghormati dan menerima kita. “Ketika nuansa

kenyamanan telah tercipta, saat itulah kita menerima suntikan doktrin

keberagamaan yang mau menerima perbedaan”, tambah Muslih.

Sedangkan dalam rangka pembinaan preventif berkelanjutan

BNPT menggandeng beberapa organisasi keagamaan, organisasi

kemasyarakatan, LSM dan institusi lain yang peduli terhadap maraknya

terorisme. Pada akhir maret 2012, BNPT berkerja sama dengan LSM

Lembaga Pengembangan Pendidikan Sumber Daya Manusia

(LPPSDM) mengadakan Training Of Trainer (TOT) anti radikalisme

dan terorisme. Acara tersevut dihadiri oleh 60 peserta yang merupakan

perwakilan tokoh agama, masyarakat maupun ilmuwan yang ada di

Surakarta dan sekitar.

Dalam TOT tersebut pihak panitia menghadirkan sejumlah

pembicara baik tingkat lokal maupun nasional yang berkompeten di

bidangnya masing-masing. Bahkan dalam kesempataqn tersebut

dihadirkan juga salah seorang mantan aktivis NII yang membedah

pergerakan NII hingga saat ini. Diakhir kesempatan, seluruh peserta

diajak berevaluasi dan merancang starategi untuk mengahadapi

terorisme khususnya di wilayah Surakarta dan sekitarnya.

B. Analisis Pelaksanaan Strategi Deradikalisasi BNPT di LP Cipinang

Berdasarkan data yang diambil dari Direktrur Bina Registrasi dan

Statistik pada akhir 2010 lalu, terdapat 29 lapas dengan total narapidana

Page 91: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

81

terorisme 115. Dari jumlah total, pidana penjara sementara 98 orang,

pidana mati 2 orang, dan 15 orang dipidana seumur hidup.7

Sebagai lembaga non kementrian yang bertanggung jawab dalam

penanggulangan terorisme di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) pun menggunakan strategi deradikalisasi tersebut dalam

melaksanakan tugasnya. Berdasarkan hasil penelitian penulis, setidaknya

ada tiga program besar deradikalisasi yang dicanangkan BNPT dalam

menangguloangi terorisme di Indonesia pada tahun 2014-2015, program

tersebut antara lain;

1. Pembinaan Kepribadian,

Dalam rangka melakukan pembinaan kepribadian, BNPT

mengadakan dialog dari hati ke hati terhadap narapidana dan keluarga

mereka terorisme. Dialog dengan narapidana dilakukan dengan cara

mengadakan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang.

Sedangkan pembinaan kepribadian kepada keluarga narapidana

terorisme baru baru dilakukan di Palu. Dialog diikuti lebih kurang 60

orang peserta. Hasilnya, beberapa istri narapidana terorisme tersebut

berkenan melepas cadar yang selama ini menutup wajahnya.

2. Pembinaan kepribadian

Pembinaan ini bertujuan untuk membekali para narapidana

terorisme dan keluarga mereka agar ketika kelak mereka bebas dari

7Data tersebut diambil dari Direktrur Bina Registrasi dan Statistik pada Desember 2010 di

Jakarta.

Page 92: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

82

masa tahanan dan dari ideologi terorisme, mereka mampu bertahan

hidup tanpa harus tergantung dengan orang lain atau organisasi

terorisme yang pernah diikuti.

Pembinaan kemandirian abgi narapidana terorisme khususnya di

lakukan di LP Cipinang. Pembinaan tersebut berbentuk pelatihan

pembekalan. Sedangkan pembinaan kemandirian bagi keluarga

narapidana terorisme dalam bentuk pelatihan pembuatan kue kering

dan kue basah.

3. Pembinaan preventif berkelanjutan

Pembinaan preventif berkelanjutan ini dalam rangka

pembinaan dan sosialisasi untuk membendung faham terorisme. Secara

kongkrit, BNPT telah mengadakan beberapa pelatihan, workshop dan

training. Dalam melaksanakan program tersebut BNPT menggandeng

institusi lain yang mempunyai kepeduliasn terhadap isu terorisme.

Jika melihat pengertian deradikalisasi diatas yang lebih menekankan

proses dialog dalam mengatasi terorisme, maka strategi tersebut pun

dengan hukum Islam. Didalam hukum Islam, kita mengenal bughat yang

sama pengertiannya dengan terorisme. Pada hakikatnya sanksi baghat

adalah hukuman mati, namun para Ulama mazhab sepakat harus adanya

proses dialog terlebih dahulu sebelum hukuman mati diekseskusi. Proses

dialog dalam rangka menemukan faktor yang mengakibatkan para

pembanghkan melakukan pemberontaka. Jika mereka menyebut beberapa

kezaliman atau penyelewengan yang dilakukan oleh iman dan mereka

Page 93: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

83

memilih fakta-fakta yang benar maka iman harus berupaya menghentikan

kezaliman dan penyelewengan tersebut.

Supaya berikutnya adalah mengajak para pemeberontak diajak

kembali tunduk dan patuh kepada imam atau kepala negara. Apabila

mereka bertaubat dan mau kembali patuh maka mereka dilindungi.

Sebaliknya, jika mereka menolak untuk kembali, barulah diperbolehkan

untuk diperangi dan membunuh mereka.

Strategi islah dengan cara dialog sebagai tindakan awal untuk

menyelesaikan pemberontakan tersisat dalam ayat diatas. Hal ini juga

beberapa kali pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib saat menjadi

khalifah. Salah satunya adalah ketika muncul Khawarij, yakni segolongan

kaum muslimin yang berlainan faham politik, menentang kebijakan serta

menyatakan serta menyatakan keluar dari pemerintah.

Pendekatan dialog serta ajakan untuk kembali patuh pada iman perlu

dilakukan, karena tujuan pemberantasan pemberontakan adalah untuk

mencegah, bukan membunuh mereka. Dengan demikian, apabila dengan

ucapan dan dialog mereka dapat kembali patuh kepada imam, tidak perlu

diadakan penumpasan atau pertempuran, karena pertempuran tetap

menimbulkan kerugian kepada kedua belah pihak.

Pilihan langkah tersebut sesuai dengan kaidah fiqih marsalah

mursalah, yakni penyelesaian sebuah persoalan dengan perimbangan atau

pilian yang mendatangkan kebaikan dan menjauhi kerusakan. Hal tersebut

berdasarkan kaidah:

Page 94: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

84

جلب المصا لح ودرء المفاسد

“Menarik kemashlahatan dan menolak kerusakan”.

Selain pertimbangan diatas, sejak diturunkan di muka bumi, Islam

sudah mendeklarasikan diri sebagai ajaran yang menjadi rahmat bukan

hanya bagi pemeluknya atau kelompok tertentu, melainkan menjadi rahmat

bagi semesta alam “rahmatan lil alamin”. Hal itu menunjukan bahwa

sejatinya Islam merupakan agama yang damai, penuh kasih sayang, anti

kekerasan dan bisa menerima perbeedaan yang ada.8

Jika dilihat dari makna deradikalisasi sekaligus implementasi strategi

beberapa program deradikalisasi BNPT pada tahun 2015 diatas LP

Cipinang, dalam pandangan penulis strategis ini sangatlah tepat, mengingat

beberapa hal:

Pertama, kejahatan terorisme yang marak belakangan bukanlah

kejajhatan biasa yang bisa diselesaikan dengan penangkapan dan hukuman.

Jauh dari itu, terorisme tersebut merupakan bentuk kejahatan yang lahir

atas dasar faham atau ide keagamaan radikal. Sehingga, perang terhadap

ide keagamaan radikal. Sehingga, perang terhadap ide atau faham

keberagamaan radikal yang mengakibatkan tindak kejahatan terorisme

tersebut harus diutamakan (war of idea).

Kedua, pasca booming-nya isu Hak Asasi Manusia (HAM) dalam kancah

internasional, masyarakat dunia ini mengecam berbagai tindak kekerasan

8 Mudhofir Abdullah, Jihad Tanpa Kekerasan, (Jakarta: Inti Media, 2009) h. 75

Page 95: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

85

terhadap sesama atas dasar apapun, termasuk melawan kejahatan

terorisme.

Ketiga, mengingat banyak fakta, bahwa penyelesaian sebuah persoalan

dengan cara kekerasan justru akan memperkeruh persoalan tersebut. Perang

Amerika dan sekutu yang dipimpin oleh George Walker Bush melawan

terorisme misalnya, perburuan terhadap kelompok pelaku peledakan WTC

(World Trade Center) ke beberapa negara Timur Tengah justru

mengundang perlawanan dari banyak kalangan. Bahkan, aksi teror semakin

merebak di berbagai penjuru dunia dengan alasan balas dendam atas

ekspansi Amerika dan sekutu ke berbagai negara Timur Tengah.

Di Indonesia sendiri, aksi kekerasan aparat yang tergabung dalam

Satuan Densus 88 beberapa kali terjadi, bahkan sebagian oknum yang

disinyalir anggota kelompok terorisme tewas dalam prosesi penangkapan.

Walhasil, tindakan teror semakin merajalela dan vulgar, bahkan beberapa

kali aksi dilakukan di dalam instansi kepolisian dengan target aparat.

Beberapa serangan tersebut antara lain; penyerangan di polsek Hamparan

Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara yang menewaskan anggota polisi

(22/9),9 peledakan bom bunuh diri oleh Muhammad Syarif di Masjid

9Peristiwa tersebut merupakan serangan balasan atas penyergapan tiga pelaku perampok

bank CIMB Niaga Medan oleh Densus 88. Kelompok ini dipimpin oleh Abu Tholut alias Mustofa,

salah satu pendiri Jama’ah Islamiyah, karir pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah dalam kelompoknya

dimulai dejak 1987, setelah Abu Tholut lulus pelatihan kemiliteran Angkatan IV di Afghanistan dan

menjadi instruktur di Akademi Militer Mujahidin Afghanistan di Sadda. Pada tahun 1993 bergabung

dengan Jama’ah Islamiyah, lalu diminta Abdullah Sungkar menjajaki tempat latihan militer di Moro

Filiphina. Menjadi pelatih kemiliteran di Al-Islamic Al-Jama’ah Military Academy di Muaskar,

Hudaibiyah, Filipina Selatan, perintis Mantiqi III (Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Filipina Selatan),

ketua Kamp latihan militer Hudaibiyah di Mindanao Filipina Selatan. Terlibat dalam tragedi Poso,

Page 96: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

86

Mapolresta Cirebon yang menewaskan pelaku yang melukai sedikitnya 23

orang.10

Beberapa fakta diatas cukup membenarkan teori Thomas More yang

dikutip oleh Hendrojono (2005), bahwa memberantas kejahatan dengan

tindak kejahatan tidak membuat kejahatan berhenti.11

Kaitannya dengan hal tersebut pula, maka deradikalisasi merupakan

strategi yang paling tepat untuk menghadapi maraknya tindak terorisme

atas dasar faham keagamaan yang radikal saat ini. Startegi tersebut bahkan

di terapkan oleh sebagian besar negara yang mengalami problem terorisme

di negara mereka, antara lain Arab Saudi, Yaman, Mesir, Singapura,

Malaysia, Kolombia, Al-Jazair dan Tajikistan.

sekaligus sebagai perekrut Asmar Latin Sanai, Pelaku Bom Hotel Marriot. Baca Tempo, edisi 27

sempember – 3 Oktober 2010, h. 109-111 10

Peristiwa bom bunuh diri terjadi pada hari Jum’at, 15 Aptil 2011. Baca Kompas, 26

April 2011 11

Dikutip oleh Hendrojono, Kriminologi, pengaruh, Perubahan Masyarakat dan

Hukum,................. h. 13

Page 97: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan:

Dalam upaya penanggulangan terorisme dengan strategi deradikalisasi

menggunakan 2 pendekatan yakni: Pertama Soft Approach pendekatan

dengan komprehensif, persuasif dengan penuh kelembutan dan kasih

sayang. Kedua Hard Approach merupakan pendekatan menekankan pada

penjaminan keamanan dan penegakan hukum oleh Militer dan Polri

Melalui pendekatan di atas startegi tersebut di uraikan melalui tiga

program, yakni: Pertama, pembinaan kepribadian, dilakukan dengan cara

melakukan kunjungan kepada Lembaga Pemasyarakatan (LP) khususnya

di Cipinang yang menampung narapidana terorisme guna mengadakan

dialog dengan hati kepada pelaku terorisme terkait faham keagamaan.

Selain dengan pelaku terorisme, kunjungan dan dialog juga dilakukan

kepada keluarga teroris.

Kedua, pembinaan kemandirian. Sejauh ini pembinaan kemandirian

baru dilakukan oleh BNPT terhadap narapidana terorisme dan keluarga

besar narapidana terorisme yang ada. Bentuk kegiatan pembinaan

kemandirian yang dilakukan tersebut berupa pelatihan perbekalan kepada

Page 98: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

88

narapidana dan pelatihan pembuatan kue kering dan basah kepada

keluarga narapidana terorisme di Lp Cipinang.

Ketiga, pembinaan preventif. Pembinaan preventif berkelenjutan.

Pembinaan ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan woekshop

dan trainingdengan cara menggandeng institusi lain.

B. Saran-saran

Dari penelitian diatas, penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain.

1. Dalam proses deradikalisasi terorisme BNPT harus melibatkan para tokoh

agama, masyarakat, kaum intelektual dan seluruh komponen masyarakat.

2. Harus adanya program yang intens, teratur, terarah dan terukur khususnya

di LP Cipinang dalam pembinaan kepribadian dan menyentuh kepada tiap-

tiap individu narapidana maupun terhadap keluarga pelaku terorisme di

seluruh Indonesia.

3. Perlu diadakannya evaluasi dan rekonstruksi silabus pendidikan baik

sekolah maupun pesantren dengan spirit multikultur, selama ddi butuhkan.

4. Revitalisasi nilai-nilai Islam wawasan kebangsaan dan bela negara kepada

para narapidana terorisme di LP Cipinang sebagai bentuk antisipasi

semakin terkikisnya rasa nasionalisme generasi muda.

5. Diadakannya pesantren di Lapas sebagai bentuk pendidikan agama seperti

halnya yang dilakukan di Kab. Batang Jawa Tengah.

Page 99: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Mudhofir, Jihad Tanpa Kekerasan, Jakarta: Inti Media, 2009.

Amirsyah, Meluruskan Salah Paham Terhadap Deradikalisasipemikiran, Konsep

Dan Strategi Pelaksanaan, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012.

Amsyari Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, Bandung: Mizan,

1990.

Arkunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi aksara,

2009

Chaniago Amran Ys, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia,

2002

Cholis Madjid Nur, Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta:

Penerbit Yayasan Paramadina, 2005

David Fred R, Strategic Management Concept and Cases, New Jersey: Prentice

Hall, 2001

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1997

Elang Muttaqin Akhmad, “Mengakrabi Radikalisme Islam” dalam Erlangga

Husada, dkk. Kajian Islam Kontemporer, Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Endarmoko Eko, Treasur Bahasa Indonesia, Jakarta: GPU, 2006

Hendrojono, Kriminologi, pengaruh Perubahan Masyrakat dan Hukum,

Surabaya: PT. Dieta Persada, 2005.

Hidayatullah Syarif, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di indonesia,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta :PT. Grafindo Persada, 2011

Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia , Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2010

Kahf Mozer, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi

Islam Penerjemah Machnun Husein, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995

Makaarim Mufti dan Andika Wendy (eds),Almanak Hak Asasi Manusia di Sektor

Keamanan Indonesia 2009, Jakarta: institut For Defence Security and

Peace Studies (IDSPS), 2009.

Mansyur Marini, Peranan Rumah Tahanan Nagara Dalam Pembinaan Narapidana,

Makasar: UNHAS Skripsi, 2011

Page 100: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

90

Marbun B.N., Kamus Politik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003

Moloeng Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 2007

Nawawi Hadari, Manajemen Strategi : Organisasi Non Profit Bidang

Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, Yogyakarta:

Gajamada University Press, 2005

Nazir Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia, 1998

Odea Thomas E, Sosiologi Agamasuatu Pengenalan Awal, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996

PB Troton, Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing,

Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008

Qadir Zuly, Radikal Agama di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Rahmat Jaaludin, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002

Reindard Golose Petrus, Deradikalisasi Terorisme, Soul Approach Dan

Menyentuh Akar Rumput, Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu

Kepolisian, 2009

Rubaidi A, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama ; Masa Depan Moderatisme di

Indonesia, Jawa Timur: PWNU Jawa Timur, 2010

Siagian Sondang P, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Struktur

Organisasi, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994

Simbullah Umi, Konfigurasi Fundamentalisme Islam, Malang: UIN Malang

Press, 2009.

Stainer, George dan Johm Miller, Manajemen Strategi, Jakarta: Erlangga, 2008.

Steiner Geoge A, Kebijakan dan Strategi Manajemen, Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 1997

Sukadi Sadiman Arif, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta:

Mediatama Sarana Perkasa, 1946

Syam Nur, Tantangan Indonesia Dari Radikalisme Menuju kebangsaan,

Yogyakarta: Kanisius, 2009

Syamsudin Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, Jakarta:

Logos 2000.

Tisnawati Sule Erinie dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta:

Kencana, 2005.

Page 101: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

90

Usman Syarif, Strategi pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,

Jakarta: Firma Jakarta, 1998

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011, Standar Operasional Prosedur Lembaga

Pengelolaan Zakat. Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia,

2012.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008.

Wawancara Pribadi dengan Prof. Irfan Idris , Direktur Deradikalisasi BNPT di Jakarta,

26 Mei 2016.

Wawancara Pribadi dengan Muslih, Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT,

Jakarta 1 Juni 2016.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama, diakses 25 April 2015, pukul 10.00 WIB

http://marhamahsaleh.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Mei 2016, pukul. 15.37

WIB

http://nasional.kompas.com/read/2016/01/15/07230891/Bachrum.Naim.Bom.Sarinah.dan.

Konser.yang.Tertunda, Jumat,, diakses Sabtu, 25 April 2016, pukul. 14.29 WIB.

https://www.academia.edu/7242507/Radikalisme_Keagamaan_dan_Terorisme, diakses

pada tanggal 14 Mei 2016 pukul. 16.35 WIB

http://www.bnpt.go.id/profil.php pada tanggal 20 Mei 2016 pada pukul 11.02

WIB.

Page 102: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

HASIL WAWANCARA

Nama : Prof. Irfan Idris

Jabatan : Direktur Deradikalisasi BNPT

Hari/ Tanggal : kamis, 26 Mei 2016

Waktu : 13.30 – 14.20 WIB

Pertanyaan :

1. Untuk saat ini pengertian teroris sangat beragam, kira-kira jika menurut bapak atau

BNPT sendiri definisi teroris seperti apa ?

Jawaban :

Kesepakatan global mengenai definisi ini belum ada. Tapi tidak berarti bahwa tidak

ada definisi terorisme dan tiap negara mempunyai definisi sendiri. Menurut undang-

undangnya, definisi itu tentu akan diwarnai kepentingan masing-masing dan

karakteristik ancaman yang mereka hadapi. Tapi secara definisi universal itu belum

ada.

2. Mengenai tindakan, apakah sudah di sepakati, pak??

Jawaban :

PBB sendiri hanya memberikan kriteria-kriteria tentang terorisme itu apa. Ya sama, di

kita pun di undang-undang hanya merumuskan kriteria perbuatan apa yang

diklasifikasi sebagai terorisme.

3. Bagaimana penanganan terorisme di Indonesia?

Jawaban:

Sebagai upaya penanganan terorisme di Indonesia, pemerintah menempatkan BNPT

sebagai leading sector yang berwenang untuk menyusun dan membuat kebijakan dan

Page 103: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

strategi serta menjadi koordinator dalam bidang penanggulangan terorisme. Dalam

aspek kebijakan, BNPT mempunyai tiga bidang yakni, 1). Bidang pencegahan

perlindungan dan deradikalisasi, 2) Bidang penindakan dan pembinaan kemampuan

dan 3). Bidang kerjasama internasional.

Kebijakan BNPT dalam penanggulangan terorisme menekankan pada upaya

penanggulangan terorisme yang integratif dan komprehensif, yakni dengan tidak

hanya fokus pada aspek penindakan (hard approach) saja, tetapi dipadukan, bahkan,

mengedepankan pendekatan pencegahan (persuasive approach) dengan berbagai

program yang menyentuh akar persoalan. Yakni ideologi, sosial, ekonomi dan

ketidakadilan.Selain itu, ada kebijakan lain yang dijalankan oleh BNPT dalam upaya

penanggulangan terorisme, yakni kerjasama internasional dengan dasar pemikiran

bahwa terorisme adalah ancaman dan gerakan yang mempunyai jaringan lintas batas

negara.

4. Bagaimana sinergi antara beberapa elemen yang tadi anda sebutkan?

Jawaban:

Masing-masing kebijakan, baik penindakan, pencegahan maupun kerjasama

internasional berjalan sinergis sebagai bentuk kebijakan yang integral yang dijalankan

oleh BNPT dalam menanggulangi terorisme. Di samping itu kebijakan integratif dan

komprehensif memiliki pengertian adanya pelibatan seluruh komponen bangsa baik

pemerintah (K/L) maupun masyarakat dalam upaya penanggulangan terorisme di

Indonesia. Dalam posisi inilah BNPT menjadileading sector yang mengkoordinasikan

seluruh potensi daya dari berbagai elemen bangsa dalam penanggulangan terorisme.

5. Lalu, bagaimana kebijakan dan strategi pencegahan terorisme yang selama ini

dilakukan BNPT?

Page 104: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Jawaban :

Saat ini pemerintah menempatkan sisi pencegahan sebagai garda terdepan dalam

kebijakan penanggulangan terorisme di Indonesia melalui pendekatan halus (soft

approach). Kebijakan pencegahan diarahkan pada penangkalan paham radikal

terorisme agar tidak menular dan mempengaruhi masyarakat. Tujuan dari pencegahan

ini adalah meningkatkan daya tahan masyarakat dari pengaruh paham radikal

terorisme dengan cara pelibatan peran serta seluruh komponen masyarakat dalam

pencegahan terorisme.

6. Pada implementasinya seberapa efektifkah BNPT melakukan dan menjalankan

strategi tersebut?

Jawaban:

Dalam melaksanakan kebijakan bidang pencegahan, BNPT melakukan Strategi kontra

radikalisasi, atau penangkalan ideologi radikal yang ditujukan kepada seluruh elemen

masyarakat. Termasuk dalam strategi kontra radikalisasi adalah bidang perlindungan

yang mencakup pengamanan obyek vital dan lingkungan. Strategi kontra radikalisasi

merupakan upaya melakukan penangkalan paham dan gerakan terorisme kepada

masyakat dalam rangka peningkatan kewaspadaan dan daya tahan masyarakat dari

pengaruh paham radikal terorisme.

Strategi ini dijalankan dengan berbagai program: mengkoordinasikan instansi

pemerintah dalam upaya penangkalan paham radikal terorisme, memberdayakan

kekuatan masyarakat sipil (Ormas keagamaan, NGO, lembaga pendidikan, tokoh

agama, tokoh adat, generasi muda) dan mantan teroris dalam penangkalan paham

radikal terorisme dan memberdayakan media online dalam penangkalan paham

radikal di dunia maya.

Page 105: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Dalam implementasinya, strategi ini dijalankan melalui beberapa bidang. Yakni;

Strategi pembinaan (deradikalisasi) yang ditujukan kepada kelompok inti, militan,

pendukung dan simpatisan. Strategi deradikalisasi merupakan upaya untuk

mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan

pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya).

7. Siapa saja sasaran dari strategi yang dilakukan BNPT?

Jawaban :

Sasaran dari strategi ini adalah: narapidana terorisme, mantan narapidana terorisme,

mantan kelompok teroris, keluarga narapidana teroris, individu dan kelompok potensi

radikal. Dalam implementasinya, strategi pembinaan dilakukan dalam beberapa

program. a). Pembinaan dalam Lapas terhadap Napi Terorisme dengan kegiatan:

Identifikasi, Rehabilitasi, Reedukasi dan Resosialisasi. b) Pembinaan di masyarakat

terhadap mantan napi, keluarga dan jaringannya dengan kegiatan: Identifikasi,

pembinaan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, pembinaan wawasan keagamaan

yang moderat dan pelatihan kewirausahaan.

8. Seberapa banyak kerugian yang dilakukan oleh aksi terosisme dan bagaimana

mengaman dan penanggulangan yang dilakukan oleh BNPT sendiri?

Selain korban nyawa, kerugian material yang diakibatkan oleh aksi terorisme sangat

besar. Berdasarkan catatan Global Terrorism Database (2014), target serangan dan

ancaman aksi teror sangat beragam mulai dari gedung pemerintahan, fasilitas asing,

pariwisata, transportasi, jaringan telekomunikasi hingga lembaga pendidikan.

Dari target tersebut, sedikitnya ada 60 aksi teror terhadap fasilitas publik, gedung dan

bangunan asing serta lingkungan. Beberapa contoh dalam kasus ini misalnya

peristiwa bom I dan II, bom Hotel Marriot I dan II serta bom di Hotel Rizt Carlton.

Untuk kategori serangan terhadap fasilitas pemerintah asing, ada 25 aksi dan

Page 106: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

ancaman. Beberapa contoh dalam kasus ini adalah serangan terhadap kediaman Duta

Besar Filipinan di Jakarta, Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan Kantor Konsulat

Filipinan di Manado.

Untuk aksi teror yang mengarah pada jaringan transportasi, ada 6 aksi teror. Beberapa

di antaranya adalah peristiwa Bom di terminan II F Bandara Internasional Soekarno-

Hatta dan ancaman terhadap Pesawat Garuda. Karena itulah, perlindungan merupakan

salah satu aspek dari bidang pencegahan terorisme. Bidang Perlindungan merupakan

upaya pengamanan terhadap asset pemerintah dan lingkungan masyarakat. Bidang

perlindungan dibagi dalam dua area.

Pengamanan lingkungan yang mencakup dua area: fasilitas pemerintahan dan fasilitas

publik seperti Obyek wisata, rumah sakit, rumah ibadah, hotel, pusat perbelanjaan dan

lain-lain. Dalam implementasinya perlindungan dijalankan dengan kegiatan:

Koordinasi dengan stakeholder, Penyusunan Database Sistem Keamanan, Pembuatan

SOP Sistem Keamanan dan Sosialisasi Sistem Keamanan kepada stakeholder.

9. Lalu bagaimana upaya deradikalisasi dengan para narapidana di lapas sendiri?

Jawaban:

Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bisa aktif membantu Direktorat

Deradikalisasi Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam

melakukan program deradikalisasi kepada warga binaan terorisme baik di dalam

Lembaga Pemasyarakat (Lapas) maupun di luar Lapas. Untuk itu diharapkan peran

proaktif FKPT dalam membuat program-program deradikalisasi agar lebih

memaksimalkan program deradikalisasi, sehingga proses penyadaran para mantan

warga binaan terorisme itu bisa lebih mengena.

Page 107: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Sesuai perintah dari Kepala BNPT, tahun 2016 program deradikalisasi akan lebih

intens. Tentunya akan ada tambahan dana di luar dana rutin FKPT yang setahun itu,

untuk menjalankan program deradikalisasi. Intinya menjadi tugas kita untuk menjadi

mediator bagi mantan teroris agar tidak dicap terus oleh masyarakat. Selain itu, kita

juga harus menyiapkan para warga binaan setelah mereka keluar dari Lapas. Tentu

saja BNPT butuh peran aktif FKPT dalam program deradikalisasi.

10. Bagaiman implementasi strategi tersebut di Lp Cipinang?

Jawaban :

sebagaimana dijelaskan ada beberapa tahapan dalam proses deradikalisasi yaitu;

identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, dan resosialisasi. proses deradikalisasi itu mulai

dari identifikasi, selanjutnya bila mereka keluar Lapas, tidak boleh dibiarkan.

Termasuk mendata di mana mereka tinggal begitupula yang dilakukan pada para

narapidana di LP Cipinang.

Mereka harus pahami bahwa negara ini negara darussalam, bukan negara perang.

Ajak mereka diskusi secara religi dan paham keagamaan. Sebenarnya para warga

binaan terorisme banyak yang justru tidak tahu agama. Mereka hanya sekadar ikut-

ikutan dan tidak paham konsep jihad. Padahal dalam Alquran kata jihad disebut 41

kali, dan tak satu pun yang mengajarkan kekerasan

Dalam proses identifkasi itu pertama membina warga binaan terorisme di LP

Cipinang agar meninggalkan pandangan, pemikiran, sikap dan tindakan radikal

terorisme melalui pendekatan agama, sosial, budaya, dan ekonomi. Kemudian

memberikan pencerahan pemikiran kepada narapidana terorisme dengan pengetahuan

agama yang damai dan toleran serta wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI.

Selain itu juga membina kemandirian kepada warga binaan terorisme berupa

Page 108: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

pembekalan keterampilan keahlian, dan pembinaan kepribadian dan saya kira strategi

ini diberlakukan tidak hanya di LP Cipinang saja tapi semua lapas.

11. Adakah strategi upaya BNPT dalam deradikalisasi kepada narapidana di LP Cipinang

setelah bebas?

Jawaban:

Para mantan warga binaan terorisme harus disiapkan sebelum kembali dan hidup

berdampingan dengan masyarakat. Dan lebih penting lagi adalah memberdayakan

keluarga warga binaan terorisme, seperi keahlian kewirausahaan dan keterampilan

agar bisa membuka usaha sendiri dan masyarakat agar dapat menerima kembali

mantan warga binaan terorisme untuk bersosialisasi di tengah masyarakat.

Sejak konsep awal Rehabilitasi dan Resosialisasi negara selalu ikut. Proses

deradikalisasi butuh dukungan negara karena tidak hanya menyadarkan mereka yang

masih di dalam Lapas, tetapi juga harus terus mengawal mereka setelah keluar Lapas,

sampai nantinya radikalisasi mereka benar-benar sembuh

12. Dari bebrapa strategi yang dipaparkan oleh bapak kira-strategi manakah yang paling

efektif dalam pelaksaannya di LP Cipinang?

Jawaban:

Sejauh ini kedua strategi baik soft approach maupun hard approach sangat efektif, tapi

jika ditarik dalam pelaksaannya untuk para narapidana di terorisme ya khususnya di

LP Cipinang dan umumnya di semua Lapar pastinya soft approach karena hal yang

dilakukan dalam soft approach adalah mengajak para narapidana terorisme untuk

sadar atau di beri kesadaran untuk bertaubat, kita lakukan diskusi dan memberikan

pemaparan mengenai tafsir al quran yang mereka gunakan sebagai dalil untuk

melakukan aksi terorisme dan kekerasan, sebenarnya hard approach itukan dilakukan

penanggkapan dan dihukum sesuai dengan uud kepada para pelaku teroris. Jadi,

Page 109: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

secara umum untuk para pelaku terorisme dilakukan kedua startegi tersebut, ya

pastinya dengan porsi yang berbeda.

Jakarta, 26 Mei 2016

Interviewer Interviewe

Siti Nurmalita Sari Prof. Irfan Idris

Page 110: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

HASIL WAWANCARA

Nama : Muslih

Jabatan : Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT

Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Juni 2016

Waktu : Pukul 09.30 – 11.13 WIB

Pertanyaan :

1. Apa yang dilakukan oleh BNPT dalam upaya deradikalisasi narapidana di LP

Cipinang?

Jawaban :

Kalau kami mengartikan deradikalisasi itu sama dengan perang merebut hati dan

pemikiran para warga Binaan atau narapidana tindak pidana terorisme. Mereka adalah

kawan-kawan kita yang berbeda pandangan dan ideologi dengan kita. Nantinya

dengan adanya modul itu, petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) memiliki

panduan dan dasar dalam menjalankan tugasnya di lapangan

2. Bagaiaman peran para petugas lapas dal upaya deradikalisasi tersebut, karena tidak

dapat dipungkir bahwa mereka pun punya peran penting dalam perkembangannya?

Jawaban:

Apa yang dilaksanakan para petugas Lapas di lapangan saat ini sudah cukup bagi,

walaupun masih ada kelemahan. Bahkan dunia internasional pun mengakui proses

deradikalisasi napi terorisme di Indonesia sudah sangat baik dibandingkan dengan

Singapura, Malaysia, Yaman, Mesir, dan Arab Saudi. Padahal di Indonesia, dana

untuk menjalankan program itu masih sangat terbatas. Para kawan-kawan petugas

Lapas tugasnya sangat berat menghadapi narapidana tindak pidana terorisme yang

beda ideologi. Jujur, saya saja belum tentu mampu melaksanakan tugas seperti itu,

Page 111: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

pada beberapa pelatihan nantinya para petugas Lapas bisa berdiskusi dan menggali

informasi, dan belajar dari para pakar dibawah pimpinan pakar psikologi.

3. Bagaimana cara BNPT membuat strategi dalam upaya deradikalisasi khususnya di LP

Cipinang?

Kita mempunyai modul untuk menyusun bebrapa strategi yang memang harus

dilakukan oleh BNPT. Modul ini akan menjadi hal penting yang akan mengantar kita

dalam menjalankan proses deradikalisasi warga binaan atau narapidana tindak pidana

terorisme. Nantinya diharapkan mereka (terpidana terorisme) lama-lama bisa bercerita

dengan sendirinya siapa dia. Mereka juga bisa terbuka kepada para petugas dan

akhirnya menyadari ternyata tidak ada gunanya menjadi teroris dan juga sadar bahwa

di Lapas mereka kooperatif. Itulah, yang menjadi sasaran BNPT, khususnya

Direktorat Deradikalisasi. Seperti orang sakit yang butuh obat, tugas kita disini adalah

mencari formula terbaik. Kalau kita tidak tahu sakitnya, kita tidak tahu obatnya apa.

Seperti yang inti itu bagaimana, yang militan harus diapakan, juga untuk yang sekadar

jadi pendukung dan simpatisan. Kalau ini berjalan dengan baik, Insya Allah tujuan

kita untuk menjalankan program deradikalisasi bakal lebih mudah dan terwujud.

4. Bagaimana cara mngidentifikasi program strategi untuk dilaksanakan di Lapas

Cipinang?

Jawaban:

Sebelum tuntas identifikasi, kita tidak akan lanjut ke tahap rehabilitasi dan

resosialisasi. Pak Deputi I telah meminta bila tahap identifikasi ini tidak selesai

selama 6 bulan, harus dilanjutkan selama setahun. Dengan demikian, diharapkan

kawan-kawan petugas Lapas di lapangan bisa mengerti dan memiliah ‘obat’ buat Napi

terorisme.

5. Seberapa penting proses identifikasi tersebut?

Page 112: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Jawaban:

Proses identifikasi itu tindak pidana terorisme itu masih penting. Itulah yang

membuat pihaknya harus mampu merumuskan modul tersebut. Selain itu, BNPT juga

mengimbau kepada para petugas Lapas untuk menyampaikan data di lapangan apa

adanya.Kita semua sama bekerja untuk Merah Putih untuk negara, bukan BNPT atau

Dirjen PAS, tapi bagaimana negara ini tetap kokoh. Karena selama ideologi mereka

belum tercapai, warga binaan tindak pidana terorisme itu akan tetap ada. Jadi

kuncinya adalah kejujuran kita untuk menyampaikan fakta sehingga di Tahap Ketiga

ini bisa membawa hasil baik untuk negara kita tercinta, Republik Indonesia

6. Apa yang dilakukan oleh BNPT khususnya di kasi resosialisasi dan rehabilitasi dalam

upaya deradikalisasi?

Jawaban:

Kasi Resosialisai dan Rehabilitasi BNPT, tidak semata kepada narapidana, rehabilitasi

juga dilakukan pada keluarga terorisme. Muslih yang selama menjadi orang terdepan

dalam melakukan deradikalisasi terhadap pelaku kejahatan terorisme memaparkan

sejauh ini pembinaan kemandirian terhadap narapidan terorisme baru bisa dilakukan

di Jakarta, Palu dan Palembang.

7. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembinaan tersebut dilakukan?

Jawaban:

Bentuk pembinaanya pun baru satu format yakni pemberian pelatihan perbengkelan.

Sedangkan pembinaan kemandirian terhadap keluarga narapidana baru dilaksanakan

di Palu dengan cara memberikan pelatihan pembuatan kue kering dan basah,

rehabilitasi tidak an sich dilakukan kepada keluarga inti, melainkan keluarga besar

pelaku terorisme. Salah satu adalah dari sembilan narapidana terorisme di LP

Page 113: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Cipinang, sekitar 60 orang anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pengembangan

skill pembuatan kue kering

8. Apa tujuan dari pembinaan tersebut?

Tidak lain karena sejauh ini kita menyadari bahwa hubungan keluarga menjadi faktor

dominan dalam penyebaran doktrin terorisme

9. Pembinaan apa saja yang dilakukan oleh BNPT kepada para keluarga terpidana

terorisme di LP Cipinang?

Jawaban :

Pembinaan terhadap keluarga narapidana terorisme di LP Cipinang tidak sekedar

kemandirian, tapi juga pembinaan kepribadian. Di sela-sela pelatihan pengembangan

skill pembuatan kue basah dan kue kering, pihak BNPT mengajak dialog dengan hati

kepada mereka terkait faham keberagamaan. Walhasil ada beberapa istri dan keluarga

narapidana terorisme yang mau melepaskan cadar dan kembali kepada kehidupan

semula dan bersosialisasi.

10. Apakah terdapat kesulitan yang dihadapi oleh BNPT dalam melakukan pembinaan

dalam upaya deradikalisasi tersebut?

Jawaban:

Pembinaan kepribadian adalah proses yang paling berat, setidaknya ada dua alasan:

Pertama, para teroris dan keluarga mereka phobia dan anti pemerintah yang dianggap

tidak islami. Parahnya dalam sudut pandang mereka BNPT merupakan skenario

Amerika yang hendak menghancurkan Islam. Kedua, sebagian besar para pelaku

kejahatan terorisme mempunyai landasan baik nash maupun rasionalisasi yang kuat

mengapa mereka melakukan teror. Namun semua itu bukanlah penghalang bagi

BNPT menhentikan rehabilitasi terhadap pelaku kejahatan terorisme.

11. Lalu dalam menghadapi kendala tersebut apa upaya yang dilakukan oleh BNPT

Page 114: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Menyiasati dua tantangan berat tersebut, BNPT mempunyai strategi tersendiri;

Pertama, karena mereka dengan BNPT, maka untuk masuk dalam dunia mereka

BNPT harus menggunakan baju selain BNPT, Muslih sendiri setiap melakukan

kunjungan ke berbagai lapas khususnya lapas Cipinang selalu menggunakan baju

MUI. Kedua, karena mereka memiliki landasan yang kuat secara nash maupun

rasionalisasi, maka perlu membangun dialog faham keagamaan dengan mereka. Satu

tips yang selama ini digunakan BNPT adalah jangan pernah menjustifikasi atau

memberi vonis salah terhadap mereka, hormati dan berusaha menerima keadaan

mereka, sehingga mereka akan menghormati dan menerima kita. Ketika nuansa

kenyamanan telah tercipta, saat itulah kita menerima suntikan doktrin keberagamaan

yang mau menerima perbedaan.

12. Lalu bagaimana pembinaan preventif dilakukan dan dilaksanakan oleh BNPT?

Jawaban:

Sedangkan dalam rangka pembinaan preventif berkelanjutan BNPT menggandeng

beberapa organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, LSM dan institusi lain

yang peduli terhadap maraknya terorisme. Pada akhir maret 2012, BNPT berkerja

sama dengan LSM Lembaga Pengembangan Pendidikan Sumber Daya Manusia

(LPPSDM) mengadakan Training Of Trainer (TOT) anti radikalisme dan terorisme.

Acara tersebut dihadiri oleh 60 peserta yang merupakan perwakilan tokoh agama,

masyarakat maupun ilmuwan yang ada di Surakarta dan sekitar. Dalam TOT tersebut

pihak panitia menghadirkan sejumlah pembicara baik tingkat lokal maupun nasional

yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Bahkan dalam kesempataqn tersebut

dihadirkan juga salah seorang mantan aktivis NII yang membedah pergerakan NII

hingga saat ini. Diakhir kesempatan, seluruh peserta diajak berevaluasi dan

Page 115: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

merancang starategi untuk mengahadapi terorisme khususnya di wilayah Surakarta

dan sekitarnya.

13. Dalam hal deradikalisasi apakah BNPT berkerja sama dengan beberapa lembaga?

Jawaban :

Selalu, kita selalu bersinergi dengan beberapa lembaga khususnya lembaga Islam

seperti Nahdatul Ulama, karena kemarin kita baru menjalin kerja sama dengan

lembaga tersebut dan NU termasuk lembaga yang berkomitmen penuh untuk melawan

aksi terorisme.

14. Bagaimana bentuk kerjasama tersebut khususnya pada narapidana di LP Cipinang?

Jawaban:

Ya itu dengan dialog, karenakan banyak para narapidana terorisme yang salah kaprah

terhadap pemahaman agama dan tafsir ayat jadi Kyai NU yang memberikan

pemahaman yang benar dan berdialog dengan para narapidana tersebut. Karenakan

ustadz-ustadz NU pun lebih paham terhadap agama, jadi jika terdapat dialog-dialog

dalam hal pemahaman maka berdialog dengan ustadz-ustadz dari NU.

Jakarta, 04 Agustus 2015

Interviewer Interviewe

Siti Nurmalita Sari Muslih

Page 116: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 117: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 118: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah
Page 119: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Lampiran

DOKUMENTASI PENELITIAN SKRIPSI

Gambar 1. Kantor BNPT tampak dari depan Gambar 2. pengajian seluruh narapidana di LP Cipinang

Gambar 3.Terpidana Tindak pidana terorisme LP Cipinang Gambar 4. pemebakalan kepada para petugas lapas

dalam upaya deradikalisasi oleh BNPT

Gambar 5. Upaca bendera dengan petugas Narapidana terorisme dengan tujuan meningkatkan nasionalisme

Page 120: STRATEGI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34027/1/SITI... · meruntuhkan kekuatan umat dari dalam. Salah

Lampiran

Gambar 6. Berfoto bersama kepala BNPT dan jajaran staff BNPT

Gambar 7. berdialog dengan para narapidana terorisme LP Cipinang dalam upaya deradikalisasi

Gambar 8. Prof. Irfan sebagai pembicara dalam acara mensoalisasikan deradikalisasi